• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paulus S u k a p t o H a r j o t o D.2, R om v M a rb u rr’

z 3 Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141

('1pauiussukapto@ginail.coin, 2vugi}id@txte.centrixi.tiet. id)

ABSTRAK

palicipatory ergonomics adalah suatu metode yang sangat ampuh dalam membuat kondisi keija yang iebih produktif Keberhasilan partidpatory ergonomics sangat ditemukan oieh persyaratan dan prinsip kerjanya Persyaratan utama partidpatory ergonomics adalah partisipasi, organisasi, pengetahuan metode dan alat ergonomi, dan konsep jsaia Penerapan metode ini dilakukan di industri sepatu di Departemen Rubber melalui empat tahapan yaitu:

pemahaman lingkungan kerja, analisis kerja, interaksi antara karyawan dan manajemen, dan konsep disain yang dihasilkan

K*ta kunci: partiajKitory ergonomics, partisipasi, organisasi, pengetahuan metode dan alat ergonomi, dan konsep disain

I. LATAR BELAKANG

Participatory Ergonomics selaputnya disingkat dengan PE adalah suatu proses dimana operator/karyawan berpartisipasi bersama dengan pihak manajemen berupaya untuk merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi proses dengan sumber-sumber daya lainnya untuk menghasilkan suatu konsep disain pekerjaan yang sesuai sehingga secara sistematik menurunkan kecelakaan kerja dan akibatnya (Sukapto, 2007).

Tujuan dalam partisipasi ini adalah untuk menaikkan produktivitas dan juga memperbaiki lingkungan kerja. Proses partisipasi dilakukan oleh ton yang bertugas dalam mewujudkan perbaikan yang dikendaki (Hendrick, 2002).

Dalam beberapa kasus PE dilakukan dengan metode gugus kendali mutu sehingga semua karyawan ikut berpartisipasi perbaikan. Di Jepang perusahaan-perusahan secara kontinu menerapkan metode quality circle. Dalam kasus ini tim dapat belajar tentang prinsip-prinsip ergonomi serta prosedur dalam analisis serta implementasi

^gonomi Hasil dalam partisipasi karyawan akan roernperoleh suatu kondisi kineija yang diharapkan seperti perbaikan lingkungan keija, kualitas produk dan produktivitas. Dalam contoh yang lain dapat roewujudkan suatu pengembangan alat bantu yang

^ (Nagamachi, 1995)"

Hasil dari PE akan membuat karyawan lebih Puas dengan adanya disain ulang dalam lingkungan erIa seperti adanya keuntungan dari adanya Perbaikan kualitas produk baru dan produktivitas Karyawan yang terlibat dalam PE adalah karyawan yang memiliki motivasi kerja yang tinggi sehingga mampu mencari suatu solusi dan identifikasi

faktor-faktor yang berpengaruh dalam lingkungan keija.

Karyawan yang mengetahui dengan permasalahan ergonomi dalam tempat kerja maka mereka akan semangat untuk melakukan perbaikan khususnya dengan metode ergonomi. Akhirnya, mereka ingin menerima disain kerja yang baru karena mereka terlibat dari awal sampai dengan konsep akhir (Hendrick, 2002)

2. PERSYARATAN PE

Menurut Nagamachi (1995) bahwa PE dapat berhasil dengan baik maka memerlukan beberapa persyaratan utama:

1 Partisipasi

Partisipasi merupakan keikutsertaan karyawan dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi perbaikan kerja. Bentuk partisipasi yang dapat dilakukan seperti quality circle (QC) sehingga mereka dapat saling berinteraksi dalam melakukan perbaikan dan akhirnya memberikan keuntungan dalam hal kualitas dan pengurangan biaya produksi (Lanoie, 1996;Wilson, 1997).

Orang yang aktif dalam berpartisipasi akan menyelesaikan masalah, membangun tim yang baik, dan keikut-sertaan dalam mengambilan keputusan.

Partisipasi juga akan berguna bagi karyawan dalam menerima disain ulang yang dibuat.

2. Organisasi

Organisasi adalah suatu kelompok yang mendukung agar proses PE dapat berjalan sesuai dengan harapan.

Dalam hal ini organisasi lebih difokuskan kepada kelompok yang berpengaruh terhadap jalannya PE, yaitu manajemen tingkat atas dan tingkat bawah. Manajemen tingkat atas terdin steering commitee beserta manajer terkait, sedangkan manajemen tingkat bawah adalah

Pauhis Siikapro. Harjoto.D, RomyMarbim. Persyaratan Dan Prinsip.... [-203

Seminar Nasional Teknik Industri BKSTI 2014

supervisor sampai dengan mandor. Untuk manajemen tingkai atas fokus kepada kebijakan dan tingkat bawah lebih fokus ke operasional. (Nagamachi, 1995, Hendrick, 2002).

3. Pengetahuan Metode dan alat ergonomi

Pengetahuan tentang ergonomi meliputi pemahaman yang lebih mendalam tentang dimensi antropometri, tenaga yang dibutuhkan, kelelahan dan pencegahannya, kepuasan dan metode untuk melakukan perbaikan kerja. Alat ergonomi adalah suatu alat yang digunakan untuk mempelajari, menganalisis, dan mengevaluasi interaksi antara manusia dengan alat atau mesin yang digunakan (Wilson, 1997).

4. Konsep Disain

Hasil interaksi antara karyawan dengan dukungan manajemen yang menggunakan pengetahuan dan metode ergonomi sehingga menghasilkan konsep disain pekerjaan yang sesuai dengan keinginan karyawan dan manajemen (Hendrick, 2002).

3. PENERAPAN KON SEP PE

PT Primarindo Asia Infrastruktur Tbk. adalah perusahaan sepatu jenis sport dan casi/al yang produknya dijual di pasar lokal maupun internasional. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1988 dengan nama PT Bintang Kharisma. Untuk pasar lokal, perusahaan memiliki produk dengan brarid Tomkins. Sedangkan untuk pasar internasional perusahaan tidak memiliki brand khusus karena sepatu sesuai dengan ordernya. PT Primarindo Asia Infrastruktur Tbk. memiliki 2.285 orang karyawan. Komposisi karyawan pada perusahaan adalah sebagai berikut, 8 orang General Manager, 19 orang Manager, 29 orang Supervisor, 58 orang Foreman, 262 orang Leader, dan 1909 orang operator.

3.1. O rganisasi

Pada tahap awal penerapan PE adalah kesepakatan dari pihak manajemen dan karyawan.

Dalam kesepakatan ini masing-masing bagian mempunyai tugas dan tanggung jawab.

Dalam penerapan ini dibentuk tim proyek yang melibatkan pihak manajemen, pimpinan departemen dan perwakilan dari karyawan.

Dalam penerapan PE dilakukan pada Departmen Rubber dikarenakan pada bagian ini merupakan departemen yang banyak teijadi kecelakaan

Peran utama dari tim proyek ini mengumpulan opini dari karyawan yang berkaitan dengan lingkungan kerja, menganalisis permasalahan yang ada dan memutuskan perbaikan yang diperlukan dengan menggunakan PE. Struktur tim proyek implementasi PE dapat dilihat pada Gambar 1.

Masing-masing kelompok karyawan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan

dengan lin g k u n g an tisik dan posisi kerja departem en R u b b e r dinilai m enggunakan dua param eter tersebut dengan m enggunakan standai ILO B e rd a sa ra k an nilai te rse b u t maka dapy m enjadi b ahan diskusi u n tu k d ilakukan perbaikan

G am bar 1. S truktur Tim P royek Implementasi PE S u m b er : N agam achi, 1995

3.2. Pengetahuan Metode dan Alat Ergonomi Dalam penelitian ini yang menjadi perhatian utama yaitu dua hal yaitu (1) lingkungan fisik yang meliputi suhu, kelembaban, tingkat pencahayaan dan tingkat kebisingan dan aspek kesehatan dan (2) posisi kerja.

3.3 P rosedur PE

Tujuan utama dalam penerapan PE adalah menghasilkan suatu konsep disain yang membual karyawan berkinerja lebih baik dan menurunkan kecelakaan kerja. Pada umumnya, penyebab utama kecelakaan kerja adalah operator dalam melakukan tugasnya di tempat kerja (Heinrich, 1999).

Kewajiban untuk menerapkan PE di Indonesia tercermin pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Penerapan SMK3). Tujuan Penerapan SMK3 antara lain adalah untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, peketja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh. Dalam Pasal 5 ayat 2 disebutkan bahwa setiap perusahaan yang mempekerjakan paling sedikit 100 karyawan wajib menerapkan SMK3. Dalam menerapkan SMK' perusahaan wajib melaksanakan penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, serta peninjauan dan peningkatan kinerja K3 Untuk mi perusahaan harus memiliki Organisasi/Unit yang bertanggung jawab di bidang K3, yang disebut Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Organisasi tersebut harus ditempatkan pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan. P2K3 adalah badan pembantu di tempa5 keija yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan tenaga kerja atau peketja/buruh

1-204 Paulus Sukapto, Harjoto.D, Romy Marbwi. Persyaratan Dan Prinsip

Seminar Nasional Teknik Industri B K ST I2014

' mengembangkan kefJasam a sa)inS F ^ n g ^ t' 311 unIU^ rt'cinasi efektif dalam penerapan k eselam atan j-n partisiy baojan yaitu lingkungan fisik dan aspek kesehatan

¿aji linakunaan kerja terutam a posisi kerja Hasil pencukuran lingkungan fisik yang m eliputi suhu, kelembaban, tingkat p encahayaan d a n tin g k at kebisingan -dapat dilihat pad a Tabei 1

Tabel 1. D ata L ingkungan Fisik

1 Suhu (°C) Kelembaban (%)

e 285 Mn 42 pencahayaan pada Departemen Rubber dapat dikatakan baik secara keseluruhan karena memiliki rata-rata tingkat pencahayaan di atas 100 lux dan ditambah lagi adanya pencahayaan lokal yang bernilai di atas 200 lux pada masing-masing mesin.

Kondisi suhu pada departemen ini cenderung panas dan makin panas menjelang sore hari dan perbaikan

aliran udara dapat dilakukan dengan penambahan jumlah ventilasi, penambahan jumlah exhaust fan, pemasangan turbin ventilator, pemasangan penahan panas pada langit-langit atau menambah pelapis atap dengan pelapis penahan panas. Tingkat kebisingan pada departemen ini secara keseluruhan masih berada di bawah standar yang diijinkan, tetapi pada beberapa bagian tingkat kebisingan masih tinggi.

Lantai yang lincin diakibatkan oleh ada oli yang keluar dari mesin press. Dalam 1 tahun rata-rata kecelakaan sebanyak 8 kali. Posisi kerja pada Departemen Rubber dapat dilihat pada Gambar 2.

3.3.2. Analisis Kerja

Perkakas tangan yang digunakan pada departemen ini merupakan perkakas tangan yang sederhana. Perkakas tangan pada departemen ini digunakan untuk mengambil dan merapihkan outsole ketika masih berada di dalam mould. Pada mesin tersebut ada sarana penghalang yang mencegah mould bersentuhan langsung dengan pekerja ketika mould diambil dari mesin press outsole. Penghalang ini berupa mur yang dilas pada meja kerja sehingga ketika mould ditarik keluar dari mesin, baut ini menghentikan laju mould sehingga mould tidak mengenai tubuh pekerja Operator mesin press outsole, hanya menggunakan sarung tangan dan hanya sebelah.

3 3.3. Proses Interaksi Karyawan dan Manajemen.

Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk menemukan masalah sebenarnya yang dapat disampaikan oleh para pekerja. Masalah-masalah tersebut berhubungan dengan penyebab terjadinya kecelakaan kerja Kecelakaan kerja bisa disebabkan oleh ketidaknyamanan pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Ketidaknyamanan tersebut dapat berasal dari pengaruh lingkungan kerja mereka, yaitu kondisi lingkungan fisik, kondisi meja keija, posisi kerja, aspek keamanan mesin produksi, dan lain - lain. Pertanyaan yang diajukan kepada para pekerja adalah tentang kenyamanan/

ketidaknyamanan pekerja dalam bekerja serta menanyakan pendapat atau ide para pekerja tentang solusi dari adanya ketidaknyamanan tersebut.

Dari hasil wawancara yang dilakukan, para pekerja cepat merasa kelelahan. Hal ini disebabkan tidak adanya jeda istirahat sementara dan juga tidak tersedia tempat istirahat sementara di tempat kerja serta pekerja bekerja pada posisi berdiri. Bekerja pada posisi berdiri dengan waktu yang lama akan melelahkan. Hal ini akan menyebabkan rasa sakit pada bagian punggung, pinggang, kaki, serta telapak kaki. Hal lain yang menyebabkan para pekerja cepat merasa lelah adalah kondisi suhu tempat kerja yang tinggi. Suhu panas ini dihasilkan dari mesin mould yang digunakan untuk membuat produk Para pekerja juga merasa tidak nyaman dalam memakai alat pelindung diri (sarung tangan). Dari hasil wawancara juga didapatkan bahwa ada beberapa pekerja yang mengeluhkan posisi meja kerja yang terlalu rendah. Hal ini mengakibatkan pekerja bekerja dalam posisi menunduk. Beberapa pekerja mengeluhkan tentang posisi kerja mereka yang menunduk. Terkadang mereka merasakan nyeri pada bagian pinggang. Ketinggian tempat kerja yang ada tidak sesuai dengan postur tubuh pekerja.

Gambar 2 Posisi Kerja Departemen Rubber Posisi Kerja

Departemen Rubber merupakan tempat yang an ^kali kecelakaan dikarenakan menggunakan

? es,ri Press yang mempunyai temperatur yang 8S>, pekerjaan yang rumit, dan lantai yang licin.

Paulus Sukapto. Harjoto.D\ RomyMarbun, Persyaratan Dan Prinsip 1-205

Semiliar Nasional Teknik Industri B K S I I 2014

Solusi yang dapat d isarankan oleh para pekerja yaitu m enetapkan ja m istirahat se m en tara dan m enam bahkan kursi pada stasiun kerja. Penam bahan kursi pada tem pat kerja dapat m engantisipasi kelelahan yang diakibatkan bekerja pada posisi berdiri.

3.3 4 Konsep Disain

Berdasarkan interaksi antara karyawan, pihak manajemen dan pakar ergonomi maka dihasilkan suatu konsep disain yang diharapkan mampu memperbaiki kinerja di Departmen Rubber. Konsep disain yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

1. Jalur dan Alat Transportasi

Penyimpanan dan penanganan material mencakup jalur tranportasi, penggunaan alat transportasi, dan tempat penyimpanan material. Jalur transportasi yang ada harus bebas dari halangan agar terciptanya kelancaran transportasi dan tidak memakan waktu yang lama, seperti Gambar 3.

Penggunaan alat transportasi juga harus menggunakan alat yang tepat untuk setiap material yang ditangani Alat transportasi yang bisa digunakan adalah hand truck, pallet trolley, small cart, dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan, sesuai Gambar 4 dan 5

j

» i ; ? , # ! ::l

Gambar 5. Cara Penangan Manual Material yang Baik. Sumber: ILO (2010).

2. Disain Tempat Kerja

Untuk memudahkan karyawan bekerja di departmenen ini perlu dibuatkan meja dan kursi yang sesuai dengan kondisi badan karyawan (Valcic, 1976). Gambar 6 menunjukkan usulan disain meja dan kursi di bagian Rubber khususnya potong dan persiapan di bagian mesin press.

Gambar 3. Jalur Transportasi Bebas Hambatan Sumber: ILO (2010).

Gambar 4 (Ki-Ka) Hand Truck, Pa/lett Trolley, Small Cart.

Sumber ILO. (2010) Gambar 6. Posisi Kerja Duduk (atas) dan Posisi Kerja Berdiri (atas) yang Dianjurkan.

Sumber. ILO. (2010

Potensi kecelakaan yang masih mungkin t e r j a d i

pada departemen rubber yaitu jari terjepit mould Solusi yang dapat diberikan adalah diberi p e m b a t a s

diantara m ould sehingga jika mould tertutup, maka

1-206 Paulus Sukapto, Harftto.D. RomyMarbun, Persyaratan Dan Prinsip

Seminar Nasional Teknik Indus iri BKSTI 2014

k m en g em b an g k an k erjasam a saiing pengertian partisipasi efe k tif dalam p enerapan keselam atan dan kesehatan k e rja

Dalam m elakukan P E m elalui 4 (em p at) tahapan itu pemahaman lingkungan kerja, analisis kerja,

• teraksi an tara karyaw an dan m anajem en, konsep disain yang dihasilkan

3 | P e m ah am a n lingkungan kerja

Hasil penelitian akan d ipaparkan m enjadi 2 (dua) baoian vaitu lingkungan fisik dan aspek kesehatan dan (inskungan kerja terutam a posisi kerja. Hasil pengukuran lingkungan fisik yang m eliputi suhu, kelembaban, tingkat pencahayaan dan tingkat kebisingan dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. D ata L ingkungan Fisik pencahayaan pada Departemen Rubber dapat dikatakan baik secara keseluruhan karena memiliki rata-rata tingkat pencahayaan di atas 100 lux dan ditambah lagi adanya pencahayaan lokal yang bernilai di atas 200 lux pada masing-masing mesin Kondisi suhu pada departemen ini cenderung panas dan makin panas menjelang sore hari dan perbaikan aliran udara dapat dilakukan dengan penambahan jumlah ventilasi, penambahan jumlah exhaust fo n , pemasangan turbin ventilator, pemasangan penahan panas pada langit-langit atau menambah pelapis atap dengan pelapis penahan panas. Tingkat kebisingan pada departemen ini secara keseluruhan masih berada di bawah standar yang diijinkan. tetapi pada beberapa bagian tingkat kebisingan masih tinggi

Lantai vang lincir, diakibatkan oleh ada oli y an g tersebut ada sarana penghalang yang m encegah mould b ersentuhan langsung d engan pekerja k etik a

3.3.3 Proses Interaksi K aryaw an dan Manajemen.

Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk menemukan masalah sebenarnya yang dapat disampaikan oleh para pekerja. Masalah-masalah tersebut berhubungan dengan penyebab terjadinya kecelakaan kerja Kecelakaan kerja bisa disebabkan oleh ketidaknyamanan pekerja dalam melakukan pekerjaannya Ketidaknyamanan tersebut dapat berasal dari pengaruh lingkungan kerja mereka, yaitu kondisi lingkungan fisik, kondisi meja kerja, posisi kerja, aspek keamanan mesin produksi, dan lain - lain Pertanyaan yang diajukan kepada para pekerja adalah tentang kenyamanan/

ketidaknyamanan pekerja dalam bekerja serta menanyakan pendapat atau ide para pekerja tentang solusi dari adanya ketidaknyamanan tersebut.

Dari hasil wawancara yang dilakukan, para pekerja cepat merasa kelelahan Hal ini disebabkan tidak adanya jeda istirahat sementara dan juga tidak tersedia tempat istirahat sementara di tempat kerja serta pekerja bekerja pada posisi berdiri. Bekerja pada posisi berdiri dengan waktu yang lama akan melelahkan Hal ini akan menyebabkan rasa sakit pada bagian punggung, pinggang, kaki, serta telapak kaki. Hal lain yang menyebabkan para pekerja cepat merasa lelah adalah kondisi suhu tempat kerja yang tinggi Suhu panas ini dihasilkan dari mesin mould yang digunakan untuk membuat produk. Para pekerja juga merasa tidak nyaman dalam memakai alat pelindung diri (sarung tangan). Dari hasil wawancara juga didapatkan bahwa ada beberapa pekerja yang mengeluhkan posisi meja kerja yang terlalu rendah Hal ini mengakibatkan pekerja bekerja dalam posisi menunduk. Beberapa pekerja mengeluhkan tentang posisi kerja mereka yang menunduk Terkadang mereka merasakan nyeri pada bagian pinggang. Ketinggian tempat kerja yang ada tidak sesuai dengan postur tubuh pekerja.

Gambar 2. Posisi Kerja Departemen Rubber Posisi Kerja

Departemen Rubber merupakan tempat yang rawan sekali kecelakaan dikarenakan menggunakan mesin press yang mempunyai temperatur yang 8§U pekerjaan yang rumit, dan lantai yang licin.

Paulus Sukapto. HanotoD. Ronn- Marbun. Persyaratan Dan Prinsip 1-205

Dokumen terkait