vii
DESKRIPSI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PARA SISWA-SISWI KELAS XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN
2011/2012 DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
Stella Ratri Pratiswari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2012
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) tingkat kepercayaan diri para siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012, dan (2) memberikan usulan tentang topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner tingkat kepercayaan diri dengan jumlah item 34 yang mencakup enam aspek kepercayaan diri yaitu: (1) Perasaan aman, (2) ambisi yang normal, (3) yakin pada kemampuan sendiri, (4) mandiri, (5) tidak mementingkan diri sendiri atau toleran, (6) optimis. Validitas instrumen diperiksa dengan pendekatan pertimbangan pakar dan dilanjutkan dengan analisis korelasi Pearson Product Moment guna pemeriksaan konsistensi internal item dengan menggunakan program SPSS. Perhitungan reliabilitas instrumen menggunakan program SPSS. Hasil perhitungan reliabilitas 0,815, kemudian dikonsultasikan ke kriteria Guilford dan disimpulkan masuk dalam kategori tinggi.
Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 sejumlah 163 siswa yang terdiri dari delapan kelas. 34 siswa untuk uji coba, 11 siswa tidak masuk dan tidak mengikuti uji coba. Sisanya 129 siswa sebagai subjek penelitian. Ada 15 siswa yang tidak masuk dan tidak ikut penelitian, sehingga jumlah subjek penelitian yang terkumpul sebanyak 103 siswa. Penelitian dapat dilakukan jika subjek yang diteliti minimal 40 siswa, sehingga 103 siswa sudah dapat mewakili subjek penelitian yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 adalah tinggi. Namun masih terdapat siswa yang berada pada kategori rendah, maka para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 perlu dibantu untuk meningkatkan kepercayaan diri. Salah satunya dengan cara yang relevan sesuai kebutuhan para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.
viii
THE DESCRIPTION OF SELF-CONFIDENCE OF THE ELEVENTH GRADE STUDENTS OF SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA IN 2011/2012ACADEMIC YEAR
AND ITS IMPLICATIONS ON THE PROPOSED TOPICSOF
CLASSICAL GUIDANCE
The purpose of this research is (1) to know the level self-confidence of the eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic year, (2) to propose the appropriate topics for classical guidance in order to increase the self-confidence of the eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic year.
This research belongs to a descriptive research, and the instrument used was a questionnaire of the level of confidence with 34 items that includes six aspects of self-confidence: (1) feeling of safety, (2) normal ambitions, (3) feeling of certain on its own capabilities, (4) independent, (5) unselfish or tolerant, (6) optimistic. The validity of the instrument was examined by experts judgment approachand followed by the Pearson Product Moment correlation analysis for internal consistency checks of the item by using the SPSS program. The calculation of instrument reliability used the SPSS program. The results of calculation of reliability is 0.815, then consulted to the criteria of Guilford and summed up in the high category.
The subject of this research was the eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic year.There were 163 students consisted of eight classes. Out of 34 students for testing, there were 11 students who were not present. The remaining 129 students were used as research subject. There were 15 students who were not present and did not become the research subject, so that the number of the research subject is 103 students. Research can be carried out if the subject examined is at least 40 students, so the number of students already representsthe subject of this research.
The results show that the self-confidence of the the eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic year is high. However, there are still some students belong to the low category.Hence, the eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic yearneed to be assisted to increasetheir self-confidence, using the appropriate and relevant way in accordance with the students’ need.
DESKRIPSI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI
PARA SISWA-SISWI KELAS XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN IMPLIKASINYA PADA
USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Stella Ratri Pratiswari No. Mhs : 06 1114 018
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
! " #
$
%
&'
(
! ))*
!
%
+
,
-
$
vii
DESKRIPSI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PARA SISWA-SISWI KELAS XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN
2011/2012 DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
Stella Ratri Pratiswari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2012
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) tingkat kepercayaan diri para siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012, dan (2) memberikan usulan tentang topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner tingkat kepercayaan diri dengan jumlah item 34 yang mencakup enam aspek kepercayaan diri yaitu: (1) Perasaan aman, (2) ambisi yang normal, (3) yakin pada kemampuan sendiri, (4) mandiri, (5) tidak mementingkan diri sendiri atau toleran, (6) optimis. Validitas instrumen diperiksa dengan pendekatan pertimbangan pakar dan dilanjutkan dengan analisis korelasi Pearson Product Moment guna pemeriksaan konsistensi internal item dengan menggunakan program SPSS. Perhitungan reliabilitas instrumen menggunakan program SPSS. Hasil perhitungan reliabilitas 0,815, kemudian dikonsultasikan ke kriteria Guilford dan disimpulkan masuk dalam kategori tinggi.
Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 sejumlah 163 siswa yang terdiri dari delapan kelas. 34 siswa untuk uji coba, 11 siswa tidak masuk dan tidak mengikuti uji coba. Sisanya 129 siswa sebagai subjek penelitian. Ada 15 siswa yang tidak masuk dan tidak ikut penelitian, sehingga jumlah subjek penelitian yang terkumpul sebanyak 103 siswa. Penelitian dapat dilakukan jika subjek yang diteliti minimal 40 siswa, sehingga 103 siswa sudah dapat mewakili subjek penelitian yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 adalah tinggi. Namun masih terdapat siswa yang berada pada kategori rendah, maka para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 perlu dibantu untuk meningkatkan kepercayaan diri. Salah satunya dengan cara yang relevan sesuai kebutuhan para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.
viii
THE DESCRIPTION OF SELF-CONFIDENCE OF THE ELEVENTH GRADE STUDENTS OF SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA IN 2011/2012ACADEMIC YEAR
AND ITS IMPLICATIONS ON THE PROPOSED TOPICSOF
CLASSICAL GUIDANCE
The purpose of this research is (1) to know the level self-confidence of the eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic year, (2) to propose the appropriate topics for classical guidance in order to increase the self-confidence of the eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic year.
This research belongs to a descriptive research, and the instrument used was a questionnaire of the level of confidence with 34 items that includes six aspects of self-confidence: (1) feeling of safety, (2) normal ambitions, (3) feeling of certain on its own capabilities, (4) independent, (5) unselfish or tolerant, (6) optimistic. The validity of the instrument was examined by experts judgment approachand followed by the Pearson Product Moment correlation analysis for internal consistency checks of the item by using the SPSS program. The calculation of instrument reliability used the SPSS program. The results of calculation of reliability is 0.815, then consulted to the criteria of Guilford and summed up in the high category.
The subject of this research was the eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic year.There were 163 students consisted of eight classes. Out of 34 students for testing, there were 11 students who were not present. The remaining 129 students were used as research subject. There were 15 students who were not present and did not become the research subject, so that the number of the research subject is 103 students. Research can be carried out if the subject examined is at least 40 students, so the number of students already representsthe subject of this research.
The results show that the self-confidence of the the eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic year is high. However, there are still some students belong to the low category.Hence, the eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic yearneed to be assisted to increasetheir self-confidence, using the appropriate and relevant way in accordance with the students’ need.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Mahakasih yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh gelar sarjana dalam bidang
pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Penulis dalam skripsi ini banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Maka dari itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. A. Setyandari, S.Pd. Psi.,M.A, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya, membimbing, mendorong serta memberikan
nasehatnya pada penulisan skripsi ini.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si, selaku ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah
mendukung dengan memberikan ijin dalam pembuatan skripsi ini.
3. Dra. Sunarningsih selaku guru BK SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang
telah membantu dalam memberikan data-data siswa.
4. Siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran
2011/2012 atas kerjasama yang baik.
5. Bapak, Ibu dosen, seluruh staff dan karyawan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
6. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa,
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
KATA PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Kepercayaa Diri ... 7
1. Pengertian Kepercayaan Diri ... 7
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepercayaan Diri ... 8
3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri ... 10
B. Remaja ... 14
2. Layanan Bimbingan dan Konseling ... 28
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30
B. Subjek Penelitian ... 30
C. Instrumen Penelitian ... 31
D. Prosedur Pengumpulan Data ... 37
E. Teknik Analisis Data ... 41
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43
xii
C. Topik-topik Bimbingan Klasikal yang relevan dengan
Deskripsi Kepercayaan Diri Para Siswa-Siswi XI SMA BOPKRI 2
Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012... 48
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52
B. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 54
viii
Halaman Tabel 1 : Rincian Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 2
Tahun Ajaran 2011/2012 ... 31
Tabel 2 : Distribusi Item Kuesioner Kepercayaan Diri ... 33
Tabel 3 : Rincian Item yang Gugur... 39
Tabel 4 : Rincian Item yang Sudah Diperbaiki ... 40
Tabel 5 : Kategori Kepercayaan Diri ... 42
Tabel 6 : Tingkat Kepercayaa Diri Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012... 43
Tabel 7 : Penggolongan Butir-Butir dalam Lima Kategori ... 44
Tabel 8 : Rekapitulasi Jumlah Skor Item Terendah ... 48
xiv
Halaman
Lampiran 1 : Kuesioner ... 56
Lampiran 2 : Hasil Analisis Validitas ... 59
Lampiran 3 : Reliabilitas ... 60
Lampiran 4 : Tabulasi Data Siswa ... 64
Lampiran 5 : Penilaian Kuesioner... 76
Lampiran 6 : Daftar Nama Ahli yang diminta untuk Melakukan Profesional Judgment pada Kuesioner Penelitian ... 77
Lampiran 7 : Surat Ijin Uji Coba/Ijin Penelitian ... 78
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah membantu
perkembangan siswa-siswi secara optimal. Kegunaan Bimbingan dan Konseling
agar siswa dapat mengenali keadaan diri sendiri serta mengarahkan siswa agar
dapat mengoptimalkan potensi diri mereka, baik dalam mengenal
kebutuhan-kebutuhan pada diri siswa, maupun dalam memberikan bantuan yang
sebaik-baiknya dalam usaha memenuhi kebutuhan siswa, salah satunya adalah
kebutuhan kepercayaan diri. Kepercayaan diri pada siswa dapat membantu
perkembangan siswa dalam beradaptasi pada lingkungan, baik sekolah maupun
lingkungan masyarakat melalui pengalaman tingkah laku, proses belajar, dan
interaksi individu dengan orang lain.
Siswa yang mempunyai self confidence tidak memerlukan orang lain
sebagai standar perilaku, karena dapat menentukan standar sendiri dan selalu
mampu mengembangkan motivasinya. Kepercayaan diri merupakan unsur
penting bagi siswa remaja dalam beraktivitas dan berinteraksi. Kepercayaan diri
adalah keyakinan siswa remaja dalam berperilaku untuk menghasilkan sesuatu
yang diharapkan dengan adanya kepercayaan diri siswa lebih mampu
akan dilakukannya dengan orang lain dan lebih mampu menghadapi tantangan
hidup.
Siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang masuk usia remaja, yang pada
umunya bersifat individualiastis, ego-centris, dan mendambakan kebebasan dari
orang dewasa. Mappiere (1998:288-289) menyatakan bahwa periode remaja
adalah periode transisi, dimana dunia anak mengalami ketidakstabilan emosi.
Ada dua macam perkembangan dalam periode remaja: 1) perkembangan yang
mengakibatkan adanya dorongan untuk bebas dari dominasi keluarga dan 2)
perkembangan yang menimbulkan matangnya fungsi seks secara biologis Dua
macam perkembangan tadi menimbulkan masalah yang kerap berkembang serius
menjadi kesulitan.
Dari kondisi di atas, maka guru pembimbing sebagai pendamping dan
pemberi pelayanan bimbingan di sekolah perlu merencanakan dan menyusun
program bimbingan yang benar-benar dapat memenuhi peranannya dalam
membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah serta
dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa. Perlakuan guru terhadap siswa akan
membentuk kepercayaan diri siswa. Apabila guru memperlakukan siswa kurang
baik, maka akan menodorong siswa kurang percaya diri. Misalnya, siswa selalu
dibantu tanpa diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, selalu
dicela, serta kurang dihargai bila melakukan tindakan atau kegiatan yang baik.
Guru sebisa mungkin memberikan kesempatan siswa untuk memecahkan
masalahnya. Guru melaksanakan pengawasan dan pengarahan serta motivasi
Pada hakekatnya kepercayaan diri siswa banyak dipengaruhi oleh
lingkungan, salah satu lingkungan yang dekat dan mampu berpengaruh adalah
guru pembimbing. Guru pembimbing sebisa mungkin berperilaku dan
mengarahkan siswa untuk dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri
siswa. Kepercayaan diri siswa adalah perasaan yang berisi kekuatan, kemampuan
dan keterampilan untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu yang dilandasi
keyakinan untuk sukses dengan demikian guru pembimbing sangat berperan
dalam meningkatkan kepercayaan diri.
Program bimbingan yang direncanakan guru pembimbing harus
disesuaikan dan dipadukan dengan program pendidikan serta perkembangan
peserta didik. Selain itu program bimbingan harus fleksibel, disesuaikan dengan
kebutuhan siswa dan kondisi lembaga sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat
Sukardi dan Sumiati (1999:2) yang mengatakan bahwa penyusunan suatu
program bimbingan di sekolah hendaknya berdasar pada masalah-masalah yang
dihadapi oleh siswa serta kebutuhan-kebutuhan siswa dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan yaitu kedewasaan siswa itu sendiri.
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa
dewasa (Mappiere,1998:289). Transisi perkembangan pada masa remaja berarti
sebagian perkembangan sifat anak-anak masih dialami tetapi sebagian
kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990:58). Masa remaja
merupakan masa pencarian identitas diri. Pencarian identitas merupakan proses
Remaja yang mengalami masa transisi sulit untuk mengenali potensinya
sehingga akan sulit pula untuk memiliki kepercayaan diri. Dalam hal ini,
dukungan dari lingkungan dimana remaja tersebut tinggal (keluarga, sekolah,
komunitas sebaya) dan dari orang-orang yang sudah dewasa akan memberi
pengaruh dalam proses kepercayaan diri. Latar belakang tersebut mendorong
peneliti untuk mengadakan penelitian mengenai kepercayaan diri yang dialami
oleh anak remaja. Remaja yang dipilih oleh peneliti adalah siswa-siswa kelas XI
SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Berdasarkan wawancara terhadap guru BK kelas
XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta menunjukkan bahwa kepercayaan diri siswa
kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta masih rendah, dikarenakan siswa kurang
mampu menerima kondisi fisik, lingkungan sebaya kurang menerima dan konsep
diri yang kurang. Kondisi ini juga dipengaruhi dari diri siswa yang memiliki sifat
tertutup.
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas maka peneliti tertarik
mendeskripsikan atau menggambarkan kepercayaan diri para siswa kelas XI
SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 dan implikasinya pada
usulan topik bimbingan klasikal.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kepercayaan diri para siswa-siswi remaja kelas XI SMA
2.Topik-topik bimbingan klasikal apa saja yang sesuai untuk para siswa- siswi
kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta untuk meningkatkan kepercayaan
dirinya?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui tingkat kepercayaan diri para siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2
Yogyakarta.
2. Memberikan usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk
meningkatkan kepercayaan diri siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2
Yogyakarta.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru pembimbing untuk
mendapatkan informasi tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas XI SMA
BOPKRI 2 Yogyakarta, serta mendapatkan informasi usulan topik-topik
bimbingan yang dapat digunakan dalam meningkatkan kepercayaan diri.
Penelitian ini memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
kepercayaan diri sehingga dapat dibantu pemenuhannya oleh pihak sekolah dan
memberikan masukan pada guru bimbingan dan konseling agar memberikan
E. Definisi Operasional
Dari permasalahan yang muncul dapat ditarik kesimpulan definisi
operasional yang ingin diteliti sebagai berikut :
1. Kepercayaan diri adalah perasaan yang berisi kekuatan, kemampuan dan
ketrampilan untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu yang dilandasi
keyakinan rasa aman, ambisi yang normal, keyakinan terhadap kemampuan
diri sendiri sehingga tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain,
mandiri, memiliki toleransi dan optimis (Neny, 1999:25).
2. Topik bimbingan klasikal adalah bahan-bahan atau topik-topik pelayanan
bimbingan kelas yang direncanakan untuk disampaikan kepada siswa selama
periode waktu tertentu (Winkel, & Hastuti, 2005:143).
3. Para siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran
2011/2012 adalah siswa-siswi yang terdaftar sebagai siswa kelas XI SMA
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kepercayaan Diri
1. Pengertian
Kepercayaan diri (self confidence) muncul sebagai akibat dari rasa
aman dalam diri dari keberhasilan, sehingga seseorang dapat memandang
dirinya sendiri sebagai pribadi yang menyeluruh (Kinney, 1967:52). Pendapat
tersebut didukung oleh Kumara (1988:124) yang mengatakaan bahwa
kepercayaan diri adalah ciri kepribadian yang mengandung arti keyakinan
terhadap kemampuan diri sendiri. Di dalam kepercayaan diri terkandung
kemampuan untuk mengenal dan memahami diri. Bandura (Saroson and
Saroson, 1993:214) menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah perasaan yang
berisi kekuatan, kemampuan dan ketrampilan untuk melakukan atau
menghasilkan sesuatu yang dilandasi keyakinan untuk sukses. Rosenbaum dan
Hadari (Calhaun dan Acocella, 1995:354) menyebutkan bahwa orang yang
mempunyai tingkat kepercayaan diri tinggi akan lebih merasa aman dengan
dirinya dan akan dapat meraih sukses atau keberhasilan dibandingkan dengan
orang yang kurang memiliki kepercayaan diri.
Urenneche dan Amich (Kumara, 1988:124) mengungkapkan bahwa
orang yang memiliki kepercayaan diri tidak merasa perlu membandingkan
hidup. Miksell (1939:95) menyatakan rasa percaya diri adalah penilaian yang
relatif tetap tentang diri sendiri mengenai kemampuan, bakat, kepemimpinan,
inisiatif, dan sifat-sifat yang lain serta kondisi-kondisi yang mewarnai
perasaan manusia.
Menurut Kumara (1988:125) orang yang mempunyai kepercayaan diri,
akan aktif dalam kehidupan sehari-hari karena dapat mengekspresikan secara
efektif, responsif, merasa dirinya berharga, dihormati dan dapat memahami
diri sendiri.
Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri
adalah perasaan yang berisi kekuatan, kemampuan dan keterampilan untuk
melakukan atau menghasilkan sesuatu yang dilandasi keyakinan untuk sukses.
Kepercayaan diri merupakan unsur penting bagi individu dalam beraktivitas
dan berinteraksi. Dengan adanya kepercayaan diri seseorang lebih mampu
mengembangkan potensi-potensi yang ada.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor
lingkungan. Cara orang tua mendidik dan memperlakukan anak akan
menentukan kepribadian anak. Menurut Luster (1978:81) rasa percaya diri
bukan merupakan sifat yang diturunkan (bawaan) melainkan diperoleh melalui
pengalaman hidup serta dapat diajarkan dalam pendidikan. Upaya-upaya
Kepercayaan diri tidak akan dapat berkembang dalam lingkungan
isolasi sosial, akan tetapi dapat berkembang dalam interaksi yang sehat dalam
masyarakat. Hal-hal yang mempengaruhi self confidence adalah sikap bebas
merdeka, tidak mementingkan diri sendiri, toleran dan memiliki ambisi
(Kumara, 1988:248).
Menurut Miksell (1939:356) kepercayan diri dipengaruhi oleh status
sosial ekonomi, dimana orang yang status sosial ekonominya tinggi memiliki
peluang lebih besar untuk mendapatkan berbagai fasilitas sehingga
memudahkan dirinya untuk mengekspresikan keinginan-keinginannya dan ada
kesempatan lebih besar untuk mengaktualisasikan potensi dirinya.
Luster (1978:280) menyatakan bahwa kepercayaan diri dipengaruhi
oleh:
a. Pengenalan fisik
Pengenalan fisik berhubungan dengan cara seseorang mencintai dan
menerima kondisi fisiknya. Penolakan terhadap kondisi fisik yang dimiliki
akan menimbulkan kekecewaan dan rasa rendah diri. Sebaliknya kondisi
fisik seseorang yang baik, akan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang
untuk tampil di khalayak umum.
b. Konsep Diri
Konsep diri berhubungan dengan siapa dan bagaimana seorang individu.
Konsep diri merupakan landasan terbentuknya rasa percaya diri. Perasaan
bahwa dirinya berharga dan memiliki kemampuan dalam mengatasi
c. Penerimaan dan perlakuan lingkungan
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dan yang paling
berpengaruh dalam pembentukan kepercayaan diri seseorang, karena pada
masa kanak-kanak kepercayaan diri terbentuk dengan adanya sikap
penerimaan, penghargaan dan kasih sayang dari keluarga. Interaksi dengan
lingkungan sosial yang lebih luas juga turut membentuk kepercayan diri
yaitu bagaimana lingkungan memperlakukannya dan bagaimana cara
individu mengatasi masalah, menjadi suatu acuan dalam menilai diri
sendiri sebagai orang yang mampu atau tidak.
3. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri mempunyai peranan dalam mendorong individu
meraih kesuksesan. Menurut Waterman (Kumara, 1988:248) orang yang
mempunyai kepercayaan diri adalah orang yang mampu bekerja secara efektif,
mampu melaksankan tugas-tugas dengan baik, bertanggung jawab serta
mampu merencanakan masa depan. Menurut Luster (1978:284) menyatakan
bahwa orang yang memiliki kepercayan diri memiliki aspek-aspek diantaranya
tidak mementingkan diri sendiri, cukup toleran, ambisius, tidak perlu
dukungan orang lain, tidak berlebihan, selalu optimis dan gembira.
Miksell (1939:357) menunjukan bahwa seseorang yang memiliki rasa
percaya diri tinggi akan berani bertindak dan mengambil setiap kesempatan
malu-malu, cenderung tidak berani mengemukakan ide-idenya serta hanya melihat
dan menunggu kesempatan yang dihadapinya.
Menurut Guilford (Andayani dan Afiatin, 1996:99) aspek-aspek
kepercayaan diri adalah merasa dapat diterima oleh kelompoknya, percaya
sekali pada dirinya sediri serta memiliki ketenangan sikap, merasa kuat
terhadap apa yang dilakukan, optimis, merasa aman, mandiri dan yakin akan
kemampuan diri sendiri.
Kepercayaan diri bukan sesuatu yang bersifat bawaan melainkan
terbentuk melalui interaksi individu dengan lingkungannya, baik lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat yang lebih luas (Martani dan Andayani,
1991:98). Menurut Musen (Andayani dan Afiatin, 1996:58) melihat
pengalaman sebagai sarana untuk mencapai kematangan dan perkembangan
kepribadian. Selanjutnya Saroson dan Saroson (1993:56) menyatakan ciri
kepercayaan diri terbentuk dan berkembang melalui proses beiajar individual
maupun sosial.
Aziz (1974:91) mengemukakan ciri-ciri orang yang kurang percaya
diri adalah ragu-ragu, tidak bebas, membuang-buang waktu dalam mengambil
keputusan, merasa rendah diri, kurang cerdas dan cenderung menyalahkan
lingkungan sebagai sebab bila menghadapi masalah.
Kinney (1967:246) orang yang percaya diri dikatakan sebagai orang
yang mudah dan senang menyesuaikan diri dengan lingkungan baru,
mempunyai pegangan hidup yang kuat dan mampu mengembangkan
mencapai kemajuan serta penuh keyakinan terhadap peran yang dijalaninya.
Menurut Guilford (Andayani dan Afiatin, 1996:45) ciri-ciri orang yang
mempunyai kepercayan diri adalah orang yang merasa kuat terhadap apa yang
dilakukan, merasa dapat diterima oleh kelompoknya, percaya sekali pada
dirinya sediri serta memiliki ketenangan sikap.
Kepercayaan diri anak telah terbentuk pada masa kanak-kanak.
Perlakuan orang tua akan membentuk kepercayaan diri anak, sehingga anak
yang kurang percaya diri seringkali disebabkan oleh pengaruh orang-orang
yang ada disekitarnya terlalu dominant. Misalnya anak selalu dibantu tanpa
diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, selalu dicela,
serta kurang dihargai bila melakukan tindakan atau kegiatan yang baik
(Kumara, 1988:216).
Menurut Luster (1978:85) menyatakan bahwa melalui evaluasi diri,
seseorang dapat memahami dirinya sendiri dan kemudian akan berkembang
menjadi kepercayaan diri. Pendapat yang senada dinyatakan oleh Martani dan
Andiyani (1991:61) menyatakan bahwa evaluasi akan membuat seseorang
paham dan tabu mengenai siapa dirinya dan kemudian berkembang menjadi
kepercayaan diri. Sedang menurut Buss (Kumara, 1988:95) perkembangan
kepercayaan diri diawali dengan pengenalan diri secara fisik mengenai
bagaimana seseorang menilai dirinya, menerimanya atau menolaknya.
Selanjutnya akan menimbulkan rasa puas atau sebaliknya rasa rendah diri atau
Menurut Kumara (1988:261) kepercayaan diri (self confidence)
berkembang melalui pemahaman diri (self understand) dan berhubungan
dengan kemampuan seseorang untuk belajar menyelesaikan tugas
disekitarnya, pengalaman-pengalaman baru yang diperolehnya dan
tantangan baru yang dihadapinya.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
orang yang memiliki kepercayaan diri yaitu orang yang merasa aman,
mempunyai ambisi normal, keyakinan pada kemampuan diri sendiri, mandiri,
toleransi dan optimis. Adapun penjelasan masing-masing aspek sebagai
berikut:
1. Rasa aman adalah rasa percaya bahwa lingkungan sekitar mendukungnya.
Seseorang yang memiliki kepercayaan diri mempunyai rasa aman pada
lingkungan sekitar dan sikap percaya pada lingkungan sosial yang ada.
2. Ambisi adalah kemauan seseorang yang sekiranya merasa mampu
dilakukan. Kepercayaan pada kemampuan yang akan dilakukan, secara
wajar akan membantu seseorang percaya pada dirinya dan dapat
melaksanakan pekerjaan yang ingin dicapai.
3. Yakin pada kemampuan diri sendiri adalah kepercayaan pada kemampuan
sendiri dalam melakukan pekerjaan tanpa bantuan orang lain. Seseorang
yang mempunyai kepercayaan kemampuan dalam dirinya biasanya
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, hal ini karena dengan percaya
4. Mandiri adalah tingkat kemandirian seseorang dalam menyelesaikan
pekerjaan. Tingkat kemandirian seseorang dapat didukung dengan
lingkungan sekitar dan tidak mudah terpengaruh orang lain.
5. Toleransi adalah menghormati perbedaan pendapat orang lain. Seseorang
yang mempunyai toleransi pada orang lain, mudah berbagi pada orang
lain, mengakui kekurangan diri sendiri, memahami pendapat orang lain,
membantu masalah orang lain.
6. Optimis adalah rasa percaya diri akan keberhasilan masa depan. Seseorang
yang optimis di tandai dengan tidak mudah putus asa, merasa mampu
meraih masa depan, merasa mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
orang lain dan sikap yang menyenangkan.
B. Remaja
1. Pengertian
Istilah adolescere atau remaja berasal dari kata adolescentia yang
berarti remaja yaitu "tumbuh" atau "tumbuh menjadi dewasa."Bangsa
primitif demikian pula orang-orang zaman purbakala memandang masa
puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam
rentang kehidupan; anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu
mengadakan reproduksi (Hurlock, 1990:85).
Istilah adolescere, seperti yang dipergunakan saat ini, rnempunyai arti
yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget (Hurlock,1990:85) dengan
mengatakan secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu
di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam
tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi
dalam masyarakat (dewasa) rnempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih
berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang
mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja
meningkatkan integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang
kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan
ini.
Menurut Hollos dalam (Steverson, 1994:134 ), remaja adalah masa
yang paling menarik dalam kehidupan mereka diberbagai budaya. Masa
kritis dalam perkembangan berbagai aspek, seperti aspek biologis,
psikologis dan perkembangan sosial. Remaja adalah tahapan kedua dari
perkembangan seseorang.
Setelah individu matang secara seksual dan sebelum diberi hak serta
tanggung jawab orang dewasa mengakibatkan kesenjangan antara apa yang
secara populer dianggap budaya remaja dan budaya dewasa. Budaya ini
memiliki hierarki sosialnya sendiri, keyakinannya sendiri, gaya
penampilannya sendiri, nilai-nilai dan norma perilakunya sendiri. Para
remaja yang harus mengikuti standar budaya kawula muda bila ingin
diterima oleh kelompok sebayanya harus mernpelajari standar perilaku dan
nilai-nilai yang nantinya harus diubah sebelum mereka diterima oleh budaya
Sebagai remaja, siswa SMA BOPKRI 2 mengalami perkembangan
yang tentu saja berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Siswa SMA
BOPKRI 2 sebagai remaja mempunyai ciri-ciri perkembangan tersendiri.
Siswa SMA BOPKRI 2 sebagai remaja adalah masa yang paling menarik
dalam kehidupan mereka diberbagai budaya. Masa kritis dalam
perkembangan berbagai aspek seperti aspek biologis, psikologis, dan
perkembangan sosial.
Siswa SMA BOPKRI 2 memiliki banyak teman senasib, sehingga
dalam bersosialisasi individu akan banyak mendapat
pengalaman-pengalaman menarik dari teman-temannya. Pengalaman-pengalaman-pengalaman
menarik di luar rumah sangat bervariasi, termasuk dalam hal berhubungan
dengan lawan jenis. Mereka akan saling bercerita tentang pengalaman
masing-masing setelah berkencan dengan pacar atau teman akrabnya.
2. Ciri-Ciri Remaja
Remaja mengalami perkembangan yang tentu saja berbeda dengan
masa-masa sebelumnya. Remaja mempunyai ciri-ciri perkembangan
tersendiri. Ciri adalah tanda yang khas untuk mengenal atau mengetahui
(Purwadarminta, 1982:9). Perkembangan adalah serangkaian perubahan
progresif sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Hurlock,
1990:85).
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang
kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya
dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri masa remaja antara lain
a. Masa Remaja sebagai Periode yang Penting
Kendatipun semua periode dalarn rentang kehidupan adalah
penting, namun kadar kepentingannya berbeda-beda. Ada beberapa
periode yang lebih penting daripada beberapa periode lainnya, karena
akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada lagi yang
penting karena akibat-akibat jangka panjangnya. Pada periode remaja,
baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting. Ada
periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat
psikologis. Bagi sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan
enam belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian
sepanjang menyangkut pertumbuban dan perkembangan.
b. Masa Remaja sebagai Periode Peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang
telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu
tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi
sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang
dan yang akan datang. Bila anak-anak beralih dari masa kanak-kanak ke
rnasa dewasa, anak-anak harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat
kekanak-kanakan dan juga harus mernpelajari pola perilaku dan sikap
baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.
Namun perlu disadari bahwa apa yang telah terjadi akan
meninggalkan bekasnya dan akan rnempengaruhi pola perilaku dan sikap
yang baru. Perubahan fisik yang terjadi selama tahun awal rnasa remaja
mempengaruhi tingkat perilaku individu dan mengakibatkan
Setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat
keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan
lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Kalau remaja
berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak sesuai
umurnya. Kalau rernaja berusaha berperilaku seperti orang dewasa,
remaja seringkali dituduh dan dimarahi karena mencoba bertindak seperti
orang dewasa.
3. Perkembangan Remaja
Atkinson (1987:135) berpendapat bahwa masa remaja merupakan
periode transisi antara anak-anak dan masa dewasa. Menurut Mappiare
(1998:259), berpendapat bahwa batasan usia remaja berada dalam usia 12
tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22
tahun bagi pria. Masa remaja ini dibagi atas remaja awal dan remaja akhir,
maka remaja awal berada dalam usia 12 tahun sampai 18tahun, dan remaja
akhir dalam rentang usia 19 tahun sampai 22tahun.
Menurut Surachmand (Mappiare, 1998:260), tahapan usia lebih kurang
antara 12 – 22 tahun adalah masa yang mencakup sebagian terbesar
perkembangan adolescence. Periode yang menjelaskan usia individu
memasuki masa remaja tidak dapat dinyatakan secara tetap kadang kala hal
ini dipandang berlainan berkaitan dengan budaya dan lingkungan remaja itu
tinggal.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada
masa remaja terjadi dua proses perkembangan yaitu perkembangan fisik dan
perkembangan psikis. Perkembangan secara fisik atau jasmani antara lain
ditandai dengan pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks, pertumbuhan otak, dan
seksual, sikap, perasaan dan emosi, perkembangan minat dan cita-cita
pribadi, sosial, moral dan lain-lain.
1. Perkembangan Fisik
Pada masa remaja terjadi pertumbuhan dan perkembangan fisik yang
pesat. Pertumbuhan lebih ke arah memanjang dan pada melebar. Remaja
pria mulai memperlihatkan penonjolan otot-otot pada dada, lengan, paha,
dan betis. Remaja wanita mulai menunjukkan perubahan pada bagian
tubuh tertentu seperti dada, pinggul, dan sebagainya. Selain itu pada
remaja pria dan wanita mulai tumbuh rambut, terutama pada bagian alat
vital, seperti kemaluan dan ketiak. Perkembangan badan yang lebih ke
arah memanjang dan melebar ini dapat mengakibatkan perkembangan
anggota badan yang tidak berimbang, sehingga kadang-kadang membuat
remaja menjadi cemas akan keadaan dirinya.
2. Perkembangan Seksual
Sejalan dengan pertumbuhan fisik, remaja juga mengalami perkembangan
seksual. Perkembangan seksual ini diakibatkan oleh kematangan
hormon-hormon seksual. Remaja pria mulai mengalami mimpi basah dan remaja
wanita mulai mengalami menstruasi. Selain itu perkembangan seksual
pada saat remaja ditandai pula dengan mulai timbulnya rasa ketertarikan
dengan teman lawan jenis.
3. Perkembangan Emosi
Setiap manusia memiliki perasaan dalam hidupnya, demikian juga halnya
dengan para remaja. Perasaan yang berkembang pada remaja pada
umumnya adalah rasa gembira, sedih, suka, optimis, cinta, takut, benci,
emosi, ini terjadi karena remaja mengalami berbagai bentuk perilaku
dalam kehidupannya. Emosi pada remaja relatif cepat berubah. Perasaan
suka bisa cepat berubah menjadi benci, perasaan gembira bisa cepat
berubah menjadi perasaan sedih.
4. Perkembangan Intelektual
Pada masa remaja terjadi perkembangan otak dan kemampuan berfikir
yang dibutuhkan dalam menerima dan mengolah informasi yang abstrak
dari lingkungannya. Hal ini mengandung arti bahwa remaja sudah dapat
menilai hal yang benar dan hal yang salah sehubungan dengan pendapat
orang tua atau orang dewasa. Remaja mulai berani membantah dan
mengkritik pendapat orang tua, dan orang dewasa lainnya sebagai sesuatu
yang tidak rasional, dan tidak adil. Remaja juga selalu ingin tahu terhadap
segala sesuatu. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong remaja tertarik
pada alasan timbulnya persoalan dan cara pemecahannya.
5. Perkembangan Sosial
Dalam perjalanan hidupnya remaja mulai menyesuaikan diri dengan lawan
jenisnya dan menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan
keluarga dan sekolah. Karena remaja lebih banyak bergaul dengan
teman-teman kelompok sebaya, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh
teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan
perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Misalnya remaja suka
ikut-ikutan merokok, ikut-ikutan minum-minuman beralkohol, dan lain
sebagainya.
6. Perkembangan Pemahaman Diri
Remaja mulai menyadari kelebihan dan kekurangan yang ada pada
dirinya. Dengan kesadaran itu remaja menilai sifat dan sikap
teman-temannya, yang kemudian diperbandingkan dengan sifat dan sikap yang
dimilikinya. Remaja mulai memiliki kemampuan untuk melihat dirinya
sendiri secara objektif, yang ditandai dengan kemampuan untuk
mempunyai wawasan tentang diri sendiri.
Proses pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis pada individu
menjelang dan pada masa remaja ini menyebabkan tanggapan masyarakat
yang berbeda pula. Mereka diharapakan dapat memenuhi tanggung jawab
orang dewasa, tetapi berhubung antara pertumbuhan fisik dan pematangan
psikisnya masih belum seimbang, maka kegagalan yang sering dialami
remaja dalam memenuhi tuntutan sosial ini menyebabkan frustasi dan
konflik-konflik batin pada remaja terutama bila tidak ada pengertian dari
pihak orang dewasa. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa para
remaja lebih dekat dengan teman sebayanya daripada dengan orang dewasa.
C. Bimbingan Klasikal
Remaja yang merupakan tingkat usia yang memiliki perkembanagn
sebab remaja menghadapi tugas mengembangkan diri di semua aspek
kehidupannya. Lembaga-lembaga pendidikan sekolah bertugas untuk
mendampingi generasi muda dalam menyelesaikan tugas mengembangkan
dirinya.
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam
rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan
masa depan. Berkaitan dengan bimbingan yang diberikan di sekolah maka
dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan yang
diberikan oleh orang yang berkompeten (guru pembimbing/konselor) kepada
seseorang atau sekelompok orang (klien/siswa) agar mampu mengenal
dirinya, mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengatasi persoalan hidup
sehingga mampu menentukan sendiri/bertanggung jawab untuk kebahagiaan
dan kesejahteraan hidupnya dan lingkungannya.
Bimbingan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang bersifat
sosial, maka wajar jika bimbingan dan konseling mempunyai sifat
ketergantunggan pada situasi masyarakat setempat. Mengingat hal itu maka
dapat dikemukakan bahwa dalam menentukan prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling setiap ahli memakai pola yang berbeda. Perlu dipahami bahwa
dalam prinsip yang digunakan harus mencakup pola dasar, tujuan, fungsi,
sasaran dan segi pelaksanaan. Melengkapi penjelasan mengenai layanan
bimbingan klasikal kepercayaan diri pada remaja maka disini peneliti
menyajikan prinsip-prinsip yang ada dalam bimbingan dan konseling seperti
1. Dasar bimbingan di sekolah tidak dapat lepas dari dasar pendidikan pada
umumnya dan pendidikan sekolah pada khususnya.
2. Tujuan bimbingan di sekolah tidak terlepas dari tujuan pendidikan dan
pengajaran yang tercantum pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003.
3. Fungsi dari bimbingan dalam proses pendidikan dan pengajaran ialah
membantu pendidikan dan pengajaran.
4. Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu baik anak/dewasa yang
tidak terbatas pada umur tertentu.
5. Bimbingan dapat dilaksanakan dengan berbagai macam sifat yaitu secara
preventif,korektif, dan presentatif.
6. Bimbingan merupakan suatu proses yang kontinyu dan diberikan oleh
orang-orang yang mempunyai wewenang dalam hal tersebut.
7. Berkaitan dengan prinsip no. 6 maka para guru perlu mempunyai
pengetahuan mengenai bimbingan dan konseling, karena mereka selalu
berhadapan langsung dengan murid-murid yang perlu mendapatkan
bimbingan.
8. Tiap aspek dari kepercayan diri merupakan faktor yang terpenting dalam
menentukan bimbingan klasikal kepercayaan diri siswa.
9. Bimbingan diberikan harus memperhatikan semua aspek yang ada pada
kepercayaan diri siswa.
10.Bimbingan yang diberikan harus memperhatikan perbedaan latar belakang
11.Bimbingan yang diberikan harus memperhatikan perkembangan dari
individu.
12.Bimbingan yang diberikan harus dievaluasi agar diketahui efektif atau
tidaknya bimbingan yang diberikan.
13.Berkaitan dapat prinsip no. 10 maka bimbingan harus mengikuti
perkembangan situasi masyarakat dalam arti yang lebih luas yaitu
perkembangan sosial, ekonomi dan budaya.
14.Bimbingan yang diberikan bertujuan untuk mengarahkan individu agar
dapat membimbing dirinya sendiri. Bimbingan yang diberikan harus
berpegang pada kode etik bimbingan yang ada.
Pelayanan bimbingan klasikal kepercayaan diri pada siswa SMA
BOPKRI 2 meliputi enam aspek, yaitu rasa aman, ambisi, yakin kepada
kemampuan diri sendiri, mandiri, tolerensi, dan optimis.
1. Rasa aman adalah rasa percaya bahwa lingkungan sekitar mendukungnya.
2. Ambisi adalah kemauan yang sekiranya merasa mampu dilakukan.
3. Yakin pada kemampuan diri sendiri adalah kepercayaan akan kemampuan
sendiri dalam melakukan pekerjaan tanpa bantuan orang lain.
4. Mandiri adalah tingkat kemandirian seseorang dalam menyelesaikan
pekerjaan.
5. Toleransi adalah menghormati perbedaan pendapatan orang lain.
6. Optimis adalah rasa percaya diri akan keberhasilan masa depan.
Bimbingan klasikal, yaitu guru pembimbing menghadapi kelompok
pengelompokkan kembali, tetapi mempertahankan siswa-siswi pada
satuan-satuan kelas yang sudah ada. Pada jam tertentu (yang sudah ditentukan
dalam jadwal) guru pembimbing masuk ke kelas dan memberikan
pelayanan bimbingan, yang biasanya berupa pembahasan tentang suatu
masalah yang tidak termasuk materi mata pelajaran yang lain, misalnya
cara-cara belajar yang baik, cara-cara bergaul, pendewasaan diri, dan
hubungan dengan orangtua. Dalam bimbingan klasikal, siswa dalam kelas
dapat dibentuk ke dalam kelompok-kelompok diskusi agar seluruh siswa
dapat lebih terlibat dalam kegiatan pembimbingan. Bimbingan klasikal
merupakan kebutuhan siswa yang berkenaan dengan perkembangan pribadi
dan pergaulan sosialnya, serta perubahan dalam sikap dan cara bergaul
mereka di sekolah, keluarga maupun di masyarakat (Winkel, 1997 :520).
Guru pembimbing memegang peranan penting dalam kegiatan
pembimbingan terhadap para siswa di sekolah. Bimbingan individual,
khususnya konseling individual mrupakan cara efektif untuk membantu
siswa-siswa tertentu, tetapi tidak selalu semua permasalahan siswa dilayani
dengan konseling individual tetapi dapat juga dibantu melalui konseling
klasikal. Salah satu asas pelayanan bimbingan di sekolah juga menyebutkan
bahwa program bimbingan harus mencakup kegiatan bimbingan individual
dan kegiatan bimbingan kelompok. Oleh karena itu di samping
menggunakan bimbingan individual (konseling perseorangan), salah satu
usaha kegiatan pembimbingan yang pertu dilaksanakan oleh guru
Menurut Winkel (1997:519) tujuan bimbingan klasikal tidak berbeda
dengan tujuan bimbingan pada umumnya yaitu untuk membantu orang yang
dibimbing agar mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangan
sendiri dan tidak sekedar "membebek" pendapat orang lain, mengambil sikap
sendiri, dan berani menanggung sendiri konsekuensi-konsekuensi dari
tindakan-tindakannya. Tujuan ini ingin dicapai melalui pelayanan secara
klasikal. Walaupun yang dihadapi adalah kelompok siswa yang semuanya
membutuhkan pelayanan bimbingan yang lebih kurang sama isi dan arahnya,
namun yang terutama dituju bukanlah perkembangan kelompok sebagai
kelompok, melainkan perkembangan optimal dari masing-masing individu
yang tergabung dalam suatu kelas. Dengan demikian, tekanannya tetap
terletak pada pengembangan masing-masing pribadi, meskipun individu
berada dalam kegiatan kelas. Bimbingan klasikal merupakan sarana untuk
menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan
dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri.
Dapat dikatakan bahwa bimbingan klasikal dapat bersifat komplementer
terhadap bimbingan perseorangan.
Berdasarkan uraian tentang bimbingan klasikal di atas, dapat
disimpulkan bahwa kegiatan bimbingan klasikal dilaksanakan di dalam kelas.
Hal ini juga didukung oleh SK Mendikbud Nomor 25/0/1995 butir II.B.3.C.
yang menetapkan bahwa pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dapat
dilaksanakan di dalam atau di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan bimbingan
keseluruhan kegiatan bimbingan untuk siswa di sekolah atas persetujuan
Kepala Sekolah (Najib, 1997:6).
D. Bimbingan dan Konseling
1. Tugas Bimbingan dan Konseling
Tugas layanan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas
(SMA) harus memperhatikan kebutuhan siswa dari masing-masing
tingkatan kelas. Di samping itu hendaknya disesuaikan dengan tujuan dan
sasaran layanan bimbingan konseling, serta karakteristik tujuan dan
perkembangan siswa dalam aspek pendidikan.
Tugas bimbingan dan konseling menurut Najib (1997:12)
keterpaduan penyelenggaraan bimbingan dan konseling beserta
kegiatan-kegiatan pendukungnya, yaitu :
a. Orientasi dalam kegiatan bimbingan.
b. Informasi dalam bimbingan belajar.
c. Penempatan dan penyaluran dalam kegiatan belajar.
d. Bimbingan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan
belajar.
e. Pemberian bantuan secara perorangan dalam masalah belajar.
f. Bimbingan belajar kelompok dalam masalah belajar.
g. Konseling kelompok dalam masalah belajar.
h. Aplikasi instrumentasi untuk penghimpunan data yang berkaitan
dengan kegiatan belajar.
j. Konfirmasi kasus dalam masalah belajar.
Berdasarkan dari pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
tugas bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya di SMA meliputi
bimbingan dalam hal :
a. Pengembangan kebiasaan belajar yang efektif.
b. Memahami kekurangan diri dalam belajar.
c. Mengatur dan menggunakan waktu luang.
d. Menilai kesenjangan antara standar ketutasan dengan hasil
ulangan.
e. Mengetahui sebab-sebab kegagalan dalam mengikuti tes.
f. Mempelajari informasi pemilihan jurusan.
g. Mulai menghubungi lembaga pendidikan di atas SMU.
h. Memahami bahwa belajar berlangsung sepanjang hayat.
i. Memahami tujuan pendidikan di masa yang akan datang.
j. Merencanakan kelanjutan studi atau kursus-kursus.
k. Mempersiapkan menghadapi tes masuk perguruan tinggi.
2. Layanan Bimbingan dan Konseling
Tujuan layanan bimbingan konseling secara umum adalah untuk
membantu siswa agar mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi
belajar, agar setiap siswa dapat belajar dengan efisien sesuai dengan
kemampuannya, sehingga dapat mencapai perkembangan yang optimal.
Menurut pendapat Sukardi dan Sumiati (1999) tujuan bimbingan
Membantu siswa untuk mengembangkan motif-motif intern dalam belajar sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti serta pemberian dorongan dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan.
Tujuan layanan bimbingan konseling secara terperinci menurut
Abdul Kahar (1981:36) yaitu :
1)Untuk dapat menentukan program studinya. 2)Untuk mendapatkan cara belajar yang efisien.
3)Untuk memilih mata pelajaran yang sesuai dengan bakat, minat, kecakapan, cita-cita serta kondisi yang ada pada dirinya.
4)Untuk menentukan pembagian waktu dan membuat rencana belajar.
5)Untuk mendapatkan cara-cara membaca buku dan menggunakannya bagi pelajaran.
6)Untuk menyelesaikan tujuan dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan ujian.
7)Memilih pelajaran-pelajaran ekstra atau tambahan bagi pengembangan kejuruannya.
Berdasarkan atas tujuan pelaksanaan bimbingan dan konseling
seperti yang telah dirinci di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan
bimbingan dan konseling adalah pelayanan yang diberikan pada
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian ex-postfacto, karena untuk
memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
tingkat kepercayaan diri siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
sebagai dasar pemilihan topik-topik bimbingan klasikal.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMA BOPKRI
2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Dalam penelitian ini peneliti tidak
menggunakan sistem sampel karena seluruh anggota populasi dijadikan
responden. Adapun jumlah siswa kelas yang diteliti sebanyak 163 siswa
yang terdiri dari 8 kelas, 34 siswa 11 tidak masuk dan tidak ikut uji coba.
Ada 15 siswa yang tidak masuk sekolah dan tidak ikut dalam penelitian,
sehingga jumlah subyek penelitian yang terkumpul sebanyak 103 siswa.
Tabel 1
Rincian Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 2 Tahun Ajaran 2011/2012
Kelas Jumlah Siswa
XI Bahasa 7
XI IPA 1 23
XI IPA 2 23
XI IPA 3 23
XI IPS 1 21
XI IPS 2 22
XI PS 3 22
XI IPS 4 22
Jumlah 163
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
statement Kepercayaan Diri. Kepercayaan diri diungkap dengan skala
kepercayaan diri yang disusun oleh Rye dan Spark dengan berdasarkan
aspek-aspek yang terdapat dalam kepercayaan diri oleh Sholikhah (2003).
Statement ini telah dimodifikasi dengan menyesuaikan item-item
pernyataan dan diambil favorable saja. Bentuk pernyataan bersifat tertutup,
menurut Furchan (1982: 249) statement tertutup adalah
pernyataan-pernyataan yang jawabannya sudah disediakan oleh peneliti. Berikut ini
dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan statement.
1. Skala Pengukuran Kepercayaan Diri
Skoring dalam kepercayaan diri dilakukan dalam skala Likert.
Skoring yang digunakan adalah sebagai berikut: skor 1 untuk jawaban
skor 3 untuk jawaban Sesuai (S) dan skor 4 untuk jawaban Sangat
Sesuai (SS).
2. Indikator Kepercayaan Diri
Indikator yang digunakan untuk menyusun statement kepercayaan
diri ini berdasarkan aspek-aspek kepercayaan diri menurut Luster
(1978) yaitu: merasa aman pada lingkungan sekitar, merasa hidup
menyenangkan dan tenang, mempunyai sifat yang gigih, senang
dengan tantangan, mempunyai kreatifitas dalam menyelesaikan tugas,
merasa yakin akan kelebihan diri sendiri, merasa akan berprestasi,
mempunyai pendirian yang kuat, mampu menyelesaikan masalah
sendiri, mempunyai sifat terbuka pada orang lain, mempunyai
pengertian pada orang lain, percaya akan kemampuannya sendiri, dan
yakin akan mampu mengatasi kendala yang ada.
3. Susunan Statement
Item kepercayaan diri terdiri dari 34 item yang secara keseluruhan
merupakan item favorable. Item favorable isinya mendukung,
memihak atau menunjukkan adanya variabel yang diukur.
4. Kisi-kisi
Adapun kisi-kisi pernyataan kepercayaan diri dapat di lihat pada
Tabel 2
Distribusi Item Kuesioner Kepercayaan Diri
No Aspek Indikator No
3 Ketika ada teman baru saya tidak malu untuk mengajak berkenalan terlebih dahulu.
5 Saya nyaman berinteraksi dengan orang-orang disekitar saya
9 Saya memiliki banyak teman di lingkungan saya.
13 Lingkungan sekolah saya, aman untuk belajar saya.
15 Saya bersikap tenang ketika berada di lingkungan baru
Merasa hidup menyenangkan dan tenang
17 Bagi saya hidup yang saya jalani, saya rasakan dengan senang hati.
18 Saya tetap tenang walau sedang menjadi pusat perhatian
6 Saya mempunyai keinginan untuk dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
8 Saya puas bila dapat menyelesaikan tugas sulit yang diberikan guru saya
Senang dengan tantangan
14 Bagi saya tugas yang sulit merupakan tantangan menarik
No Aspek Indikator No
1 Saya memiliki inisiatif yang tinggi
4 Saya yakin dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
19 Saya memiliki kemampuan yang dapat saya banggakan
21 Keberhasilan saya dalam tugas karena kemampuan yang saya miliki
4. Mandiri adalah
10 Saya tidak akan mengubah sikap bila yakin dengan pendapat saya.
20 Saya tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain
Mampu
menyelesaikan masalah sendiri
23 Saya tidak meminta bantuan pada orang lain dalam menyelesaikan masalah pribadi saya
27 Saya dapat memutuskan sendiri segala hal yang harus saya lakukan
5. Toleransi adalah
12 Saya akan membagi pengalaman sukses kepada guru pembimbing saya dengan senang hati
32 Bagi saya mengakui kekurangan diri tidak termasuk hal yang bodoh dan memalukan
24 Saya bisa memahami pendapat orang lain tanpa kehilangan pendirian saya
33 Saya bisa terbuka membicarakan kelebihan dan kelemahan sifat pribadi saya dengan guru.
Mempunyai pengertian pada orang lain
25 Jika orang lain keliru maka saya akan mengingatkannya
26 Saya dapat bekerja sama dengan teman-teman yang sering berbeda pendapat.
No Aspek Indikator No
22 Sikap saya dapat menyenangkan orang lain
29 Saya tidak mudah putus asa
31 Saya berfikir bahwa kendala yang ada bisa diatasi dengan usaha sendiri
34 Saya merasa mampu untuk meraih sukses dalam hidup saya
5. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Kepercayaan Diri
a. Validitas
Menurut Arikunto (1998) instrumen yang baik
sekurang-kurangnya valid dan reliabel, oleh karena itu sangat penting
pengujian validitas dan reliabilitas instrumen sebelum
pengumpulan data.
Arikunto (1998: 160) mengatakan bahwa “validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan
kesahihan suatu instrumen” instrumen dikatakan valid bila
memiliki validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid
berarti memiliki validitas rendah.
Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah
validitas isi yang melewati judgment ahli oleh Ibu Dra.
Sunarningsih yang merupakan guru Bimbingan dan
Uji validitas item dilakukan dengan cara menghitung
korelasi skor item dengan skor total. Penentuan taraf validitas
item dilakukan melalui program SPSS (Statistical Programme for
Social Scince). Patokan koefisien validitas minimal untuk melihat
valid tidaknya suatu item skala adalah dengan melihat patokan
koefisien Cronbach (Azwar, 2010: 103). Dalam patokan tersebut
dikatakan bahwa patokan koefisien validitas menggunakan
patokan minimal 0,30. Item yang koefisien validitasnya <0,30
dinyatakan gugur, sedangkan item yang koefisien validitasnya
>0,30 dinyatakan valid.
b. Reliabilitas
Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen
tersebut cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data
(Arikunto, 1998). Reliabilitas menunjukkan sejauhmana alat
ukur/instrumen itu dapat dipercaya untuk alat pengumpulan data.
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk menguji
reliabilitas dengan teknik analisis dengan rumus alpha, hal ini
karena skor yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan
rentangan antara beberapa nilai.
Adapun penggunaan rumus alpha pada uji ini didasarkan
pada pendapat Cronbach yang dikutip oleh Arikunto (1998)
adalah “Skor untuk angket atau skala biasanya bukan 1 dan 0,
tetapi bertingkat dari 1 atau 2, sampai 3, 4 atau berapa saja
yang skornya bukan 1 atau 0 dalam mencari indeks reliabilitasnya
digunakan rumus alpha. Dengan melihat uraian tersebut, maka
cukup beralasan bila uji reliabilitas menggunakan rumus alpha
mengingat instrument yang dipakai dalam penelitian ini
menggunakan skala Likert, dengan tingkatan dari 1 sampai 4.
Reliabilitas skala dihitung menggunakan rumus Pearson.
Reliabilitas secara keseluruhan diperoleh rtt = 0,815, reliabilitas
item gasal diperoleh rtt = 0,850 dan reliabilitas item genap
diperoleh rtt = 0,796. Dengan demikian status tinggi reliabilitas
kuesioner tingkat kepercayaan diri yang diuji coba dalam
penelitian ini termasuk tinggi.
D. Prosedur PengumpulanData
Pengumpulan data penelitian dilaksanakan melalui tahap persiapan
dan tahap pelaksanaan.
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa kegiatan sebagai
persiapan untuk melaksanakan penelitian. Sebelum kuesioner dibuat
peneliti menentukan variabel yang digunakan, setelah itu peneliti
menentukan aspek-aspek kepercayaan diri dan dilanjutkan membuat
indikator-indikator dari kepercayaan diri.
Pada tanggal 20 Februari 2012, pukul 09.00-10.00 peneliti
Konseling di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Peneliti mengungkapkan
maksud dan tujuan peneliti datang ke SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.
Peneliti meminta ijin untuk bertemu dengan kepala sekolah tetapi
karena waktu yang padat sehingga Ibu Dra. Sunarningsih
menyarankan agar peneliti datang lain hari. Tanggal 29 Februari 2012
peneliti kembali ke sekolah dan pihak sekolah memberikan ijin
kepada peniliti untuk melaksanakan penelitian di SMA BOPKRI 2
Yogyakarta dan menyesuaikan waktu untuk mengadakan penelitian
dengan jadwal belajar siswa, dengan pertimbangan waktu yang akan
dipakai agar tidak mengganggu jadwal belajar siswa. Sebelum
melaksanakan uji coba kuesioner yang sudah dibuat kuesioner
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada pembimbing, setelah itu
judgment ahli oleh Ibu Dra. Sunarningsih pada tanggal 22 Maret 2012.
2. Tahap pelaksanaan uji coba
Peneliti menyerahkan kuesioner kepada Ibu Dra. Sunarningsih
pada tanggal 26 Maret 2012. Peneliti tidak masuk kelas karena jadwal
pelajaran yang sangat padat, sehingga Ibu Dra. Sunarningsih yang
langsung memberikan kuesioner kepada siswa. Kuesioner diberikan
kepada seluruh siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun
ajaran 2011/2012.
Dari 34 item, setelah dianalisis terdapat 9 item yang gugur
terdiri dari aspek rasa aman (2 item), aspek ambisi (3 item), aspek
yakin pada kemampuan diri sendiri (3 item) dan aspek toleransi (1
tetap 34 item. Adapun rician item yang gugur dapat dilihat pada tabel
1. Rasa aman 9 Teman-teman dapat menerima saya apa adanya.
0,297
15 Saya tidak takut berada dalam situasi yang belum saya kenal.
0,245
2. Ambisi 6 Saya aman menyelesaikan tugas yang sulit jika sesuai dengan kemampuan saya.
-0,371
8 Saya merasa senang bila dapat menyelesaikan tugas yang sulit yang diberikan guru saya.
-0,220
16 Saya inginmemiliki banyak
keterampilan melalui kegiatan di luar sekolah.
0,273
3. Yakin pada kemampuan diri sendiri
1 Saya merasa mempunyai semangat hidup dan inisiatif yang tinggi.
0,156
4 Saya dapat menyelesaikan tugas dengan tidak mengecewakan.
-0,371
7 Saya merasa bahwa saya bisa
melakukan sebaik yang bisa dilakukan orang lain.
-0.213
5. Toleransi 30 Jika ada teman mengeluh tentang masalahnya, saya akan membantu mencari solusinya.