• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2. Aspek-aspek Intensi Menyontek

Belum ada teori yang membahas mengenai intensi menyontek, sehingga aspek-aspek intensi menyontek diperoleh dari bentuk-bentuk perilaku menyontek menurut Klausmeier, yang disertai dengan aspek-aspek intensi menurut Fishbein dan Ajzen.

Intensi sebagai niat untuk melakukan suatu perilaku demi mencapai tujuan tertentu memiliki beberapa aspek. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975, h. 292) intensi memiliki empat aspek, yaitu:

a. Perilaku (behavior), yaitu perilaku spesifik yang nantinya akan diwujudkan. Pada konteks menyontek, perilaku spesifik yang akan diwujudkan merupakan bentuk-bentuk perilaku menyontek yang diungkapkan oleh Klausmeier (1985, h. 388), yaitu menggunakan catatan jawaban sewaktu ujian/ulangan, mencontoh jawaban siswa lain, memberikan jawaban yang telah selesai pada teman, dan mengelak dari aturan-aturan.

b. Sasaran (target), yaitu objek yang menjadi sasaran perilaku. Objek yang menjadi sasaran dari perilaku spesifik dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu orang tertentu/objek tertentu (particular object), sekelompok orang/sekelompok objek (a class of object), dan orang atau objek pada umumnya (any object). Pada konteks menyontek, objek yang menjadi sasaran perilaku dapat berupa catatan jawaban, buku, telepon genggam, kalkulator, maupun teman.

c. Situasi (situation), yaitu situasi yang mendukung untuk dilakukannya suatu perilaku (bagaimana dan dimana perilaku itu akan diwujudkan). Situasi dapat pula diartikan sebagai lokasi terjadinya perilaku. Pada konteks menyontek, menurut Sujana dan Wulan (1994, h. 3) perilaku tersebut dapat muncul jika siswa merasa berada dalam kondisi terdesak, misalnya diadakan pelaksanaan ujian secara mendadak, materi ujian terlalu banyak, atau adanya beberapa ujian yang diselenggarakan pada hari yang sama sehingga siswa merasa kurang memiliki waktu untuk belajar. Situasi lain yang mendorong siswa untuk menyontek menurut Klausmeier (1985, h. 388) adalah jika siswa merasa perilakunya tidak akan ketahuan. Meskipun ketahuan, hukuman yang diterima tidak akan terlalu berat.

d. Waktu (time), yaitu waktu terjadinya perilaku yang meliputi waktu tertentu, dalam satu periode atau tidak terbatas dalam satu periode, misalnya waktu yang spesifik (hari tertentu, tanggal tertentu, jam tertentu), periode tertentu (bulan tertentu), dan waktu yang tidak terbatas (waktu yang akan datang).

Sependapat dengan Fishbein dan Ajzen, Smet (1994, h. 166) juga mengemukakan bahwa intensi memiliki empat aspek, yaitu:

a. Tindakan (action), bahwa intensi akan menimbulkan suatu perilaku. b. Sasaran (target), merupakan objek yang menjadi sasaran dari perilaku.

c. Konteks (context), menunjukkan pada situasi yang mendukung munculnya perilaku.

Berdasarkan aspek-aspek intensi dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa intensi memiliki empat aspek, yaitu perilaku atau tindakan, sasaran, situasi, dan waktu.

Sesuai definisinya, intensi merupakan niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan aspek utama dari intensi. Perilaku dapat berdiri sendiri atau digabung dengan aspek lainnya supaya lebih spesifik. Fishbein dan Ajzen (dalam Sarwono, 1997, h. 245) menjelaskan bahwa pengukuran yang dilakukan dapat memperkirakan perilaku yang muncul dengan lebih spesifik jika aspek-aspek intensi dimasukkan dalam pembuatan aitem. Semakin lengkap aspek intensi yang dipakai, maka akan semakin spesifik informasi yang didapatkan untuk memprediksi intensi perilaku individu.

Fishbein dan Ajzen (1975, h. 292-297) menjelaskan bahwa masing-masing aspek intensi memiliki tingkat spesifikasi, pada tingkat yang paling spesifik, seseorang berniat untuk menampilkan perilaku tertentu berkaitan dengan suatu objek tertentu, pada situasi dan waktu yang spesifik. Intensi memiliki lima tingkat spesifikasi. Semakin ke bawah, perilaku, situasi, dan waktu akan semakin spesifik, yang berarti intensinya akan menjadi lebih spesifik.

Tingkat pertama adalah intensi global yang merupakan kecenderungan seseorang untuk menunjukkan rasa senang atau tidak senangnya yang terwujud dalam perilaku terhadap suatu objek. Intensi global dapat dilihat secara langsung dengan bertanya pada seseorang untuk mengindikasikan apakah orang tersebut bermaksud menunjukkan reaksi mendukung atau tidak mendukung suatu objek. Tingkat kedua adalah tingkat intensi kelompok (cluster). Pengukuran terhadap

intensi ini dapat dilakukan dengan memberi pertanyaan yang bersifat umum. Tingkat yang ketiga, perilaku sudah berupa perilaku yang spesifik. Tingkat berikutnya, tingkat keempat, perilaku akan menjadi lebih spesifik dengan adanya situasi atau waktu yang tertentu. Tingkatan yang terakhir adalah tingkat kelima, yang merupakan tingkatan paling spesifik, yaitu intensi untuk melakukan perilaku spesifik, terhadap objek yang spesifik, pada situasi dan waktu yang spesifik. Contoh spesifikasi intensi dapat dilihat dalam bagan berikut ini:

Gambar 1. Tingkat Spesifikasi Intensi (Fishbein dan Ajzen, 1975, h. 296)

Tingkatan I. Global II. Kelompok /cluster III. Perilaku Spesifik IV. Perilaku & situasi atau waktu spesifik V.Perilaku, situasi & waktu spesifik

Menurut Klausmeier (1985, h. 388), menyontek dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:

a. Menggunakan catatan jawaban sewaktu ujian/tes.

Survei yang dilakukan oleh Mulyana (2002) memperoleh informasi bahwa bentuk menyontek yang sering dilakukan adalah menulis contekan dalam kertas

Intensi untuk menunjukkan perilaku positif atau negatif terhadap orang tertentu

Subordinat - Superordinat

Mengagumi Pertemanan Jarak sosial Hubungan dengan lawan jenis Memuji suatu usulan di sekolah, di tempat kerja Memuji suatu usulan, Mengagumi ide seseorang Bekerja untuk, Diperintah oleh Makan dengan, Diperlakukan dengan sama Mengundang ke kelompok saya, Mengeluarkan dari lingkungan saya Pergi kencan dengan, Menikah Bekerja shift malam, sepanjang hari Makan bersama di restoran, di rumah Mengundang ke kelompok saya pada hari Minggu, pada Jumat malam Makan bersama di rumah pada Minggu pagi Mengundang ke klub tenis pada Jumat malam Kencan ke klab malam pada hari Rabu jam 3 pagi Bekerja di pabrik pada shift malam Memuji saran di sekolah, pada Senin pagi Pergi ke klab malam, menonton film saat kencan

yang kemudian dilipat kecil, menulis pada kertas tisu, menulis contekan di atas meja, menulis di tangan, atau mencatat pada kalkulator yang memiliki memori. b. Mencontoh jawaban siswa lain.

c. Memberikan jawaban yang telah selesai kepada teman.

d. Mengelak dari peraturan-peraturan ujian, baik yang tertulis dalam peraturan ujian maupun yang ditetapkan oleh guru.

Bentuk-bentuk perilaku menyontek mengalami perkembangan. Menurut Alhadza (1998), perilaku menyontek sekarang ini ditemukan dalam bentuk:

a. Perjokian seperti kasus yang sering terjadi dalam ujian. Misalnya dalam ujian masuk perguruan tinggi, seperti yang terjadi dalam Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

b. Memberi lilin/pelumas atau menebarkan atom magnet pada lembar jawab komputer untuk mengecoh mesin scanner komputer, sehingga gagal mendeteksi jawaban dan menganggap semua jawaban benar.

Berdasarkan uraian mengenai bentuk-bentuk perilaku menyontek, dapat disimpulkan bentuk-bentuk perilaku menyontek adalah menggunakan catatan jawaban sewaktu ujian/tes, mencontoh jawaban siswa lain, memberikan jawaban yang telah selesai kepada teman, dan mengelak dari aturan-aturan.

Dokumen terkait