• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Wacana Kritis (AWK) akan menyoroti bagaimana seorang tokoh secara ideologis memakai kata dan kalimat tertentu serta bagaimana ia menekankan makna tertentu di balik kata-katanya. AWK adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi (LittleJohn, 1996: 85). Secara sederhana analisis wacana dapat diartikan studi tentang struktur pesan dalam komunikasi, lebih tepatnya lagi analisis wacana adalah telaah mengenai aneka fungsi atau prakmatik bahasa (Sobur 2004:48). Yang mana bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan.

Analisis wacana kritis atau (Critical Discourse Analysis/CDA) Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Bahasa disini tidak dipahami sebagai medium netral diluar diri si pembicara bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subyek tertentu, tema-tema wacana tertentu atau strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang menjadi wacana perspektif yang mesti dipakai topik apa yang dibicarakan (Eriyanto, 2001:6)

Model analisis wacana Van Djik adalah model yang paling banyak dipakai. Mungkin karena Van Djik mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa diaplikasikan secara praktis.Model analisis Van Dijk kerap disebut sebagai kognisi sosial. Nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik yang diperkenalkan oleh Van Dijk. Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu produksi, sehingga kita memiliki suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam ini. Menurut Van Dijk, teks bukan sesuatu yang datang dari langit, bukan pula ruang hampa yang mandiri, akan tetapi teks dibentuk dalam suatu diskursus, suatu praktik wacana (Eriyanto, 2001:221-222).

Wacana oleh Van Dijk memiliki tiga dimensi atau bangunan kewacanaan: dimensi teks, kognisi sosial dan konteks sosial.Sedangkan inti dari analisis wacana Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut tersebut ke dalam satu kesatuan. Suatu wacana terdiri atas tiga struktur/tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung, (Sobur, 2004: 73-74)yaitu:

1) Struktur makro. Ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa.

2) Superstruktur adalah kerangka suatu teks, bagaimana struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh.

3) Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase yang dipakai dan sebagainya.

Tabel 2.1.8 Struktur/Elemen Wacana AWK Van Djik Struktur Wacana Hal Yang Diamati Elemen Struktur Makro

Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks

Tematik

Tema wacana bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu perisiwa

Topik

Super Struktur

Kerangka suatu teks,

seperti bagian pendahuluan, isi, penutup

dan kesimpulan

Skematik

Bagaimana struktur dan elemen wacana disusun dalam teks secara utuh

Skema

Struktur Mikro

Merupakan makna wacana yang dapat

diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase dan sebagainya

Semantik

Makna yang ingin ditekankan dalam teks, misal denganmemberi detailpada suatu sisi atau membuat satu eksplisit satu sisi dan mengurangi detail sisi lain.

Sintaksis

Bagimana kalimat (bentuk susunan yang dipilih)

Stilistik

Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita

Retoris

Bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan

Latar, detail maksud praanggapan,

nomunalisasi

Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti

Leksikon

Grafis, metafora, ekspresi

a) Temantik

Tema/topik berarti sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan atau gambaran umum dari suatu teks. Dapat disebut juga gagasan inti, ringkasan atau yang utama dari suatu teks. Topik menunjukkan apa yang ingin disampaikan oleh komunikator. Menurut Van Djik umumnya dibentuk dalam tata aturan umum. Teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan tertentu atau topik tertentu tetapi suatu pandangan umum yang koheren (koherensi global), yakni bagian-bagian teks jika diurut saling mendukung satu dengan yang lain mendukung membentuk gambaran topik umum. Topik tersebut akan didukung oleh sub-sub topik (Eriyanto, 2001: 230).

b) Skematik

Skema merupakan alur penyajian berita atau wacana. Alur tersebut menunjukkan bagian-bagian teks itu disusun dan diurutkan sehingga membentuk satu kesatuan. Ada bagian yang didahulukan, ada bagian yang mengikutinya dan ada bagian yang disembunyikan (Eriyanto, 2001: 231). c) Semantik

Yang termasuk dalam elemen semantik adalah latar, detail maksud, praanggapan. Latar adalah bagian teks yang dapat mempengaruhi semantik. (arti kata) yang ingin ditampilkan. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak akan dibawa. Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat komunikator yang sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat komunikator sangat beralasan.

Detail berkaitan dengan kontrol informasi yang disampaikan komunikator, apa komunikator menampilkan informasi secara berlebihan yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik, atau akan menampilkan informasi dengan jumlah sedikit bila tidak menguntungkan atau tidak

mendukung citra baik. Elemen maksud adalah elemen yang menunjukkan apakah informasi disampaikan secara telanjang atau tidak, eksplisit atau implisit. Praanggapan merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung suatu teks, upaya mendukung pendapat dengan menggunakan premis yang dipercaya kebenarannnya. Berbeda dengan latar, latar berupaya mendukung pendapat dengan jalan memberikan latar belakang (Sobur, 2004: 79).

d) Sintaksis

Segi sintaksis berhubungan dengan penataan bentuk dan susunan kalimat untuk membangun pengungkapan gagasan, ide yang logis. Bagian kalimat kalimat yang satu dijalin dengan bagian atau kalimat lainsehingga membentuk suatu kesatuan yang padu. Bentuk kalimat aktif atau pasif yang sering digunakan untuk menonjolkan objek atau pelaku peristiwa atau kejadian, sering digunakan untuk menyembunyikan pelaku peristiwa yang diberitakan.

Dalam analisis wacana koherensi pertalian atau jalinan antarkata, proposisi, atau kalimat. Koherensi digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat atau paragraf sehingga yang berbeda gagasannya menjadi selaras mendukung gagasan utama yang disampaikan. Koherensi dapat ditandai dengan penunjuk hubungan (atau yang disebut kohesi) dalam kalimat. Penunjukan hubungan itu diantaranya: 1) kata penghubung, dan, sebab akibat, meskipun 2) kata ganti, 3) pemindahan gagasan/transisi, 4) bentuk kalimat aktif dan pasif (Sobur, 2004: 81).

e) Stilistik

Dari segi stilistika adalah gaya yaitu carayang digunakan penulis atau pembicara yang menyatakan maksudnya dengan menggunakan gaya bahasa. Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan kata unuk membentuk citra makna tertentu. Melalui pemilihan kata peristiwa yang sama dapat digambarkan dengan kata yang berbeda. Hal itu berkaitan dengan sikap dan pandangan penulis atau pembicara dalam memaparkan suatu informasi atau persoalan

tertentu. Dengan demikian melalui penggunaan gaya bahasa dapat diketahui sikap dan pandangan penulis atau pembicara (Sobur, 2004: 82).

f) Retoris

Retoris merupakan gaya interaksi pembicara/penulis ketika menyampaikan tulisan atau pembicaraannya yakni bagaimana pembicara menempatkan/memposisikan dirinya di depan khalayak apakah formal atau informal. Bagian ini berkaitan dengan ekspresi untuk menonjolkan atau menghilangkan bagian tertentu dari suatu teks. Bagian retoris ini merupakan bagian untuk menampilkan citra visual misal, mengenai suatu kelompok yang ditonjolkan dengan kelompok yang dimarginalkan. Yang termasuk ke dalam elemen ini adalah ekspresi, grafis dan metafora. Grafis adalah bentuk tulisan, apakah penulisan itu huruf kapital atau huruf kecil, ukuran besar atau kecil, cetak miring, tebal atau bergaris bawah, berwarna atau tidak. Bentuk tulisan tersebut digunakan untuk meyampaikan bagian yang ditonjolkan atau dipentingkan dan bagian yang tidak dipentingkan atau dimarginalkan (Sobur, 2004: 83-84).

Teori Retorika Aristoteles:

Ethos: karakter, intelegensi, dan niat baik yang dipersepsikan dari seorang pembicara ketika hal-hal ini ditunjukkan melaluipidatonya.

Logos:bukti-bukti logis yang digunakan olehpembicara (argumen mereka, rasionalisasi, bahasa yang jelas danwacana).

Pathos:emosi yang dimunculkan dari parapendengar. 2.2. Kerangka Pemikiran

Pidato pelantikan perdana Donald Trump sebagai seorang Presiden tentu menjadi sorotan bagi publik dan media. Sebagai seorang Presiden, tentu Trump akan berusaha menyampaikan hal-hal yang baik dalam pidatonya. Isi pidato yang Trump sampaikan menarik untuk diteliti, karena pidato seorang presiden merupakan cerminan keadaan sosial politik saat itu dan momentum untuk mengekspresikan semangat moral seorang presiden kepada seluruh rakyatnya dalam program kerja yang akan dilaksanakannya.

Isi pidato menggunakan Analisis Wacana Kritis

Dokumen terkait