• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Gambaran Karakteristik Ibu di wilayah kerja Puskesmas Pisangan

Kota Tangerang Selatan

a. Usia ibu

Usia merupakan salah satu faktor yang cukup dominan terhadap pengetahuan. Begitu juga halnya dengan yang dikatakan Siagian (2002) bahwa semakin meningkatnya usia seseorang maka kedewasaan teknis dan psikologisnya semakin meningkat. Ia akan semakin mampu mengambil keputusan, semakin bijaksana, semakin mampu berpikir secara rasional, mengendalikan emosi, dan toleran terhadap pendapat orang lain.

Hasil statistik pada penelitian ini menunjukan bahwa usia responden terbanyak adalah pada usia dewasa awal (26-35 tahun) yaitu sebanyak 47 responden (64,4%). Usia dewasa merupakan masa

dimana seseorang dianggap telah matur, baik secara fisiologis, psikologis, dan kognitif (Perry & Potter, 2005).

Secara kognitif, kebiasaan berpikir rasional meningkat pada usia dewasa awal dan tengah (Potter & Perry, 2005). Notoadmodjo (2005) menyatakan bahwa usia akan mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Hurlock (2007) juga menyatakan bahwa umur seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan, semakin lanjut umur seseorang maka kemungkinan semakin meningkat pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.

b. Jumlah anak

Jumlah anak sebagai salah satu aspek demografi yang akan berpengaruh pada partisipasi masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena seorang ibu mempunyai anak lebih dari satu biasanya ibu semakin berpengalaman dan sering memperoleh informasi tentang imunisasi, sehingga anaknya akan diimunisasi (Handayani, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukan bahwa responden terbanyak adalah ibu yang memiliki anak ≤ 2 anak sebanyak 54 responden (73,9%) dan yang terkecil ibu yang memiliki anak > 2 anak sebanyak 19 responden (26,1%). Rata- rata ibu yang memiliki anak lebih dari satu (multipara) sudah memiliki pengalaman yang lebih dari pada ibu yang baru memiliki anak satu (primipara). Hal ini dikarenakan pengalaman yang diperoleh dari imunisasi anak

ysng sebelumnya sehingga ibu lebih mengetahui pentingnya kelengkapan imunisasi.

c. Pendidikan

Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku manusia di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial, yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial, dan kemampuan individu yang optimal (Munib dkk, 2006).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 42 responden yang berlatar belakang SMA sebanyak 57,2%. Namun, ilmu pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal. Adanya kemudahan dalam mendapatkan informasi dari berbagai sumber melalui media promosi kesehatan baik dari media massa cetak, media elektronik, dan juga petugas kesehatan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa seperti radio, televisi, surat kabar, majalah yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan semua orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. (Erfandi, 2009)

d. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain. Hasil pada penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 63 responden yang pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 86,3%. Suatu pekerjaan tidak mempengaruhi pengetahuan dari ibu. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian ini yang menunjukkan justru sebagian ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga memiliki pengetahuan yang baik dibandingkan ibu yang bekerja. Hal ini dikarenakan banyak ibu yang di rumah dilakukan pemantauan oleh petugas kesehatan saat adanya imunisasi.

2. Gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar di wilayah kerja

Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan hal itu berdasarkan pengalaman dan penelitian (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan responden yang baik ditunjukkan dengan kemampuan responden menjawab dengan benar pertanyaan yang

berkaitan dengan pengetahuan imunisasi dasar. Pengetahuan ibu dijadikan dasar untuk berperilaku yaitu dalam memberikan imunisasi kepada bayinya.

Pengetahuan ibu diperoleh dari pendidikan, pengamatan ataupun informasi yang didapat seseorang, dengan adanya pengetahuan seseorang dapat melakukan perubahan-perubahan sehingga tingkah laku dari seseorang dapat berkembang (Rini, 2009 dalam Adzaniyah 2014). Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 38 responden (52,1%), ibu yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 21 (28,8%), dan ibu yang memiliki pengetahuan kurang baik/buruk sebanyak 14 responden (19,2%).

Ibu yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan masih ada yang yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik/buruk mengenai imunisasi karena peneliti menganalisis bahwa tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia 10-15 bulan di Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan dipengaruhi oleh kurangnya sumber informasi di lingkungan masyarakat dan partisipasi dari petugas kesehatan atau kader posyandu harus lebih banyak melakukan pemantauan sehingga warga ingin melakukan imunisasi terhadap anaknya. Dari segi pendidikan terakhir ibu, sebagian yang merupakan lulusan SMA yaitu lulusan sekolah menengah atas. Pengalaman juga merupakan suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya. Pengalaman yang nantinya akan melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif sehingga semakin

banyak pengalaman tentunya pengetahuan yang didapat juga semakin banyak. Dari segi informasi, kemudahan dalam mendapatkan informasi dari berbagai sumber melalui media promosi kesehatan atau internet juga dapat meningkatkan pengetahuan.

3. Gambaran kelengkapan imunisasi pada bayi usia 10-15 bulan di

wilayah kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan

Tahun 2016

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat,2009). Tujuan dari imunisasi ini adalah untuk zat kekebalan tubuh balita terbentuk sehingga resiko untuk mengalami penyakit yang bersangkutan lebih kecil dan diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka mordibitas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu (Hidayat,2008). Di Indonesia, Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) mencapai 86,8%,dan perlu ditingkatkan hingga mencapai target 93% di tahun 2019. Universal Child Immunization (UCI) desa yang kini mencapai 82,9% perlu ditingkatkan hingga mencapai 92% di tahun 2019 (Depkes,2015).

Macam-macam imunisasi itu ada dua macam, diantaranya adalah imunisasi aktif dan pasif. Menurut Yusrianto (2010), imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi

sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio dan campak. Sedangkan imunisasi pasif adlah penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya pada penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir di mana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibody dari ibunya melalui darah plasenta selama masa kehamilan, misalnya antibodi terhadap campak.

Dalam arti kamus besar bahasa Indonesia (2015), kelengkapan merupakan sesuatu yang sudah lengkap, sedangkan imunisasi dasar adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin BCG, Hepatitis, Polio, DPT, dan campak ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi dasar lengkap adalah pemberian imunisasi BCG 1x, Hepatits B 3x, DPT 3X, Polio 4x, campak 1x sebelum bayi berusia 1 tahun (Ranuh, 2008).

Perilaku yang diteliti dalam penelitian ini adalah, perilaku ibu yang mengimunisasikan anaknya ke pelayanan kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pisangan. Peneliti hanya mengobservasi kelengkapan imunisasi dasar anak melalui buku KIA (Kartu Ibu dan Anak) yang dimiliki responden.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden mengimunisasikan anaknya secara lengkap, yaitu sebesar 54 responden (74%) untuk imunisasi dasar yang lengkap dan 19 responden (26%) yang imunisasi anaknya tidak lengkap.

Sebagian besar responden dalam penelitian ini melakukan imunisasi anaknya secara lengkap dengan cukup baik. Hal ini dapat disebabkan adanya pengetahuan yang cukup tentang imunisasi dasar serta keaktifan kader dalam mempromosikan kesehatan kepada lingkungannya, sehingga ada kemampuan untuk mengimunisasi dasar anaknya secara lengkap. Kelengkapan imunisasi juga dipengaruhi oleh pencatatan di buku KIA oleh petugas kesehatan untuk menandakan bahwa anak tersebut sudah melakukan imunisasi secara lengkap (Prayogo, 2009). Kelengkapan imunisasi dalam pembentukannya merupakan suatu perilaku yang mempunyai nilai sangat penting karena pengetahuan yang tinggi tidak akan berarti jika tidak diimbangi dengan pelaksanaan yang baik.

Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan menunjukan bahwa masih ada 26% responden yang masuk dalam ketegori tidak lengkap imunisasinya. Sebagian responden tidak mengimunisasikan anaknya pada imunisasi campak, adapun faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak melengkapi kelengkapan imunisasi anaknya, di antaranya: kurangnya pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar, keyakinan yang dimiliki ibu untuk melaksanakan imunisasi dasar lengkap pada anak, sosial budaya dari masyarakatnya, dan lingkungan yang tidak mendukung agar terciptanya lingkungan yang sadar akan kesehatan.

Selain itu berdasarkan target dari kelengkapan imunisasi dasar di Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan pada tahun 2015 sebesar, HB0-7 hari (90,1%) dengan pencapaian 90%, BCG (95,3%) dengan

pencapaian 95%, DPT-HB 1 (96,8%) dengan pencapaian 95%, DPT-HB 2 (95,1%) dengan pencapaian 95%, DPT-HB 3 (93,0%) dengan pencapaian 93%, POLIO 1 (95,3%) dengan pencapaian 95%, POLIO 2 (96,8%) dengan pencapaian 95%, POLIO 3 (95,1%) dengan pencapaian 93%, POLIO 4 (93,0%) dengan pencapaian 93%, campak (93,4%) dengan pencapaian 93%.

Dokumen terkait