• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KARAKTERISTIK HABITAT LARVA Anopheles spp

4.5 Diskripsi nyamuk Anopheles spp. berdasarkan karakter

4.5.1 Anopheles farauti

An farauti terdapat pada lima jenis habitat yaitu parit, kobakan, kubangan, tapak ban dan lagun, tetapi tidak ditemukan di kolam, kontainer buatan dan plastik/kaleng bekas. Jumlah An. farauti dari semua jenis habitat adalah 187 individu (36% dari total Anopheles) dengan proporsi tertinggi terdapat pada habitat lagun (70,6%), diikuti kobakan (15,5%), dan paling rendah pada habitat tapak ban/tapak hewan (1,6%).

Nyamuk An. farauti mendominasi berbagai habitat di Desa Doro Kabupaten Halmahera Selatan dengan frekuensi hingga 95,7%, menyebar pada 5 tipe habitat yaitu parit, kobakan, kubangan, kolam dan kali sebagaimana dilaporkan oleh Mulyadi (2010). Sementara itu, Sukowati (2010) melaporkan bahwa An. farauti ditemukan pada 14 tipe habitat yaitu berupa tapak ban, kubangan, kali, kobakan, rawa, estuari, aliran air, sumur, perahu yang tidak digunakan, lagun, kolam, kantong plastik bekas dan helm bekas yang tersebar pada 7 desa di Halmahera Selatan.

Nyamuk An. farauti lebih banyak ditemukan di Lagun. Meskipun

berasosiasi dengan pantai, salinitas air lagun di Saketa berkisar antara 0-1 ppt, jauh lebih rendah dibanding salinitas normal air laut (3,5 ppt). Rendahnya salinitas di lagun disebabkan oleh terputusnya masukan air laut dan adanya masukan air tawar secara simultan. Hal ini merupakan faktor pendukung tingginya populasi An. farauti di habitat jenis lagun, salinitas merupakan faktor yang mempengaruhi toleransi An. faruti di suatu habitat (Bell et al. 1999).

Frekuensi keberadaan An. farauti cukup rendah, nyamuk ini muncul hanya pada bulan Februari pada habitat parit, pada bulan Januari dan Februari di kobakan dan lagun, pada bulan November 2010 dan Januari 2011 nyamuk ini muncul di kubangan. Sebagian besar An. farauti terdapat pada habitat jenis lagun yang terletak di bibir pantai. Meskipun lagun hanya muncul pada Bulan Februari, Maret dan Mei, habitat ini memiliki peran yang cukup besar dari sisi kevektoran karena didominasi oleh nyamuk An. farauti, di beberapa wilayah di Indonesia nyamuk ini terbukti sebagai vektor malaria (Winarno & Hutajulu 2009).

Tabel 10 Jumlah larva, jumlah cidukan dan densitas larva, frekuensi nisbi dan kelimpahan nisbi nyamuk An. farauti pada setiap habitat di Desa Saketa, Kabupaten Halmahera Selatan dari Bulan September 2010-Agustus 2011 Tipe habitat Jlh larva Jlh D nH nA F (%) Jlh Anoph. K (%) Kobakan 257 10 25,7 8 2 25,0 29 15,5 Kubangan 236 20 11,8 7 2 28,6 8 4,3 Lagun 278 70 4 3 2 66,7 132 70,6 Parit 43 10 4,3 6 1 16,7 15 8,0

Tapak ban/tapak Hewan 20 10 2 9 1 11,1 3 1,6

Kolam - - - - - - - -

Jumlah 834 120 7 33 6 18,2 187 100

Ket. D = kepadatan/cidukan (volume cidukan = 300 ml), nH = jumlah bulan ditemukannya habitat, nA = jumlah bulan habitat mengandung larva A.farauti

An. farauti merupakan vektor malaria dan filariasis di daerah Indo-Pasifik dan Australia yang penyebarannya meliputi Indonesia bagian timur yaitu dari Maluku dan Papua, sampai Kepualaun Vanuatu (Foley et al. 1995 dalam Bowolaksono 2001) dan dikonfirmasi sebagai vektor malaria di Papua, maluku dan maluku Utara (Sukowati 2009; Winarno & Hutajulu 2009).

An. farauti menyebar di daerah Indonesia bagian timur, barat daya Kepulauan Pasifik dan Benua Australia, yaitu Kepulauan Maluku sampai Kepulauan Vanuatu (Foley et al. 1995 dalam Bowolaksono 2001). Nyamuk ini telah beradaptasi terhadap iklim Muson di Australia bagian utara dan Papua Nugini pada ketinggian di atas 1500 dpl (Beebe & Cooper 2002). Larva nyamuk An. farauti tahan terhadap kadar garam, larvanya ditemukan hidup pada habitat rawa, lagun, muara sungai dan empang yang terlindung oleh vegetasi (Foley & Bryan 2000).

4.5.1.1 Karakteristik fisik, kimia dan biologi habitat Anopheles farauti

Perkembangan larva nyamuk An. farauti dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia dan biologi lingkungan habitat perkembangbiakannya. Lingkungan fisik yang mempengaruhi perkembangan larva adalah tempat bertelur, suhu air dan arus air. Faktor kimia adalah salinitas, pH dan endapan lumpur (jenis substrat). Sedangkan faktor biologi berupa keberadaan vegetasi air yang dapat berupa tanaman tingkat tinggi atau tingkat rendah, adanya naungan vegetasi, dan keberadaan predator.

Larva nyamuk hidup dalam kondisi lingkungan yang dinamis seperti curah hujan dan penguapan yang dapat mempengaruhi fluktuasi salinitas secara drastis. Kelangsungan hidup larva tergantung pada kemampuannya mengatur tekanan osmosis hemolimnya dengan cara mengabsorbsi dan mengeluarkan ion-ion dengan cara mengatur ion urinnya dalam rektum sebelum dikeluarkan (Smith et al. 2008).

4.5.1.2 Suhu air, pH, salinitas, kekeruhan, aliran air dan substrat pada

habitat An. farauti

Berbagai tipe habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles farauti dicirikan oleh kondisi lingkungan fisik yang beragam. Tabel 11 menunjukkan kisaran suhu air pada berbagai tipe habitat di Desa Saketa. An. farauti hidup di kubangan yang memiliki suhu 33-37oC, di lagun antara 28-37oC, di kobakan, parit dan tapak ban/tapak hewan pada suhu 29oC- 34oC. An. farauti memilih tipe habitat yang airnya tidak mengalir dan jernih. Dengan jenis substrat yang berlumpur, pasir-berlumpur, berpasir dan kerikil berpasir.

Suhu air pada habitat An. farauti di Saketa lebih tinggi jika dibanding dengan yang pernah dilaporkan oleh Soekirno et al. (1997) bahwa suhu air untuk habitat An. farauti di Halmahera berkisar 25oC- 28oC. Sedangakan di Raja Basa Lampung Selatan, dilaporkan oleh Setyaningrum et al. 2008 bahwa larva Anopheles spp. ditemukan pada habitat dengan suhu air antara 30,2oC-33,5oC. Suhu air mempengaruhi laju metabolisme larva, suhu optimun untuk pertumbuhan larva nyamuk dipengaruhi oleh wilayah geografis. Di daerah tropis kisaran suhu air adalah 23oC-27oC, ini merupakan suhu air optimun sehingga larva dapat menyelesaikan stadium pradewasanya dalam waktu dua minggu (WHO 1982).

Semua tipe habitat perkembangan biakan menunjukkan pH 7 yang merupakan pH netral dan optimun bagi pertumbuhan larva. Setyningrum et al. 2008, melaporkan bahwa rawa dan selokan air yang merupakan habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. di Raja Basa memiliki pH 6, sedangkan Mulyadi (2010) melaporkan kisaran pH pada berbagai habitat perkembangbiakan nyamuk di Desa Doro antara 6,9-7.

Tabel 11 Karaktersirtik fisik-kimia habitat perkembangbiakan Anopheles farauti di Desa Saketa Kabupaten Halmahera Selatan

Habitat T air

(C˚) pH Salinitas (ppt) Kekeruhan Velositas Substrat

Kobakan 32 7 0 jernih tdk mengalir lumpur

Kubangan 33-37 7 0-1 jernih-sedang tdk mengalir Pasir & lumpur Lagun 28-30 7 0-1 jernih tdk mengalir pasir, kerikil

Parit 29 7 0 jernih tdk mengalir Pasir

Tapak ban/ tapak hewan

34 7 0 keruh tdk mengalir lumpur

4.5.1.3 Kedalaman air, luas habitat, ketinggian dari permukaan laut (dpl),

jarak dari rumah, dan fungsi lahan pada habitat Anopheles farauti

Anopheles farauti terdapat pada habitat yang memiliki air dengan kedalaman yang bervariasi dari 2 cm di kobakan, 5 cm di tapak ban, 10-15 cm di parit hingga 70-110 cm di lagun. Kedalaman air pada habitat mempengaruhi perkembangan larva. Air yang terlalu dalam menyebabkan difusi oksigen tidak homogen sehingga suplai oksigen hanya cukup di dekat lapisan permukaan saja. Briegel (2003) melaporkan bahwa kemampuan eklosi pupa menjadi dewasa pada beberapa jenis nyamuk berbeda berdasarkan kedalaman air pada habitat perkembangbiakannya. Aedes aegypti optimun pada kedalaman 0,5–2 cm dan menurun menjadi 50% hingga kedalaman 14 cm, sedangkan An. albimanus, An. gambiae dan An. stephensi optimun pada kedalaman 0,5–1,0 cm, tetapi semuanya gagal pada kedalaman yang melebihi 5 cm.

Anopheles farauti terdapat pada habitat dengan luas yang bervariasi mulai dari 5 m2 - 250 m2, lagun merupakan habitat yang paling luas dan paling dalam, sedangkan tapak hewan merupakan habitat yang paling sempit. Luas permukaan mempengaruhi laju evaporasi yang mempengaruhi kelembaban dan masa waktu genangan. Habitat An. farauti terletak pada ketinggian antara 2-23 m dpl, lagun merupakan habitat yang paling dekat dari permukaan laut, sedangkan kobakan dan kubangan merupakan yang paling tinggi posisinya dari permukaan laut. Jarak habitat dari rumuah terdekat antara 5-500 m, kobakan dan kubangan merupakan habitat yang paling dekat dengan rumah dan yang paling jauh adalah lagun.

Tabel 12 Kedalaman, luas habitat, elevasi, jarak habitat dari rumah terdekat dan fungsi lahan di sekitar habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles farauti di Desa Saketa dari Bulan September 2010-Agustus 2011. Habitat Kedalaman (cm) Luas (m 2 Elevasi dpl (m) ) Jarak dr rmh (m) Fungsi lahan

Kobakan 2 5 2 & 23 5 permukiman, jalan

Kubangan 2 dan 10 15, 250, 40 23 15-100 Jalan

Lagun 70-110 15, 10, 12, 25, 40, 50 2-3 100-500 kebun, pantai

Parit 10-15 9 5 10-20 permukiman

Tapak ban/ tpk hwn

5 1,5, 25, 40 20 30 permukiman

4.5.1.4 Karakteristik biologi habitat perkembangbiakan Anopheles farauti

An. faruti ditemukan pada habitat yang memiliki jenis tanaman air yang beragam, juga ditemukan pada kobakan dan tapak ban yang tidak mengandung tanaman air, tetapi lebih banyak ditemukan pada kobakan dan tapak ban yang memilik tanaman air berupa lumut, ganggang, rumput, serta serasah. Habitat An. farauti lainnya adalah kolam, lagun dan parit, ketiganya mengandung jenis tanaman air yang sama yaitu rumput, lumut, ganggang dan serasah.

An. farauti memilih kobakan, kubangan, kolam, parit dan tapak ban yang di sekitarnya terdapat tanaman berupa rumput semak, perdu dan pepohonan, atau semak dan perdu seperti di lagun. An. farauti juga memilih habitat yang dinaungi oleh vegetasi seperti kobakan, lagun, dan tapak ban/tapak hewan dengan intensitas naungan yang beragam, mulai dari jarang, sedang hingga rapat.

Semua tipe habitat An. farauti mengandung predator ataupun kompetitor dengan keragaman yang berbeda. Ikan-ikan kecil dan udang-udangan (Crustacea), merupakan predator potensil bagi larva Anopheles, sedangkan di kolam predator potensilnya adalah kecebong, ikan kecil dan nimpha capung, di kobakan terdapat kecebong, ikan kecil, nimpha capung dan anggan-anggan (Gerridae). Predator paling kompleks terdapat pada habitat jenis parit dan tapak ban/tapak hewan. Karakteristik biologi habitat perkembangbiakan An. farauti di Desa Saketa di sajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Karakteristik biologi habitat perkembangbiakan An. farauti di Desa Saketa Kabupaten Halmahera Selatan dari September 2010-Agustus 2011

Tipe habitat Tanaman air/serasah Tanaman sekitar Tanaman naungan D tnm air Predator Kobakan tdk ada, lumut,

ganggang, rumput, serasah, rumput, semak, perdu, pohon jarang, sedang tdk ada, jarang

kecebong, ikan kecil, nimpha capung, anggang-anggang

Lagun Lumut, ganggang, rumput air, serasah

Semak, perdu rapat sedang ikan kecil,udang-udangan Parit lumut, ganggang,

rumput, serasah rerumputan, semak, Perdu, pohon tidak ada tdk ada, sedang

kecebong, ikan kecil, nimpha capung, udang-udangan, anggang-anggang Ephemeroptera Tapak ban/ Tpk hewan tdk ada, rumput, lumut, ganggang rumput, semak, pohon jarang, sedang, rapat tdk ada, jarang kecebong, nimpha capung, udang-dangan, anggang-anggang, ephemeroptera

Dokumen terkait