• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ir. Drs. Bonar Simangunsong, SE, MSc Drs. Joni Pidel Patandung, MM

Laksma TNI (Pur)

ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I

VISI, MISI, DAN INDIKATOR KEBERHASILAN

Pasal 1 VISI

Visi MUKI : Terwujudnya MUKI sebagai Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) yang mampu mengadakan dialog dan bekerjasama dengan sesame umat Kristen, umat beragama,

ormas-ormas dan Pemerintah, demikian juga mampu memberdayakan dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingan anggota serta masyarakat sekelilingnya, sehingga warga masyarakat makin rukun, damai, sejahtera dan maju dalam NKRI berdasarkan Pancasila, UUD ’45 dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Pasal 2 MISI

MUKI melakukan Misi untuk mencapai Visi, yaitu:

(1) MUKI menyelenggarakan dialog yang menggugah, saling mengasihi, menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan kesetaraan, dan peserta bersepakat menyebarluaskannya ke orang lain, sehingga warga masyarakat makin rukun, damai, sejahtera dan maju.

(2) MUKI memberdayakan umat Kristen agar menjadi warga masyarakat yang berperan dalam pergaulan, kerjasama dan pembangunan serta mencintai NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD ’45 dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.

(3) MUKI bekerjasama dengan umat beragama lainnya dan dengan Pemerintah serta dengan pihak manapun untuk memajukan bangsa Indonesia.

(4) MUKI memperjuangkan aspirasi dan kepentingan anggota dan masyarakat sekelilingnya. Pasal 3 INDIKATOR KEBERHASILAN

digunakan Indikator Keberhasilan sebagai berikut:

(1) MUKI menjadi lembaga dengan Pengurus yang lengkap, profesional, dan berkepribadian yang menjunjung tinggi moral, kejujuran dan komitmen, mempunyai sekretariat dan sumber dana yang dapat mendukung aktifitasnya, mempunyai Program Kerja yang jelas serta mempunyai tempat untuk berdialog dan pertemuan.

(2) Aktifitas MUKI sesuai dengan Misi dan Program Kerja yang dapat dipertanggung jawabkan.

(3) Umat Kristen merasakan pemberdayaan yang dilakukan MUKI.

(4) Umat beragama bersedia setiap saat berdialog dan bekerja sama  dengan MUKI.

(5) Pemerintah bersedia setiap saat membantu dan bekerja sama dengan MUKI.

(6) Masyarakat Indonesia merasakan kebersamaan, kesetaraan dan sinergisme di antara umat beragama, suku, profesi, dan sebagainya menuju Indonesia yang maju.

(7) Aspirasi dan kepentingan anggota MUKI dan masyarakat sekelilingnya berhasil diperjuangkan MUKI. BAB II PENERIMAAN ANGGOTA

Pasal 4

(1) Anggota Biasa

1) Persyaratan Anggota : warga negara RI mempunyai KTP dan tidak tersangkut pelanggaran.

2) Pendaftaran Anggota dapat dilakukan disemua kantor MUKI.

3) Setiap Anggota Biasa diberi nomor Anggota mengikuti struktur sebagai berikut:

XXX / XXXX / XXXXXXX

Angka

Huruf, singkatan Kab/Kota

Huruf, singkatan Provinsi oleh Pengurus Provinsi

(2) Anggota Luar Biasa

1) Persyaratan Anggota Luar Biasa : mempunyai pasport, berjasa memajukan MUKI, tidak tersangkut pelanggaran dan bersedia.

2) Anggota Luar Biasa diusulkan oleh MUKI Pusat, MUKI Provinsi atau MUKI Kab/Kota dan diputuskan oleh MUKI Pusat.

3) Setiap Anggota Luar Biasa diberi nomor khusus, sebagai berikut: LB / XXXXX Angka (3) Anggota Kehormatan

1) Persyaratan Anggota kehormatan : non-Kristen, mempunyai KTP/pasport, berjasa memajukan MUKI dan bersedia.

2) Anggota Kehormatan diusulkan oleh MUKI Pusat atau MUKI Provinsi dan diputuskan di Rapat Umum Nasional.

3) Anggota Kehormatan tanpa nomor.

BAB III

PEMILIHAN PPENGURUS, PENASEHAT DAN PENGAWAS

Pasal 5

PEMILIHAN PENGURUS

(1) Pengurus MUKI adalah sekelompok orang yang ahli dan relevan dalam bidangnya, mempunyai KTP Republik Indonesia, tidak tersangkut pelanggaran dan mandiri dalam kehidupan.

(2) 1) Ketua Umum Pengurus Pusat (P. Pus) MUKI dipilih dalam Rapat Umum Nasional (RUN), kemudian Ketua Umum membentuk kepengurusannya dan P. Pus dikukuhkan dalam Surat Keputusan Ketua Umum MUKI. Untuk pertama kali Ketua Umum diangkat pendiri yang tertera dalam Akte Notaris, selanjutnya Ketua Umum mengangkat P. Pus MUKI secara bertahap atau langsung lengkap.

2) Calon Ketua Umum harus memenuhi syarat sebagai berikut: Pendidikan minimum S-1 atau setingkat, usia minimum 45 tahun, pernah memimpin organisasi minimum 5 tahun.

(3) 1) Ketua Pengurus Provinsi MUKI dipilih dalam Rapat Umum Provinsi, selanjutnya Ketua Umum membentuk kepengurusannya dan dikukuhkan dalam Surat Keputusan Pengurus Pusat MUKI. Untuk pertama kali diangkat P. Pus MUKI secara bertahap atau langsung lengkap.

2) Calon Ketua harus memenuhi syarat sebagai berikut: Pendidikan minimum S-1 atau setingkat, usia minimum 40 tahun, pernah memimpin organisasi minimum 3 tahun.

(4) 1) Ketua Pengurus Kab/Kota MUKI dipilih oleh anggota dan selanjutnya Ketua membentuk kepengurusannya dan dikukuhkan dalam Surat Keputusan Pengurus Provinsi MUKI. Untuk pertama kali diangkat P. Prov MUKI, secara bertahap atau langsung lengkap.

2) Calon Ketua MUKI Kab/Kota harus memenuhi syarat sebagai berikut: Pendidikan minimum D-3 atau setingkat, usia minimum 35 tahun dan pernah memimpin organisasi minimum 2 tahun.

(5) Pengurus MUKI berfungsi:

1) Menyalurkan aspirasi dan kepentingan umat Kristen serta masyarakat sekelilingnya ke pihak-pihak yang terkait.

2) Menghimbau Pemerintah untuk mendirikan Pusat Kristen (Christian Center) bagi umat Kristen di wilayahnya.

3) Menyelenggarakan semua kegiatan MUKI di tingkatnya sesuai kesepakatan dalam

rapat-rapat, maupun yang sesuai dengan agenda Pengurus MUKI pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi

4) Menyelenggarakan pemberdayaan umat Kristen, berupa pelatihan, loka karya, seminar, dialog, temu wicara dan sebagainya.

5) Membela anggotanya yang tidak bersalah dan atau yang memperoleh ketidakadilan dan atau gangguan.

6) Mengadakan kerjasama dengan Pemerintah.

7) Mengadakan kerjasama dengan umat beragama lainnya dan dengan ormas lainnya.

8) Membesarkan MUKI sebagai ormas yang profesional dengan anggota yang banyak.

1) Sesuai masa kerjanya.

2) Usul Pengawas (P. Pus, P. Prov, P. Kab/Kot) melalui Rapat Pengawas yang disetujui lebih dari 50% anggota Pengawas (P. Pus, P. Prov, P. Kab/Kot) atas seseorang anggota Pengurus (P. Pus, P. Prov, P. Kab/Kot) yang melanggar etika, moral atau tata susila atau pelanggaran hukum.

3) Usul Pengawas (P. Prov, P. Kab/Kot) melalui rapat yang disetujui 100% anggotanya terhadap seluruh Pengurus (P. Prov, P. Kab/Kot), karena kinerja yang rendah.

4) Usul Pengawas P. Pus melalui rapat yang disetujui 100% anggotannya untuk

menyelenggarakan RUN luar biasa memberhentikan P. Pus, karena kinerjanya rendah.

5) Mengundurkan diri atau meninggal dunia. Pasal 6 PEMILIHAN PENASEHAT

(1) Penasehat adalah pimpinan Aras Gereja dan lembaga-lembaga Kristen pada tingkat Pusat untuk Pengurus Pusat MUKI dan Provinsi untuk Pengurus Provinsi MUKI (untuk P. Kab/Kota tidak ada) atau orang yang berjasa kepada MUKI yang bersedia diangkat Pengurus dan dikukuhkan dalam Surat Keputusan Pengurus Pusat MUKI.

(2) Penasehat MUKI berfungsi:

1) Mengikuti Rapat-rapat dan Pertemuan-pertemuan, diundang atau tidak diundang, tetapi tidak ikut dalam pengambilan keputusan.

2) Memberi nasehat diminta tidak diminta kepada Pengurus dan anggota MUKI.

3) Pergantian Penasehat ditentukan oleh Rapat Inti Pengurus MUKI (Pusat/Provinsi).

4) Jabatan Penasehat berakhir karena:

1) Masa kerja berakhir.

2) Usul Pengurus melalui Rapat Pengawas yang disetujui lebih dari 50% atas seseorang yang tidak mengikuti undangan rapat MUKI 6 (enam) kali berturut-turut atau karena pelanggaran.

3) Mengundurkan diri atau meninggal dunia. Pasal 7 PEMILIHAN PENGAWAS

(1) Pengawas adalah sekelompok orang yang ahli dalam bidangnya, warga negara RI, tidak tersangkut pelanggaran, berusia minimum 50 tahun, pernah aktif dalam organisasi minimum 5 tahun dan dinilai Pengurus sesuai menjadi Pengawas.

(2) Pengawas  diangkat oleh Pengurus MUKI melalui Rapat Inti yang disetujui lebih dari 50% Pengurus dan dikukuhkan dalam Surat Keputusan P. Pus.

(3) Pengawas MUKI berfungsi:

1) Mengikuti rapat-rapat dan pertemuan diminta atau tidak diminta, tetapi tidak ikut dalam pengambilan keputusan.

2) Meminta dan mengumpulkan berkas-berkas resmi Rapat-rapat dan Pertemuan-pertemuan MUKI di wilayahnya.

3) Memberikan evaluasi atas kinerja Pengurus berdasarkan pengamatan langsung atau atas berkas-berkas resmi Rapat-rapat dan Pertemuan-pertemuan MUKI di wilayahnya, untuk dilaporkan secara resmi tertulis kepada Pengurus MUKI dan dapat mengusulkan pergantian Pengurus.

4) Memberikan evaluasi terhadap perilaku anggota MUKI dan Pengurus MUKI dari sudut tata susila, moral dan etika, serta dapat mengusulkan pemecatan sebagai anggota atau dari kepengurusan.

(4) Pengawas berhenti karena, sebagai berikut:

1) Masa kerjanya berakhir.

2) Secara otomatis berhenti, karena tidak mengikuti undangan rapat 6 (enam) kali berturut-turut.

3) Mengundurkan diri atau meninggal dunia.

4) Atas keputusan Pengurus bila terjadi pelanggaran.

BAB IV

PELAKSANAAN RAPAT & PERTEMUAN

Pasal 8

RAPAT-RAPAT

Rapat-rapat MUKI, wajib diselenggarakan dengan undangan tertulis yang telah diterima peserta rapat paling lambat seminggu sebelumnya, dan setiap rapat wajib dibuatkan notulen rapat berdasarkan hasil diskusi dan dilampiri data dan fakta yang terdokumentasi, yang terdiri dari:

(1) Rapat Umum Nasional

(2) Rapat Umum Provinsi

(3) Rapat Umum Kab/Kota

(4) Rapat Terbatas Pengurus

(5) Rapat Inti Pengurus

(6) Rapat Pleno Pengurus

(7) Rapat Panitia

(8) Rapat Umum Lengkap

Pasal 9

PELAKSANAAN RAPAT UMUM NASIONAL

(1) Rapat Umum Nasional (RUN) diselenggarakan oleh MUKI Pusat.

(2) Peserta RUN terdiri dari:

2) Pengurus MUKI Provinsi

3) Pengurus MUKI Kab/Kota

(3) Peninjau

1) Penasehat MUKI Pusat dan Provinsi

2) Pengawas MUKI semua tingkatan

3) Anggota Luar Biasa

4) Anggota Kehormatan

5) Anggota Biasa

(4) Yang berhak mengambil keputusan adalah Peserta, Peninjau dapat memberikan pendapat.

(5) Undangan dikirimkan 1 bulan sebelumnya.

(6) RUN Luar Biasa diselenggarakan, bila diminta oleh Pengawas, karena kinerja yang rendah atau untuk membicarakan suatu hal yang sangat penting yang disepakati dalam Rapat Inti Pengurus MUKI Pusat.

Pasal 10

PELAKSANAAN RAPAT UMUM PROVINSI

(1) Rapat Umum Provinsi (RUP) diselenggarakan oleh MUKI Provinsi.

(2) Peserta RUP terdiri dari:

1) Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan Ketua Bidang terkait MUKI Pusat.

2) Pengurus MUKI Provinsi.

3) Pengurus MUKI Kab/Kota.

(3) Peninjau RUP terdiri dari:

1) Penasehat dan Pengawas

2) Anggota Biasa

3) Anggota Luar Biasa MUKI Provinsi

4) Anggota Kehormatan

(4) RUP Luar Biasa diselenggarakan bila diminta Pengawas atau MUKI Pusat, karena kinerja yang rendah atau untuk membicarakan suatu hal yang penting yang disepakati dalam Rapat Inti Pengurus MUKI Provinsi.

Pasal 11

PELAKSANAAN RAPAT UMUM KAB/KOTA

(1) Rapat Umum Kab/Kota (RUK) diselenggarakan oleh MUKI Kab/Kota.

(2) Peserta RUK terdiri dari:

1) MUKI Pusat 2 orang.

2) Ketua Umum/Wakil Ketua Umum, Sekretaris Jenderal dan Bendahara Umum MUKI Provinsi.

3) Pengurus MUKI Kab/Kota.

4) Anggota Biasa

(3) Peninjau terdiri dari undangan.

(4) RUK Luar Biasa diselenggarakan, bila diminta MUKI Provinsi dan disetujui MUKI Pusat.

Pasal 12

PELAKSANAAN RAPAT UMUM LENGKAP

(1) Dilaksanakan bila diminta MUKI Provinsi dan MUKI Kab/Kota minimum 50% dari jumlah yang ada yang berniat membubarkan MUKI.

(2) Rapat Umum Lengkap (RUL) diselenggarakan oleh MUKI Pusat dengan mengundang semua Pengawas dan Penasehat 1 (satu) bulan sebelumnya.

(3) Yang hadir dapat memutuskan kelanjutan MUKI atau dibubarkan dengan suara terbanyak.

(4) RUL dipimpin oleh Ketua Umum, 1 (satu) orang dari Penasehat yang disetujui semua anggota Penasehat dan 1 (satu) orang Pengawas yang disetujui semua anggota Pengawas, masing-masing dari MUKI Pusat dan MUKI Provinsi.

Pasal 13

PELAKSANAAN RAPAT TERBATAS PENGURUS

(1) Rapat Terbatas Pengurus dihadiri oleh Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan yang lainnya yang terkait dengan materi pembahasan.

Pengurus.

Pasal 14

PELAKSANAAN RAPAT INTI PENGURUS

(1) Rapat Inti Pengurus dihadiri oleh Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan posisi/jabatan lainnya dibawah Ketua Umum/Wakil Ketua Umum.

(2) Rapat Inti Pengurus memutuskan bahan masalah yang telah disiapkan dalam Rapat Terbatas Pengurus.

Pasal 15

PELAKSANAAN RAPAT PLENO PENGURUS

(1) Rapat Pleno Pengurus diselenggarakan oleh Pengurus (Pusat, Provinsi atau Kab/Kota) dan dihadiri oleh semua Pengurus.

(2) Rapat Pleno Pengurus merencanakan secara rinci keputusan yang telah ditentukan dalam Rapat Inti.

Pasal 16

(1) Setiap Pengurus MUKI menyelanggarakan Forum Komunikasi minimum sekali 6 (enam) bulan yang dihadiri oleh:

1) Cendekiawan Kristen, yaitu akademisi.

2) Pakar Kristen, yaitu para ahli dibidangnya, baik karena pengalaman maupun karena penelitian atau sebagai pembicara di berbagai pertemuan.

3) Tokoh Kristen, yaitu yang berpengaruh dikalangan Kristen atau giat memperjuangkan kepentingan Kristen.

4) Pimpinan Gereja, yaitu pimpinan aras Gereja, pimpinan Sinode dan sebagainya.

(2) Topik-topik Forum Komuniksi disiapkan oleh Pengurus MUKI yang terkait dan atau dari pihak peserta.

(3) Hasil-hasil pembicaraan dalam Forum Komunikasi dipublikasikan kepada umat Kristen.

Pasal 17

PELAKSANAAN PERTEMUAN

(1) Pertemuan-pertemuan berupa seminar, loka karya, temu wicara, dialog, diskusi dan sejenisnya diselenggarakan oleh Pengurus yang terkait atau Panitia yang dibentuk untuk itu.

(2) Peserta pertemuan sesuai undangan.

(3) Seminar diselenggarakan untuk menemukan gagasan, ide atau pemikiran untuk dikembangkan menjadi Program Kerja.

(4) Temu Wicara diselenggarakan dengan peserta yang terkait dan sepadan untuk membicarakan berbagai hal, secara bebas sambil mempererat silahturahmi.

(5) Dialog diselenggarakan antara 2 atau lebih pihak atas sesuatu masalah untuk menyamakan persepsi dan menemukan solusi.

(6) Diskusi diselenggarakan secara ilmiah antara ahli dengan peserta lainnya atas sesuatu yang dihadapi.

(7) Loka Karya diselenggarakan untuk melatih peserta tentang sistem atau prosedur yang sedang berlaku. BAB V Pasal 18

PEMBENTUKAN USAHA DAN JASA

MUKI), seperti PT, Cafe, Toko serba ada dan sebagainya.

(2) MUKI diharuskan mendorong anggotanya membentuk Koperasi, masing-masing membentuk usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

(3) MUKI memfasilitasi anggota memperoleh modal dan keterampilan.

(4) Dari hasil usaha bersama diwajibkan menyisihkan 100% dari keuntungan ke kas MUKI (Pusat 50%, Provinsi 35% dan Kab/Kota 15%).

(5) Bila kondisi keuangan MUKI memungkinkan, maka dapat mendirikan PT atau membeli saham perusahaan yang sedang maju yang menjadi milik MUKI.

BAB VI KEUANGAN Pasal 19 (1) Perolehan dana:

1) Perolehan dana dari Pemerintah RI dihimbau melalui tata cara dan prosedur yang berlaku dengan kelengkapan organisasi yang formal.

2) Perolehan dana dari organisasi lain dihimbau mengikuti ketentuan donator (pemberi dana) yang tidak mengikat dan diputuskan dalam Rapat Inti.

3) Perolehan dana dari perorangan yang tidak mengikuti, dihimbau melalui lobby atau rapat.

4) Perolehan dana dari hasil usaha dan jasa diatur tersendiri antara Pengurus MUKI dengan usaha yang dibentuk oleh MUKI.

5) Perolehan dana dari yang lainnya diluar a s/d c pasal ini dibicarakan dalam rapat Inti sebelum diterima.

(2) Penggunaan dana

1) Setiap tahun MUKI menyusun Program Kerja Tahunan yang berisi sasaran dan dana yang dibutuhkan, maka penggunaan dana diikuti dengan Program tersebut.

2) Masalah yang mendadak muncul dan harus ditanggulangi dengan dana, bila diperlukan sampai dengan Rp 5.000.000,- (Lima juta rupiah) dapat diputuskan oleh Ketum & Waketum, bila Rp 10.000.000,- (Sepuluh juta rupiah) diputuskan dengan Sekjen dan Bendum.

3) Dana operasional digunakan untuk:

a. Perkantoran dengan segala keperluannya.

BAB VII PEMBUBARAN Pasal 20

(1) Pembubaran dilakukan sesuai hasil Rapat Umum Lengkap atau oleh Pemerintah, karena melanggar ketentuan yang berlaku.

(2) Bila telah ada keputusan dibubarkan baik karena keinginan MUKI sendiri, maupun karena ketentuan peraturan perundang-undangan, maka:

1) Harta benda MUKI berupa uang diserahkan ke Gereja yang terpencil dan kecil yang diputuskan dalam Rapat Inti.

2) Harta benda berupa aset dilelang dan hasilnya diserahkan seperti butir (a) diatas.

BAB VIII

Pasal 21

Hal-hal yang belum diatur dalam ART ini akan ditampung dan ART ini akan disempurnakan kemudian.

Pasal 22

ART ini mulai berlaku sejak ditanda tangani oleh Pengurus MUKI Prov. DKI Jakarta periode Tahun 2011-2016.

Jakarta, 15 Mei 2013

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Ir. Drs. Bonar Simangunsong, SE, MSc Drs. Joni Pidel Patandung, MM

Laksma TNI (Pur)

Dokumen terkait