• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kepercayaan Diri

3. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri

Berdasarkan ciri-ciri di atas, peneliti menyimpulkan bahwa aspek-aspek dari kepercayaan diri adalah sebagai berikut:

a. Memiliki Konsep Diri Yang Positif

Iswidharmanjaya (2004: 68) mengatakan bahwa konsep diri adalah gambaran yang dipegang seseorang menyangkut dirinya sendiri. Untuk menjadi pribadi yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi diperlukan konsep diri yang positif.

Konsep diri adalah penilaian menyeluruh tentang kepribadian seseorang. Konsep diri berasal dari evaluasi subjektif kita sendiri tentang perilaku kita sendiri. Kita cenderung menilai secara subjektif perilaku kita sendiri. Oleh sebab itu, konsep diri dapat bersifat positif dan negatif (Bruno,1989: 270).

Jika seseorang memiliki konsep diri yang negatif maka ia akan dikuasai perasaan yang berpengaruh terhadap harga dirinya, ia akan

merasa terbuang, pesimis, merasa tidak dibutuhkan oleh orang lain, dan merasa kesepian. Selain itu, ia akan menjadi kuper (kurang pergaulan), sulit menerima diri apa adanya, pemalu, dan curiga sama orang lain (Iswidharmanjaya,2004: 68).

Keadaan seperti itu sangat mempengaruhi penerimaan dirinya. Sikap menerima diri adalah kemampuan orang untuk mengakui kenyataan diri secara apa adanya (Riyanto,2006: 52). Kemampuan untuk menerima diri ini didasarkan pada sikap penghargaan diri. Orang yang belum mampu menghargai dan menghormati kenyataan diri dan hidupnya, ia belum dapat menerima diri apa adanya. Usaha untuk menerima diri sendiri adalah belajar untuk menghargai apa pun yang ada dalam diri kita.

Apabila anak diterima, dihargai, dan dicintai oleh orang tua, guru, teman sebaya, dan orang lain yang berpengaruh maka akan terbentuk konsep diri yang positif pada diri anak (Sinurat,1993: 2). Dalam hal ini, anak akan merasa dirinya berharga dan bernilai di mata orang tuanya apabila orang tua menunjukkan kasih sayang, perhatian, penerimaan, cinta, dan kelekatan emosional yang tulus dengan anak sehingga rasa percaya diri pada anak akan berkembang.

Maka dari itu, konsep diri yang positif sangat diperlukan dalam membangun kepercayaan diri seseorang.

b. Yakin pada diri sendiri

Yakin pada diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk tidak membandingkan dirinya dengan orang lain dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain (Lauster,1990: 4). Orang akan menerima dirinya secara tulus tanpa membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain apabila ia telah meyakini kemampuan yang ia miliki dan sanggup untuk mengembangkannya (Iswidharmanjaya,2004: 36). Dalam hal ini, seseorang mampu menyadari kelebihan dan kekurangan yang ia miliki. Untuk menyadari kekurangan dan kelebihan itu diperlukan pemahaman diri.

Memahami diri dengan mengakui kekurangan dan kelebihan dalam diri akan mendukung terciptanya kepercayaan diri. Kekurangan yang ada pada dirinya akan diperbaiki dan kelebihan-kelebihan yang ia miliki akan dikembangkan sebagai modal untuk menjalani kehidupan selanjutnya. Riyanto (2006: 54) mengatakan bahwa seseorang yang mengalami dirinya sebagai pribadi yang penuh kekurangan, kelemahan, dan kegagalan akan mengalami kesulitan untuk memiliki rasa percaya diri yang kuat.

Ada keyakinan bahwa dalam setiap usaha, pasti ada suatu kegagalan dan kesalahan. Dengan adanya kegagalan, orang yang percaya diri tidak akan putus asa tetapi tetap berusaha dengan sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuan yang ia miliki agar apa yang ia harapkan dapat tercapai dengan baik. Iswidharmanjaya (2004: 33) mengartikan kemampuan adalah potensi yang dimiliki seseorang untuk meraih sesuatu. Kemampuan dapat

disamaartikan dengan bakat, kreativitas, kepandaian, prestasi, kepemimpinan, dan lain sebagainya yang dipakai untuk mengejar sesuatu.

Pemahaman diri secara fisik dan penilaian dari orang lain juga mempengaruhi kepercayaan diri setiap orang. Hampir semua orang (khususnya remaja) menjadi kurang percaya diri, karena secara fisik ia berbeda dengan orang lain dan ada ketakutan dinilai oleh orang lain.

c. Optimis

Optimis adalah pengharapan (pandangan) yang baik dari seseorang dalam menghadapi segala hal (Poerwodarminto,1982: 687). Pandangan yang baik tersebut tentu saja dipengaruhi pengalaman masa lalu. Jika pengalaman masa lalunya baik maka ia pun akan memiliki pandangan yang baik. Begitu pula sebaliknya jika pengalaman masa lalunya kurang baik maka ia pun akan memiliki pandangan yang kurang baik. Seperti yang dikatakan oleh Lauster (1990: 5) bahwa optimisme merupakan sikap jiwa yang pokok berurat berakar pada pengalaman dan kejadian masa lalu. Orang yang optimis akan selalu berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapinya sedangkan orang yang pesimis akan memaknai pendekatan pasif dalam memecahkan masalah yang ia hadapi. Orang yang optimis biasanya mempunyai kepribadian yang terbuka dan harapan-harapan baru tentang masa depan sehingga hari depan akan cemerlang.

Cara mengembangkan optimisme yaitu merubah seluruh kepribadian khususnya kejadian masa lalu yang kurang menyenangkan sehingga memunculkan suatu kesadaran baru atas diri sendiri.

d. Mandiri

Iswidharmanjaya (2004: 41) mengatakan bahwa mandiri adalah berdiri sendiri tanpa tergantung orang lain sepenuhnya. Mandiri merupakan sikap ketidaktergantungan individu pada orang lain. Ia tidak selalu memerlukan dukungan dari orang lain dalam melakukan setiap tindakan. Widarso (2005: 6) mengatakan bahwa orang yang mandiri harus lebih mengandalkan diri sendiri dan menggali kemampuan diri sendiri daripada menggantungkan diri pada orang lain. Kemandirian dalam pribadi seseorang terbentuk karena yakin pada kemampuannya serta telah mengenal kekurangan dan kelebihan yang ada dalam dirinya.

e. Memiliki Perasaan Aman

Perasaan aman merupakan suasana yang terbebas dari rasa takut, tidak ragu-ragu, dan tidak mudah cemas terhadap situasi di sekitarnya ataupun orang lain. Centi (1993: 50) mengatakan bahwa rasa tidak aman diri ini bersumber pada harga, gambaran, dan konsep diri yang rendah. Gejalanya adalah rasa malu yang keterlaluan dan pada umumnya tidak ada alasan yang tepat dan pada kesempatan yang tidak tepat pula. Oleh karena itu, orang yang pemalu selalu dihantui rasa takut ditertawakan ataupun takut ditolak oleh orang lain. Orang pemalu biasanya merasa terancam (merasa tidak

aman) oleh lebih banyak situasi dan orang-orang dari pada orang biasa yang bukan pemalu. Dalam situasi seperti itu, orang tidak mampu menghadapi segala permasalahan secara tenang.

Dokumen terkait