• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Peneliti telah melaksanakan pengumpulan data dan diolah menurut prosedur

yang telah dijabarkan dalam teknik analisis data. Berdasarkan hasil penelitian

yang telah diolah dengan PAP Tipe I maka secara umum dapat diketahui deskripsi

tingkat penerimaan diri siswa kelas X dan XI SMAK Sang Timur Yogyakarta

tahun pelajaran 2009/2010 adalah 5,7% sangat tinggi, 38,6% tinggi, 48,6% cukup,

7,1% rendah dan untuk kategori sangat rendah tidak ada. Dapat dilihat pada tabel

berikut ini

Tabel 7

Rekapitulasi Tingkat Penerimaan Diri berdasarkan PAP tipe I Norma Kategori Frekuensi Persentase Kualifikasi

90%-100% 4 5,7% Sangat Tinggi

80%-89% 27 38,6% s Tinggi

65%-79% 34 48,6% Cukup

55%-64% 5 7,1% Rendah

Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa ada 4 orang siswa yang memiliki

penerimaan diri sangat tinggi, 27 siswa memiliki penerimaan diri tinggi, 34 siswa

memiliki penerimaan diri cukup, 5 siswa memiliki penerimaan diri rendah, dan

tidak ada siswa ynag memiliki penerimaan diri sangat rendah.

Penerimaan diri disebut “Sangat Tinggi” apabila memenuhi rentang skor

205-228, tergolong “Tinggi” apabila skornya antara 182-20, tergolong “Cukup”

apabila skornya antara 147, tergolong “Rendah” apabila skornya antara

125-147 dan tergolong “Sangat Rendah” apabila skornya <124. Dari tabel 7 dapat

diketahui bahwa siswa yang memiliki tingkat penerimaan diri “Sangat Tinggi”

berjumlah 4 orang, “Tinggi” 27 orang, Cukup 34 orang, “Rendah” 5 orang dan

untuk “Sangat Rendah” tidak ada.

B. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah Siswa SMAK Sang Timur

yang memiliki penerimaan diri tinggi sebanyak 27 siswa (38,6 %) sedangkan

siswa yang memiliki penerimaan diri pada kategori cukup sebanyak 34 siswa

(48,6%). Siswa yang memiliki penerimaan diri cukup persentasenya lebih besar

daripada siswa yang memiliki penerimaan diri tinggi. Siswa yang memiliki

penerimaan diri yang tinggi berarti mereka sudah mampu menerima kelebihan dan

kelemahan yang mereka miliki, dapat menghargai diri sendiri dan orang lain serta

tidak menyalahkan diri sendiri atas kekurangan yang mereka miliki. Sedangkan

mampu menerima kelebihan dan kelemahan yang mereka miliki. Dengan

demikian mereka dapat menghargai diri sendiri dan memiliki kesenangan dan

kepuasan terhadap dirinya sendiri dan mampu mengembangkan dirinya secara

optimal .

Siswa yang memiliki penerimaan diri pada kategori cukup sebanyak 34

siswa (48,6%). Jumlah ini termasuk besar karena hampir setengah dari

keseluruhan jumlah subjek. Siswa yang memiliki penerimaan diri pada kategori

cukup mungkin disebabkan beberapa hal antara lain, adanya harapan yang tidak

realistik dari siswa sebagai remaja yang sedang mengalami proses pencarian jati

diri dimana remaja berusaha mencari tahu siapa dirinya dan apa perananya di

dalam masyarakat. Dalam proses pencarian jati diri ini remaja mengalami

kesulitan sebab pada masa ini mereka mengalami perubahan dan perkembangan

menuju kedewasaan baik dari segi mental, emosional, fisik dan soisal (Sulastri,

1994:1).

Menurut Hurlock (1996:208) remaja melihat dirinya dengan harapan mereka

yang serba baik dan sempurna. Pertumbuhan fisik pada remaja memiliki pengaruh

yang besar bagi perilaku mereka sebab pertumbuhan fisik dapat dilihat secara

langsung oleh semua orang. Pertumbuhan fisik yang tidak sesuai dengan harapan

remaja menyebabkan mereka memiliki pandangan yang rendah terhadap dirinya

sendiri. Sehingga mereka masih memerlukan bantuan untuk dapat melihat diri

secara objektif dan realistis, selain itu kurangnya keterbukaan pada remaja itu

sendiri yang membuat penerimaan diri mereka menjadi kurang optimal.

untuk menceriterakan setiap perubahan dan perkembangan yang terjadi pada diri

mereka sendiri. Ada empat perubahan pada masa remaja, yaitu meningginya

emosi yang intensitasnya tergantung pada perubahan tingkat perubahan fisik,

perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial yang

bagi remaja sulit untuk dihadapi. Perubahan dan perkembangan yang mereka

rasakan membuat mereka bingung bagaimana harus bersikap, mereka cenderung

menutup diri karena merasa bahwa dirinya sudah berbeda. Akibat perkembangan

yang bervariasi remaja merasa belum siap. Mereka mengalami kecemasan karena

mungkin perubahan yang dialami tidak seperti yang diharapkan atau tidak seperti

teman-temannya.

Kurangnya keterbukaan membuat remaja menutup diri dengan

teman-temannya yang semakin membuat remaja memiliki penilaian diri yang belum

stabil. Kadang-kadang mereka menilai diri baik kadang-kadang mereka juga

menilai diri buruk atau negatif. Penilaian diri mereka yang belum stabil ini akan

mempengaruhi penerimaan diri mereka menjadi tidak stabil, kadang-kadang

mampu menerima keadaan dirinya kadang-kadang menolak kenyataan yang ada.

Siswa yang memiliki penerimaan diri pada kualifikasi tinggi sebanyak 27

siswa (38,6%). Dilihat dari jumlah tersebut bisa dibilang lumayan karena sudah

melebihi seperempat dari jumlah keseluruhan subjek. Para siswa yang memiliki

penerimaan diri tinggi mungkin disebabkan beberapa faktor diantaranya

lingkungan siswa sebagai remaja yang mendukung perkembangan dan

kemampuannya maka kepuasan diri akan tercapai sehingga akan menimbulkan

harapan yang realistis bagi remaja itu sendiri. Lingkungan sosial yang

menyenangkan, relasi dengan orang tua yang didasari dengan kesediaan menerima

dan terbuka akan memberikan kesempatan kepada remaja untuk lebih menggali

dan mengenali kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki. Dengan demikian

remaja dapat mencapai penerimaan diri secara optimal.

Siswa yang memiliki penerimaan diri pada kualifikasi rendah sebanyak 5

siswa (7,1%). Jumlah ini tidak terlalu besar dibandingkan dengan jumlah seluruh

subyek yang ada, namun cukup memprihatinkan karena masih ada siswa yang

rendah penerimaan dirinya. Rendahnya penerimaan diri 5 siswa ini dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain hubungan remaja dengan orang tua

membuat penerimaan diri mereka menjadi rendah. Hal ini mungkin disebabkan

karena relasi orang tua yang over possessive kepada anaknya. Afeksi yang

berlebih-lebihan dimana orang tua ingin menguasai anaknya dengan menyuruh

anak mengerjakan segala sesuatu yang dikehendaki oleh orang tua. Remaja yang

hidup dalam suasana yang demikian akan memiliki sikap subsmisif (“nerima”)

dan sensitif (perasa). Jika remaja memiliki sikap yang demikian maka mereka

akan mengalami kesulitan untuk dapat melihat kelebihan yang dimilikinya dan

mereka cenderung pasif dalam pergaulan.

Relasi orang tua yang terlalu memanjakan dan menuruti semua kehendak

anaknya membuat anak memiliki sifat agresif, dan keras kepala. Jika remaja

melihat kekurangan yang mereka miliki. Mereka cenderung berambisi untuk

mendapatkan segala sesuatu dengan cara apapun (Sulastri 1994:32).

Norma yang ditetapkan oleh suatu kelompok mempunyai pengaruh terhadap

tujuan seseorang yang berpikir bahwa dirinya adalah anggota yang normal dari

suatu kelompok. Mereka akan berusaha untuk mencapai sifat kelompok tersebut.

Hal ini jugalah yang dirasakan oleh remaja yang tergabung dalam suatu

kelompok. Remaja lebih senang dan patuh terhadap keinginan kelompoknya

daripada keinginan orang tuanya. Remaja berpikir bahwa teman kelompoknya

lebih dapat menerima keadaannya sebagai remaja dibandingkan orang tuanya,

sehingga apa yang ditetapkan oleh kelompoknya menjadi suatu kewajiban yang

harus dilakukannya. Pengakuan kelompok dapat meningkatkan harga diri karena

menunjukkan eksistensinya sebagai remaja, sehingga mereka cenderung melihat

diri sebagaimana yang diinginkan oleh kelompoknya bukan sebagaimana adanya

diri mereka.

Siswa yang memiliki penerimaan diri pada kualifikasi sangat tinggi

sebanyak 4 siswa (5,7%). Dari seluruh subyek yang ada ternyata ada beberapa

siswa yang sudah mampu menerima dirinya sendiri dengan segala kelebihan dan

kekurangan yang ada. Hal ini mungkin disebabkan pengasuhan orang tua yang

otoritatif dimana orang tua selalu melibatkan remaja dalam segala hal yang

berkenaan dengan remaja itu sendiri. Orang tua mempercayai pertimbangan dan

penilaian dari remaja serta mau berdiskusi dengan remaja. Hal ini membuat

salin menghormati, penuh apresiasi, kehangatan, dan penerimaan. Dengan

demikian remaja terbantu untuk melihat dirinya secara obyektif dan realistis

(Gunarsa, 2004:286). Remaja tidak ingin diharapkan agar mereka harus sempurna

sebelum mereka dikasihi. Mereka perlu mengetahui bahwa mereka dihargai dan

diterima oleh keluarga maupun lingkungan dimana mereka berada sehingga

mereka juga akan belajar menghargai dan menerima dirinya.

SMA adalah Sekolah Menengah Atas yang siswa-siswinya berusia sekitar

15-17 tahun. Pada rentang tersebut, mereka berada masa remaja sehingga mereka

masih membutuhkan perhatian dan bimbingan yang lebih dari orang tua, guru dan

orang dewasa lainnya. Siswa-siswi SMAK Sang Timur ini sebagian sudah mampu

menerima dirinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Hal ini mungkin

disebabkan karena mereka sudah cukup mendapatkan perhatian, kepercayaan, dan

kesempatan dari orang tua dan lingkungannya untuk mengenali diri dengan

mengeksplorasi diri dan bergaul dengan orang lain sehingga mereka terbuka pada

setiap perubahan dan perkembangan yang terjadi, sedangkan siswa yang memiliki

hambatan baik dari dalam diri maupun luar diri sehingga mereka membutuhkan

perhatian dan pendampingan dari guru BK dengan memberikan informasi kepada

mereka yang berkaitan dengan peningkatan harga diri siswa sehingga mereka

BAB V

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL YANG RELEVAN

Dokumen terkait