• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek – Aspek dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri Diri

Dalam dokumen Penerimaan diri pada penderita glaukoma (Halaman 33-41)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penerimaan Diri

3. Aspek – Aspek dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri Diri

a. Aspek – Aspek Penerimaan Diri

Berdasarkan pemahaman tentang penerimaan diri, Hurlock ( 1974 ),

mengemukakan beberapa aspek dalam penerimaan diri, yaitu sebagai

berikut :

1. Pemahaman dan Perspektif tentang Diri

Pemahaman ini terkait dengan kesempatan seseorang untuk

mengenali kemampuan yang dimiliki, namun tetap tidak

mengabaikan ketidakmampuannya. Mereka memandang

mereka mampu mengungkapkan dengan baik mengenai persepsi

tentang dirinya yang sebenarnya. Menurut Jersild ( 1985 ), mereka

yang memiliki pemahaman atas dirinya adalah mereka yang yakin

atas diri mereka dan memiliki perhitungan akan keterbatasan diri,

lebih menghargai diri sendiri, dan tidak melihat diri secara

irasional. Hal ini ditegaskan oleh Sheerer ( dalam Cronbach, 1963

), bahwa dengan kondisi apapun mereka tidak menyalahkan diri

sendiri akan keterbatasan yang dimilikinya dan tidak mengingkari

kelebihan yang dimiliki karena mereka memiliki keyakinan akan

kemampuannya dalam menghadapi kehidupan, serta menganggap

dirinya berharga sebagai seseorang yang juga sederajat dengan

orang lain.

2. Tidak Adanya Tekanan Emosi

Keadaan dimana seseorang tidak mengalami sebuah tekanan emosi

yang berat, akan membuat seseorang dapat bekerja sebaik

mungkin, merasa bahagia, sehingga mereka memiliki orientasi atas

dirinya. Hal ini terjadi pada saat seseorang mampu merelaksasikan

kemarahan, kekecewaan, dan rasa frustasi yang dialaminya.

Kondisi ini dapat menjadi dasar sebuah evaluasi dan penerimaan

diri yang baik.

3. Respon terhadap Penilaian Orang Lain

Pada saat menerima penilaian dari orang lain seperti pujian

Jersild ( 1985 ), mereka juga memiliki kemampuan dalam

menerima kritikan dari orang lain, bahkan mereka dapat

memperoleh esensi dari penerimaan mereka atas kritikan yang

ditujukan pada dirinya.

4. Perilaku Sosial yang Baik

Pada saat seseorang mampu berperilaku baik , berusaha

menghormati aspek – aspek yang dimiliki orang lain dan mengikuti kebiasaan sosial di lingkungannya, maka ia akan mendapat

perlakuan dan penerimaan yang baik dari orang disekitarnya.

Dengan adanya penerimaan dari lingkungan sekitar inilah yang

membuat seseorang juga akan mampu menerima dirinya sendiri.

5. Harapan yang Realistis

Hal ini berkontribusi untuk kepuasan diri dalam eksistensi untuk

mencapai penerimaan diri. Harapan ini timbul jika seseorang

mampu menentukan sendiri harapannya, yang disesuaikan dengan

pemahamannya mengenai kemampuan yang dimilikinya. Harapan

menjadi hal penting karena menurut Adler ( dalam Alwisol, 2008 ),

kepribadian seseorang dibangun oleh keyakinan subjektif diri

sendiri mengenai masa depannya. Jersild ( 1985 ), mengungkapkan

dalam uasaha untuk mencapai sebuah harapan seseorang

memerlukan keseimbangan antara “ real self “ dan “ Ideal self “.

Pada saat seseorang memiliki sebuah harapan, mereka menyadari

merupakan sesuatu yang dianggapnya baik. Akan tetapi, dalam

proses mewujudkan sebuah harapan seseorang harus melakukan

sesuai dengan konteks yang dapat dicapainya, sehingga nantinya

mereka tidak mengalami kekecewaan. Hal ini penting karena

menurut Sheerer ( dalam, Cronbach, 1963 ) karena mereka yang

memliki harapan harus tetap bertanggungjawab atas perilakunya.

b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Upaya Penerimaan Diri

Berdasarkan pemahaman tentang aspek – aspek dalam penerimaan diri, Hurlock ( 1974 ) mengemukakan tentang faktor – faktor yang mempengaruhi upaya penerimaan diri seseorang, antara lain adalah :

1. Keberhasilan

Hal ini berkaitan dengan keberhasilan yang pernah dialami

seseorang yang dapat menimbulkan penerimaan diri, sedangkan

kegagalan yang dialami dapat mengakibatkan adanya penolakan

atas dirinya.

2. Pola Asuh di Masa Kecil

Menurut Santrock (1995), pola asuh sendiri terbagi menjadi empat,

yaitu :

a. Pengasuhan Otoriter

Suatu gaya membatasi dan menghukum anak untuk mengikuti

perintah orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha.

perbandingan sosial, gagal memprakasai kegiatan, dan memilii

keterampilan komunikasi yang rendah.

b. Pengasuhan otoritatif atau Demokratis

Pengasuhan dimana orang tua mendorong anak agar mandiri

tetapi masih menetapkan batasan – batasan atas tindakan mereka. Mereka dengan orang tua yang otoritatif berkompeten

secara sosial, percaya diri, dan bertanggungjawab secara sosial.

selain itu, mereka dapat menghargai diri sendiri dan mampu

mengontrol perilakunya.

c. Pengasuhan Permissive–Indifferent

Gaya pengasuhan dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam

kehidupan anak. Mereka dengan orang tua seperti itu akan

inkompeten secara sosial, mereka memperlihatkan kendali diri

yang buruk dan tidak membangun kemandirian yang baik.

d. Pengasuhan Permissive-Indulgent

Pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan

anak tetapi menetapkan sedikit batas terhadap anak – anak. Orang tua seperti itu membiarkan anak melakukan segala hal

yang diinginkan akibatnya mereka tidak pernah belajar

mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu

mengharapkan kemauan mereka dituruti.

Apabila seorang individu itu yang tidak memiliki konsep diri

stabil, maka terkadang individu tersebut akan menyukai dirinya,

dan kadang ia tidak menyukai dirinya sehingga akan sulit

menunjukan pada orang lain siapa dirinya yang sebenarnya.

Menurut Rogers ( dalam Alwisol, 2008 ) konsep diri merupakan

konsepsi orang mengenai dirinya sendiri, ciri - ciri yang

dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Konsep diri juga

mengggambarkan pandangan diri dalam kaitannya dengan berbagai

perannya dalam kehidupan dan hubungan interpersonal. Menurut

Feist dan Feist ( 2010 ) konsep diri yang sudah terbangun tidak

mungkin membuat perubahan sama sekali . Perubahan biasanya

paling mudah terjadi ketika adanya penerimaan dari orang lain,

yang membantu seseorang untuk mengurangi kecemasan dan

ancaman serta untuk mengakui dan menerima pengalaman – pengalaman yang sebelumnya ditolak .

4. Identifikasi pada Orang yang Mampu Mampu Menyesuaikan Diri

dengan Baik

Mengidentifikasikan diri dengan orang yang well adjusted akan berpengaruh pada perkembangan seseorang dalam membangun

sikap-sikap yang positif terhadap diri sendiri dan bertingkah laku

dengan baik. Hal ini bisa menimbulkan penilaian dan penerimaan

diri yang baik.

Hal ini terkait dengan dukungan dan kesempatan dari orang

disekitar dalam mewujudkan sebuah harapan seseorang. Jika

seseorang sudah memiliki harapan yang realistis, tetapi apabila

lingkungan disekitarnya tidak memberikan kesempatan atau

bahkan menghalangi, maka harapan orang tersebut tentu akan sulit

tercapai.

Selain itu, Jersild ( 1985 ) juga mengemukakan bahwa terdapat

beberapa faktor yang berpengaruh dalam upaya penerimaan diri

seseorang, yaitu :

1. Usia

Penerimaan diri seseorang cenderung sejalan dengan usia orang

tersebut. Apabila semakin matang dan dewasa seseorang semakin

tinggi pula tingkat penerimaan dirinya.

2. Pendidikan

Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan

memiliki kesempatan lebih banyak untuk mengembangkan potensi

dan kemampuan yang dimilikinya, sehingga semakin tinggi pula

kepuasan diri yang diraihnya. Seseorang yang merasa puas dengan

dirinya, akan lebih menerima dirinya secara lebih realistis

3. Keadaan Fisik

Kondisi fisik yang berbeda – beda antar individu akan mempengaruhi tingkat penerimaan diri yang dimilikinya.

4. Dukungan Sosial

Upaya penerimaan diri akan lebih mudah dilakukan pada mereka

yang memperoleh perlakuan menyenangkan dan dukungan sosial

dari orang disekitarnya. Cohen dan Syme (dalam Gottlieb, 1988)

mengklasifikasikan dukungan sosial menjadi empat jenis, yaitu:

a. Dukungan informasi

Dukungan ini berupa pemberian penjelasan tentang situasi dan

segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang

dihadapi oleh individu. Dukungan ini meliputi pemberian

nasehat, petunjuk, masukan atau penjelasan tentang bagaimana

seseorang bersikap.

b. Dukungan emosional

Meliputi ekspresi empati misalnya dengan mendengarkan,

bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa

yang dikeluhkan, berusaha memahami, serta ekspresi kasih

sayang dan perhatian. Dukungan emosional akan membuat

individu penerima dukungan merasa berharga, nyaman, aman,

dan disayangi.

c. Dukungan Instrumental

Berupa bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat

fasilitas atau materi, misalnya menyediakan fasilitas yang

diperlukan, meminjamkan uang, memberikan makanan, atau

d. Dukungan Penilaian

Dukungan yang berupa penilaian yang positif, penguatan untuk

melakukan sesuatu, umpan balik atau menunjukkan

perbandingan sosial yang membuka wawasan seseorang yang

sedang dihadapkan pada situasi stres.

5. Pola Asuh

Menurut Hurlock ( 1974 ) pola asuh yang demokratis membuat

anak merasa dihargai dalam keluarga. Anak yang lebih dihargai

akan cenderung menghargai diri sendiri dan mampu

memperkirakan tanggungjawab yang harus dimilikinya, sehingga

ia akan mampu mengendalikan perilakunya dengan kerangka

aturan yang dibuatnya dengan berpedoman pada norma – norma yang berlaku di masyarakat.

Dalam dokumen Penerimaan diri pada penderita glaukoma (Halaman 33-41)

Dokumen terkait