• Tidak ada hasil yang ditemukan

Antioksidan pada Penyakit Ginjal Kronik

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 34-39)

H. Flow Mediated Dilatation (FMD)

I. Antioksidan pada Penyakit Ginjal Kronik

Antioksidan merupakan senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif oksidan, termasuk enzim-enzim dan protein-protein pengikat logam dalam meredam dampak negatif oksidan (Oberg et al., 2004).

Mekanisme pertahanan antioksidan pada pasien hemodialisis sangat lemah disebabkan berbagai gangguan. Defisiensi vitamin C terjadi karena pembatasan diet buah dan sayuran. Defisiensi vitamin C pada pasien hemodialisis bukan hanya pada kuantitasnya tetapi juga kualitas (Adly, 2010).

Gambar 2.15. Antioksidan menghambat oksidasi LDL (Guntur, 2000).

Asam askorbat atau vitamin C adalah suatu monosakarida, termasuk antioksidan larut air yang ditemukan pada berbagai jenis sayuran dan buah-buahan yang sering mengalami kerusakan dalam proses. Salah satu enzim yang

commit to user

diperlukan untuk membuat asam askorbat telah hilang oleh mutasi selama evolusi manusia, karena itu asam askorbat harus diperoleh dari makanan dan vitamin. Asam askorbat berarti asam antiskorbut atau no-scurvy acid. Istilah vitamin C sebenarnya tidak hanya digunakan untuk L-asam askorbat (bentuk tereduksi) tetapi juga bentuk teroksidasinya, dehydroascorbic acid (Kim et al., 2002). Oksidasi bolak balik L-asam askorbat menjadi L-asam dehidroaskorbat terjadi bila bersentuhan dengan tembaga, panas atau alkali. Kedua bentuk vitamin C aktif secara biologik tetapi bentuk tereduksi adalah yang paling aktif dan banyak terdapat dalam keadaan normal (80%) dari vitamin C dalam sirkulasi dan bentuk teroksidasi yang meningkat dalam kedaan patologis. Oksidasi lebih lanjut L-asam dehidroaskorbat menghasilkan asam diketo L-gulonat dan oksalat yang tidak dapat direduksi kembali yang berarti telah kehilangan sifat antiskorbutnya (Langlois et al., 2001).

Gambar 2.16. Bentuk asam askorbat Gambar 2.17. Bentuk asam

askorbat

tereduksi (Langlois et al., 2001) teroksidasi (Langlois et al., 2001)

Di dalam tubuh manusia vitamin C memiliki banyak fungsi tetapi fungsi yang paling penting dari vitamin ini adalah kemampuannya untuk bertindak

commit to user

sebagai katalis redoks dan kofaktor dalam banyak reaksi dan proses biokimia tubuh manusia. Sebagai antioksidan, vitamin C bertindak sebagai donor elektron untuk menghentikan reaksi meluas yang disebabkan oleh kehadiran radikal bebas seperti hidroksil dan superoksida (Iqbal et al., 2004). Vitamin C menangkap secara efektif radikal superoksida maupun singlet oksigen dan memutuskan rantai radikal melalui peroksidase lipid. Asam askorbat itu sendiri teroksidasi selama proses dan bentuk semi dehidroaskorbat yang merupakan radikal tetapi tidak reaktif dan tidak kuat dan tidak mengurangi oksidasi. Dua askorbil radikal bergabung membentuk satu molekul askorbat dan salah satu dari dehidroaskorbat. Bentuk teroksidasi dehidroaskorbat tak stabil, membentuk oksalat dan asam treonik (Padayatty et al., 2003).

Vitamin C merupakan protektor (antioksidan) yang secara terus menerus akan bertindak sebagai scavenger terhadap radikal bebas yang terbentuk sehingga dimungkinkan tidak terjadi gangguan keutuhan dan fungsi sel. Vitamin C merupakan antioksidan non enzimatik yang mudah larut dalam air sehingga vitamin ini terdapat dicairan extra seluler. Vitamin C mempunyai sifat polaritas yang tinggi karena banyak mengandung gugus hidroksil sehingga membuat vitamin ini akan mudah diubah tubuh (Bjelakovic G et al., 2007).

Vitamin C mereduksi besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah diabsorpsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan. Absorpsi besi dalam bentuk nonheme meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C. Vitamin C berperan dalam memindahkan besi dari transferin di dalam plasma ke feritin hati.

commit to user

Vitamin C juga membantu absorpsi kalsium dengan menjaga agar kalsium berada dalam bentuk larutan (Boryann et al., 2006).

Gambar 2.18.Peran Vitamin C dalam Perbaikan Fungsi Endotel (Molina et al.,

2013)

1. Pengaruh Vitamin C terhadap Penyakit Ginjal Kronik

Vitamin C sebagai antioksidan berperan sebagai inhibitor terhadap Inhibitor κβ kinase (IKK) sehingga aktifasi nucleus factor κβ (NFκβ) terhambat akibatnya terjadi penurunan jumlah sitokin proinflamasi diantaranya IL-6 dan TNF-α seperti tampak pada gambar 2.15 (Guntur, 2008)

commit to user MD-2 CD14 LPS bp TLR4 My D88 TRAF6 IRAK NF-KB ENDOTOKSIN M NIK/MKK IKK Target Genes - Insulin Treatment

Guntur, 2008;Modified by B Purwanto 2010 - Metformin - Statin - ACE Inhibitor - AG II Blocker - Anti ROS - NO - Bradikinin - Oestrogen TNF- IL-6 IL-12 IL-1 IL-8 TGFβ-1 CYTOKINES

Low dose Kortikosteroid

Gambar 2.19. Antioksidan menghambat sitokin proinflamasi.

(Guntur, 2008; modifikasi Bambang, 2010).

Pada pasien PGK dalam kondisi stres oksidatif, dimana ada lebih banyak radikal bebas dalam tubuh manusia daripada antioksidan dan memiliki dampak memperberat penyakitnya. Orang-orang mengalami stres oksidatif memiliki kadar askorbat lebih rendah dari 45,0 mmol/ L, dibandingkan dengan individu sehat yang berkisar antara 61,4-80 mmol/ L (Bjelakovic et al., 2007; Kim et al., 2002)

Satu penelitian men bahwa pemmyatakan peberian vitamin C oral 250 mg 3 kali/minggu pasca hemodialisis selama 2 bulan terbukti tidak merubah kadar stres oksidatif dan marker inflamasi pada pasien PGK dengan hemodialisis (Singer, 2011). Pemberian vitamin C selama 3 bulan pada pasien hemodialisis secara intravena 1000 mg 3 kali/minggu menurunkan kadar stres oksidatif ( Ting et al., 2009).

commit to user

Gambar 2.20. Skema yang menunjukkan mekanisme perbaikan kerusakan

DNA melalui daur redoks sel oleh vitamin C. (AA = Ascorbic Acid, DHA= Dehydro Ascorbic Acid, LOO· = Lipid Peroxyl Radical, NER = Nucleotide Excision Repair, TCR = Transcription Coupled Repair) (Lunec et al. 2002 )

2. Angka kecukupan gizi dan kebutuhan vitamin C

Angka kecukupan gizi untuk vitamin C pada pria dewasa sehat adalah 90 mg/ hari dan wanita dewasa 75 mg/ hari. Angka kecukupan gizi ini tergantung kebutuhan tubuh seseorang juga dipengaruhi jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, aktivitas fisik dan stres, tetapi tidak terlalu jauh dari 100 mg/ hari untuk vitamin C. Kebutuhan vitamin C setiap hari sangat berfluktuasi, tergantung kondisi tubuh. Apabila kekebalan tubuh sedang rendah, maka diperlukan vitamin C dosis tinggi. Angka kecukupan gizi tersebut berdasarkan kadar vitamin C hampir maksimal pada neutrofil (leukosit) dengan ekskresi urin minimal (Hamrick dan Counts, 2008). Kebutuhan vitamin C naik saat operasi atau luka bakar jaringan hilang banyak (Kim et al., 2002).

Pasien PGK dengan dialisis membutuhkan vitamin C lebih dari AKG normal. Belum ada patokan pasti dosis vitamin C direkomendasikan (Montesa et al., 2009).

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 34-39)

Dokumen terkait