• Tidak ada hasil yang ditemukan

Learning Outcome

3.7. Approach to learning (Pendekatan Belajar)

Biggs (1993:6) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran memiliki dua arti yang berbeda yaitu proses sebelum belajar dan pendekatan pembelajaran dari suatu proses tertentu. Biggs (1993: 10) juga mengamati bahwa approach to learning adalah pembelajaran guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dengan demikian, sebelum pembelajaran siswa belum mengetahui apakah siswa masuk kedalam kategori deep

atau surface approach.

Marton dan Saljo dalam Lucas (2001:243) mengembangkan gagasan bahwa approach to learning bergantung pada situasi dan kondisi dalam proses pembelajaran Marton and saljo (1976) mengidentifikasi dua perspektif yang berbeda antara deep approach or surface approach. Deep approach mengelompokkan siswa secara aktif terlibat dalam proses pelajaran dan dapat memahami penjelasan yang diberikan oleh guru. sedangkan surface approach mengelompokkan siswa yang hanya belajar ketika ada ulangan dan memprioritaskan nilai yang baik (Ramsden, 2002).

Menurut Byme, Banjir, dan Willis 2001 dikutip dalam Allen and Boyce (2010:22) penelitian siswa akuntansi telah mengidentifikasi pendekatan pembelajaran sebagai faktor kunci yang mempengaruhi kualitas hasil belajar. Deep approach berhubungan positif dengan prestasi akademis yang tinggi dan Surface approach berhubungan negatif dengan prestasi belajar. Dalam mempelajari hubungan antara pendekatan pembelajaran dan metode guru dalam mengajar, Davidson 2002 dikutip dalam Allen and Boyce (2010: 23) menemukan hubungan yang signifikan antara deep approach dengan hasil belajar yang diterima setelah ujian. Namun, penelitian ini menggungkapkan bahwa siswa akuntansi masih dalam kategori

surfaceapproach dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. 3.7.1. Deep Aproach

Menurut Biggs (2003:24) Deep approach muncul daam kebutuhan diri siswa yaitu rasa ingin tahu yang besar dan niat yang bersungguh-sungguh dalam kegiatan kognitif disekolah sepeeti les. Ketika siswa mempunyai rasa ingin tahu yang besar, secara otomatis siswa mengfokuskan ide dan gagasan yang dilandaskan dengan penjelasan guru. sebelum guru menjelaskan guru memberikan pertanyaan tentang apa yang siswa ketahui untuk dapat mengerti sanpai dimana pengetahuan siswa yang relevan dalam proses pembelajaran dan memastikan bahwa siswa mengetahui garis besar dari materi yang diajarkan.

Ketika ada tugas, kelompok deep approach mempunyai peran positif untuk segera mengerjakan tugas. Belajar adalah suatu kesenangan. Artinya bahwa siswa senang untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Menurut Biggs (2003:45-46) Faktor-faktor yang mendorong siswa untuk Deep approach tersebut meliputi:

1. Dari sisi siswa:

a. Niat untuk mengerjakan tugas yang benar dan tepat, sehingga timbul dari rasa ingin tahu yang besar.

b. latar belakang pengetahuan yang baru c. Kemampuan siswa

2. Dari sisi guru

a. Mengajar secara eksplisit membawa struktur topik atau subjek. b. Pengajaran untuk memperoleh respon aktif dari siswa, misalnya

dengan mempertanyakan, menyajikan masalah, daripada mengajar untuk menjelaskan informasi.

c. Pengajaran dengan membangun apa yang siswa sudah tahu. d. Menilai pembelajaran guru

e. Pengajaran dengan menggunakan metode yang tepat f. Menekankan cara belajar siswa

2.7.2.Surface Approach

Surface approach muncul dari niat untuk mengerjakan tugas bersama teman-teman sehingga dapat melihat hasil yang dikerjakan oleh temen. Surface approach memberikan hasil belajar yang rendah. Rendahnya hasil belajar siswa pengaruhi dari cara siswa belajar saat ulangan saja sehingga ketika guru menjelaskan siswa tersebut hanya mendengarkan dan

tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru. die Konsep Surface approach dapat diterapkan untuk daerah manapun, tidak hanya untuk belajar (Webb 1997).

Surface approach berisi daftar poin-poin terkait pemahaman tentang sebuah artikel. Pengajaran dan penilaian metode sering mendorong kelompok Surface approach adalah penilaian kasus dari masalah pembelajaran kelompok surface approach. Kategori surface approach lebih senang mengikuti kegiatan non akademik disekolah sehingga kegiatan akademik dikesampingkan. Oleh karena itu adalah sesuatu yang kita bisa berharap untuk mengatasi. Faktor-faktor yang mendorong siswa untuk Surface approach meliputi:

1. Dari sisi siswa:

a. niat untuk mencapai lulus minimal. Niat tersebut dapat muncul dari relevan dengan program siswa.

b. prioritas Non-akademik melebihi yang akademis. c. waktu tidak cukup; terlalu tinggi beban kerja. d. Persyaratan Kesalahpahaman

e. Pandangan sinis pendidikan. f. kecemasan tinggi.

g. Sebuah ketidakmampuan asli untuk memahami mta pelajaran konomi 2. Dari sisi guru

a. Mengajar sedikit demi sedikit, tidak memiliki struktur intrinsik b. Menilai fakta-fakta yang independen, dngan cara tes tertulis

c. Pengajaran, dan terutama menilai, dengan cara yang mendorong siswa untuk males belajar

d. Memberikan waktu yang cukup untuk melakukan tugas-tugas

e. Membuat kecemasan yang tidak semestinya atau harapan yang rendah

2.7.3. Pengukuran Approach to learning

Proses Belajar Kuesioner (SPQ) dikembangkan sebelumnya dari 10 skala Studi Perilaku Questionnaire (SBQ), disusun dalam kerangka pengolahan informasi Biggs (2003:135). Analisis faktor menyarankan bahwa 10 skala bisa ditafsirkan dalam tiga faktor yang lebih tinggi.. Dalam hal ini, analisis faktor oleh Marton dan saljo (1976) menemukan titik awal bahwa seorang siswa dengan tugas yang diperintahkan oleh guru sesuai dengan niat sebelum melakukan tugas. Namun, penelitian ini memberikan keprihatinan dengan dua unsur yaitu mengingat fakta-fakta yang penting atau mencoba untuk memahami apa yang dijelaskan oleh guru.

Tabel 2.4

The Original Study Process Questionnaire:Dimensions,Motives And Strategies

No Nama Surface Deep Achieving

1 Motive Fear of failure Intrinsic interest

Achievement 2 Strategy Narrow target, rote

learn

Maximise meaning

Effective use of space and time

Menurut Biggs (2003:137) Skor pendekatan pada SPQ untuk menilai proses pembelajaran atau instrumen gaya kognitif yaitu melalui kuesioner yang berasal dari teori pengolahan informasi. Instrumen gaya belajar, mengukur karakteristik pribadi. nilai SPQ dapat diketahui melalui indikator kualitas didalam presage, process and product. item yang ada dan pengembangan yang baru akhirnya menghasilkan 18 item untuk pengujian. Ini digabungkan secara acak ke dalam kuesioner tunggal. Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada rentang skala Likert 5 poin. Sebanyak 233 kuesioner yang dapat digunakan dikembalikan pada saat pembelajaran dikelas. Dua uji statistik digunakan untuk menentukan item yang akan dihapus dan untuk mempertahankan. Prosedur Keandalan SPSS menghasilkan statistik yang berguna setelah uji keandalan item tertentu sebagai pembentuk skala hipotesis. Prosedur menghitung koefisien Cronbach Alpha untuk skala dan yang lebih penting menunjukkan alpha untuk skala jika item yang dihapus. The antar-item korelasi matriks juga menyediakan informasi yang berguna tentang sejauh mana item dapat menjadi bagian dari skala yang koheren.

Indikasi ketepatan untuk pengukuran SPQ mencakup dua pendekatan yang berbeda. Pada setiap tahap kuesioner direvisi dengan menghapus item yang tidak berkontribusi pada komponen. Hasil dari uji instrumen ini masing-masing faktor dengan sembilan ite,. Dalam masing-masing dua faktor ini adalah mungkin untuk membedakan strategi dan motif sub-skala. Masing-masing sub-skala terdiri dari empa6 item. kuesioner memiliki dua skala utama

Deep Approach (DA) dan Surface Approach (SA) dengan empat sub-skala, Deep Motif

Scoring adalah dalam urutan siklus berikut:

1. Deep Motif (skala likert dengan dikalian skoring 4) 2. Deep Strategy (skala likert dengan dikalian skoring 3) 3. Surface Motif (skala likert dengan dikalian skoring 2) 4. Surface strategy (skala likert dengan dikalian skoring 1)

Dalam Pendekatan Score: Σ Semua Motif skor deep + semua nilai skor Strategi

Pendekatan permukaan Score: Σ Semua skor Surface Motif + semua nilai Strategi Surface. 2.8. Prestasi Belajar

2.8.1. Pengertian Belajar

Menurut Syah (2004:92) belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Hal senada diungkapkan oleh Cronbach dalam (Djamarah,2008:13) belajar merupakan suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Sardiman (2014:20) belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan. Hilgard dan Bower dalam Purwanto (2007:84) mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya berulang-ulang dalam situasi itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawa, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. Rifa‟i dan Anni (2011:82)

mendefinisikan belajar sebagai proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh sesorang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku peserta didik yang diperoleh melalui pengalaman dari berinteraksi dengan lingkungannya, yang bersifat menetap.

Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Menurut Gagne (1977:4) dalam

Rifa‟i dan Anni unsur-unsur dalam belajar, yaitu:

1. Peserta didik dapat diartikan sebagai peserta didik, warga belajar, dan peserta pelatihan yang sedang melakukan kegiatan belajar. Peserta didik memiliki organ penginderaan yang digunakan untuk menangkap rangsangan, otak yang digunakan untuk mentransformasikan hasil penginderaan ke dalam memori yang kompleks, dan syaraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan kineja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari.

2. Rangsangan (stimulus). Stimulus merupakan peristiwa yang merangsang penginderaan

Dokumen terkait