• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA-SISWI KELAS VIII SMP NEGERI I TEPUS GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20072008 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DESKRIPSI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA-SISWI KELAS VIII SMP NEGERI I TEPUS GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20072008 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

DESKRIPSI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA-SISWI KELAS VIII SMP NEGERI I TEPUS GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Ida Widyaningsih

031114029

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Aku percaya pada diriku dan

kemampuanku untuk mencapai tujuanku

karena dalam diriku ada kekuatan yang

lebih besar dari diriku yang menjadikan

segala yang kuangankan dengan penuh

keyakinan dapat menjadi kenyataan.

(Carmen Pernia)

kupersembahkan karya ini untuk: Tuhan Yesus yang selalu setia mendampingiku, Bunda Maria tercinta, bapak ibuku,kakakku,

(5)
(6)

vi ABSTRAK

DESKRIPSI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA-SISWI KELAS VIII SMP NEGERI I TEPUS GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

Ida Widyaningsih Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 dan memberikan masukan kepada sekolah melalui usulan topik-topik bimbingan klasikal yang akan diberikan kepada guru Bimbingan dan Konseling.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian ini adalah siswa/i kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 yang berjumlah 144 siswa. Peneliti memakai sampel sebanyak 60 siswa. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tingkat kepercayaan diri, yang terdiri dari 82 item yang disusun oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan diri siswa/i SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 : 1 siswa (1,67%) memiliki tingkat kepercayaan diri “sangat tinggi”; 9 siswa (15%) memiliki tingkat kepercayaan diri “tinggi”; 48 siswa (80,00%) memiliki tingkat kepercayaan diri “cukup”; 2 siswa (3,33%) memiliki tingkat kepercayaan diri “rendah”; dan tidak ada siswa yang memiliki tingkat kepercayaan diri “sangat rendah”.

(7)

vii ABSTRACT

DESCRIPTION OF THE SELF-CONFIDENCE LEVEL OF THE VIII GRADE STUDENTS OF STATE JUNIOR HIGH SCHOOL I TEPUS GUNUNG KIDUL

YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR OF 2007/2008 AND ITS

IMPLICATIOAN TOWARD THE PROPOSALS OF CLASICAL GUIDANCE TOPICS

Ida Widyaningsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

This research aimed to know the self-confidence level of VIII grade students in State Junior High School I Tepus in Academic year of 2007/2008 and to give the inputs toward the school through the proposal of classical guidance topics which will be given by the guiding and counseling teachers.

This research included descriptive research by using survey method. The subjects in this research were the VIII grade students in State Junior High School I Tepus in Academic year of 2007/2008 by the amount of 144 students. The researcher used samples of 60 students. The instrument used was question of self-confidence level, comprised of 82 items which has been arranged by the researcher. The technique of data analysis used was Standard Reference Evaluation type one (PAP I).

The result of this research revealed that the self-confidence level of students in State Junior High School I Tepus in Academic year of 2007/2008: 1 student (1,67%) had the ‘very high’ confidence level; 9 students (15,00%) had ‘high’ self-confidence level; 48 students (80,00%) had ‘appropriate’ self-self-confidence level; 2 students (3,33%) had ‘low’ self-confidence level; and there are no students that have ‘very low’ self-confidence level.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang maha kasih atas penyertaan-Nya selama kegiatan perkuliahan terutama pada saat penulisan skripsi ini. Karena kasih-Nyalah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberikan bantuan selama penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dra. Caecilia Larasati Milburga C.B, M.Ed. selaku Dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan sabar dan tekun sampai akhir penulisan skripsi ini.

2. Panitia penguji skripsi yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk mempertanggungjawabkan dan mempertahankan skripsi ini.

3. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. selaku Kaprodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk menulis skripsi ini.

4. Bapak Drs. Sunaryo sebagai Kepala Sekolah SMP Negeri I Tepus, Gunung Kidul yang telah memberikan ijin penelitian skripsi ini.

5. Siswa-Siswi SMP Negeri I Tepus, Gunung Kidul yang telah membantu penulis dalam mengisi kuesioner untuk penelitian skripsi ini.

(9)

ix

sehingga penulis mendapatkan ilmu yang berharga dan bermanfaat bagi kehidupan di masa depan.

7. Bapak, ibu,dan kedua kakakku (Mas Is dan Mbak Yuli serta adik kecil yang baru dikandung) yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

8. Pak Sinurat, Rm Sigit, Mas Fajar, Rm. Warsito, Mas Lukas yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sehingga dapat tersusun dengan baik.

9. Andreas Tri Wiharyanto tercinta yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat mengikuti ujian dengan lancar dan dapat menyusun skripsi ini dengan baik.

10.Sahabat-sahabat penulis, Putri, Erna, Hayu, Heny, Yesi, Sr, Gaudentia, mbak Cicil, mbak Emi, mbak Tety, mbak Ema, Ratna, Vita, Uly, Trias yang selalu mendampingi dan memberikan dukungan kepada penulis.

(10)

x

12.Teman-teman G&C, Mas gugun, Erna, Mandus, Sepri, Shinta, Leny, Sigit, Sr.Yus, Priska, Aca, Ardi, Br.Cahyo, Hendra, Mas ino, Mbak Cicil, Donal, Mas Bangun yang selalu memberikan keceriaan dan dukungan dalam berjuang bersama.

13.Sahabat-sahabat penulis Mudika Paroki Kelor, Bowo, Fendy, Winda, Son, Restu, Tari, Santi, Dyan, Andre, Riya, Yuyud, Rm Ari, Rm. Tri yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

14.Teman-teman kos, Uly, Lya, Dyan, Mbak Aunun, Mbak Iin, Ayu, Nia, Veny, Mbak Titin, Mas Yana, Ibu Mul, dan adik kecil Salsabila yang selalu menemani penulis, memberikan semangat, dukungan, dan nasehat.

15.Ardian, Mas Joko, Mas Agus, Wawan, Bowo, Bismo, Mas Andre yang telah memberikan semangat, dukungan kepada penulis dan telah mengisi kehidupan sehari-hari penulis sehingga penulis menjadi dewasa dengan kehadiran mereka.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Semoga karya yang sangat sederhana ini memberi manfaat bagi semua pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya.

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………..i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………ii

HALAMAN PENGESAHAN………..…iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………..iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………....v

ABSTRAK………vi

ABSTRACT………vii

KATA PENGANTAR………viii

DAFTAR ISI………..………. xi

DAFTAR LAMPIRAN……….……… xiv

DAFTAR TABEL ………..…………... xv

BAB I. PENDAHULUAN………1

A. Latar Belakang ………..………1

B. Rumusan Masalah………..………6

C. Tujuan Penelitian………..……….6

D. Manfaat penelitian………..………...6

E. Definisi Operasional………..………7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA……….………...9

A. Kepercayaan Diri………..……….9

(12)

xii

2. Ciri-Ciri Orang yang Percaya Diri………..…...11

3. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri………..………..14

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Kepercayaan diri.……..18

5. Cara Untuk Mengembangkan Kepercayaan Diri……….…….22

B. Remaja………..………...28

C. Bimbingan Klasikal………..………...31

1. Pengertian Bimbingan Klasikal………..…………...31

2. Tujuan Pelayanan Bimbingan Klasikal……….……32

3. Manfaat Bimbingan Klasikal……….………....33

4. Ragam Bimbingan………..………...34

BAB III. METODE PENELITIAN………..………...36

A. Jenis Penelitian………..………..36

B. Subyek Penelitian………..………..36

C. Instrumen Penelitian………..………..37

1. Kuesioner tentang Kepercayaan Diri Siswa/i SMP Negeri I Tepus……. 37

2. Pemberian Skor………..………40

3. Validitas dan Reliabilitas…………..……….41

D. Prosedur Pengumpulan Data………..………..48

1. Tahap uji Coba Kuesioner………..………...48

2. Tahap Penelitian……….………...48

(13)

xiii

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..…..52

A. Hasil Penelitian Tingkat Kepercayaan Diri Siswa/i Kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008………..…...52

B. Pembahasan……….………53

BAB V. TOPIK BIMBINGAN KEPERCAYAAN DIRI YANG PERLU DIBERIKAN KEPADA PARA SISWA/I KELAS VIII SMP NEGERI I TEPUS TAHUN AJARAN 2007/2008………..………59

A. Usulan Topik-Topik Bimbingan Klasikal Bagi Siswa/i Kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008………...60

B. Contoh Satuan Pelayanan Bimbingan……….………64

BAB VI. PENUTUP………..………..68

A. Ringkasan……….………...68

B. Kesimpulan………..………70

C. Saran………..………..70

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Tingkat Kepercayaan Diri………75

Lampiran 2 : Tabulasi data Ujicoba Kuesioner………..81

Lampiran 3 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas……….……..85

Lampiran 4 : Hasil perhitungan ujicoba Validitas………..………93

Lampiran 5 :Tabulasi Data Penelitian……….…….102

Lampiran 6 : Gradasi Skor tiap Item……….…...110

Lampiran 7 : 20 Gradasi Skor Mulai Yang Paling Rendah……….….114

Lampiran 8 : Surat Permohonan Ijin Penelitian………..……..115

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran

2007/2008 dan Jumlah Sampel Penelitian………...37

Tabel 2 : Kisi-Kisi Kuesioner Kepercayaan Diri………..39

Tabel 3 : Rekapitulasi Uji Coba Validitas instrument………..43

Tabel 4 : Daftar Indeks Reliabilitas………..47

Tabel 5 : Gambaran Kepercayaan Diri Siswa/i SMP Negeri I Tepus………..50

Tabel 6 : Skor yang Diperoleh………..50

Tabel 7 : Penggolongan Tingkat Kepercayaan diri Berdasarkan PAP I……...51

Tabel 8 : Penggolongan tingkat Kepercayaan Diri………...52

Tabel 9 : Usulan Topik-Topik Bimbingan Klasikal………...60

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang di dunia memiliki kepercayaan diri. Tingkat kepercayaan diri yang dimiliki oleh setiap orang pasti berbeda-beda. Perbedaan itu disebabkan oleh bermacam-macam hal, salah satunya adalah latar belakang pendidikan dalam keluarga. Latar belakang pendidikan keluarga sangat mempengaruhi terbentuknya kepercayaan diri setiap orang. Jika keluarga mendidik anaknya dengan baik misalnya memberikan perhatian, kasih sayang, dan dukungan kepada anaknya, maka anak pun akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Sebaliknya, jika anak mendapat pendidikan kurang baik dalam keluarga maka anak pun akan memiliki kepercayaan diri yang rendah.

(17)

Riyanto (2006: 53) mengatakan bahwa sikap percaya diri yang kuat dapat tumbuh dalam diri setiap orang yang memiliki kemampuan untuk menerima diri apa adanya. Penerimaan diri dapat terbentuk dengan memiliki konsep diri yang positif. Sinurat (1993: 2) mengatakan bahwa konsep diri setiap orang terbentuk dari perlakuan tokoh-tokoh yang signifikan (significant others). Tokoh-tokoh yang signifikan tersebut antara lain: orang tua, guru, teman sebaya, dan orang lain yang berpengaruh baginya. Apabila anak diterima, dihargai, dicintai oleh tokoh-tokoh yang signifikan tersebut, maka anak akan menerima, menghargai, dan mencintai dirinya sendiri sehingga terbentuklah konsep diri yang positif. Tetapi apabila tokoh- tokoh yang signifikan tersebut merendahkan, meremehkan, mempermalukan, menolaknya, maka sikap anak terhadap dirinya akan negatif sehingga terbentuklah konsep diri yang negatif. Pada masa kanak-kanak, seorang anak belum dapat menyaring benar tidaknya atau tepat-tidaknya apa yang dikatakan oleh orang lain tentang dirinya. Oleh sebab itu, konsep diri yang positif sangat dibutuhkan dalam menumbuhkan kepercayaan diri.

(18)

Keluarga perlu membantu anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri karena kepercayaan diri sangat diperlukan dalam setiap langkah kehidupan ini misalnya: dalam bergaul, dalam mengambil keputusan, dalam mencari pekerjaan, dan dalam berbicara di muka umum. Dengan kepercayaan diri, orang juga harus berani mengambil resiko atas tindakan yang telah ia ambil atau ia putuskan. Orang yang memiliki kepercayaan diri tinggi dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang ia hadapi dengan baik, karena ia selalu optimis dan bersemangat dalam melakukan pekerjaan. Ia akan memiliki keyakinan dalam mengerjakan tugas-tugasnya dan akan berhasil sesuai dengan usahanya. Barbara (2003: 5) mengatakan bahwa kepercayaan diri merupakan kemampuan untuk melakukan segala sesuatu yang kita ketahui dan kerjakan.

(19)

perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri misalnya tubuh yang makin jangkung, jerawat di wajah, suara yang membesar pada anak laki-laki, dan menstruasi pada anak perempuan. Dengan perubahan-perubahan yang terjadi tersebut, anak seringkali tidak menyukai gambaran dirinya sendiri dan merasa diri jelek dan kurang menarik. Konsep diri yang negatif akhirnya terbentuk dan menimbulkan ketidakpercayaan diri. Selain itu, Sujanto (1980: 194-195) mengatakan bahwa ada fase negatif yang dialami oleh remaja yang dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Adapun fase negatif itu antara lain :

1. Terhadap segala sesuatu, anak bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak senang, tidak setuju, dan sebagainya.

2. Anak sering murung, sedih tetapi ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya. 3. Sering melamun tak menentu dan kadang putus asa.

Ciri-ciri di atas disebabkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja dan hal itu mengakibatkan remaja tidak mampu menerima diri apa adanya. Apabila remaja tidak mampu menerima diri apa adanya, maka kepercayaan dirinya juga rendah.

(20)

lingkungan. Orang yang berasal dari lingkungan kumuh dengan berbagai norma yang sangat berbeda dari lingkungan perkotaan, akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri. Orang tersebut akan merasa diri “wong ndeso” dan merasa tidak berada dalam satu level yang sama. Keadaan seperti itu membuat orang merasa tidak percaya diri untuk dapat berperan dan mencapai tujuan di dalam lingkungan tertentu.

Peneliti ingin mengungkap tingkat kepercayaan diri siswa/i SMP Negeri 1 Tepus karena melihat lokasi SMP tersebut masih berada di daerah pedesaan dan anak SMP sedang mengalami masa perkembangan remaja. Penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan kepercayaan diri mereka melalui usulan topik-topik bimbingan yang diberikan kepada pihak sekolah.

(21)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat kepercayaan diri siswa/i kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008?

2. Topik-topik bimbingan klasikal apa saja yang sesuai untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa/i kelas VIII SMP Negeri 1 Tepus Tahun Ajaran 2007/2008?

C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat kepercayaan diri siswa/i kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008.

2. Untuk memberikan masukan kepada sekolah melalui usulan topik-topik bimbingan klasikal yang akan diberikan kepada guru Bimbingan dan Konseling

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Siswa/i SMP Negeri 1 Tepus

(22)

2. Peneliti

Hasil penelitian bermanfaat dalam proses belajar dan berlatih khususnya dalam bidang penelitian yang dapat mengembangkan pengetahuan peneliti, baik teoritis maupun aplikatif dalam usaha memperoleh pengalaman mengungkap tingkat kepercayaan diri siswa.

3. Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi atau bahan pembanding apabila peneliti lain ingin mengembangkan penelitian di seputar objek yang sama.

4. Guru Pembimbing

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi petugas bimbingan dalam menyusun program bimbingan klasikal khususnya dalam bidang pribadi-sosial..

5. Pembaca

Peneliti berharap bahwa skripsi ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca untuk melengkapi dan mengembangkan pengetahuan pembaca tentang kepercayaan diri.

E. Definisi operasional

Batasan istilah yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

(23)

2. Tingkat adalah suatu susunan yang berlapis-lapis atau ukuran yang menunjukkan tinggi rendah (Depdikbud, 1990: 950). Tingkat kepercayaan diri dalam penelitian ini adalah ukuran yang menunjukkan tinggi rendah atau positif negatifnya kepercayaan diri siswa.

3. Kepercayaan diri adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan menerima diri sendiri secara positif sehingga ia selalu bersikap optimis, tidak dikuasai rasa takut, tidak dikuasai rasa cemas, menghadapi masalah secara tenang, tidak tergantung pada orang lain, dan mampu melaksanakan segala sesuatu yang ia inginkan, rencanakan, dan harapkan tanpa bantuan dari orang lain secara penuh.

4. Siswa- Siswi Kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 adalah peserta didik yang secara resmi terdaftar di SMP Negeri I Tepus, yang memiliki rentang umur 13-14 tahun.

(24)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kepercayaan Diri

1. Arti Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri adalah kesadaran akan kekuatan dan kemampuan diri sendiri (Widarso, 2005: xi). Agar orang percaya diri, orang harus menyadari dan memahami keadaan dirinya terutama kekuatan dan kelemahannya. Kesadaran akan kekuatan atau segi-segi positif diri diperlukan untuk dapat memiliki kepercayaan diri.

(25)

Salah satu syarat agar orang dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahap perkembangannya dengan baik atau memiliki kemampuan untuk meningkatkan prestasinya adalah memiliki kepercayaan diri. Jika orang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, maka ia akan melakukan segala pekerjaan dengan penuh semangat, prestasi yang ia capai juga akan terasa memuaskan. Prestasi yang didapatkan merupakan bukti bahwa dirinya mampu dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Prestasi yang ia capai dapat menjadi bukti bahwa ia berpotensi sehingga akan lebih dipercaya oleh orang lain.

Menurut Lie (2003: 4) kepercayaan diri berarti kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan masalah. Dengan kepercayaan diri, orang merasa dirinya berharga dan mempunyai kemampuan untuk menjalani kehidupan, mempertimbangkan berbagai pilihan dan mampu membuat keputusan sendiri.

(26)

Kamus istilah psikologi (dalam Iswidharmanjaya, 2004: 13) mengartikan kepercayaan diri adalah kesadaran akan kemampuan yang dimiliki dan dapat memanfaatkannya secara tepat.

W.H Miskell (dalam Iswidharmanjaya, 2004: 13) mengartikan percaya diri adalah penilaian yang relatif tetap tentang diri sendiri, mengenai kemampuan, bakat, kepemimpinan, inisiatif dan sifat-sifat lain, serta kondisi-kondisi yang mewarnai perasaan manusia.

Maslow (dalam Iswidharmanjaya, 2004: 13) mengatakan bahwa:

Percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri (eksplorasi segala kemampuan dalam diri). Dengan percaya diri, seseorang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurang percaya diri dapat menghambat pengembangan potensi diri. Jadi, orang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.

(27)

2. Ciri- Ciri Orang Yang Percaya Diri

Ciri-ciri orang yang percaya diri menurut Lie (2004: 4) adalah: a.Tidak bergantung pada orang lain,

b.Tidak ragu-ragu dalam melakukan sesuatu, c.Merasa diri berharga,

d.Memiliki keberanian untuk bertindak.

Ciri-ciri orang yang percaya diri menurut Taylor (2003: 20) adalah: a. Merasa aman dan nyaman,

b.Yakin pada diri sendiri,

c. Melakukan pekerjaan sebaik mungkin sehingga pintu terbuka di kemudian hari,

d. Menetapkan tujuan yang tidak terlalu tinggi sehingga mampu meraihnya sesuai dengan kemampuan,

e.Memiliki kemampuan untuk bertindak dengan percaya diri,

f. Memiliki kesadaran adanya kegagalan dan melakukan kesalahan dalam berusaha,

g. Merasa nyaman dengan diri sendiri dan tidak khawatir dengan apa yang dipikirkan oleh orang lain,

h.Memiliki keberanian untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.

(28)

a. Bertanggung jawab atas keputusan yang telah dibuat sendiri, b. Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru,

c. Memiliki pegangan hidup yang kuat dan mampu mengembangkan motivasi,

d. Mau bekerja keras untuk mencapai kemajuan, e. Memiliki keyakinan atas tindakan yang dihadapinya,

f. Berani bertindak dan mengambil setiap kesempatan yang dihadapinya, g. Menerima diri secara realistis,

h. Menghargai diri secara positif,

i. Memiliki keyakinan atas kemampuan sendiri dan tidak terpengaruh oleh orang lain,

j. Optimis, tenang, dan tidak mudah cemas,

k. Menyadari bahwa orang lain juga memiliki kekurangan.

Ada juga orang yang mempunyai kepercayaan diri yang rendah dan hal itu dapat dilihat dari ciri-ciri orang tersebut. Iswidharmanjaya (2004: 31) mengatakan ciri-ciri orang yang mempunyai kepercayaan diri rendah. Ciri-ciri tersebut antara lain:

a. Tidak bisa menunjukkan kemampuan yang ia miliki, b. Kurang berprestasi dalam studi,

c. Malu-malu dan canggung,

(29)

f. Membuang-buang waktu dalam membuat keputusan karena ia masih ragu-ragu dalam mengambil keputusan,

g. Rendah diri, takut, dan merasa tidak aman,

h. Apabila mengalami kegagalan, cenderung akan menyalahkan orang lain,

i. Suka mencari pengakuan dari orang lain.

3. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri

Berdasarkan ciri-ciri di atas, peneliti menyimpulkan bahwa aspek-aspek dari kepercayaan diri adalah sebagai berikut:

a. Memiliki Konsep Diri Yang Positif

Iswidharmanjaya (2004: 68) mengatakan bahwa konsep diri adalah gambaran yang dipegang seseorang menyangkut dirinya sendiri. Untuk menjadi pribadi yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi diperlukan konsep diri yang positif.

Konsep diri adalah penilaian menyeluruh tentang kepribadian seseorang. Konsep diri berasal dari evaluasi subjektif kita sendiri tentang perilaku kita sendiri. Kita cenderung menilai secara subjektif perilaku kita sendiri. Oleh sebab itu, konsep diri dapat bersifat positif dan negatif (Bruno,1989: 270).

(30)

merasa terbuang, pesimis, merasa tidak dibutuhkan oleh orang lain, dan merasa kesepian. Selain itu, ia akan menjadi kuper (kurang pergaulan), sulit menerima diri apa adanya, pemalu, dan curiga sama orang lain (Iswidharmanjaya,2004: 68).

Keadaan seperti itu sangat mempengaruhi penerimaan dirinya. Sikap menerima diri adalah kemampuan orang untuk mengakui kenyataan diri secara apa adanya (Riyanto,2006: 52). Kemampuan untuk menerima diri ini didasarkan pada sikap penghargaan diri. Orang yang belum mampu menghargai dan menghormati kenyataan diri dan hidupnya, ia belum dapat menerima diri apa adanya. Usaha untuk menerima diri sendiri adalah belajar untuk menghargai apa pun yang ada dalam diri kita.

Apabila anak diterima, dihargai, dan dicintai oleh orang tua, guru, teman sebaya, dan orang lain yang berpengaruh maka akan terbentuk konsep diri yang positif pada diri anak (Sinurat,1993: 2). Dalam hal ini, anak akan merasa dirinya berharga dan bernilai di mata orang tuanya apabila orang tua menunjukkan kasih sayang, perhatian, penerimaan, cinta, dan kelekatan emosional yang tulus dengan anak sehingga rasa percaya diri pada anak akan berkembang.

(31)

b. Yakin pada diri sendiri

Yakin pada diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk tidak membandingkan dirinya dengan orang lain dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain (Lauster,1990: 4). Orang akan menerima dirinya secara tulus tanpa membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain apabila ia telah meyakini kemampuan yang ia miliki dan sanggup untuk mengembangkannya (Iswidharmanjaya,2004: 36). Dalam hal ini, seseorang mampu menyadari kelebihan dan kekurangan yang ia miliki. Untuk menyadari kekurangan dan kelebihan itu diperlukan pemahaman diri.

Memahami diri dengan mengakui kekurangan dan kelebihan dalam diri akan mendukung terciptanya kepercayaan diri. Kekurangan yang ada pada dirinya akan diperbaiki dan kelebihan-kelebihan yang ia miliki akan dikembangkan sebagai modal untuk menjalani kehidupan selanjutnya. Riyanto (2006: 54) mengatakan bahwa seseorang yang mengalami dirinya sebagai pribadi yang penuh kekurangan, kelemahan, dan kegagalan akan mengalami kesulitan untuk memiliki rasa percaya diri yang kuat.

(32)

disamaartikan dengan bakat, kreativitas, kepandaian, prestasi, kepemimpinan, dan lain sebagainya yang dipakai untuk mengejar sesuatu.

Pemahaman diri secara fisik dan penilaian dari orang lain juga mempengaruhi kepercayaan diri setiap orang. Hampir semua orang (khususnya remaja) menjadi kurang percaya diri, karena secara fisik ia berbeda dengan orang lain dan ada ketakutan dinilai oleh orang lain.

c. Optimis

(33)

Cara mengembangkan optimisme yaitu merubah seluruh kepribadian khususnya kejadian masa lalu yang kurang menyenangkan sehingga memunculkan suatu kesadaran baru atas diri sendiri.

d. Mandiri

Iswidharmanjaya (2004: 41) mengatakan bahwa mandiri adalah berdiri sendiri tanpa tergantung orang lain sepenuhnya. Mandiri merupakan sikap ketidaktergantungan individu pada orang lain. Ia tidak selalu memerlukan dukungan dari orang lain dalam melakukan setiap tindakan. Widarso (2005: 6) mengatakan bahwa orang yang mandiri harus lebih mengandalkan diri sendiri dan menggali kemampuan diri sendiri daripada menggantungkan diri pada orang lain. Kemandirian dalam pribadi seseorang terbentuk karena yakin pada kemampuannya serta telah mengenal kekurangan dan kelebihan yang ada dalam dirinya.

e. Memiliki Perasaan Aman

(34)

aman) oleh lebih banyak situasi dan orang-orang dari pada orang biasa yang bukan pemalu. Dalam situasi seperti itu, orang tidak mampu menghadapi segala permasalahan secara tenang.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Kepercayaan Diri

Hakim (2005: 12-22) memaparkan bahwa kepercayaan diri dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya percaya diri seseorang antara lain :

a. Cacat Atau Kelainan Fisik

Cacat anggota tubuh atau rusaknya salah satu indera merupakan kekurangan yang jelas terlihat oleh orang lain. Orang yang memiliki kelainan fisik akan merasakan ada yang kurang pada dirinya. Ia akan merasa rendah diri di hadapan orang lain dan kepercayaan diri yang ia miliki pun rendah. Apalagi cacat yang ia derita itu diperberat oleh adanya ejekan dari orang lain. Apabila orang tidak mampu bereaksi secara positif terhadap keadaan fisiknya, maka akan timbul rasa rendah diri yang akan berkembang menjadi rasa tidak percaya diri.

b. Keadaan Ekonomi Yang lemah

(35)

dari keluarga ekonomi lemah ketika harus bergaul dengan orang yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas.

c. Sering Gagal

Kegagalan yang sering dialami oleh setiap orang dalam bidang tertentu, misalnya dalam ujian mata pelajaran matematika atau fisika, dalam berbicara di muka umum dan sebagainya akan menimbulkan kecemasan pada orang tersebut ketika mencoba untuk memperoleh sukses di bidang yang sama.

Kecemasan tersebut akan menimbulkan rasa tidak percaya diri dalam bentuk keraguan dalam mengatasi kegagalan. Dalam hati ia mempunyai keyakinan, “apakah saya masih mempunyai harapan untuk mengatasi kegagalan atau tidak?”

d. Kurang Cerdas

(36)

e. Perbedaan Lingkungan

Apabila orang yang biasa tinggal di lingkungan yang kumuh dan memiliki berbagai norma yang sangat berbeda dengan lingkungan perkotaan, maka ia akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri. Ia merasa diri “wong ndeso” dan merasa tidak berada pada satu level yang sama. Hal inilah yang membuat orang merasa tidak percaya diri untuk dapat berperan dan mencapai tujuan dalam lingkungan tertentu.

f. Sulit Menyesuaikan Diri

Di dalam setiap kegiatan, khususnya yang menyangkut kegiatan pokok, orang akan terikat di dalam lingkungan tertentu dan terkait dengan orang-orang di sekitarnya. Dalam kegiatan ini, orang dituntut menyesuaikan diri. Apabila orang kesulitan menyesuaikan diri maka dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Orang tersebut akan diliputi pikiran apakah orang lain dapat dan mau menerima dirinya?

g. Mudah Cemas dan Takut

Penyebab utama perasaan cemas dan takut adalah pola pendidikan keluarga di masa kecil yang terlalu keras, terlalu melindungi, dan sering ditakuti oleh orang di sekitarnya.

h. Pendidikan Keluarga

(37)

kepribadian seseorang ditentukan oleh pendidikan keluarga sejak ia masih kecil.

Jika orang menilai dirinya sebagai makhluk sosial yang berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan orang lain, maka ia akan memiliki rasa percaya diri yang normal. Jika ia memahami dirinya secara negatif dan melihat diri sebagai makhluk sosial yang banyak kekurangan, maka ia akan menjadi pribadi yang rendah diri.

Orang tua mempunyai peranan penting dalam menumbuhkan kepercayaan diri pada anak. Apabila orang tua berhasil mendidik anaknya dengan tepat, maka anak pun akan berkembang menjadi pribadi yang sehat. Menurut Lie (2003: 5) kehidupan keluarga yang hangat dan hubungan antara keluarga yang erat akan memberikan rasa aman. Rasa aman ini memungkinkan anak memperoleh “modal dasar” percaya diri dan mengembangkan “modal dasar” ini. Dengan percaya diri, anak dapat berkembang menjadi pribadi yang sehat dan utuh.

(38)

seharusnya kamu….” maka orang tua akan gagal dalam menumbuhkan rasa percaya diri atau pandangan yang positif dalam diri anak.

Peran orang tua untuk membantu anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri sangatlah besar. Lie (2003: 103) mengatakan bahwa orang tua perlu memberikan ruang kepada anak untuk menjelajahi banyak peran dan cara yang berbeda. Orang tua yang selalu memaksakan identitas tertentu pada anak, dengan kata lain jika anak tidak mempunyai kesempatan untuk menjelajahi berbagai peran dan cara, maka ia akan mengalami kekacauan identitas.

5. Cara Untuk Mengembangkan Kepercayaan Diri

Menurut Savitri (2006: 129-136) ada lima cara untuk mengembangkan percaya diri anak. Cara itu adalah :

a. Menanamkan keyakinan pada anak bahwa ia mampu melakukan sesuatu.

(39)

b. Menanamkan pada anak bahwa anak mampu mengatasi setiap kendala yang dihadapinya.

Hidup yang akan dihadapi anak di masa depan lebih berat dan penuh dengan tantangan. Agar anak mampu menghadapi tantangan itu, maka anak membutuhkan kepercayaan diri yang kuat. Dalam mengembangkan kepercayaan diri pada anak, perlu ditanamkan keyakinan bahwa anak mampu menghadapi setiap tantangan. Hal ini sangat mungkin dilakukan dan sekaligus merupakan proses belajar bertahap bagi anak.

c. Menanamkan keyakinan bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan

(40)

orang lain. Dengan memberikan contoh dari orang yang tidak sempurna secara fisik tetapi dapat meraih kesuksesan, misalnya orang yang tidak punya tangan tetapi mampu melukis dengan kakinya, orang yang lumpuh dapat membuat patung dengan tangannya, orang buta dapat memainkan gitar dengan baik, dan sebagainya. Contoh tersebut dapat membuat anak menjadi lebih bersemangat dalam mencapai cita-citanya di masa depan.

d. Menanamkan keyakinan pada anak bahwa untuk mewujudkan sesuatu dia membutuhkan bantuan dari orang lain

Untuk mencapai kesuksesan, anak juga membutuhkan bantuan dari orang lain. Sebagai contoh, untuk menjadi Dokter, anak harus sekolah, dan di sekolah dia dibimbing oleh Guru, setelah menyelesaikan sekolah menengah atas, kemudian masuk ke fakultas kedokteran.

(41)

e. Menanamkan keyakinan pada anak bahwa Tuhan selalu memberikan kekuatan dan jalan yang mudah untuk mewujudkannya

Anak perlu memahami bahwa banyak hal di luar kendali manusia, sehingga membutuhkan pertolongan Tuhan. Orang tua perlu menanamkan benih iman dan keyakinan dalam diri anak bahwa Tuhan akan selalu membantu hambanya yang sabar dan taat. Untuk mencapai kesuksesan, anak membutuhkan kecerdasan spiritual agar mampu bertahan dalam kehidupan yang penuh dengan tekanan, stress, dan kompetisi keras. Jiwa anak membutuhkan sumber kekuatan yang akan membuatnya tidak mudah putus asa dan bimbang. Dalam jiwa anak perlu ditanamkan keimanan dan ketakwaan yang kokoh agar mampu menghadapi godaan hidup yang semakin keras.

f. Menumbuhkan sikap sabar dan ulet dalam memulai sesuatu

(42)

bersama dengan orang yang sabar. Setiap orang harus selalu berusaha tetap percaya diri bahwa ia akan selalu mendapat jalan keluar dari segala masalah yang dialami dalam kehidupannya. 1Korintus (10:13) mengatakan bahwa “Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya”.

Riyanto (2006: 55-56) mengatakan bahwa hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan rasa percaya diri antara lain:

a. Mengumpulkan keberhasilan-keberhasilan atau menambah hal-hal positif dalam diri. Keberhasilan-keberhasilan tidak menunjuk pada sesuatu yang besar akan tetapi keberhasilan yang sederhana jika disyukuri dan diusahakan terus-menerus maka keberhasilan tersebut dapat menambah rasa percaya diri.

b. Menumbuhkan kemampuan untuk memaafkan kesalahan dan keterbatasan diri sendiri. Kemampuan memaafkan diri ini dapat memelihara rasa percaya diri bahkan dapat meningkatkannya karena kita lama-kelamaan akan mencintai diri kita sendiri.

(43)

d. Belajar tampil di muka umum tanpa rasa takut. Hal ini dipengaruhi oleh konsep diri kita dan bagaimana kita menilai orang lain. Konsep diri yang positif akan mempermudah relasi dan pergaulan kita di tengah banyak orang dan menambah rasa percaya diri. Sikap seseorang menilai diri lebih rendah daripada orang lain, akan membuat kita menjadi minder atau memiliki rasa percaya diri yang rendah.

e. Tampil apa adanya tanpa menutupi kekurangan yang ada.

Percaya diri tumbuh karena seseorang mampu menerima dan menghargai diri apa adanya. orang yang membangun rasa percaya diri dengan memoles dirinya dengan berbagai macam topeng untuk menutupi kekurangannya akan mengalami kehancuran. Percaya diri yang kokoh dapat muncul apabila dibangun atas diri yang senyatanya.

B. Remaja

(44)

perubahan-perubahan perkembangan tertentu yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan.

(45)

Perubahan fisik yang terjadi pada diri remaja akan mengakibatkan keseganan untuk bekerja dan bosan pada tiap kegiatan yang melibatkan usaha individu. Oleh karena itu, tidak ada usaha untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi dan akhirnya prestasinya pun menurun. Dalam keadaan seperti itu, remaja sulit menerima diri apa adanya dan konsep diri pun tidak terbentuk secara positif. Akibatnya kepercayaan diri remaja menurun dan bahkan menghilang.

Menurut Lie (2003: 105) yang harus dilakukan dalam mendampingi remaja antara lain sebagai berikut:

1. Mendampingi remaja dalam proses perubahan fisik pada dirinya.

Dalam masa remaja, banyak terjadi perubahan yang membuat remaja bingung, misalnya tubuh yang makin jangkung bagi seorang laki-laki, jerawat mulai tumbuh, suara membesar pada laki-laki, menstruasi pada wanita dan sebagainya. Dalam hal ini, perlu pendampingan yang tepat dari orang tua. Ada 3 cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam memberikan pendampingan yaitu:

(46)

b. Memberi kesempatan untuk bereksperimen dengan penampilan-penampilan dalam batas yang wajar. c. Membantu menemukan kelebihan-kelebihan yang

ada pada fisiknya dan memberikan pujian.

2. Mendampingi anak untuk belajar membedakan yang baik dan buruk.

3. Mendampingi anak dalam proses pencarian identitas.

4. Mengajari anak untuk membuat pilihan yang bertanggung jawab.

5. Memberi ruang untuk perbedaan pendapat dan keinginan. 6. Mendengarkan keluhan-keluhan anak dan berusaha untuk

menjelaskan jika ada suatu pandangan yang keliru dalam diri anak.

7. Menjadi teman atau sahabat yang selalu menemani dan memberikan rasa aman .

8. Memahami kebutuhan dalam pergaulan dengan teman sebaya dan memberikan bimbingan agar masuk dalam lingkungan yang baik.

9. Berbicara dengannya mengenai pergaulan dengan lawan jenis. 10. Memberikan pendidikan seksualitas.

(47)

12. Membantu menghentikan perlakuannya sebagai anak kecil 13. Memberi tanggung jawab untuk melakukan tugas yang lebih

kompleks dan menantang.

14. Mendorong anak untuk melanjutkan peningkatan hobi dan bakatnya.

15.Membina kehidupan rohaninya.

C. Bimbingan Klasikal

1. Pengertian

Bimbingan adalah proses membantu orang-perorangan untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya (Winkel dan Hastuti,2004: 1). Bimbingan diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan (Depdikbud,1994: 1).

(48)

Menurut Winkel (1997: 519) bimbingan klasikal merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan bagi dirinya sendiri. Pelayanan bimbingan klasikal dilaksanakan dengan mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan dilaksanakan sejalan dengan program yang telah direncanakan dan disepakati bersama oleh pihak-pihak terkait.

Gadza (Prayitno dan Amti,2004: 309) menyebutkan bahwa bimbingan klasikal diselenggarakan oleh guru pembimbing untuk memberikan informasi yang bersifat karier, belajar, dan personal-sosial. Ketiga sifat informasi tersebut menunjuk pada bidang kehidupan siswa sebagai ragam bimbingan klasikal yaitu bidang personal-sosial, belajar, dan bidang karier. Winkel dan Hastuti (2004: 114) mengatakan bahwa bimbingan belajar merupakan bimbingan klasikal yang menyangkut tentang hal-hal tentang studi akademik, bimbingan karier menyangkut tentang perencanaan jabatan.

2. Tujuan Pelayanan Bimbingan

(49)

3. Manfaat Bimbingan Klasikal

Winkel dan Hastuti (2004: 565-566) mengatakan bahwa bimbingan klasikal bermanfaat bagi tenaga bimbingan dan juga bagi para siswa. Manfaat bagi tenaga bimbingan antara lain :

a. Mendapat kesempatan untuk berkontak dengan banyak siswa sekaligus dapat mengenal siswa.

b. Menghemat waktu dan tenaga dalam kegiatan yang dapat dilakukan dalam suatu kelompok, misalnya memberikan informasi yang memang dibutuhkan oleh semua siswa.

c. Memperluas ruang geraknya, lebih-lebih bila jumlah tenaga aternatif di sekolah hanya satu atau dua orang saja.

Manfaat bagi para siswa antara lain :

a. Menjadi lebih sadar akan tantangan yang dihadapi sehingga mereka memutuskan untuk berwawancara secara pribadi dengan konselor. b. Lebih rela menerima dirinya sendiri, setelah menyadari bahwa

teman-temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan, dan tantangan yang kerap kali sama.

(50)

d. Diberi kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu bersama dan dengan demikian mendapat latihan untuk bergerak dalam suatu kelompok, yang akan dibutuhkan selama hidupnya.

e. Lebih bersedia menerima suatu pandangan atau pendapat bila dikemukakan oleh seorang teman, daripada pendapat hanya diketengahkan oleh konselor sekolah saja.

f. Tertolong untuk mengatasi suatu masalah yang dirasa sulit untuk dibicarakan secara langsung dengan konselor karena malu atau bersifat tertutup.

Ada kelemahan yang terjadi pada bimbingan klasikal ini. Kelemahan utama adalah bahwa dalam bimbingan kelompok, kontak pribadi antara konselor sekolah dan masing-masing siswa terbatas dan kurang mendalam, sehingga konselor sulit mengetahui apakah pelajarannya mencapai sasaran yang dituju dan siswa kurang dapat diajak untuk berefleksi lebih mendalam.

4. Bimbingan Pribadi-Sosial

(51)

sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan alternatif di berbagai lingkungan (pergaulan). Contoh topik layanan bimbingan klasikal yang termasuk dalam bimbingan pribadi-sosial, antara lain ;

1) Ciri-ciri dan kemampuan diri sendiri,

2) Cara-cara mengembangkan sikap yang positif, 3) Rasa tanggung jawab,

4) Cara mengatasi konflik

(52)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 1 Tepus Tahun Ajaran 2007/2008. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Menurut Furchan (2004: 457) metode survei dapat digunakan bukan saja untuk melukiskan kondisi yang ada, melainkan juga membandingkan kondisi-kondisi tersebut dengan alternatif atau menilai keefektifan suatu program.

B. Subjek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 1 Tepus Tahun Ajaran 2007/2008. Menurut Arikunto (2006: 130) populasi diartikan sebagai keseluruhan subjek penelitian. Peneliti memakai sampel karena lebih efisien dan efektif dalam melakukan penelitian.

Arikunto (2006: 131) mengartikan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel tersebut dapat mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.

(53)

Peneliti mengacak anggota populasi sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Apabila jumlah subjeknya besar (lebih dari 100) maka dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Semakin banyak sampel atau semakin besar prosentase sampel dari populasi, hasil penelitian akan semakin baik (Arikunto,2006: 134). Jumlah populasi penelitian adalah 144 siswa. Dari jumlah tersebut diambil sampel 40% atau 60 siswa.

Tabel 1

Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 dan

Jumlah Sampel Penelitian.

Kelas Jumlah siswa Jumlah sampel

II A 36 15

II B 36 17

II C 36 12

II D 36 16

Jumlah 144 60

C. Instrumen Penelitian

(54)

Kuesioner yang digunakan untuk penelitian bersifat tertutup dan langsung. Tertutup artinya dalam kuesioner sudah disediakan alternatif jawaban sehingga responden tinggal memilihnya. Sedangkan bersifat langsung karena daftar pernyataan dikirimkan langsung kepada orang yang ingin dimintai pendapat dan keyakinannya atau diminta menceriterakan keadaan dirinya sendiri (Hadi, 2004: 178).

Kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu: bagian pertama memuat tujuan kuesioner, petunjuk pengisian kuesioner, identitas subyek dan hari/tanggal pengisian. Sedangkan bagian kedua memuat pernyataan tentang kepercayaan diri. Pernyataan-pernyataan dalam kuesioner disajikan dalam bentuk kalimat positif (favorabel) dan kalimat negatif (unfavorabel). Pernyataan-pernyataan untuk kuesioner tersebut terdiri dari 82 item. Kuesioner penelitian disajikan dalam lampiran 1.

(55)

Tabel 2.

Kisi-Kisi Kuesioner Kepercayaan Diri

No Aspek-

(56)

No

Aspek-a. Tidak dikuasai rasa takut

72 70 2

b. Tidak dikuasai rasa cemas

(57)

Menurut Hadi(1990: 19-20) modifikasi Skala Likert menjadi empat kategori jawaban yaitu sangat sering (SS), sering (S), cukup sering (CS), dan jarang/tidak pernah (J/TP). Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima tingkat, yaitu pada alternatif jawaban netral. Alternatif jawaban netral ini mempunyai arti ganda maksudnya dapat diartikan belum dapat memutuskan dan dapat juga diartikan netral atau ragu-ragu. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan menjawab netral (central tendency effect), terutama mereka yang masih ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya. Selain itu, maksud kategori sangat sering, sering, cukup sering, dan jarang/tidak pernah, bertujuan untuk melihat kecenderungan pendapat responden ke arah setuju atau ke arah tidak setuju.

3. Validitas dan Reliabilitas a. Validitas

(58)

alat pengukur tersebut (Masidjo,1995: 244). Item yang dibuat oleh peneliti didasarkan pada konsep teoretik yang ada dalam kajian teori. Item yang dibuat kemudian dianalisis untuk mengetahui dan menghasilkan instrumen yang sesuai dengan konsep teorinya. Metode yang digunakan untuk mencari dan menganalisis validitas dengan teknik product moment yang dikembangkan oleh Pearson. Menurut Masidjo (1995: 246) teknik product moment dengan rumus:

X : skor item tertentu yang akan diuji validitasnya

Y : skor total per aspek yang memuat no item yang diuji validitasnya N : Jumlah subyek

∑XY : Jumlah hasil perkalian nilai X dan nilai Y

(59)

korelasinya ≥ 0,30 dinyatakan valid. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari 135 item diperoleh 64 item koefisien korelaisnya ≥ 0,30.

Tabel 3

Rekapitulasi uji coba validitas instrumen

No Aspek- Aspek

(60)

No Aspek-Aspek

(61)

b. Reliabilitas

(62)

r

tt =

rtt : Koefisien reliabilitas

rgg : Koefisien korelasi item-item belahan ganjil dan genap.

Perhitungan taraf reliabilitas kuesioner dengan metode belah dua (Split-half method) menggunakan teknik Product Moment dari Pearson dan formula korelasi dari Spearman Brown sebagai berikut :

(63)

rgg=

Hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut:

r

tt =

Masidjo(1995: 209) mengatakan bahwa untuk lebih mempertegas taraf reliabilitasnya digunakan pedoman daftar indeks kualifikasi reliabilitas. Daftar indeks kualifikasi reliabitas dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4

Daftar indeks kualifikasi reliabilitas

Koefisien korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat Tinggi

0,71-0,90 Tinggi 0,41-0,70 Cukup 0,21-0,40 Rendah

(64)

Berdasarkan hasil perhitungan dan setelah dikorelasikan dengan rumus Spearman Brown diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,75. Mengacu pada

pedoman indeks kualifikasi reliabilitas (Masidjo,1995: 209) taraf reliabilitas kuesioner uji coba termasuk pada kualifikasi tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alat penelitian yang digunakan adalah reliabel.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan melewati dua tahap. Tahap pertama adalah uji coba dan tahap kedua adalah tahap penelitian.

1. Tahap Uji Coba Kuesioner

Sebelum kuesioner digunakan, peneliti mengujicobakan kuesioner agar kuesioner benar-benar mengukur tingkat kepercayaan diri siswa. Arikunto (2006: 226) mengatakan bahwa untuk memperoleh kuesioner dengan hasil yang valid yaitu dengan proses ujicoba. Kuesioner diujicobakan pada siswa/i kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 yang tidak termasuk sampel penelitian. Jumlah siswa yang diujicoba adalah 36 siswa. Ujicoba dilaksanakan pada tanggal 11 September 2007.

2. Tahap Penelitian

(65)

yang telah dipilih sebagai sampel penelitian. Sampel penelitian ini berjumlah 60 siswa.

Pengisian kuesioner dilaksanakan pada waktu kegiatan belajar mengajar dengan meminta ijin pada guru mata pelajaran. Sebelum kuesioner dibagikan, peneliti memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan dari kuesioner. Peneliti memberikan penjelasan kepada siswa mengenai petunjuk pengerjaan kuesioner dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk membaca serta menanyakan hal-hal yang belum dimengerti. Pembagian dan penjelasan maksud dan tujuan kuesioner dilaksanakan sebelum siswa mengerjakan kuesioner. Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan kuesioner kurang lebih 45 menit.

E. Teknik Analisis data

(66)

Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memberikan skor untuk masing-masing subjek. 2. Membuat tabulasi data penelitian.

3. Menjumlahkan skor total dari masing-masing subjek untuk setiap item.

4. Menghitung skor maksimal yang seharusnya didapatkan oleh siswa sehingga bisa dijadikan dasar usulan topik bimbingan.

Skor maksimal : 4 Jumlah item : 82

Total Skor Maksimal : 4 x 82 = 328 Tabel 5

Gambaran kepercayaan diri siswa-siswi SMP Negeri I Tepus

Perhitungan Prosentase Kualifikasi

90% x 328= 295 Sangat Tinggi 80% x 328 = 262 Tinggi

(67)

Table 6

Skor-skor yang diperoleh

295-328 Sangat tinggi

262- 294 Tinggi

213-261 Cukup 180-212 Rendah

Nol- 179 Sangat rendah

Prosentase hasil skor yang diperoleh :

• 1/60 x 100% = 1,67% (Sangat Tinggi)

• 9/60 x 100% = 15% (Tinggi) • 48/60 x 100% = 80,00% (Cukup)

• 2/60 x 100% = 3,33% (Rendah) • 0/60 x100% = 0% (Sangat rendah)

5. Menggolongkan tingkat kepercayaan diri berdasarkan PAP I dengan kriteria seperti yang disajikan dalam tabel 4.

Tabel 7

Penggolongan tingkat kepercayaan diri berdasarkan PAP I

Tingkat kepercayaan diri kualifikasi

90%-100% Sangat tinggi

80%-89% Tinggi

65%-79% Cukup tinggi

55%-64% Rendah

(68)

6. Menghitung skor-skor yang diperoleh pada setiap item dalam aspek kepercayaan diri dengan menjumlahkan skor yang diperoleh dan membandingkannya dengan skor maksimal, sehingga diketahui manakah aspek kepercayaan diri yang sudah tinggi dan manakah aspek kepercayaan diri siswa yang masih tergolong rendah.

(69)

54 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Tingkat Kepercayaan Diri Siswa-Siswi Kelas VIII SMP

Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008

Tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 digolongkan berdasarkan Penilaian Acuan Patokan Tipe I (PAP I). Penilaian Acuan Patokan tipe I digunakan dengan memperbandingkan skor yang diperoleh dengan skor seharusnya (Masidjo,1995: 153). Penggolongan tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8.

Penggolongan tingkat kepercayaan diri

Siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 Rumus PAP

Tipe I

Rentang Skor Frekuensi Persentase Kualifikasi

90% - 100% 295 -328 1 1,67% Sangat Tinggi

80% - 89% 262 -294 9 15% Tinggi

65% - 79% 213 – 261 48 80,00% Cukup

55% - 64% 180 – 212 2 3,33% Rendah

(70)

Tabel 8 menunjukkan bahwa di antara para siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 ada 1 responden (1,67%) yang mempunyai kepercayaan diri yang berkualifikasi “sangat tinggi”; 9 responden (15%) mempunyai kepercayaan diri yang berkualifikasi “tinggi”; 48 responden (80,00%) mempunyai kepercayaan diri yang berkualifikasi “cukup”; 2 responden (3,33%) mempunyai kepercayaan diri yang berkualifikasi “rendah”; dan tidak ada responden yang mempunyai kepercayaan diri dengan kualifikasi “sangat rendah”.

Deskripsi tingkat kepercayaan diri siswa-siswi SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 dijadikan usulan topik-topik bimbingan klasikal untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa-siswi yang akan disajikan dalam bab V. Topik-topik bimbingan klasikal yang akan diusulkan diambil berdasarkan beberapa indikator yang masih rendah. Indikator tersebut adalah penerimaan dari orang lain, memahami kelebihan, mampu menyelesaikan tugas tanpa bantuan orang lain, pemahaman fisik, tidak terpengaruh oleh orang lain, dan tidak dikuasai rasa takut.

B. Pembahasan

(71)

diri “sangat tinggi” sebanyak 1 siswa (1,67%), “tinggi” sebanyak 9 siswa (15%), “cukup” sebanyak 48 siswa (80,00%), “rendah” sebanyak 2 siswa (3,33%).

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kepercayaan diri siswa-siswi SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 adalah “cukup”. Maka dari itu, kepercayaan diri siswa-siswi SMP Negeri I Tepus perlu ditingkatkan lagi melalui bimbingan klasikal agar siswa-siswi semakin percaya pada kemampuannya sendiri sehingga mereka mau menerima diri apa adanya. Dengan begitu, diharapkan mereka dapat mencapai apa yang mereka inginkan dengan baik.

Ada sebagian kecil responden (15%) yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh kepribadian mereka yang terbuka, adanya penerimaan dari orang lain, adanya penerimaan lingkungan, adanya harapan dan pandangan positif mengenai masa depan, adanya penyesuaian diri, berusaha memecahkan setiap masalah, tidak membandingkan diri dengan orang lain, dan menyadari adanya kegagalan.

(72)

kekuatan jiwa yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya orang tersebut dalam mencapai tujuan hidupnya.

Siswa yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi dapat terlihat dari tanda-tanda atau indikator misalnya: tidak takut, tidak bimbang dalam menentukan pilihan, tidak membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain, mandiri atau tidak selalu tergantung pada orang lain, tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan, melakukan pekerjaan sebaik mungkin sehingga pintu selalu terbuka di kemudian hari, bertanggung jawab, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, mau bekerja keras untuk mencapai tujuan, optimis, dan tenang.

(73)

tergantungnya seseorang pada orang lain. Maka dari itu, orang yang mandiri akan selalu yakin pada kemampuannya. (5) memiliki perasaan aman. Jika orang merasa aman dengan diri dan lingkungannya maka ia akan terbebas dari rasa takut, tidak ragu-ragu, dan tidak cemas sehingga kepercayaan dirinya pun terbentuk dengan baik.

Kepercayaan diri yang tinggi merupakan modal dasar seseorang untuk mencapai kesuksesan. Maka dari itu, kepercayaan diri yang tinggi perlu dipupuk dan dikembangkan sejak dini terutama pendidikan dalam keluarga. Pendidikan keluarga merupakan awal munculnya kepercayaan diri. Keluarga yang mendidik anaknya dengan baik dapat membuat anak menjadi percaya diri.

Sebagian besar responden (80,00%) memiliki kepercayaan diri yang cukup. Kepercayaan diri yang cukup perlu diusahakan agar meningkat menjadi tinggi. Orang yang memiliki kepercayaan diri kurang tinggi akan berakibat negatif pada masa depannya. Ia akan selalu ragu-ragu dalam mengambil setiap keputusan, ia tidak mampu bersikap optimis, ia selalu takut dan cemas sehingga apa yang ia lakukan pun tidak akan berhasil dengan baik, ia juga selalu tergantung pada orang lain.

(74)

masih ragu-ragu dalam mengambil keputusan, rendah diri, takut, merasa tidak nyaman,sering menyalahkan orang lain.

Ciri-ciri di atas juga dimiliki oleh siswa-siswi SMP Negeri I Tepus. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) mereka masih dikuasai rasa takut. Hal ini ditunjukkan bahwa item no 72 mendapat skor 138 atau tergolong rendah. Rasa takut ini dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman. Perasaan tidak nyaman ini dapat menimbulkan keraguan untuk memunculkan ide-ide yang ia miliki. (2) kemandirian mereka juga masih rendah. Hal ini ditunjukkan bahwa item no 69 mendapat skor 141 atau tergolong rendah. (3) pemahaman tentang kelebihan mereka masih kurang. Mereka belum mampu memahami kelebihan-kelebihan yang mereka miliki. Dalam hal ini mereka menjadi rendah diri, tidak percaya dengan kemampuan yang mereka miliki, malu-malu dan canggung. Sebagai akibatnya prestasi mereka rendah. Hal ini terbukti dari skor yang diperoleh dari item no 65 sebanyak 116 atau tergolong rendah. (4) mereka masih ragu dalam mengambil keputusan. Sebagai akibatnya ia selalu membuang waktu untuk memikirkan hal-hal yang tidak begitu penting. Apabila ia mengalami kegagalan dalam keputusan yang ia ambil maka ia akan cenderung menyalahkan orang lain. Hal ini terbukti dari skor yang diperoleh pada item no 78 yaitu sebanyak 158 atau tergolong rendah.

(75)
(76)

61 BAB V

TOPIK BIMBINGAN PERCAYA DIRI YANG PERLU DIBERIKAN

KEPADA PARA SISWA-SISWI KELAS VIII SMP NEGERI I TEPUS

TAHUN AJARAN 2007/2008

A. Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial dalam Bentuk

Bimbingan Klasikal Bagi Siswa-Siswi Kelas VIII SMP Negeri I Tepus

Tahun Ajaran 2007/2008

Dalam penyusunan urutan topik bimbingan disajikan berdasarkan item-item yang memiliki gradasi skor yang paling rendah. Dalam hal ini, peneliti hanya mengusulkan 10 topik bimbingan. Keputusan ini diambil bukan berarti mengabaikan item-item yang memiliki skor tinggi. Diharapkan dari ke 10 topik pelatihan tersebut dapat mewakili lima aspek kepercayaan diri yang diteliti sehingga melalui bimbingan klasikal para siswa/i SMP Negeri I Tepus semakin merasa percaya diri.

Topik bimbingan yang direncanakan dapat dilaksanakan melalui bimbingan klasikal. Untuk pelaksanaannya, tentu saja dibutuhkan keterlibatan dan kerjasama dari pihak sekolah.

(77)

N

(78)

muka umum) kan

(79)

( belum

menit Diskusi Jadikan Dirimu

Bahagia. Yogyakarta:

(80)

9. 76

Optimis - Arti Optimis - Ciri orang

(81)

B. Contoh Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB)

Satuan Pelayanan Bimbingan

Sekolah : SMP Negeri I Tepus, gunung Kidul

Kelas : VIII Tahun : 2007/2008

A. Topik : Pemahaman Diri B. Bidang Bimbingan : Pribadi-sosial

C. Jenis Layanan : Pemberian Informasi, Bimbingan Klasikal D. Fungsi Layanan : Pemahaman, Pengembangan dan Pemeliharaan E. Kompetensi yang

ingin dicapai : Sesudah mengikuti kegiatan ini diharapkan siswa semakin mampu memahami dirinya.

F. Indikator : Sesudah mengikuti kegiatan ini diharapkan siswa mampu:

1. Menyebutkan potensi yang paling menonjol pada dirinya.

2. Menyebutkan motto hidup dan cita-citanya.

3. Menjelaskan pengalaman yang paling menyenangkan dan menyedihkan.

4. Menjelaskan peranan Tuhan dalam hidupnya. G. Materi Pelayanan :

(82)

3. Pengalaman yang menyenangkan dan menyedihkan.

4. Peran Tuhan dalam hidupnya. H. Strategi Penyajian :

1.Metode : Diskusi, Tanya jawab. 2.Langkah-langkah :

Kokurikuler Intrakurikuler

1. Fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan secara singkat.

2. Fasilitator mengajak peserta untuk menjadi peramal tetapi bukan untuk meramal orang lain, melainkan untuk diri sendiri dengan cara menjadi peramal lewat tangan mereka sendiri. 3. Fasilitator meminta peserta untuk

menggambar tangan kiri menggunakan tangan kanan.

4. Fasilitator meminta peserta untuk menuliskan simbol pada :

• Ibu jari : bakat/potensi yang dimiliki • Telunjuk : motto/semangat hidup • Jari tengah : cita-cita

• Jari manis : pengalaman yang menyenangkan

• Jari kelingking : pengalaman yang menyedihkan

• Telapak tangan : campur tangan Tuhan dalam pengalaman hidupnya. 5. Fasilitator meminta peserta untuk

mengungkapkan/sharing tentang hasil kerjanya.

6. Perwakilan dari siswa untuk mensharingkan dalam kelompok besar.

7. Fasilitator memberi kesimpulan dan menutup pertemuan.

Binimbing diminta untuk menuliskan manfaat dan

kesannya tentang kegiatan ini dan mencatat

(83)

I. Tempat Pelaksanaan : Ruang kelas VIII . J. Waktu

Semester : I

Tanggal : ….. 2008,

Waktu : 90 menit

K. Pihak-pihak yang disertakan dalam penyelenggaraan pelayanan dan peranannya masing-masing :-

N. Alat : -

O. Evaluasi :

1. Sebutkanlah potensi yang menonjol pada dirimu! 2. Jelaskan motto dan cita-citamu!

3. Jelaskan pengalaman yang menyenangkan dan menyedihkan dalam hidupmu!

4. Jelaskan peran Tuhan dalam hidupmu!

P. Rencana Tindak Lanjut : konseling individual bagi siswa yang membutuhkan Q. Catatan Khusus : -

R. Sumber ( daftar pustaka) :

• Riyanto,Theo.2006.Jadikan Dirimu Bahagia.Yogyakarta.Kanisius

• Sinurat,R.H.Dj. (1999). Konsep Diri dan Pengembangannya (Diktat Mata Kuliah Dinamika Kelompok), Yogyakarta: FKIP Universitas Sanata Dharma.

Yogyakarta, 5 Desember 2007

Mengetahui,

Koordinator BK Guru Pembimbing

(84)

Handout Pemahaman Diri

Gambaran diri pribadi sangatlah unik dan berkembang terus. Theo Riyanto (2006: 15) mengatakan bahwa kita masing-masing adalah pribadi yang unik, betatapun kita memiliki kesamaan-kesamaan yang cukup banyak. Keberadaan kita juga memiliki tugas dan fungsi tertentu, yang tidak dimilki oleh orang lain.

Kita mampu memahami diri lewat media telapak tangan dan jari-jari kita. Pemahaman diri dapat dilakukan secara terus-menerus. Dengan demikian, kita dapat menemukan pemahaman diri yang utuh dan penuh. Pemahaman diri lewat jari dimulai dari potensi diri, semangat/motto hidup, cita-cita, pengalaman yang paling menyenangkan, pengalaman yang paling menyedihkan dan mengecewakan, dan peranan Tuhan dalam sejarah sepanjang hidup kita. Pemahaman diri tidak akan pernah habis untuk digali dan dibahas secara tuntas.

(85)

70 BAB VI

PENUTUP

A. Ringkasan

Topik penelitian ini adalah deskripsi tingkat kepercayaan diri siswa-siswi SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal. Topik ini dipilih dengan pertimbangan bahwa kepercayaan diri sangat penting dimiliki oleh setiap orang. Orang yang percaya diri dapat menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Ia juga mempunyai keberanian dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya sendiri. Selanjutnya orang yang percaya diri akan lebih mudah dipercaya oleh orang lain, karena penampilan dan keberaniannya untuk bertindak.

(86)

Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab III bahwa jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi penelitian ini adalah siswa/i kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 sebanyak 144 siswa. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel yang berjumlah 60 siswa. Sisa dari sampel, berjumlah 36 siswa dipakai untuk uji coba. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2007.

Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang disusun oleh peneliti sendiri. Instrumen tersebut memuat lima aspek yaitu: (1) Konsep diri yang positif; (2) Yakin pada diri sendiri; (3) Optimis; (4) Mandiri; (5) Perasaan Aman. Kuesioner final yang digunakan dalam penelitian memuat 82 butir pertanyaan.

Teknik analisis data yang digunakan meliputi tabulasi data tentang tingkat kepercayaan diri siswa/i kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008, distribusi frekuensi, dan penentuan kualifikasi tingkat kepercayaan diri siswa/i kelas VIII SMP Negeri I Tepus berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I. Penggolongan kualifikasi tingkat kepercayaan diri siswa/i kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 meliputi: sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah.

(87)

“sangat tinggi”, 9 siswa (15%) mempunyai tingkat kepercayaan diri “tinggi”, 48 siswa (80,00%) mempunyai tingkat kepercayaan diri “cukup”, dan 2 siswa (3,33%) mempunyai tingkat kepercayaan diri “rendah, dan tidak ada siswa yang mempunyai tingkat kepercayaan diri “sangat rendah”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan diri siswa/i kelas VIII SMP Negeri I Tepus termasuk “cukup”.

B. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagian besar siswa/i kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 mempunyai tingkat kepercayaan diri “cukup”.

C. Saran-Saran

1. Bagi SMP Negeri I Tepus

a. Pihak SMP Negeri I Tepus

(88)

b. Konselor Sekolah

Konselor sekolah hendaknya mempersiapkan program bimbingan yang dapat digunakan untuk bimbingan klasikal. Program tersebut kemudian disusun satuan pelayanan bimbingan (SPB). Selain itu, konselor sekolah juga harus peka terhadap anak yang kepercayaan dirinya kurang. Apabila konselor sekolah melihat tanda-tanda bahwa kepercayaan diri anak rendah, maka konselor berhak memanggil anak tersebut untuk diajak konseling.

c. Siswa

Siswa diharapkan mampu memahami topik-topik bimbingan percaya diri yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling. Dengan memahami topik tersebut diharapkan siswa dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam meningkatkan kepercayaan diri maka diharapkan siswa bersedia melakukan wawancara pribadi/konseling.

2. Bagi Peneliti lain

(89)
(90)

Daftar Pustaka

Angelis, De B. 2003. Percaya Diri Sumber Sukses dan Kemandirian. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, S. 2004. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset ---.1992. Reliabilitas dan Validitas. Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bruno, F. J. 1989. Kamus Istilah Kunci Psikologi. Yogyakarta: Kanisius

Centi, P.J. 1993. Mengapa Rendah diri? Yogyakarta: Kanisius

Davies, P. 2004. Meningkatkan Rasa Percaya Diri. Yogyakarta: Torrent Books Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka

Furchan, A. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

---. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Hadi, S. 2004. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset

---. 1990. Analisis Butir Instrumen, Angket, Tes, dan Skala nilai dnegan BASICA. Yogyakarta: Andi Offset

Hakim,T. 2002. Mengatasi Rasa tidak Percaya Diri. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia Hurlock. 1989. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Iswidharmanjaya, Deri. Gregorius Agung. Psycholastic. 2004. Satu Hari Menjadi Lebih Percaya Diri. Jakarta: Gramedia

Lauster, Peter. 1990. Tes Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara

Gambar

Tabel 1 : Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Tepus Tahun Ajaran
Tabel 1 Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Tepus Tahun Ajaran 2007/2008 dan
Tabel 2.  Kisi-Kisi Kuesioner Kepercayaan Diri
Tabel 3  Rekapitulasi uji coba validitas instrumen
+6

Referensi

Dokumen terkait

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan remaja belum dapat mengaktualisasikan diri secara optimal, antara lain: keadaan ekonomi yang lemah sehingga keluarga tidak

Pemikiran ini membuat siswa tidak mempunyai dorongan untuk belajar dengan giat karena tidak percaya akan kemampuannya sendiri, selalu melihat bahwa dirinya kurang

Pacaran yang sehat pada siswa-siswi kelas XII SMA Sang Timur Yogyakarta terhadap aktivitas siswa-siswi baik dirumah maupun disekolah dapat dilihat dari adanya keintiman tidak