• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adapun digunakan teori perlindungan hukum, yang berdasarkan perundang-undangan merupakan perlindungan yang diberikan oleh hukum positif kepada subyek hukum. Perlindungan hukum berdasarkan undang-undangan tidak diperlukannya adanya persetujuan dari para pihak, sedangkan perlindungan hukum berdasarkan kontrak adalah

111

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 2001, halaman 6.

112

Djanius Djamin dan Syamsul Arifin, Bahan Dasar Hukum Perdata, Akademi Keuangan dan Perbankan Perbanas, Medan, 2001, halaman 152.

113

perlindungan hukum yang dituangkan dalam kontrak mengenai hak dan kewajiban para pihak yang sudah disepakati bersama. Kedua perlindungan hukum tersebut, baik yang berasal dari undang-undang maupun yang berasal dari kontrak merupakan perlindungan hukum yang diperoleh melalui perikatan.

Menurut Fitzgerald, teori perlindungan hukum adalah hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak.114 Maksudnya adalah bahwa kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi.115 Sedangkan menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.116

Philipus M. Hadjon membagi bentuk perlindungan hukum menjadi dua bagian, yaitu : 117

a. Perlindungan hukum preventif.

Perlindungan hukum ini memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mengajukan keberatan (inspraak) atas pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat

114

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, halaman 53.

115

Ibid, halaman 69. Sesungguhnya perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perindungan hukum lahir

dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.

116

Ibid, halaman 54.

117

Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia : Sebuah Studi tentang Prinsip-prinsipnya,

Penanganannya oleh Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Umum, Op, Cit, halaman 2. Perhatikan pada

pembagian perlindungan hukum secara represif yang di kelompokkan menjadi 3 (tiga) badan oleh Philipus M. Hadjon, yaitu : 1. Pengadilan dalam lingkup Peradilan Umum, yang dalam prakteknya dewasa ini telah ditempuh jalan untuk menyerahkan suatu perkara tertentu kepada Peradilan Umum sebagai perbuatan melaan hukum oleh penguasa, 2. Instansi pemerintah, yang merupakan lembaga banding administrasi, yaitu permintaan banding oleh suatu tindak pemerintah oleh pihak yang merasa dirugikan oleh tindakan pemerintah tersebut. 3. Badan-badan khusus, merupakan badan yang terkait dan berwenang untuk menyelesaikan suatu sengketa. Badan khusus tersebut antara lain adalah Kantor Urusan Perumahan, Pengadilan Kepegawaian, Badan Sensor Film, Panitia Urusan Piutang Negara, Peradilan Administrasi Negara.

bentuk yang definitif, sehingga perlindungan hukum ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa dan sangat besar artinya bagi tindak pemerintah yang didasarkan pada kebebasan bertindak.

b. Perlindungan hukum represif.

Perlindungan hukum ini berfungsi untuk menyelesaikan apabila terjadi sengketa. Tan Kamello mengatakan bahwa perlindungan hukum adalah perlindungan yang diberikan oleh hukum (undang-undang atau kontrak) terhadap subyek hukum (hak dan kewajiban) dan obyek hukum (benda).

Selain itu, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori hukum jaminan fidusia yang menurut Tan Kamello bahwa teori hukum jaminan fidusia adalah kreditur yang sudah memberikan kredit dengan jaminan fidusia dan memperoleh hak secara

constitutum posessorium harus diberikan perlindungan perlindungan disatu pihak secara

yuridis, dilain pihak, pihak ketiga yang telah menerima kendaraan bermotor dari debitur secara di bawah tangan juga harus mendapat perlindungan. Seharusnya benda jaminan pada kendaraan bermotor yang sudah terikat dalam jaminan fidusia tidak dibenarkan dialihkan kepada pihak ketiga, kecuali terdapat izin dari debitur.118

Hukum adalah alat, bukan tujuan, dan yang memiliki tujuan adalah manusia. Akan tetapi karena manusia sebagai anggota masyarakat tidak mungkin dapat dipisahkan dengan hukum, maka yang dimaksud dengan tujuan hukum adalah manusia dengan hukum sebagai alat untuk mencapai tujuan hukum tersebut. Keberadaan hukum dalam masyarakat sebenarnya tidak hanya dapat diartikan sebagai sarana menertibkan kehidupan masyarakat, melainkan juga dijadikan sarana yang mampu mengubah pola berfikir dan pola perilaku masyarakat dan pembuatan hukum seyogyanya mampu mengeliminasi setiap konflik yang diperkirakan akan terjadi di masyarakat.

Mengenai tujuan hukum, adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dalam mencapai tujuannya itu, hukum bertugas membagi hak dan kewajiban antar perorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum.119

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian hukum normatif, kerangka teori diarahkan secara khas ilmu hukum. Maksudnya penelitian ini berusaha untuk memahami

118

Tan Kamelo, Seminar Jaminan Fidusia : Kajian Atas Peraturan Menteri Nomor : 130/PMK.010/2012, Op,

Cit.

119

jaminan fidusian secara yuridis, artinya memahami objek penelitian sebagai hukum yakni sebagai kaedah hukum atau sebagai isi kaedah hukum yang ditentukan dalam yurisprudensi dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah hukum jaminan, sistem hukum benda dan perjanjian kredit bank.120

Dalam menganalisis jaminan fidusia tersebut baik yang terdapat dalam putusan-putusan pengadilan maupun perjanjian jaminan fidusia yang terjadi dalam praktik perbankan dan peraturan undang-undang yang mengatur jaminan fidusia, diperlukan pendekatan sistem (approach system). Maksud menggunakan pendekatan sistem adalah mengisyaratkan terdapatnya kompleksitas masalah hukum jaminan fidusia yang dihadapi dengan tujuan untuk menghindarkan pandangan yang menyederhanakan persoalan jaminan fidusia sehingga menghasilkan pendapat yang keliru.121

Selain teori hukum normatif yang dipergunakan dalam membahas permasalahan yang dirumuskan, dalam penelitian ini juga menggunakan teori kepastian hukum. Teori kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian yaitu pertama : adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua : berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh negara terhadap individu.

Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan.122

Menurut Gustav Radbruch, hubungan antara keadilan dan kepastian hukum perlu diperhatikan. Oleh karena kepastian hukum harus dijaga demi keamanan dalam negara, maka hukum positif selalu harus ditaati, walaupun isinya kurang adil atau juga kurang sesuai dengan tujuan hukum. Tetapi dapat kecualian yakni bilamana pertentangan antara isi tata hukum dengan keadilan begitu besar, sehingga tata hukum itu tampak tidak adil pada saat tata hukum boleh dilepaskan.123

120

Soerjono Soekanto, Teori yang Murni Tentang Hukum, Alumni, Bandung, 1985, halaman 96.

121

Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia : Suatu Kebutuhan yang Didambakan, Op, Cit, halaman 19.

122

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media Group, Jakarta, 2008, halaman 158.

123

Tanpa kepastian hukum orang tidak tau apa yang harus diperbuatnya, dan akhirnya timbulnya keresahan, tetapi terlalu menitikberatkan kepada kepastian hukum, terlalu ketat menaati peraturan hukum, akibatnya kaku dan akan menimbulkan rasa tidak adil. Apapun yang terjadi peraturan adalah demikian dan harus ditaati atau dilaksanakan. Undang-undang itu sering terasa kejam apabila dilaksanakan secara ketat Lex dura, set

temen scripta (undang-undang itu kejam tetapi demikianlah bunyinya).

Dokumen terkait