• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek-aspek Independensi Akuntan Publik di Pasar Modal

BAB II INDEPENDENSI AKUNTAN PUBLIK DI PASAR MODAL

D. Independensi Akuntan Publik di Pasar Modal

3. Aspek-aspek Independensi Akuntan Publik di Pasar Modal

Independensi akuntan publik mencakup dua aspek, yaitu: 187

1. Independensi sikap mental, yang ditentukan oleh pikiran akuntan publik untuk bertindak independen; 188 keadaan pikiran yang memungkinkan ekspresi sebuah kesimpulan tanpa dipengaruhi oleh pengaruh yang mengkompromikan penilaian profesional, memungkinkan seorang individu untuk bertindak dengan integritas dan menerapkan objektivitas dan skeptisisme profesional.189

2. Independensi penampilan, yang ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi akuntan publik secara individu maupun secara keseluruhan.190 Menghindari fakta-fakta dan keadaan yang sangat signifikan, sehingga pihak ketiga yang masuk akal dan memiliki informasi, yang memiliki pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, termasuk perlindungan yang diterapkan, secara logis akan menyimpulkan integritas, objektivitas atau skeptisisme profesional perusahaan atau anggota tim penjaminan telah disetujui. 191

Mautz mengemukakan bahwa independensi akuntan publik dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 192

187

R.A. Supriyono, Ibid., hlm. 20.

188 Ibid.

189

Leonardo J. Brooks dan Paul Dunn, Etika Bisnis dan Profesi untuk Direktur, Eksekutif, dan

Akuntan, Edisi 5, Buku 2, (Jakarta: Salemba Empat, 2012), hlm. 182-183.

190

R.A. Supriyono, Loc. Cit.

191

Leonardo J. Brooks dan Paul Dunn, Loc. Cit.

192

1.

Independensi praktisi adalah independensi nyata dari praktisi secara individual di dalam melaksanakan pekerjaannya. Independensi praktisi didasarkan pada pernyataan pikiran (state of mind), praktisi secara individual harus mempertahankan kejujuran untuk tidak menaruh kepentingan dalam merumuskan dan menggambarkan pendapatnya, yang berarti menggunakan pertimbangan yang tidak memihak dan obyektif terhadap fakta-fakta sebagai penentu pendapatnya. Praktisi secara individual harus memiliki pengetahuan yang seksama terhadap tekanan-tekanan dan faktor- faktor yang mempengaruhi independensi praktisi agar dapat mempertahankan sikap independen dengan baik. Independensi praktisi digolongkan ke dalam tiga bagian, yaitu:

Independensi praktisi (Practitioner Independence)

193

a. Independensi penyusunan program yaitu bebas dari pengendalian dan pengaruh yang tidak sepantasnya dalam memilih teknik-teknik dan prosedur pemeriksaan serta dalam penerapan teknik-teknik dan prosedur tersebut. Akuntan publik disyaratkan harus memiliki kebebasan untuk mengembangkan program- programnya sendiri, termasuk langkah-langkah yang tercakup dan jumlah pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam keseluruhan pelaksanaan perjanjian pemeriksaan. Pedoman atau petunjuk independensi penyusunan program adalah sebagai berikut: 194

193

Ibid., hlm. 28.

194

1) Bebas dari campur tangan manajerial atau perselisihan yang bermaksud untuk mengeliminasi, menentukan, atau memodifikasi bagian-bagian tertentu yang diperiksa.

2) Bebas dari campur tangan dengan atau suatu sikap tidak mau bekerja sama mengenai penerapan prosedur yang dipilih.

3) Bebas dari usaha-usaha pihak lain terhadap subyek pekerjaan pemeriksaan untuk memeriksa selain yang disediakan untuk proses pemeriksaan.

b. Independensi investigatif adalah bebas pengendalian atau pengaruh yang tidak sepantasnya dalam pemilihan bidang-bidang, kegiatan-kegiatan, hubungan pribadi, dan kebijaksanaan manajerial yang akan diperiksa, hal ini mensyaratkan bahwa tidak ada sumber informasi yang sah yang tertutup untuk akuntan publik. Pedoman atau petunjuk independensi investigatif adalah sebagai berikut: 195

1) Langsung dan bebas mengakses semua buku-buku, catatan-catatan, pejabat, dan karyawan perusahaan, serta sumber informasi lain yang berhubungan dengan kegiatan, kewajiban-kewajiban, dan sumber-sumber bisnis.

2) Aktif bekerja sama dengan pribadi manajerial selama pelaksanaan pemeriksaan akuntan publik.

3) Bebas dari usaha-usaha manajerial untuk menentukan atau menunjuk kegiatan yang akan diperiksa atau untuk menentukan dapat diterimanya masalah pembuktian.

4) Bebas dari kepentingan pribadi atau hubungan yang mengarah untuk mengeluarkan dari atau membatasi pemeriksaan pada kegiatan-kegiatan, catatan, orang-orang tertentu yang seharusnya tercakup dalam pemeriksaan. c. Independensi pelaporan adalah bebas dari pengendalian atau pengaruh yang tidak

sepantasnya dalam menyatakan fakta-fakta yang ditemukan dalam pemeriksaan atau dalam memberikan rekomendasi atau pendapat sebagai hasil pemeriksaan. Petunjuk atau pedoman independensi adalah sebagai berikut: 196

1) Bebas dari perasaan kesetiaan atau kewajiban untuk memodifikasi pengaruh fakta-fakta yang dilaporkan pada pihak tertentu.

195 Ibid.

196

2) Menghindari praktek untuk meniadakan persoalan-persoalan penting dari laporan formal ke laporan informal bentuk tertentu yang disenangi.

3) Menghindari bahasa atau istilah-istilah yang mendua arti secara sengaja atau tidak sengaja dalam pelaporan fakta-fakta, pendapat, dan rekomendasi, serta dalam penafsirannya.

4) Bebas dari usaha-usaha tertentu untuk mengesampingkan pertimbangan- pertimbangan akuntan pemeriksa terhadap isi laporan pemeriksaan yang mencukupi, baik fakta maupun pendapatnya.

2. Independensi profesi (Profession Independence)

Independensi profesi adalah independensi penampilan akuntan publik sebagai suatu kelompok profesi. Jika masyarakat, khususnya para pemakai langsung laporan pemeriksaan akuntan, mempunyai kepercayaan dan integritas profesi maka akuntan publik secara individual maupun keseluruhan profesi dapat mempunyai kesempatan secara maksimal dalam memberikan jasanya kepada mereka. Independensi profesi ini sangat erat dengan persepsi atau perasaan independensi (perceived-independence) masyarakat terhadap independensi akuntan publik. Paham independensi masyarakat terhadap akuntan publik terbentuk karena pengamatan secara langsung maupun tidak langsung. Jika dari pengamatannya masyarakat mengetahui bahwa seorang akuntan publik, dan lebih-lebih jika banyak akuntan publik, bertindak tidak independen maka masyarakat kemungkinan tidak mempercayai profesi akuntan publik secara keseluruhan. Akuntan publik secara individu atau keseluruhan profesi harus dapat mempertahankan independensi profesi.

Rusaknya independensi profesi mengakibatkan timbulnya kesulitan bagi para pemakai laporan keuangan. Mereka mungkin berpendapat bahwa menggunakan laporan keuangan perusahaan yang tidak diperiksa akuntan publik sama saja dengan

menggunakan laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik, atau mungkin mereka lebih mempercayai laporan keuangan yang disajikan langsung oleh perusahaan dari pada yang diperiksa oleh akuntan publik. Hilangnya kepercayaan terhadap independensi profesi juga harus dibayar mahal oleh masyarakat dan akuntan publik. Jika masyarakat tidak menaruh kepercayaan pada laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan, mereka bukannya menggunakan akuntan publik untuk memeriksa laporan keuangan tersebut, tetapi mereka cenderung memiliki sendiri petugas atau unit pemeriksa dan dengan kekuatan yang mungkin ada padanya memaksa perusahaan mau diperiksa oleh petugasnya. Pemilikan petugas atau unit pemeriksa sendiri memerlukan biaya yang mahal bagi para pemakai laporan keuangan.197

Akuntan publik tidak mempunyai alat pengendalian yang melekat di dalam diri mereka untuk dapat secara otomatis menjamin agar masyarakat tidak meragukan independensi dan integritas profesinya. Seluruh anggota profesi akuntan publik harus menyadari bahwa pemeliharaan dan mempertahankan independensi profesi merupakan faktor penting untuk mengembangkan profesi akuntan publik. Keragu- raguan masyarakat atau rusaknya independensi akuntan publik yang disebabkan oleh satu kantor akuntan publik mengakibatkan masyarakat meragukan independensi

Hilangnya kepercayaan masyarakat mengakibatkan akuntan publik tidak dapat memberikan jasanya kepada masyarakat. Keadaan ini dapat mengakibatkan jasa profesi akuntan publik secara keseluruhan, tidak terbatas pada pekerjaan pemeriksaan akuntan, tidak dapat berkembang.

197

akuntan publik secara keseluruhan atau profesi. Mereka harus menghindarkan faktor- faktor yang dapat merusak atau mengurangi independensi profesi akuntan publik yang pada dasarnya adalah independensi penampilan akuntan publik. 198

Berdasarkan Peraturan Nomor VIII.A.2 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-86/BL/2011 tanggal 28 Februari 2011 tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa di Pasar Modal: 199

Dalam memberikan jasa profesional, khususnya dalam memberikan opini, Akuntan wajib mempertahankan sikap independen. Akuntan tidak independen apabila selama periode audit dan selama periode penugasan profesionalnya, baik Akuntan, Kantor Akuntan Publik, maupun Orang Dalam Kantor Akuntan Publik:

a. Mempunyai kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung yang material pada klien, seperti:

1) Investasi pada klien, atau

2) Kepentingan keuangan lain pada klien yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.

b. Mempunyai hubungan pekerjaan dengan klien, seperti: 1) Merangkap sebagai karyawan kunci pada klien;

2) Memiliki anggota keluarga dekat yang bekerja pada klien sebagai karyawan kunci dalam bidang akuntansi atau keuangan;

3) Mempunyai mantan rekan atau karyawan profesional dari kantor akuntan publik yang bekerja pada klien sebagai karyawan kunci dalam bidang akuntansi atau keuangan, kecuali setelah lebih dari satu tahun tidak bekerja lagi pada Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan; atau

4) Mempunyai rekan atau karyawan profesional dari Kantor Akuntan Publik yang sebelumnya pernah bekerja pada klien sebagai karyawan kunci dalam bidang akuntansi atau keuangan, kecuali yang bersangkutan tidak ikut melaksanakan

audit terhadap klien tersebut dalam Periode Audit.

c. Mempunyai hubungan usaha secara langsung atau tidak langsung yang material dengan klien, atau dengan karyawan kunci yang bekerja pada klien, atau dengan pemegang saham utama klien. Hubungan usaha dalam butir ini tidak termasuk hubungan usaha dalam hal Akuntan, Kantor Akuntan Publik, atau Orang Dalam Akuntan Publik memberikan jasa audit, review, atestasi lainnya, dan/atau non

198 Ibid.

199

Pasal 3 Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-86/BL/2011 tanggal 28 Februari 2011 tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa di Pasar Modal.

atestasi kepada klien, atau merupakan konsumen dari produk barang atau jasa klien dalam rangka menunjang kegiatan rutin.

d. Memberikan jasa non atestasi kepada klien seperti:

1) Pembukuan atau jasa lain yang berhubungan dengan catatan akuntansi klien atau laporan keuangan;

2) Desain sistem informasi keuangan dan implementasi; 3) Audit internal;

4) Konsultasi manajemen;

5) Konsultasi sumber daya manusia; 6) Penasehat keuangan;

7) Jasa perpajakan, kecuali telah memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Komite Audit.

Persetujuan Komite Audit tersebut tidak termasuk jasa perpajakan untuk mewakili klien di dalam maupun di luar pengadilan perpajakan dan/atau bertindak untuk dan atas nama klien dalam perhitungan dan pelaporan perpajakan; atau

8) Jasa-jasa lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.

e. Memberikan jasa atau produk kepada klien dengan dasar Fee Kontinjen atau komisi, atau menerima Fee Kontinjen atau komisi dari klien, kecuali Fee

Kontinjen ditetapkan oleh pengadilan sebagai hasil penyelesaian hukum temuan badan pengatur dan/atau perpajakan.

f. Memiliki sengketa hukum dengan klien.

Upaya yang dibutuhkan untuk memelihara independensi akuntan publik, antara lain:200

a. Kewajiban Hukum, adanya sanksi hukum bagi akuntan publik yang tidak independen.

b. Standar auditing yang berlaku umum, sebagai pedoman yang mengharuskan akuntan publik mempertahankan sikap independen, untuk semua hal yang berkaitan dengan penugasan.

c. Standar Pengendalian Mutu, salah satu standar pengendalian mutu mensyaratkan kantor akuntan publik untuk menetapkan kebijakan dan prosedur guna memberikan jaminan yang cukup bahwa semua staf independen.

d. Komite Audit, merupakan sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen.

Komite Audit akan memutuskan kantor akuntan publik mana yang akan diberi tugas, dan menentukan ruang lingkup pekerjaan, melakukan pertemuan untuk

200

Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, Auditing, Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan

membahas hasil audit, dan membantu menengahi bila terjadi perselisihan antara manajemen dan akuntan publik.

e. Komunikasi dengan akuntan publik pendahulu. Auditor pengganti melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu sebelum menerima penugasan, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi mengenai integritas manajemen.

f. Penjajagan pendapat mengenai penerapan prinsip akuntansi. Tujuan untuk meminimalisasi kemungkinan manajemen menjalankan praktik membeli pendapat, hal ini merupakan ancaman potensial terhadap independensi.

Dokumen terkait