• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usaha Budidaya Ikan pada Keramba Jaring

BAB I. PENDAHULUAN

2.2 Budidaya Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA)

2.2.3 Analisis Usaha Budidaya Ikan pada Keramba Jaring

17 m 17 m A. Tampak atas 5 m B. Tampak samping

Gambar 2. Konstruksi Keramba Jaring Apung (KJA) Kolor IV Sumber : Sukamto dan Maryam, 2005

2.2.3 Analisis Usaha Budidaya Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) Penelitian mengenai budidaya ikan pada KJA sistem jaring kolor belum banyak dilakukan, tetapi penelitian mengenai analisis kelayakan usaha telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan analisis kelayakan

7 m 7 m Jaring I 7 m 7m Jaring III 7 m 7 m Jaring II 7 m 7 m Jaring IV 3 m Jaring Jaring Jaring kolor 3 M

finansial budidaya ikan pada KJA telah dilakukan oleh Mungky (2001), Gultom (2002) dan Maulana (2003).

Mungky (2001), melakukan penelitian yang bertujuan membuat desain investasi usaha pembesaran ikan kolam jaring apung sistem tunggal (monokultur) dengan studi kasus pada KJA Batuhapur, Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis keuntungan usaha, kelayakan finansial dan analisis sensitivitas. Analisis dilakukan selama satu tahun dengan tiga kali musim tanam. Luas kolam 1.568 m2 (32 unit kolam) dengan produksi total ikan mas 48.000 kg/tahun. Produktifitas lahan sebesar 10,20 kg/m2. Harga ikan mas di tingkat petani senilai Rp. 5.000/kg. Penerimaan total pertahun sebesar Rp. 240.000.000 dengan biaya total sebesar Rp. 215.976.960/tahun. Pendapatan pertahun sebesar Rp. 24.023.040. Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) sebesar 1,1. Nilai NPV sebesar Rp. 98.952.859 dengan tingkat diskonto 16 persen. Nilai IRR sebesar 34 persen yang berarti usaha memberikan pendapatan sebesar 34 persen/tahun dari modal yang diinvestasikan. Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,93.

Gultom (2002), melakukan penelitian mengenai prospek pengembangan usaha budidaya ikan mas dalam jaring apung sistem tunggal (monokultur) di Danau Toba Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Analisis yang dilakukan meliputi analisis usaha, finansial dan sensitivitas. Analisis dilakukan selama setahun dengan dua kali musim tanam. Luas usaha 24 m2/kolam, namun tidak diketahui jumlah unit kolam yang diteliti. Produksi rata-rata ikan mas 19.914 kg/tahun. Harga ikan mas di tingkat petani senilai Rp. 9.000/kg. Penerimaan rata-rata pertahun sebesar Rp. 179.229.600 dengan biaya rata-rata sebesar Rp. 141.047.852/tahun. Jumlah rata-rata pendapatan pertahun sebesar Rp. 38.181.748. Nilai R/C Ratio sebesar 1,27. Nilai NPV sebesar Rp. 55.495.666 dengan tingkat diskonto 18 persen. Nilai IRR sebesar 57,39 persen yang berarti usaha memberikan pendapatan sebesar 57,39 persen/tahun dari modal yang diinvestasikan. Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 2,5.

Maulana (2003), melakukan penelitian mengenai kelayakan usahatani pembesaran dan pemasaran ikan nila gift budidaya keramba jaring apung di Desa Cikidang Bayabang, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Analisis

usaha tani dilakukan terhadap budidaya ikan pada KJA dengan sistem tunggal (monokultur) dan sistem kolor (polikultur). Penelitian meliputi analisis usahatani (penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani), analisis kelayakan investasi (aspek pasar, aspek teknik dan teknologi, aspek lingkungan dan aspek finansial) dan analisis pemasaran.. Perhitungan dilakukan selama setahun dengan tiga kali musim tanam. Luas usaha KJA monokultur 196 m2 (empat unit kolam). Produksi rata-rata usahatani KJA monokultur 14.400kg/tahun. Produktifitas lahan sebesar 73,47 kg/m2. Harga ikan nila di tingkat petani senilai Rp. 3.800/kg. Penerimaan rata-rata pertahun usahatani KJA monokultur sebesar Rp. 54.720.000 dengan biaya rata-rata sebesar Rp. 42.180.642,85/tahun. Jumlah pendapatan pertahun sebesar Rp. 12.539.357,15. Nilai R/C Ratio sebesar 1,297. Nilai NPV sebesarRp. 53.856.359,94 dengan tingkat diskonto 12 persen. Nilai IRR sebesar 179 persen. Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 7,59.

Perhitungan luas usahatani KJA sistem kolor (polikultur) terdiri dari luas jaring atas dan jaring bawah/jaring kolor. Luas jaring atas 588 m2 (12 unit kolam) dengan komoditas ikan mas dan jaring bawah 588 m2 (tiga unit kolam) dengan komoditas ikan nila. Jumlah produksi ikan mas 30.600 kg/tahun dan ikan nila 7.200 kg/tahun. Harga ikan mas di tingkat petani senilai Rp. 6.200/kg. Total produktifitas lahan sebesar 32,14 kg/m2. Penerimaan total per tahun dari pemeliharaan ikan mas dan nila sebesar Rp. 217.080.000. dengan biaya total produksi sebesar Rp. 170.779.500/tahun. Jumlah pendapatan total pertahun sebesar Rp. 46.300.000. Nilai R/C Ratio sebesar 1,271. Nilai NPV sebesar Rp. 193.072.372,67 dengan tingkat diskonto 12 persen. Nilai IRR sebesar 132 persen. Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 5,63 (Maulana, 2003). Perbandingan hasil penelitian budidaya ikan pada KJA dengan sistem monokultur dan sistem polikultur (jaring kolor) disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan Hasil Penelitian Budidaya Ikan pada KJA dengan Sistem Monokultur dan Sistem Polikultur (Jaring Kolor)

No Uraian Budidaya Monokultur ikan mas * Budidaya Monokultur Ikan Mas ** Budidaya Monokultur Ikan Nila *** Budidaya Polikultur Ikan Mas dan

Nila *** 1. Luas Usaha (m2) - Jaring Atas - Jaring Bawah 1.568 196 588 2. Produksi Total (kg/th) 48.000 19.914 14.400 37.800 3. Produktifitas (Kg/m2) 30,61 - 73,47 32,14 4. Penerimaan Total (Rp./th) 240.000.000 179.229.600 54.720.000 217.080.000 5. Harga (Rp/kg) - Ikan Mas - Ikan Nila 5.000 -9.000 -6.200 3.800 6.200 3.800 6. Tingkat Diskonto (%) 16 18 12 12 7. Biaya Total (Rp./th) 215.976.960 141.047.852 42.180.642,85 170.779.500 8. Pendapatan Total (Rp./th) 24.023.040 38.181.748 12.539.357,15 46.300.500 9. R/C Ratio 1,1 1,27 1,297 1,271 10. NPV (Rp.) 98.952.859 55.495.666 53.856.359,94 193.073.372,67 11. IRR (%) 34 57,39 179 132 12. Net B/C 1,93 2,5 7,59 5,63 Keterangan :

* Sumber dari penelitian Mungky (2001) ** Sumber dari penelitian Gultom (2002) *** Sumber dari penelitian Maulana (2003)

Berdasarkan data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa produktifitas lahan tertinggi dicapai pada budidaya ikan nila di KJA dengan sistem monokultur (tunggal). Capaian penerimaan dan pendapatan total terbesar pada budidaya ikan KJA sistem polikultur (sistem jaring kolor). Nilai R/C Ratio tertinggi pada budidaya ikan nila pada KJA dengan sistem monokultur sebesar 1,297 yang

berarti bahwa setiap Rp. 1 yang dikeluarkan untuk biaya produksi akan menghasilkan Rp. 1,297. Nilai NPV tertinggi diperoleh pada kegiatan budidaya ikan KJA polikultur sebesar Rp. 193.073.372,67. Budidaya ikan nila pada KJA sistem monokultur memberikan keuntungan internal terbesar yaitu 132 persen dari nilai investasi yang ditanamkan. Nilai Net B/C tertinggi diperoleh pada budidaya ikan nila dengan sistem monokultur.

Studi kali ini melakukan analisis kelayakan finansial usaha pembesaran ikan mas dan nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) sistem jaring kolor di Waduk Cikoncang yang merupakan salah satu waduk yang terletak di dataran rendah. Gejala alam umbalan sangat kecil kemungkinan terjadi di waduk dataran rendah. Umbalan dapat mengakibatkan arus balik dari dasar waduk yang dapat mempengaruhi pengaturan pola tanam dan kelayakan finansial usahanya.

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek

Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) di waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit. Aktivitas suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan (objektive) dan mempunyai suatu titik tolak (starting poin) dan suatu titik akhir (ending poin). Biaya-biayanya maupun hasilnya yang pokok dapat diukur (Kadariah, Karlina dan Gray, 1999).

Menurut Gittinger (1986), proyek merupakan elemen operasional yang paling kecil yang disiapkan dan dilaksanakan sebagai suatu kesatuan yang terpisah dalam suatu perencanaan nasional atau program pembangunan pertanian. Proyek merupakan kegiatan tertentu yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Biasanya proyek merupakan kegiatan yang khas yang secara nyata berbeda dari kegiatan investasi yang diterangkan terdahulu dan kelihatannya berbeda pula dari kegiatan penggantinya, bukan merupakan bagian rutin dari suatu program yang sedang dilaksanakan. Proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat.

Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Aktiva yang lebih terbatas terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi, sedangkan dari pihak pemerintah atau lembaga non profit, pengertian menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relatif. Pertimbangannya berbagai faktor seperti manfaat bagi masyarakat luas yang bisa berwujud penyerapan tenaga kerja dan pemanfaatan sumber daya yang melimpah. Hal ini dikaitkan dengan penghematan devisa ataupun penambahan devisa yang diperlukan oleh pemerintah. Dampak proyek bisa berupa dampak ekonomis, bisa juga yang bersifat sosial. Pada umumnya suatu studi kelayakan proyek akan

menyangkut tiga aspek, yaitu : 1). Manfaat ekonomis proyek bagi proyek itu sendiri (sering disebut sebagai manfaat finansial), 2). Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (sering disebut manfaat ekonomi nasional), 3). Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Tujuan studi kelayakan proyek adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar (Husnan dan Muhamad, 2000).

Dokumen terkait