• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TEKSTUAL DAN FUNGSI SOSIAL BUDAYA NYANYIAN ANDUNG

4.4 Aspek bahasa

Sesuai dengan Ensiklopedia Indonesia (1986: 45), bahasa adalah kumpulan kata-kata dan aturannya yang tetap dalam menggabungkannya, berupa kalimat dan merupakan sistem bunyi yang melambangkan pengertian-pengertian tertentu. Dari segi ilmu bahasa, nyanyian (musik vokal) adalah penggabungan kata-kata yang memiliki intonasi dengan ciri-ciri khusus berupa modifikasi intonasi wicara.

Menyangkut hubungan bahasa dengan musik ini sudah lama menjadi perhatian dari ilmuwan bahasa dan musik. Bahkan para ilmuan sosial dan etnomusikologi sering membahas hubungan antara musik dengan bahasa atau bunyi musikal dengan fenomena linguistik (linguistik fenomena). Menurut Seeger (1977:142), ada dua hal yang dapat dikemukakan dari hubungan interelasi antar kedua unsur tersebut yaitu:

1. Bahasa didalam musik, yaitu meliputi hubungan (relasi) tekstual, sifat puitik dan gaya bahasa di dalam struktur nyanyian.

2. Musik di dalam bahasa, yakni masalah yang meliputi eksistensi sifat (propertis) kemusikalan dari bahasa.

Sesuai dengan topik tulisan ini yaitu nyanyian andung sebagai nyanyian rakyat, jelas mempunyai hubungan inter relasi antara unsur bahasa dengan musiknya, baik itu yang meliputi hubungan tekstual didalam sturuktur nyanyian maupun dalam pemilihan kata.

Bila kita amati sepintas lalu, maka kata-kata yang dipergunakan dalam nyanyian andung pada umumnya sama dengan kata-kata yang dipergunakan dalam kehidupan sehari- hari yang dipilih lebih halus. Pengamatan sekilas kata-kata yang dipergunakan dalam

nyanyian andung dan dalam kehidupan sehari-hari tidak jauh berbeda, hannya saja andung itu dinyanyikan/dilagukan sedangkan bahasa sehari-hari dilafalkan/diucapkan.

Walaupun begitu tidak semua kata-kata yang dipergunakan dalam andung tidak seluruhnya bergantung pada makna denotatif, tetapi lebih cenderung pada makna konotatif. Makna konotasi inilah yang justru lebih banyak memberi efek makna bagi yang mendengar, karena mampu meresap kedalam hati dan perasaan para pendengarnya.

Bila kita lihat dalam kalimat ...boasama tadingkononmu hami gellengmon inang....kata boasama tadingkononmu pada kalimat tersebut secara denotatif mengandung arti perasaan sedih karena ditinggal, namun arti yang tersirat atau secara konotatif mengandung makna sedih. Sehingga kalimat tersebut mengandung makna “ungkapan kesedihan sipenyaji. Jadi kata yang diungkapkan tersebut biasanya mempunyai makna dan arti tertentu

4.4.1 Proses Transkripsi

Sebagai langkah awal yang dilakukan oleh penulis dalam pentranskripsian, pertama sekali penulis mengadakan rekaman langsung dari Op.Bronson Hutasoit (Informan pokok). Rekaman yang ditranskripsi bukan pada saat berlangsungnya pesta adat kematiannya, tetapi nada, melodi dan teksnya disajikan (diandungkan) pada saat hari pertama orang yang meninggal. Andung yang direkam pada hari pertama, waktu itu memang sangat sulit untuk ditranskripsi karena terlalu banyak suara-suara ribut atau bising.

Selanjutnya seluruh rekaman tersebut di copy (direkam kembali ke kaset lain maupun ke plasdisk), hal ini dilakukan supaya kaset aslinya tidak cepat rusak oleh karena sering diputar ulang dalam mendengarkan nyanyian tersebut. Penulis berusaha dapat menirukan melodi Andung untuk mempermudah pentranskripsian.

Sesuai dengan kebutuhan trasnkripsi dalam tulisan ini, maka notasi yang dipakai adalah dengan pendekatan deskriptif, karena notasi deskriptif ini dapat juga dikaitkan sebagai notasi yang digunakan untuk menuliskan nyanyian andung yang telah disajikan dari apa yang didengar.

Dalam mentranskripsikan melodi nyanyian andung, penulis akan menggunakan notasi balok. Alasan penulis menggunakan notasi balok tersebut karena dalam tradisi musik batak toba sampai saat ini belum dijumpai sistem notasi tersendiri dan notasi balok lebih mudah dipakai untuk penotasian musik seperti nyanyian andung. Pada dasarnya notasi balok ini digunakan untuk musik-musik barat, namun dalam menotasikan musik non baratpun dapat dilakukan dengan cara memodifikasi notasi tersebut. Penggunaan notasi ini lebih tepat disamping sudah lazim digunakan dalam penulisan musik juga keefektifannya dalam melihat tinggi rendahnya nada, serta mampu memberikan kemudahan dalam kerja analisis.

4.4.5 Formula Melodi

Melodi adalah jajaran atau susunan dari unsur nada yang dikombinasikan dengan unsur ritem dan bergerak/berjalan dalam waktu. Secara alami kedua unsur tersebut tidak dapat dipisahkan. Melodi tersusun dari beberapa rangkaian nada secara horizontal.

Menurut Malm (1977:80) bahwa formula melodi (bentuk) dapat dibagi beberapa jenis yaitu :

1. Repetitif yaitu bentuk nyanyian yang diulang-ulang

2. Interatif yaitu bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan dalam keseluruhan nyanyian

3. Reverting yaitu bentuk nyanyian yang terjadi pada perulangan frase pertama setelah terjadi penyimpangan melodi

4. Stropic yaitu bentuk nyanyian yang pengulangan melodinya tetap sama tetapi teks nyanyian baru

5. Progresive yaitu bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi melodi yang baru

Jika dikaitkan dengan apa yang telah diutarakan oleh Malm diatas, maka bentuk dari nyanyian andung dapat disebut sebagai bentuk Repetitif yaitu bentuk nyanyian yang diulang-ulang.

4.4.6 Kontur

Kontur adalah garis atau alur melodi dalam sebuah lagu, hal ini menurut Malm (1964:8) dapat dibedakan beberapa jenis yaitu:

1. Ascending yaitu garis melodi yang sifatnya menaik dari nada yang rendah ke nada yang tinggi

2. Descending yaitu garis melodi yang sifatnya menurun dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah

3. Pendulous yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada yang rendah ke nada yang lebih tinggi, kemudian kembali ke nada yang lebih rendah atau sebaliknya dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah dan kembali ke nada yang lebih tinggi.

4. Terraced yaitu garis melodi yang sifatnya berjengjang seperti anak tangga dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi, kemudian bergerak sejajar, lalu bergerak ke nada yang lebih tinggi lagi dan seterusnya yang akhirnya berbentuk seperti anak tangga

5. Statis yaitu garis melodi yang sifatnya tetap bergerak dalam ruang lingkup yang terbatas/datar.

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis dapat melihat suatu kontur melodi dari nyanyian andung adalah pendulous. Hal ini dapat dilihat dari perjalanan melodi dari nada yang tinggi ke nada yang rendah lalu kembali ke nada yang tinggi dan sebaliknya.

4.5 Meter

Kombinasi dari kuat dan lemahnya sebuah pulsa berulang disebut dengan meter (Duckworth, 1992:7). Dengan kata lain meter juga dapat didefenisikan sebagai pola berulang yang timbul dari adanya aksen atau penekanan dari sebuah bunyi musik, yang kemudian menetapkan tempo atau ketukan dari musik itu sendiri. Pola meter yang paling umum dikenal adalah duple meter (meter 2/4), triple meter (meter 3/4), dan quadruple meter (meter 4/4). Angka yang terletak disebelah kiri menunjukkan jumlah ketukan (pulsa) dalam setiap birama, sedangkan angka yang terletak disebelah kanan menunjukkan nilai dari sebuah nada pada setiap ketukan. Pola-pola tersebut dikenal dengan istilah time signature (tanda waktu). Time signature ini dituliskan /diletakkan pada awal sebuah komposisi musik.

Pada nyanyian andung tidak ditemukan adanya penggunaan meter (free meter). Karena nyanyian ini disajikan sesuai dengan kebutuhan daripada sipenyaji itu sendiri. Maksudnya adalah sipenyaji memiliki kebebasan untuk menentukan dimana dia harus berhenti maupun mulai mangandung. Dari penjelasan diatas maka penulis menyimpulkan, bahwa meter dari nyanyian andung ditentukan dari keadaan penyajiannya.

Dokumen terkait