• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI TINGKAT PENERIMAAN DIRI SISWA-SISWI KELAS X DAN XI SMAK SANG TIMUR YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 20092010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DESKRIPSI TINGKAT PENERIMAAN DIRI SISWA-SISWI KELAS X DAN XI SMAK SANG TIMUR YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 20092010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan "

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Rose Endah Cahyaningrum NIM: 051114023

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

i

TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Rose Endah Cahyaningrum NIM: 051114023

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

Gagal, bangkit lagi...,

Jatuh, berdiri lagi...

Kalah, bangun lagi....

 

Jangan pernah menyia-nyiakan hari ini

karena dengan menyia-nyiakan hari ini

sama dengan menyia-nyiakan masa depanmu

Berikan yang terbaik di hari ini

maka kamu akan mendapat yang terbaik pula untuk masa depan mu

 

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Bapak Bambang Sutamaji dan Ibu Sriatun yang selama ini telah mendidik saya

dan membesarkan saya. Dhany Wahyu sejati dan Ririe Wienda Ayu Bernastie,

kakak dan adik ku yang selalu mendoakanku, sahabat-sahabatku di BK’05,

anak-anak SMAK Sang Timur Yogyakarta dan semua pihak yang telah memberiku

(6)
(7)
(8)

vii

TAHUN PELAJARAN 2009-2010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

Rose Endah Cahyaningrum Universitas Sanata Dharma, 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat penerimaan diri siswa-siswi Kelas X dan XI SMAK Sang Timur Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010. Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah tingkat penerimaan diri siswa-siswi kelas X dan XI SMAK Sang Timur Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010? (2) Topik bimbingan klasikal apakah yang sesuai untuk meningkatkan penerimaan diri siswa-siswi kelas X dan XI SMAK Sang Timur Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010?

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner penerimaan diri yang disusun sendiri oleh penulis dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru Bimbingan dan Konseling SMAK Sang Timur Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas X dan XI SMAK Sang Timur Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 5,7% siswa memiliki penerimaan diri sangat tinggi, 38,6% siswa memiliki penerimaan diri tinggi, 48,6 % siswa memiliki penerimaan diri cukup, 7,1% siswa memiliki penerimaan diri rendah,dan tidak ada siswa yang memiliki penerimaan diri sangat rendah. Dengan demikian secara umum penerimaan diri siswa-siswi kelas X dan XI SMAK Sang Timur Yogyakarta tergolong dalam kategori cukup. Artinya siwa-siswi tersebut memiliki penilaian diri yang belum stabil sehingga kadang-kadang menilai diri baik, kadang-kadang menilai diri buruk. Penilaian diri yang belum stabil ini mempengaruhi penerimaan diri mereka.

(9)

SCHOOL STUDENTS ACADEMIC YEAR 2009/2010 AND ITS IMPLICATION TO CLASSICAL GUIDANCE TOPICS

Rose Endah Cahyaningrum Universitas Sanata Dharma, 2010

This research is aimed to describe the self-acceptance of tenth and eleventh graders of Sang Timur Catholic Senior High School. There were some problems in this research (1) What is level self-acceptance of the tenth and eleventh graders of Sang Timur Catholic Senior High School? (2) What is the most appropriate guidance topic to develop the self-acceptance of tenth and eleventh graders of Sang Timur Catholic Senior High School?

This research is a descriptive research with survey method. The data is collected by using the self-acceptance questionnaire wich arranged by the writer and being consulted by the guidance lecturer ang counselor teacher of Sang Timur Catholic Senior High School. This research subject is all of the tenth and eleventh graders of Sang Timur Chatolic Senior High School.

The research’s result show students have very high self acceptance is 5,7%, students have high self-acceptance is 38,6%, students have average self-acceptance is 48,6%, students have low self-acceptance is 7,1%, and students have very low self-acceptance is 0%. The self-acceptance of tenth and eleventh graders of Sang Timur Catholic Senior High School is average. It means the students have unstable self evaluation, sometimes are able to accept themselves and sometimes refuse the fact.

(10)

ix

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Penulisan skripsi ini tidak

dapat berjalan tanpa bantuan banyak pihak. Penulis merasakan dukungan berupa

sumbangan pikiran maupun saran, dan juga bantuan materiil. Semuanya ini menjadi

dorongan bagi penulis untuk berjuang menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan penghargaan dan ucapa

terimakasih yang tulus kepada:

1. Dr. MM. Sri Hastuti, Msi sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan

Konseling yang telah mendukung dengan memberikan izin dalam pembuatan

skripsi ini.

2. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi.,M.A. sebagai pembimbing yang dengan

penuh kerelaan mengoreksi, membimbing, dan mengarahkan penulis dari awal

hingga selesainya penulisan skripsi ini.

3. R.H.Dj. Sinurat, M. A. selaku dosen tamu yang ikut memberikan masukan

positif demi penyempurnaan skripsi ini.

4. Br. Triyana, SJ selaku dosen tamu yang juga ikut memberikan masukan positif

demi penyempurnaan skripsi ini.

5. Dra. Th. Retno Hastuti, selaku kepala sekolah SMAK Sang Timur Yogyakarta

yang bersedia memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di SMAK Sang

Timur Yogyakarta.

6. Ibu MC. Lasmini, BA selaku koordinator BK yang telah memberikan

(11)

dan adikku, Dhany Wahyu Sejati dan Ririe Winda Ayu Bernastie yang selalu

memberiku semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

9. Dody Nur Hantoro, terimakasih atas cinta, kesabaran dan semangat untuk

menyelesaikan studi ku ini, aku selalu menyayangimu.

10. Sahabat terbaikku Meida Ardiana Putri, kita berjuang bersama, susah senang

kita bersama.terimakasih atas dukunganmu untuk menyelesaikan skripsi ini

bersama-sama.

11. Teman-teman BK’05 semuanya yang tidak bisa saya sebut satu per satu yang

telah mendukungku dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi

mereka yang peduli terhadap perkembangan penerimaan diri para remaja pada

umumnya.

Yogyakarta, 14 Oktober 2010

(12)

xi

HALAMAN JUDUL Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

PERNYATAAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... . xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A.Latar Belakang... 1

B.Perumusan Masalah... 4

C.Tujuan Penelitian... 5

D.Manfaat Penelitian... 5

E.Definisi Operasional... 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA... 7

A.Penerimaan Diri... 7

(13)

B.Remaja... 16

1. Pengertian Remaja... 16

2. Karakteristik Masa Remaja... 16

3. TugasPerkembangan Remaja ... 20

C.Remaja dan Penerimaan Diri... 21

D.Bimbingan Klasikal... 22

1. Pengertian Bimbbingan Klasikal... 22

2. Tujuan Bimbingan... 23

E.Peranan Bimbingan... 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 25

A.Jenis Penelitian... 25

B.Subjek Penelitian... 25

C.Instrumen Penelitian... 26

1. Jenis Alat ukur... 26

2. Format Pernyataan... 29

3. Penentuan Skor... 29

4. Validitas... 30

5. Reliabilitas ... 32

D.Prosedur Pengumpulan Data... 34

(14)

xiii

BAB V. TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL YANG RELEVAN

DENGAN DESKRIPSI PENERIMAAN DIRI SISWA-SISWI

SMAK SANG TIMUR

TAHUN AJARAN 2009/2010... 45

BAB VI. PENUTUP... 49

A.Kesimpulan... 49

B.Saran-saran... 49

DAFTAR PUSTAKA... 51

(15)

Tabel 2 : Kisi-Kisi Kuesioner Penerimaan Diri... 27

Tabel 3 : Rincian Item yang Gugur... 31

Tabel 4 : Daftar Korelasi Reliabilitas... 33

Tabel 5 : Jadwal Kegiatan Penelitian ... 35

Tabel 6 : Daftar Klasifikasi Penerimaan Diri berdasarkan PAP tipe 1.. 37

(16)

xv

Lampiran 2 : Tabulasi Data Penelitian... 57

Lampiran 3 : Hasil Analisis Uji Validitas Item... 65

Lampiran 4 : Hasil Penghitungan Reliabilitas Kuesioner... 67

Lampiran 5 : Surat Ijin Penelitian... 70

(17)

Dalam bab ini akan dipaparkan Latar Belakang, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Definisi Operasional.

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak

menuju masa dewasa. Menurut Gunarsa (2004:196) usia remaja yaitu antara 13

tahun hingga 20 tahun. Pada masa ini remaja mengalami serangkaian perubahan

dan perkembangan baik dari dalam diri maupun dari luar diri remaja. Menurut

Hurlock (1980:207) ada empat perubahan pada masa remaja, yaitu meningginya

emosi yang intensitasnya tergantung pada perubahan tingkat perubahan fisik,

perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial yang

bagi remaja sulit untuk dihadapi. Sebenarnya pada masa anak-anak mereka pun

mengalami perubahan dan perkembangan, hanya saja perubahan yang terjadi pada

masa remaja bertambah pada psikoseksualitas dan emosionalitas yang

mempengaruhi perilaku remaja.

Sebetulnya remaja tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak

termasuk anak-anak tetapi juga belum masuk golongan orang dewasa. Remaja ada

diantara anak-anak dan orang dewasa. Oleh karena itu remaja mengalami krisis

(18)

remaja bertanya tentang “siapakah saya?”. Mereka akan terus mencari tahu

tentang dirinya dengan cara bergaul dan mecoba hal-hal yang baru. Pada masa ini

remaja mudah dipengaruhi oleh lingkungan sosial mereka. Pengaruh tersebut bisa

positif bisa juga negatif, tergantung norma yang dikembangkan oleh lingkungan

sosial mereka. Apabila norma yang dikembangkan bertentangan dengan aturan

yang ada maka pengaruh yang diberikan kepada remaja negatif, tetapi jika norma

yang dikembangkan sesuai dengan aturan yang ada maka pengaruh yang

diberikan kepada remaja adalah positif.

Pada masa ini sebenarnya remaja diharapkan mampu mengintegrasikan

suatu perasaan konsistensi dalam hidup mereka, serta menemukan identitas peran

mereka. Identitas peran ini sebenarnya gabungan dari motivasi, nilai, kemampuan

dan gaya remaja. Remaja yang merasa gagal atau tidak mampu memenuhi

identitas peran yang dibebankan, mereka akan memilih jalan pengembangan

identitas yang negatif. Terlebih bagi mereka yang merasa diabaikan oleh

komunitasnya mampu melakukan tindakan anarkis dengan berkelahi atau

menggunakan obat dan alkohol. Mereka menganggap perilaku itu lebih baik

daripada mereka ditolak oleh lingkungannya yang tidak mengakui keberadaannya

sebagai remaja.

Sulitnya remaja menerima diri dapat menjadi hambatan dalam usaha

pemenuhan diri sehingga memungkinkan remaja mengalami kesulitan

berkembang menjadi manusia yang penuh. Pemenuhan diri pada dasarnya

(19)

potensinya yang unik. Proses ini menjadi tidak mudah terutama bagi remaja yang

sering mengalami konflik penerimaan diri.

Penerimaan diri menjadi hal yang penting bagi seorang remaja yang sedang

mengalami krisis identitas. Penerimaan diri menjadi dasar bagi remaja untuk

menyesuiakan diri dengan perubahan yang ada. Penerimaan diri juga dapat

membantu remaja untuk melihat kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki.

Menemukan bahwa dirinya adalah unik dan berharga membuat remaja tidak perlu

takut menghapi setiap perubahan yang ada. Kesadaran mengetahui jalan yang

akan ditempuh dan keyakinan batin tentang pengakuan dirinya membuat remaja

merasa aman dengan dirinya dan merasa bahwa ia bermakna. Makna dari periode

ini sebenarnya usaha remaja untuk menyiapkan diri menjadi orang dewasa yang

diakui dan diterima masyarakat. Banyaknya remaja yang mengalami kesulitan

dalam penerimaan diri mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian

mengenai penerimaan diri remaja. Remaja yang dipilih oleh peneliti adalah

siswa-siswi kelas X dan XI SMAK Sang Timur Yogyakarta.

Sekolah mengadakan berbagai kegiatan supaya siswa mencapai

perkembangan yang utuh dan optimal. Salah satu kegiatan yang diadakan oleh

sekolah adalah kegiatan bimbingan pribadi dan sosial. Kegiatan bimbingan

pribadi dan sosial ini merupakan suatu kegiatan bimbingan dimana siswa dibantu

menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam

batinnya sendiri mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani,

(20)

Kegiatan bimbingan pribadi sosial memilki fungsi preventif dan fungsi

developmental. Fungsi preventif yaitu membantu anak mengatasi persoalan yang

memungkinakann menjurus ke penyimpangan perkembangan mental, sedangkan

fungsi developmental yaitu anak sebagai pribadi yang sudah mencapai

perkembangan baik keseimbangan emosi maupun keserasian kepribadian, agar

menjadi satu kesatuan kepribadian yang kuat (Gunarsa, 2002:33). Melalui ke dua

fungsi tersebut diharapkan siswa memiliki pengetahuan baru yang dapat

memperbaiki pola pikir yang lebih obyektif tentang dirinya sendiri dan mampu

menerima keadaan dirinya sendiri. Tujuan dari pelayanan bimbingan adalah

supaya individu mampu mengatur kehidupannya sendiri, menjamin

perkembangan dirinya seoptimal mungkin, mewujudkan semua potensi yang baik

pada dirinya dan menyelesaikan tugas perkembangan yang dihadapi dalam

kehidupan ini dengan memuaskan (Winkel, 2004:65).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah tingkat penerimaan diri siswa-siswi kelas X dan XI SMAK

Sang Timur tahun pelajaran 2009/2010?

2. Topik Bimbingan klasikal apakah yang sesuai untuk meningkatkan

penerimaan diri siswa-siswi SMAK Sang Timur Yogyakarta tahun pelajaran

(21)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan tingkat penerimaan diri siswa-siswi kelas X dan XI

SMAK Sang Timur Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010.

2. Untuk mengetahui usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk

meningkatkan penerimaan diri siswa-siswi SMAK Sang Timur Yogyakarta

tahun pelajaran 2009/2010.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi guru BK:

Peneliti dapat memberikan informasi yang berguna bagi program BK dalam

meningkatkan penerimaan diri para siswa dan siswi.

2. Bagi para siswa-siswi:

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para siswa-siswi dalam

membantu meningkatkan penerimaan diri.

3. Bagi peneliti lain:

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagi sumber inspirasi dan data

apabila kelak ingin mengembangkan penelitian

E. Definisi Operasional 1. Penerimaan Diri

(22)

dimilikinya, mampu menerima pujian dan celaan secara objektif, memiliki

keyakiann dalam menghadapi persoalan, menganggap diri berharaga sehingga

mampu bersosialisasi dengan sesamanya.Dalam penelitian ini penerimaan diri

diukur dengan menggunakan kuesioner penerimaan diri.

2. Siswa dan Siswi Kelas X dan XI SMAK Sang Timur Yogyakarta Tahun

Pelajaran 2009/2010.

Siswa-siswi yang terdaftar aktif di SMAK Sang Timur Yogyakarta pada kelas

X dan XI tahun pelajaran 2009/2010.

3. Bimbingan Klasikal

Bimbingan klasikal adalah proses bimbingan yang diikuti oleh seluruh siswa

(23)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang beberapa hal yang berhubungan dengan topik

penelitian yaitu Penerimaan Diri, Remaja, Remaja dan Penerimaan Diri, serta

Bimbingan Klasikal

Penerimaan Diri

1. Pengertian Penerimaan Diri

Penerimaan diri adalah kesadaran seseorang untuk memahami dan

menerima diri sebagaimana adanya. Seseorang yang menerima dirinya berarti

orang tersebut mengenali dimana dan bagaimana dirinya saat ini dan memiliki

keinginan untuk terus mengembangkan dirinya. Sartain (dalam Handayani,

1997:9). Sedangkan Rubin (dalam Rohmah, 1997:32),menyatakan bahwa

penerimaan diri adalah sikap yang mencerminkan rasa senang sehubungan dengan

kenyataan diri sendiri. Sikap tersebut merupakan perwujudan dari kepuasan

terhadap kualitas kemampuan diri yang nyata.

Chaplin(1999:120) menyatakan bahwa penerimaan diri adalah sikap yang

pada dasarnya merasa puas dengan dirinya sendiri, kualitas dan bakat serta

pengetahuan dan keterbatasan-keterbatasan yang mereka miliki. Berbeda dengan

Hurlock (dalam Rohmah,1997:32) menyatakan bahwa penerimaan diri akan

menentukan sejauh mana keberhasilan idividu dalam membentuk tingkah laku

(24)

Penerimaan diri adalah kesediaan individu untuk menerima diri, yang

mencakup keadaan fisik, sosial dan aktualisasi diri. Penerimaan diri mencakup

sikap percaya, yakin terhadap dri sendiri (Indah, 2002:2). Sependapat dengan

Indah, Sutadipura (1984:83) menyatakan bahwa penerimaan diri adalah sikap

yang tidak menunjukkan penyesalannya atas kehadirannya di dunia ini, menerima

hidupnya dengan gembira, bersikap positif, menghargai dan mensyukuri diri.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh diatas penerimaan diri

merupakan sikap individu untuk dapat menerima diri apa adanya, merasa nyaman

dengan dirinya, tidak menyalahkan diri atas keterbatasan yang dimilikinya,

mampu menerima pujian dan celaan secara objektif, memiliki keyakiann dalam

menghadapi persoalan, menganggap diri berharaga sehingga mampu

bersosialisasi dengan sesamanya.

2. Unsur-Unsur Penerimaan Diri

Sheerer Cronbach (Sutadipura, 1984:35) menjelaskan lebih lanjut

mengenai unsur-unsur penerimaan diri yaitu:

a. Individu mempunyai keyakinan akan kemampuannya untuk menghadapi

persoalan.

Individu memiliki kepercayaan diri dan lebih memusatkan perhatian kepada

keberhasilan akan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan masalah.

b. Individu menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia dan sederajat

dengan orang lain.

(25)

yang memiliki kelebihan dan kekurangan dan merasa berguna bagi orang lain

sehingga ia tidak memiliki rasa rendah diri.

c. Individu merasa nyaman dengan dirinya sehingga dapat menyesuaikan diri

dengan baik dan tidak ada harapan untuk ditolak oleh orang lain.

d. Individu memiliki orientasi keluar dirinya sehingga dapat bersosialisasi dan

menolong sesamanya. Individu tidak malu atau hanya memperhatikan dirinya

sendiri tetapi juga peduli terhadap kebutuhan orang lain.

e. Individu berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya.

Ini berarti individu memiliki keberanian untuk menghadapi dan

menyelesaikan segala resiko yang timbul akibat perilakunya.

f. Individu dapat menerima pujian atau celaan secara objektif.

Individu mau dengan terbuka menerima pujian, saran dan kritikan dari orang

lain untuk pengembangan kepribadiannya lebih lanjut.

g. Individu tidak menyalahkan diri atas keterbatasan yang dimilikinya ataupun

mengingkari kelebihannya.

Individu memandang diri apa adanya dan bukan seperti apa yang

diinginkannya. Individu juga dapat mengkompensasikan keterbatasannya

dengan memperbaiki dan meningkatkan karakter dirinya yang dianggap kuat

sehingga pengelolaan potensi dan keterbatasan dirinya dapat berjalan dengan

(26)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri

Banyak faktor yang mempengaruhi penerimaan diri. Hurlock (1974:434)

mengemukakan ada sembilan faktor yang mempengaruhi penerimaan diri, yaitu:

a. Adanya pemahaman tentang diri sendiri

Pemahaman diri adalah persepsi tentang diri yang didasarkan pada

kenyataan, kebenaran dan kejujuran. Pemahaman diri akan beriringan dengan

penerimaan diri. Individu yang memahami dirinya dengan baik akan mempunyai

penerimaan diri yang baik pula, demikian sebaliknya

Pemahaman diri adalah kesadaran individu akan kelebihan dan

kekurangan yang dimilikinya. Individu diharapkan dapat mengenali siapa dirinya

yang sebenarnya. Pengenalan diri individu mengandung pemahaman akan

perbedaan tentang diri yang ingin dimiliki dengan diri yang sebenarnya.

b. Adanya harapan yang realistik

Individu yang memiliki harapan yang relistik akan memberikan sumbangan

yang besar pada kepuasan diri. Harapan individu akan menjadi realistik bila

harapan itu dibuat atas kemauannya sendiri dan orang tersebut memiliki

pemahaman diri akan kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya dengan

cukup baik.

c. Bebas dari hambatan lingkungan

Hambatan dari lingkungan seperti norma yang ditetapkan lingkungan

bertentangan dengan aturan yang ada dan hidup dalam suasana subsmisif (nrima)

(27)

dirinya dan menerima dirinya. Sebaliknya apabila lingkungan mendukung

individu untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan kemampuannya maka

kepuasan diri akan tercapai. Selanjutnya hal ini akan menimbulkan harapan yang

realistik

d. Sikap-sikap anggota masyarakat yang menyenangkan

Sikap anggota masyarakat akan membentuk sikap individu yang selanjutnya

individu akan mendapatkan pengalaman akan sikap lingkungan yang

menyenangkan sehingga diharapkan individu mempunyai penerimaan diri yang

baik

e. Tidak adanya tekanan emosional yang berat

Tanpa kemunculan tekanan emosi yang berat individu dimungkinkan untuk

melakukan yang terbaik bagi dirinya dan menjadikannya bersikap yang

berorientasi pada dirinya maupun orang lain. Kondisi ini memunculkan evaluasi

dari lingkungan sosial yang menyenangkan sebagai dasar dari evaluasi dan

penerimaan diri yang baik.

Individu yang mengalami gangguan emosi yang berat memiliki rasa takut

yang dibesar-besarkan dan cenderung menentukan tingkat aspirasi yang tinggi

atau rendah tetapi sifatnya tidak realistis, sedangkan individu yang memiliki

penyesuaian emosi dengan baik dapat memelihara keseimbangan antara harapan

dan realitas sehingga individu akan bercita-cita lebih realistis yang akan

(28)

f. Pengaruh keberhasilan yang dialami baik secara kualitatif maupun

kuantitatif.

Keberhasilan yang dialami individu akan dapat menimbulkan penerimaan

diri dan sebaliknya kegagalan yang dialami individu akan dapat mengakibatkan

adanya penolakan diri. Individu yang sangat puas terhadap keberhasilannya akan

bangga, tertarik pada hal-hal dan orang lain di luar dirinya serta bersikap ramah.

Keberhasilan juga akan menimbulkan kepuasan. Ada tiga (3) faktor yang

menentukan kepuasan individu karena keberhasilan, yaitu: bagaimana sikap orang

yang berarti baginya, nilai bagi dirinya terhadap kegiatan tersebut, reputasinya

yang berhubungan dengan kegiatan tersebut. Sedangkan kegagalan yang tidak

mau diakuinya, membuat individu tidak akan mengakui keterbatasan dirinya dan

ia yakin keberhasilannya terhalang oleh seseorang (menyalahkan orang lain atas

kegagalan yang dialaminya) sehingga akan menghambat penerimaan dirinya

(Gunarsa, 1986:258).

g. Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik

Individu yang melakukan identifikasi terhadap orang-orang yang

mempunyai penyesuaian diri yang baik akan membuatnya berkeinginan untuk

mengembangkan sikap-sikap yang positif dalam kehidupan dan berperilaku yang

memberikan penilaian diri yang dapat diterima. Selanjutnya hal ini akan

menimbulkan penerimaan diri yang baik pula.

h. Adanya perspektif diri yang luas

Individu yang dapat melihat dirinya sendiri sebagaimana orang lain melihat

(29)

akan membawa pada terbentuknya penerimaan diri.

i. Konsep diri yang stabil

Individu yang memiliki konsep diri yang stabil, berarti dapat melihat dirinya

sendiri dengan cara yang sama pada hamper setiap saat. Konsep diri yang stabil

akan menjadikan individu dapat menunjukkan penerimaan diri. Konsep diri yang

tidak stabil kadang-kadang baik, kadang-kadang tidak, akan gagal dalam

memberikan gambaran diri individu secara baik dan jelas.

4. Cara menentukan diri kita dapat diterima orang lain

Ada beberapa cara dimana kita dapat menentukan diri kita untuk dapat

diterima oleh orang lain. Menurut Supratiknya (1995:87) ada 5 cara, yaitu:

a. Reflected Self-Acceptance

Jika orang lain menyukai diri kita maka kita akan cenderung untuk

menyukai diri kita juga.

b. Basic Self-Acceptance

Perasaan yakin bahwa dirinya tetap dicintai dan diakui oleh orang lain

walaupun ia tidak mencapai patokan yang diciptakan oleh orang lain terhadap

dirinya.

c. Conditional Self-Acceptance

Penerimaan diri yang berdasarkan pada seberapa baik seseorang memenuhi

(30)

d. Self Evaluation

Penilaian individu tentang seberapa positifnya berbagai atribut yang

dimilikinya dibandingkan dengan berbagai atribut yang dimiliki oleh orang lain

yang sebaya dengannya.

e. Real Ideal Comparation

Derajat kesesuaian antara pandangan seseorang mengenai diri yang

sebenarnya dan diri yang diciptakan yang membentuk rasa berharga terhadap

dirinya sendiri.

5. Dampak penerimaan diri

Hurlock (1974:436) menjelaskan bahwa semakin baik seseorang dapat

menerima dirinya maka akan semakin baik pula penyesuaian diri dan sosialnya.

Ada dua kategori dampak dari penerimaan diri yaitu:

a. Dalam penyesuaian diri

Orang yang memiliki penyesuaian diri, mampu mengenali kelebihan dan

kekurangannya. Salah satu karakteristik dari orang yang memiliki penyesuaian

diri yang baik adalah lebih mengenali kelebihan dan kekurangannya. Selain itu

juga lebih dapat menerima kritik, dibandingkan dengan orang yang kurang dapat

menerima dirinya. Dengan demikian orang yang memiliki penerimaan diri dapat

mengevaluasi dirinya secara realistik, sehingga dapat menggunakan semua

potensinya secara efektif. Individu yang memiliki anggapan realistik terhadap

(31)

b. Dalam penyesuaian sosial

Penerimaan diri biasanya disertai dengan adanya penerimaan dari orang lain.

Orang yang memiliki penerimaan diri akan merasa aman untuk memberikan

perhatiannya kepada orang lain. Dengan demikian orang yang memiliki

penerimaan diri dapat mengadakan penyesuaian sosial yang lebih baik

dibandingkan dengan orang yang merasa rendah diri yang cenderung bersikap self

oriented atau berorientasi pada diri sendiri.

Penerimaan diri berkaitan erat dengan konsep diri dan kepribadian yang

positif. Orang yang memiliki penerimaan diri yang baik maka dapat dikatakan

memiliki konsep diri yang baik pula, karena selalu mengacu pada gambaran diri

yang ideal, sehingga indvidu dapat menerima gambaran dirinya yang sesuai

dengan realitas.

Sependapat dengan Desmita (Santrock, 2004:165) yang menyatakan bahwa

konsep diri mempunyai hubungan dengan harga diri. Harga diri merupakan

evaluasi individu terhadap dirinya secara positif atau negatif. Evaluasi individu

tersebut terlihat dari penghargaan individu terhadap dirinya. Individu yang

memiliki harga diri positif akan menerima dan menghargai dirinya sendiri dan

tidak menyalahkan dirinya atas kekurangan dirinya. Sebaliknya individu yang

memiliki harga diri negatif merasa dirinya tidak berguna, tidak berharga dan

selalu menyalahkan dirinya tasa ketidak sempurnaan dirinya. Ia cenderung tidak

(32)

A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Piaget (Hurlock, 1996:205) mendefinisikan masa remaja merupakan masa

dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa dalam tingkatan hak

yang sama. Gunarsa (1978:17) berpendapat bahwa Masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Dan masa remaja

merupakan masa persiapan memasuki masa dewasa.

Rifai (1984:1) menambahkan bahwa masa remaja disebut juga masa

physiological learning dan soscial learning. Hal ini berarti bahwa remaja sedang

mengalami proses pematangan fisik dan sosial. Dalam pematangan fisik, remaja

mengalami proses perubahan struktur dan atau fungsi jasmaniah yang mengarah

pada kedewasaan fisik. Sedangkan dalam pematangan sosial, remaja menghadapi

proses belajar mengadakan penyesuaian diri atau adjustment pada kehidupan

sosial orang dewasa secara tepat. Hal ini berarti bahwa remaja harus belajar

pola-pola tingkah laku sosial yang dilakukan orang dewasa dalam lingkungan

kebudayaan pada masyarakat dimana mereka hidup.

2. Karakteristik Masa Remaja

Menurut Hurlock (1996:207) masa remaja memiliki karakteristik tertentu

yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Karakteristik

tersebut di jelaskan sebagai berikut.

a. Masa remaja sebagai periode yang penting.

(33)

kepentingannya berbeda-beda. Pada periode remaja yang penting adalah karena

akibat fisik dan psikologisnya. Perkembangan fisik dan mental yang sangat cepat,

menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai

dan minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan.

Pada setiap periode peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat

keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa tersebut, remaja bukan lagi

seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Status remaja yang tidak jelas ini

juga menguntungkan karena status memberi waktu kepada remaja untuk mencoba

gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang

paling sesuai bagi dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan.

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar

dengan tingkat perubahan fisik. Selain hal tersebut, ada empat perubahan yang

sama yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi. Kedua,

perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk

dipesankan, menimbulkan masalah baru dan remaja akan menyelesaikannya

menurut kepuasannya. Ketiga, berubahnya minat dan pola perilaku menyebabkan

nilai-nilai ikut berubah. Remaja akan lebih mengerti bahwa kualitas lebih penting

daripada kuantitas. Keempat, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap

(34)

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah.

Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa

remaja sering menjadi masalah yang sangat sulit diatasi baik oleh anak laki-laki

maupun perempuan. Ada dua alasan bagi kesulitan tersebut. Pertama, sepanjang

masa kanak-kanak, masalahnya anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang

dewasa lainnya, sehingga remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.

Kedua, karena para remaja merasa dirinya mandiri, sehingga mereka ingin

mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan orang tua dan guru.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.

Erikson (Hurlock, 1996:208) menjelaskan masalah krisis identitas atau

identitas ego pada remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk

menjelaskan siapa dirinya, apa perananya dalam masyarakat. Apakah ia seorang

anak atau orang dewasa. Apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang

ras atau agama atau nasionalnya membuat beberapa orang merendahkannya.

Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau akan gagal.

Konsep diri berperan dalam mengatasi krisis identitas pada remaja. Seberapa

jauh seorang mempersepsikan kemampuan dirinya dalam situasi atau hal tertentu

mengarahkannya untuk kemudian dapat berhasil atau tidak dalam meraih apa

yang diinginkan, dengan pertimbangan norma-norma di masyarakat.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.

Adanya stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi,

(35)

menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan

remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap

perilaku remaja yang normal. Stereotip populer juga mempengaruhi konsep diri

dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri. Pada pembahasan stereotip budaya

remaja (Hurlock, 1996:208) menjelaskan bahwa stereotip berfungsi sebagai

cermin yang ditegakkan masyarakat bagi remaja dan menggambarkan citra diri

remaja sendiri yang lambat laun dianggap sebagai gambaran yang asli dan remaja

membentuk perilakunya berdasarkan gambaran tersebut. Adanya penerimaan

stereotip bahwa orang dewasa mempunyai pandangan yang buruk tentang remaja,

membuat peralihan ke masa dewasa menjadi sulit.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.

Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang

remaja inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terutama dalam hal cita-cita.

Semakin tidak realistik cita-citanya semakin mudah remaja itu marah. Remaja

akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau tidak

berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

Meningkatnya usia kematangan yang sah, remaja akan semakin gelisah

untuk smeninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa

mereka sudah hampir dewasa. Selain berpakaian dan bertindak seperti orang

(36)

dan terlibat dalam perbuatan seks. Remaja menganggap bahwa perilaku ini akan

memberikan citra yang diinginkan.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja adalah kemampuan yang harus dikuasai oleh

remaja. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja menurut Hurlock (1991:11)

yaitu:

a. Mampu menerima keadaan fisiknya

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan

jenis

d. Mencapai kemandirian emosional

e. Mencapai kemandirian ekonomi

f. Mencapai pemenuhan diri dan pengembangan potensi

g. Mengembangkan konsep dengan ketrampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagi anggota masyarakat

h. Memahami nilai-nilai orang dewasa dan orang tua

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki usia perkawinan

j. Memahami dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga.

Tugas perkembangan yang langsung berkaitan dengan penerimaan diri,

yaitu: mampu menerima keadaan fisiknya untuk mencapai pemenuhan diri dan

(37)

B. Remaja dan Penerimaan Diri

Hurlock (1996:238) mengkategorikan usia remaja ditandai dengan

perkembangan fisik dan psikologis yang sangat pesat. Krisis dan ketegangan

mulai terjadi dalam diri remaja, sebagian remaja mulai membanding - bandingkan

diri dengan orang lain. Oleh karena itu, melalui penerimaan diri, remaja diajak

untuk dapat menerima keadaan diri baik kelebihan dan kelemahan, mampu

menjadi diri sendiri, menentukan nasib sendiri, menerima realita, dan kemampuan

bergaul dengan orang lain

Ketidakmampuan remaja dalam menyesuaikan diri merupakan petunjuk

awal bahwa remaja tidak puas pada dirinya sendiri dan mempunyai sikap menolak

diri. Remaja yang menolak diri akan merasa tidak bahagia dan merasa dirinya

memainkan peran orang yang dikucilkan. Akibatnya ia tidak mengalami

kebahagiaan dalam dirinya kesehatan mentalnya juga akan terganggu (Hurlock,

1996:238). Kalau remaja realistik tentang derajat penerimaan yang mereka capai

dan merasa puas pada orang-orang yang menerima mereka maka remaja akan

merasa bahagia dan merasa lebih puas dengan kehidupannya. Remaja akan lebih

realistik dalam melihat kemampuannya sehingga akan meletakkan tujuan sesuai

dengan apa yang bisa dicapai dan terus berusaha untuk mencapai tujuannya dan

berhasil dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan yang ada sehingga ia merasa

(38)

C. Bimbingan Klasikal

1. Pengertian Bimbingan dan Bimbingan Klasikal a. Pengertian Bimbingan

Jones (Juhana, 1988:20) berpendapat bahwa bimbingan adalah bantuan

yang diberikan oleh seorang individu kepada individu lain dalam menentukan

pilihan-pilihannya, penyesuaian-penyesuiannya, untuk memecahkan masalah

dengan harapan individu yang dibantu dapat berkembang secara bebas dan

akhirnya ia memikul tanggung jawab. Prayitno (2004:89) menambahkan bahwa

bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang

ahli kepada seseorang atau beberapa orang baik anak-anak remaja maupun dewasa

agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya dan

mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat

dikembangkan berdasrkan norma yang berlaku.

Bimbingan menurut Moegiadi (Winkel, 1997:29)

1) Usaha melengkapi individu dengan pengetahuan dan pengalaman dan

informasi tentang dirinya sendiri.

2) Suatu cara pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu untuk

memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala

kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya.

3) Sejenis pelayanan kepada individu agar dapat menentukan pilihan,

menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis,

sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam

(39)

4) Suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam

hal: memahami diri, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai

dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan.

Dari berbagai pendapat mengenai pengertian bimbingan dapat

disimpulkan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan

yang diberikan oleh seorang ahli kepada individu agar individu yang

mendapat bantuan dapat memahami dirinya secara realistis,

menyesuaikan diri dengan lingkungan dapat mengambil keputusan

dengan tepat dan pada akhirnya dapat memikul tanggung jawab.

b. Pengertian Bimbingan Klasikal

Menurut Winkel (1997:523) layanan bimbingan klasikal adalah proses

yang diikuti oleh seluruh siswa dan siswi dalam satuan kelas pada tingkatan kelas

tertentu dan pada waktu yang telah ditetapkan dalam jadwal pelajaran, sehingga

konselor sekolah masuk kelas untuk memberikan bimbingan.

2. Tujuan Bimbingan

Dalam arti umum bimbingan bertujuan membantu individu dalam

usahanya untuk (1) kebahagiaan pribadi, (2) kehidupan yang efektif dan produktif

dalam masyarakat, (3) hidup bersama individu lain, (4) keserasian antara cita-cita

individu dan kemampuan yang dimilikinya. (Prayitno 2004:89), sedangkan

(40)

denagn tidak hanya sekedar meniru pendapat orang lain, berani mengambil sikap

sendiri dan berani menanggung konsekuensi dari tindakannya.

D. Peranan Bimbingan dalam Meningkatkan Penerimaan Diri

Dilihat dari tujuan bimbingan yang telah diuraikan sebelumnya menurut

para ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan bimbingan mengarahkan

individu untuk memahami dirinya sendiri sehingga mereka mampu menyesuaikan

diri dengan lingkungan dimana mereka berada. Bimbingan memiliki peran yang

cukup besar dalam membantu siswa meningkatkan penerimaan diri karena

melalui bimbingan siswa memperoleh gambaran dan pengetahuan tentang siapa

mereka, apa tujuan mereka dan bagaimana mencapai tujuan tersebut dengan

menggunakan kekuatan yang ada di dalam diri mereka, sehingga siswa terbantu

untuk melihat dirinya secara objektif dan menetapkan tujuan sesuai dengan

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan

metodologi penelitian, yaitu Jenis Penelitian, Subjek Penelitian, Instrumen

Penelitian dan Teknik Analisis Data

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian deskriptif dengan

metode survei. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

situasi dan kondisi saat ini. Penelitian deskriptif ini dirancang untuk

mendapatkan informasi tentang suatu gejala pada saat penelitian dilakukan.

Penelitian ini diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi pada waktu

penelitian (Furchan, 1982:415).

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penerimaan diri

siswa-siswi kelas X dan XI SMAK Sang Timur tahun pelajaran 2009/2010

dan usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan

penerimaan diri siswa-siswi SMAK Sang Timur tahun pelajaran 2009/2010.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X dan XI SMAK Sang

(42)

Tabel 1

Rincian siswa-siswi kelas X dan XI SMA K Sang Timur Yogyakarta tahun Ajaran 2009-2010

No Kelas Jumlah

1 Kelas XI IPS 14 Siswa

2 Kelas XI Bahasa 5 Siswa

3 Kelas XI IPA 10 Siswa

4 Kelas X I 18 Siswa

4 Kelas X II 23 Siswa

Jumlah 70 Siswa

C. Instrumen Penelitian 1. Jenis Alat ukur

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk mengukur tingkat

penerimaan diri siswa-siswi kelas X dan XI SMAK Sang Timur Yogyakarta tahun

pelajaran 2009/2010. Kuesioner menggunakan rating scale (skala bertingkat)

yang mengikuti prinsip-prinsip skala Likert, yaitu suatu ukuran subjektif yang

memuat sejumlah pernyataan. Masing-masing pernyataan dilengkapi dengan

pilihan yang menunjukkan tingkatan, mulai dari sangat setuju, setuju, tidak setuju,

sangat tidak setuju.

Kuesioner penerimaan diri yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

dua bagian. Bagian pertama merupakan bagian pengantar, identitas responden

(43)

unsur-unsur penerimaan diri dan indikator item. Kuesioner penerimaan diri

disusun berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut

Tabel. 2

Kisi-kisi Kuesioner Penerimaan Diri

No Unsur-unsur Penerimaan Diri

Indikator No. Item Jumlah

1 Mempunyai keyakinan untuk menghadapi persoalan. Kreatif Optimis Berdaya juang Favorable: 3 Unfavorable: 56 Favorable: 1, 5

Unfavorable: 62, 58,60 Favorable: 7 Unfavorable: 60 9 2 Menganggap diri berharga dan sederajat dengan orang lain. Percaya diri Penilaian diri Merasa diterima Favorable: 45 Unfavorable:2, 4 Favorable: 51, 49 Unfavorable: 8 Favorable: 47 Unfavorable: 6

8

3 Berani memikul tanggung jawab.

Jujur

Tegas

Konsekuen

Favorable: 36 Unfavorable: 45 Favorable: 34, 40 Unfavorble: 44, 50 Favorable: 42, 52 Unfavorble: 48

(44)

4 Individu merasa nyaman dengan dirinya sehingga mampu menyesuiakan diri dengan baik. Merasa nyaman dengan penampilan Mampu beradabtasi Favorable:53 Unfavorable: 20 Favorable:55,57,59,61

Unfavorable: 19,20, 24 9

5 Individu memiliki orientasi keluar dirinya. Membangun relasi Empati

Favorable: 9, 11 Unfavorable: 28, 34

Favorable: 13, 15, 17

Unfavorable: 30, 32, 33 10

6 Dapat menerima pujian dan celaan secara objektif. Mendengarkan orang lain Memahami sudut pandang orang lain

Favorable: 18, 19 Unfavorable:37,38

Favorable: 21, 23

Unfavorable: 39, 41, 43 9

7 Individu memandang diri apa adanya bukan sebagaimana yang diinginkannya. Kesadaran diri Pengembangan diri

Favorable: 27, 31 Unfavorable: 12, 16 Favorable: 31, 35 Unfavorable: 10, 14

8

(45)

2. Format Pertanyaan

Item-item yang digunakan dalam kuesioner penerimaan diri pada penelitian

ini dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang bersifat favorabel dan pernyataan

yang bersifat unfavorabel. Kuesioner yang digunakan bersifat tertutup. Menurut

Furchan (2004:249) kuesioner tertutup adalah kuesioner yang memiliki arti bahwa

kuesioner tersebut berisi pertanyaan yang disertai dengan pilihan-pilihan jawaban

yang telah disediakan dengan menggunakan 4 alternatif jawaban untuk setiap

item, yaitu (SS) Sangat Setuju, (S) Setuju, (TS) Tidak Setuju, (STS) Sangat Tidak

Setuju. Format kuesioner dapat dilihat pada lampiran. 1.

3. Penentuan Skor/Skoring

Penentuan skor untuk setiap jawaban dari item-item pernyataan adalah

sebagai berikut:

a. Untuk item positif (Favorabel), skor yang digunakan adalah Sangat Setuju

(SS) dengan skor 4, Setuju (S) dengan skor 3, Tidak Setuju (TS) dengan

skor 2, Sangat Tidak Setju (STS) dengan skor 1.

b. Untuk item negatif (Unfavorabel), skor yang digunakan adalah Sangat

Setuju (SS) dengan skor 1, Setuju (S) dengan skor 2, Tidak Setuju (TS)

dengan skor 3 Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 4.

Subjek diminta untukmemilih salah satu alternatif jawaban dengan cara

memberi tanda centang (√) sesuai dengan pilihannya. Jawaban-jawaban

(46)

tinggi skor, maka akan semakin tinggi tingkat penerimaan diri sedangkan

semakin rendah skor , maka semakin rendah pula tingkat penerimaan dirinya.

4. Validitas dan Reliabilitas a. Validitas

Validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur

yang seharusnya diukur (Masidjo, 1985:242). Sebuah alat ukur dikatakan valid

jika alat ukur itu dapat memberikan hasil ukur sesuai dengan maksud pengukuran

tersebut. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Validitas konstruk.

Validitas konstruk adalah validitas yang didasarkan pada konsep teoritik. Item

yang dibuat oleh peneliti didasarkan pada konsep teoritik yang ada pada kajian

teori. Item yang dibuat kemudian dianalisis untuk mengetahui dan menghasilkan

instrument yang sesuai dengan konsep teoritiknya. Penilaian mengenai hal ini

dapat dilakukan oleh penilai profesional (professional judgement). Dalam

penelitian ini penilai professional/judgment ahli dilakukan oleh dosen

pembimbing dan guru pembimbing di sekolah. Dalam hal ini peneliti meminta

bantuan kepada:

1. A. Setyandari, S. Pd.,S.Psi.,MA. Selaku dosen pembimbing skripsi

2. MC. Lasmini, BA selaku koordinator BK SMA K Sang Timur

Yogyakarta

Proses penghitungan taraf validitas dilakukan dengan cara memberi skor

pada setiap item dan mentabulasikan ke dalam data penelitian. Selanjutnya

(47)

Asumsi yang dipakai ialah korelasi yang tinggi menunjukkan kesesuaian antara

butir unsur dengan fungsi keseluruhan angket (Furchan, 2004:283). Berdasarkan

hasil penghitungan lewat SPSS terdapat 8 item yang gugur. Di bawah ini akan

disajikan tabel rincian item yang gugur.

Tabel 3

Rincian Item yang Gugur No Unsur-unsur Penerimaan

Diri

No. item gugur

Pernyataan

1. Mempunyai keyakinan untuk menghadapi

persoalan

9 Saya berusaha semampu saya untuk mewujudkan keinginan saya meskipun itu sulit.

2. Menganggap diri berharga dan sederajat dengan orang lain

8, 51 Saya merasa teman-teman memiliki kelebihan dalam segala hal.

Keberadaan saya dapat meng-hidupkan suasana

3. Berani memikul tanggung jawab

45 Saya tetap menjalankan keputusan yang telah saya ambil meskipun itu sulit.

4. Merasa nyaman dengan diri nya sehingga mampu menyesuaikan diri dengan baik

22 Saya merasa penampilan saya kurang menarik.

5. Dapat menerima pujian dan celaan secara objektif

25 Saya mampu menerima celaan dari teman-teman hanya sebagai bahan lelucon saja.

6. Individu memandang diri apa adanya bukan

sebagaimana yang diinginkannya

39 Saya bersedia belajar dengan sungguh-sungguh pada mata pelajaran yang kurang saya sukai. 20 Mata pelajaran yang kuirang saya

kuasai memang sulit sehingga belajar dan tidak belajar sama saja.

(48)

diperoleh koefisien korelasi rxy≥ 0,30. Azwar (1999:65) berpendapat bahwa

koefisien validitas dapat dianggap memuaskan apabila diperoleh koefisien rxy≥

0,30. Hasil analisis validitas dapat dilihat pada lampiran 2.

b. Reliabilitas

Menurut Masidjo (1985:209) reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai

dimana suatu tes mampu menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil dalam suatu

pengukuran. Reliabilitas ini menuntut sejauh mana pengukuran itu dapat

memberikan hasil yang relatif sama. Reliabilitas tidak berurusan dengan yang

ingin diukur. Pengukuran bisa reliabel (dapat dipercaya) tanpa harus valid

(Furchan, 2004:313).

Pengujian tingkat reliabilitas alat ukur ini ditempuh dengan menggunakan

metode belah dua. Metode ini digunakan untuk menguji reliabilitas suatu tes

untuk satu kali pengukuran pada sekelompok siswa. Metode belah dua yang

dipakai berdasarkan urutan item bernomor gasal dan genap. Proses penghitungan

taraf reliabilitas alat ukur ini dilakukan dengan cara memberi skor pada

masing-masing item dan mentabulasikan skor-skor tersebut. Selanjutnya skor-skor yang

bernomor gasal dijadikan belahan I (X) dan skor-skor yang bernomor genap

dijadikan belahan II (Y). Kemudian skor dari belahan I dikorelasikan dengan

skor-skor dari belahan II. Metode yang digunakan untuk menganalisis reliabilitas

dengan menggunakan teknik Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson

(49)

r xy = N

XY – (

X) (

Y)

[{N

X² - (

X)²} {N

Y²- (

Y)²}]

Keterangan:

r xy = Koefisien korelasi X dan Y

X = Item yang bernomor ganjil

Y = Item yang bernomor genap

N = Jumlah responden

Reliabilitas kuesioner dihitung dengan menggunakan Pearson dan diperoleh

hasil r = 0,796. Dengan demikian reliabilitas tersebut termasuk dalam kategori

tinggi. Rekapitulasi Hasil Penghitungan Item Total Corelation dengan

menggunakan Prodect Moment SPSS 12.0 terdapat pada lampiran 3 Dibawah ini

disajikan tabel korelasi reliabilitas

Tabel 4

Tabel Korelasi Reliabilitas

Koefisien korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat Tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup Tinggi

0,21-0,40 Rendah

(50)

D. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini peneliti melakukan beberapa hal sebagai persiapan

sebelum melaksanakan penelitian, yaitu:

a. Penyiapan kuesioner

Untuk penyiapan alat ukur ini telah dilakukan beberapa usaha sebagai

berikut:

1) Penelti mengidentifikasi unsur-unsur penerimaan diri Sheree

Cronbach ( Sutadipura, 1984:35)

2) Peneliti merumuskan item-item yang mengungkapkan berbagai

unsur penerimaan diri.

3) Peneliti mengkonsultasikan kuesioner kepada dosen pembimbing

dan guru pembimbing yang ada di sekolah.

4) Peneliti menghubungi kembali pihak sekolah yang hendak dipakai

untuk penelitian tentang kapan penelitian itu dapat dilaksanakan.

Kisi-kisi kuesioner terda

2. Tahap Pelaksanaan

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 22, 24, 28 April 2010. Pada tabel

(51)

Tabel 5 Jadwal Penelitian

Total jumlah siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah 77

siswa dan pada saat penelitian terdapat 7 siswa yang absen sehingga jumlah

subjek ada 70 siswa.

Langkah-langkah pelaksanaan:

a. Peneliti mempersiapkan diri 15 menit sebelum waktu pelaksanaan

yang telah dijadwalkan.

b. Pada saat masuk kelas peneliti memperkenalkan diri kepada siswa dan

memberikan penjelasan umum tentang maksusd dan tujuan penelitian

ini dilaksanakan.

c. Peneliti membagikan lembar kuesioner.

Kelas Hari/Tanggal Waktu Jumlah Siswa

Absen XI Bahasa Selasa, 22 April 2010 08:00-08:45 1 Siswa XI IPS Kamis, 24 April

2010

11:15-12:00 1 Siswa

XI IPA Kamis, 24 April 2010

12:45-13.30 2 Siswa

X 1 Rabu, 28 April 2010 10:30-11:15 2 Siswa X 2 Rabu, 28 April 2010 12:45-13:30 1 Siswa

(52)

d. Peneliti menjelaskan petunjuk cara mengerjakan kuesioner dan

memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada yang

belum jelas.

e. Selama pengisian kuesioner berlangsung, peneliti memberi

kesempatan kepada siswa untuk menanyakan item yang belum

dipahami.

f. Peneliti memeriksa kembali kelengkapan lembar kuesioner yang sudah

terkumpul.

E. Teknik Analisis Data

1. Tahap-tahap analisis data dilaksanakan dengan cara:

a. Menentukan skor-dari setiap alternatif jawaban. Alternatif jawaban

untuk item positif (favorable) yaitu: SS diberi skor 4, S diberi skor 3,

TS diberi skor 2, STS diberi skor 1. Sedangkan untuk, sedangkan

untuk item negative (unfavorable) SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS

diberi skor 3, dan STS diberi skor 4.

b. Melakukan scoring dengan bantuan Microsoft Exsel.

c. Membuat tabulasi data dan mernghitung frekuensi jawaban pada setiap

item SS, S, TS, STS.

d. Menghitung besarnya persentase jawaban setiap alternatif jawaban.

e. Mencari persentase setiap unsur penerimaan diri dengan menggunakan

PAP tipe 1. Menurut Masidjo (1995:151) Penilaian Acuan Patokan

(53)

diperoleh dari siswa dengan skor yang seharusnya dicapai oleh siswa.

Kemudian dilanjutkan dengan menyusun peringkat unsur-unsur

penerimaan diri. Gambaran penerimaan diri siswa-siswi kelas X dan

XI SMAK Sang Timur Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010 dapat

digolongkan menjadi lima kategori yaitu: sangat tingi, tinggi, cukup,

rendah, dan sangat rendah dengan patokan seperti pada tabel 6 berikut:

Tabel 6

Tingkat Penerimaan Diri Norma

kategori

Tingkat

Penerimaan Diri

Rentang Skor Kualifikasi

90%-100% 90% X 228 = 205 205-228 Sangat Tinggi

80%-89% 80% X 228 = 182 182-204 Tinggi

65%-79% 65% X 228 = 148 148-181 Cukup

55%-64% 55% X 228 = 125 125-147 Rendah

Dibawah

55%

Dibawah 124 0-124 Sangat Rendah

f. Selanjutnya dengan bantuan komputer dengan program yang digunakan

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas jawaban atas masalah penelitian yaitu

bagaimanakah tingkat penerimaan diri siswa-siswi kelas X dan XI SMAK Sang

Timur Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010 dalam Hasil Penelitian dan

Pembahasan.

A. Hasil Penelitian

Peneliti telah melaksanakan pengumpulan data dan diolah menurut prosedur

yang telah dijabarkan dalam teknik analisis data. Berdasarkan hasil penelitian

yang telah diolah dengan PAP Tipe I maka secara umum dapat diketahui deskripsi

tingkat penerimaan diri siswa kelas X dan XI SMAK Sang Timur Yogyakarta

tahun pelajaran 2009/2010 adalah 5,7% sangat tinggi, 38,6% tinggi, 48,6% cukup,

7,1% rendah dan untuk kategori sangat rendah tidak ada. Dapat dilihat pada tabel

berikut ini

Tabel 7

Rekapitulasi Tingkat Penerimaan Diri berdasarkan PAP tipe I Norma Kategori Frekuensi Persentase Kualifikasi

90%-100% 4 5,7% Sangat Tinggi

80%-89% 27 38,6% s Tinggi

65%-79% 34 48,6% Cukup

55%-64% 5 7,1% Rendah

(55)

Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa ada 4 orang siswa yang memiliki

penerimaan diri sangat tinggi, 27 siswa memiliki penerimaan diri tinggi, 34 siswa

memiliki penerimaan diri cukup, 5 siswa memiliki penerimaan diri rendah, dan

tidak ada siswa ynag memiliki penerimaan diri sangat rendah.

Penerimaan diri disebut “Sangat Tinggi” apabila memenuhi rentang skor

205-228, tergolong “Tinggi” apabila skornya antara 182-20, tergolong “Cukup”

apabila skornya antara 147, tergolong “Rendah” apabila skornya antara

125-147 dan tergolong “Sangat Rendah” apabila skornya <124. Dari tabel 7 dapat

diketahui bahwa siswa yang memiliki tingkat penerimaan diri “Sangat Tinggi”

berjumlah 4 orang, “Tinggi” 27 orang, Cukup 34 orang, “Rendah” 5 orang dan

untuk “Sangat Rendah” tidak ada.

B. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah Siswa SMAK Sang Timur

yang memiliki penerimaan diri tinggi sebanyak 27 siswa (38,6 %) sedangkan

siswa yang memiliki penerimaan diri pada kategori cukup sebanyak 34 siswa

(48,6%). Siswa yang memiliki penerimaan diri cukup persentasenya lebih besar

daripada siswa yang memiliki penerimaan diri tinggi. Siswa yang memiliki

penerimaan diri yang tinggi berarti mereka sudah mampu menerima kelebihan dan

kelemahan yang mereka miliki, dapat menghargai diri sendiri dan orang lain serta

tidak menyalahkan diri sendiri atas kekurangan yang mereka miliki. Sedangkan

(56)

mampu menerima kelebihan dan kelemahan yang mereka miliki. Dengan

demikian mereka dapat menghargai diri sendiri dan memiliki kesenangan dan

kepuasan terhadap dirinya sendiri dan mampu mengembangkan dirinya secara

optimal .

Siswa yang memiliki penerimaan diri pada kategori cukup sebanyak 34

siswa (48,6%). Jumlah ini termasuk besar karena hampir setengah dari

keseluruhan jumlah subjek. Siswa yang memiliki penerimaan diri pada kategori

cukup mungkin disebabkan beberapa hal antara lain, adanya harapan yang tidak

realistik dari siswa sebagai remaja yang sedang mengalami proses pencarian jati

diri dimana remaja berusaha mencari tahu siapa dirinya dan apa perananya di

dalam masyarakat. Dalam proses pencarian jati diri ini remaja mengalami

kesulitan sebab pada masa ini mereka mengalami perubahan dan perkembangan

menuju kedewasaan baik dari segi mental, emosional, fisik dan soisal (Sulastri,

1994:1).

Menurut Hurlock (1996:208) remaja melihat dirinya dengan harapan mereka

yang serba baik dan sempurna. Pertumbuhan fisik pada remaja memiliki pengaruh

yang besar bagi perilaku mereka sebab pertumbuhan fisik dapat dilihat secara

langsung oleh semua orang. Pertumbuhan fisik yang tidak sesuai dengan harapan

remaja menyebabkan mereka memiliki pandangan yang rendah terhadap dirinya

sendiri. Sehingga mereka masih memerlukan bantuan untuk dapat melihat diri

secara objektif dan realistis, selain itu kurangnya keterbukaan pada remaja itu

sendiri yang membuat penerimaan diri mereka menjadi kurang optimal.

(57)

untuk menceriterakan setiap perubahan dan perkembangan yang terjadi pada diri

mereka sendiri. Ada empat perubahan pada masa remaja, yaitu meningginya

emosi yang intensitasnya tergantung pada perubahan tingkat perubahan fisik,

perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial yang

bagi remaja sulit untuk dihadapi. Perubahan dan perkembangan yang mereka

rasakan membuat mereka bingung bagaimana harus bersikap, mereka cenderung

menutup diri karena merasa bahwa dirinya sudah berbeda. Akibat perkembangan

yang bervariasi remaja merasa belum siap. Mereka mengalami kecemasan karena

mungkin perubahan yang dialami tidak seperti yang diharapkan atau tidak seperti

teman-temannya.

Kurangnya keterbukaan membuat remaja menutup diri dengan

teman-temannya yang semakin membuat remaja memiliki penilaian diri yang belum

stabil. Kadang-kadang mereka menilai diri baik kadang-kadang mereka juga

menilai diri buruk atau negatif. Penilaian diri mereka yang belum stabil ini akan

mempengaruhi penerimaan diri mereka menjadi tidak stabil, kadang-kadang

mampu menerima keadaan dirinya kadang-kadang menolak kenyataan yang ada.

Siswa yang memiliki penerimaan diri pada kualifikasi tinggi sebanyak 27

siswa (38,6%). Dilihat dari jumlah tersebut bisa dibilang lumayan karena sudah

melebihi seperempat dari jumlah keseluruhan subjek. Para siswa yang memiliki

penerimaan diri tinggi mungkin disebabkan beberapa faktor diantaranya

lingkungan siswa sebagai remaja yang mendukung perkembangan dan

(58)

kemampuannya maka kepuasan diri akan tercapai sehingga akan menimbulkan

harapan yang realistis bagi remaja itu sendiri. Lingkungan sosial yang

menyenangkan, relasi dengan orang tua yang didasari dengan kesediaan menerima

dan terbuka akan memberikan kesempatan kepada remaja untuk lebih menggali

dan mengenali kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki. Dengan demikian

remaja dapat mencapai penerimaan diri secara optimal.

Siswa yang memiliki penerimaan diri pada kualifikasi rendah sebanyak 5

siswa (7,1%). Jumlah ini tidak terlalu besar dibandingkan dengan jumlah seluruh

subyek yang ada, namun cukup memprihatinkan karena masih ada siswa yang

rendah penerimaan dirinya. Rendahnya penerimaan diri 5 siswa ini dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain hubungan remaja dengan orang tua

membuat penerimaan diri mereka menjadi rendah. Hal ini mungkin disebabkan

karena relasi orang tua yang over possessive kepada anaknya. Afeksi yang

berlebih-lebihan dimana orang tua ingin menguasai anaknya dengan menyuruh

anak mengerjakan segala sesuatu yang dikehendaki oleh orang tua. Remaja yang

hidup dalam suasana yang demikian akan memiliki sikap subsmisif (“nerima”)

dan sensitif (perasa). Jika remaja memiliki sikap yang demikian maka mereka

akan mengalami kesulitan untuk dapat melihat kelebihan yang dimilikinya dan

mereka cenderung pasif dalam pergaulan.

Relasi orang tua yang terlalu memanjakan dan menuruti semua kehendak

anaknya membuat anak memiliki sifat agresif, dan keras kepala. Jika remaja

(59)

melihat kekurangan yang mereka miliki. Mereka cenderung berambisi untuk

mendapatkan segala sesuatu dengan cara apapun (Sulastri 1994:32).

Norma yang ditetapkan oleh suatu kelompok mempunyai pengaruh terhadap

tujuan seseorang yang berpikir bahwa dirinya adalah anggota yang normal dari

suatu kelompok. Mereka akan berusaha untuk mencapai sifat kelompok tersebut.

Hal ini jugalah yang dirasakan oleh remaja yang tergabung dalam suatu

kelompok. Remaja lebih senang dan patuh terhadap keinginan kelompoknya

daripada keinginan orang tuanya. Remaja berpikir bahwa teman kelompoknya

lebih dapat menerima keadaannya sebagai remaja dibandingkan orang tuanya,

sehingga apa yang ditetapkan oleh kelompoknya menjadi suatu kewajiban yang

harus dilakukannya. Pengakuan kelompok dapat meningkatkan harga diri karena

menunjukkan eksistensinya sebagai remaja, sehingga mereka cenderung melihat

diri sebagaimana yang diinginkan oleh kelompoknya bukan sebagaimana adanya

diri mereka.

Siswa yang memiliki penerimaan diri pada kualifikasi sangat tinggi

sebanyak 4 siswa (5,7%). Dari seluruh subyek yang ada ternyata ada beberapa

siswa yang sudah mampu menerima dirinya sendiri dengan segala kelebihan dan

kekurangan yang ada. Hal ini mungkin disebabkan pengasuhan orang tua yang

otoritatif dimana orang tua selalu melibatkan remaja dalam segala hal yang

berkenaan dengan remaja itu sendiri. Orang tua mempercayai pertimbangan dan

penilaian dari remaja serta mau berdiskusi dengan remaja. Hal ini membuat

(60)

salin menghormati, penuh apresiasi, kehangatan, dan penerimaan. Dengan

demikian remaja terbantu untuk melihat dirinya secara obyektif dan realistis

(Gunarsa, 2004:286). Remaja tidak ingin diharapkan agar mereka harus sempurna

sebelum mereka dikasihi. Mereka perlu mengetahui bahwa mereka dihargai dan

diterima oleh keluarga maupun lingkungan dimana mereka berada sehingga

mereka juga akan belajar menghargai dan menerima dirinya.

SMA adalah Sekolah Menengah Atas yang siswa-siswinya berusia sekitar

15-17 tahun. Pada rentang tersebut, mereka berada masa remaja sehingga mereka

masih membutuhkan perhatian dan bimbingan yang lebih dari orang tua, guru dan

orang dewasa lainnya. Siswa-siswi SMAK Sang Timur ini sebagian sudah mampu

menerima dirinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Hal ini mungkin

disebabkan karena mereka sudah cukup mendapatkan perhatian, kepercayaan, dan

kesempatan dari orang tua dan lingkungannya untuk mengenali diri dengan

mengeksplorasi diri dan bergaul dengan orang lain sehingga mereka terbuka pada

setiap perubahan dan perkembangan yang terjadi, sedangkan siswa yang memiliki

hambatan baik dari dalam diri maupun luar diri sehingga mereka membutuhkan

perhatian dan pendampingan dari guru BK dengan memberikan informasi kepada

mereka yang berkaitan dengan peningkatan harga diri siswa sehingga mereka

(61)

BAB V

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL YANG RELEVAN DENGAN PENERIMAAN DIRI SISWA-SISWI KELAS X DAN XI SMAK

SANG TIMUR YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009-2010

Dalam bab akan ini disajikan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai

untuk meningkatkan penerimaan diri siswa-siswi kelas X dan XI SMAK Sang

Timur Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010.

Usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan

penerimaan diri siswa-siswi kelas X dan XI disajikan berdasarkan item-item yang

memiliki skor yang paling rendah. Dalam hal ini peneliti hanya mengusulkan 6

topik bimbingan dengan item skor yang paling rendah. Diharapkan dari ke 6 topik

bimbingan tersebut dapat mewakili ke tujuh unsur penerimaan diri dan dapat

membantu dalam meningkatkan penerimaan diri siswa-siswi kelas X dan XI.

Usulan topik-topik bimbingan yang disajikan sesuai dengan hasil penelitian yang

mendeskripsikan penerimaan diri siswa-siswi SMAK Sang Timur dalam kategori

(62)

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN YANG RELEVAN

No urut

No item Tujuan pelayanan

Materi Waktu Bidang

Bimbingan

Metode Sumber

Topik Sub Topik

1 19 Belum mampu menolong sesama dan bersosialis asi Siswa semakin memiliki orientasi keluar dirinya sehingga mampu menolong sesama dan bersosialisasi Membuka Diri • Pengertian membuka diri • Manfaat membuka diri 1x45 menit Pribadi sosial Sharing, Refleksi SDW Candra Sangkala.2010. Berdamai Dengan Diri Sendiri.Diva Press: Anggota IKAPI 2 62 Belum yakin mampu menghada pi persoalan Siswa semakin yakin dapat menghadapi persoalan

Percaya Diri • Arti percaya diri • Macam-macam percaya diri 1x45 menit Pribadi sosial Berceritera di depan kelas-sharing Lindenfield, Gael.1994. Mendidik Anak Agar Percaya Diri. Jakarta: Arcan 3 18,16 Memanda ng diri sebagaima na yang diinginkan Siswa semakin mampu memandang dirinya secara objektif Mengerti dan menerima diri apa adanya

• Aku adalah unik • Membuka cakrawala dengan jendela johari 1x45 menit Pribadi sosial

(63)

sebagai mana adanya • Berani jadilah dirimu. 1x45 menit Pribadi-sosial Menuliskan dalam buku Siapa Aku?, Betapa menakjubkan, Aku! Diriku yang sebenarnya.. Abata, Rusell M.1996.Berani Jadilah Dirimu! Langkah-Langkah Membangun Kepribadian yang Khas. Jakarta: Yayasan Cipta Lokakarya (Saduran bebas) 4 46 Belum mampu menerima pujian dan celaan secara objektif Siswa semakin mampu untuk menerima pujian dan celaan secara objektif Saran Dan Kritik dapat membangun kepribadianku • Pendapat teman-temanku tentang aku.

(64)

Psikologi. Yogyakarta : Kanisius 5. 26,63 Belum mampu menyesuai kan diri Siswa semakin mengenali dirinya Siswa semakin merasa nyaman dengan dirinya Siapakah Aku?

• Aku dan Lingkung anku 1x45 menit Pribadi ssoial Sharing, Refleksi

(65)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

Dalam bab ini disajikan Kesimpulan yang memuat kesimpulan dari hasil

penelitian dan Saran-Saran untuk pihak SMAK Sang Timur Yogyakarta dan

peneliti lain

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tingkat penenerimaan diri

siswa-siswi SMA K Sang Timur Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009-2010 berada

dalam kategori cukup. Artinya siswa-siswi memiliki penerimaan diri yang belum

stabil. Kadang-kadang menilai diri baik, kadang-kadang menilai diri buruk atau

negatif Penilaian diri yang belum stabil ini mempengaruhi penerimaan diri

menjadi tidak stabil, kadang mampu menerima keadaan dirinya,

kadang-kadang menolak kenyataan yang ada.

B. Saran-saran

Berikut ini dikemukakan saran-saran untuk berbagai pihak:

1. Pihak Sekolah

a. Pihak sekolah diharapkan membantu siwa dalam meningkatkan penerimaan diri dengan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan harga diri siwa.

(66)

Gambar

Tabel 1
Tabel. 2
Tabel 3 Rincian Item yang Gugur
Tabel 4
+5

Referensi

Dokumen terkait

Setiap mahasiswa yang menjadi mekanik di Bengkel Prototype Honda dipastikan akan mendapatkan pengalaman sedang proses melakukan perbaikan/perawatan sepeda motor dan pada

Untuk menjelaskan Tugas Pokok dan Fungsi tersebut di atas, Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung dilengkapi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai dengan Peraturan

Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai anoksia/hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia neonatus dan bayi mendapat perawatan

Prov. Arahan Kepala Badan Ketahanan Pangan Prov. 1) Masalah pangan kedepan tentunya akan menjadi tantangan tersendiri, hal ini seiring dengan meningkatnya permintaan pangan

Nilai odds ratio (OR) pekerjaan menunjukkan bahwa pekerjaan nelayan/ bertani/berkebun memiliki peluang 3,800 kali lebih besar menderita filariasis dibandingkan

1) Mendukung konsep materi dalam kegiatan belajar mengajar. 2) Mudah dan aman digunakan baik oleh siswa maupun guru. 3) Sesuai dengan tingkat perkembangan anak. 4) Mendukung

Menimbang, bahwa selanjutnya setelah memperhatikan dengan seksama Memori banding selebihnya yang diajukan oleh pihak Tergugat/Pembanding dan surat Kontra memori

Apabila dalam Pasal 2 ayat (4) undang-undang a quo haruslah ditafsirkan sebagai berikut, “Dirjen Pajak tidak lagi berwenang untuk meneruskan proses pengukuhan PKP