DAFTAR PUSTAKA
ANOVA Total Protein bongkar
JK db KT F Sig.
Antar Kelompok 1030,553 5 206,111 11,655 0,000
Dalam Kelompok 318,311 18 17,684
Total 1348,864 23
Total Protein bongkar
Duncan Perlakuan N Alpha = 0,05 1 2 3 6 4 67,2750 4 4 74,5950 5 4 81,3000 3 4 81,5050 1 4 83,7400 2 4 87,1950 Sig. 1,000 1,000 0,084 ANOVA
Total Protein 3 jam
JK db KT F Sig.
Antar Kelompok 701,450 5 140,290 16,539 0,000
Dalam Kelompok 152,679 18 8,482
Total 854,130 23
Total Protein 3 jam
Duncan Perlakuan N Alpha = 0,05 1 2 3 6 4 65,6500 4 4 71,7500 5 4 74,5950 2 4 79,2700 3 4 79,4700 1 4 81,3000 Sig. 1,000 0,184 0,364
35
ANOVA
Total Protein 12 jam
JK db KT F Sig.
Antar Kelompok 90,480 5 18,096 2,108 0,111
Dalam Kelompok 154,545 18 8,586
Total 245,025 23
Total Protein 12 jam
Duncan Perlakuan N Alpha = 0,05 1 2 5 4 73,3750 6 4 77,0300 77,0300 3 4 77,3400 77,3400 2 4 78,0500 78,0500 1 4 78,6600 4 4 79,4750 Sig. 0,051 0,302 ANOVA
Total Protein 24 jam
JK db KT F Sig.
Antar Kelompok 812,143 5 162,429 69,517 0,000 Dalam
Kelompok 42,058 18 2,337
Total 854,201 23
Total Protein 24 jam
Duncan Perlakuan N Alpha = 0,05 1 2 3 2 4 64,0250 3 4 71,5450 5 4 71,7450 6 4 78,6600 1 4 78,8650 4 4 80,8950 Sig. 1,000 0,855 0,065
36
ANOVA
Total Protein 72 jam
JK db KT F Sig.
Antar Kelompok 1025,116 5 205,023 52,246 0,000
Dalam Kelompok 70,635 18 3,924
Total 1095,751 23
Total Protein 72 jam
Duncan Perlakuan N Alpha = 0,05 1 2 2 4 80,2850 3 4 80,4900 6 4 80,8900 5 4 81,9100 4 4 82,1150 1 4 98,5800 Sig. 0,254 1,000 ANOVA
Total Protein 168 jam
JK db KT F Sig.
Antar Kelompok 178,872 5 35,774 2,002 0,127
Dalam Kelompok 321,682 18 17,871
Total 500,553 23
Total Protein 168 jam
Duncan Perlakuan N Alpha = 0,05 1 2 1 4 78,6600 6 4 82,7250 82,7250 5 4 83,9450 83,9450 4 4 84,9600 84,9600 3 4 86,1750 2 4 86,9950 Sig. 0,067 0,214
37
ANOVA
Total Protein 240 jam
JK db KT F Sig.
Antar Kelompok 270,587 5 54,117 4,629 0,007
Dalam Kelompok 210,445 18 11,691
Total 481,032 23
Total Protein 240 jam
Duncan Perlakuan N Alpha = 0,05 1 2 3 2 4 87,6000 1 4 88,4150 88,4150 3 4 89,6350 89,6350 4 4 93,2900 93,2900 6 4 95,1250 5 4 96,3400 Sig. 0,437 0,071 0,248
Lampiran 8 Tahapan Pembuatan Preparat Histologi
1. Fiksasi jaringan dan parafinasi a. Fiksasi
Fiksasi merupakan tahapan yang dilakukan untuk mencegah autolisis dan dekomposisi post-mortem dari suatu jaringan atau organ. Larutan fiksasi yang digunakan yaitu larutan Davidson yang terdiri dari: ethanol 95 % 330 ml, formalin 37 % 220 ml, asam asetat glasial 115 ml, H2O335 ml. Jaringan tersebut direndam dalam larutan fiksatif selama 24 jam. Perendaman dilakukan di dalam botol film dengan volume larutan fiksatif sebanyak 10 kali volume jaringan.
b. Dehidrasi
Dehidrasi dilakukan untuk mengeluarkan cairan dari dalam sel dengan cara merendam jaringan yang telah difiksasi ke dalam alkohol mulai dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Tahap pertama yaitu perendaman di dalam alkohol 70% selama 24 jam. Perendaman dilakukan di dalam botol film yang sebelumnya telah digunakan untuk perendaman larutan fiksatif yang telah dibuang terlebih dahulu. Kemudian organ dibungkus dengan menggunakan kain kasa dan diikat dengan benang seperti teh celup. Setelah 24 jam organ tersebut ditiriskan dan dimasukkan kembali ke dalam botol alkohol 80%, 90%, 95% masing-masing 2 jam. Selanjutnya dimasukkan lagi ke dalam alkohol 100% selama 12 jam pada suhu ruang.
38
c. Clearing
Clearing merupakan proses penjernihan yang bertujuan untuk menggantikan alkohol dan penambahan clearing agent (xylol) yang berfungsi sebagai pelarut parafin. Tahap pertama jaringan tersebut direndam dalam alkohol-xylol (1:1) selama 30 menit. Kemudian dilanjutkan dengan perendaman pada xylol I, xylol II, dan xylol III masing-masing selama 30 menit pada suhu ruang.
d. Impregnasi
Impregnasi dilakukan untuk penggantian xylol dengan parafin cair yang berlangsung dalam oven pada suhu 60oC. Tahapan yang dilakukan yaitu dengan melakukan perendaman jaringan ke dalam xylol-parafin (1:1) pada gelas piala selama 45 menit.
e. Embedding
Embedding merupakan proses untuk memasukkan parafin cair kedalam sel. Proses ini berlangsung di dalam oven pada suhu 60oC untuk mencairkan parafin, karena titik cair parafin yaitu 54-58oC. Tahap tersebut dilakukan untuk menyusupkan parafin ke dalam seluruh celah antar sel maupun ke dalam sel agar lebih tahan pada saat proses pemotongan. Proses perendaman dilakukan di dalam gelas piala yang berisi parafin I, parafin II, dan parafin III secara berturut-turut masing-masing selama 45 menit.
f. Blocking
Blocking dilakukan untuk mencetak jaringan yang telah diembedding dalam parafin cair yang kemudian dibekukan. Proses pencetakan dilakukan pada kertas yang kaku dengan ukuran 2x2x2 cm3. Parafin cair dituang hingga 1/8 bagian cetakan dan dibiarkan hingga agak membeku. Kemudian jaringan disusun dengan bagian sayatan yang diperlukan menghadap dasar cetakan dan dituang lagi dengan parafin cair hingga jaringan terendam. Selanjutnya dibiarkan menmbeku pada suhu ruang selama 24 jam.
g. Trimming
Trimming merupakan proses pencetakan blok parafin yang telah membeku dengan sempurna yang sebelumnya kertas cetakan dilepas terlebih dahulu. Kemudian blok parafin tersebut dipotong menggunakan silet agar dapat disesuaikan dengan tempat blok pada mikrotom.
2. Pemotongan jaringan
Pemotongan jaringan dilakukan dengan menggunakan mikrotom. Ketebalan untuk tiap sayatan yaitu 4 mikrometer. Teknik pemotongan parafin adalah sebagai berikut.
a. Blok parafin yang telah dipotong dengan silet diletakkan pada tempat duduknya di mikrotom. Tempat duduk blok parafin beserta blok parafinnya kemudian diletakkan pada holder mikrotom dan dikunci dengan kuat. Mata pisau yang digunakan harus yang tajam agar proses pemotongan parafin dapat dilakukan dengan sempurna.
b. Ketebalan potongan diatur dengan cara menggeser bagian pengatur ketebalan hingga yang diinginkan. Ketebalan sayatan yang digunakan untuk pengamatan adalah 4 mikrometer.
39 c. Blok preparat digerakkan ke arah pisau sedekat mungkin lalu blok preparat tersebut dipotong secara teratur dan berkelanjutan. Pita-pita parafin yang terpotong diawal dibuang terlebih dahulu hingga diperoleh potongan yang mengandung preparat jaringan.
d. Hasil irisan tersebut diambil dengan menggunakan jarum lalu diletakkan dalam waterbath dengan suhu 45-50oC hingga mengembang.
e. Pita parafin yang sudah mengembang selanjutnya ditempelkan pada gelas objek yang telah diberi zat perekat seperti albumin dengan cara memasukkan gelas parafin ke dalam waterbath dan digerakkan ke arah pita parafin hingga melekat pada gelas objek. Kemudian dibiarkan kering.
3. Pewarnaan jaringan a. Dewaxing
Dewaxing merupakan proses untuk mengeluarkan parafin. Tahapan yang dilakukan sebelum dewaxing yaitu meletakkan gelas objek ke dalam keranjang preparat. Kemudian gelas objek yang telah dimasukkan ke dalam keranjang preparat direndam ke dalam xylol I dan xylol II masing-masing 2 menit. Jaringan akan tampak bersih karena lilin yang menempel menjadi terlepas.
b. Hidrasi
Hidrasi merupakan proses pemasukan air ke dalam preparat jaringan pada gelas objek. Tahapan yang dilakukan dalam proses hidrasi yaitu dengan merendam gelas objek tersebut ke dalam alkohol 100% sebanyak dua kali, selanjutnya direndam dalam alkohol 95%, 90%, 80%, 70%, dan 50% masing-masing selama 2 menit. Setelah proses tersebut preparat jaringan direndam dalam akuades selama dua menit.
c. Pewarnaan hematoksilin-eosin
Setelah hidrasi, preparat jaringan tersebut diberi pewarna hematoksilin-eosin. Tahapan yang dilakukan dalam proses tersebut yaitu perendaman preparat jaringan dengan pewarna hematoksilin selama 7 menit kemudian dicuci dengan air mengalir selama 7 menit untuk menghilangkan kelebihan zat pewarna yang tidak diserap. Kemudian preparat jaringan tersebut direndam dengan pewarna eosin selama 3 menit lalu dicuci dengan akuades.
d. Dehidrasi
Preparat jaringan tersebut selanjutnya direndam dalam alkohol 70%, 85%, 90%, dan 100% masing-masing selama dua menit. Lalu preparat jaringan direndam dalam xylol I dan xylol II masing-masing selama dua menit.
e. Mounting
Preparat yang telah diwarnai dapat dibuat menjadi preparat yag lebih awet dengan cara mounting menggunakan mounting agent seperti enthellan. Selanjutnya preparat tersebut ditutup dengan menggunakan gelas penutup. Dalam proses penutupan diusahakan agar tidak timbul gelembung udara. Preparat dikeringkan pada suhu ruang selama 24 jam. Tahap akhir setelah hasil preparat kering yaitu pengamatan dengan menggunakan mikroskop.
40
Lampiran 9 Tingkat kelangsungan hidup benih udang galah pascapemeliharaan
ANOVA TKH JK db KT F Sig. Antar Kelompok 236,444 47,289 21,280 0,000 Dalam Kelompok 26,667 2 2,222 Total 263,111 7 TKH Pemeliharaan Duncan Perlakuan N Alpha = 0.05 1 2 3 6 3 30,3333 5 3 32,0000 1 3 36,3333 4 3 36,6667 2 3 38,3333 3 3 41,0000 Sig. 0,196 0,143 1,000
Lampiran 10 Specific growth rate benih udang galah pascapemeliharaan 10 hari
ANOVA SGR JK db KT F Sig. Antar Kelompok 0,115 5 0,023 2,149 0,129 Dalam Kelompok 0,128 12 0,011 Total 0,243 17
41
RIWAYAT HDUP
Penulis dilahirkan di Lumajang, Jawa Timur, pada tanggal 04 Juni 1989 sebagai anak kedua dari tiga bersaudari pasangan Ir Mu’ashol dan Ir Hanawati. Pendidikan sekolah menengah atas (SMA) penulis selesaikan pada tahun 2007. Pada bulan April tahun 2012, penulis berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana di Departemen Budidaya Perairan, Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengikuti Seminar Nasional Bioteknologi Akuakultur V, IICC Bogor 11 September 2014 sebagai peserta. Kesempatan untuk melanjutkan studi ke program pascasarjana pada Program Studi Ilmu Akuakultur di Institut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 2012. Jurnal penelitian yang menjadi bagian dari tesis ini telah layak terbit di Jurnal Akuakultur Indonesia. Penulis dapat dihubungi melalui email rvananda.sari@gmail.com