• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN

Bab I

Anggota dan Anggota Kehormatan Pasal 1

1. Anggota AJI adalah jurnalis profesional danindependen yang bekerja di bidang yang berkaitan dengan kegiatan jurnalisme di media massa cetak, radio, televisi, dan Internet.

2. Kegiatan jurnalisme adalah proses pembuatan beritahinggapenyebarluasannya kepada publik.

3. Profesi sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) dan (2) adalah, namun tidak terbatas pada:

a. Reporter;

b. Editor/ redaktur;

c. Produser siaran berita;

d. Pembaca berita di televisi dan radio; e. Jangkar berita (news anchor);

f. Periset berita; g. Kolumnis; h. Videojournalist; i. Pewarta foto; j. Juru kamera; k. Ilustrator berita; l. Karikaturis;

m. Perancang grafis berita; n. Pengecek fakta;

o. Kurator berita;

p. Penulis cuplikan berita di televisi dan jejaring sosial; q. Editor foto berita;

r. Editor video berita; dan s. Jurnalis-blogger.

Pasal 2 Syarat menjadi anggota AJI:

1. Jurnalis Indonesia yang bekerja di Indonesia maupun di luar Indonesia. 2. Jurnalis yang bekerja, baik terikat maupun tidak terikat, pada usaha media

massa cetak, radio, televisi dan Internet.

3. Jurnalis yang memiliki atau terlibat dalam pembuatan sejumlah karya jurnalistik yang dipublikasikan secara teratur dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir.

4. Tidak bekerja pada bidang yang bertentangan dengan martabat sebagai jurnalis atau pun AD/ART, Deklarasi Sirnagalih, Kode Etik, Kode Perilaku dan Peraturan Organisasi.

26

5. Mendapat rekomendasimenjadi anggota dari 5 (lima) anggota AJI. 6. Bukan anggota organisasi profesi sejenis yang diakui Dewan Pers. 7. Bukan pengurus partai politik.

8. Bukan anggota dan/ atau pengurus organisasi kemasyarakatan

yangbertentangan dengan AD/ART AJI, Deklarasi Sirnagalih, Kode Etik, Kode Perilaku, dan Peraturan Organisasi AJI.

Pasal 3

Untuk menjadi anggota AJI, calon anggota AJIharus: a. Mendaftarkan diri secara tertulis kepada Pengurus AJI. b. Menyertakan contoh karya jurnalistik.

c. Membayar biaya pendaftaran Rp100.000,- (seratusribu ribu rupiah). Pasal 4

Kepindahan Tempat Bekerja Anggota

a. Anggota AJI yang pindah kerja ke kota lain secara permanen minimal lebih dari 1 (satu) tahun, status keanggotaannya berpindah ke AJI kota terdekat di kota tujuan.

b. Pengurus AJI Kota yang anggotanya pindah sebagai mana dimaksud dalam ayat (a) wajib memberitahukan secara tertulis kepindahan anggotanya kepada pengurus AJI Kota tujuan selambat-lambatnya tiga bulan sejak kepindahannya.

Pasal 5 Keanggotaan berhenti karena:

a. Meninggal dunia. b. Mengundurkan diri.

c. Berhenti dari profesi jurnalis.

d. Tidak menjalankan kerjajurnalistik selama satu tahun, kecuali yang

mendapatkan penugasan menjadi anggota Dewan Pers, Komisi Penyiaran Indonesia, dan Komisi Informasi Publik.

e. Dipecat dari keanggotaan.

Pasal 6

Pemecatan terhadap anggota dapat dilakukan apabila :

a. Melanggar Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik, dan/ atau Kode Perilaku.

b. Melakukan perbuatan yang mencemarkan, merugikan atau merendahkan namabaik, serta harkat martabat jurnalis dan organisasi.

c. Menyalahgunakan nama organisasi untuk kepentingan pribadi

d. Tidak memenuhi kewajiban organisasi dan telah mendapatkan peringatan kerasdari pengurus AJI Kota.

Pasal 7

27

a. Pelanggaran aturan organisasi terdiri dari pelanggaran berat dan pelanggaran ringan.

b. Pengaturan penjatuhan sanksi terhadap anggota AJI diatur dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 8 Mekanisme pemberian sanksi:

a. Anggota yang melakukan pelanggaran berat dapat dikenai sanksi pemecatan oleh pengurus AJI Kota.

b. Untuk pelanggaran ringan, pengurus AJI Kota dapat mengeluarkan teguran hingga Surat Peringatan pertama.

c. Aturan lebih lanjut mengenai pelanggaran dan pemecatan anggota akan diaturdalam peraturan organisasi secara terpisah.

d. Anggota yang mendapatkan sanksi pemecatan dapat mengajukan banding ke Majelis Etik Nasional.

e. AJI Indonesia dapat mengambil alih penanganan kasus etik yang tidakdiselesaikan di tingkat AJI Kota.

Pasal 9 Rehabilitasi

Terhadap anggota yang bandingnya diterima oleh Majelis Etik Nasional, pengurusAJI wajib merehabilitasi status keanggotaannya.

Pasal 10 Anggota kehormatan

1. Status anggota kehormatan dapat diberikan kepada orang-orang yang berjasa bagi kebebasan pers dan penegakan demokrasi.

2. Anggota kehormatan diusulkan oleh pengurus AJI dan ditetapkan dalam KongresAJI.

BAB II

KONGRES Pasal 11 Pelaksanaan

a. Kongres merupakan kekuasaan tertinggi organisasi AJI dan diselenggarakan setiap tiga tahun.

b. Materi-materi kongres disiapkan oleh Pengurus AJI Indonesia.

c. Kepanitiaan, lokasi dan anggaran kongres ditetapkan oleh Pengurus AJI Indonesia, selambat-lambatnya enam bulan sebelum pelaksanaan kongres. d. Kongres memilih Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum.

28

Pasal 12

Persyaratan Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum

1) Pasangan Calon Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum dipilih di antara

Anggota yang komitmen, dedikasi, dan loyalitasnya kepada organisasi sudah terujiserta aktif menjalankan profesi jurnalis.

2) Pasangan Calon Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum bukan pengurus organisasi jurnalis lain yang ada di Indonesia.

3) Pasangan Calon Ketua Umum dan Wakil Ketua Umumbukan pengurus partai politik dan atau organisasi massa.

4) Pasangan Calon Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum tidak bekerja pada usahamedia yang menjadi milik partai politik dan/ atau organisasi

kemasyarakatan.

5) Pasangan Calon Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum hadir dalam kongres. Pasal 13

Tata tertib Kongres

a. Peserta Kongres terdiri atas delegasi AJI Kota, Pengurus AJI Indonesia, BadanPengawas Keuangan, Majelis Pertimbangan Organisasi, Majelis Etik, danPeninjau yang diundang panitia atau mendaftarkan diri.

b. Peserta Kongres harus sudah menerima bahan-bahan kongres yang terdiri dari Laporan Pertanggungjawaban, draf Tata Tertib, draf AD/ ART, draf Kode Etik, Draf Kode Perilaku dan usulan pokok-pokokprogram kerja paling lambat satu bulan sebelum kongres dilaksanakan.

c. Kongres dinyatakan sah, apabila dihadiri oleh lebih dari separuh delegasi AJI Kota.

d. Delegasi AJI Kota memiliki hak suara, hak bicara, hak dipilih, dan memilih. e. Jumlah suara yang dimiliki setiap delegasi AJI Kota ditentukan sebagai

berikut :

AJI Kota yang mempunyai 15 anggota, mendapatkan 2 suara AJI Kota yang mempunyai 16 – 19 anggota, mendapatkan 3 suara AJI Kota yang mempunyai 20 – 23 anggota, mendapatkan 4 suara AJI Kota yang mempunyai 24 – 29 anggota, mendapatkan 5 suara AJI Kota yang mempunyai 30 – 37 anggota, mendapatkan 6 suara AJI Kota yang mempunyai 38 – 46 anggota, mendapatkan 7 suara AJI Kota yang mempunyai 47 – 57 anggota, mendapatkan 8 suara AJI Kota yang mempunyai 58 – 72 anggota, mendapatkan 9 suara AJI Kota yang mempunyai 73 – 89 anggota, mendapatkan 10 suara AJI Kota yang mempunyai 90 - 112 anggota, mendapatkan 11 suara AJI Kota yang mempunyai 113 –140 anggota,mendapatkan 12 suara AJI Kota yang mempunyai 141 – 175 anggota, mendapatan 13 suara Aji Kota yang mempunyai 176 -218 anggota, mendapatkan 14 suara AJI Kota yang mempunyai 219 –273 anggota, mendapatkan 15 suara. AJI Kota yang mempunyai 274 – 341 anggota, mendapatkan 16 suara. AJI Kota yang mempunyai 342 – 426 anggota, mendapatkan 17 suara. AJI Kota yang mempunyai 427 – 533 anggota, mendapatkan 18 suara.

29

AJI Kota yang mempunyai 534 – 666 anggota, mendapatkan 19 suara. AJI Kota yang mempunyai 667 – 833 anggota, mendapatkan 20 suara. Selanjutnya perhitungan suara dihitung dengan rumus: N + (N x 25%), di mana Nadalah batas akhir jumlah anggota.

f. Keputusan dilakukan dengan mufakat dan atau suara terbanyak melalui pemungutan suara.

g. Peraturan kongres lainnya dibuat oleh panitia kongres dengan persetujuan peserta kongres.

Pasal 14 Kongres Luar Biasa

1. Kongres Luar Biasa dapat dilakukan apabila Ketua Umum dan atau Wakil Ketua Umum AJI melanggar AD/ART dan atau tidak dapat menjalankan tugasorganisasi.

2. Kongres Luar Biasa dilakukan atas usul sedikitnya dua pertiga AJI Kota.

BAB III

PENGURUS NASIONAL Pasal 15

1. Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum sudah membentuk kepengurusan selambat-lambatnya satu bulan setelah Kongres dengan diinformasikan secara tertulis ke AJI-AJI Kota.

2. PengurusAJI Indonesia wajib mengadakan Rakernas selambat-lambatnya 3 bulansetelah kongres, dan menyampaikan hasilnya kepada seluruh AJI Kota. 3. Pengurus tidak diperkenankan menjadi pengurus dan atau anggota

organisasiprofesi sejenis, partai politik serta organisasi lain yang bertentangan denganprinsip-prinsip AJI.

Pasal 16

1. Pengurus Nasional AJI terdiri dari Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, KoordinatorWilayah, ketua-ketuaBidang dan anggota-anggota Bidang. 2. KoordinatorWilayah terbagi atas KoordinatorWilayah I Sumatera;

KoordinatorWilayah II Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah; KoordinatorWilayah III Jawa Tengah, Daerah

Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur; KoordinatorWilayah IV Sulawesi, Malukudan Maluku Utara;

KoordinatorWilayah V Papuadan Papua Barat; dan KoordinatorWilayah VI Bali dan Nusa Tenggara.

3. Bidang-bidang setidaknya terdiri dari Bidang Ketenagakerjaan;Bidang

Advokasi; BidangPengembanganProfesi;BidangPerempuandanAnak; Bidang Data dan Informasi; Bidang Penyiaran; Bidang Internet; dan Bidang Usaha dan Dana.

4. Pengurus Nasional AJI juga dapat membuat panitia, komite atau badan pekerja ad hoc untuk menangani satu isu atau masalah tertentu.

30

Pasal 17

Pelimpahan Wewenang

Dalam hal Ketua Umum dan/ atau Wakil Ketua Umum berhalangan tetap selama 3 (tiga) bulan berturut-turut, rapat pengurus AJI Indonesia dapat menunjuk pejabat sementara Ketua Umum dan/ atau Wakil Ketua Umum dengan meminta

pertimbangan Majelis Pertimbangan Organisasi yang berlaku sampai kongres berikutnya.

Pasal 18

Tugas dan Kewajiban

1. Pengurus Nasional AJI wajib melaksanakan Pokok-pokok ProgramKerja dan hasil-hasil kongres lainnya.

2. Ketua Umum dan Wakil Ketua UmumAJI berhak mewakili Organisasi dalam berhubungan denganpihak luar.

3. Pengurus AJI berhak mengangkatdanmemberhentikanDirekturEksekutifAJI. 4. Pengurus AJI menyusun dan menetapkan Rencana Kerja dan Anggaran

Tahunan.

5. Pengurus AJI dapat membuat peraturan organisasi di bawah Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Ketetapan Kongres.

6. Pengurus Nasional AJI wajib menyelenggarakan Uji Kompetensi Jurnalis terhadap anggota AJI secara berkala.

7. Pengurus Nasional AJI menyelenggarakan Sekolah AJI.

8. Pengurus Nasional AJI dapat membekukan Pengurus AJI Kota dan Pengurus AJI Kota Persiapan yang tidak aktif selama 1 (satu) tahun atau melanggar AD/ ART, Kode Etik, Kode Perilaku dan Peraturan Organisasi.

BAB IV

AJI KOTA Pasal 19

1. AJI Kota bisa dibentuk apabila memiliki sedikitnya 15 anggota AJI. 2. Pengesahan AJI Kota yang baru ditetapkan dalam Kongres.

Pasal 20 AJI Kota memiliki otonomi dalam hal:

a. penerimaan anggota;

b. Pemilihan pengurus dan perangkat organisasi lainnya; c. Pembuatan dan pelaksanaan program;

d. Pencarian sumber dana untuk pelaksanaan program; dan e. Pemberian sanksi pada anggota.

31

Konferensi AJI Kota

1. Konferensi AJI Kota merupakan kekuasaan tertinggi AJI Kota dan diselenggarakan setiap tiga tahun sekali.

2. Konferensi AJI Kota mengundang seluruh anggota sebagai peserta dan perwakilan pengurus AJI Indonesia.

3. Konferensi AJI Kota dilaksanakan oleh panitia yang dibentuk oleh Pengurus AJIKota.

4. Pengambilan keputusan dalam Konferensi AJI Kota dilakukan berdasar mufakat dan atau suara terbanyak melalui pemungutan suara.

5. Draf materi dan tata tertib konferensi dibuat oleh pengurus AJI Kota atau tim yangdibentuknya.

6. Konferensi memilih Ketua dan Sekretaris AJI Kota. Pasal 22

1. Ketua dan Sekretaris AJI Kota harus melengkapi susunan Pengurus AJI Kota selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah Konferensi Kota dan diumumkan kepada anggota.

2. Ketua dan Sekretaris AJI Kota harus membentuk sekurang-kurangnya BidangKetenagakerjaan;Bidang Advokasi;Bidang Etikdan Profesi; Bidang Komunikasi dan Data; dan Bidang Usaha.

3. Pengurus AJI Kota bertugas dan berkewajiban melaksanakan Pokok-pokokProgram Kerja hasil-hasil konferensi AJI Kota.

Pasal 23

Dalam hal Ketua dan/ atau Sekretaris AJI Kota berhalangan tetap 3 (tiga) bulan, Pengurus AJI Kota mengangkat pejabat sementara Ketua dan/ atau Sekretaris AJI Kota dan diberitahukan kepada AJI Indonesia.

BAB V

AJI KOTA PERSIAPAN Pasal 24

1. AJI Kota Persiapan dibentuk jika minimal terdapat 10 (sepuluh)anggotaatas rekomendasi AJI Kota terdekat melalui penetapan oleh AJI Indonesia.

2. Apabila AJI kota terdekat tidak dapat memberikan rekomendasi pembentukan AJI Kota Persiapan maka Pengurus Nasional AJIberhak melakukan langkah-langkah yang dianggap perlu.

BAB VI

AJI BIRO Pasal 25

32

1. AJI Biro dibentuk oleh AJI Kota jika minimal terdapat 10 (sepuluh) anggota di suatu perusahaan atau beberapa perusahaan yang berada di satu kawasan tertentu;

2. AJI Biro berada di bawah AJI Kota.

3. AJI Biro dipimpin oleh seorang Koordinator Biro yang diangkat oleh Pengurus AJI Kota.

BAB VII

MAJELIS PERTIMBANGAN ORGANISASI (MPO) Pasal 26

1. Majelis Pertimbangan Organisasi terdiri dari 5 (lima) orang berdasarkan

kompetensiyang berkaitan dengan bidang media cetak, bidang media penyiaran, bidang media Internet, bidang pengembangan organisasi, danbidang strategi pengembangan program yang dipilih oleh Kongres AJI.

2. Masa jabatan keanggotaan Majelis Pertimbangan Organisasi mengikuti masa waktuKongres AJI.

Pasal 27 Fungsi MPO

Majelis Pertimbangan Organisasi aktif memberikan pertimbangan kebijakan-kebijakanorganisasi, termasuk pelaksanaan program yang dilakukan oleh Ketua Umum danWakil Ketua Umum.

Pasal 28 Sidang MPO

1. Sidang Majelis Pertimbangan Organisasi dilaksanakan sekurang-kurangnya setahunsekali, yang anggaran dan penyelenggaraannya disiapkan oleh pengurus AJI,bersamaan dengan penyelenggaraan Rakernas.

2. Sidang Majelis Pertimbangan Organisasi dipimpin oleh Ketua dan Sekretaris yangdipilih dari dan oleh anggota.

3. Hasil-hasil dan rekomendasi Sidang Majelis Pertimbangan Organisasi disampaikankepada pengurus AJI yang berkewajiban menginformasikan secara tertulis kepadapengurus AJI kota.

BAB VIII

MAJELIS ETIK Pasal 29

33

2. Majelis Etik AJI Indonesia terdiri lima orang anggota yangditetapkan oleh Ketua Umum berdasarkan daftar calon yang diusulkan oleh Kongresuntuk masa kerja tiga tahun.

3. Majelis Etik AJI Kota terdiri tiga orang anggota yang ditetapkan oleh Ketua AJI Kota berdasarkan daftar calon yang diusulkan oleh Konferensi AJI Kota untuk masa kerja tiga tahun.

4. Jika anggota Majelis Etik berhalangan tetap maka Ketua Umum atau Ketua AJI Kota menunjukpenggantinya untuk masa jabatan yang tersisa berdasarkan daftar calon yangdiusulkan di kongres.

5. Majelis Etik dipimpin oleh ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Majelis. 6. Dalam hal Majelis Etik berhalangan tetap atau dianggap melakukan

pelanggaranorganisasi maka, pengurus menunjuk penggantinya untuk masa jabatan yangtersisa berdasarkan daftar calonnya yang di usulkan di kongres atau konferensi.

Pasal 30 Tugas

1. Majelis Etik bertugas melakukan pengawasan dalam pelaksanaan Kode Etik jurnalistik dan/ atau Kode Perilaku Anggota AJI.

2. Majelis Etik berkewajiban melaksanakan pemeriksaan dan penelitian yang berkaitdengan masalah pelanggaran Kode Etik jurnalistik dan/ atau Kode Perilaku yang dilakukan oleh anggota.

3. Majelis Etik mempunyai kewajiban:

a. Memanggil anggota yang diduga telah melakukan pelanggaran Kode Etik jurnalistik dan/ atau Kode Perilaku;

b. Memberikan putusan benar tidaknya telah terjadi pelanggaran Kode Etik jurnalistik dan/ atau Kode Perilaku; dan

c. Memberikan rekomendasi kepada pengurus untuk menjatuhkan sanksi ataurehabilitasi nama baik.

4. Majelis Etik dapat memberikan usul, masukan dan pertimbangan dalam penyusunanatau perubahan Kode Etik jurnalistik dan/ atau Kode Perilaku. 5. Majelisetikmelakukanevaluasikaryajurnalistikanggotapaling

sedikitsetahunsekali.

Pasal 31 Wewenang

1. Majelis Etik AJI Kota berwenang menangani kasus dugaan pelanggaran Kode Etik jurnalistik dan/ atau Kode Perilaku yang dilakukan seorang atau

beberapa orang anggota yang terdaftar sebagai anggota di AJI Kota bersangkutan.

2. Majelis Etik AJI Indonesia berhak mengambil alih penanganan kasus dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan seorang atau beberapa anggota di sebuah AJI Kota.

34

Majelis Etik mendapat fasilitas dan bantuan administrasi dari AJI dan AJI Kota dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Pasal 33

Dalam hal seorang anggota yang diputuskan Majelis Etik AJI Kota melanggar kode etik, maka anggota tersebut berhak meminta banding ke Majelis Etik AJI Indonesia.

BAB IX

BADAN PENGAWAS KEUANGAN Pasal 34

1. Badan Pengawas Keuangan terdiri atas seorang koordinator dan dua orang anggota.

2. Koordinator dan Anggota Badan Pengawas Keuangan dipilih dan ditetapkan olehKongres.

3. Dalam hal koordinator dan atau anggota Badan Pengawas Keuangan berhalangantetap, maka Pengurus AJI menetapkan penggantinya

berdasarkan urutan namaberikutnya seperti yang diusulkan dalam kongres. Pasal 35

Wewenang

1. Badan Pengawas Keuangan memeriksa keuangan organisasi dalam satu periodekepengurusan dan hasil pemeriksaannya dilaporkan pada kongres. 2. Badan Pengawas Keuangan memberikan saran dan rekomendasi terhadap

masalah pengelolaan dan pencarian aset dan dana organisasi.

3. Badan Pengawas Keuangan berhak menyetujui atau tidak menyetujui laporankeuangan pengurus, serta dapat memberikan pendapatnya secara tertulis.

4. Badan Pengawas Keuangan mendapat anggaran dan bantuan administrasi dari AJI Indonesia.

BAB X

RAPAT-RAPAT Pasal 36 Rapat dalam Organisasi AJI:

a. Rapat Pengurus

b. Sidang Badan Pertimbangan Organisasi c. Rapat Badan Pengawas Keuangan d. Rapat Majelis Etik.

35

Pasal 37 Rapat Pengurus AJI:

a. Rapat Kerja Nasional b. Rapat Pleno Pengurus c. Rapat Harian

d. RapatBidang

e. Rapat Kepanitiaan atau Tim.

Pasal 38

Pengaturan dan wewenang masing-masing rapat diatur lebih lanjut dalam peraturan organisasi.

BAB XI

UJI KOMPETENSI JURNALIS Pasal 39

1. AJI Indonesia wajib menyelenggarakan Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) secara berkala.

2. Materi Uji Kompetensi Jurnalis disiapkan oleh AJI Indonesia. 3. Penguji Uji Kompetensi Jurnalis ditetapkan oleh AJI Indonesia.

BAB XII

KEUANGAN Pasal 39

1. Uang pendaftaran calon anggota adalah Rp100.000,- (seratus ribu rupiah). 2. Uang pendaftaran tersebut diperuntukkan separuh untuk kas AJI Kota dan

separuh lagi untuk kas AJI Indonesia. Pasal 40

1. Iuran anggota per bulan Rp20.000,- (dua puluh ribu rupiah) atau per tahun Rp200.000,- (dua ratus ribu rupiah).

2. Iuran anggota ditarik secara nasional yang diupayakan dengan sistem elektronik.

3. AJI Indonesia kemudian membagi separuh iuran anggota tersebut kepada AJI-AJI kota berdasarkan jumlah anggota.

Pasal 41

1. Pengurus AJI Indonesia bertanggung jawab menguatkan kapasitas AJI Kotadalam mencari sumber dana untuk mendorong kemajuan AJI Kota.

36

2. Pengurus AJI Indonesia wajib mengusahakan dana bagi

program-programnasional sebagaimana ditentukan dalam Rencana Kegiatan dan AnggaranTahunan.

3. Tata cara penyaluran dana yang diusahakan oleh Pengurus AJI Indonesia dantata cara pelaporan penggunaan dana tersebut dalam ayat (1) dan (2),ditentukan dalam aturan organisasi tersendiri.

Pasal 42

1. Pengurus AJI Indonesia dan AJI Kota dibenarkan untuk mencari dana yangsah dari sumber-sumber yang tidak mengikat dan tidak bertentangan denganAnggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

2. Pencarian danaoleh AJI Kota diluarwilayahnyadikoordinasikan dengan AJIIndonesia.

Pasal 43

Kriteria sumber dana yang diperbolehkan:

1. Tidak mengurangi independensi AJI.

2. Sumber dana perorangan yang tidak sedang dan terindikasi terlibat kasus pidana.

3. Sumber dana lembaga tidak sedang dan terindikasi terlibat kejahatan ekonomi,lingkungan, HAM korupsi dan ketenagakerjaan.

4. AJI tidak menerima dana dari APBN maupun APBD. Kriteria lebih lanjut ditetapkandalam peraturan Organisasi.

BAB XIII

TRANSPARANSI dan AKUNTABILITAS PENGGUNAAN DANA Pasal 44

1. Pengawasan atas pengelolaan penggunaan dana dilakukan oleh Badan PengawasKeuangan.

2. Pengurus AJI Indonesia wajib membuat laporan keuangan terbuka yang disetujui danditandatangani oleh Badan Pengawas Keuangan, dan dinformasikan kepadaPengurus AJI Kota satu tahun sekali.

3. Pengurus AJI Kota wajib mebuat laporan keuangan terbuka yang disetujui danditandatangani oleh Badan Pengawas Keuangan, dan dinformasikan kepadaanggota AJI Kota dengan tembusan Pengurus AJI Indonesia satu tahun sekali.

4. Dalam hal laporan keuangan yang tidak disetujui, Badan Pengawas

Keuangandapat memberikan laporan dan atau pendapatnya secara tertulis yangdiinformasikan bersama-sama dengan laporan keuangan pengurus dimaksud.

5. Badan Pengawas Keuangan dapat meminta keterangan dan penjelasan kepadaPengurus berkenaan dengan masalah dana organisasi.

37 BAB XIV

PEMBEKUAN PENGURUS DAN ATAU ORGANISASI AJI KOTA Pasal 45

1. Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum dapat memutuskan pembekuan sementarasuatu kepengurusan AJI Kota, apabila kepengurusan AJI Kota terbukti melanggarAnggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, dan atau tidak mampu menjalankan seluruh fungsi organisasi.

2. Pengurus AJI Indonesia dapat mengangkat pelaksana tugas Ketua AJI Kota yangbertugas mempersiapan Konferensi Kota Luar Biasa

selambat-lambatnya dua bulansetelah pembekuan.

3. Pembekuan sementara organisasi AJI Kota harus disampaikan dandipertanggungjawabkan kepada Kongres.

BAB XV

PERUBAHAN DAN ATURAN TAMBAHAN Pasal 46

Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan dan ditetapkan oleh Kongres.

Pasal 47

Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan hal-hal yang belumdiatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur dalam peraturan organisasi danperaturan lainnya.

38

Draf

KITAB PERATURAN ORGANISASI

Dokumen terkait