• Tidak ada hasil yang ditemukan

Antara Politik Pemikiran Dan Dakwah

BAB IV. TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN

E. Antara Politik Pemikiran Dan Dakwah

Terkait dengan aspek dakwah, Hizbut Tahrir tidak melihat adanya

pertentangan antara eksistensinya sebagai partai politik pemikiran dengan eksistensinya sebagai partai dakwah. Hizbut Tahrir didirikan sebagai wujud

pelaksanaan atas perintah Allah SWT dalam firman-Nya:

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (Q.S. Ali Imran : 104)

60

Humas Hizbut Tahrir DPD Kota Bogor, Wawancara Pribadi, di Sekretariat Hizbut Tahrir DPD Kota Bogor, Senin 18 Januari 2010.

Dengan begitu , seluruh aktivitas Hizbut Tarir adalah mengemban dakwah Islam. Namun perbedaan antara Hizbut Tahrir dengan yang lainnya dalam mengemban dakwah Islam adalah, bahwa Hizbut Tahrir tidak mengemban Islam secara terbuka, tanpa batasan dan perincian, melainkan mengemban Islam secara terperinci. Hal itu dilakukan mengingat adanya perbedaan yang jelas antara Islam, pemikiran dan solusinya, dengan setiap pemikiran, system dan solusi selain Islam.

Oleh karena itu Hizbut Tahrir meyakini bahwa metode terbaik untuk mendakwahkan hukum-hukum Islam adalah mengaitkannya dengan fakta, dan selanjutnya mengemban dakawah secara politik. maksudnya bahwa dakwah itu bukan sekedar nasihat dan konseling (bimbingan dan arahan), melainkan mengemban dakwah dengan cara menjelaskan kepada masyarakat mengenai perbedaan antara Islam dengan pemikiran dan system yang ada ditengah-tengah realitas. Hal itu dianggap berbeda dengan sebagian orang yang mengemban Islam secara umum tanpa menjelaskan perbedaan antara Islam dengan realitas yang memaksa dirinya secara politik, budaya, pemikiran, dan informasi.

Dengan begitu Hizbut Tahrir adalah partai dakwah yang aktivitasnya mengemban dakwah, namun dalam mengemban dakwahnya Hizbut Tahrir melakukannya secara politik, dalam arti bahwa tujuan dakwah Hizbut Tahrir adalah mengganti pemikiran, persaan, dan system yang dianggap tidak sesuai dengan Islam. Dan hal itu diyakini Hizbut Tahrir hanya bisa diwujudkan dengan melakukan serangan pemikiran, di samping melakukan perjuangan politik terhadap system dan peraturan selain Islam yeng sedang diterapkan sekarang.61

61

Ahmad al Qoshosh, Media Informasi Hizbut Tahrir Lebanon, di kutif dari www. Hizbuttahrir.co.id pada tanggal 6 Maret 2010.

G. Harapan Hizbut Tahrir Kota Bogor

Hizbut Tahrir DPD Bogor berharap kelak masyarakat Bogor akan terbentuk kesadarannya bahwa hukum yang sekarang ini tidak baik, yang kemudian masyarakat menginginkan hukum Islam supaya diterapkan di masyarakat. Tidak ada lagi mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian hukum Islam. Seperti yang terjadi saat ini, dalam hal ibadah masyarakat mengambil Islam. Tapi dalam berpolitik, pendidikan, bidang kesehatan, dalam hal muamalah tidak mau mengambil Islam. Hizbut Tahrir mencontohkan dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 183:

☺⌧

’’Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,’’

Padahal lima ayat sebelumnya yaitu ayat 178 :

⌦ ⌧

’’Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian

itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih’.

Dan dalam ayat yang setelahnya itu ada ayat yang mewajibkan berperang. Akan tetapai masyarakat ini ketika di seru untuk berpuasa mereka berbondong-bondong memenuhi seruan Allah untuk berpuasa. Tetapi kalau diseru untuk qishash atau untuk berperang mereka tidak mau. Padahal redaksi ayatnya sama. Hal ini yang di ancam oleh Allah dalam firmannya surat al-Baqarah ayat 85:

’’Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat

Oleh karena itu Hizbut Tahrir memandang penting menjadikan perjuangan untuk mengembalikan hukum-hukum Allah tegak kembali, karena dengan

tegaknya hukum Allah yang menjadi permasalahan pokok, maka permasalahan cabang yang berkaitan dengan masalah apapun itu akan terselesaikan.62

I. Analisis Dakwah Hizbut Tahrir

Dalam hal pengertian dakwah penulis sedikit berbeda pendapat dengan apa yang telah diungkapkan oleh humas Hizbut Tahrir, alasan penulis karena dalam buku yang berjudul Pembangunan dan Dakwah Bil Haal yang diterbitkan oleh Mimbar Ulama 1991 Husein Assegaf menyatakan bahwa dakwah bil haal adalah dakwah melalui tulisan baik dengan menerbitkan kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan sangat penting dan efektif.63 Begitu juga dengan dakwah bil haal Husein Assegaf mendefinisikan bahwa dakwah bil hal adalah seluruh kegiatan dakwah dalam bentuk perbuatan nyata untuk meningkatkan kesejahteraan umat dalam rangka memcahkan persoalan dalam suatu lingkungan masyarakat. Walaupun ketiga bentuk dakwah yang disebutkan diatas telah dilakukan oleh Hizbut Tahrir akan tetapi secara teoritis penulis melihat Hizbut Tahrir tidak menyatakan itu sebagai dakwah. Hal itu yang kemudian perbedaan pendapat antara pengertian dakwah yang penulis pahami dengan pengertian dakwah menurut Hizbut Tahrir.

Zainal Muhtarom dalam bukunya dasar-dasar manajemen dakwah Islam

menyatakan bahwa media yang paling efisien dalam berdakwah salah satunya adalah media organisasi. Organisasi merupakan alat pelaksanaan dakwah, agar

62

Humas Hizbut Tahrir DPD Kota Bogor, Wawancara Pribadi, di Sekretariat Hizbut Tahrir DPD Kota Bogor, Senin 18 Januari 2010.

63

Husein Assegaf, Pembangunan dan Dakwah Bil Haal, (Jakarta, Mimbar Ulama, 1991), hal. 58.

dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien, maka melalui organisasi dakwah dakwah dapat terus diselenggarakan dalam setiap kegiatan intern dan ekstern. Dalam hal ini penulis bertpendapat bahwa Hizbut Tahrir sudah mampu memanfaatkan organisasi sebagai media dalam berdakwah, hal itu terbukti dengan adanya kepengurusan sebagaimana yang disebutkan diatas bahwa Hizbut Tahrir memiliki pengurus structural dan fungsional yang setiap anggota dalam kelompok tersebut sudah memiliki tugasnya masing-masing. Sebagaimana pendapat Chesther I. Barnard yang dikutif oleh Mannulang M. dalam bukunya dasar-dasar manajemen bahwa organisasi adalah suatu system dan aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dengan adanya pembagian tugas dan dilakukan oleh lebih dari satu orang maka penulis berpendapat bahwa Hzibut Tahrir sudah memenuhi criteria organisasi sebagaimana yang dinyatakan Chesther.

Selanjunya selain organisasi yang menjadi media paling efisien dalam berdakwah Zainal Muhtarom-pun menyatakan bahwa ada media lisan, media cetak, maupun media elektronik. Semua media yang di sebutkan Zainal Muhtarom di atas penulis melihat media itu sudah di pakai oleh Hizbut Tahrir dalam menyampaikan dakwahnya. Keyakinan penulis dikuatkan dengan terbitnya buletin al-Islam oleh Hizbut Tahrir yang lebih dari satu juta eksemplar dalam satu kali terbit, seperti yang dikatakan Ustadz Rasyid selaku Humas Hizbut Tahrir DPD Bogor dalam wawancara yang penulis lakukan. Selain bulletin al-Islam yang merupakan media cetak yang dimanfaatkan dalam menyampaikan dakwahnya Hizbut Tahrir pun memiliki majalah al-wa’ie, tabloid media umat dan buku yang dikarang dan diterbitkan oleh aktivis Hizbut Tahrir.

Adapun media elektronik yang dimanfaatkan Hizbut Tahrir anatara lain Hizbut Tahrir memliki channel telvisi sendiri yaitu TV HT Channel dan radio Hizbut Tahrir, selain itu Hizbut Tahrir pun memiliki website yang bisa diakses dimana saja dan oleh siapa saja. Dalam pemanfaatan media penulis sangat setuju dengan apa yang sudah dilakukan oleh Hizbut Tahrir karena penulis menganggapan hal itu sudah maksimal baik media cetak maupun elektroniknya sudah terpenuhi semua. Akan tetapi dalam hal media lisan penulis memandang bahwa Hizbut Tahrir belum optimal dalam menyampaikan dakwahnya. Hal itu penulis rasakan selain jarangnya penulis menemukan kegiatan dakwah secara lisan yang di adakan atau diisi oleh aktivis Hizbut Tahrir, dalam wawancara penulis dengan Humas Hizbut Tahrir DPD Bogor-pun penulis hanya memperoleh informasi jadwal kegiatan halqah atau kajian yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir itu hanya satu tempat dan tempat itupun penulis rasa tidak semua orang memungkinkan untuk mengikutinya karena berada di masjid Polretsa Kota Bogor yang mana tidak sedikit masyarakat merasa segan untuk memasukinya apalagi tanpa ada tujuan yang pasti. Hal itu penulis anggap menjadi penyebab tidak memungkinkannya orang yang tanpa sengaja masuk kedalam masjid untuk mengikuti pengajian yang di adakan oleh Hizbut Tahrir bisa mengikuti kegiatan halqah yang di adakan oleh Hizbut Tahrir. Itu yang berkaitan dengan media.

Adapun yang berkaitan dengan kegiatan. Dengan dua aktivitas pokoknya yaitu tastqif hos dan tastqif amm atau pembinaan husus dan pembinaan umum penulis setuju kalau itu dilakukan secara berkesinambungan dan banyak diketahui umum terutama yang berkaitan dengan pembinaan umum, karena dakwah sebagaimana yang dikemukakan oleh Didin Hafidhudin dalam bukunya yang

berjudul dakwah actual adalah proses secara berkesinambungan yang ditangani para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk kejalan Allah dan secara bertahap menuju kehidupan yang Islami. Pada akhirnya penulis berasumsi bahwa, berat bagi Hizbut Tahrir sebagai da’i atau yang mendakwahkan untuk merubah kehidupan masyarakat sebagai mad’u

sebagaimana yang dicita-citakan oleh Hizbut Tahrir untuk menjadikan masyarakat yang memiliki standard berfikir dan berprilaku secara Islami seperti juga tujuan dakwah yang dikemukakan Didin Hafidhudin di atas kalau pesan yang disampaikan itu tidak sampai kepada masyarakat (mad’u).

Disamping kegiatannya yang harus banyak diketahui oleh masyarakat. Kalau Hizbut Tahrir menginginkan masyarakat terutama warga Bogor memiliki standard Islami baik dalam berfikir maupun berperilaku maka penulis berpendapat bahwa pesan yang disampaikannyapun harus tepat. Sebagaimana dalam ilmu dakwah yang pernah penulis pelajari bahwa dalam berdakwah ada yang disebut pemetaan dakwah, hal itu dilakukan agar pesan yang hendak disampaikan itu sesuai, baik dengan kemampuan berfikir maupun keadaan social mad’u. sebagaimana pesan yang disampaikan oleh Rasulallah yang kurang lebih isinya adalah perintah untuk berbicara sesuai dengan kemampuan lawan bicara.

Disamping itu penulis masih lebih banyak melihat dari isi pesan yang disampaikan lebih kepada konsep kepemerintahan khilafah dari pada pembinaan akhlak Islami, padahal Nabi sendiri berkata bahwa Beliau di utus ke muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak. Kalau dikatakan dalam teori sosiologi modern yang tokohnya Neil J. Smelser dan Alex Inkeles bahwa untuk meraih kesuksesan yang sama (dalam konteks ini Rasulallah) maka (Hizbut Tahrir) harus menempuh

tahapan yang sama dengan apa yang telah dilalui yang sukses64. Penulis berpendapat demikian bukan berarti penulis tidak setuju dengan cita-cita Hizbut Tahrir untuk menegakkan kembali khilafah, tetapi penulis berpendapat bahwa ketika masyarakat sudah memiliki akhlak Islami kemudian merasakan kenyamanan dan keamanan dengan konsep Islam maka masyarakat akan dengan sendirinya menginginkan untuk ditegakkannya syari’at Islam, dengan demikian maka masyarakat tidak merasa dipaksa untuk mendukung berdirinya khilafah seperti yang Hizbut Tahrir cita-citakan, artinya kemudian penulis ingin berpendapat bahwa dakwah harus dilakukan secara bertahap sebagaimana yang telah dikatakan Didin Hafidhudin di atas. Dari hal yang kecil untuk mewujudkan cita-cita yang besar, hal itu dilakukan untuk mengawali perubahan terhadap masyarakat yang dianggap menyimpang maupun yang patuh disebabkan oleh adanya gangguan (disrupsi) pada proses penghayatan dan penglaman nilai-nilai Islam dalam perilaku seseorang.

Dilihat dari aspek sosiologis masyarakat, bogor adalah masyarakat yang majemuk, yang terdiri dari berbagai suku, adat, budaya, juga agama. Jadi penulis berpendapat bahwa tidak mudah bagi Hizbut Tahrir untuk menggiring masyarakat kita ke pada syari’at Islam walaupun mayoritas warganya muslim bahkan menjdi Islam terbesar, akan tetapi masyarakat bogor ini sebelumnya tidak pernah merasakan dipimpin oleh pemimpin yang menggunakan system Islam, beda halnya dengan masyarakat yang ada di negara yang pernah merasakan dipimpin dengan system Islam, seperti Palestina tempat dimana Hizbut Tahrir didirikan

64

Lembaga Sosiologi Agama, Sosiologi Sebuah Pengantar. (Jakarta, Mitra Sejahtera 2008), h. 190.

mereka memang sudah merasakan bagaimana rasanya hidup dalam naungan syari’at Islam.

Dari aspek pendidikan, penulis berpendapat bahwa sudah terlalu banyak dan melekatnya pemikiran yang dianggap tidak Islami yang menyerang masyarakat kita karena memang pola pendidikan kita adalah pola pendidikan yang diwariskan para colonial yang sampai sekarang masih di gunakan. Disamping itu Indonesia karena masyarkatnya yang majemuk menjadikan negara yang berpenduduk muslim dengan system demokrasi. Yang berkembangnya pendapat tentang kebangsaan, nasionalisme, dan sosialisme yang mana itu semua pemahaman yang dianggap sesat dan menyimpang oleh Hizbut Tahrir. jadi pada akhirnya penulis menilai kalau Hizbut Tahrir ingin mendirikan khilafah Islamiyah maka tidak bisa dengan sarta merta dimasukan kedalam pola pikir masyarakat tanpa sebelumnya masyarakat di bina akhlaknya demi meraskan indahnya system Islam untuk mencapai kesadaran masyarakat dengan sendirinya karena bagaimanapun masih sangat banyak kontradiksi antara kenyataan kehidupan umat Islam dengan hokum Islam, terutama masalah politik, pemerintahan dan ekonomi.

A. Kesimpulan

Setelah mengadakan penelitian ilmiah tersebut, kiranya dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut :

1. Bentuk kegiatan pokok dakwah yang dilakukan Hizbut Tahrir DPD Kota Bogor adalah tastqif hos dan tastqif amm atau pembinaan umum dan pembinaan husus. Tastqif hos merupakan pembinaan husus bagi para anggota dan simpatisan Hizbut Tahrir sedangkan tastqif amm adalah pembinaan yang dilakukan untuk masyarakat umum dan melakukan unjuk rasa terhadap kebijakan yang tidak Islami.

2. Media yang digunakan dalam berdakwah adalah media lisan, cetak, dan elektronik. Media lisan terbukti dengan adanya halqah/kajian di masjid Polresta Kota Bogor. Media tulisan terbukti dengan adanya bulletin, bulletin al-Islam, majalah al-wa’ie, dan tabloid media Islam. Sedangkan media elektronik terbukti dengan adanya televisi HT Chane, Radio Hizbut Tahrir, dan Websait Hizbut Tahrir.

B. Saran-saran

1. Perhatian dakwahnya jangan terlalu dipusatkan kepada agenda mewujudkan Khilafah Islamiyah, sehingga terkesan melalaikan agenda membebaskan umat dari syirik, bid’ah, fanatisme, pembentukan akhlak, serta keterbelakangan dan kemunduran.

2. Meningkatkan dakwah bil lisan dan dilakukan di tempat umum yang mudah dan memungkinkan di tempuh oleh banyak orang dari semua kalangan.

3. Pesan dakwahnya tidak melulu ke system khilafah Islamiyah tetapi juga di imbangi dengan pembinaan akhlak kepada masyarakat.

4. Melakukan kaderisasi lebih luas dan terbuka lagi.

5. Terus meningkatkan metode dakwah yang efektif dan efisien, karena tantangan yang akan dihadapi umat Islam seperti sekulerisasi, globalisasi informasi akan selalu membutuhkan solusi yang dapat mengantisipasi perubahan tersebut.

6. meningkatkan kerjasama dengan ormas-ormas lain.

Menyadari pentingnya suatu penelitian untuk dapat mengungkap masalah-masalah sosial yang dialami oleh lembaga-lemabag keagamaan, maka diperlukan adanya kerjasama yang baik dengan pihak-pihak yang terkait, guna memperoleh data yang valid dari kegiatan dakwah Hizbut Tahrir. Namun demikian sudah barang tentu disana sini masih banyak kekurangan dan susunan kalimatnya. Maka dari itu tiada gading yang tak retak, demikian juga tidak ada manusia yang sempurna. Maka dengan segala kerendahan hati penyusun mohon kritik dan saran yang membangun untuk bekal di kemudian hari.

A. Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan.

(Surabaya: Usaha Nasional, 1982)Ashari, M. Hafi, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993)

Al-Qoshosh, Ahmad, Media Informasi Hizbut Tahrir Lebanon, di kutif dari www. Hizbuttahrir.co.id pada tanggal 6 Maret 2010.

Amin, M. Masyhur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Jakarta: Al-Amin Press, 1997

Amirullah dan Sribudi Cantika, Manajemen Strategi.

Amrullah, Ahmad, Dakwah Islam Sebagai Ilmu, sebuah kajian Epistemologi dan Struktur ke Ilmuan Dakwah, Medan: 1996

Asmara, Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007

Assegaf, Husein, Pembangunan dan Dakwah Bil Haal, Jakarta, Mimbar Ulama, 1991

Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1999 Bahry, Zaenal, Kamus Umum; Khususnya Bidang Hukum dan Politik, Bandung:

angkasa, 1996

Hafidhudin, Didin, Dakwah Aktual, Jakarta, GIP, 1999 Handoko, T. Tani, Manajemen, Yogyakarta : BPFE, 2003 Hasanudin, Hukum Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya 1996

Hizbut Tahrir, Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir,

Bogor, Pustaka Thariqul Izzah, 2009

Humas Hizbut Tahrir DPD Bogor, Wawancara Pribadi, di Sekretariat Hizbut Tahrir DPD Bogor, Senin 18 Januari 2010.

Lembaga Sosiologi Agama, Sosiologi Sebuah Pengantar, Jakarta, Mitra Sejahtera 2008

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Karya, 1989 M. Nazir, Metode Penelitian I, Jakarta: Galia Indonesia, 1995

Mannulang M, Dasar-dasar Manajemen, Yogyakarta: Gajah Mada University Pres, 2001

Muhtarom, Zaini, Dasar-dasar Manajemen Dakwah Islam, Yogyakarta : Al-Amien Press, 1996

Nana Danapriyatna dan Roni Setiawan, Pengantar Statistika, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005

Nuh, Sayyid M, Dakwah Fardiyah Dalam Manhaj Amal Islami, Solo : Citra Islami Press, 1996

Omar, Yahya, Ilmu Dakwah, Jakarta: PT. Wijaya, 1971

PP, Ikatan Remaja Muhammadiyah, Sistem Pengkaderan Ikatan Muhammadiyah, Yogyakarta: PP IRM, 2004

Raji, Abdullah M. Sufyan, Mengenal Aliran-aliran dalam Islam dan Ciri-ciri Ajarannya, Jakarta, Pustaka AL-Riyadl, 2007

Rosyanti, Imas, Sari Tafsir II, Bandung : Fa Sumatra, 1996

Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan masyarakat, Bandung: Mizan, 1999

Siagian, Sondang P., teori pengembangna orgnaisasi

Stphen, Robbins, perilaku organisasi, edisi bahasa Indonesia; Jakarta; PT. indeks Gramedia, 2006

Suara Muhammadiyah, edisi ke-89 (1-15) Maret, Yogyakarta: SM, 2004

Sulthon, Muhammad, Desain Ilmu Dakwah-Kajian Ontologis, Epistemologi dan Aksiologis, Pustaka Pelajar & Walisongo Press

Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Islam, Surabaya, 1983 Yakan, Fathi, Membongkar jahilyah Meraih Sukses Dakwah, Solo: Intermedia,

2003

Yogaswara, Angga, Aplikasi Perencanaan dan Pengorganisasian Partai Keadilan Sejahtera, Jakarta: Skripsi, MD, 2003

Amin, M. Masyhur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Jakarta: Al-Amin Press, 1997) Yakan, Fathi, Membongkar jahilyah Meraih Sukses Dakwah, (Solo: Intermedia, 2003) Sulthon, Muhammad, Desain Ilmu Dakwah-Kajian Ontologis, Epistemologi dan Aksiologis, (Pustaka Pelajar & Walisongo Press)

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Karya, 1989)

Nana Danapriyatna dan Roni Setiawan, Pengantar Statistika (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005)

M. Nazir, Metode Penelitian I (Jakarta: Galia Indonesia, 1995)

Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1999)

Amrullah, Ahmad, Dakwah Islam Sebagai Ilmu, sebuah kajian Epistemologi dan Struktur ke Ilmuan Dakwah, (Medan: 1996)

Yunus, Muhammad, Kamus bahasa arab. (Departemen Pendidikan, 2000)

Nuh, Sayyid M, Dakwah Fardiyah Dalam Manhaj Amal Islami, (Solo : Citra Islami Press, 1996)

Hafidhudin, Didin, Dakwah Aktual (Jakarta, GIP, 1999)

Shihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan masyarakat (Bandung: Mizan, 1999)

Omar, Yahya, Ilmu Dakwah. (Jakarta: PT. Wijaya, 1971)

A. Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan. (Surabaya: Usaha Nasional, 1982)

Asmara, Toto, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007) Rosyanti, Imas, Sari Tafsir II, (Bandung : Fa Sumatra, 1996)

Muhtarom, Zaini, Dasar-dasar Manajemen Dakwah Islam, (Yogyakarta : Al-Amien Press, 1996)

Mannulang M, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta: Gajah Mada University Pres, 2001)

Stphen, Robbins, perilaku organisasi, edisi bahasa Indonesia; (Jakarta; PT. indeks Gramedia, 2006)

Amirullah dan Sribudi Cantika, Manajemen Stratejik. Siagian, Sondang P., teori pengembangna orgnaisasi

Handoko, T. Tani, Manajemen, (yogyakarta : BPFE, 2003)

Bahry, Zaenal, kamus umum; khususnya bidang hukum dan politik, (bandung: angkasa, 1996)

Yogaswara, Angga, Aplikasi perencanaan dan pengorganisasian partai keadilan sejahtera (Jakarta: Skripsi, MD, 2003)

PP, Ikatan Remaja Muhammadiyah, sistem pengkaderan ikatan muhammadiyah, (Yogyakarta: PP IRM, 2004)

Suara muhammadiyah, edisi ke-89 (1-15) maret, (Yogyakarta: SM, 2004)

Raji, Abdullah M. Sufyan, Mengenal Aliran-aliran dalam Islam dan Ciri-ciri ajarannya,

Humas Hizbut Tahrir DPD Bogor, Wawancara Pribadi, di Sekretariat Hizbut Tahrir DPD Bogor, Senin 18 Januari 2010.

Al-Qoshosh, Ahmad, Media Informasi Hizbut Tahrir Lebanon, di kutif dari www. Hizbuttahrir.co.id pada tanggal 6 Maret 2010.

Lembaga Sosiologi Agama, Sosiologi Sebuah Pengantar. (Jakarta, Mitra Sejahtera 2008). Assegaf, Husein, Pembangunan dan Dakwah Bil Haal, (Jakarta, Mimbar Ulama, 1991)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Jln. Ir. H. Juanda No.95 Ciputat Jakarta 15412, Indonesia Telp : (62-21) 7432728

FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA WISUDA*)

SEMESTER GANJIL/GENAP**) TAHUN 2010/2011

1. Nama : A. Samsul Anwar

2. Tempat/Tgl. Lahir : Bogor, 09 Oktober 1986

3. Nomor Pokok : 105051001881

4. Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

5. Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

6. Program : S1

7. Judul Skripsi : “Aktivitas Dakwah Hizbut Tahrir Indonesia Bogor”

8. Tanggal Lulus : 19 Maret 2010

9. Nomor Ijazah ***) :

10. Indek Prestasi/Ydc : 3,18 (Tiga Koma Delapan Belas) 11. Jabatan Dalam Organisasi

Kemahasiswaan : -

12. Alamat Asal : Kp. Cilambur 03/03 Leuwi Batu, Rumpin - Bogor

13. Alamat Sekarang : Jln. Kayumanis 05/04 Cirimekar Cibinong - Bogor

14. Nama Ayah : Abd Rojak

15. Pendidikan Ayah : SD

16. Pekerjaan Ayah : Petani

17. Nama Ibu : Muti’ah

18. Pendidikan Ibu : SD

19. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Jakarta, 19 Maret 2010 Foto

3x4

Tanda Tangan Ybs,

A. Samsul Anwar Catatan :

*) Dibuat rangkap 2 (dua):

- Lembar Pertama untuk Bagian Akademik dan Kemahasiswaan

- Lembar Kedua untuk Fakultas Yang Bersangkutan

**) Coret Yang Tidak Perlu

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Jln. Ir. H. Juanda No.95 Ciputat Jakarta 15412, Indonesia Telp : (62-21) 7432728

Dokumen terkait