• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENYEDIAAN RTNH DI KAWASAN PERKOTAAN

3.5. Strategi Pembangunan Berdampak Rendah ( LID )

3.6.1. Atribut Ruang Parkir

3.6.2.5. Aplikasi

Aspek desain utama termasuk membuat struktur pelat dengan kearah elemen eksterior atau drainase. Selaput kedap air terikat dan terlindung oleh lapisan proteksi. Lapisan insulasi dibutuhkan pada pemakaian dangkal untuk memberi resistensi terhadap temperatur tetapi juga bila ditempatkan di atas selaput menjaga selaput tersebut pada temperatur embun, menjaga kondensasi dibawahnya. Pada beberapa hal digunakan insulasi tipe tapered dibawah selaput kedap air untuk memperoleh kemiringan ke arah selaput kedap air dimana pelat struktural adalah rata. Cara ini tidak direkomendasi untuk pendekatan titik embun, sama seperti efektivitas pemasangan selaput kedap air. Lapisan drainase sintetis yang ditempatkan di atas material insulasi, akan mengarahkan setiap air yang masuk lapisan penutup atas. Lapisan material butiran yang dipadatkan secara baik merupakan bahan pengisi yang solid dan ekonomis pada area tanaman. Lapisan drainase berupa bahan butiran padat harus dipisahkan dari

R u a n g T e r b u k a N o n H i j a u ( R T N H ) d i K a w a s a n P e r k o t a a n

D i r e k t o r a t J e n d e r a l P e n a t a a n R u a n g

D e p a r t e m e n P e k e r j a a n U m u m

55

tanah halus untuk tanaman dengan menggunakan filter yang didesain khusus atau bahan separator tanah.

2. Sistem Pemakaian

Aspek desain utama adalah sama dengan dijelaskan pada area tanaman. Sebagai tambahan permukaan yang digunakan harus didesain untuk tujuan estetika dan fungsi dan juga sebagai lapisan pelindung pertama terhadap air permukaan. Desain yang bebas retakan dan penjarakan yang tepat dan konstruksi penutup/sambungan adanah penting. Bila pada desain kemiringan permukaan yang memungkinkan terhadap saluran drainase atau bagian luar, akan membatasi jumlah air yang masuk kedalam sistem. Desain lapisan permukaan yang tepat, lapisan insulasi dan lapisan drainase sintetis adalah hal yang kritis dalam mendukung beban kendaraan.

3. Pemilihan Membran

Membran bahan cair atau lembaran membrane dapat digunakan pada sistem plasa. Satu yang telah terbukti, sistem kedap air yang awet adalah sistem modifikasi bitumen pemakaian panas. Kombinasi dari bahan karet dan aspal memberikan kinerja ketahanan retak dan ketahanan kimia yang baik. Sistem Urethane tipikal digunakan ketebalan 60 mm dimana sistem modifikasi bitumen dengan ketebalan 180 sampai 215 mm.

Penggunaan tanpa bahan pengikat tidak direkomendasi pada sistem ini. Tanjakan dan detail dari penetrasi adalah hal kritis.

4. Penetrasi di Bawah Tanah

Plasa membutuhkan penanganan rinci untuk masalah masuknya air kedalam sistem, dan membutuhkan bahan kedap air berkaitan adanya tanaman yang berhubungan dengan permukaan dinding atau elemennya.

5. Sambungan expansion di atas lapisan permukaan

Permasalahan dan penanganan khusus masalah air diperlukan ketika ada sambungan dengan kemungkinan penetrasi kembaban di area tepi plasa yang bersisian langsung dengan bangunan. Pada kasus ini, penanganan sambungan dengan menaikkan bukaan sabungan beton di sekeliling permukaan sangat efektif menghalangi pengumpulan air pada sambungan dan kebocoran bila sambungan sistem seal mengalami kegagalan.

Desain rinci khusus yang memperkenankan pembuatan konstruksi sambungan pada titik yang lebih tinggi pada struktur pelat plasa juga efektif untuk mengurangi bagian terbuka dan oleh sebab itu meminimalkan masalah dalam operasionalnya.

Walaupun area dibawah tanah sering digunakan untuk ruang mekanikal dan elektrikal, hal ini harus ditangani dengan rencana detil lapisan kedap air untuk meminimalkan resiko kebocoran atau dan pada beberapa kejadian, kelebihan tingkat kelembaban sehingga mengganggu komponen elektrikal atau keawetan.

6. Drainase Yang Baik

Kebutuhan dasar pokok untuk perencanaan plasa yang baik adalah kemiringan struktur pelat yang tepat untuk drainase. Umumnya dikenal sebagai sebagai gradien, besaran ini memberikan kesempatan air yang mengalir turun ke membran, suatu alat yang dituju aliran dan menyalurkan ke dalam bak drainase. Baik sejarah dan pengalaman terakhir, secara kuat menganjurkan bahwa tanpa desain dan pembuatan kemiringan struktur pelat yang tepat, akan sering terjadi genangan air yang tidak diinginkan pada struktur pelat diatas membran. Tipikal pelat yang rata, tanpa mengindahkan sistem perencanaan struktur yang digunakan untuk pelat pendukung, dapat menjadi sumber kebocoran dan akan memusingkan pemilik plasa.

Struktur pelat pendukung pada seluruh plasa harus minimum 2% dari bangunan sekeliling atau kea rah luar plasa. Tidak cukup hanya dengan kemiringan lapisan

permukaan atau bahkan menggunakan insulasi-taper untuk memperoleh kemiringan saat menggunakan pelat rata. Desain yang sempurna akan memasukan drainase dari elemen struktur untuk mengeringkan setiap air yang masuk masuk ditempat tersebut

(SNI No: 02-2406-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan).

7. Isolasi Horisontal

Isolasi horisontal, secara simple dikatakan, melibatkan penyediaan sebuah mekanisme kondisi tinggi rendah atau sistem yang berada langsung di bawah permukaan lapisan permukaan kaku. Yang paling umum dan bentuk agresif perusakan membrane pada walnya adalah adanya pemberian lapisan perkerasan di atas membran dan lapisan proteksi. Bila bidang geser efektif tidak diperoleh, siklus normal temperatur akan mengakibatkan lapisan permukaan bertambah panjang dan menarik membran dan sering melenturkan membrane. Air kemudian berpindah ke struktur pelat, menjadi genangan dan pada saat mencapai retakan, terjadi kebocoran ke ruang dibawahnya.

8. Isolasi Vertikal

Karena pertambahan panjang ke arah normal dan kontraksi yang disebabkan oleh perubahan temperatur, isolasi harus diberi secara berkala, sehingga, sehingga elemen kaku tidak terkunci dan terikat satu dan lainnya atau dengan ikatan disekelilingnya. Gaya yang signifikan akan terjadi selama siklus ekspansi dan kontraksi. Pada kasus ekstrim, dapat terjadi lenturan, kehancuran atau pergeseran. Bukti umum kebanyakan dari karakteristik ini ditemukan pada pemeriksaan bak drainase, dimana seringnya lepas dari lapisan permukaan plasa.

9. Drainase Bawah

Masalah besar pada plasa yang telah menua adalah kegagalan dari drainase bawah akibat tidak benarnya pemasangan bak drainase. Awalnya, fungsi ini diperoleh dari lapisan batuan kerikil lepas, biasanya terbuat dari batu bulat berdiameter ¼ sampai 3/8 inci. Lapisan ini, bila tersambung baik dengan bak drainase, akan siap mengalirkan air keluar dari struktur permukaan pelat. (Ironisnya juga terjadi tahanan geser horizontal atau isolasi lapisan horisontal ketika digunakan di bawah permukaan kaku) Mengabaikan sifat drainase lapisan bawah yang dipilih, harusnya kontinyu sepanjang jalur aliran ke bak drainase dan ditutup dengan separator yang tepat dan lapisan filter dari area tanaman dan potensi kontaminasi lainnya, untuk menjaga efektifitas. Tanpa filtrasi yang baik, sel drainase grid akan cepat mengumpulkan sampah saringan dan menempel bahkan pada lapisan drainase yang terbaik (SNI No: 03-6719-2002 tentang Spesifikasi pipa baja bergelombang dengan lapis pelindung logam untuk pembuangan

air dan drainase bawah tanah).

10. Bak Drainase

Drainase plasa harus di desain untuk mengakomodasi aliran permukaan, bukan hanya dari lapisan permukaan tetapi juga dari membran yangf melindungi bagian bawah struktur pelat. Untuk efektifitas, bak drainase harus mempunyai lubang pada level struktur pelat, sehingga bak dapat mengakomodasi aliran lapisan bawah. Parut pada permukaan harus merupakan garis dengan bukaan yang sempit, sehingga lalulintas pada pedestrian dapat berjalan dengan aman pada permukaan. Akhirnya, bak drainase harus diisolasi dari bahan permukaan atas plasa untuk mengurangi pengaruh geser yang telah disampaikan sebelumya. Pengalaman lalu telah berulang kali diperlihatkan bahwa ketidak efisienan konstruksi, relatif untuk menjaga area terbuka pada lubang saluran, adalah satu penyebab utama dari terperangkapnya air pada lapisan dibawah permukaan.

11. Sifat Mutu Material

Pentingnya memilih material yang tepat untuk sistem komponen plasa bukanlah hal yang berlebihan . Tersedia banyak pilihan material yang dapat digunakan, tergantung pada keindahan akhir dan fungsi yang diinginkan. Karena tidak ada panduan yang konsisten untuk arsitek, setiap proyek adalah suatu hal baru lagi. Tanpa panduan yang

R u a n g T e r b u k a N o n H i j a u ( R T N H ) d i K a w a s a n P e r k o t a a n

D i r e k t o r a t J e n d e r a l P e n a t a a n R u a n g

D e p a r t e m e n P e k e r j a a n U m u m

57

benar, arsitek dan insinyur dan profesional perencana lainnya normalnya berusaha sebaik mungkin dengan material local yang tersedia dan dengan sistem yang dipahami. Panduan terbaik yang bisa didapat membutuhkan pemikiran yang dalam tentang sistem operasi lingkungan. Sistem desain dan membangun pada ruang dengan lingkungan yang ganas, ditentukan pada saat kondisi terburuk, musim hujan misalnya, harus menghasilkan desain rinci yang maksimum tentang drainase yang baik dan permukaan yang awet dan sistem lapisan bawah untuk menahan kegagalan akibat musim hujan.

Untuk area-area dengan kondisi siklus temperatur yang normal, lapisan isolasi, drainase dan lapisan pemisah tetap diperlukan. Kerusakan pada membran, akibat isolasi lapisan permukaan yang tidak baik, akan menjadi faktor perusak. Tidak ada plasa yang mempunyai desain yang efektif tanpa adanya isolasi vertikal dan horizontal yang tepat dan kombinasi dengan faktor-faktor lain seperti diuraikan di atas.

Dokumen terkait