Makna
Teks dan kode
Keinginan hidup membiara tumbuh setelah melihat suster di gereja.
Sejak sekolah dasar kelas tiga saya tertarik kehidupan membiara sejak kelas tiga. Saya melihat seorang suster saat di gereja. Kemudian saya ikut pembinaan, lalu masuk dalam biara PRR (P2W1 5- 8)
Karena sakit saat di biara, P memutuskan untuk tidak kembali dalam biara dan memilih kuliah.
Tapi gak lama saya waktu itu sakit, terus disuruh pulang sama keluarga dan diijinkan oleh pemimpin biara, setelah saya pulang dan waktu sembuh saya ditawarkan sama keluarga mau balik lagi ke biara atau mau kuliah aja, waktu itu om saya yang menawarkan, saya tanya kuliah di mana, terus katanya di IPI di Malang, akhirnya saya pilih kuliah (P2W1 8-15)
Kegiatan rutin mengunjungi panti asuhan membuat P
Nah di kampus itu kan ada kita pergi ke panti- panti gitu, setiap beberapa kali dalam seminggu, di situ saya lihat langsung mereka anak-anak yang
kembali terpanggil untuk hidup membiara.
cacat, di situ kami biasanya bantu bersih-bersih panti, bantuin kasih makan, setelah pulang dari situ saya putuskan saya pengen jadi suster, biar bisa rawat langsung mereka, akhirnya saya masuk komunitas AM (P2W1 15-21).
Pribadi seorang suster meninggalkan kesan kesan yang mendalam.
Pokoknya mereka itu saya lihatnya itu sopan, anggun seperti itu, rajin berdoa, kelihatan… itu saya tertarik itu di situ (P2W1 24-26)
Ketertarikan saat SD tidak membuat P berniat untuk hidup membiara, hingga P terpanggil saat SMA kelas 2.
Oh… setelah kelas tiga SD keinginan itu hilang tow, tidak ada. Jadi setelah kelas tiga SD itu sudah tidak ada niat tidak ada kepikiran itu, gak sampe kepikiran untuk masuk dalam kehidupan membiara. Waktu kelas tiga SD ya liat terus tertarik gitu tapi kan masih anak-anak jadi cuma begitu saja, aa… terus muncul lagi pas SMA kelas dua (P2W1 34-40)
P mencari info pembinaan hidup membiara.
aa… karena itu kan saya nengok kakak kelas saya, dia kan tinggal di kesusteran tow he..eh.., terus saya ada.. ingin lagi kan ha..ah.. ingin lagi, ya muncul tiba-tiba, jadi saya ikut pembinaan. Awalnya saya tanya apakah di biara itu ada pembinaan calon suster gak, terus katanya biasanya ada tapi setiap minggu, jadi saya ikut setiap minggu (P2W1 42-48)
P nekat mengikuti pembinaan walaupun kakaknya tidak memperbolehkan.
Belum, sama sekali belum, cuma saya beritahu kakak itu… bilang “masa kamu…gak
boleh…kamu kan jurusan IPA”, saya kan jurusan Fisika, saya diam-diam saja.. tapi saya diam-diam ikut pembinaan itu hehe… diam-diam… (P2W1 56-60) dan
Kakak yang nomor tiga, saya sendiri nomor enam (P2W1 64)
P memberitahu keluarga setelah P lulus dari pembinaan hidup membiara.
Hmmm.. sebelum… waktu itu kan saya beritahu sudah.. ini tow.. sudah lulus om saya itu guru agama setuju sekali sama bapak itu setuju sekali, nah mamak ini yang gak setuju… tapi ya mamak juga ya lama-lama ikut setuju lah. Mamak saya sudah meninggal, mamak meninggal itu waktu saya SMP kelas tiga hmm.. (P2W1 71-77) P menghadapi
kekecewaan keluarga atas keputusannya membiara.
Ya… memang kalau kita di sana kan, kalau anak perempuan itu kan kalau kita masuk biara kan kita tidak punya keturunan dan mungkin mereka rasa awalnya kayak apa..kecewa.. keliatan muka pada sedih kayak begitu… (P2W1 88-92)
Keluarga pada akhirnya merestui keputusan yang P ambil.
tapi ya lama-lama mereka ikut juga sih keputusan. Ya kalau memang itu keputusan kamu ya jalani saja he..eh..kami mendukung (P2W1 92-94) P dekat dengan tantenya
yang mengasuh P sejak kecil.
Kalau saya itu kan dipiara, saya sejak kecil dipiara..saya paling dekat itu sama mamak kecil saya (tante), adek dari mamak saya gitu lho.. ha..eh.. terus saya lebih dekat dengan mamak piara saya gitu ha..eh.. (P2W1 97-100)
Keluarga mengijinkan setelah melihat keyakinan P dengan pilihannya.
Oh.. setuju, memang awalnya ya..berat ya, awalnya berat, terus kan saya.. mereka ikut saya hehe… (P2W1 103-104) dan
Ya dengan kita penuh dengan keyakinan dan kita harus doa, doa terus, doa untuk mendapatkan hati mereka supaya mereka setuju he eh gitu hehe… (P2W1 112-114)
pengertian pada keluarga mengenai keputusannya.
memberikan pengertian pada mereka ha..eh.. ya memang agak..agak.. lama sih, tapi ya akhirnya juga mereka setuju mendukung (P2W1 117-120) Bapak membantu P
untuk meyakinkan anggota keluarga yang lain.
Itu bapak saya bapak, bapak itu….. bapak itu orangnya kuat doa….. pokoknya setiap setiap jam doa, sampe sekarang pun umur 80 tahun tapi tetep doa doa kuat. Yah sejak saya awal memberitahu kalau saya punya niat untuk masuk biara dia setuju. Itu saya kan sering sakit sering sakit, kakak saya yang lain bilang “sudah keluar saja, pulang saja”, kalau seperti itu bapak saya bilang
“ya..kalau kamu suruh keluar keluar aja, tapi nanti besok kamu tanggung jawabnya sama Tuhan Allah”, bapak saya ngomong gitu sama kakak- kakak saya (P2W1 124-134)
P menghadapi teman dekatnya yang tidak setuju dengan
keputusannya, tapi pada akhirnya teman itu mendukung.
Ya ada sih, waktu itu ada ada dari temen saya, temen deket saya, saya kan punya kenalan itu…kami dari…kenalan itu dari SMP kelas 2 sampe tamat pun masih aaa… gitu… awalnya tidak tidak mendukung tow tapi kemudian dia mendukung (P2W1 138-142)
Dalam komunitasnya P mengalami fase pasang surut.
Oh.. itu.. saya itu nekat, keinginan ya..
bagaimanapun ya akan gitu… Nah kalau setelah di dalam itu (dalam komunitas) itu banyak pasang surutnya (P2W1 145-147)
Tantangan berat yang P alami saat dalam komunitas membuat P keluar dari asrama selama sehari.
Hal yang berat buat saya itu..apa..dalam komunitas antara bersama… pokoknya antar sesama gitu, itu yang membuat…membuat… aa…waktu itu hampir mau hampir mau..hampir mau keluar.. waktu itu juga pernah apa..aa..tinggalkan
tinggalkan komunitas pergi ke tempat lain, setelah itu memang waktu itu saya sudah..saya sudah tidak kuat lagi di dalam komunitas itu saya mau pergi saja, pergi saja sudah pokoknya sudah tidak kuat lagi kayaknya mau pergi saja, waktu saya pergi pun gak memberitahu siapa-siapa, tapi saya pergi bukan ke rumah orang tua tapi di rumah komunitas di tempat lain masih rumah punya komunitas tapi di tempat lain gitu, (P2W1 151-163)
Di tempat rekannya P menenangkan diri dengan berdoa dan terpikir untuk meninggalkan panggilannya.
setelah itu.. setelah saya pergi diam-diam,
malemnya itu saya memutuskan apakah saya harus tinggalkan tinggalkan panggilan atau… malam itu sepanjang malam saya tidak bisa tidur saya doa, saya doa rosario dan saya duduk sepanjang malam itu paginya saya… kan waktu itu di rumah itu cuma ada satu orang tow aa.. satu orang saja, saya masih tidur tow (P2W1 163-170)
P berbagi dengan salah satu anggota keluarga mengenai keinginannya untuk keluar dari komunitas.
paginya, waktu itu kan belum bawa hp, jadi saya telpon ke wartel, pagi-pagi saya telpon dari wartel saya telpon keluarga ini mamaknya kakak ipar saya kakak yang nomor tiga ini, mamak itu kan aktif aktif kegiatan-kegiatan di gereja kan aktif, terus saya telpon, saya bilang “saya di sini ini saya tidak kuat lagi saya mau..saya mau keluar saja mengundurkan diri saja”, mamak saya bilang “kenapa?, kamu tidak boleh begitu, kamu ada masalah ya ? kalau kamu ada masalah kamu ketemu sama pimpinan saja tow, sama pimpinan omong minta pindah ke tempat lain kalau kamu gak cocok kamu pindah ke tempat lain saja, ya
nanti kami doakan kamu tidak boleh pikir untuk keluar kalau kamu sudah memilih itu ya teruskan. Pokoknya kamu kembali kamu ketemu dengan pimpinan nanti ceritakan apa masalah kamu, pimpinan yang putuskan mau pindahkan atau bagaimana” (P2W1 170-187)
P bergumul untuk terbuka atau tidak tentang masalah yang sedang dihadapi.
Sudah saya pulang kembali ke rumah itu bagaimana ya saya ini, bagaimana mamak ini… saya belum memberitahu keluarga saya (P2W1 187-190)
Perasaan enggan untuk kembali pada komunitas.
saya mau kembali itu rasanya berat kembali ke komunitas itu, memang malamnya itu pimpinan menelpon, tanya ke teman itu, ditanya saya ada di rumah itu tidak, oh ada di sini tapi dia tidur, tadi dia datang itu kepala pusing padahal saya duduk di samping (P2W1 190-195)
Setelah berpikir ulang pada akhirnya P kembali ke komunitas.
terus ini setelah dari wartel, temen saya dari gereja belum pulang, sambil tunggu teman saya saya pikir ulang bagaimana ya saya ini apa kembali ke sana, saya pikir-pikir, akhirnya ya sudah apapun yang terjadi saya kembali ke sana, pokoknya saya hadapi saja, sekitar jam sepuluh saya kembali lagi ke komunitas itu, terus saya ke sana itu, orang yang pokoknya yang tidak suka dengan saya itu di asrama itu kan gak ketemu, saya langsung ke pimpinan. Mereka pagi itu sudah gossip bilang saya sudah minggat, (P2W1 195-204)
P berbicara terbuka dengan pimpinan komunitas tentang
terus saya bicara sama pimpinan terus “Em” itu saya baru datang “Em, apa sih kamu itu kok katanya kamu minggat, Em ngopo sih kamu?”,
masalahnya. terus saya disuruh duduk “ngopo tow kamu itu? cerita”, baru saya ceritakan semua, setelah cerita semua, “sekarang kamu pilih mau pindah ke asrama mana?”, saya bilang saya gak mau pilih ibu, pokoknnya ibu suruh saya di mana saja saya ikut, akhirnya ibu tunjukan satu tempat, saya kesitu terus.. dua dua bulan saja saya di rumah itu di asrama yang bar uterus saya pindah lagi ke tempat yang sama, tapi orang itu sudah pindah ke tempat lain, saya pindah lagi ke asrama lama sampai dua tahun dari tahun 2000 sampai tahun 2002, saya ngurus di sekolah terus saya ngurus di kapel. Saya dua tahun di situ saya dipindahkan ke Flores, di Flores itu sepuluh tahun (P2W1 204- 219)
Doa pada Tuhan dan dukungan dari teman- teman membuat P kuat menghadapi masalah.
Ya, satu-satunya itu berdoa… berdoa ya berdoa supaya kita itu kuat, sambil berdoa,juga dukungan dari teman-teman yang lain kalau enggak bisa-bisa itu kan…..keluar (P2W1 222-225)
P menguatkan diri untuk menghadapi segala sesuatu.
Iya, waktu itu ada yang tidak mendukung tapi saya punya prinsip, punya prinsip saya sudah memilih ini biar apapun resikonya saya akan hadapi begitu (P2W1 230-232)
Keinginan menjadi suster sudah menjadi cita-cita P sejak SD.
Hehehehehe…..gimana ya hehehe….. pokoknya waktu itu saya melihat mereka itu sopan, anggun, rajin berdoa….. pokoknya…. Waktu itu juga waktu saya kelas enam ini, apa guru bahasa Indonesia minta ini lho aaa….. mengarang….. mengarang tentang cita-cita terus saya itu pilihan saya itu saya ingin mau jadi suster dan perawat
nah dari dua pilihan itu, memang dari kecilnya sudah pingin begitu (P2W1 237-244)
Ketika meninggalkan biara PRR dan memilih kuliah, niat P untuk hidup membiara tetap ada.
Waktu saya keluar dari biara itu, saya masih punya niat..punya niat.. tapi kan waktu itu kakak dan paman memberi alternatif buat saya saya pilih kuliah dan waktu itu tidak ada pikiran lagi untuk kembali ke biara PRR dan tidak ada…niat lagi untuk membiara. Waktu itu kan kakak tanya mau kursus, mau kuliah, atau mau kembali lagi, saya pilih kuliah (P2W1 248-254)
Anak-anak yang diasuh dalam komunitas menjadi pertimbangan signifikan untuk tetap membiara.
Saya itu kuatnya karna anak-anak he em, kalo anak-anak itu kalau mau tinggalkan mereka itu gak tega, kita ini sudah normal kok kita ini melihat penderitaan sedikit pun kita masih enak mereka itu penderitaannya luar biasa, anak-anak itu, kalau saya mau tinggalkan itu saya masih pikir tapi kadang juga saat emosi saat kita emosi kan kita sembarang mengambil keputusan, tapi kita kembali merenungkan kembali berdoa saat doa itu apa maksudnya keinginan kita untuk pergi itu hilang dengan berdoa gitu. Apalagi dengan anak yang kita rawat dari bayi itu rasanya kalau kita mau tinggalkan… mereka itu sudah kita anggap anak kita sendiri, kalau mau meninggalkan mereka itu berat, (P2W1 278-290)
Anak-anak memberi P kekuatan dan
penghiburan saat menghadapi masalah.
saya senangnya di komunitas AM itu dengan anak- anak itu memberikan penghiburan, saat hati geram rasa apa..kita pulang dari mana-mana lalu lihat mereka itu kita rasa semua itu hilang (P2W1 291- 294)
Kakak yang awalnya tidak mendukung keputusan P, pada akhirnya menasehati untuk tekun pada pilihannya.
Bapak itu wah gak tau ya, saya juga, mereka itu kok mendukung ya, gimana ya mereka itu kuat doa, mereka itu bener-bener selalu mendukung, bapak itu selalu mendukung, a… baru-baru ini kan saya menceritakan ke mereka kalau ada temen- temen saya yang tinggalkan, teman saya, teman saya satu kampung tow, he eh dia sudah di komunitas dia tinggalkan komunitas, nah saya cerita sama keluarga saya, kakak ini yang awalnya tidak mendukung ini saya sempat cerita itu, kakak bilang “kenapa mereka seperti ini?”, saya bilang “ya tidak tau lah katanya alasannya itu capek”, “lho semua orang di dunia ini harus capek, orang mau makan itu harus bekerja dulu baru dapet sesuatu, masa hanya itu, alasan itu tidak masuk akal, pokoknya kalau kamu merasa seperti itu kamu harus terus”, jadi saya itu tidak bisa kata- kata lagi, mau bicara gak bisa lagi hahahahaha….. (P2W1 297-313)
Keluarga juga
mendukung P lewat doa.
Apa ya, mereka itu mendukung doanya itu kuat, mereka berpesan kalau ada masalah kamu harus hadapi, jadi saya saat ada masalah saya ingat pesan mereka (P2W1 317-320)
Analisis Verbatim P2W2
Makna
Teks dan Kode
Mamak kecil/tante tidak setuju dengan keputusan yang P ambil.
Ooo itu, maksudnya itu mamak kecil saya, mamak kandung saya kan meninggal dan belum tahu saya punya keinginan untuk hidup
membiara, jadi mamak kecil saya waktu itu kan memang ada dia gak setuju saya memilih menjadi seperti ini (P2W2 14-18). Sejak kecil P diasuh oleh
mamak kecil/tantenya.
Ohh… begini kan mamak kecil saya itu belum punya anak, sudah menikah tapi belum punya anak, jadi saya itu diasuh sama mamak kecil, istilahnya itu lho mba buat pancingan supaya mamak kecil bisa punya anak (P2W2 35-38). P lebih sering pulang ke
rumahnya setelah
mengetahui bahwa mamak kecil bukanlah ibu kandungnya.
Waktu itu sampai saya kelas enam, karena saya sudah dengar-dengar begitu kalau mamak saya itu bukan mamak kandung saya tapi itu tante saya, terus kan sekolah saya kan waktu itu jauh dari rumah mamak kecil dan lebih dekat dengan rumah orang tua kandung saya, jadi saya sering pulang ke rumah (P2W2 41-46). P merasa bahwa dirinya
lebih dekat dengan mamak kecil.
Em…….ya karena sudah diasuh sejak kecil ya, jadi ya sama mamak kecil saya lebih dekat. Saya itu sudah dianggap anak pertamanya (P2W2 55-57).
P merasa tidak memiliki kedekatan emosional dengan ibu kandungnya.
Mamak kandung saya itu ya gimana ya, ya biasa-biasa aja gitu…heem, waktu meninggal juga ya…sedih sih tapi ya gimana ya, ya gitu… (P2W2 59-61).
Hubungan yang baik dengan bapaknya.
Bapak, hubungannya ya baik ya, ya biasa, ya bapak itu rajin doanya. (P2W2 64-65). Keluarga setuju dengan
keputusan P setelah diterima dalam biara.
Bagaimana ya, ya memang awalnya tidak setuju tapi lama-lama mereka setuju, setelah melihat saya masuk dalam pelatihan ya akhirnya setuju juga (P2W2 72-74).
untuk mengurus adik- adiknya.
kan saya anak paling pertama, jadi nanti siapa yang mungkin menjaga dan mengurus adik- adik begitu (P2W2 77-79).
P nekat ingin menjalani hidup membiara walaupun semua keluarga
berkeberatan.
Apa ya, ya saya itu nekat aja, saya ikut pembinaan, saya waktu itu lulus tesnya dan saya diterima, terus saya bilang sama mereka, ya saya akhirnya diijinkan, waktu itu sebelum saya pergi kan biasanya ada acara kumpul- kumpul gitu ya untuk perpisahan, ya saya gak tau ya dalam hati mereka, tapi saat itu mereka gak mengucapkan mereka gak setuju (P2W2 82-88).
Paman P ikut berperan memberi pengertian pada keluarga
Ya ada, om saya itu, itu guru agama, om saya itu yang bilang sama kakak-kakak saya, bapak saya, kasih pengertian sama keluarga. Akhirnya keluarga juga setuju (P2W2 95-98).
P memiliki keyakinan yang kuat hidup membiara.
iya saat itu pokoknya saya mau jadi suster, ya mantap (P2W2 101).
P sempat merasa bimbang ketika teman khususnya mempermasalahkan keputusannya untuk membiara.
Hmmm.. waktu itu sempat ada ya…ada ragu juga ya… Ada teman saya…teman ya… kami sudah dari smp itu dekat, ya saya sempat kirim surat sama dia bilang kalau saya memutuskan memilih menjadi suster, waktu itu dia juga kaget gitu ya, dia bilang kenapa saya itu gak bilang punya keinginan seperti itu, kenapa saya itu memberi harapan sama dia, kan saya dengan orang tuanya kan sudah kenal juga. Tapi setelah masuk saya jadi novis begitu, sempat dia kirim surat bilang kalau dia mendukung saya, dia mendukung pilihan saya, dia bilang
kalau memang sudah keputusan kamu itu ya jalani jangan menengok ke belakang begitu. Waktu itu saya ingat kalau pas dia itu sedang skripsi ya, waktu itu pas saya kasih tau mau jadi suster, ya begitu heee… (P2W2 104-117). Ketika menghadapi
tantangan yang besar dalam komunitas terbesit niat P untuk meninggalkan kehidupan membiara.
Waktu itu ya, saat saya ada tantangan itu, saya satu malam itu saya gak bisa tidur, saya pikir bagaimana ya kalau saya keluar, kalau saya keluar apa yang akan saya lakukan di luar, saya juga ingat dengan saat-saat saya memutuskan pilihan ini, saya ingat juga suka dukanya menjalani ini, saya tidak bisa tidur. Saya besok pagi saya telpon keluarga, itu mamak besarnya kakak ipar saya, dia kan aktifis begitu ya di gereja, saya telpon bagaimana ini, dia bilang saya tidak boleh keluar, kalau ada masalah bilang sama pimpinan biar pimpinan yang bantu cari jalan keluar, apa mau dipindah atau bagaimana, begitu, saya akhirnya tidak jadi keluar itu (P2W2 122-133).
Perasaan sedih dan bingung jika P keluar dari biara.
Ya sedih juga, ya saya pikir kalau saya
tinggalkan bagaimana apa yang saya lakukan di luar (P2W2 135-136).
Tanggung jawab P
mengurus adik-adiknya saat ibu pergi bekerja.
Iya kan saya itu juga sudah terbiasa mengurus adik-adik saya, mamak kecil saya kan buka usaha jadi sibuk, jadi sering pergi, saya yang di rumah jagain dan ngurus adik-adik (P2W2 143- 146).
Pertemuan dengan sanak keluarga saat P liburan di
Iya bertemu, kalau saya pulang mereka pada datang dan kumpul, kalau mereka gak datang
rumah. saya yang mengunjungi mereka (P2W2 152- 154).
P tidak memberitahukan pada keluarga mengenai keputusannya untuk masuk dalam komunitas AM.
Waktu itu, kalau waktu saya di komunitas AM ini saya gak ada cerita sama mereka, jadi kan mereka taunya saya kuliah di IPI (Institut Pastoral Indonesia) padahal saya masuk jadi suster, waktu itu waktu saya jadi novis saya ditugaskan ke Atambua, terus mereka melihat saya, mereka juga kaget melihat saya sudah pakai kerudung, ya mereka kaget (P2W2 159- 165), dan, enggak, saya ada telpon mereka tapi saya gak bilang saya ikut di AM (P2W2 167- 168).
Keluarga terkejut setelah mengetahui bahwa P telah menjadi seorang suster.
Ya mereka juga kaget, kok kamu sudah seperti ini, he… (P2W2 170), dan, ya mereka tanya kok sudah seperti ini, kok gak bilang gitu, ya mereka kaget (P2W2 176-177).
Pelayanan yang dilakukan oleh P pada akhirnya didukung oleh keluarganya.
Mereka gak bilang apa-apa sih mereka kaget, waktu itu saya juga bawa anak yang cacat juga tinggal di rumah, ya mereka melihat anak itu, saya juga menceritakan kita ini karyanya merawat anak-anak miskin, cacat seperti itu, ya mereka setuju (P2W2 179-183).
Analisis Verbatim P2W3
Makna
Teks dan Kode
Keinginan hidup membiar saat kecil yang pernah hilang, muncul kembali di
Iya ha ah, ya… karena itu kan keinginan mau jadi suster itu kan dari…dari SD, dari SD kelas