• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arahan dan Strategi Umum Pengembangan Sektor Pertanian dan Komoditas Unggulan serta Sektor Turunannya

Dalam dokumen 5 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 26-31)

Implikasi dari pewilayahan komoditas, penentuan komoditas unggulan dan partisipasi petani dideskripsikan untuk menyusun arahan dan strategi yang dapat diterapkan dalam upaya pengembangan sektor pertanian dan agroindustri berbasis komoditas unggulan di Kabupaten Bulukumba. Hasil analisis LQ, DS dan tingkat partisipasi petani dikaitkan dengan berbagai kondisi di lapangan termasuk laporan RPJP maupun RTRW dalam memperkuat arahan dan strategi pengembangan pertanian dan agroindustri berbasis komoditas unggulan di Kabupaten Bulukumba.

Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, diperoleh komoditas unggulan Kabupaten Bulukumba. Kaitannya dengan pengembangan pertanian dan agroindustri, alternatif yang dapat dijadikan komoditas unggulan yaitu tanaman pangan berdasarkan pandangan aparat pemerintah dan komoditas hortikultura berdasarkan nilai LQ dan DS tertinggi. Aparat pemerintah memandang komoditas tanaman pangan dapat dijadikan komoditas unggulan Kabupaten Bulukumba.

Keragaan komoditas unggulan berdasarkan penyebaran terbanyak untuk komoditas tanaman pangan menunjukkan jagung dan kacang tanah unggul baik secara komparatif maupun kompetitif pada dua kecamatan. Komoditas hortikultura unggul berdasarkan nilai LQ dan DS tertinggi yaitu komoditi pisang, mangga dan rambutan.

5.5.1 Arahan Pengembangan Sektor Pertanian dan Komoditas Unggulan serta Sektor Turunannya

Arahan Pengembangan Komoditi Jagung

Komoditi jagung merupakan komoditi unggulan baik di Provinsi Sulawesi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Produksi jagung Kabupaten Bulukumba menyumbang sekitar 10 persen dari total produksi jagung di provinsi sehingga menduduki peringkat kelima produksi tertinggi setelah Kabupaten Gowa, Jeneponto, Bone dan Bantaeng.

Berdasarkan pewilayahan komoditas hasil analisis LQ, komoditi jagung memiliki keunggulan komparatif di wilayah bagian tengah dan timur Kabupaten Bulukumba mencakup Kecamatan Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Herlang dan Kajang. Wilayah pada kecamatan tersebut umumnya merupakan lahan kering yang sesuai untuk membudidayakan komoditi jagung. Kecamatan yang dapat dijadikan sentra pengembangan adalah Bonto Bahari dan Ujung Loe karena pada kedua kecamatan tersebut komoditi jagung unggul baik secara komparatif maupun kompetitif.

Komoditi jagung berpotensi menjadi komoditas unggulan karena didukung oleh kemauan dan kemampuan sedang untuk berpartisipasi mengembangkan komoditi tersebut. Faktor yang berperan menggerakkan kemauan petani jagung dalam berpartisipasi yaitu hasil usaha tani cukup memenuhi kebutuhan mereka dan tingginya kesadaran petani dalam mencari informasi mengenai usaha tani dari komoditi yang dikembangkan. Kemampuan petani tergolong sedang dalam mengembangkan komoditi jagung diperoleh dari rutinnya pelatihan yang diadakan dinas terkait misalnya SL-PTT jagung sehingga menambah pengetahuan dan

keterampilan petani dalam meningkatkan produksi pertanian. Pelatihan ini merupakan program pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Bulukumba yaitu “Surplus 1.5 juta ton Jagung” yang mendapat kuncuran dana APBN dan APBD. Program tersebut juga membantu petani jagung dalam penyediaan benih sehingga mengurangi biaya produksi usaha tani mereka.

Dengan pemberian sarana pertanian berupa pupuk dan pestisida kepada petani diharapkan mampu meningkatkan kesempatan petani untuk berpartispasi.

Arahan Pengembangan Komoditi Kacang Tanah

Kacang tanah merupakan komoditas andalan Kabupaten Bulukumba.

Komoditi ini berkontribusi sebesar 15 persen dari total produksi kacang tanah di tingkat provinsi. Komoditi ini berpotensi berdaya saing dengan kabupaten lain karena produksi kacang tanah Kabupaten Bulukumba tertinggi setelah Kabupaten Bone.

Komoditi kacang tanah dapat dijadikan alternatif komoditas unggulan dengan didukung oleh wilayah pengembangannya meliputi Kecamatan Bonto Tiro dan Bulukumpa dengan menjadikan Kecamatan Bonto Bahari sebagai sentra produksinya. Partisipasi petani dengan tingkat sedang turut mendukung komoditi ini menjadi komoditi unggulan. Petani di Kecamatan Bonto Bahari membudidayakan komoditi kacang tanah sebagai komoditi utama pada lahan pertanian dan menjadikannya sebagai sumber utama pendapatan mereka. Kondisi lahan yang kering menuntut masyarakatnya hanya dapat membudidayakan kacang tanah dan jagung sehingga untuk beralih ke komoditi lain sangat sulit dan komoditi ini sudah turun temurun dikembangkan di daerah mereka.

Tingginya kemauan petani untuk berpartisipasi mengembangkan komoditi kacang tanah dipengaruhi oleh harga jual tinggi sehingga cukup memberikan kepuasan petani membudidayakan komoditi tersebut dan dapat memenuhi kebutuhan mereka. Pengetahuan dan keterampilan petani dalam membudidayakan komoditi kacang tanah selain diperoleh dari pengalaman berusaha tani bertahun-tahun juga berasal dari pelatihan yang diadakan pihak pemerintah, misalnya SL-PTT kacang tanah. Penyediaan benih, pupuk dan pestisida diusahakan oleh petani sendiri sehingga kesempatan petani tergolong rendah. Peningkatan kesempatan petani untuk berpartisipasi dalam mengembangkan komoditi kacang tanah berupa bantuan benih, pupuk dan pestisida. Kesempatan yang diberikan oleh pemerintah diharapkan dapat dimanfaatkan petani guna peningkatan produksi pertanian.

Arahan Pengembangan Komoditi Pisang

Berdasarkan data produksi, komoditi pisang dikembangkan di seluruh kecamatan dan mengalami peningkatan produksi sebesar 55 026.8 ton dari tahun 2006 ke 2010. Adanya peningkatan tingkat kabupaten ditunjang peningkatan produksi pada semua kecamatan.

Nilai LQ dan DS tertinggi terdapat di Kecamatan Ujung Bulu dan merupakan kawasan perkotaan yang menjadi ibukota kabupaten. Nilai LQ yang tinggi menunjukkan komoditi ini memiliki potensi yang besar untuk mengekspor ke wilayah lain. Surplus produksi pisang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pengolahan. Selain dikonsumsi segar, pisang juga diolah sebagai produk

agroindustri seperti kripik pisang, tepung dan kue. Pisang yang dikembangkan di Kabupaten Bulukumba adalah pisang ambon, pisang raja, pisang susu dan pisang kepok. Pisang raja dan pisang kepok merupakan jenis pisang dengan harga paling tinggi per kilogram yaitu sekitar Rp8 000 sampai Rp9 000. Di samping harga tinggi, kedua jenis pisang ini paling banyak diolah menjadi keripik dan kue.

Mengembangkan kedua jenis pisang ini memberikan prospek bagi petani dalam menambah pendapatan mereka. Ketersediaan pisang dalam jumlah besar sebagai bahan baku agroindustri dapat terpenuhi karena mudah dikembangkan, tidak tergantung musim dan dapat dikembangkan pada berbagi kondisi lahan. Selain itu, nilai DS yang menunjukkan laju pertumbuhan memberikan gambaran ketersediaan pisang dapat kontinyu sebagai bahan baku agroindustri.

Arahan Pengembangan Komoditi Mangga

Komoditi mangga unggul secara komparatif dan kompetitif pada Kecamatan Kajang dan Kindang. Berdasarkan data potensi wilayah pengembangan komoditas hortikultura (DTPH 2011a), komoditi mangga di Kecamatan Kajang paling dominan dikembangkan yaitu seluas 46.92 ha dari potensi lahan tersedia 344 ha.

Lahan berpotensi yang belum dimanfaatkan seluas 256.44 ha, berarti peluang mengembangkan komoditi ini masih tinggi. Kecamatan Kindang dapat dijadikan sebagai wilayah penunjang dalam pengembangan komoditi mangga. Di kecamatan ini, masyarakat lebih banyak membudidayakan durian, manggis dan rambutan.

Umumnya mangga dijual dalam bentuk segar dan hanya sedikit yang memanfaatkannya dengan mengolahnya dalam bentuk manisan basah. Dengan mengembangkan industri kecil/rumah tangga, mangga segar dapat diolah menjadi keripik, manisan kering, dodol dan selai. Permasalahan dalam pasca panen komoditi mangga di Kabupaten Bulukumba yaitu fluktuasi harga akibat produk musiman dan tidak adanya nilai tambah yang menghilangkan peluang penambahan pendapatan tinggi bagi petani mangga. Peranan agroindustri sangat besar dalam mengatasi sifat mudah rusak dan musiman serta memperluas potensi pasar produk olahan mangga.

Arahan Pengembangan Komoditi Rambutan

Berdasarkan hasil analisis LQ dan DS, komoditi rambutan hanya unggul secara komparatif dan kompetitif pada Kecamatan Bulukumpa dan berpotensi sebagai komoditi unggulan Kabupaten Bulukumba. Rambutan dikembangkan di enam kecamatan yaitu Gantarang, Ujung Loe, Herlang, Kajang, Bulukumpa dan Rilau Ale. Berdasarkan nilai LQ, komoditi rambutan hanya unggul secara komparatif di Kecamatan Bulukumpa dan memiliki produksi tertinggi dari semua kecamatan. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura mengembangkan rambutan terutama di Kecamatan tersebut pada lahan seluas 476 ha melalui pemberian bantuan bibit kepada petani. Kecamatan lainnya yang menjadi wilayah pengembangan adalah Rilau Ale seluas 114.5 ha.

Pengembangan komoditi rambutan diharapkan mampu meningkatkan produksi dan menjadikan beberapa kecamatan sebagai penghasil rambutan.

Dengan memperkuat sub sistem produksi, diharapkan mampu mengembangkan

agroindustri sehingga rambutan sebagai bahan baku dapat memenuhi kebutuhan industri baik dalam jumlah, kualitas maupun kontinuitas.

Sampai saat ini, komoditi rambutan di Kabupaten Bulukumba dijual dalam bentuk mentah dan belum ada penanganan pasca panen baik dari segi penyimpanan maupun pengolahan. Kesegaran rambutan hanya bertahan beberapa hari setelah petik sehingga hanya mampu dipasarkan dalam wilayah terdekat.

Agroindustri yang dapat berkembang di Kabupaten Bulukumba dengan bahan baku rambutan yaitu manisan, dodol dan keripik. Diharapkan, agroindustri menjadi jalan keluar dari permasalahan pemasaran komoditi rambutan.

Komoditi padi secara sektoral dapat menjadi komoditas unggulan karena ditunjang dengan luasan sawah, kondisi lahan yang sesuai, dukungan dari pusat dan provinsi dalam peningkatan produksi serta tingkat partisipasi petani yang tinggi. Akan tetapi menjadikan komoditas unggulan Kabupaten Bulukumba untuk saat ini sangat sulit karena berdasarkan perbandingan produksi di tingat provinsi menempati peringkat kesebelas pada tahun 2010. Selain itu, Provinsi Sulawesi Selatan sejak dulu telah menetapkan Kabupaten “Bosowasipilu” (Kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang dan Luwu) sebagai sentra produksi padi di Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah produksi jauh di atas Kabupaten Bulukumba. Dengan kata lain, daya saing padi Kabupaten Bulukumba masih rendah. Produksi beras di kabupaten ini mencapai 244 019 ton pada tahun 2010 dengan konsumsi masyarakat sebesar 198 348 ton dan surplus sebesar 45 671 ton (DTPH 2011b) sehingga Kabupaten Bulukumba menjadi daerah penunjang produksi beras di Provinsi Sulawesi Selatan. Komoditi padi dapat dikatakan komoditi strategis karena pengembangannya lebih didasarkan dalam mementingkan kebutuhan masyarakat akan pangan dan sebagai bentuk ketahanan pangan nasional. Menurut Rosdiana (2011), komoditas padi lebih dikategorikan pada komoditas strategis karena merupakan komoditi makanan pokok masyarakat sehingga campur tangan pemerintah dalam mengendalikan komoditas padi sangat tinggi.

Berdasarkan kondisi saat ini, prioritas pembangunan pertanian diarahkan pada peningkatan produksi dan pemenuhan kebutuhan pangan, terutama beras.

Akan tetapi, peningkatan produksi selama ini belum mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Di satu sisi, pemerintah kabupaten tetap mempertahankan komoditas tanaman pangan karena tuntutan kebijakan politik dalam kemandirian pangan sedangkan secara objektif, komoditas hortikultura memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif tertinggi dibandingkan komoditas tanaman pangan dari sisi produksi. Pengembangan pertanian dan agroindustri berbasis komoditas unggulan dapat mengacu pada Teori Dualisme Ekonomi yang diformulasikan oleh Boeke dimana dalam pembangunan perekonomian Kabupaten Bulukumba mengandalkan dua komoditas unggulan sebagai roda perekonomian yaitu komoditas tanaman pangan sebagai faktor subsisten (memenuhi kebutuhan sendiri) dan komoditas hortikultura sebagai faktor komersial dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan pendapatan daerah.

5.5.2 Strategi Pengembangan Sektor Pertanian dan Komoditas Unggulan serta Sektor Turunannya

Sektor pertanian merupakan sektor perekonomian yang memberikan kontribusi terbesar di Kabupaten Bulukumba. Dengan menetapkan strategi pengembangan pertanian berdasarkan sub sektor unggulan dan strategi pengembangan sub sektor pertanian unggulan berdasarkan komoditas unggulan diharapkan mampu memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan baik pada Kabupaten Bulukumba maupun tingkat Provinsi Sulawesi Selatan.

Pengembangan wilayah Kabupaten Bulukumba dengan mendahulukan pengembangan setiap sub sektor unggulan melalui pemanfaatkan sumber daya alam secara optimal berdasarkan potensi masing-masing kecamatan. Hasil analisis LQ dan DS menunjukkan kondisi geografis Kabupaten Bulukumba berpotensi tinggi untuk dikembangkannya berbagai komoditas unggulan dari sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan dan peternakan. Dukungan sumber daya alam dalam pengembangan komoditas unggulan sangat terkait dengan kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah merupakan kekuatan bagi pengembangan komoditas unggulan karena terkait alokasi anggaran. Pemerintah kabupaten memprioritaskan berbagai program/kegiatan pada daerah sentra produksi guna pencapaian produksi maksimal misalnya pemberian bantuan benih varietas unggul, pupuk bersubsidi, pembangunan infrastruktur dan pelatihan petani. Selain itu, kebijakan juga dapat berupa regulasi atau komitmen. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sebagai salah satu kebijakan pemerintah diperlukan guna mengatur wilayah pengembangan komoditas unggulan dan diharapkan mampu mencegah terjadinya konversi lahan terutama di daerah sentra produksi.

Komitmen pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dengan mengikutsertakan Kabupaten Bulukumba dalam Program “Surplus 2 juta ton padi dan 1.5 juta ton jagung” menujukkan kabupaten ini memiliki potensi sebagai daerah pengembangan kedua komoditas tersebut.

Partisipasi petani perlu ditingkatkan dalam pengembangan komoditas unggulan khususnya tanaman pangan. Modal merupakan salah satu kendala rendahnya produksi usaha tani petani. Modal yang berasal dari lembaga perbankan untuk saat ini masih sulit untuk diakses oleh petani sehingga dominan mereka membiayai usaha tani sendiri. Kurangnya peranan pemerintah dalam pengembangan komoditas unggulan yaitu kacang tanah terutama dalam pemberian benih, pupuk dan pestisida yang dapat menjadi penghambat dalam pencapaian produksi tinggi. Peranan pemerintah dalam penyediaan pupuk dan pestisida dalam pengembangan komoditi jagung juga masih rendah. Penguatan kemitraan antara petani, pemerintah dan pihak swasta diharapkan memberikan kemudahan petani dalam memperoleh modal, sarana dan prasarana untuk usaha tani mereka.

Nilai tertinggi pada analisis LQ dan DS menunjukkan komoditas hortikultura yaitu pisang, mangga dan rambutan sebagai alternatif komoditas unggulan di Kabupaten Bulukumba. Komoditas tersebut menjadi unggulan didasarkan karena produksi tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam wilayah sendiri tapi dapat diekspor ke luar wilayah dan laju pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan tingkat kabupaten. Kendala yang dihadapi dalam menjadikan hortikultura sebagai komoditas unggulan yaitu

kualitas masih rendah dan belum memiliki kekhasan tersendiri misalnya dari segi rasa ataupun kandungan gizi. Selain itu, tingginya produksi kurang ditopang oleh penanganan pasca panen. Peranan agroindustri guna mengatasi sifat dari komoditas hortikultura yang mudah rusak, harga murah akibat produksi melimpah dan umumnya dijual mentah.

Penerapan tekonogi dalam pasca panen hortikultura dengan mengolah hasil pertanian menjadi produk olahan merupakan upaya diversifikasi produk pertanian yang sesuai kebutuhan konsumen sehingga dapat tersedia dalam jangka lama dan memperluas cakupan pasar. Peranan komoditas hortikultura dalam pembangunan pertanian sangat besar apabila dimanfaatkan secara optimal melalui agroindustri.

Penggunaan teknologi dalam agroindustri berbasis hortikultura di Kabupaten Bulukumba masih rendah dimana proses pengolahan dan jenis pengemasan masih sederhana. Diperlukan peranan pemerintah dalam mensosialisasikan penerapan teknologi guna memberikan nilai tambah bagi petani dan pendapatan daerah.

Agroindustri yang dapat dikembangkan berbasis hortikultura di Kabupaten Bulukumba adalah industri kecil/rumah tangga maupun menengah. Saat ini, yang berkembang di kabupaten ini adalah industri rumah tangga yang mengolah keripik buah dan dikelola oleh kelompok wanita tani (KWT). Dengan memberdayakan kelompok tani ini dapat membantu pendapatan petani yang awalnya hanya bersumber dari lahan pertanian sehingga dapat mensejahterakan mereka.

Diharapkan pihak pemerintah, baik dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura maupun Dinas Perindustrian dan Perdagangan dapat melakukan pembinaan dalam pengembangan usaha agroindustri KWT, misalnya penyediaan vacum frying dan pelatihan kewirausahaan. Di samping itu, pemerintah diharapkan bertindak sebagai penghubung antara investor dengan pelaku agroindustri.

Dalam dokumen 5 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 26-31)

Dokumen terkait