Penilaian seorang individu didasarkan pada askripsi atau prestasi yang dia peroleh. Dimensi akripsi-prestasi ini membantu peneliti dalam menganalisis mengenai karakter kepemimpinan gaya Korea, apakah mereka memiliki kecenderungan menilai orang lain berdasarkan klasifikasinya dalam masyarakat atau sebuah prestasi yang dia peroleh sekalipun dia bukan dari kelas sosial yang terpandang.
103
Berdasarkan olah data hasil wawancara dengan narasumber yang merupakan manajer dari Korea dan bawahan yang merupakan karyawan lokal memiliki pernyataan jawaban yang saling mendukung dan menguatkan pernyataan tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan perwakilan pernyataan dari narasumber 1 (R1) dan narasumber 6 (R6) sebagai berikut :
“Different class of society does exist. Every person has a history and has a tree of family. It’s very wide cases. I can’t say it in a word. Long time ago, we have something like that. Kim family, Choi family, etc is famous as the rich family. It was very common. Some name seen as rich families, some name seen as lower social class by the society. But nowadays, they are judged by the achievement they got. We have to see the people from the higher class so that we able to try harder and work harder for someday to be one of them. I think class of society in every part of the world does exist, even in America or in Indonesia.”
“Saya pernah mendengar dari atasan saya bahwa terdapat klasifikasi sosial di Korea. Nama “Kim” adalah nama yang dikenal keluarga kaya begitu pula nama-nama lain dengan kelas sosial yang berbeda. Pemilik perusahaan Semarang Garment ini bukan berasal dari keluarga dengan nama dan latar belakang yang terpandang. “Byun” adalah nama dari kelas sosial yang cukup bawah namun kerja kerasnya sejak muda membuahkan hasil hingga dia menjadi orang yang terpandang saat ini.”
Berdasarkan justifikasi di atas, dapat dikatakan bahwa karakter manajer dari Korea menyatakan masih melihat seseorang berdasarkan kedudukannya di dalam kelas sosial. Hal ini lazim di Korea Selatan. Nama keluarga tertentu dengan sejarah keluarganya dipandang sebagai keluarga kaya dan memiliki pengaruh di Korea. Ada pula nama-nama lain dengan kelas sosial tertentu. Namun, seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman dapat dikatakan bahwa pandangan askriptif dari orang Korea mulai bergeser ke pandangan dengan orientasi prestasi ketika melihat orang lain. Tidak dipungkiri jika nama sebuah keluarga masih dipandang dan memiliki nilai tersendiri bagi mereka, tetapi pencapaian seseorang hingga kini menjadi sukses juga menjadikan orang tersebut terpandang di Korea Selatan.
104 5. Spesifitas – kekaburan
Hubungan dengan bawahan yang diterapkan oleh manajer dari Korea pada PT. Semarang Garment dilakukan dengan keterlibatan yang cukup dekat dimana kewajiban timbal-balik itu terbatas dan dibatasi dengan tepat (spesifik) atau kepuasan yang diterima dan diberikan oleh pihak yang saling berhubungan sangat luas sifatnya (kabur) tidak menentu.
Berdasarkan olah data hasil wawancara dengan narasumber yang merupakan manajer dari Korea dan bawahan yang merupakan karyawan lokal memiliki pernyataan jawaban yang saling mendukung dan menguatkan pernyataan tersebut. Analisis untuk menentukan kriteria gaya kepemimpinan Korea bersifat spesifik atau terdapat kekaburan hampir serupa dengan analisis pada dimensi universalisme dan partikularisme. Hal ini ditunjukkan dengan perwakilan pernyataan dari narasumber 1 (R2) dan narasumber 6 (R6) sebagai berikut :
“Pembagian tanggung jawab sesuai struktur organisasi dan job masing-masing pegawai.” – R2
“Saya bersikap netral pada seluruh karyawan dan berusaha berlaku sama untuk semuanya.” – R6
“Keterlibatan antara manajer dengan bawahannya terjadi sebatas hubungan kerja. Tetap ada jarak antara atasan dengan bawahan.” – R6
Menurut pernyataan kedua pihak, baik manajer dari Korea menekankan bahwa hubungan yang terjadi antara atasan dengan bawahan hanya sebatas rekan kerja dan hubungan profesional yang dibatasi oleh aturan-aturan umum selayaknya pada sebuah perusahaan dan saling menghormati berdasarkan kedudukan di dalam struktur organisasi perusahaan, tidak ada keterlibatan secara khusus yang melebihi hubungan kerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
105
hubungan timbal-balik yang terjadi adalah kewajiban yang terbatas dan dibatasi dengan tepat sehingga hubungan yang demikian disebut spesifik dan sebatas profesionalisme dalam pekerjaan.
Berikut adalah tabel yang merangkum keseluruhan hasil analisis yang membahas mengenai kepemimpinan gaya Korea yang diterapkan di Indonesia berdasarkan setiap dimensi yang telah dibahas sebelumnya.
Tabel 4.2
Hasil Analisis Mengenai Kepemimpinan Gaya Korea Berdasarkan Dimensi Budaya Kluchkhon & Strodtbeck dan Pola-pola Parson
No Dimensi Kepemimpinan gaya Korea yang diterapkan
Justifikasi 1. Karakter dasar
manusia
Percaya bahwa manusia memiliki dua karakter : baik dan buruk
R1, R2 dan R3 menyatakan bahwa manajer dari Korea meyakini dua macam karakter : baik dam buruk di dalam diri manusia (mengenai karakter dasar manusia) dan dibenarkan atau divalidasi oleh pernyataan oleh R4, R5 dan R6.
2. Fokus
tanggungjawab
Tanggung jawab bersama Kolektif/ berkelompok
Pernyataan R1, R2 dan R3 mengarah pada karakter manajer Korea yang fokus pada tanggung jawab kolektif dan divalidasi oleh pernyataan R4, R5, R6, R7 dan R8. 3. Hubungan dengan
lingkungan
harmony : hidup selaras dengan alam
Pernyataan R1, R2 dan R3 mengarah pada karakter manajer Korea dalam
hubungan dengan lingkungan yang harmony dan divalidasi oleh pernyataan R4 sampai dengan R10 mengenai hal tersebut.
4. Aktivitas Thinking :
mempertimbangkan setiap aspek dalam mengambil keputusan.
Pernyataan R1, R2 dan R3 mengarah pada karakter aktivitas thinking dan
divalidasi oleh pernyataan R4, R5dan R6.
5. Waktu Sangat menghargai Pernyataan R1, R2 dan R3 mengarah pada dimensi waktu
106 waktu
Tradisi dan sejarah dipegang erat
yang menunjukkan karakter manajer Korea sangat memperhatikan past serta menghargai setiap waktu yang dimiliki. Tetapi juga
memikirkan masa depan, tidak terpaku pada masa lalu. Hal ini divalidasi oleh pernyataan R4 sampai dengan R9.
6. Ruang Lebih memilih ruang untuk pribadi.
Pernyataan R1, R2 dan R3 mengarah pada dimensi ruang yang menunjukkan manajer Korea lebih memilih private namun penyesuain dengan kondisi yang ada telah dilakukan. Hal ini divalidasi oleh pernyataan R4 s.d. R6. 7. Afektivitas –
netralitas afektif
Netralitas afektif Pernyataan R1, R2 dan R3 mengarah pada dimensi netralitas dimana
menunjukkan pandangan manajer Korea yang afektif dan hal ini telah divalidasi oleh pernyataan R4 s.d. R10
8. Orientasi diri – orientasi kolektif
Orientasi kolektif Pernyataan R1, R2 dan R3 menunjukkan bahwa manajer Korea memiliki orientasi kolektif. Hal ini divalidasi oleh pernyataan R4 s.d. R6.
9. Universalisme – partikularisme
Universalisme Pernyataan R1, R2 dan R3 menunjukkan bahwa manajer Korea memiliki pandangan universalisme dan telah divalidasi oleh pernyataan R4 s.d. R6.
10. Askripsi – prestasi Askripsi yang mulai bergeser pada prestasi
Pernyataan R1, R2 dan R3 menunjukkan bahwa manajer Korea memiliki pandangan askripsi namun mulai bergeser pada prestasi. Hal ini telah divalidasi oleh pernyataan R4 s.d. R6.
11. Spesifitas – kekaburan
Spesifik. Pernyataan R1, R2 dan R3 menunjukkan bahwa manajer Korea memiliki pandangan spesifik dan telah divalidasi oleh pernyataan R4 s.d. R6. Sumber : Hasil Analisis Peneliti, 2013
107 BAB V