• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS DAMPAK PENGUSAHAAN DAN BUDIDAYA

3.4 Ancaman Kesehatan di Kecamatan Rantau Utara

Kondisi lingkungan Kota Rantauprapat yang pada saat ini dibanjiri oleh ruko pengusahaan sarang burung walet sudah pasti juga akan mengakibatkan kestabilan dan keharmonisan ekologi menjadi rusak yang mengarah kepada terganggunya kehidupan seluruh ekosistem. Hal ini dibuktikan dengan ketidaknyamanan yang dirasakan di lingkungan yang banyak berdiri pengusahaan sarang burung walet. Selain polusi suara, ketidaknyamanan lainnya dapat ditimbulkan dari lalu lalangnya burung walet di udara pemukiman warga, sebagaimana perilaku burung walet yang suka berterbangan bebas di udara.

Pada masyarakat modern, dengan kemajuan proses pemikiran manusia, maka bentuk lingkungan alamiah tersebut menjadi berubah. Kemudian di dalam lingkungan ini akan terjadi suatu bentuk ekosistem baru, yang bersifat kurang keanekaragamannya karena selalu diselaraskan dengan kebutuhan atau keinginan satu makluk saja, yaitu manusia. Sebuah hutan yang berisi beribu-ribu macam spesies tanaman dan binatang, dengan menggunakan alat-alat berat yang digerakkan oleh satu atau beberapa tenaga kerja, kemudian diubah menjadi sawah yang hanya ditanami satu macam tanaman, dengan beberapa macam binatang seperti ternak, ikan dan semacamnya. Keadaan baru ini jelas amat berbeda bila dibandingkan dengan

77

keadaan asal mulanya. Oleh karena itu, di dalam lingkungan semacam ini interaksi ekologis yang harmonis menjadi rusak sehingga kestabilan kehidupan secara menyeluruh dari ekosistem tersebut menjadi terganggu.63

“Kalau melihat dari indikator kesehatan lingkungan kita, sebenarnya kita bisa lihat bahwa tidak ada hubungannya kesehatan lingkungan dengan usaha walet.Tapi kalau kita kaji lagi, sebenarnya bisa jadi ada hubungannya.Saya yakin, daerah tempat ruko-ruko walet itu belum tentu steril dari gangguan penyakit.Kita sendiri juga tidak tahu bagaimana kondisi di dalam ruko itu.Apakah di dalam itu tempat bersarang dan perkembangbiakan nyamuk, kita belum teliti itu.Tapi memang sejauh ini, usaha walet di sini belum ada dampaknya terhadap kesehatan.”

Melalui wawancara, Dinas Kesehatan menyatakan:

64

“Sebenarnya ya, tak ada limbahnya walet ini. Kotoran walet itu seperti abu. Kalau kita pegang itu, persis kayak abu, langsung habis di remas. Kotorannya Terjadi pembiaran dari Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu terkait ancaman kesehatan yang sewaktu-waktu mengintai atas pengusahaan sarang burung walet di Kota Rantauprapat. Dari hasil wawancara, tampak bahwa kegiatan pengusahaan sarang burung walet sebagai sesuatu yang tidak berdampak terhadap kesehatan lingkungan. Hal tersebut sangat menguatkan argumentasi bahwa lemahnya posisi tawar politik lingkungan di daerah yang hanya mementingkan sumber daya alam ketimbang eksistensi lingkungan tersebut.

Pengakuan Bapak Muksin, selaku pakar dan pengusaha sarang burung walet, bahwa:

63

Fuad amsyari, 1996.Membangun Lingkungan Sehat Menyambut Lima Puluh Tahun Indonesia Merdeka.Airlangga University Press. hlm 9

64 Hasil wawancara dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu pada 25-06-15, pukul 10.15 WIB di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu

78

pun hanya ada di ruko itu saja, mana mau dia hinggap-hinggap. Kalaupun ada, jarang lah itu. Biasanya kami waktu panen lah membersih-bersihkan tempat walet itu, kotorannya dikumpulkan terus dimasukkan ke goni. Itu biasanya kami buang ke Tempat Pembuangan Sampah yang di Perlayuan. Sekalian, mengganti air di ember-ember itulah. Dampaknya sebenarnya tidak ada. Paling cuma kebisingan saja dari suara pemancing itu. Itupun, kan sudah kita atur jam-jamnya. Jam 20.00 WIB itu rata-rata udah mati semua itu ruko walet. Tapi memang kalau di jalan Sanusi itu, 24 jam itu. Karena disitu lah ruko walet paling banyak. Kalau pencemaran udara atau air, hanya sedikit saja. Karena walet mau sesekali keluar untuk mencari makanan di sungai atau kolam-kolam, waduk. Kalau dampak kesehatan sejauh ini tidak pernah ada kasus. Malah orang-orang yang memanen sarang burung walet tidak pernah ada sakit apapun. Apalagi, banyak juga ruko walet itu ditinggali oleh yang punya di bawahnya. Jadi soal kesehatan itu tidak ada gangguan.”65

Substansi kedua dari politik-ekonomi adalah politik pertanahan dan sumber daya alam.Pengelolaan pertanahan dan sumber daya alam secara adil dan dengan akses yang terbuka bagi publik—terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi. Masalah tanah merupakan modal produksi utama bagi pengusaha di sektor mana pun (pertanian, industri, jasa, dan sebagainya). Politik pertanian dan politik industri akan menjadi lebih adil jika aspek dasar dalam pengelolaan pertanahan dan sumber daya alam bersifat adil pula. Selama ini, tanah diperlakukan sebagai komoditas ekonomi, yang dapat dispekulasi untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.66

Kondisi sumber daya alam Kota Rantauprapat yang mengalami penghisapan secara terus menerus ini bermuara pada lemahnya posisi tawar politik lingkungan, yang disebabkan oleh kekuatan politik ekonomi yang dijadikan sebagai poros utama dalam pembangunan daerah. Tanah ataupun sumber daya alam diperlakukan sebagai

65

Hasil wawancara dengan Pak Muksin, Pengusaha Walet. Pada 11-06-15, pukul 18.45 WIB di kediaman Bapak Muksin

66

79

komoditas ekonomi yang tidak memerlukan pelestarian ataupun pembaharuan. Sehingga pada akhirnya, lingkungan akan mengalami gangguan yang mengarah kepada lahirnya gangguan kesehatan bagi masyarakat di lingkungan.

Perlu digarisbawahi bahwa laporan pembangunan suatu wilayah umumnya hanya mengajukan jumlah benda atau materi yang akan dibangun dari tahun ke tahun tanpa pernah menghitung dan melaporkan berapa besar kekayaan daerah/tanah air atau sumber daya alam yang sudah dihabiskan, dan berapa banyak orang yang telah diperas keringatnya dalam artian diberi gaji yang hanya untuk bernapas belaka dalam suatu proses produksi yang berlimpah keuntungan ekonomisnya.67

Mengingat pentingnya dampak kesehatan dari pencemaran lingkungan, maka sudah saatnya dilakukan uji dampak kesehatan secara menyeluruh di Indonesia sehingga dapat diperoleh nilai Baku Mutu Lingkungan (BML) pencemaran udara Pembangunan yang terjadi di Kota Rantauprapat berjalan tidak sesuai dengan pola pembangunan berwawasan lingkungan. Pasalnya, kegiatan usaha walet berjalan tidak dibarengi dengan kebijakan yang jelas, mulai dari izin pengusahaan, penelitian tentang kesehatan lingkungan, serta pengutipan retribusi guna melihat potensi pendapatan daerah. Pengusahaan ini terkesan berjalan secara eksklusif, pemerintah bertahan dengan kebijakan yang belum jelas, sementara kegiatan terus berjalan memperkaya pengusaha dan mengakibatkan kemerosotan kualitas kesehatan lingkungan.

67Fuad amsyari, 1996.Membangun Lingkungan Sehat Menyambut Lima Puluh Tahun Indonesia Merdeka.Airlangga University Press. hlm 24

80

yang lebih disesuaikan dengan kondisi bangsa sendiri.68

Kegawatan masalah lingkungan adalah berat ringannya masalah lingkungan ditinjau dari segi pengaruhnya terhadap kondisi penduduk yang akibatkan ancaman terhadap kondisi kesehatan penduduk pada daerah tertentu. Umumnya gangguan kesehatan oleh masalah lingkungan dibedakan dalam lima bentuk dasar yaitu, kematian, kesakitan, gangguan fungsi organ/cacat, gangguan produktivitas, dan gangguan kenyamanan. Di samping berbagai bentuk gangguan di atas, macam gangguan kesehatan dapat pula berupa gangguan akut/mendadak karena timbul secara cepat, dan gangguan kronik/menahun karena berlangsung perlahan dalam waktu yang lama. Kematian dan beberapa macam keracunan adalah kejadian akut, sedangkesakitan seperti alergi, kanker, gangguan fungsi organ atau cacat merupakan proses kronik.

Dengan demikian, setiap kegiatan ekonomis masyarakat dapat dikaji dampaknya. Sebagai bentuk perencanaan dan pengendalian, uji dampak kesehatan akan sangat bermanfaat pada penekanan jumlah penyakit yang disebabkan oleh suatu kegiatan pengusahaan.

69

No

TABEL 3.5

JUMLAH KASUS 10 PENYAKIT TERBANYAK DI KABUPATEN LABUHAN BATU

Jenis Penyakit Banyaknya Kasus

1. Penyakit kulit karena jamur 3.057

68

Ibid., hlm 89

69 Fuad Amsyari. 1992. Dasar-Dasar dan Metoda Perencanaan Lingkungan Pembangunan. Widya Medika. Jakarta. hlm 62

81

2. Penyakit lain pada saluran pernafasan bagian atas 8.908 3. Infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas 19.203 4. Penyakit pada otot dan jaringan pengikat 10.897

5. Diare 6.918

6. Penyakit kulit alergi 8.256 7. Infeksi penyakit usus yang lain 5.091 8. Penyakit kulit infeksi 5.360 9. Penyakit rongga mulut, kelenjar ludah, rahang 4.469 10. Penyakit tekanan darah tinggi 5.979

Jumlah 78.138

Sumber: Dinas Kesehatan Labuhan Batu

Dari data statistik sepuluh penyakit terbanyak di Kabupaten Labuhan Batu mengindikasikan bahwa kesehatan lingkungan merupakan alasan terkuat bahwa penyakit-penyakit ini sangat banyak terjadi. Penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas (ISPA) mendapat predikat penyakit terlaris dengan jumlah kasus 19.203. Penyakit ini ditimbulkan oleh buruknya kualitas udara bersih yang dikonsumsi oleh warga, ditambah perilaku masyarakat yang tidak sehat. Diperparah lagi, penyakit ini merupakan jenis penyakit yang dapat tertular dengan bebas kepada siapa saja yang terkontaminasi dari objek yang mengidap penyakit ini.

Melalui wawancara dengan Dinas Kesehatan terkait belum adanya pernah dilakukan penelitian tentang efek penyakit yang dapat ditularkan oleh walet, Bapak Lindung menyatakan:

“Belum. Kita belum pernah buat penelitian semacam itu. Karena itu tadi, sejauh ini tidak ada pernah ketahuan dampaknya terhadap kesehatan di Labuhan Batu ini. Tapi bukan berarti saya menyimpulkan bahwa di Labuhan

82

Batu ini bebas dari penyakit-penyakit seperti penelitian LIPI itu. Tapi nanti kita akan cobalah koordinasi dulu dengan pihak-pihak terkait, SKPD-SKPD, untuk meneliti ini. Karena memang, kalau berbicara penyakit, dia bisa tidak tampak langsung, bisa saja dia berkembang di dalam dan pada waktunya baru ketahuan. Menurut data tentang 10 penyakit yang paling sering terjadi di Rantauprapat salah satunya tentang ISPA, alergi kult, diare. Kalau penyakit ISPA ini mencakup usia-usia sedang ke lanjut. Diduga penyebab utama penyakit ini karena kotornya udara yang dihirupnya, sehingga menimbulkan radang pernapasan. Nah, kalau sudah begini, ini dapat tertular kepada orang lain, ketika dia berkomunikasi, sekarang tergantung daya tahan tubuh orang saja. Kalau antibody-nya kuat biasanya tahan, kalau yang lemah biasanya tertular. Itu juga tergantung aktivitas dan pekerjaan juga. Biasanya, pekerja-pekerja lapangan, kuli, dan yang aktif merokok selama 30 tahun inilah yang sering mengidap penyakit ISPA ini. Kalau alergi kulit, diare, ini disebabkan kebersihan air, makanan maupun udara. Bisa jadi disebabkan oleh tidak sehatnya perilaku makanan, jajan sembarangan. Tapi sejauh ini, tidak pernah ada yang mengaku sakit ISPA ataupun alergi itu disebabkan dari ruko walet.”70

Melihat akreditasi LIPI dan posisi Kabupaten Labuhan Batu yang sangat banjir akan pengusahaan sarang burung walet maka dirasa sangat mendesak untuk Dinas Kesehatan Labuhan Batu mengaku bahwa belum pernah ada kasus penyakit yang ditimbulkan dari pengusahaan sarang burung walet di Kota Rantauprapat, tetapi melihat penyakit ISPA yang menduduki peringkat pertama penyakit terbanyak, sepertinya perlu dilakukan kajian lebih lanjut atas penyebab penyakit ini. Sejalan dengan itu, perlu pembuktian bahwa penelitian yang pernah dilakukan oleh LIPI bahwa pengusahaan sarang burung walet yang berada di pemukiman warga akan berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat sekitar. LIPI menyatakan bahwa burung walet dapat mengantarkan virus, yang dapat menyerang otak, syaraf maupun penyakit lainnya.

70 Hasil wawancara dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu pada 25-06-15, pukul 10.15 WIB di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu

83

segera dilakukan penelitian yang serupa di Kabupaten Labuhan Batu. Hal ini mengingat status Kecamatan Rantau Utara sebagai kawasan pusat pelayanan kota, sudah pasti diperlukan perhatian yang lebih terhadap kesehatan lingkungan untuk menjaga kesinambungan aktivitas perkotaan. Penelitian serupa juga harus dilakukan Kabupaten Labuhan Batu dalam mengukur tingkat kebisingan suara usaha walet ini, mengingat kebisingan merupakan salah satu faktor yang dapat menghasilkan ketidaknyamanan serta memicu pada gangguan kesehatan lingkungan.

84 BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dengan berlakunya otonomi daerah, setiap daerah berhak menjalankan pemerintahannya sendiri demi perwujudan desentralisasi kekuasaan. Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dengan membuat peraturan daerah guna memperkuat legitimasi kekuasaan di daerah serta sebagai dasar dalam pengelolaan pemerintahan. Otonomi berarti kekuasaan eksekutif dan legislatif berjalan tanpa adanya intervensi langsung dari pemerintahan pusat.

Kota Rantauprapat sebagai daerah otonom pun demikian. Status kabupaten Labuhan Batu yang telah mengalami pemekaran menjadi dua Kabupaten baru, Kota Rantauprapat dapat dinilai sebagai percontohan bagi Kabupaten Labuhan Batu Utara dan Labuhan Batu Selatan sebagai daerah yang pernah satu. Hal tersebut menjadikan Kota Rantauprapat menjadi sebuah kawasan perkotaan yang perlu memperhatikan keberlangsungan statusnya sebagai kawasan perkotaan.

Dari segi ekonomi, Kota Rantauprapat masih mengandalkan perkebunan sebagai motor utama dalam pendapatan daerah meskipun bukan hanya itu saja. Potensi Kota Rantauprapat sebagai kawasan perkotaan tampaknya tidak diimbangi dengan proses pelestarian lingkungan. Terutama pada pengusahaan sarang burung walet yang masih banyak beroperasi secara bebas di Kota Rantauprapat.Mengingat

85

status perkotaan yang tersemat, pemerintah dirasa tidak banyak memperhatikan tentang lingkungan hidup.

Kota Rantauprapat memang sudah sejak lama banyak dijumpai pengusahaan sarang burung walet, bahkan konon sempat dikenal dunia akan kualitas sarang burung waletnya. Hal tersebut tidak sama dengan hari ini, di mana pasar sarang burung walet khususnya dari daerah Labuhan Batu sedang lesu. Berbagai spekulasi mengatakan bahwa penyebab utamanya adalah kerakusan oknum pengusaha yang memanipulasi sarang burung walet menjadi kualitas super.

Dari sekian lamanya kegiatan ini berusaha di Kota Rantauprapat, pemerintah setempat hanya mengeluarkan peraturan yang kurang tegas.Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2009 tentang izin pengusahaan sarang burung walet saat ini hanya sebatas pajangan saja. Terbukti, semua pengusahaan sarang burung walet di Kota Rantauprapat tidak memiliki izin pengusahaan. Berlanjut dengan Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2011 tentang pajak sarang burung walet yang dinilai juga kurang efektif. Bagaimana mungkin dapat dikutip pajaknya sementara pengusahanya tidak mempunyai izin menjalankan kegiatan.

Penelitian ini meneliti dampak pengusahaan sarang burung walet terhadap lingkungan di Kota Rantauprapat di Kecamatan Rantau Utara. Kecamatan Rantau Utara sendiri merupakan pusat pelayanan perkotaan di Kota Rantauprapat, tetapi justru masih banyak dijumpai ruko-ruko sarang burung walet yang beroperasi

86

berdampingan dengan pemukiman warga, juga tidak mempunyai izin menjalankan kegiatan.

Terdapat empat dampak yang dibahas dalam penelitian ini tentang dampak pengusahaan sarang burung walet di Kota Rantauprapat. Pertama, dampaknya terhadap tata ruang perkotaan Kota Rantauprapat. Melalui dokumen hasil rencana tata ruang perkotaan Kota Rantauprapat, tidak ada bentuk pengalokasian terhadap kegiatan ini di Rantauprapat. Artinya, kegiatan ini merupakan kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang perkotaan Rantauprapat yang sudah diproyeksikan sebagai pusat perkotaan yang diharapkan dapat mewujudkan kondisi lingkungan perkotaan yang kondusif.

Bahwa Kota Rantauprapat sudah difungsikan menjadi pusat pelayanan perkotaan sesuai dengan hasil rencana tata ruang perkotaan. Kecamatan Rantau Utara sendiri memiliki sekitar lima puluh pengusahaan sarang burung walet, sementara fungsi Kecamatan ini sudah diproyeksikan sebagai pusat pelayanan kota dengan daya dukung fasilitas perkotaan seperti, pasar skala regional, terminal skala regional, terminal skala regional, sekolah, perkantoran, pertokoan grosir, serta ruang terbuka hijau (RTH).

Kedua, pencemaran lingkungan yang disebabkan pengusahaan sarang burung walet. Dampaknya terjadi akibat pembiaran lingkugan perkotaan, bahwa lingkungan tempat lokasi pengusahaan sarang burung walet menjadi tidak sehat, sampah berserakan, saluran parit tersumbat, jalanan rusak, dan udara yang tidak sehat. Hasil

87

observasi penelitian ini menunjukkan bahwa dampak-dampak di atas merupakan kondisi nyata dari berdirinya pengusahaan sarang burung walet. Ketidaksadaran pengusaha dan warga akan keadilan lingkungan menjadikan kawasan di Kecamatan Rantau Utara tercemar lingkungannya.

Ketiga, polusi suara yang ditimbulkan dari musik pemancing burung walet yang beroperasi sepanjang hari. Tweeter merupakan alat yang digunakan untuk memanggil walet yang berterbangan di udara, agar mau masuk ke dalam ruko dan bersarang di dalam. Pemerintah setempat pun tidak pernah merasa bahwa lingkungan perkotaan menjadi tidak kondusif atas kebisingan yang dialami sepanjang hari. Demikian juga warga Rantauprapat yang sejauh ini tidak pernah melakukan protes yang berarti atas ketidaknyamanan yang mereka alami. Masalah kebisingan merupakan hal yang dapat memicu gangguan fisiologis dan psikologis, melalui penelitian yang dilakukan oleh Universitas Riau terhadap kebisingan dari pengusahaan sarang burung walet.

Terakhir, ancaman kesehatan yang senantiasa mengintai masyarakat. Kondisi lingkungan yang tidak kondusif, tidak bersih tentu akan mengakibatkan kualitas kesehatan perkotaan akan rentan. Menurut data, penyakit yang paling sering terjadi di Kota Rantauprapat adalah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), yang diketahui penyebab utamanya adalah kualitas udara yang tidak sehat. Belum lagi, pemerintah belum pernah melakukan penelitian tentang dampak kesehatan yang dapat ditularkan oleh burung walet seperti yang dilakukan oleh LIPI, yang mengatakan bahwa burung walet mampu menularkan virus yang dapat menyerang otak dan syaraf.

88 4.2 Saran

Dari dampak terhadap lingkungan perkotaan Rantauprapat, penelitian ini menyarankan agar pemerintah Kabupaten Labuhan Batu seharusnya tidak membiarkan kegiatan pengusahaan sarang burung walet di Kecamatan Rantau Utara dengan segala pertimbangan status kawasan pelayanan kota. Sebelumnya, pemerintah harus terlebih dahulu mempertegas peraturan terkait, bagaimana perizinan sampai pada pengutipan retribusinya dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan daerah guna mendukung proses pembangunan.

Selanjutnya, pengusahaan sarang burung walet dapat dioperasikan di Kecamatan yang tidak padat penduduk. Misalnya, di Kecamatan Pangkatan, Kecamatan Danobale, yang letaknya di pinggir Kota Rantauprapat dan belum padat penduduk. Hal ini berkaitan dengan ketentraman dan kenyamanan lingkungan perkotaan yang membutuhkan dukungan fungsi perkotaan, mengingat tingginya aktivitas sosial dan ekonomi pada kawasan perkotaan.

27 BAB II

PROFIL KOTA RANTAUPRAPAT

DAN KEBERADAAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

2.1 Profil Kota Rantauprapat

Kabupaten Labuhanbatu adalah salah satu daerah yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis, kabupaten Labuhan Batu berada pada 1º41’ - 2º44’ Lintang Utara, 99º33’ - 100º22’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 700 meter diatas permukaan laut (dpl).24

 Kabupaten Labuhanbatu (kabupaten induk)

Kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu kabupaten yang luas dan berada di wilayah pantai timur di bagian timur Provinsi Sumatera Utara. Karena luas wilayah yang begitu besar (922.318 Ha) maka Kabupaten Labuhanbatu pada Tahun 2008 dimekarkan menjadi 3 Kabupaten menjadi:

 Kabupaten Labuhanbatu Utara (berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara Di Provinsi Sumatera Utara)

 Kabupaten Labuhanbatu Selatan (berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Di Provinsi Sumatera Utara).25

24Labuhan Batu Dalam Angka 2014, hlm. 2

25

28

Dari pemekaran tersebut,posisi Kabupaten Labuhanbatu berada diantara Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Meskipun telah mekar, Kabupaten Labuhanbatu tetap memiliki wilayah yang bervariasi dari laut hingga bukit.Jikadiperhatikan posisi geografis Kabupaten Labuhanbatu, Kota Rantauprapat khususnya merupakan pintu gerbang menuju Provinsi Sumatera Utara dari arah pantai timur Pulau Sumatera khususnya dari Provinsi Riau dan sekaligus pusat pertumbuhan di bagian Timur Sumatera Utara. Sebagai daerah lintasan dan pusat pertumbuhan, Kabupaten Labuhanbatu memiliki peranan yang sangat penting dalam melayani wilayah hinterland-nya.26

Dalam konteks Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Labuhanbatu yang dalam hal ini direpresentasikan dengan Kota Rantauprapat memiliki jarak yang bervariasi ke kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Kota utama yang paling jauh untuk ditempuh dari Kota Rantauprapat adalah Kota Sidikalang (Kabupaten Dairi), sedangkan Kota terdekat utama adalah Kota Kisaran (Kabupaten Asahan). hal ini menunjukan tingkat hubungan interaksi atau antar kota baik dalam bentuk orang maupun barang. Dengan mengadopsi rumus fisika, bahwa kekuatan tarik menarik antar kota merupakan fungsi jarak, semakin dekat jarak kota maka semakin besar pula interaksi orang dan barangnya dan sebaliknya semakin jauh jarak antar kota tersebut maka semakin kecil pula tingkat interaksi orang dan barangnya.27

26Ibid., hlm 1

27

29

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara Di Provinsi Sumatera Utara dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Di Provinsi Sumatera Utara, maka wilayah administrasi Kabupaten Labuhanbatu menjadi berkurang. Saat ini secara administrasi, wilayah Kabupaten Labuhan Batu memiliki batas wilayah, yaitu :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Selat Malaka

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu Utara Sebelah Timur : berbatasan dengan Provinsi Riau.

Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu dipimpin oleh seorang Bupati.Kabupaten Labuhanbatu terdiri dari 9 Kecamatan yang terbagi menjadi 98 desa/kelurahan. Dari hasil pemilu 2009, ada 40 orang wakil rakyat dari 17 partai yang duduk sebagai anggota DPRD II Kabupaten Labuhanbatu, dimana yang terbanyak berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golkar masing-masing sebanyak 5 orang. Anggota DPRD tersebut terdiri dari 35 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Sepanjang tahun 2013, DPRD II Kabupaten Labuhanbatu telah menghasilkan 36 keputusan yang terdiri dari 6 Keputusan DPRD, 4 Keputusan Pimpinan DPRD, 2 Keputusan Daerah, dan 24 hasil rapat-rapat. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Labuhanbatu pada tahun 2013 sebanyak 6.212 orang, yang terdiri dari 103 orang bergolongan I, 1.308 orang bergolongan II, 3.257 orang bergolongan III,

Dokumen terkait