V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.10 Arahan Berdasarkan Lokasi
Berdasarkan analisis ketersediaan lahan yang telah dilakukan dengan asumsi seluruh lahan tersedia digunakan untuk pengembangan hutan rakyat, maka dengan menggunakan analisis transportasi dapat diketahui produksi hutan rakyat yang dapat melayani permintaan IPHHK akan kayu rakyat sesuai lokasi :
Tabel 20 Lokasi hutan rakyat sebagai sumber bahan baku IPHHK Lokasi Hutan Rakyat Lokasi IPHHK Yang dapat dilayani Bangkalan Gresik , Sidoarjo, Surabaya
Banyuwangi Banyuwangi
Blitar Jombang
Bojonegoro Bojonegoro, Lumajang
Bondowoso Jember, Lumajang
Gresik Gresik Jember Jember 30.180 2.417 27.060 6.768 1.421 5.169 11.079 6.036 3.042 2.500 3.314 20.376 10.554 5.074 41.113 7.172 5.850 8.486 49.912 39.272 25.001 7.560 19.952 16.721 32.557 9.712 6.146 7.678 0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 BANGKALAN BANYUWANGI BLITAR BOJONEGORO BONDOWOSO GRESIK JEMBER JOMBANG KEDIRI KOTA BATU LAMONGAN LUMAJANG MADIUN MAGETAN MALANG MOJOKERTO NGANJUK NGAWI PACITAN PAMEKASAN PASURUAN PONOROGO PROBOLINGGO SAMPANG SUMENEP TRENGGALEK TUBAN TULUNGAGUNG
Lokasi Hutan Rakyat Lokasi IPHHK Yang dapat dilayani
Jombang Jombang
Kediri Kediri, Kota Kediri
Lamongan Gresik, Lamongan
Lumajang Lumajang
Madiun Madiun
Magetan Madiun, Magetan
Malang Malang, Pasuruan, Kediri, Kota Malang
Mojokerto Mojokerto
Nganjuk Jombang, Nganjuk
Ngawi Ngawi Pacitan Pacitan Pamekasan Pamekasan Pasuruan Pasuruan Ponorogo Ponorogo Probolinggo Probolinggo Sampang Sampang Sumenep Sumenep Trenggalek Trenggalek
Tuban Kediri, Tuban
Tulungagung Tulungagung
Dari tabel 21 terlihat bahwa kayu yang berasal dari hutan rakyat selain memenuhi kebutuhan industri di wilayah sendiri dapat juga melayani industri di wilayah lain dengan ongkos transportasi minimum sehingga dapat memberikan keuntungan maksimal. Contohnya adalah kayu rakyat yang berasal dari Kabupaten Malang selain melayani permintaan IPHHK di Kabupaten Malang juga bisa memenuhi kebutuhan IPHHK di Kota Malang, Pasuruan dan Kediri karena dengan dikeluarkannya ongkos transportasi untuk mengangkut kayu ke wilayah-wilayah tersebut secara finansial masih menguntungkan dibanding ke wilayah lain. Demikian juga untuk Kabupaten Bangkalan yang tidak memiliki IPHHK di wilayahnya, maka petani dapat menjual kayu hasil panen ke Kabupaten Gresik, Sidoarjo dan Surabaya.
Jati merupakan kayu dengan kelas kuat dan kelas awet yang tinggi. Meskipun umur panen cukup lama, namun investasi dalam penanaman jati tetap menarik karena permintaannya yang semakin meningkat harganya semakin naik. Karena jati termasuk kayu mewah (fancy wood) yang tahan gangguan rayap dan jamur maka jati banyak digunakan sebagai rangka, kusen, pintu serta garis lingkar tumbuh yang unik menjadikan jati sangat diminati oleh industri furniture dan meubel.
Berdasarkan analisis kesesuaian dan ketersediaan lahan yang telah dilakukan, maka semua Kabupaten di Jawa Timur memiliki kesesuaian lahan untuk Jati. Namun agar perkembangan jati dapat memberikan hasil yang optimal maka arahan pengembangannya perlu mempertimbangkan beberapa aspek.
Tanaman jati idealnya ditanam diareal topografi yang relatif datar atau memiliki kemiringan lereng < 20% (Sumarna, 2011) Di daerah dengan musim kemarau panjang, jati akan menggugurkan daunnya. Ini menyebabkan tanaman ini kurang cocok untuk lahan-lahan yang rentan erosi sehingga lebih sesuai dikembangkan di daerah rendah untuk mendapatkan tegakan jati yang menghasilkan kayu berkualitas tinggi, lahan yang digunakan harus memiliki kandungan kapur dan lempung-liat cukup tinggi dan memiliki perbedaan musim kemarau dan musim penghujan yang nyata.
Daerah dengan curah hujan tinggi juga kurang sesuai karena pada curah hujan tinggi maka jati tidak akan menggugurkan daunnya dan lingkaran tahun yang terbentuk akan terlihat kurang menarik, kayu yang dihasilkan kurang kuat serta menurunnya kualitas kayu.
Industri pengolahan kayu Jati umumnya terdapat di Kabupaten Tuban, Bojonegoro, Jombang, Sumenep dan Pamekasan. Untuk pemenuhan bahan baku industri pengolahan Jati serta dengan pertimbangan ketersediaan dan kesesuaian lahan maka arahan pengembangan hutan rakyat Jati meliputi Kabupaten Tuban, Bojonegoro, Lamongan, Bangkalan, Sampang, Sumenep dan Pamekasan dan Situbondo. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan bahan baku pada industri pengolahan kayu jati yang terletak disekitar Kabupaten tersebut atau industri besar yang terletak di Surabaya, Gresik dan Pasuruan.
Untuk tanaman sengon sangat cocok tumbuh didaerah beriklim basah dengan curah hujan tinggi dan tempat tumbuh terbaik untuk sengon adalah 10- 800 m diatas permukaan laut, tetapi dapat tumbuh sampai dengan 1.600 m diatas permukaan laut. Untuk itu pengembangan sengon diarahkan kepada daerah-daerah dataran tinggi. Ditinjau dari lokasi industri sengon yang banyak tersebar di Lumajang, Gresik dan Probolinggo dan Jombang maka arahan pengembangan hutan rakyat sengon adalah yang jaraknya dekat dengan lokasi industri untuk meminimalkan biaya transpor mengingat harga kayu sengon lebih rendah dari jati. Arahan pengembangan sengon adalah Lumajang, Jember, Bondowoso, Banyuwangi, Malang, Madiun, Kediri, Trenggalek dan Blitar.
Tanaman Jabon membutuhkan tanah yang basah dan drainase yang baik. Untuk itu areal pengembangannya diarahkan pada daerah-daerah yang subur seperti Kabupaten Malang, Blitar, Kediri, Pasuruan dan Lumajang.
Berdasarkan semua pertimbangan diatas merujuk tabel 13 yaitu tabel Kebutuhan Bahan Baku IPHHK perjenis Produksi apabila diasumsikan bahwa untuk memenuhi kebutuhan bahan baku plywood/veneer adalah dari kayu rakyat sengon dan jabon serta untuk bahan baku kayu gergajian adalah kayu Jati yang berasal dari pengembangan hutan rakyat dan dengan pertimbangan kesesuaian lahan serta preferensi masyarakat, maka arahan pengembangan hutan rakyat berdasarkan lokasi adalah sebagai berikut :
Tabel 21 Matrik Arahan Pengembangan Hutan Rakyat
No Kabupaten Kesesuaian dan
Ketersediaan Lahan Preferensi Masyarakat Permintaan Industri Arahan 1 BANGKALAN Jati, Sengon, Jabon Jati, Sengon Jati, Sengon, Jabon Jati, Sengon 2 BANYUWANGI Sengon, Jati, Jabon Jati, Sengon, Jabon Jati, Sengon, Jabon Jati, Sengon, Jabon 3 BLITAR Sengon, Jati, Jabon Jati, Sengon, Jabon Sengon, Jabon, Jati Sengon, Jabon, Jati 4 BOJONEGORO Sengon, Jati, Jabon Jati, Sengon Jati, Sengon Jati, Sengon 5 BONDOWOSO Sengon, Jati Sengon, Jati Sengon, Jabon Sengon 6 GRESIK Sengon, Jati Jati, Sengon Jati, Sengon, Jabon Sengon, Jati 7 JEMBER Sengon, Jati, Jabon Sengon, Jabon Sengon, Jabon Sengon, Jabon 8 JOMBANG Sengon, Jati, Jabon Jati, Sengon, Jabon Jati, Sengon, Jabon Jati, Sengon, Jabon 9 KEDIRI Sengon, Jati, Jabon Jati, Sengon, Jabon Jati, Sengon, Jabon Jati, Sengon, Jabon 10 KOTA BATU Sengon, Jati, Jabon Sengon, Jabon Sengon, Jabon Sengon, Jabon
11 LAMONGAN Sengon, Jati, Jabon Jati Jati Jati
12 LUMAJANG Sengon, Jati, Jabon Sengon, Jabon Sengon, Jabon Sengon, Jabon 13 MADIUN Sengon, Jati Jati Jati, Sengon, Jabon Jati
14 MAGETAN Sengon, Jati Jati Jati Jati
15 MALANG Sengon, Jati, Jabon Sengon, Jabon Sengon, Jabon, Jati Sengon, Jabon 16 MOJOKERTO Sengon, Jati Jati, Sengon, Jabon Jati, Sengon, Jabon Sengon, Jati 17 NGANJUK Sengon, Jati, Jabon Jati, Sengon, Jabon Jati, Sengon, Jabon Jati, Sengon, Jabon
18 NGAWI Sengon, Jati, Jabon Jati Jati Jati
19 PACITAN Sengon, Jati, Jabon Jati, Sengon, Jabon Sengon, Jabon, Jati Jati, Sengon, Jabon 20 PAMEKASAN Sengon, Jati, Jabon Jati, Sengon Jati Jati
21 PASURUAN Sengon, Jati, Jabon Sengon, Jabon Jati, Sengon, Jabon Sengon, Jabon 22 PONOROGO Sengon, Jati, Jabon Jati, Sengon, Jabon Jati, Sengon, Jabon Jati, Sengon, Jabon 23 PROBOLINGGO Sengon, Jati, Jabon Sengon, Jabon Sengon, Jabon Sengon, Jabon 24 SAMPANG Sengon, Jati, Jabon Jati, Sengon Jati, Sengon Jati, Sengon 25 SIDOARJO Jati Sengon, Jabon Jati, Sengon, Jabon Jati
26 SITUBONDO Sengon, Jati Jati Jati Jati
27 SUMENEP Sengon, Jati, Jabon Jati, Sengon Jati, Sengon Jati, Sengon 28 TRENGGALEK Sengon, Jati, Jabon Jati, Sengon, Jabon Jati, Sengon, Jabon Jati, Sengon, Jabon
29 TUBAN Sengon, Jati Jati Jati Jati
30 TULUNGAGUNG Sengon, Jati Jati, Sengon, Jabon Jati, Sengon Sengon, Jati