• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DPR RI

F. Anggaran Perpustakaan DPR RI

Dana untuk melakukan pengadaan bahan pustakaan dengan cara pembelian, dana tersebut didapat dari anggaran pendapatan dana belanja Negara Sekjen DPR RI. Bidang perpustakaan tidak langsung mengelola anggaran dana melainkan melalui Biro Analisis Anggaran Dan Pelaksanaan APBN.

Dalam melakukan penganggaran untuk pengadaan bahan perpustakaan diperoleh dari dana rutin APBN yang diberikan pemerintah setiap tahunnya. Perpustakaan menganggarkan menjadi empat kali dalam setahun yang disebut pula dengan triwulan. Triwulan pertama yaitu pada bulan april sampai juni, triwulan kedua dimulai dari bulan juli sampai

bulan September, triwulan ketiga dilakukan pada bulan Oktober sampai bulan Desember kemudian triwulan keempat dimulai pada bulan Januari sampai bulan Maret.

Anggaran ini difungsikan untuk melakukan pembelian koleksi buku bahan perpustakaan serta pengadaan surat kabar maupun majalan dalam perpustakaan DPR RI. Bidang perpustakaan hanya menyusun laporan dan mengurusi surat masuk dan keluar RKAKL (Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Atau Lembaga) serta mengurusi transaksi keuangan berupa kwitansi pembelian buku, majalah surat kabar.

G. Koleksi Perpustakaan DPR RI

Perpustakaan DPR RI merupakan salah satu perpustakaan khusus dengan koleksi yang terkait dengan isu-isu pembangunan dan politik di Indonesia. Selain didirikan sebagai sarana penunjang aktivitas DPR RI, perpustakaan ini juga terbuka sebagai pusat ilmu pengetahuan dan pembelajaran bagi masyarkat umum dengan layanan terbatas, hanya dapat dibaca ditempat. Koleksi perpustakaa DPR RI terdiri dari:

1. Koleksi Perpustakaan

Koleksi perpustakaa DPR RI terdiri dari: a. Koleksi Umum

Dari hasil wawancara jumlah koleksi umum secar keseluruhan berjumlah 14133 judul buku yang sebagian besar terdiri atas disiplin ilmu seperti hukum, politik, ekonomi, sosial dan

selebihnya karya umum, filsafat, agama, bahasa, ilmu murni, teknologi, keseniah/olahraga, sastra, sejarah dan geografi.

b. Buku referensi yakni terdiri dari undang-undang, peraturan undang elektronik, risalah peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah lainnya, hasil pemeriksaan BPK, TAP MPR RI, Undang-Undang Dasar 1945 dan amandemennya, tata tertib DPR RI, pidato, kamus, handbook, almanak, direktori, peta, skripsi, tesis, surat kabar, bulletin, majalah, bulletin, hasil penelitian, jurnal, kliping, kliping elektronik, buku world bank, risalah PBB, buku pada pusat statistik.

2. Koleksi World Bank

Koleksi umum yang diterbitkan oleh World Bank dan World Bank

Depkeu, buku-bukunya terdiri dari kebanyakan masalah ekonomi, sosial, politik dan hukum.

3. Koleksi Terbitan Berkala (surat kabar dan majalah)

Terdiri atas 24 surat kabar dalam negeri, daerah dan majalah serta jurnal.

Tabel 3

Jumlah Koleksi Berdasarkan Ragam Koleksi Perpustakaan DPR RI

RAGAM JUMLAH

Buku 14133 Judul

Jurnal 54 Judul

Koleksi World Bank 692 Judul

Referensi 883 Judul

Terbitan DPR 589 Judul

Koleksi Asia Foundation 755 Judul Peraturan dan Undang-Undang 1010 Judul Koleksi elektronik 463 Judul Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan 88 Judul

Koleksi AIPA 209 Judul

H. Gedung Perpustakaan DPR RI

Semua kegiatan perpustakaan dilaksanakan di dalam gedung perpustakaan yang khusus di desain sesuai dengan fungsi perpustakaan sehingga berbeda dengan perencanaan gedung perkantoran atau gedung umum lainnya. Keterlibaran pustakawan dalam mendesain gedung perpustakaan sangat menentukan keberhasilanperancangan yang memenuhi persyaratan sebuah gedung perpustakaan. Jika dianggap perlu, pustakawan dapat dibantu oleh seorang konsultan atau arsitektur yang berpengalaman dalam mendesain gedung perpustakaan.

Perpustakaan DPR RI Jakarta menempati gedung Nusantara II Paripurna yang terdiri dari dua lantai:

1. Lantai 1 perpustakaan tersedia surat kabar, jurnal (majalah ilmiah), Risalah PBB dan ruang baca.

2. Lantai 2 perpustakaan tersedia ruang baca, study carel, ruang audio visual, bagian peminjaman, bagian pengadaan, pengolahan, ruang KTU (Kepala Tata Usaha), ruang pegawai dan ruang kepala perpustakaan.

I. Fasilitas dan Perlengkapan

Perpustakaan DPR RI menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan oleh para pemustaka. Fasilitas biasanya dihubungkan dalam pemenuhan suatu prasarana umum yang terdapat dalam suatu perusahaan-perusahaan ataupun organisasi tertentu. Fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan DPR RI adalah:

a. Fotokopi

Fotokopi adalah salah satu fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan DPR RI kepada pemustaka, khususnya untuk para pegawai di lingkungan DPR RI dan umumnya pemustaka dari luar lingkunga perpustakaan DPR RI. Untuk fasilitas fotokopi tidak dikenakan biaya kecuali untu pemustaka dari luar lingkungan perpustakaan DPR RI.

b. Wifi

Fasilitas ini dapat digunakan oleh pemustaka yang membawa barang elektronik seperti laptop. Dengan meminta No ID kepada petugas, pemustaka dapat menggunakan fasilitas wifi ini secara gratis.

Katalog merupakan sistem simpan dan temu kembali informasi. Jeniskatalog yang digunakan oleh perpustakaan DPR RI adalah katalog online (OPAC) yang menggunakan SLiMS. Fasilitas OPAC pada perpustakaan DPR RI terdapat kurang lebih 10 komputer yang dapat digunakan.

d. Database Online

Pada perpustakaan DPR RI database online ini termasuk dalam kompas online. Kompas online merupakan fasilitas yang dilanggan oleh perpustakaan untu kemcari berita-berita atau kliping yang berdasarkan subjek, hari, bulan dan tahun.

62 BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Metode Pengambilan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Untuk penelitian kualitatif penulis mendapatkan data dengan melakukan wawancara terhadap informan yaitu:

a. Nama : Tenny Rosanti, Sos, M.si NIP : 19750517200032003

Jabatan : Fungsional Pustakawan Muda/ IIID b. Nama : Qatriatna Widiasti, S.Hum

NIP : 1977092420002002

Jabatan : Fungsional Pustakawan Pertama/ IIIA c. Nama : Rini Widyastuti

NIP : 167709041999032002

Jabatan : Staf Bidang Perpustakaan DPR RI (Struktural) d. Komisi : I-Anggota

ID Anggota : A-21

Nama : H. Ahmad Muzani

Fraksi : Partai Gerakan Indonesia Raya Dapil : Lampung I

e. Komisi : II- Anggota ID Anggota : A-115

Nama : Drs. H. Rusli Ridwan, M.si Fraksi : Partai Amanat Nasional Dapil : Banten II

f. Komisi : III-Anggota ID Anggota : A-149

Nama : Drs. H. Otong Abdurrahman Fraksi : Partai Kebangkitan Bangsa Dapil : Jawa Barat III

g. Komisi : IV-Anggota ID Anggota : A-31

Nama : Abdul Wachid

Fraksi : Partai Gerakan Indonesia Raya Dapil : Jawa Tengah II

h. Komisi : V-Anggota ID Anggota : A-218

Nama : Drs. H. Eldie Suwandie Fraksi : Partai Golongan Karya Dapil : Jawa Barat IX

i. Komisi : VI-Wakil Ketua 1 ID Anggota : A-7

Nama : Erik Satya Wardhana Fraksi : Partai Hati Nurani Rakyat Dapil : Jawa Barat III

j. Komisi : VII-Wakil Ketua 1 ID Anggota : A-238

Nama : Zainudin Amali

Fraksi : Partai Gerakan Indonesia Raya Dapil : Jawa Timur VI

k. Komisi : VIII-Ketua ID Anggota : A-168

Nama : Dra. Hj. Ida Fauziyah Fraksi : Partai Kebangkitan Bangsa Dapil : Jawa Timur VIII

l. Komisi : IX-Anggota ID Anggota : A-216

Nama : Sunaryo Adhiwardoyo, SH. MH Fraksi : Partai Golongan Karya

Dapil : Jawa Barat VIII m. Komisi : X-Wakil Ketua 3

ID Anggota : A-366

Nama : Drs. Utut Udianto

Fraksi : Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dapil : Jawa Tengah VII

n. Komisi : XI-Anggota ID Anggota : A-215

Fraksi : Partai Golongan Karya Dapil : Jawa Barat VII

o. Nama : X

Jabatan: Staf Ahli p. Nama : X

Jabatan: Staf Ahli

B. Pengadaan Surat Kabar Bagi Anggota Dewan

Perpustakaan DPR RI melanggan surat kabar bagi anggota dewan sejak tahun 2001, akan tetapi Perpustakaan DPR RI sampai saat ini belum mempunyai kebijakan tertulis mengenai pengembangan koleksi, termasuk di dalamnya mengenai pengadaan surat kabar bagi anggota dewan, namun tertulis pada proposal rencana kerja kegiatan bidang Perpustakaan DPR RI.

Padahal kebijakan tertulis mengenai pengadaan surat kabar dibutuhkan sebagai pedoman bagi selektor dan ketentuan, serta ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara pengadaan surat kabar Perpustakaan DPR RI, yang telah disetujui oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab, atas upaya penambahan dan perluasan koleksi disuatu perpustakaan yang di dalamnya mencakup segala aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan, pendanaan, pemilihan, dan pengadaan bahan pustaka.

Kebijakan pengadaan surat kabar ini, akan menjadi sebuah kerangka kerja dan sekumpulan parameter yang dijadikan sebagai acuan kerja oleh staf Perpustakaan DPR RI dan menilai pelayanan kepada pengguna perpustakaan.

Dari pernyataan di atas, penulis menganalisis bahwa Perpustakaan DPR RI merupakan perpustakaan khusus instansi pemerintah, yang tugas pokoknya melayani anggota dewan dan Setjen DPR RI dan memenuhi kebutuhan informasi, sehingga koleksinya juga relatif terbatas yang berkaitan dengan tugasnya. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari tentu membutuhkan informasi yang up to date berkaitan dengan tugas DPR RI yang salah satu tugasnya pembuat kebijakan dan undang-undang, untuk menambah informasi para anggota dewan perlu menambah dan mengembangkan pengetahuan serta keterampilannya.

Perpustakaan DPR RI bertugas dan berfungsi menyediakan sumber-sumber informasi yang dapat mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan organisasi yang menaungi. Untuk itu, Perpustakaan DPR RI mempunyai koleksi perpustakaan dibidang yang menyediakan informasinya secara up to date salah satunya menyediakan surat kabar.

Perpustakaan DPR RI belum mempunyai kebijakan tertulis mengenai kebijakan pengadaan surat kabar, seharusnya suatu perpustakaan itu harus memiliki kebijakan perpustakaan secara tertulis untuk mengembangkan koleksinya seperti yang telah ditulis dalam Dictionary For Library And Information Science kebijakan pengembangan koleksi yaitu;

“Pernyataan tertulis yang dibuat secara resmi dari prinsip-prinsip perpustakaan, termasuk kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan mengenai seleksi bahan pustaka (bidang yang dicakup, spesialisasi, tingkat kesulitan, bahasa, format, keseimbangan, dll) dan kebijakan mengenai hadiah dan pertukaran. Kebijakan pengembangan

koleksi dapat sangat membantu dalam menjawab tantangan dari kelompok penekan.”65

Kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis dapat menjadikan staf perpustakaan mengetahui dan benar-benar berkomitmen pada tujuan dari perpustakaan, membantu mereka mengidentifikasi kebutuhan pengguna baik yang jangka pendek atau jangka panjang dan untuk membantu penyusunan prioritas alokasi dana serta dapat menjadi dokumen yang bisa di akses oleh siapa saja atau menjadi sebuah dokumen publik. Ini karena bila ada orang yang ingin membacanya dia akan mengetahui untuk siapa utamanya koleksi ditujukan.

Meskipun biasanya kebijakan dibuat untuk maksud yang baik, tapi pada intinya adalah membatasi. Ini karena kebijakan menentukan tindakan apa yang dilakukan dan mencegah penyimpangan dari aturan yang sudah disepakati. Kebijakan berusaha menghilangkan perbedaan yang biasanya berasal dari konflik pribadi dan tekanan lainnya. Kebijakan menjadi sarana yang efektif untuk menyebarkan sebuah keputusan kesemua tingkatan organisasi. Dengan adanya garis-garis besar kebijakan, semua individu di semua tingkatan bisa membuat keputusan yang sesuai dengan garis-garis kebijakan. 66

1. Teknis Pembelian Surat Kabar

65

Joan M Reitz. Dictionary for Library and Information Science, (London: 2004, Libraries Unlimited) h. 157

66

Robert D Stueart, library and information center management, (Corolado: Libraries Unlimited, 2002) h. 79

Pengadaan surat kabar Perpustakaan DPR RI secara lisan, seperti kebijakan teknis pengadaan surat kabar dengan cara penunjukan langsung ke penerbit, seperti kompas penunjukannya langsung ke penerbit kompas dan apabila penerbit tidak bisa memberikan surat kabar, maka penerbit tersebut harus menunjuk penerbit lain untuk mendapatkan barang tersebut.

Dari pernyataan di atas, penulis menganalisis bahwa Perpustakaan DPR RI sudah melakukan pembelian surat kabar bagi anggota dewan sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Pasal (38) mengenai Pengadaan Barang/Jasa Pemeritah Tahun 2012 yang berisi bahwa:

(1). Penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dapat dilakukan dalam hal:

a. Keadaan tertentu; dan/atau

b. Pengadaan Barang khusus/Pekerjaan Konstruksi khusus/ Jasa Lainnya yang bersifat khusus.

2. Cara Penyebaran Surat Kabar Kepada Anggota Dewan

Cara menyebarkan surat kabar kepada anggota dewan, yaitu dengan cara perpustakaan mendaftar dan menghitung anggota dewan yang baru, kemudian fotokopi daftar surat kabar yang akan dibagikan kepada anggota dewan, kemudian memberikan daftar yang berisi nama surat kabar, jadi

setiap anggota dewan berhak memlih 2 surat kabar yang telah dilanggan oleh perpustakaan, surat kabar daerah dan satu majalah.

Setelah itu, surat kabar tersebut dikembalikan ke Perpustakaan DPR RI untuk di daftar menurut masing-masing jenis surat kabar, kemuadian dihitung dan melakukan pendataan (nama anggota dewan, ruang, surat kabar dan majalah yang akan dilanggan) sehingga menjadi sebuah daftar menurut masing-masing surat kabar, kemudian menghubungi penerbit atau agen yang sebelumnya melakukan kontrak pengadaan atau langganan, kemudian penyebaran sesuai tujuan yang dipesan sesuai kontrak. Surat kabar yang telah dibagikan perpustakaan kepada anggota dewan menjadi hak milik pribadi dan tidak dikembalikan ke Perpustakaan DPR RI.

Cara menyebarkan surat kabar yang sudah dilanggan oleh perpustakaan, yaitu dengan cara masing-masing loper surat kabar dari masing-masing penerbit, loper akan mendistribusikannya sesuai daftar tujuan, setiap pagi masing-masing loper drop di Nusantara I di loker anggota dewan. Nusantara I atau Lokawirasabha yaitu yang merupakan gedungnya Anggota Dewan. Mulai dari lantai 3 sampai lantai 23 dan loper surat kabar yaitu orang yang pekerjaannya mengantarkan surat kabar.

Pengadaan surat kabar dibandingkan koleksi Perpustakaan DPR RI di lihat dari jumlah anggrannya lebih besar membeli surat kabar, karena jumlah anggota dewan yang mendapatkan surat kabar pada setiap hari banyak yaitu sekitar 560 anggota dewan. Akan tetapi untuk pembelian

buku Perpustakaan DPR RI mempunyai aturan tersendiri yang memungkinkan perpustakaan melakukan pembelian melalui rekanan, sebisa mungkin perpustakaan membeli bahan pustaka seperti buku di bawah anggaran yang disediakan.

Perpustakaan DPR RI sudah efektif melakukan pengadaan surat kabar, karena surat kabar mampu memberikan informasi, ditebitkan setiap hari, berita yang disiarkannya dapat dibaca kapan saja secara berulang-ulang, surat kabar mudah dibawa, selain dapat dijadikan bukti otentik (dokumentasi) juga isi beritanya yang lebih mendalam dan mendetail akan data-datanya.

Berbeda dengan media lainnya seperti radio dan televisi, yang untuk menikmati berita yang disiarkannya, khalayak harus memiliki waktu dan tempat tertentu untuk berada di depan televisi, sehingga Perpustakaan DPR RI lebih memilih surat kabar sebagai salah satu penunjang tugas DPR RI.

C. Akibat Tidak Mempunyai Kebijakan Pengadaan Secara Tertulis

a. Menjadikan staf perpustakaan tidak mengetahui dan tidak berkomitmen pada tujuan dari perpustakaan.

b. Tidak adanya standard dalam melakukan kegiatan bidang perpustakaan seperti penyeleksian, penyiangan, pengadaan, pengolahan bahan pustaka. c. Tidak dapat menjadi pedoman bagi para selektor untuk untuk bekerja lebih

memilih metode pengadaan, membantu menghadapi masalah sensor, membantu perencaan kerjasama.

d. Sulitnya membantu meminimalisr kesalahan dan ketidak seimbangan selektor dalam proses seleksi dan melakukan evaluasi pribadi staf itu sendiri atau evaluasi yang dilakukan oleh pihak luar, seperti mengidentifikasi bahan yang perlu dipindahkan ke gudang atau dikeluarkan dari koleksi (evaluasi).

D. Efektifitas Penggunaan Surat Kabar bagi Anggota Dewan Sebagai Salah

Satu Pembuat Kebijakan Publik

Surat kabar yang setiap hari dilanggan oleh perpustakaan, kemudian dibagikan kepada anggota dewan itu hampir sebagian besar sudah efektif digunakan karena, surat kabar merupakan salah satu media yang menyimpan informasi setiap hari secara universalitas, yang artinya surat kabar memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia.

Perioditas (kontinuitas), yang artinya keteraturan terbitnya surat kabar, bisa satu kali sehari, bisa dua kali sehari bisa pula satu kali atau dua kali seminggu. dan aktualitas kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak sangat berguna sebagai salah satu dasar pembuat kebijakan publik, seperti kebijakan dan undang-undang.

1. Proses Membuat Kebijakan Publik

Kebijakan publik sebenanya menjadi sebuah aturan yang dibuat kepentingan publik atau masyarakat. Sebagai Negara yang berlandaskan hukum, Indonesia merupakan Negara hukum, dimana setiap warga negaranya terikat dengan hukum. Sebagai implikasinya dalam kesejahteraan masyarakat, pemerintah membentuk sebuah kebijakan yang mengatur supaya masyarakat lebih tertib dan teratur, salah satuna dengan kebijakan publik.

Kebijakan publik dibuat untuk kepentingan masyarakat, agar masyarakat selalu merasa aman dalam menjalankan berbagai aktifitasnya di Indonesia. Seperti contoh, untuk keselamatan di jalan raya, pemerintah membuat kebijakan publik mengenai aturan lalu lintas. Untuk memberikan pelayanan masyarakat dalam bentuk fasilitas umum, pemerintah pun juga membuat kebijakan publik seperti pelayanan di rumah sakit, penggunaan trotoar, penertiban trayek angkutan umum dan sebagainya.

Kebijakan publik yang ditetapkan oleh pemerintah bertujuan untuk memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Kebijakan publik tidak saja langsung dikeluarkan langsung melakukan berbagai tinjauan langsung ke dalam masyarakat. Kebijakan publik juga dibuat untuk mengatur ketertiban, terutama bila terjadi persoalan yang menyangkut pelayanan publik.

Pelaksanakan kebijakan publik harus diturunkan dalam serangkaian petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku internal dalam birokrasi. Sedangkan dari sisi masyarakat, yang penting adanya suatu standar

pelayanan publik, yang menjabarkan pada masyarakat apa pelayanan yang menjadi haknya, juga bagaimana bentuk layanan itu. Hal ini akan mengikat pemerintah (negara) seperti DPR sebagai pemberi layanan dan masyarakat sebagai penerima layanan.

Tahap-Tahap Pembuatan Kebijakan Publik

1. Penyusunan Agenda Kebijakan Publik

Sebelum membuat kebijakan publik, tahap pertama yang harus dilakukan oleh DPR sebagai pembuat kebijakan publik melakukan agenda seting. Dengan melakukan agenda seting, DPR sebagai pembuat kebijakan publik bisa memberi makna dari setiap permasalahan publik yang terjadi berdasarkan agenda seting yang dilakukan, serta bisa membuat prioritas dalam agenda seting publik yang akan dipertaruhkan.

Agenda seting ini dilakukan untuk mengetahui berbagai isu yang sedang dipermasalahkan oleh publik seperti yang ada dalam media cetak maupun elektronik. Bila isu tersebut mendapat prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut memiliki hak untuk mendapatkan alokasi sumber daya publik. Ketika melakukan agenda seting merupakan hal penting yang tidak boleh dilupakan.

Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Isu kebijakan (policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan

perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan.

Ada beberapa kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik

1. Telah mencapai titik kritis tertentu jika diabaikan, akan menjadi ancaman yang serius

2. Telah mencapai tingkat partikularitas tentu berdampak dramatis

3. Menyangkut emosi tertentu dari sudut kepent.orang banyak (umat manusia) dan dapat dukungan media massa

4. Mengjangkau dampak yang amat luas

5. Mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat 6. Menyangkut persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan tetapi mudah

dirasakan kehadirannya 2. Formulasi Kebijakan

Setelah melakukan tahap agenda seting, dan sudah mendapatkan isu atau masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan, kemudian dibahas dan di diskusikan oleh anggota dewan sebagai pembuat kebijakan. Masalah atau isu yang berkembang dalam masyarakat kemudian di definisikan atau dijabarkan untuk dicari solusi permasalahannya. Solusi permasalahan tersebut bersumber dari berbagai alternatif kebijakan yang sudah ada.

Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahapan perumusan kebijakan masing-masing

alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Dalam formulasi kebijakan ada beberapa langkah yang harus dianalisis yaitu:

a. Formulasi Masalah Kebijakan

Mengkaji persoalan yang dilakukan unyuk menemukan hakekat atau arti penting suatu masalah. Setelah ditemukan hakekat masalahnya lalu dirumuskan dalam hubungan sebab akibat.

b. Formulasi Tujuan

Menentukan tujuan yang akan dicapai ketika membuat formulasi kebijakan publik. Suatu kebijakan selalu mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah publik. Analisis kebijakan harus dapat merumuskan tujuan-tujuan tersebut secara jelas, realitas, dan terukur. Jelas maksudnya mudah dipahami, realitas maksudnya sesuai dengan nilai-nilai silsafat dan terukur maksudnya sejauh mungkin bisa diperhitunkan secara nyata, atau dapat diuraikan menurut ukuran atau satuan tertentu.

c. Penentuan Kriteria

Analisis memerlukan kriteria yang jelas dan konsisten untuk menilai alternatif-alternatif. Hal-hal yang sifatnya pragmatis memang diperlukan seperti ekonomi, administrative, namun yang lebih penting menyangkut nilai abstrak yang fundamental seperti etika dan falsafah. d. Penyusunan Model

Model merupakan abstraksi dari dunia nyata, dapat pula didefinisikan sebagai gambaran sederhana dari realitas permasalahan yang kompleks sifatnya. Model dapat dituangkan dalam berbagai bentuk yang dapat digolongkan sebagai berikut: skematik model (flow chart), fisikal model (latihan pemadam kebakaran), simbolik model (rumus matematik).

Manfaat model dalam analisis kebijakan publik untuk mempermudah deskripsi persoalan secara struktural, membantu dalam melakukan prediksi akibat-akibat yang timbul dari ada atau tidaknya perubahan dalam faktor penyebab.

e. Pengembangan Alternatif

Alternatif merupakan sejumlah alat atau cara-cara yang dapat dipergunakan untuk memcapai, langsung ataupun tidak langsung sejumlah tujuan yang telah ditentukan. Alternatif-alternatif kebijakan dapat muncul dalam pikiran seseorang karena beberapa hal seperti: berdasarkan pengamatan terhadap kebijakan yang telah ada, dengan melakukan semacam analogi dari suatu kebijakan dalam sesuatu bidang dan dicoba menerapkannya dalam bidang yang tengah dikaji, merupakan hasil pengkajian dari persoalan tertentu.

f. Penilaian Alternatif

Alternatif yang ada perlu dinilai berdasarkan kriteria sebagaimana yang dimaksud pada langkah ketiga. Tujuan penilaian untuk mendapatkan gambaran lebih jauh mengenai tingkat efektivitas dan

fisibilitas tiap alternatif dalam pencapaian tujuan, sehingga diperoleh kesimpulan mengenai alternatif mana yang paling baik, efektif mana yang paling banyak, efektif dan efisien.

Dokumen terkait