4 KARAKTERISTIK HABITAT LARVA Anopheles spp
4.4 Karakteristik habitat perkembangbiakan Anopheles spp
4.4.1 Kobakan
Kobakan merupakan cekungan kecil di permukaan tanah yang terbentuk secara alami, disengaja atau tanpa disengaja yang sewaktu-waktu dapat menampung air. Karena ukurannya yang relatif kecil, maka daya tampung airnya juga terbatas, sehingga tipe habitat ini dapat muncul dan menghilang dalam waktu singkat. Kobakan banyak ditemukan tersebar di seluruh wilayah Desa Saketa, tetapi yang mengandung larva hanya yang terdapat di perkebunan dan di jalanan. Untungnya sebagian besar kobakan yang ditemukan tidak mengandung larva
nyamuk dan banyak kobakan tidak mengandung larva Anopheles. Namun
demikian, pada kobakan tersebut terdapat larva nyamuk (Culex) yang melimpah. Proporsi kobakan adalah 15,7% dari seluruh jumlah habitat.
Pada kobakan ditemukan 4 spesies Anopheles yaitu An. indefinitus, An. kochi, An. farauti, dan An. vagus. Habitat ini terdapat di perkebunan (61,5%) dan di jalanan atau di pinggir jalan (38,5%), pada ketinggian 2-46 m dpl dengan rincian 1 kobakan terdapat diketinggian 2 m dpl, 7 terdapat pada 11-20 m dpl dan 3 pada 21-46 m dpl. Luasan kobakan terkecil adalah 0,5 x 0,5m dan terbesar 0,5x0,8m dengan kisaran kedalaman 3-15 cm. Kobakan berada antara 11-600 m dari rumah terdekat, dengan rincian 5 kobakan masing-masing berada pada jarak
7-10 dan 11-50 m, 2 kobakan berada pada jaran 100-150 m dan 1 kobakan terletak 600 m dari rumah terdekat.
Kobakan memiliki pH antara 6-7, sedangkan kisaran temperatur air pada habitat ini adalah 23-38 ºC dengan rincian 4 buah pada kisaran 25-30 ºC, 6 buah pada kisaran 30-35 ºC, 3 buah pada kisaran 36-38 ºC. Nilai kelembaban udara antara 46-68 %. Salinitas air umumnya 0‰ dan hanya sekali pengamatan yang memiliki nilai salinitas 10‰ ditemukan pada kobakan di perkebunan dekat pinggir pantai. Kekeruhan air pada habitat ini bervariasi antara jernih hingga keruh.
Jenis substrat terdiri dari substrat pasir dan lumpur masing-masing 50%. Kejernihan air di kobakan bervariasi dari jernih 58,3 %, sedang 33,3% dan keruh 16.7%. Sebagian besar kobakan tidak mengandung tanaman air (58,3%) mengandung tanaman air berupa lumut 2,3%, rumput 1,55% dan kesatuan lumut, rumput dan ganggang 0,77%. Sekitar 40% kobakan tanaman sekitarnya berupa pohon dan 60% berupa rerumputan. Sebagian besar kobakan (61,5%) tidak ternaungi oleh suatu vegetasi, terutama yang terdapat di jalan atau di pinggir jalan. 15,5% kobakan ternaungi dengan intensitas jarang, 0,76% dengan intesitas sedang dan 15,4% dengan intensitas naungan yang rapat.
Meskipun kobakan merupakan habitat yang sangat labil dengan ukuran luas dan kedalaman yang rendah, habitat ini tetap ada (40%) yang memiliki berbagai macam jenis predator yang teramati. Predatorrnya bervariasi terdiri dari kecebong, udang-udangan, anggang-anggang, nimpha capung, dan ikan kecil.
4.4.2 Kolam
Kolam di Saketa terdiri dari kolan yang sengaja dibangun untuk tujuan memelihara ikan dan penghias taman dan kolam yang terbentuk karena sengaja digali untuk kebutuhan timbunan bangunan rumah dan dibiarkan tidak tertimbun.
Di kolam ditemukan hanya 2 spesies Anopheles yaitu An. kochi dan An. indefinitus. Proporsi kolam dari seluruh habitat sangat kecil (5%), proporsi larvanya 4 % dari total larva dan hanya mengandung 3% dari total jumlah Anopheles. Meskipun kolam merupakan habitat yang dapat menampung air dengan volume besar, keberadaannya sebagai habitat berlangsung hanya beberapa bulan selama waktu penelitian. Kolam di pekarangan, di isi air dan digunakan
untuk memelihara ikan mulai bulan Maret 2011, sedangkan kolam bekas galian berisi air sejak Januari dan berfungsi sebagai kubangan hingga bulan Mei 2011. Fungsinya sebagai kolam terjadi setelah proses penimbunan selesai dan dibiarakan terisi penuh air.
Suhu di kolam berkisar antara 24-30 ˚C d engan p H 6 , salinitas 0 ‰ ,
substratnya berupa lumpur dengan air yang tidak mengalir dan jernih, 1 kali ditemukan keruh. Kolam terletak di pinggir jalan dan pekarangan rumah dengan jarak 3 dan 50 m dari rumah terdekat pada ketinggian 14 dan 29 m dpl.
Tanaman air di kolam berupa rumput, lumut, ganggang, dan seresah dengan kerapatan jarang dan sedang. Tanaman sekitarnya berupa rumput, semak dan perdu dan tanpa dinaungi oleh suatu vegetasi. Predator larva ditemukan berupa ikan kecil, kecebong, nimpha capung, udang-udangan, cyclop dan anggang-anggang.
4.4.3 Kubangan
Jumlah kubangan 30,12 % dari total jumlah habitat perkembangbiakan Anopheles di Desa Saketa. Ukuran kubangan lebih besar dari kobakan dan jauh lebih kecil dari kolam termasuk ukuran volumenya. Sebanyak 44,2% dari seluruh larva berada di kubangan, dan 15,4 % Anopheles berasal dari kubangan, pada habitat ini terdapat 3 spesies Anopheles yaitu An. indefinitus, An. farauti dan An. subpictus yang tersebar di perkebunan (32%), permukiman (28%), di jalan/di pinggir jalan (24%) dan 16% berada di semak. Jarak kobakan dari rumah terdekat bervariasi dari 5-300m dengan rincian 32% pada jarak 5-20 m, 32% pada jarak 21-50 m, 24% pada jarak 100-300 m dan 12 % pada jarak 70-100.
Kubangan memiliki kedalaman antara 2-25 cm, dengan rincian 40% memiliki kedalaman 2-10 cm, 36% dengan kedalaman 21-25 cm dan 25% dengan kedalaman 11-20 cm. Kisaran Suhu air di kubangan bervariasi dari 27-39˚C,
terdapat 4 buah kubangan pada kisaran suhu 27-30˚C, 15 pada kisaran 31-36˚C,
dan 6 kubangan pada kisaran 37-39˚C, pH air kubangan berkisar antara 6-7, 84% air kobakan dengan pH 7 dan 16% dengan pH 6. Kobakan mengandung air mulai dari yang jernih hingga keruh, 72% kobakan memiliki air yang jernih, 16% dengan kekeruhan air sedang dan 12% keruh, dengan substrat berupa lumpur (52%) dan pasir (48%).
Kubangan mengandung berbagai jenis tanaman air. Sekitar 12% kubangan mengandung ganggang, 24% mengandung lumut, 16% mengandung rumput dan sebanyak 36% kubangan mengandung gabungan antara rumput, ganggang dan lumut, 12% sisasnya tidak mengandung tanaman air. Sebagian besar kubangan (80%) tidak mengandung tanaman air. Kerapatan tanaman air bervariasi mulai yang jarang dan sedang (masing-masing 8%), rapat 4% dan (80%). Di sekitar kubangan terdapat berbagai jenis tanaman, tetapi 4% di antaranya tidak mempunyai tanaman disekitarnya. Tanaman sekitar kubangan sebagian besar berupa rumupt (40%), pepohonan (16%), semak 4%, dan gabungan antara semak-rumput dan pohon sebesar 36%.
Tingkat kelulushidupan larva di kubangan sangat tergolong rendah (3.2%), hal ini kemungkinan disebabkan oleh terbawanya telur predator dalam wadah pemeliharaan di laboratorium. Berbagai jenis predator ditemukan di kubangan seperti Anggang-anggang, juvenil ikan dan ikan-ikan kecil, nimpha capung, cyclop, Ephemeroptera, dan kecebong. Meskipun demikian 39,1% di antaranya tidak mengandung predator.
4.4.4 Lagun
Lagun merupakan salah satu habitat perkembangbiakan yang hanya muncul pada waktu-waktu tertentu. Di Desa Saketa, habitat ini mencul pada bulan Februari dan Maret. Di lagun ditemukan dua spesies Anopheles yaitu An. farauti (99,2%) dan An. indefinitus (0,8%). 70,6% dari semua An. farauti berasal dari lagun. Salinitas di lagun cukup rendah yaitu 0‰, hanya 1 kali muncul dengan salinitas 10‰ dengan pH air 6-7.
Salinitas merupakan faktor pembatas utama bagi larva nyamuk, larva An. sundaicus mampu beradaptasi terhadap kadar garam hingga 2,4 % (Wensdorfer & McGregor 1988. Sembiring (2005) melaporkan bahwa larva An. sundaicus dapat hidup pada habitat dengan salinitas hingga 1,0 %. Penelitian Jatsal, et al. (2003) menemukan larva Anopheles subpictus mendominasi perkampungan nelayan di kawasan pantai Kabupaten Donggala dan Kabupaten Luwuk Banggai, nyamuk ini ditemukan di tambak dan muara sungai. Kondisi tersebut sangat mirip dengan kawasan pertambakan dan hutan bakau yang telah banyak dihuni oleh manusia khususnya kaum nelayan. Di Sungai Legundi, Lombok Timur An. sundaicus
berkembang pada kadar garam berkisar 0,1–0,6 %, dan masih ditemukan pada kadar garam 3,0% (Budasih 1993). Larva An. dirus dengan kepadatan yang tinggi ditemukan pada kadar garam 1,0–2,5% (Oo et al. 2002).
Semua lagun di Saketa memiliki air yang tidak mengalir, umumnya airnya jernih, ditemukan 1 kali dengan tingkat kekeruhan sedang. Substratnya berupa pasir (56%), campuran pasir-kerikil (33,3%) dan lumpur (11,1%). Luas lagun bervariasi pada kisaran terendah 4x5m hingga 10x25m dengan kedalaman antara 50 m hingga 110 m, berada antara 25-500 m dari rumah terdekat dan paling banyak (55,6%) berada pada jarak antara 300-500 m. Sebagian besar (77.8%), terletak pada lahan berupa perkebunan yang berbatasan dengan pantai dan 22,5% terletak di pantai yang tidak memiliki fungsi lainnya pada ketinggian 1 m dpl (66,6%) dan 2 m dpl (33,3%).
Di Saketa, sebagian besar lagun tidak memiliki tanaman air, sebagain kecil lainnya memiliki tanaman air berupa ganggang (33,3%), dan Hydrilla sp (11,1%). Tanaman di sekitar lagun berupa semak/perdu, rerumputan, pepohonan masing-masing sebesar 11,1% dan yang berupa gabungan antara rerumputan-semak/perdu-pepohonan sebesar 66,6%. Sebagian besar memperoleh naungan dari vegetasi sekitarnya dengan intensitas naungan yang beragam, 44,4% lagun ternaungi dengan sedang, 22,2% ternaungi jarang dan sedang, dan 11,15% tidak ternaungi oleh vegetasi. 55,6% lagun tidak dinaungi oleh vegetasi, 33,3% dinaungi dengan intensitas rendah dan 11,2% dinaungi dengan intensitas tinggi. Predatornya berupa ikan-ikan kecil, udang-udangan, Cyclops, dan Ephemeroptera yang hidup secara bersama-sama membentuk komunitas predator larva.
Meskipun lagun hanya muncul pada Bulan Februari, Maret dan Mei, tetapi perannya cukup besar dari sisi kevektoran karena didominasi oleh An. farauti yang berperan sebagai vektor malaria di Maluku Utara (Sukowati 2009). An. farauti juga merupakan vektor malaria dan filariasis di daerah Indo-Pasifik dan Australia yang penyebarannya meliputi Indonesia bagian timur yaitu dari Maluku dan Papua, sampai Kepualaun Vanuatu (Foley et al. 1995 dalam Buwolaksono 2001).
4.4.5 Tapak ban/Tapak Hewan
Tapak ban dan tapak hewan merupakan tipe habitat yang cukup banyak ditemukan di desa Saketa, terbentuk dari jejak kaki sapi yang digunakan sebagai penarik gerobak tanpa roda dan bekas ban truk yang merupakan sarana utama untuk mengangkut hasil perkebunan dan kayu dari hutan. Jejak kaki sapi akan menimbulkan lubang-lubang kecil di permukaan tanah yang menjadi habitat Anopheles jika terisi air. Selain tapak hewan, gerobak sapi juga menimbulkan jejak berupa alur berlubang memanjang yang mirip dengan jejak ban mobil. Tapak ban/tapak gerobak dan tapak hewan secara bersama-sama menimbulkan habitat untuk perkembangbiakan Anopheles spp.
Sekitar 20% dari total larva yang diperoleh berasal dari tapak ban dan menempati proporsi 14,6% dari total nyamuk Anopheles hasil pemeliharaan dari semua tipe habitat. Tingkat kelangsungan hidup larva menjadi nyamuk adalah 6,8%, dalam hal ini dihasilkan An. farauti An. indefinitu, An. vagus, An, punctulatus dan An. kochi.
Suhu di tapak ban berkisar antara 26-35˚C, dengan rincian 73.7% tapak ban memiliki suhu pada kisaran 26-30˚C dan 26,3% pada kisaran 31-35˚C. Sebagian
besar air di tapak ban (63,1%) memiliki pH 7 dan 36,8% dengan pH 6 dan sebagian besar agak keruh/keruh tingkat sedang 42,1%, jernih 36,8% dan keruh 21,0%. Semuanya memiliki air yang tidak mengalir, sebanyak 73,6% substratnya berupa lumpur dan 26,3% berupa pasir.
Sebagian besar tapak ban (52,6%) tidak mengandung tanaman air, dan proporsi yang mengandung ganggang, lumut dan rumput masing-masing 5,3%, dan 32% lainnya mengandung gabungan antara ganggang-lumut-rumput. 10,5% tapak ban tidak terdapat tanaman di sekitarnya. Sebagian besar dikitari oleh berbagai tanaman berupa pohon (10,5%), rumput (15,7%) dan gabungan keduanya (63,2%).
Sebagian besar tapak ban berada pada ketinggian 3-45 m dpl dan sebagian besar terdapat di perkebunan (52,6%), jalanan/pinggir jalan (42,1%) dan hanya 52% terdapat dipermukiman. Predatornya bervariasi berupa anggang-anggang, cyclop, udang-udangan, Ephemeroptera, kumbang air, kecebong, dan nimpha capung.