BAB II KAJIAN PUSTAKA
5. Dampak penerimaan diri
Hurlock (1974:436) menjelaskan bahwa semakin baik seseorang dapat
menerima dirinya maka akan semakin baik pula penyesuaian diri dan sosialnya.
Ada dua kategori dampak dari penerimaan diri yaitu:
a. Dalam penyesuaian diri
Orang yang memiliki penyesuaian diri, mampu mengenali kelebihan dan
kekurangannya. Salah satu karakteristik dari orang yang memiliki penyesuaian
diri yang baik adalah lebih mengenali kelebihan dan kekurangannya. Selain itu
juga lebih dapat menerima kritik, dibandingkan dengan orang yang kurang dapat
menerima dirinya. Dengan demikian orang yang memiliki penerimaan diri dapat
mengevaluasi dirinya secara realistik, sehingga dapat menggunakan semua
potensinya secara efektif. Individu yang memiliki anggapan realistik terhadap
b. Dalam penyesuaian sosial
Penerimaan diri biasanya disertai dengan adanya penerimaan dari orang lain.
Orang yang memiliki penerimaan diri akan merasa aman untuk memberikan
perhatiannya kepada orang lain. Dengan demikian orang yang memiliki
penerimaan diri dapat mengadakan penyesuaian sosial yang lebih baik
dibandingkan dengan orang yang merasa rendah diri yang cenderung bersikap self
oriented atau berorientasi pada diri sendiri.
Penerimaan diri berkaitan erat dengan konsep diri dan kepribadian yang
positif. Orang yang memiliki penerimaan diri yang baik maka dapat dikatakan
memiliki konsep diri yang baik pula, karena selalu mengacu pada gambaran diri
yang ideal, sehingga indvidu dapat menerima gambaran dirinya yang sesuai
dengan realitas.
Sependapat dengan Desmita (Santrock, 2004:165) yang menyatakan bahwa
konsep diri mempunyai hubungan dengan harga diri. Harga diri merupakan
evaluasi individu terhadap dirinya secara positif atau negatif. Evaluasi individu
tersebut terlihat dari penghargaan individu terhadap dirinya. Individu yang
memiliki harga diri positif akan menerima dan menghargai dirinya sendiri dan
tidak menyalahkan dirinya atas kekurangan dirinya. Sebaliknya individu yang
memiliki harga diri negatif merasa dirinya tidak berguna, tidak berharga dan
selalu menyalahkan dirinya tasa ketidak sempurnaan dirinya. Ia cenderung tidak
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Piaget (Hurlock, 1996:205) mendefinisikan masa remaja merupakan masa
dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa dalam tingkatan hak
yang sama. Gunarsa (1978:17) berpendapat bahwa Masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Dan masa remaja
merupakan masa persiapan memasuki masa dewasa.
Rifai (1984:1) menambahkan bahwa masa remaja disebut juga masa
physiological learning dan soscial learning. Hal ini berarti bahwa remaja sedang mengalami proses pematangan fisik dan sosial. Dalam pematangan fisik, remaja
mengalami proses perubahan struktur dan atau fungsi jasmaniah yang mengarah
pada kedewasaan fisik. Sedangkan dalam pematangan sosial, remaja menghadapi
proses belajar mengadakan penyesuaian diri atau adjustment pada kehidupan
sosial orang dewasa secara tepat. Hal ini berarti bahwa remaja harus belajar
pola-pola tingkah laku sosial yang dilakukan orang dewasa dalam lingkungan
kebudayaan pada masyarakat dimana mereka hidup.
2. Karakteristik Masa Remaja
Menurut Hurlock (1996:207) masa remaja memiliki karakteristik tertentu
yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Karakteristik
tersebut di jelaskan sebagai berikut.
a. Masa remaja sebagai periode yang penting.
kepentingannya berbeda-beda. Pada periode remaja yang penting adalah karena
akibat fisik dan psikologisnya. Perkembangan fisik dan mental yang sangat cepat,
menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai
dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan.
Pada setiap periode peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat
keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa tersebut, remaja bukan lagi
seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Status remaja yang tidak jelas ini
juga menguntungkan karena status memberi waktu kepada remaja untuk mencoba
gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang
paling sesuai bagi dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan.
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Selain hal tersebut, ada empat perubahan yang
sama yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi. Kedua,
perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk
dipesankan, menimbulkan masalah baru dan remaja akan menyelesaikannya
menurut kepuasannya. Ketiga, berubahnya minat dan pola perilaku menyebabkan
nilai-nilai ikut berubah. Remaja akan lebih mengerti bahwa kualitas lebih penting
daripada kuantitas. Keempat, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah.
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa
remaja sering menjadi masalah yang sangat sulit diatasi baik oleh anak laki-laki
maupun perempuan. Ada dua alasan bagi kesulitan tersebut. Pertama, sepanjang
masa kanak-kanak, masalahnya anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang
dewasa lainnya, sehingga remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.
Kedua, karena para remaja merasa dirinya mandiri, sehingga mereka ingin
mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan orang tua dan guru.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
Erikson (Hurlock, 1996:208) menjelaskan masalah krisis identitas atau
identitas ego pada remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk
menjelaskan siapa dirinya, apa perananya dalam masyarakat. Apakah ia seorang
anak atau orang dewasa. Apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang
ras atau agama atau nasionalnya membuat beberapa orang merendahkannya.
Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau akan gagal.
Konsep diri berperan dalam mengatasi krisis identitas pada remaja. Seberapa
jauh seorang mempersepsikan kemampuan dirinya dalam situasi atau hal tertentu
mengarahkannya untuk kemudian dapat berhasil atau tidak dalam meraih apa
yang diinginkan, dengan pertimbangan norma-norma di masyarakat.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
Adanya stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi,
menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan
remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap
perilaku remaja yang normal. Stereotip populer juga mempengaruhi konsep diri
dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri. Pada pembahasan stereotip budaya
remaja (Hurlock, 1996:208) menjelaskan bahwa stereotip berfungsi sebagai
cermin yang ditegakkan masyarakat bagi remaja dan menggambarkan citra diri
remaja sendiri yang lambat laun dianggap sebagai gambaran yang asli dan remaja
membentuk perilakunya berdasarkan gambaran tersebut. Adanya penerimaan
stereotip bahwa orang dewasa mempunyai pandangan yang buruk tentang remaja,
membuat peralihan ke masa dewasa menjadi sulit.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.
Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang
remaja inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terutama dalam hal cita-cita.
Semakin tidak realistik cita-citanya semakin mudah remaja itu marah. Remaja
akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau tidak
berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Meningkatnya usia kematangan yang sah, remaja akan semakin gelisah
untuk smeninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa
mereka sudah hampir dewasa. Selain berpakaian dan bertindak seperti orang
dan terlibat dalam perbuatan seks. Remaja menganggap bahwa perilaku ini akan
memberikan citra yang diinginkan.
3. Tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan remaja adalah kemampuan yang harus dikuasai oleh
remaja. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja menurut Hurlock (1991:11)
yaitu:
a. Mampu menerima keadaan fisiknya
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan
jenis
d. Mencapai kemandirian emosional
e. Mencapai kemandirian ekonomi
f. Mencapai pemenuhan diri dan pengembangan potensi
g. Mengembangkan konsep dengan ketrampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagi anggota masyarakat
h. Memahami nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki usia perkawinan
j. Memahami dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga.
Tugas perkembangan yang langsung berkaitan dengan penerimaan diri,
yaitu: mampu menerima keadaan fisiknya untuk mencapai pemenuhan diri dan