• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek-Aspek Cinderella Complex

Dalam dokumen CINDERELLA COMPLEX PADA MAHASISWI SKRIPSI (Halaman 31-36)

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cinderella Complex pada Mahasiswi

2.1.3 Aspek-Aspek Cinderella Complex

Alexandra Symond dalam Dowling (1995:16) meneliti ketergantungan

pada wanita dan menjelaskan bahwa cinderella complex merupakan masalah yang

ditemukannya hampir pada semua wanita. Menurut Symond (Santoso, dkk,

2008:11) cinderella complex pada wanita digambarkan dengan aspek-aspek

sebagai berikut :

a. Cenderung merendahkan diri kepada orang lain

b. Tidak mandiri

c. Secara tidak sadar menggunakan sebagian besar energinya untuk

mendapatkan cinta, pertolongan, dan perlindungan terhadap apa yang

kelihatannya sulit atau menantang dunia.

Dowling (dalam Anggriany dan Astuti, 2003:43) memberi gambaran

bahwa perempuan yang mengalami cinderella complex menunjukkan rendahnya

kemandirian, yang kemudian ditunjukkan dengan aspek-aspek cinderella complex

sebagai berikut:

a. Mengharapkan pengarahan dari orang lain

Ketergantungan pada perempuan telah mematikan inisiatif dan

Sesuatu hal dapat dikerjakan apabila sudah mendapatkan pengesahan secara

sosial. Tindakan atau keputusan akan diambil apabila sudah melalui tahap

meminta pendapat atau pengarahan dari orang lain.

b. Kontrol diri eksternal

Aspek ini terlihat ketika perempuan mendapatkan keberhasilan dirinya

berhenti pada titik tertentu dan tidak ingin meraih keberhasilan yang lebih

jauh lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung

mengatribusikan atau melekatkan keberhasilan kepada sumber-sumber luar,

misalnya soal keberuntungan. Selain itu cenderung merasa tidak mempunyai

kontrol untuk memecahkan masalah sendiri atau untuk mempengaruhi

lingkungan.

c. Rendahnya harga diri

Pada diri perempuan terdapat kurangnya harga diri, akibatnya seringkali

menekan inisiatif dan membuang aspirasinya. Hal ini terkait juga dengan

perasaan tidak aman yang sangat mendalam serta ketidakpastian mengenai

kemampuan serta nilai diri mereka. Kurangnya harga diri berkaitan erat

dengan kecemasan, perasaan lemah, dan tidak mampu.

d. Menghindari tantangan dan kompetisi

Hal ini terkait dengan faktor emosional seperti takut salah, merasa tidak enak

dengan teman, tidak bersemangat, kurangnya optimisme dalam hidup yang

seringkali menghalangi kompetensi mereka untuk menghadapi ketakutan,

e. Mengandalkan laki-laki

Ketergantungan dan kurangnya pengalaman membuat perempuan takluk dan

mengandalkan laki-laki baik sebagai pelindungnya maupun secara ekonomis.

Perempuan berani melakukan sesuatu jika ada laki-laki yang menyertai dan

merestuinya. Tanggung jawab secara ekonomis dan pemimpin dibebankan

pada laki-laki. Setiap kali perempuan menghadapi hidup yang semakin berat,

kemungkinan menyerah dan masuk ke dalam perlindungan laki-laki selalu

ada. Hal ini mengurangi kuatnya keinginan untuk bertahan mandiri.

Perempuan cenderung berkembang menjadi pribadi yang tergantung pada

laki-laki baik secara ekonomis maupun psikologis.

f. Ketakutan kehilangan feminitas

Kaum perempuan diserang kepanikan gender yakni ketakutan bahwa

kesuksesan dan kemandirian ketika bekerja adalah tidak feminine. Perempuan

takut akan kehilangan karakteristik sebagai individu yang penuh kasih sayang,

berbudi halus, hangat, kalem dan suka berhati-hati.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

cinderella complex terdiri dari aspek cenderung merendahkan diri kepada orang

lain, tidak mandiri, dan aspek mendapatkan cinta, pertolongan, dan perlindungan,

mengharapkan pengarahan dari orang lain, kontrol diri eksternal, rendahnya harga

diri, menghindari tantangan dan kompetisi, mengandalkan laki-laki, dan aspek

Aspek-aspek tersebut dapat dilihat dari penjelasan Dowling dalam

bukunya Tantangan Wanita Modern: Ketakutan Wanita akan Kemandirian yaitu

bahwa wanita yang tampak dari luar sangat berhasil juga cenderung untuk

„merendahkan diri mereka kepada orang lain‟ (Dowling, 1995:17). Penjelasan tersebut menjelaskan bahwa adanya aspek rendahnya harga diri dalam variabel

cinderella complex.

Beberapa penelitian psikologi terakhir telah menyatakan bahwa ragu-diri itu merupakan karakteristik wanita saat ini. “Kami menemukan bahwa kualitas-kualitas kepasifan, ketergantungan, dan terutama kurangnya harga diri merupakan

variabel-variabel yang berulang kali terbukti membedakan pria dengan wanita”

demikian laporan psikolog Judith Bardwick tentang penelitian yang dilakukan di

Universitas Michigan (Dowling, 1995:25). Pemaparan tersebut menjelaskan

bahwa terdapat aspek tergantung kepada orang lain (keinginan untuk

diselamatkan atau dilindungi); keragu-raguan terutama akan kemampuannya;

pasif, menghindari tantangan dan kompetisi merupakan aspek-aspek dari

cinderella complex.

Aspek-aspek cinderella complex yang diungkapkan oleh Dowling yang

akan digunakan sebagai dasar teori dalam penyusunan alat ukur pada penelitian

ini, yaitu rendahnya harga diri, tergantung kepada orang lain, mengharap

pengarahan orang lain, kontrol diri eksternal, serta menghindari tantangan dan

kompetisi.

1. Aspek rendahnya harga diri, sesuai penjelasan Dowling dalam bukunya

wanita yang tampak dari luar sangat berhasil juga cenderung untuk

„merendahkan diri mereka kepada orang lain‟ (Dowling, 1995:17). Selain itu, dari beberapa penelitian psikologi terakhir telah menyatakan bahwa ragu-diri

itu merupakan karakteristik wanita saat ini. “Kami menemukan bahwa kualitas-kualitas kepasifan, ketergantungan, dan terutama kurangnya harga diri

merupakan variabel-variabel yang berulang kali terbukti membedakan pria

dengan wanita” demikian laporan psikolog Judith Bardwick tentang penelitian yang dilakukan di Universitas Michigan (Dowling, 1995:25).

2. Aspek tergantung kepada orang lain, bahwa sejak kecil wanita selalu didorong

untuk bersikap tergantung sampai pada derajat yang tidak sehat (Dowling,

1995:3). Selain itu sesuai uraian pada aspek rendahnya harga diri yang

dikemukakan oleh Judith Bardwick bahwa “Kami menemukan bahwa

kualitas-kualitas kepasifan, ketergantungan, dan terutama kurangnya harga diri

merupakan variabel-variabel yang berulang kali terbukti membedakan pria

dengan wanita” (Dowling, 1995:25).

3. Aspek mengharapkan pengarahan orang lain, kecenderungan perempuan

untuk tergantung secara psikis yang ditunjukkan dengan adanya keinginan

yang kuat untuk dirawat dan dilindungi orang lain terutama laki-laki serta

keyakinan bahwa sesuatu dari luarlah yang akan menolongnya (Dowling,

1995:17). Anggriany dan Astuti (2003:43) berpendapat bahwa tindakan atau

keputusan akan diambil apabila sudah melalui tahap meminta pendapat dan

4. Aspek kontrol diri eksternal, perempuan cenderung beranggapan bahwa

peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya merupakan akibat dari faktor

luar, misalnya keberuntungan. Selain itu, cenderung tidak mempunyai kontrol

untuk memecahkan masalah sendiri atau mempengaruhi lingkungan (Masrun,

dkk., 1986:12-13).

5. Aspek menghindari tantangan dan kompetisi, sesuai yang dikemukan

Symonds bahwa para wanita berbakat sering kali enggan maju terus untuk

mencapai posisi yang sepenuhnya mandiri dan menonjol (Dowling, 1995:27).

Hal tersebut didukung dengan pendapat Dowling (1995:29) bahwa wanita

seringkali menekan inisiatif dan membuang aspirasinya, lalu berubah menjadi

terlalu tergantung, disertai dengan perasaan tidak aman yang sangat mendalam

serta ketidakpastian mengenai kemampuan serta nilai diri mereka.

Aspek yang diungkap oleh Symond tidak digunakan sebagai dasar dalam

membuat alat ukur karena telah terwakili oleh aspek-aspek yang diungkap oleh

Dowling. Selain itu, aspek-aspek yang diungkap oleh Anggriyani dan Astuti juga

sudah termasuk dalam kelima aspek dalam penelitian ini.

Dalam dokumen CINDERELLA COMPLEX PADA MAHASISWI SKRIPSI (Halaman 31-36)

Dokumen terkait