• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP2KP) KABUPATEN/KOTA

Bagian ini memaparkan tujuan, sasaran dan strategi Sanitasi Kabupaten Bangkalan sampai 2018 dengan sub sektor air limbah domistik, persamahan, drainase dan

C. Kepadatan Bangunan

7.7 ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP2KP) KABUPATEN/KOTA

Pengembangan Permukiman adalah rangkaian kegiatan yang bersifat multisektor meliputi kegiatan pengembangan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman lama baik di perkotaan (kecil, sedang, besar dan metropolitan), di perdesaan (termasuk daerah-daerah tertinggal dan terpencil) maupun kawasan-kawasan tertentu. Pengembangan permukiman baik pada perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni (livable), aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana dan sarana dasar perkotaan dan perdesaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan. Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam lingkungannya.

Pengembangan permukiman di Kabupaten Bangkalan selama ini masih banyak mengalami kendala yang cukup besar. Dalam perkembangannya, pengembangan permukiman masih bersifat parsial dan belum berkelanjutan. Acuan dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Bangkalan masih mengacu pada Undang-undang nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan. Dengan demikian diharapkan dengan adanya penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah bidang permukiman di Kabupaten Bangkalan dapat mendorong pertumbuhan yang cukup signifikan dalam bidang permukiman. Adapun rincian pengembangan permukiman di Kabupaten Bangkalan ini meliputi :

1. Pengembangan Kawasan Permukiman

2. Rencana pengembangan jaringan prasarana dasar (misalnya air bersih, sanitasi, drainase, sampah)

3. Rencana investasi jaringan prasarana 4. Rencana fasilitas umum

5. Peningkatan Kualitas Permukiman

6. Rencana peningkatan dan perluasan prasarana dan sarana

7.7.1 Gambaran Sistem Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP)

Permukiman yang terdapat diwilayah Kabupaten Bangkalan dapat dibedakan menjadi 2 jenis kawasan permukiman yaitu Kawasan Permukiman Perdesaan dan Kawasan Permukiman Perkotaan. Kawasan pemukiman pedesaan adalah suatu kawasan untuk pemukiman yang pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh tanah pertanian, tegalan, perkebunan dan tanah kosong serta mempunyai aksesbilitas umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas atau hampir tidak ada. Sedangkan Kawasan Pemukiam Perkotaan adalah kawasan yang digunakan untuk kegiatan pemukiman dengan ditunjang oleh sarana prasarana transportasi yang umumnya memadai, fasilitas peribadatan, pendidikan, perdagangan, perkantoran, dan pemerintahan, serta jasa. Fungsi dari kawasan ini adalah sebagai pusat pemerintahan dan sekaligus sebagi pusat atau sentra kegiatan perekonomian.

Berdasarkan gambaran perkembangan kawasan permukiman yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Bangkalan, luas wilayah kawasan terbangun yang berupa permukiman baik di kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, sebesar 18.800 Ha atau mencakup 15% dari luas wilayah Kabupaten Bangkalan.

1 Kamal 874.27 2279.93 874.72 58.4 52.62 4139.94 2 Labang 779.90 1 735.20 907.90 - 99.70 3 522.70 3 Kwanyar 1 029.10 2 848.10 613.70 - 277.30 4 768.20 4 Modung 1 611.60 4 449.54 1 709.01 - 120.46 7 890.61 5 Blega 2 991.67 3 653.02 1 858.13 410.00 369.74 9 282.56 6 Konang 2 426.17 5 162.07 1 384.51 - - 8 972.75 7 Galis 809.00 9 147.00 970.00 860.77 - 11 786.77 8 Tanah Merah 2 408.09 2 663.64 1 701.35 - 464.18 7 237.26 9 Tragah 1 674.72 1 345.09 844.73 - 96.62 3 961.16 10 Socah 1 659.21 2 013.35 1 081.56 - 586.93 5 341.05 11 Bangkalan 1 336.34 422.88 1 320.17 - 422.39 3 501.78 12 Burneh 2 968.24 1 531.62 765.13 - 1 005.73 6 270.72 13 Arosbaya 2 131.93 1 199.93 845.71 0.00 67.70 4 245.27 14 Geger 2 818.63 9 112.59 234.40 123.50 166.55 12 455.67 15 Kokop 1 673.30 7 287.71 591.61 2 563.35 459.03 12 575.00 16 Tanjung Bumi 1 214.30 4 415.70 916.10 - 246.70 6 792.80 17 Sepulu 1 244.00 4 583.19 634.49 236.15 429.31 7 127.14 18 Klampis 753.90 3 929.10 1 548.90 - 478.50 6 710.40 30404.37 67779.66 18802.12 4252.17 5343.46 126581.78 Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2006

Total Luas Total (Ha) Lain-lain Hutan Negara Bangunan/ Pekarangan Tanah Sawah No Kecamatan

Jenis Penggunaan Tanah ( Ha ) Tanah

Tegalan

Tabel 7.10

Luas Penggunaan Tanah (Ha) di Kabupaten Bangkalan

7.7.1.1 Permukiman Perkotaan

Dari 18 (delapan belas) kecamatan yang tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Bangkalan, berdasarkan orde kota yang dirumuskan didalam RTRW Kabupaten Bangkalan, maka wilayah perkotaan hirarki tertinggi yaitu Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah Kecamatan Bangkalan yang merupakan wilayah Ibukota Kabupaten. Dengan dasar pertimbangan tersebut, maka wilayah perkotaan prioritas adalah Kecamatan Bangkalan yang merupakan pusat (kutub orientasi) tarikan dan perkembangan bagi seluruh wilayah di Kabupaten Bangkalan. Di Kecamatan Bangkalan terdapat 7 kelurahan yang tersebar diseluruh wilayahnya. Dari 7 kelurahan tersebut dibagi dalam 3 Wilayah Pengamatan:

1. Wilayah Pengamatan Selatan meliputi Kel. Mlajah dan Kel. Kemayoran memiliki luas sebesar 694,35 Ha. Luas lahan terbesar adalah lahan untuk sawah dan lahan kosong yaitu sebesar 362,15 Ha yang banyak tersebar di wilayah Kelurahan Mlajah. Kemudian disusul oleh lahan untuk pemukiman yaitu sbebesar 173,68 Ha yang secara proporsional sebenarnya lebih besar di kelurahan kemayoran akan tetapi berdasar atas jumlah lebih banyak terdapat di Kelurahan Mlajah. Perkembangan lahan terbangun yang berkembang dalam 5 hingga 10 tahun ini adalah guna lahan untuk kawasan perkantoran , dimana pada WP Selatan in adalah seluas 28,65 Ha.

2. Wilayah Pengamatan Tengah meliputi Kel. Pangeranan, Kel. Demangan dan Kel. Keraton memiliki luas sebesar 324,525 Ha. WP ini sebagai kawasan CBD kota memiliki proporsi luas lahan terbangun terbesar yaitu lebih dari 77 % lahanya adalah lahan terbangun. Guna lahan terbesar di WP ini adalah untuk kawasan pemukiman yaitu sebesar 211,62 Ha yang tersebar di tiap wilayah Kelurahan. Kemudian disusul oleh lahan untuk perdagangan dan jasa yaitu sebebesar 25,29 Ha yang secara proporsional terkosentrasi di kelurahan Demangan dan Kraton. Wilayah Pengamatan Utara meliputi Kel. Pejagan dan Kel. Bancaran.

3. Wilayah pengamatan Utara memiliki luas sebesar 788,79 Ha Luas lahan terbesar adalah lahan untuk sawah dan lahan kosong yaitu sebesar 419,84 Ha yang banyak tersebar di wilayah Kelurahan Bancaran . Kemudian disusul oleh lahan untuk pemukiman yaitu sbebesar 154,31 Ha yang secara proporsional sebenarnya lebih besar di kelurahan Pejagan akan tetapi berdasar atas jumlah lebih banyak terdapat di Kelurahan Bancaran . Perkembangan lahan terbangun yang berkembang dalam 5 hingga 10 tahun ini adalah guna lahan untuk kawasan perdagangan dan jasa , dimana pada WP Selatan ini adalah seluas 16,93 Ha.

Berdasarkan kondisi faktual mengenai kondisi bangunan rumah penduduk yang terdapat di 4 Kelurahan kawasan perkotaan di Kabupaten Bangkalan, dapat dibedakan menjadi 3 jenis kondisi rumah, yaitu rumah permanen, rumah semi permanen dan rumah non permanen. Definisi kondisi rumah permanen ini adalah rumah yang memiliki pondasi dan material bangunan berbahan dasar semen dan tembok, Rumah Semi permanen yaitu rumah yang memiliki pondasi dan material rumah merupakan kombinasi semen, tembok dan kayu/papan, serta rumah kondisi Non Permanen adalah rumah yang memiliki pondasi dan material bangunan didominasi bahan kayu, papan, dan bambu. Sebagian besar kondisi perumahan penduduk pada wilayah perkotaan berupa rumah permanen, hanya sebagian kecil saja perumahan penduduk yang yang berupa rumah semi permanen maupun rumah non permanen.

Jenis permukiman di wilayah perkotaan di Kecamatan Bangkalan meliputi permukiman informal (permukiman kampung) yang dibangun oleh perorangan dan permukiman formal (real estate). Permukiman Formal yang ada di wilayah perkotaan cenderung tersebar dalam jumlah yang kecil dan hanya terdapat pada beberapa titik-titik lokasi seperti yang dijumpai pada Kelurahan Mlajah, Kemayoran, Pejagan, Bancaran, Kraton. Sedangkan pola permukiman dengan karakter informal (kampung) cukup banyak dijumpai dihampir seluruh wilayah perencanaan. Kondisi permukiman perkampungan beberapa diantaranya telah tertata dengan baik, dan beberapa diantaranya pula belum tertata dengan baik. Pada umumnya tidak tertatanya perkampungan dapat dilihat dari kondisi lingkungan yang cukup padat dan kumuh serta dan kondisi fasilitas sarana seperti saluran drainase, kondisi jalan, sanitasi dan lain-lain yang kurang memadai dan mengalami kerusakan

7.7.1.2 Permukiman Perdesaan

Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Bangkalan pada saat ini (thn 2013) berjumlah 281 Desa/Kelurahan dengan spesifikasi 273 Desa dan 8 Kelurahan. Jumlah keluarga miskin di Kabupaten Bangkalan 136.130 jiwa (± 60,01%), tertinggi berada diwilayah Kecamatan Geger 12.778 jiwa, diikuti wilayah Kecamatan Galis 12.551 jiwa dan terendah berada di wilayah Kecamatan Arosbaya 2.357 jiwa.

Tingginya keberadaan desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan disebabkan : Keterbatasan lapangan kerja

Tempat tinggal penduduk yang belum terpenuhi sarana dan prasarana dasar sesuai kebutuhan

Kualitas kesehatan, pendidikan lingkungan permukiman, usaha dan produktuvitas masih rendah

Rendahnya akses ekonomi Kurangnya partisipasi swasta

Penentuan wilayah permukiman kawasan perdesaan prioritas penanganan dalam kegiatan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bangkalan adalah didasarkan oleh rujukan terhadap hasil studi terdahulu berupa Penyusunan Perencanaan Program

Pembangunan Bidang Permukiman Pada Desa Miskin Tertinggal Di Kecamatan Geger dan Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan yang dilakukan oleh Dinas Permukiman Pemerintah Propinsi Jawa Timur pada tahun anggaran 2008. Dari hasil studi tersebut, ditentukan desa-desa miskin tertinggal prioritas penanganan yaitu Desa Banyoning Laok dan Desa Katol Barat di Kecamatan Geger serta Desa Gangseyan dan Desa Klapayan di Kecamatan Sepulu, dengan dasar- dasar pertimbangan yaitu Kawasan Miskin Tertinggal adalah kawasan yang memiliki karakter wilayah yang lebih tertinggal dari kawasan–kawasan lain dan memiliki permasalahan dalam aspek potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, tingkat pelayanan sarana prasarana wilayah dan memiliki tingkat aksesbilitas yang rendah dalam sebuah sistem kewilayahan.

Memandang ketertinggalan suatu kawasan yang meliputi faktor-faktor tersebut di atas, maka titik tolak penilaian dari ketertinggalan kawasan dan pemilihan lokasi Kawasan Miskin Tertinggal di Kecamatan Geger dan Kecamatan Sepulu adalah :

1. Desa dengan tingkat aksesbilitas terendah dari sub wilayah (desa) lainnya dalam satu wilayah kecamatan diasumsikan sebagai Kawasan Desa miskin tertinggal.

2. Desa yang memiliki tingkat SDM terendah dari sub wilayah (desa) lainnya dalam satu wilayah kecamatan diasumsikan sebagai Kawasan Desa miskin tertinggal.

3. Desa yang memiliki tingkat ekonomi terendah dari sub wilayah (desa) lainnya dalam satu wilayah kecamatan

4. Desa yang memiliki ketersediaan sarana dan prasarana wilayah terendah dari sub wilayah (desa) lainnya dalam satu wilayah kecamatan.

Merujuk dari hasil Studi Kegiatan Penyusunan Perencanaan Program Pembangunan Bidang Permukiman Pada Desa Miskin Tertinggal di Kecamatan Geger dan Kecamatan Sepulu serta atas dasar pertimbangan keempat point tersebut diatas, maka ditarik kesimpulan bahwa desa-desa prioritas penanganan dalam kegiatan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Bangkalan pada kawasan Perdesaan meliputi 4 (dua) desa yaitu Desa Banyoning Laok dan Desa Katol Barat di Kecamatan Geger serta Desa Gangseyan dan Desa Klapayan di Kecamatan Sepulu. Dengan karakteristik wilayah yaitu kawasan yang memiliki karakter wilayah yang lebih tertinggal dari kawasan–kawasan lain dan memiliki permasalahan dalam aspek potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, tingkat pelayanan sarana prasarana wilayah dan memiliki tingkat aksesbilitas yang rendah dalam sebuah sistem kewilayahan

7.7.2 Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Kawasan Permukiman

Untuk menunjang berbagai kegiatan yang ada, baik pada kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan, maka ketersediaan prasarana penunjang merupakan faktor pendukung utama dalam upaya pengelolaan dan pengembangan kawasan secara berkelanjutan. Prasarana dasar penunjang permukiman pada kawasan perkotaan dan perdesaan yaitu meliputi prasarana jalan dan jembatan, prasarana air bersih, prasarana drainase, prasarana persampahan, dan prasarana sanitasi. Ketersediaan dan kondisi prasarana dasar tersebut, sangat mempengaruhi perkembangan suatu kawasan, baik dalam mendorong perkembangan wilayah secara fisik sosial, maupun ekonomi. Adapun gambaran mengenai prasarana prasarana dasar permukiman pada kawasan perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Bangkalan adalah sebagai berikut:

1) Jalan

Pelayanan prasarana jalan dan jembatan yang ada di Kawasan permukiman perkotaan pada umumnya sudah cukup baik, terutama pada jalan-jalan poros (utama) yang berfungsi menghubungkan antar Kabupaten maupun antar kecamatan. Selain itu, jalan-jalan lingkungan yang terdapat pada kawasan perkotaan, sebagian besar sudah cukup baik dan

memadai. Prasarana jalan yang ada di wilayah kawasan perdesaan pada umumnya sudah cukup baik, terutama pada jalan-jalan poros (utama) yang berfungsi menghubungkan antar pusat desa dengan pusat kecamatan dan jalan menghubungkan antar desa. Jalan utama yang menjadi penghubung wilayah memiliki kondisi perkerasan aspal dengan kondisi cukup baik. Jalan antar desa dilayani oleh jalan lokal yang sudah terhubung ke seluruh yang ada. Permasalahan-permasalahan yang terkait dengan bidang prasarana jalan di kawasan perdesaan pada umumnya yaitu, terdapatnya kondisi perkerasan jalan yang mengalami kerusakan pada ruas-ruas tertentu pada jalan penghubung antar desa dan jalan lingkungan penghubung antar kawasan pemukiman. Selain itu, pada jalan-jalan lingkungan yang menghubungkan antar pemukiman penduduk masih ditemukan jalan- jalan yang berupa perkerasan makadam dan perkerasan tanah.

Dokumen terkait