• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data, kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis kualitatif yang dilakukan dengan cara menguraikan data yang diperoleh dari hasil penelitian dalam bentuk kalimat- kalimat yang disusun secara sistematis, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang masalah yang akan diteliti, sehingga ditarik suatu kesimpulan dengan berpedoman pada cara berfikir induktif, yaitu suatu cara berfikir dalam mengambil kesimpulan secara umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus guna menjawab permasalahan yang telah dikemukakan.

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Penerapan hukum pidana formil dalam putusan pengadilan tentang syarat sahnya putusan pemidanaan dalam perkara 520/Pid.B/2005/PN.Psp.Py, diketahui bahwa dalam uraian putusan tersebut tidak memuat ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 197 Ayat (1) huruf k KUHAP, dengan demikian maka terdapat satu syarat formil yang tidak dipenuhi oleh majelis hakim yang memeriksa dan mengadili perkara tersebut. Tidak terpenuhinya ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 197 Ayat (1) huruf a, b, c, d, e, f, h, j, k, dan huruf l KUHAP, maka Pasal 197 Ayat (2) KUHAP telah menentukan bahwa putusan yang demikian adalah batal demi hukum.

Putusan Pengadilan Negeri Panyabungan Nomor 520/Pid.B/2005/PN.Psp.py atas nama terdakwa Razman Arief Nasution diputus pada tanggal tanggal 23 Maret 2006, dengan demikian maka berkaitan dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PU-X/2012, maka syarat mutlak dalam memaknai Pasal 197 Ayat (2) KUHAP yaitu hanya pada huruf a, b, c, d e, f, h, i, j dan l, dengan demikian maka terhadap putusan Mahkamah Konstitusi

tersebut tidak membawa akibat hukum apapun dalam putusan Pengadilan Negeri Panyabungan Nomor 520/Pid.B/2005/PN.Psp.py sebab perkara ini diperiksa dan diputus pada tahun 2006 sedangkan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PU-X/2012 terbit pada tahun 2012, maka ketentuan mengenai batal demi hukum yang disebabkan karena tidak mencantumkan ketentuan Pasal 197 Ayat (1) huruf k KUHAP masih tetap dianggap sebagai syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam membuat surat putusan pemidanaan dikarenakan hal tersebut merupakan kehendak undang-undang sendiri yang menyatakan tidak tepenuhinya maka mengakibatkan batal demi hukum dan kebatalannya bersifat mutlak serta berlaku kepada seluruh tingkat pengadilan.

Dengan demikian maka diketahui bahwa syarat putusan pemidanaan harus memuat segala ketentuan dalam Pasal 197 Ayat (1) KUHAP, penulis juga memandang perlu dalam suatu putusan pemidanaan harus memuat ketentuan mengenai perintah penahanan kepada terdakwa, meskipun setelah adanya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PU-X/2012 apabila hakim dalam putusannya tidak memuat Pasal 197 Ayat (1) huruf k KUHAP tidak mengakibatkan putusannya menjadi batal demi hukum, akan tetapi pentingnya memuat ketentuan perintah penahanan adalah sebagai dasar hukum bagi jaksa untuk melakukan eksekusi putusan, disamping itu apabila dalam putusan pemidanaan memuat ketentuan Pasal 197 Ayat (1) huruf k KUHAP dapat lebih mencerminkan suatu putusan yang memberikan kepastian hukum.

2. Pelaksanaan eksekusi terhadap putusan pengadilan yang tidak memenuhi syarat sahnya putusan pemidanaan (Studi Kasus Nomor 520/Pid.B/2005/PN.Psp.Py),

diketahui bahwa jaksa hanya dapat melaksanakan eksekusi terhadap putusan yang telah berkekuatan hukum tetap sebagaimana diatur dalam Pasal 270 KUHAP, dengan demikian maka apabila terdapat suatu putusan pengadilan negeri yang dinilai oleh jaksa penuntut umum sebagai putusan yang tidak memenuhi syarat pemidanaan, tentunya jaksa dapat melakukan upaya hukum banding maupun kasasi guna menguji putusan pengadilan negeri tersebut, hingga sampai pada tahap putusan tersebut benar-benar telah memenuhi syarat pemidanaan dan dapat dilakukan eksekusi oleh jaksa.

B. Saran

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis memberikan saran kepada aparat penegak hukum khususnya kepada hakim dalam hal memberikan suatu putusan pemidanaan terhadap terdakwa yang didasarkan pada terpenuhinya seluruh unsur-unsur yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum yang membawa suatu keyakinan bahwa memang benar terdakwalah yang melakukan tindak pidana serta tidak ditemukan unsur pemaaf pada terdakwa, maka hakim wajib untuk memuat perintah penahanan kepada terdakwa, hal tersebut dimaksudkan agar terhadap putusan yang diberikan hakim benar-benar mencerminkan keadilan dan kepastian hukum.

DAFTAR PUSTAKA

Ansori Sabuan, Syarifuddin Petanasea dan Ruben Achmad. 1990. Hukum Acara Pidana. Bandung. Angkasa Bandung.

Chazawi, Adami. 2002. Pelajaran Hukum Pidana, Bagian 1; Stelsel Pidana, Teori-Teori Pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum Pidana. Jakarta. PT Raja Grafindo.

Daliyo, J.B. 2001. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta. PT. Prenhallindo. Hartanti, Evi. 2009. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta. Sinar Grafika

Lamintang. 1997. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. Jakarta. Citra Aditya Bakti.

--- dan Theo Lamintang. 2010. Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana & Yurisprudensi Cetakan ke 2. Jakarta. Sinar Grafika

Makarao, Taufik. 2004. Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Marpaung, Leden. 2010. Proses Penangan Perkara Pidana. Jakarta. Sinar Grafika.

--- 2005. Azas Teori Praktik Hukum Pidana. Jakarta. Sinar Grafika. Moeljatno. 1986. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta. Bina Aksara.

Mulyadi, Lilik. 2007. Hukum Acara Pidana Normatif, Teoretis, Praktik dan Permasalahannya. Bandung PT. Alumni.

Poernomo, Bambang. 1985. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta. Ghalia Indonesia Prasetyo, Teguh. 2010. Hukum Pidana. Jakarta. PT Raja Grafindo.

Rifai, Ahmad. 2010. Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum Progresif. Jakarta. Sinar Grafika.

Sasangka, Hari, Lily Rosita. 2003. Komentar Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Bandung. Mandar Maju

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. UI Press.

--- dan Sri Mamuji. 2004. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Sudarto. 1990. Hukum Pidana I. Semarang. Yayasan Sudarto

Waluyadi. 1999. Pengetahuan Dasar Hukum Acara Pidana. Bandung. Mandar Maju.

Yahya, M. Harahap. 2009. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali. Jakarta. Sinar Grafika.

Zainal, A. Abidin Farid, 1995. Hukum Pidana I. Jakarta. Sinar Grafika.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo Undang-Undang No. 73 Tahun 1958 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Yasin,Sulchan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. http://news.metrotvnews.com/ diakses pada tanggal 1 April 2015

Dokumen terkait