• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK DALAM BELAJAR SISWA KELAS VII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20112012 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DESKRIPSI MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK DALAM BELAJAR SISWA KELAS VII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20112012 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidi"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

i

TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh : Ligan Budi Kurniadi

NIM : 061114040

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

“Setiap ada kesungguhan di situlah terdapat

keberhasilan

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertai

setiap langkahku dalam kehidupan ini

Kepada Ayah dan Ibuku yang tercinta Bapakku Carl Benjamin

Budimin dan Ibu Antonia Suharlilik yang senantiasamemberiku

dukungan untuk menyelesaikan sripsi ini

Dosen pembimbingku Bu Setyandari yang selalu dengan penuh

(5)
(6)
(7)

vii

DESKRIPSI MOTIVASI INTRINSIK DALAM BELAJAR SISWA KELAS VII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan tingkat motivasi belajar intrinsik para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012, (2) mengetahui topik- topik yang layak untuk diusulkan berdasarkan hasil analisis butir yang terindikasi masuk kategori sedang ataupun rendah.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik pada siswa yang berjumlah 45 item. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 tahun pelajaran 2011/2012. Populasi penelitian ini adalah 118 siswa dan yang dijadikan sampel adalah 30 siswa.. Kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek motivasi belajar intrinsik yaitu menyadari akan kebutuhan dalam belajar, belajar dengan gigih untuk meraih tujuan yang ingin di capai, menunjukkan minat yang kuat dan emosi yang stabil, keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki.

Hasil Penelitian adalah (1) motivasi belajar intrinsik para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012 masuk pada kategori sangat tinggi sebesar 27%, pada kategori tinggi 53% , pada kategori sedang 19%, pada kategori rendah 1%, dan 0% pada kategori sangat rendah. (2) pada butir item 0% pada kategori sangat rendah, 0% pada kategori rendah, pada kategori sedang 18%, pada kategori tinggi 22%

dan pada kategori sangat tinggi 60%,.

(8)

viii

OF THE SEVENTH GRADE STUDENTS AT STELLA DUCE 2 JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA IN 2011/2012

ACADEMIC YEAR AND ITS IMPLICATIONS TOWARDS THE SUGGESTED TOPICS OF

STUDY GUIDANCE. based on the analysis results in learning difficulties item.

The instrument used of this research is a questionnaire about intrinsic learning motivation which consists of 45 items. As a descriptive study, this research employs a survey method. The subject is all seventh grade students at Stella Duce 2 Junior High School Yogyakarta in 2011/2012 academic year. The population was 118 students and 30 students were sampled. The questionnaire is based on the aspects of intrinsic learning motivation,i.e. awareness of the need to learn, learningperseveringlyto achieve the objectives, showing a strong interest as well as being stable in emotions, beliefs about capabilities owned.

(9)

ix

Puji dan syukur yang tak terhingga penulis haturkan kepada kepada

Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa seluruh pengalaman saat mengerjakan sksipsi ini merupakan penyertaan dan pertolongan yang terindah dari Tuhan. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis banyak mendapatkan pengalaman selama proses penyelesaian skripsi ini. Baik pengalaman menyenangkan mupun kurang menyenangkan, namun semua pengalaman itu merupakan pelajaran yang berharga bagi perkembangan diri penulis

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan, perhatian, dukungan, dan banyak pihak yang telah membantu demi kelancaran dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan

terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(10)

x

3. Pak Moko sebagai pegawai administrasi Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah bersedia memberikan

waktunya dalam proses penelitian maupun selama kuliah.

4. Dra. Anna Harsanti sebagai kepala Sekolah SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.

5. Fansisca Romana Pipiet, S.Pd dan Suster Bibi S.Pd sebagai guru BK SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah meluangkan waktunya untuk mencari kelas yang bersedia menjadi subjek penelitian dan dukungan

kepada peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

6. Siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang dengan tulus memberikan waktu dan pikirannya dalam pengisian kuesioner.

7. Ayahku Carolus Budimin dan ibuku Antonia Suharlilik yang tercinta yang selalu memberikan dorongan dan dukungan, serta perhatian untuk menyelesaikan skripsi ini, serta doa.

8. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberi semangat dan

(11)

xi

langsung maupun langsung selama penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari akan kekurangan dan kelemahan penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Penulis mohon maaf apabila dalam skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Terima Kasih.

(12)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

(13)

xiii

E. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian Motivasi ... 8

B. Macam-macam Motivasi ... 1. Motivasi Ekstrinsik ... 15

2. Motivasi Intrinsik ... 17

3. Aspek-aspek Motivasi Intrinsik ... 20

C. Motivasi Belajar ... 30

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 30

D. Pengertian Belajar ... 33

E. Bimbingan ... 34

1. Pengertian Bimbingan ... 33

2. Peranan Bimbingan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Subjek Penelitian ... 40

C. Instrumen Penelitian ... 41

1. Kuesioner ... 41

2. Ujicoba Kuesioner ... 43

(14)

xiv

4. Pengembangan Instrumen ... 46

A. Telaah Ahli……… ... 46

D. Pengumpulan Data ... 47

1. Persiapan ... 47

2. Pelaksanaan ... 48

E. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasil Penelitian ... 53

1. Motivasi Belajar Intrinsik Para Siswa SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 53

2. Pembahasan ... 54

B. Usulan Topik-topik Bimbingan dan Konseling Belajar ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(15)

xv

Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 40

Tabel 2 : Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 42

Tabel 3 : Pengelompokan Kualifikasi Koefisien Realibilitas ... 46

Tabel 4 : Jadwal Pengumpulan Data Penelitian ... 48

Tabel 5 : Kategori Tingkat Motivasi Belajar Intrinsik Kelas VII ... 51

Tabel 6 : Kategorisasi Skor Butir Skala Motivasi Belajar Intrinsik ... 52

Tabel 7 : Penggolongan Subyek Dalam 5 Kategori ... 53

Tabel 8 : Penggolongan Item Dalam 5 Kategori ... 63

(16)

xvi

Lampiran 1 : Tabulasi Skor Uji Coba ... 71

Lampiran 2 : Hasil uji Analisis Validitas dan Realibilitas ... 72

Lampiran 3 : Rekapitulasi Item Valid dan Tidak Valid ... 75

Lampiran 4 : Kuesioner... 76

Lampiran 5 : Tabulasi Penelitian ... 80

Lampiran 6 : Data Hasil Motivasi Belajar Intrinsik ... 98

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah, kegiatan tersebut sebagian besar dilakukan di sekolah, dan sisanya di rumah. Dalam belajar siswa membutuhkan motivasi. Motivasi dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat sehingga akan berdampak ke prestasi siswa tersebut. Namun banyak penurunan motivasi belajar

siswa di sekolah belakangan ini, hal ini dapat dilihat dari banyaknya anak sekolah yang membolos sekolah, tidak mengerjakan tugas sekolah, terlalu sering terlambat sekolah, dan lain sebagainya. Penurunan motivasi belajar siswa akan berdampak pada keseriusan siswa dalam belajar dan akan berdampak pada penurunan prestasi belajar siswa di sekolah.

(18)

bersemangat untuk menyelesaikan tugas dan kegiatan belajarnya karena ada motivasi yang kuat dalam dirinya. Keinginan untuk mendapatkan nilai yang tinggi merupakan faktor penting untuk mendukung siswa giat

belajar dan hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi siswa itu sendiri. Keinginan siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya dan motivasi dari dalam diri siswa. Hal ini sangat penting bagi siswa untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Siswa yang mengalami penurunan motivasi belajar cenderung tidak sungguh-sungguh dalam belajar. Gejala yang tampak antara lain:

kurangnya perhatian siswa terhadap pelajaran, kelalaian dalam mengerjakan pekerjaaan rumah, rendahnya persiapan saat menghadapi ulangan, adanya pandangan asal lulus, kurangnya minat bertanya pada saat mata pelajaran berlangsung, tidak menggunakan waktu untuk berdiskusi dengan semestinya, tidak ada semangat bersekolah (membolos), sering terlambat sekolah serta kurangnya minat membaca di perpustakaan dan lain sebagainya.

(19)

belajar yang efektif sehingga malas untuk belajar, kurangnya menggali kemampuan diri dan lain sebagainya. Motivasi belajar intrinsik sangat baik dalam mencapai prestasi belajar siswa karena motivasi ini tumbuh

dari dalam diri dan tidak mudah terpengaruh oleh keadaan lingkungan, sebab ada motivasi yang kuat untuk memiliki kemampuan dan mencapai tujuan, namun sayangnya kebanyakan siswa kurang mempunyai motivasi dari dalam diri mereka cenderung mudah terpengaruh oleh teman ataupun lingkungan sekitarnya.

Melihat adanya kenyataan di atas, di perlukan dukungan serta

perhatian yang sangat besar dari orang tua siswa serta dukungan dari orang sekitarnya. Dukungan dan perhatian tersebut akan memunculkan motivasi pada diri siswa. Kerjasama antara guru bimbingan konseling dengan orang tua sangat diperlukan untuk memantau perkembangan anak, sehingga guru bimbingan konseling dapat mengetahui anak-anak yang motivasi belajarnya agak menurun, dan segera ditangani. Salah satu cara yang dapat dilakukan pembimbing adalah memberikan layanan

(20)

Berdasarkan hal-hal diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai motivasi intrinsik dalam belajar.. Peneliti meneliti kelas VII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta karena ingin melihat s

tingkat motivasi intrinsik yang dimiliki para siswa.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Melalui penelitian ini, akan diperoleh gambaran mengenai motivasi belajar siswa kelas VII yang dapat digunakan sebagai bahan untuk mengusulkan topik-topik bimbingan yang sesuai

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Permasalahan pokok dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana deskripsi motivasi intrinsik dalam belajar Siswa kelas VII SMP Stella Duce VII Yogyakarta Tahun Ajaran 2011-2012 ? 2. Topik-topik Bimbingan manakah yang sesuai untuk meningkatkan

(21)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memperoleh gambaran tentang motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012.

2. Menyusun Topik - topik bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan motivasi belajar siwa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 .

D. Manfaat Penelitian

1. Siswa

Siswa kelas VII Stella Duce 2 Yogyakarta dapat menyadari bahwa motivasi intrinsik dalam belajar itu sangat penting untuk meningkatkan prestasi belajar.

2. Guru pembimbing

(22)

3. Bagi peneliti

Dapat mengetahui gambaran motivasi belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.

E. Definisi Operasional

1. Siswa dalam Penelitian ini adalah Siswa kelas VII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012

2. SMP Stella Duce 2 Yogyakarta adalah salah satu SMP dibawah yayasan Tarakanita, milik suster-suster tarekat Carolus Boromeus,

yang beralamat di Jalan Suryodiningratan 33 yogyakarta

3. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 1986: 88)

4. Belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

(23)
(24)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian tentang pengertian motivasi, motivasi belajar, pengertian belajar, dan bimbingan belajar.

A. Pengertian Motivasi

Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu , terutama bila

kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak (Sardiman, 2005: 73)

Thomas L Good dan Jere B. Brophy (1986) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku. Marx dan Tambouch (1967) mengumpamakan motivasi sebagai bahan bakar dalam beroperasinya mesin gasoline (dalam

(25)

Motivasi adalah proses yang memberi semangat , arah, dan kegigihan perilaku artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi,terarah dan bertahan lama (Santrock, 2007: 510)

Menurut Mc.Donald (dalam Sardiman, 1986: 73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian motivasi yang dikemukakan oleh Mc.Donald, motivasi mengandung 3 elemen penting yaitu

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energy pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system “neurophysiological” yang ada pada organism manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

(26)

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi

kemunculannya karena terangsang/ terdorong oleh adanya unsure lain dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Dari ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energy yang ada pada diri manusia, sehingga

akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

Motivasi hendaklah dianggap sebagai sesuatu yang terkait dengan kebutuhan. Maksudnya bahwa individu termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas kalau hasil aktifitas itu memenuhi kebutuhannya. Robert C.Beck pada tahun 1978 (dalam Prayitno, 1989:

(27)

keinginan untuk selalu unggul atau menjadi yang terbaik. Siswa yang memiliki kebutuhan berprestasi yang baik berkata : saya dalam menyelesaikan tugas harus mendapatkan nilai baik. Sedangkan

kebutuhan untuk berafiliasi adalah kebutuhan sosial yang meliputi kebutuhan untuk diakrabi, bekerjasama dan diakui secara sosial. Siswa yang memiliki kebutuhan berhubungan sosial yang tinggi berkata : “saya ingin bekerjasama dengan teman, dan teman saya menyayangi dan menghargai.

Anderson dan Faust pada tahun1979 (dalam Prayitno, 1989:10)

mengemukakan bahwa motivasi dalam belajar dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman perhatian, kosentrasi dan ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar menampakkan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-tugas belajar. Mereka memusatkan sebanyak mungkin energi fisik maupun psikis terhadap kegiatan, tanpa mengenal perasaan bosan, apalagi menyerah. Sebaliknya terjadi pada siswa yang

(28)

Menurut Thornburgh (dalam Prayitno, 1989: 26) terdapat lima Karakteristik Umum Motivasi yaitu

a. Tingkah laku yang bermotivasi adalah digerakkan

Pendorongnya mungkin kebutuhan dasar dan mungkin juga kebutuhan yang dipelajari. Kebutuhan dasar misalnya makan dan minum. Kebutuhan yang dipelajari misalnya pujian guru. Oleh karena itu jika siswa bertingkah laku berarti ia sedang memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini tampak bahwa tingkah laku itu penuh arti.

b. Tingkah laku yang bermotivasi memberi arah

Siswa-siswa menyalurkan energinya untuk menyelesaikan tugas-tugas akademis, mengembangkan hubungan sosial, memperoleh penghargaan dan persetujuaan (penerimaan) dari guru dan meningkatkan perasaan mampu. Apabila siswa memilih sumber yang dapat menimbulkan motivasi, maka berarti ia sedang mencapai tujuan yang diharapkannya memuaskan.

c. Motivasi menimbulkan intensitas bertindak

(29)

akademis atau terkenal dalam bidang atletik maka ia akan termotivasi untuk membuktikan hal itu semuanya. Hal ini akan menimbulkan semangat bekerja yang memungkinkan ia berhasil.

d. Motivasi itu adalah efektif

Karena tingkah laku mempunyai arah kepada tujuan, maka siswa memilih tingkah laku yang tepat untuk mencapai tujuan atau memuskan kebutuhannya. Jadi tidaklah selalu siswa akan memiliki motivasi untuk melakukan aktivitas tertentu. Siswa tertentu mungkin tidak menyukai olahraga renang, tetapi ia menyenangi

olahraga senam. Siswa ini akan membaca segala sesuatu yang menyangkut senam di perpustakaan sekolah, atau mengikuti les senam dan sebagainya. Jadi jelas bahwa motivasi itu selektif. Karena itu siswa hanya bergairah untuk beraktifitas yang memenuhi kebutuhannya.

e. Motivasi merupakan kunci untuk pemuasan kebutuhan

Untuk termotivasi secara fisik maupun psikis siswa harus merasa

(30)

Menurut Sardiman (1986: 84) motivasi mempunyai beberapa fungsi yang utama yaitu

Pertama, adalah mendorong manusia untuk berbuat, motivasi berpern sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

Kedua, yaitu menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah

dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya

Ketiga, yaitu menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi tujuan dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan

(31)

B. Macam-macam motivasi

Motivasi belajar dibahas dalam dua bentuk yakni motivasi intrinsik

dan motivasi ekstrinsik.

1. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah aktivitas belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar sendiri. Misalnya, siswa

rajin karena ingin memperoleh hadiah yang telah dijanjikan kepdanya kalau berhasil baik; Siswa yang tekun belajar untuk menghindari ancaman dan hukuman; dan siswa yang belajar demi memperoleh pujian ( Winkel 1996: 173)

Winkel (2004: 195) mengemukakan, perilaku yang tergolong motivasi belajar ekstrinsik sebagai berikut:

1. Belajar demi memenuhi kewajiban.

2. Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan. 3. Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan. 4. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.

(32)

6. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/ golongan administratif. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luar (Sardiman 1986: 90) . Sebagai contoh, seseorang akan belajar karena tahu besoknya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh guru atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik atau agar mendapat hadiah / pujian. Jadi, kalau dilihat dari

segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktifitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.

Namun demikian, bukan berarti motivasi ekstrinsik ini tidak

(33)

proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

(Prayitno, 1989: 14) Motivasi ekstrinsik bukan merupakan perasaan atau keinginan yang sebenarnya yang ada di dalam diri siswa untuk belajar. Thornburgh mengatakan bahwa rumusan yang lebih baru menegaskan bahwa motivasi ekstrinsik dinamakan demikian karena tujuan utama individu melakukan kegiatan adalah mencapai tujuan yang terletak di luar aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan itu tidak terlihat di dalam aktifitas belajar. Sebagai

contoh seseorang siswa belajar Bahasa Inggris dengan tujuan mendapat ijazah atau untuk mematuhi perintah guru. Di dalam belajar siswa yang didorong oleh motivasi ekstrinsik selalu mengharapkan persetujuan guru untuk meyakinkan dirinya bahwa apa yang sedang atau yang telah dikerjakannya itu benar.

2. Motivasi Intrinsik

(34)

membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan (misalnya kegiatan

belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkrit seorang siswa melakukan belajar karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau ketrampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, bukan karena tujuan yang lain.

Menurut Sardiman (1986: 83) motivasi yang ada pada diri setiap orang atau disebut juga motivasi intrinsik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin

(tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

(35)

ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya)”.

4) Lebih senang bekerja mandiri.

5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu).

7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai adalah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakan itu bersumber pada suatu kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan.

Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.

(36)

secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu. Misalnya, siswa belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang yang terdidik, atau ingin

menjadi ahli di bidang ilmu tertentu (Winkel, 1996: 174)

Menurut Winkel (1996: 174) keinginan untuk menjadi ahli dan orang yang terdidik, berpangkal pada penghayatan akan kebutuhan dan daya upaya siswa dalam melakukan kegiatan belajar, untuk memenuhi kebutuhan itu. keinginan siswa tersebut hanya dapat dipenuhi dengan belajat giat, karena tidak ada cara lain untuk

menjadi orang terdidik atau ahli, selain belajar.

Thornburgh (Prayitno, 1989: 10) berpendapat bahwa motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri (internal) individu. Tingkah laku terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor dari lingkungan. Individu bertingkah laku karena mendapatkan energi dan pengarah tingkah laku yang tidak dapat kita lihat sumbernya dari luar. Atau dengan

(37)

Dalam proses belajar siswa yang bermotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar

yang sebenarnya. Tujuan belajar yang sebenarnya adalah menguasi apa yang sedang dipelajari , bukan karena ingin mendapatkan pujian dari guru. Grage dan Berline (dalam Prayitno, 1989: 11) mengemukakan bahwa siswa yang termotivasi secara intrinsic, aktivitasnya lebih baik dalam belajar daripada siswa yang termotivasi secara ekstrinsik. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik

menunjukkan keterlibatan dan aktivitas yang tinggi dalam belajar. Siswa seperti ini baru akan mencapai kepuasan kalau ia adapat memecahkan masalah pelajaran dengan benar atau kalau mengerjakan tugas dengan baik. Mempelajari atau mengerjakan tugas-tugas dalam belajar membentuk tantangan baginya dan ia terpaut tanpa terpaksa terhadap tugas-tugas belajar tersebut.

Menurut John W . Santrock (2007 : 515) Terdapat dua jenis

motivasi intrinsik yaitu :

(38)

karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Minat intrinsik siswa akan meningkat jika mereka mempunyai pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran

mereka.

b. Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman optimal kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan berkosentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah

Menurut Phil Louther (Prayitno, 1989: 12) untuk meningkatkan motivasi dalam diri siswa ada beberapa strategi yang perlu dilakukan oleh para guru. Berikut adalah Beberapa strategi dalam mengajar agar para siswa termotivasi secara intrinsik, yaitu :

1. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa, sehingga tujuan belajar menjadi tujuan siswa atau sama dengan tujuan siswa.

(39)

3. Memberikan waktu ekstra yang cukup banyak bagi siswa-siswa untuk mengembangkan tugas-tugas mereka dan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada di sekolah.

4. Kadang kala memberikan penghargaan atas pekerjaan para siswa. Meminta para siswa untuk menjelaskan atau membacakan tugas-tugas yang mereka buat, kalau mereka ingin melakukannya. Hal ini perlu dilakukan terutama sekali terhadap tugas yang bukan merupakan tugas pokok yang harus dikerjakan oleh siswa, agar memperlihatkan bahwa tugas itu dikerjakan dengan baik

Berdasarkan keterangan motivasi intrinsik di atas, Motivasi Belajar Intrinsik adalah Motivasi untuk belajar yang berasal dari dalam diri, motivasi ini tidak mudah terpengaruh oleh keadaan lingkungan luar karena adanya keinginan yang kuat dari dalam diri untuk belajar agar dapat meraih cita-cita yang diinginkan.

3. Aspek-aspek motivasi belajar intrinsik

(40)

a) Kebutuhan

Setiap aktivitas yang dilakukan siswa karena adanya dorongan dan kebutuhan tertentu. Dorongan merupakan kekuatan mental

untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan (Dimyati & Mudjiono, 1999: 81). Kebutuhan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk memenuhinya (Uno, 2007: 5). Adanya suatu proses yang dilalui siswa agar kebutuhan tersebut tercapai. Motivasi intrinsik yang muncul yaitu dengan mengerahkan segala kekuatan-kekuatan yang ada pada diri.

Menurut Pintrich (Woolfolk, 2009: 196) terdapat tiga kebutuhan utama yang dapat dikaji secara intensif adalah kebutuhan akan prestasi, kekuasaan, dan afiliasi/hubungan. Kebutuhan akan prestasi menjadi sangat penting bagi siswa untuk belajar lebih giat lagi agar memperoleh prestasi yang baik. Kebutuhan akan kekuasaan seperti siswa memiliki kebutuhan untuk menguasai setiap mata pelajaran yang ada. Kebutuhan akan

(41)

seperti siswa dapat belajar bersama dengan siswa lainnya, berani bertanya kepada guru mengenai materi yang belum dimengerti. b) Tujuan

Menurut Locke dan Latham tujuan adalah hasil atau pencapaian yang pemenuhannya diperjuangkan oleh seseorang. Dalam mengejar tujuan, siswa pada umumnya menyadari tentang kondisi tertentu saat ini (saya belum membuka buku), kondisi ideal tertentu (saya sudah memahami setiap halaman), dan ketidaksesuaian antara situasi saat ini dan situasi ideal (Woolfolk,

2009: 198).

Menurut Locke dan Latham (Woolfolk, 2009 : 198) ada empat alasan mengapa menetapkan tujuan dapat memperbaiki kinerja. Tujuan:

(1)Mengarahkan perhatian kita ke tugas yang ada di tangan dan menghindari distraksi. Tiap kali pikiran saya berkelana, menjauh dari klaster, tujuan saya untuk menyelesaikan bagian

ini membantu mengarahkan perhatian saya kembali ke pekerjaan menulis.

(42)

(3) Meningkatkan persistensi. Bila kita memiliki tujuan yang jelas, kecil kemungkinan kita untuk menyerah sampai kita meraih tujuan itu: tujuan yang sulit menuntut usaha dan

tenggat waktu yang ketat menghasilkan kerja yang lebih cepat.

(4) Mendukung perkembangan pengetahuan dan strategi lama tidak berhasil. Sebagai contoh, bila tujuan anda adalah mendapat nilai A dan anda tidak mencapai tujuan itu di kuis yang pertama, anda mungkin mencoba pendekatan belajar

baru untuk kuis berikutnya, seperti menjelaskan poin-poin kuncinya kepada seorang teman.

c) Interes/minat dan emosi

Interes/minat dan emosi merupakan dua hal yang saling berkaitan dalam berbagai kegiatan seperti belajar. Siswa lebih cenderung memperhatikan, mempelajari, dan mengingat berbagai kejadian, gambaran, dan bacaan yang membangkitkan respons emosional

(43)

Menurut Schiefele; Wigfield dkk (Santrock, 2008: 206) yaitu riset pada minat terutama telah berfokus pada hubungan antara minat dengan pembelajaran. Minat dihubungkan terutama

dengan tindakan pelajaran mendalam, seperti ingatan atas gagasan pokok dan respon terhadap pertanyaan pemahaman yang lebih sulit, dibanding pembelajaran yang hanya pada permukaan, seperti respon terhadap pertanyaan yang sederhana dan ingatan kata-demi-kata atas teks.

Ada dua macam interes/minat yaitu personal (individual)

dan situasional. Personal interes/minat atau individual interes adalah aspek yang lebih enduring (tahan lama) pada diri seseorang, misalnya kecenderungan enduring untuk tertarik atau menikmati subjek-subjek seperti bahasa, sejarah, atau matematika, aktivitas-aktivitas seperti olah raga, musik, atau film. Siswa dengan minat individual pada belajar secara umum berusaha mencari informasi baru dan memiliki sikap yang lebih

(44)

kompeten, jadi bahkan bila siswa pada awalnya tidak tertarik dengan suatu objek atau kegiatan, siswa dapat mengembangkan minat bila siswa mengalami kesuksesan.

d) Keyakinan dan skema-diri

(1) Keyakinan tentang kemampuan

Sebagian keyakinan paling kuat yang memengaruhi motivasi di sekolah adalah keyakinan tentang kemampuan. Dengan kerja keras, belajar atau latihan, pengetahuan dapat ditingkatkan dan oleh sebab itu kemampuan dapat

ditingkatkan (Woolfolk, 2009: 215)

(2) Keyakinan tentang penyebab dan kontrol : teori atribusi Teori atribusi menyatakan bahwa individu termotivasi untuk mengungkapkan penyebab yang mendasari kinerja dan perilaku mereka sendiri. Atribusi adalah penyebab-penyebab yang menentukan hasil (Santrock, 2009: 211).

Weiner mengidentifikasikan tiga dimensi dari penyebab

(45)

mengendalikan penyebab tersebut. Sebagai contoh, seorang siswa dapat merasakan bahwa kecerdasannya berlokasi secara internal, stabil, tidak dapat dikendalikan (Santrock,

2009: 212).

(3) Keyakinan tentang self-efficacy dan learned-helplessness Self-efficacy adalah keyakinan siswa tentang kompetensi atau efektivitas siswa di bidang tertentu (Woolfolk, 2009: 219). Self-efficacy dan atribusi saling memengaruhi. Bila kesuksesan diatribusikan pada penyebab-penyebab internal

atau dapat dikontrol seperti kemampuan atau usaha, maka Self-efficacy meningkat. Akan tetapi, bila kesuksesan diatribusikan pada nasib atau intervensi orang lain, maka Self-efficacy mungkin tidak diperkuat (Woolfolk, 2009: 219). Learned helplessness adalah ekspektasi seseorang, berdasarkan pengalaman sebelumnya bahwa dirinya kurang/tidak memiliki kontrol, bahwa semua usahanya akan

(46)

(4) Keyakinan tentang harga diri

Keyakinan tentang harga diri yaitu perasaan seseorang bahwa dirinya berharga. Siswa yang memfokuskan pada

tujuan belajar karena mereka menghargai prestasi dan melihat bahwa kemampuan dapat ditingkatkan. Siswa tidak takut gagal, karena kegagalan tidak mengancam kompentensi dan harga-dirinya (Woolfolk, 2009: 221).

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi belajar

(47)

semangat dan kegiatan siswa untuk berbuat/belajar. Jadi guru tugas guru bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi.

Persoalan motivasi ini, dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat, minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat cirri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat

itu mempunyai hubungan dengan kepentingan sendiri. Hal ini menunjukkam bahwa minat merupakkan kecenderungan jiwa seseorang kepada seseorang (biasanya disertai dengan perasaan senang), karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu.

Menurut Sardiman (1986: 90) terdapat beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam kegiatan di sekolah, yaitu :

1. Memberi angka

(48)

dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik

2. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut.

3. Saingan/ kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi

untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok akan meningkatkan prestasi belajar siswa.

4. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga

(49)

5. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan

sarana motivasi. Tetapi harus diingat oleh guru, jangan terlalu sering ( misalnya setiap hari ) karena bisa membosankan para siswa.

D. Pengertian Belajar

Sardiman (1986: 23) mengatakan bahwa Belajar adalah

penambahan pengetahuan, Definisi atau konsep ini dalam praktek banyak dianut di sekolah-sekolah. Para guru berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk mengumpulkannya atau menerimanya. Dalam kasus yang demikian, guru hanya berperan sebagai pengajar. Sebagai konsekusensi dari pengertian yang terbatas ini, maka kemudian muncul banyak pendapat yang mengatakan bahwa belajar itu menghafal . Hal ini terbukti ,

(50)

Ada pula yang mendefinisikan “ belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan

membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitam dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organism dan tingkah laku peribadi seseorang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar tu sebagai rangkaian

kegiatan jiwa-raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsure cipta,rasa dan karsa, ranah kognitif-afektif, dan psiko motorik.

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun

Menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang

(51)

E. Bimbingan

1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti (Winkel,

1997: 67)

Hamalik (2009 :195), mengungkapkan fungsi bimbingan belajar adalah:

1. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang objektif dan jelas tentang potensi, watak, minat, dan kebiasaannya agar ia dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan.

(52)

3. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kemungkinan dan kecenderungan dalam lapangan pekerjaan agar ia dapat melakukan pilihan yang tepat di antara lapangan

pekerjaan tersebut. Di samping itu, membantunya untuk mendapat kemajuan yang memuaskan dalam pekerjaan sambil memberikan sumbangan secara maksimal terhadap masyarakatnya..

Dari beberapa uraian pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa arti bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada seseorang yang bertujuan membantu memecahkan masalah yang sedang

dihadapinya sehingga dapat menetapkan pilihan-pilihannya secara bijaksana dan bertanggung jawab.

2. Peranan Bimbingan dalam meningkatkan Motivasi Belajar siswa

Menurut Winkel (1997: 143) Program bimbingan adalah suatu rangkaian bimbingan yang terencana terorganisir dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu. Pelayanan bimbingan diwujudkan dalam

(53)

informasi tentang kesempatan kerja yang ada secara tepat dan bertanggung jawab, yang akhirnya diwujudkan dalam membuat pilihan-pilihan, (3) mewujudkan penghargaan terhadap pribadi orang lain, (4)

mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya, baik dalam bidang pendidikan maupun dalam bidang-bidang kehidupan lainnya.

Suatu program bimbingan di bidang belajar akademik yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa antara lain :

1) Penyadaran kembali secara bertahap tentang cara belajar yang tepat

di sekolah dan di rumah, secara individual atau secara kelompok. Perlunya penyadaran kembali karena siswa tahu akan cara belajar yang tepat tapi belum tentu menjamin pelaksanaanya karena mudah terbawa oleh suasana yang kurang menyenangkan, sehingga kurang disiplin dalam belajar.

2) Mengatasi kesulitan belajar pada siswa, seperti ketidak mampuan siswa dalam menyusun dan menaati jadwal belajar di rumah,

(54)

pengetahuan yang luas tentang seluk beluk belajar, termasuk pemahaman psikologis terhadap siswa, sehingga dapat memberi pengarahan kepada para siswa mengenai hal-hal tersebut.

3) Membentuk berbagai kelompok belajar dan mengatur seluruh kegiatan belajar kelompok, supaya berjalan efisisen dan efektif (Winkel, 1997: 140). Untuk layanan bimbingan kelompok, guru pembimbing dapat menyusun jadwal kegiatan kelompok

Berbagai materi layanan pembelajaran maupun pembimbingan dapat dibawakan melalui kegiatan kelompok khusus yang sengaja

dibentuk untuk mengembangkan motivasi belajar. Untuk layanan bimbingan kelompok, guru pembimbing menyusun jadwal kegiatan kelompok secara teratur, misalnya setiap kelompok melaksanakan kegiatan sekali dalam dua minggu , dengan topik-topik bahasan yang bervariasi. Topik-topik yang dibahas meliputi situasu dan kejadian-kejadian aktual di sekolah, dirumah ataupun di masyarakat, misalnya banyak siswa yang suka membolos bahkan sering tidak hadir di sekolah,

(55)

39

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam Penelitian ini dijelaskan mengenai jenis penelitian, subyek penelitian, alat pengumpulan data, prosedur pengumpulan data serta teknik analisis data.

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan (Furchan, 2005: 447). Penelitian deskriptif dirancang untuk

memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Tujuan dari survey untuk mengumpulkan informasi tentang variable dan bukan informasi tentang individu. Alasan digunakan jenis penelitian ini adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variable penelitian, bukan untuk individu yang menjadi subyek penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk memperoleh

(56)

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun 2011/2012 yang terdiri dari 4 kelas dengan jumlah 135 siswa. Karena responden dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun 2011/2012 , maka penelitian ini disebut penelitian populasi.

Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP

Stella Duce 2 Yogyakarta tahun 2011/2012 yang terbagi dalam 4 kelas dengan jumlah siswa 117 siswa. Subyek untuk penelitian sesungguhnya diambil 117 siswa (4 kelas).

Tabel 1

Rincian Jumlah Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012

No Kelas Jumlah Siswa

1 VII Borobudur 30

2 VII Plaosan 30

3 VII Panataran 28

4 VII Mendut 30

5 VII Prambanan 28

(57)

1. Kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik Siswa

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti, yang terdiri dari dua bagian yaitu (1) bagian penjelasan dan pedoman pengisian dan (2) isi kuesioner itu sendiri yang terdiri dari 46 item pernyataan yang menggambarkan motivasi belajar intrinsik siswa.. Untuk mempermudah pengolahan, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner bentuk tertutup. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga

responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, “misalnya” sangat tidak setuju” sampai dengan “sangat setuju” (Masidjo 1995: 71). Kuesioner ini berupa kuesioner tentang motivasi intrinsik dalam belajar karena bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar karena bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar yang ditunjukkan oleh skor yang diperoleh siswa. Kuesioner motivasi belajar yang dipakai dalam penelitian ini, disusun berdasarkan

(58)

interes, emosi, keyakinan dan skema-diri. Kisi-kisi kuesioner akan dijabarkan pada Kisi-kisi dari item-item motivasi belajar ini adalah

sebagai berikut :

2.1 Memiliki Keinginan kuat untuk maju dan mencapai keberhasilan/kesuksesan minat yang tinggi pada pelajaran

5,13,21,29,37,43 6

3.2 Memiliki keuletan dalam belajar biarpun menghadapi rintangan

4.2 Adanya keinginan belajar secara mandiri, 8,16,24,32,40,44 6

(59)

Sebelum kuesioner digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu diujicobakan untuk mendapatkan keterangan mengenai mutu alat ukur

tersebut. Pengujian alat ukur dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan realibilitas alat ukur yang digunakan sehingga diperoleh kelayakan penggunaanya sebagai alat ukur yang memenuhi syarat. Langkah-langkah yang ditempuh untuk melaksanakan uji coba alat ukur adalah

1. Dibuat kisi-kisi dan kuesioner motivasi belajar siswa

2. Bertemu dengan kepala sekolah SMP Stella Duce 2 Yogyakarta untuk meminta uji coba instrument

3. Bertemu dengan guru pembimbing (koordinator BK) untuk membicarakan tanggal uji coba instrument yang akan diselenggarakan disekolah yang bersangkutan

4. Kuesioner dibagikan kepada para siswa dan diberikan penjelasan dari penelitian.

5. Para siswa diberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner tersebut dan diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.

(60)

mengetahui apakah responden memahami maksud dari pertanyaan serta untuk menemukan kekurangan atau masalah yang mungkin timbul

sehubungan dengan kuesioner tersebut. Ujicoba kuesioner dilaksanakan di kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta

Waktu yang diperlukan untuk menjawab kuesione sekaligus memberikan petunjuk tentang pengisian kuesioner kurang lebih 20 menit. Jumlah item kuesioner motivasi belajar siswa adalah 46 item dan dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2012. Kelas yang digunakan

Ujicoba kuesioner adalah kelas Prambanan.

3. Menentukan Validitas dan Reliabilitas

A. Validitas Kuesioner

Validitas adalah taraf sampai dimana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995), Menurut

Furchan (1982) “validitas menunjuk pada sejauh mana suatu alat mengukur apa yang seharusnya diukur.

(61)

sama atau lebih dari 0,30 .

Proses perhitungan taraf validitas dilakukan dengan cara memberi skor pada setiap item adan mtabulasi data uji coba. Selanjutnya , proses perhitungan dilakukan dengan bantuan computer SPSS versi 12 for windows. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap 46 item pernyataan pada instrument uji coba kuesioner motivasi belajar siswa dinyatakan seluruhnya valid.

B. Realibilitas Kuesioner

Realibilitas suatu alat ukur adalah derajat. Keajegan alat tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya (Furchan 1982). Menurut Masidjo ( 1995 ), “ realibilitas alat ukur adalah dimana suatu tes mempu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil”. Suatu tes yang reliabel akan menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil dalam satu atau berbagai

pengukuran.

(62)

Hasil yang sudah dihitung dikonsultasikan berdasarkan kriteria menurut Guilford (Masidjo, 1995: 209) sebagai berikut

Tabel 3

Pengelompokan Kualifikasi Koefisien Reliabilitas

4. Pengembangan Instrumen a. Telaah Ahli (Expert Jugment)

Penelaah butir-butir pada instrumen dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi. Hasil yang diperoleh setelah ditelaah yaitu

perlunya dilakukan perbaikan pada butir-butir instrument, agar setiap butir instrumen menjadi kalimat yang efektif sehingga mudah dipahami .

Masukan dan saran Dosen Pembimbing terhadap pengembangan instrumen yaitu:

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup

0,21-0,20 Rendah

(63)

b) Tiap butir instrumen diusahakan agar kalimat pernyataan tidak menggunakan kata selalu, sangat, hanya dan tidak karena dapat

mempengaruhi pilihan jawaban yang tersedia

c) Skala instrumen kurang sesuai dengan butir pernyataan kalau bisa diganti karena tiap butir pernyataan menyangkut dengan kesesuaian dengan apa yang dialami responden sehingga diganti dengan sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju.

Dari hasil penelaah Dosen pembimbing, maka kuesioner

dinyatakan siap untuk di uji coba berdasarkan kesesuaian butir pernyataan dengan kisi-kisi instrument.

D. Pengumpulan Data

1. Persiapan

a. Menentukan responden, yaitu siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta

b. Menyusun kuesioner tentang motivasi belajar intrinsik

(64)

proposal dan kuesioner untuk diperiksa.

e. Intrumen diuji coba untuk menentukan validitas dan reliabilitas

yang dilakukan oleh siswa SMP Stella Duce 2 Yogyakarta kelas VII Prambanan pada hari Jumat tanggal 30 Maret 2012.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan kepada siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 di ruang

kelas masing-masing. Waktu yang digunakan untuk pengisian kuesioner satu jam pelajaran yaitu 20 menit. Jadwal pelaksanaan pengumpulan data penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 4 Jadwal Pengumpulan Data Penelitian

Hari/Tanggal Kelas Jumlah siswa yang Hadir

12 April 2012 VII Borobudur 30

12 April 2012 VII Plaosan 30

12 April 2012 VII Panataran 28

16 April 2012 VII Mendut 30

(65)

Langkah-langkah teknik analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Memeriksa hasil jawaban responden untuk diolah lebih lanjut

2. Memberikan Setiap item skor sesuai dengan pilihan jawaban yang sudah tersedia yaitu Sangat Sesuai (SS) = 4 diberi skor, Sesuai (S) = 3 diberi skor, Kurang Sesuai (KS) = 2 diberi skor dan Tidak Sesuai (TS) = 1 untuk pernyataan positif (favorable) .

3. Membuat tabulasi data dan menghitung skor total dari masing-masing item kuesioner dan skor rata-rata subjek maupun rata-rata

butir dengan menggunakan komputer yang memiliki program Microsoft office excel.

4. Memeriksa validitas dan reliabilitas kuesioner motivasi belajar intrinsik siswa dengan cara sebagai berikut:

a. Menghitung koefisien validitas kuesioner motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun

Pelajaran 2011/2012 berdasarkan setiap aspek menggunakan Product Moment dari Pearson dengan menggunakan program komputer SPSS 12.

(66)

5. Mengkategorikan subjek berdasarkan pada teori Azwar (2011 : 106-109) dengan berdasar pada skor teoritis yang berdistribusi normal

terbagi atas enam bagian atau enam satuan standar deviasi standar. Tiga bagian berada di sebelah kiri mean (bertanda negatif) dan tiga bagian yang berada di sebelah kanan mean (bertanda positif). Pada penelitian ini skala terdiri dari 45 item yang masing-masing itemnya diberi skor Sangat Setuju = 4, Setuju= 3, Kurang Setuju = 2 dan Tidak Setuju = 1 untuk pernyataan positif (favorable) .

a. Kategorisasi tingkat motivasi belajar intrinsik

Pengkategorian disusun berpedoman pada Azwar (2009: 108) dengan mengelompokkan tingkat motivasi belajar intrinsaik dalam lima kategori yaitu motivasi belajar intrinsik sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah. Selanjutnya kategorisasi ini dijadikan norma atau patokan dalam pengelompokkan skor subyek penelitian berdasarkan tingkat motivasi belajar intrinsik.

Kategorisasi tinggi rendah motivasi belajar Intrinsik diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut :

(67)

dalam 5 kategori diagnosis motivasi belajar intrinsik. Keenam satuan deviasi standar dibagi menjadi 5 bagian sebagai berikut :

Tabel 5 Kategori Tingkat Motivasi Belajar Intrinsik kelas VII

Selanjutnya data setiap subyek penelitian dikelompokkan berdasarkan skor total yang mereka peroleh ke dalam kategori diatas sehingga dapat dihitung jumlah dn presentase siswa dalam kategori motivasi belajar intrinsik (motivasi belajar

intrinsik sangat tinggi- motivasi belajar intrinsik sangat rendah) b. Kategorisasi skor setiap butir dalam skala

Kategorisasi skor tiap butir skala adalah berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang berpedoman pada Azwar ( 2009:108) yaitu motivasi belajar sangat tinggi, tinggi sedang, rendah dan sangat rendah . kategori tersebut sebagai patokan

dalam pengelompokkan skor butir

No Formula Kriteria Retang

Skor

Kategori 1. [µ+1,5. σ ] < X 146-180 Sangat Tinggi

2 [µ+0,5. σ ] < X < [µ+1,5. σ ] 124-145 Tinggi 2. [µ-0,5. σ ] < X < [µ+0,5. σ ] 101-123 Sedang 4. [µ-1,5. σ ] < X < [µ-0,5. σ ] 79-100 Rendah

(68)

117nilai tertinggi 117x4=468, nilai terendah 117x1=117, sehingga luas jarak sebenarnya 468-117 = 351 . dengan

demikian satuan standar deviasi adalah 351/6= 58,5 dan mean teoritisnya adalah ( 468+117)/2=292,5 maka penentuan kategiorisasi skor butir sebagai berikut

Tabel 6

Kategorisasi skor butir skala motivasi belajar intrinsik

No Formula Kriteria Retang

Skor

Kategori

1 [µ+1,5. σ ] < X 380-468 Sangat Tinggi

2 [µ+0,5. σ ] < X < [µ+1,5. σ ] 322-379 Tinggi

(69)

53

Pada bab ini disajikan hasil dari penelitian dan pembahasan dengan mengikuti sistematika rumusan masalah pada Bab I.

A. Motivasi Belajar Intrinsik Para Siswa SMP Stella Duce 2 Tahun Ajaran 2011/2012

1. Hasil Penelitian

Hasil Penelitian Motivasi Belajar Intrinsik Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012 :

Tabel 7 Penggolongan Subjek dalam lima (5) Kategori

No Rentang

Skor

Kategori No Subjek Jumlah

Subjek

2. 124-145 Tinggi 2,3,9,10,15,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,2 7,28,29,30,

(70)

a. Terdapat 1% siswa (1 siswa) yang masuk dalam kategori motivasi belajar intrinsik rendah,

b. Terdapat 19% siswa (10 siswa) yang masuk dalam kategori motivasi belajar intrinsik cukup

c. Terdapat 53% siswa (63 siswa) yang masuk dalam kategori motivasi belajar intrinsik tinggi

d. Terdapat 27% siswa (31 siswa) yang masuk dalam kategori motivasi belajar intrinsik sangat tinggi.

Berdasarkan data di atas, tampak sebagian besar tingkat motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 berada pada kategori Tinggi. Hal ini menunjukan bahwa para siswa sudah mempunyai kesadaran yang baik mengenai tujuannya untuk bersekolah dan prestasi yang ingin dicapai, dimana siswa akan mempunyai keinginan yang kuat dari dirinya dalam belajar.

2. Pembahasan

(71)

sangat rendah disatukan menjadi kategori motivasi belajar intrinsik kategori rendah.

Berdasarkan dari ketiga kategori tersebut, maka diperoleh hasil dari 117 siswa yang diteliti, ada 80% (94 siswa) yang masuk dalam kategori motivasi belajar intrinsik tinggi. Ada 19% (22 siswa) yang masuk dalam kategori motivasi belajar intrinsik sedang, dan ada 1% (1 siswa) yang masuk dalam kategori motivasi belajar intrinsik rendah.

(72)

positif lainnya dari siswa perlu dipertahankan dan dipelihara. Bukan itu saja, Lingkungan yang baik pun (lingkungan sosial dan budaya) harus dipelihara dan sebesar-besarnya dimanfaatan kepentingan individu dan orang-orang lain. Jangan sampai rusak ataupun berkurang mutu dan kemanfaatannya.

Pemeliharaan yang baik bukanlah sekedar mempertahankan agar hal-hal yang dimaksudkan tetap utuh, tidak rusak dan tetap dalam keadaanya semula, melainkan juga mengusahakan agar hal-hal tersebut bertambah baik. Pemeliharaan yang demikian itu adalah pemeliharaan membangun, pemeliharaan yang mengembangkan. Oleh karena itu fungsi pemeliharaan dan fingsi pengembangan tidak dapat dipisahkan. (Prayitno & Amti, 1999: 215).

(73)

kemampuan, Robert W.White (dalam Prayitno, 1989: 37) mengatakan bahwa kebutuhan untuk memiliki kecakapan atau kemampuan adalah kebutuhan organisme untuk mampu berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya, Kecakapan ini diperoleh secara berangsur-angsur melalui belajar dalam jangka panjang. Kebutuhan untuk memiliki kemampuan belajar merupakan kebutuhan intrinsik yang dapat diketahui dari kebutuhan bergerak, aktif, kesenangan untuk mengetahui lingkungan, keinginan untuk berhasil dan keinginan untuk menonjolkan diri.

(74)

atau mendemonstrasikan berbagai kecakapan dan kemampuan yang dimilikinya.

Kedua, mencapai cita-cita yang dimiliki oleh siswa, dimana untuk mencapai cita-cita yang diinginkan oleh siswa memerlukan nilai-nilai yang baik. Hal ini timbulnya motivasi dalam diri untuk lebih giat belajar, sebagai contoh : seorang siswa yang bercita-cita melanjutkan ke sekolah SMA/SMK favorit memerlukan nilai yang baik, hal ini membuat timbulnya kesadaran dari dalam diri siswa untuk lebih giat belajar untuk mencapai prestasi dan menggapai cita-cita yang dimiliki oleh seorang siswa.

(75)

maupun guru pembimbing memperhatikan hal-hal yang dibutuhkan para siswa.

Lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah penting peranannya dalam meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Guru maupun orang tua di harapkan dapat menciptakan lingkungan sekolah dan lingkungan rumah yang memungkinkan kegairahan dan minat siswa belajar menjadi meningkat. Lingkungan fisik sekolah, baik itu yang menyangkut pengaturan ruangan kelas maupun pengaturan jumlah siswa dalam satu kelas, hendaknya mempertimbangkan persyaratan fisik maupun psikologis yang menunjang keefektifan siswa dalam belajar.

(76)

yang masuk dalam kategori ini mempunyai motivasi dalam belajar, namun masih mudah terpengaruh oleh orang lain, sehingga belajar hanya sebatas kewajiban saja bukan sebagai kegiatan yang menyenangkan. Selain itu siswa yang berkategori sedang belum mempunyai kemauan keras dalam belajar, walaupun sebenarnya punya sedikit motivasi dari dalam dirinya. Maka dari itu para siswa yang masuk dalam kategori ini memerlukan bimbingan dari guru agar motivasi yang dimiliknya semakin baik.

Hasil penelitian menunjukkan 1% (1 siswa) yang masuk dalam kategori motivasi belajar intrinsik rendah. Hal ini dapat diartikan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang mempunyai motivasi belajar intrinsik rendah, ini memperlihatkan bahwa sekolah SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sudah baik dalam membimbing para siswa dalam belajar sehinga para siswa mempunyai motivasi intrinsik yang baik dalam belajar.

(77)

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, sering terlambat, bahkan yang paling parah adalah siswa sering membolos. Hal ini dikarenakan siswa tidak mempunyai motivasi dalam belajar. Siswa yang mengalami hal ini memerlukan penanganan khusus dari guru pembimbing. Penanganan yang diberikan harus secara kontinyu, agar siswa ini bisa diarahkan, sehingga lambat laun ia akan mempunyai motivasi dalam belajar dan tujuan dalam belajar.

Hal yang kedua yaitu tidak adanya kepercayaan diri akan kemampuan yang dimiliki siswa. hal ini menyebabkan siswa menjadi cenderung kurang mempunyai motivasi dari dalam dirinya, merasa tidak mempunyai kemampuan yang baik dalam belajar. Pemikiran ini membuat siswa tidak mempunyai dorongan untuk belajar dengan giat karena tidak percaya akan kemampuannya sendiri, selalu melihat bahwa dirinya kurang pandai karena selalu melihat prestasi yang dimiliki teman tapi tidak berfokus pada kemampuan diri sendiri.

(78)

menjadi enggan untuk belajar, karena tidak adanya dukungan dan penghargaan dari orang tua.

Menurut Phil Louther (Prayitno, 1989: 12) Agar siswa semakin termotivasi dalam belajar secara intrinsik terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan oleh guru yaitu

1. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa, sehingga tujuan belajar menjadi tujuan siswa atau sama dengan tujuan siswa.

2. Memberi kebebasan kepada siswa untuk memperluas kegiatan dan materi belajar selama masih dalam batas-batas daerah belajar yang pokok.

3. Memberikan waktu ekstra yang cukup banyak bagi siswa-siswa untuk mengembangkan tugas-tugas mereka dan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada di sekolah.

(79)

Butir Instrumen yang Belum Tercapai

Untuk menyusun usulan topik-topik bimbingan, dicari terlebih dahulu butir-butir pernyataan yang belum tercapai. Dimana butir-butir pernyataan yang masuk dalam kategori belum tercapai tersebut adalah rendah ataupun sedang, untuk itu peneliti mengurutkan skor butir dalam kuesioner sepert disajikan dalam tabel 8 berikut :

Tabel 8

Penggolongan Butir-butir Item dalam lima (5) Kategori

(80)
(81)

dan emosi yang stabil siswa terhadap

Aku pasti bisa 1. perlunya membangun

(82)

66

Bab ini berisikan tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran untuk beberapa pihak untuk meningkatkan motivasi belajar intrinsik berdasarkan hasil penelitian.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa motivasi belajar intrinsik pada siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 tahun ajaran 2011/2012 Yogyakarta berada kategori tinggi. Berdasarkan analisis butir yang memiliki skor rendah dan sedang diusulkan untuk topik -topik bimbingan yang relevan bagi para siswa tersebut.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian berikut ini dikemukakan saran-saran untuk beberapa pihak :

1. Bagi Guru Pembimbing

(83)

intrinsik itu penting , serta mempunyai tujuan yang jelas dalam belajar dan lebih giat lagi belajar untuk mengejar cita-cita yang diinginkan. 3. Bagi Peneliti Lain

(84)

Azwar, Saifuddin. 2009. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, Saifuddin. 2011. Penyusunan skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar..

Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Prayitno, H. dan Amti, Erman. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta

Prayitno, Elida 1989. Motivasi dalam belajar. Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan direktorat jenderal pendidikan tinggi proyek pengembangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan

Prayitno, Elida (1997) Pelayanan Bimbingan dan Konseling SLTP. Jakarta:Ikrar Mandiri

Santrock, W. John. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Sardiman A. M. 1986. Interaksi dan motivasi belajar mengajar , Jakarta : CV Rajawali.

Sardiman, A. M. 2008. Interaksi Mativasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Grafindo Persada.

Santrock, W. John. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana.

(85)

Kanisius.

Winkel, WS. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia

Winkel, WS. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta : PT. Grasindo

Winkel, WS. 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi.

Winkel, WS dan Hastuti, Sri. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi

(86)
(87)
(88)
(89)
(90)

item42

(91)

Gambar

Tabel 2 : Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar .......................................
Tabel 1 Rincian Jumlah Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik
Tabel 3 Pengelompokan Kualifikasi Koefisien Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menjelaskan Tugas Pokok dan Fungsi tersebut di atas, Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung dilengkapi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai dengan Peraturan

Proses ini bertujuan untuk merubah data dalam format kertas ke format digital dengan melakukan proses scanning terhadap data yang dimiliki dengan menggunakan scanner

Menimbang, bahwa selanjutnya setelah memperhatikan dengan seksama Memori banding selebihnya yang diajukan oleh pihak Tergugat/Pembanding dan surat Kontra memori

Apabila dalam Pasal 2 ayat (4) undang-undang a quo haruslah ditafsirkan sebagai berikut, “Dirjen Pajak tidak lagi berwenang untuk meneruskan proses pengukuhan PKP

Merupakan pajak penghasilan dalam tahun berjalan yang dipungut oleh bendahara pemerintah baik pusat maupun swasta berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan

Metode beda hingga adalah salah suatu metode yang dapat digunakan untuk memecahkan persamaan diferensial, terutama pada permasalahan persamaan diferensial partial

Berdasarkan Panduan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Tengah, pelaksanaan Festival Danau Poso dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada seluruh elemen masyarakat

Peran perpustakaan universitas di era kemajuan Teknologi Informasi perlu dikembangkan menuju ke arah integrasi data. Pembentukan jaringan perpustakaan dapat menjadi sarana