• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan-hambatan aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hambatan-hambatan aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal - USD Repository"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

i

HAMBATAN-HAMBATAN AKTUALISASI DIRI SISWA-SISWI KELAS XI SMA STELLA DUCE BANTUL,

YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Stepanus Pitra Pragakusuma NIM : 031114013

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Tuhan Yesus, aku membutuhkan-Mu. Aku bersyukur

karena Engkau telah mati dikayu salib bagi dosa-dosaku,

aku membuka pintu hatiku dan menerima Engkau sebagai

Juru Selamat dan Tuhanku. Terima kasih karena telah

mengampuni dosa-dosaku dan memberi aku hidup yang

kekal. Kuasailah seluruh hidupku. Jadikan aku pribadi

seperti yang Engkau ingini”.

Doa dari Campus Crusade

“ Janganlah kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucap syukur ” (Filipi 4:6).

“ Jadilah Besar dalam hal-hal Kecil…

Lakukan segala sesuatunya dengan kesungguhan Hati yang Besar Maka sesuatu yang Besar akan kita nikmati dalam hidup ”

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:  Tuhan Yesus atas semua berkat dan kasih-Nya  Bunda Maria yang selalu menemani dengan kasih dan kesetiaan-Nya  Bapak dan Ibuku tercinta atas semua kasih sayangnya

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 November 2008 Penulis

(6)

vi ABSTRAK

HAMBATAN-HAMBATAN AKTUALISASI DIRI SISWA-SISWI KELAS XI SMA STELLA DUCE BANTUL,

YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

Stepanus Pitra Pragakusuma Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hambatan-hambatan aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 dan menyusun usulan topik-topik bimbingan klasikal.

Penelitian ini menggunakan metode focus group discussion (FGD). Pertanyaan yang secara khusus dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Apa saja hambatan-hambatan aktualisasi diri siswa-siswi SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009? (2) Topik-topik bimbingan klasikal manakah yang sesuai untuk siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009?. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 41 siswa. Alat penelitian ini adalah pertanyaan panduan FGD yang disusun oleh peneliti dengan mengembangkan teori Maslow tentang hambatan-hambatan aktualisasi diri (Koeswara, 1987: 230). Teknik analisa data yang digunakan adalah menghubung-hubungkan berbagai faktor yang dapat diidentifikasikan dalam data dan menjelaskannya (Irwanto, 2006: 81).

(7)

vii ABSTRACT

SELF-ACTUALIZATION OBSTACLES OF THE STUDENTS IN CLASS XI OF SMA STELLA DUCE BANTUL, YOGYAKARTA IN 2008/2009 ACADEMIC YEAR AND ITS IMPLICATIONS TO THE

PROPOSAL OF CLASSICAL GUIDANCE TOPICS Stepanus Pitra Pragakusuma

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

The research aimed to describe the self-actualization obstacles of the students in class XI of SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta in 2008/2009 academic year and to make the proposal of classical gudance topics.

The method used in this research was focus group discussion (FGD). The questions specially answered in this research were (1) What are the self-actualization obstacles for the students of SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta in 2008/2009 academic year? (2) What classical guidance topics which are appropriate for the students of SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta in 2008/2009 academic year?. The subject of this research were the 41 students of SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta in 2008/2009 academic year. The instrument for this research was focus group discussion (FGD) guidance question which constructed by the researcher by developing Maslow theory about self-actualization obstacles (Koeswara, 1987: 230). The data analysis technic used was an effort to relate the factors which can be indentified in the data and can be explained too (Irwanto, 2006: 81).

(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Stepanus Pitra Pragakusuma

NIM : 031114013

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Univesitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“HAMBATAN-HAMBATAN AKTUALISASI DIRI SISWA-SISWI KELAS XI SMA STELLA DUCE BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL”

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Univesitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal: 04 Desember 2008 Yang menyatakan,

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus Kristus atas cinta kasih dan bimbingan-Nya, sehingga dapat terselesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

Disadari bahwa skipsi ini dapat berjalan dengan baik berkat bantuan, perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. M. M. Sri Hastuti, M. Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Dra. M. J. Retno Priyani, M. Si., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan perhatian, masukan-masukan, serta motivasi-motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. YB. Adimassana, M.A., Dosen Penguji yang telah memberikan masukan-masukan bagi penulis demi perbaikan skripsi.

4. Drs. Wens Tanlain, M.Pd., Dosen Penguji yang telah mengkritisi dan memeriksa skripsi ini.

5. Sr. Louis CB yang telah memberikan izin bagi penulis untuk mengadakan penelitian di SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta.

(10)

x

dan telah memberikan banyak bimbingannya selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

7. Kedua orang tuaku yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa, kesabaran dan perhatiannya, membimbing, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untukku.

8. Kakakku Lorensius Henky Suryakusuma dan istri Yuliana Kurnia Widhiasih, keponakanku yang cantik Skolastika Violetta Nuradvenza serta adikku Florianus Garin Dirakusuma yang sudah memberikan dukungan selama mengerjakan skripsi.

9. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doanya selama menyelesaikan skripsi ini, sehingga menjadi skripsi yang sempurna. 10.Erna Yulianingsih yang telah memberikan banyak perhatian, kasih dan

cintanya sehingga hidupku menjadi lebih berwarna.

11.Sahabat-sahabatku KKY (Komunitas Kolobendono Yogyakarta): Seprianus, Ardian Septiantono, Kristiadi, Pikal, Sigit Sudarisman, Tyo, Matius, Angga, Irene.

12.Wahyu Putri, Maria Verawati, Robertus Bayu, yang telah memberikan bantuannya selama penelitian.

13.Agatha Nila Sukma, yang telah membantu mengoreksi abstrak bahasa Inggris.

(11)

xi

15.Para siswa-siswi SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009, yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini.

Disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang berguna bagi siapa saja yang berminat dalam dunia pendidikan.

(12)

xii

2. Hirarki Kebutuhan Maslow ………...

3. Ciri/Sifat Orang Yang Mengaktualisasikan Diri ………...

4. Hambatan-Hambatan Aktualisasi Diri ……….. 5. Cara-Cara Mengaktualisasikan Diri ………..

B. Siswa SMA Sebagai Remaja ………...

1. Pengertian Remaja ………

(13)

xiii

C. Bimbingan Klasikal ……….

1. Pengertian Bimbingan Klasikal ………

2. Manfaat Bimbingan Klasikal ………

D. Peran Pelayanan Bimbingan Klasikal Di Sekolah Dalam

Peningkatan Aktualisasi Diri ……….. BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………...…..

A. Jenis Penelitian ………

B. Subyek Penelitian ………

C. Alat Penelitian ………...

1. Alat Pengumpul Data ………

a. Pengertian Focus Group Discussion (FGD) ………... b. Alasan Menggunakan Focus Group Discussion (FGD) …. c. Persiapan Focus Group Discussion (FGD) ………. d. Manfaat, Keuntungan, Keunggulan, dan Kelemahan

Menggunakan Focus Group Discussion (FGD) …………. e. Peran Penting Yang Perlu Diperhatikan Oleh Peneliti

Dalam Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) ……. 2. Validitas Focus Group Discussion (FGD) ………

D. Prosedur Pengumpulan Data ………..

1. Tahap Persiapan ………

a. Persiapan Teknik ……….

b. Persiapan Focus Group Discussion (FGD) ……….

2. Tahap Pelaksanaan ………

E. Teknik Analisis Data ………...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. A. Tingkat Aktualisasi Diri Siswa-Siswi Kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Togyakarta Tahun Pelajaran 2008/2009 ……….

B. Pembahasan ……….

(14)

xiv

BAB VI PENUTUP ………..

A. Ringkasan ………

B. Kesimpulan ……….

C. Saran ………

DAFTAR PUSTAKA ……… LAMPIRAN ………...

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rincian Jumlah Siswa-Siswi SMA Stella Duce Bantul

Tahun Pelajaran 2008/2009 ………. Tabel 2 Jadwal Pengumpulan Data Penelitian ……….. Tabel 3 Menemukan Potensi yang Ada Dalam Diri Siswa

Kelas XI IPA ……… Tabel 4 Hambatan-hambatan Dalam Mengaktualisasikan Diri Siswa

Kelas XI IPA ………

Tabel 5 Menemukan Potensi yang Ada Dalam Diri Siswa Kelas XI IPS

Kelompok 1 ………..

Tabel 6 Hambatan-hambatan Dalam Mengaktualisasikan Diri Siswa

Kelas XI IPS Kelompok 1 ………

Tabel 7 Menemukan Potensi yang Ada Dalam Diri Siswa Kelas XI IPS

Kelompok 2 ………..

Tabel 8 Hambatan-hambatan Dalam Mengaktualisasikan Diri Siswa

Kelas XI IPS Kelompok 2 ………

Tabel 9 Menemukan Potensi yang Ada Dalam Diri Siswa Kelas XI IPS

Kelompok 3 ………..

Tabel 10 Hambatan-hambatan Dalam Mengaktualisasikan Diri Siswa

Kelas XI IPS Kelompok 3 ………

Tabel 11 Hasil FGD Dari Keseluruhan Kelas ……….…… Tabel 12 Rincian Pernyataan Hambatan Aktualisasi Diri yang Diungkap

Oleh Siswa-Siswi Kelas XI SMA Stella Duce Bantul Tahun Ajaran 2008/2009 Berdasarkan FGD ………... Tabel 13 Rincian Hasil Hambatan Aktualisasi Diri yang Paling Dominan Dari 41 Siswa Dari 2 Kelas ……….. Tabel 14 Usulan Topik-Topik Bimbingan Klasikal Siswa-Siswi Kelas XI

SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta

Tahun Pelajaran 2008/2009 ………. Tabel 15 Hasil Evaluasi Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) ……..

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pertanyaan Panduan Focus Group Discussion (FGD) ……… Lampiran 2 : Hasil Uji Coba Focus Group Discussion (FGD) ………. Lampiran 3 : Susunan Tim Focus Group Discussion (FGD) ………... Lampiran 4 : Daftar Nama Siswa/Peserta Focus Group Discussion (FGD).. Lampiran 5 : Foto Proses Focus Group Discussion (FGD) ……….. Lampiran 6 : Contoh Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) ………..

Lampiran 7 : Surat Permohonan Ijin Penelitian ……… Lampiran 8 : Surat Keterangan Penelitian ………

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia menginginkan bahwa setiap kebutuhan hidupnya terpenuhi mulai dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan akan aktualisasi diri. Keinginan tersebut mendorong manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Mereka sering kali mengalami hambatan untuk dapat mencapai kebutuhan yang paling tinggi yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri.

Hambatan-hambatan yang dialami seseorang dapat mempengaruhi mereka dalam mencapai aktualisasi diri. Hambatan-hambatan tersebut antara lain berasal dari dalam diri individu, seperti rasa kurang percaya diri, malas, masih bingung, dan ragu dengan kemampuan yang dimiliki. Selain itu hambatan dari luar individu, seperti kurangnya fasilitas dan dukungan dari orang tua. Adanya hambatan-hambatan tersebut dapat membuat anak tidak bebas mengekspresikan kemampuannya.

(18)

Setiap orang mengharapkan kepribadian yang sehat, termasuk remaja. Masa remaja merupakan masa di mana ia beralih dari hidup yang penuh kebergantungan kepada orang lain, ke masa di mana remaja harus melepaskan diri dari kebergantungan itu, serta memikul tanggung jawab sendiri, yaitu masa berlatih dari masa anak-anak ke masa dewasa (Daradjat, 1974: 34).

Remaja mengalami berbagai hambatan dalam mengaktualisasikan diri, antara lain hambatan yang berasal dari dalam diri dan hambatan yang berasal dari luar. Semua hambatan tersebut menyebabkan remaja belum dapat mengaktualisasikan diri secara optimal. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan remaja belum dapat mengaktualisasikan diri secara optimal, antara lain: keadaan ekonomi yang lemah sehingga keluarga tidak dapat menyediakan fasilitas yang memadai, masih kurangnya rasa percaya diri pada anak karena takut kalau kemampuannya tersebut tidak menjamin masa depannya, merasa minder dengan teman yang lebih mampu, masih adanya sikap malas dalam diri remaja, dan kurangnya dukungan dari orang tua karena ini lebih penting untuk membantu perkembangan anak dalam mengekspresikan potensi yang dimilikinya. Melihat faktor-faktor tersebut maka peran orang tua dan guru sangat diperlukan/dibutuhkan untuk membantu siswa (remaja) mengaktualisasikan dirinya sebagai pribadi yang sehat.

(19)

Para guru pembimbing perlu membantu siswanya untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan dalam mengaktualisasikan diri mereka, sehingga mereka dapat menjadi pribadi yang sehat bebas dari tekanan-tekanan. Oleh sebab itu guru pembimbing perlu memiliki topik-topik bimbingan yang relevan dengan hambatan-hambatan yang dialami para siswa agar dapat membantu mereka dalam mengaktualisasikan dirinya.

Mengingat pentingnya aktualisasi diri bagi remaja, maka sebagai guru pembimbing perlu berupaya untuk meningkatkan dan mengembangkan aktualisasi diri siswa supaya dapat berkembang secara optimal. Upaya peningkatan aktualisasi diri ini merupakan modal dasar dalam membantu siswa untuk menjadi manusia seutuhnya dengan kemampuan (potensi) yang dimilikinya.

(20)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja hambatan-hambatan aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009?

2. Topik-topik bimbingan klasikal manakah yang sesuai untuk siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan:

1. Mengetahui hambatan-hambatan aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009.

2. Menyusun topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam mengaktualisasikan dirinya.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu:

1. Bagi guru pendamping

(21)

oleh peneliti dapat menjadi masukan bagi guru pembimbing untuk pengembangan bimbingan di sekolah, terutama dalam bidang bimbingan pribadi.

2. Bagi siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul

Siswa-siswi dapat merasakan manfaat dari topik-topik bimbingan pribadi yang dilaksanakan secara klasikal oleh guru pembimbing dan selanjutnya mereka dapat mengembangkan aktualisasi diri mereka secara individual. 3. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman dalam mengungkap aktualisasi diri para siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 dan memperoleh wawasan yang lebih luas tentang aktualisasi diri.

4. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan pembanding dalam melakukan penelitian berikutnya yang relevan.

E. Definisi Operasional

1. Hambatan-hambatan aktualisasi diri adalah suatu halangan yang dapat membuat seseorang mengalami suatu ketidakoptimalan dalam mengaktualisasikan dirinya.

(22)

yang ada pada dirinya serta melakukan yang terbaik yang dapat dilakukannya (Goble, 1987: 48).

3. Topik-topik bimbingan adalah topik-topik yang berisi pokok-pokok bahasan dari setiap aspek tugas perkembangan remaja.

4. Bimbingan klasikal adalah bimbingan yang dilaksanakan di kelas pada jam tertentu, yang membahas tentang topik tertentu.

(23)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Aktualisasi Diri

1. Pengertian Aktualisasi Diri

Maslow melukiskan pengaktualisasian diri sebagai penggunaan dan pemanfaatan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi. Orang yang teraktualisasi akan memenuhi dirinya dan melakukan yang terbaik yang dapat dilakukannya (Goble, 1987: 48). Penggunaan dan pemanfaatan bakat dan potensi-potensi dapat disalurkan pada minat pekerjaannya sehingga dapat memberikan kegembiraan dan kenikmatan.

Maslow berpendapat bahwa aktualisasi diri adalah kebutuhan individu untuk mewujudkan dirinya sesuai dengan kemampuan (potensi) yang dimilikinya (Koeswara, 1987: 230). Hal tersebut dipertegas oleh pendapat Stein dan Book (2004: 124) yang menyatakan bahwa aktualisasi diri adalah kemampuan untuk mengejawantahkan kemampuannya yang potensial, sehingga kebutuhan-kebutuhannya dapat terpenuhi. Kebutuhan-kebutuhan individu itu antara lain: Kebutuhan-kebutuhan fisiologis, Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri.

(24)

Aktualisasi diri merupakan keberanian untuk ada dan meluncurkan diri sepenuhnya ke dalam arus kehidupan (Schultz, 1991: 46, 50).

Proses menuju aktualisasi diri membutuhkan waktu yang lama, oleh sebab itu seseorang perlu membangun kekuatan diri yang tentunya dapat menghantarkan dirinya pada pencapaian aktualisasi diri. Menurut Moi (2003: 18) untuk membangun kekuatan diri seseorang perlu: (1) mengenali kelebihan dirinya, (2) mengembangkan potensi dirinya, (3) memaknai kelemahan dirinya secara positif, (4) mencari figur/tokoh pendukung, (5) menumbuhkan optimisme dalam dirinya.

Maslow berpendapat bahwa pribadi yang sehat akan termotivasi oleh kebutuhan untuk mengembangkan serta mengaktualisasikan kemampuan-kemampuan dan kapasitas-kapasitasnya secara penuh, sehingga proses menuju aktualisasi diri dapat tercapai. Proses aktualisasi diri adalah perkembangan atau penemuan jati diri dan mekarnya suatu potensi yang ada atau yang terpendam (Goble, 1987: 51, 60). Moi (2003) mengatakan bahwa aktualisasi diri merupakan suatu proses, karena itu setiap orang perlu terus menerus menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya.

2. Hirarki Kebutuhan Maslow

(25)

penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri (Schultz, 1991: 90). Kebutuhan di atas tersusun bertingkat artinya kebutuhan yang ada di tingkat dasar pemuasannya lebih mendesak dari kebutuhan yang ada di atasnya (Koeswara, 1987: 224).

Kebutuhan manusia tersebut antara lain (Maslow, 1984: 39-51): 1. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan fisiologis terdiri dari kebutuhan-kebutuhan yang pemuasannya ditunjukkan pada pemeliharaan proses-proses biologis dan kelangsungan hidup (Koeswara, 1987: 225). Pemenuhan kebutuhan fisiologis sangat menentukan terpenuhinya kebutuhan yang yang selanjutnya. Apabila kebutuhan fisiologis tidak terpenuhi maka kebutuhan selanjutnya tidak akan terpuaskan. Menurut Maslow (1984: 41) kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang paling kuat, oleh sebab itu manusia akan terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan ini supaya kebutuhan-kebutuhannya yang lain dapat terpenuhi.

2. Kebutuhan akan rasa aman

(26)

pergaulannya ia akan selalu diliputi rasa ketakutan Hal ini merupakan suatu hasrat yang mencerminkan menguatnya urgensi kebutuhan akan rasa aman (Koeswara, 1987: 227) dan pencukupan kebutuhan akan rasa aman akan membantu seseorang untuk mengetahui rasa takut yang ia alami (Poduska, 1997: 132).

3. Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki

Apabila kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan-kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki. Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki adalah kebutuhan yang mendorong individu untuk membangun hubungan afektif dengan orang lain (lingkungan keluarga dan pergaulan) (Koeswara, 1987: 227). Terpenuhinya kebutuhan akan cinta, dapat membangun suatu hubungan yang akrab dan penuh perhatian dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Kebutuhan-kebutuhan akan cinta mencakup cinta yang memberi maupun yang menerima (Maslow, 1984: 50).

4. Kebutuhan akan harga diri

(27)

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri

Kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tinggi, dimana setiap manusia mendambakan kebutuhan akan aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah kecenderungan individu untuk mewujudkan dirinya sebagai apa yang ada dalam kemampuannya (Maslow, 1984: 52). Yang harus disertai usaha dan perjuangan untuk mewujudkan kemampuannya tersebut.

3. Ciri/Sifat Orang yang Mengaktualisasikan Diri

Berdasarkan penelitian-penelitian, Maslow berhasil menyimpulkan 15 ciri/sifat yang spesifik dari orang-orang yang mengaktualisasikan diri. Berikut ini ciri/sifat yang dimaksud oleh Maslow (Schultz, 1991: 99-100): a. Mengamati realitas secara efisien

(28)

b. Menunjukkan penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain dan diri sendiri

Orang yang mengaktualisasikan diri menerima diri mereka, kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan dan kesusahan. Mereka menerima kodrat mereka sebagaimana adanya (Schultz, 1991: 100). Mampu menerima diri dan sifatnya sebagaimana adanya, tanpa sesal atau keluhan, tanpa terlalu banyak pikir (Maslow, 1984: 177). Hal ini berarti mereka akan melihat seseorang tidak dengan sebelah mata melainkan memandang orang lain sesuai dengan kodrat sebagai manusia.

c. Memiliki spontanitas, kesederhanaan, kewajaran

Menurut Maslow, spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran dari orang-orang yang mengaktualisasikan diri sungguh-sungguh bersumber dari dalam pribadinya (Koeswara, 1987: 232). Ia dapat bertingkah laku secara terbuka tanpa berpura-pura, jadi tidak harus menyembunyikan emosi-emosi mereka tetapi dapat memperlihatkan emosi-emosi tersebut dengan jujur dan wajar (Schultz, 1991: 101).

(29)

d. Berfokus pada masalah-masalah di luar diri sendiri

Orang-orang yang mengaktualisasikan diri mencintai pekerjaan mereka dan berpendapat bahwa pekerjaan itu tentu saja cocok bagi mereka. Pekerjaan mereka adalah sesuatu yang ingin mereka lakukan dan mereka senang melakukan pekerjaan mereka, lebih daripada sesuatu yang lain dan terus melakukannya (Schultz, 1991: 102). Maslow berpendapat bahwa orang yang mengaktualisasikan diri terlibat secara mendalam ke dalam tugas, pekerjaan, atau jabatan mereka dan memusatkan diri sepenuhnya pada masalah-masalah yang menjadi bagian tugas mereka (Koeswara, 1987: 232). Hal ini berarti mereka hanya memfokuskan diri pada satu pekerjaan saja yang menjadi bagiannya.

e. Menekankan kebutuhan akan privasi dan indepedensi

(30)

f. Menunjukkan/menampilkan pribadi yang otonom

Orang-orang yang mengaktualisasikan diri lebih berfungsi secara otonom terhadap lingkungan sosial dan fisik, karena mereka percaya kepada potensi-potensi yang mereka miliki, sehingga perkembangan potensi-potensi mereka bersumber dari dalam mereka sendiri. Oleh sebab itu mereka tidak lagi didorong oleh motif-motif kekurangan, maka mereka tidak bergantung pada dunia nyata untuk kepuasan mereka, karena pemuasan dari motif-motif pertumbuhan datang dari dalam (Schultz, 1991: 104).

g. Mempunyai apresiasi yang senantiasa segar

(31)

h. Memiliki/mengalami pengalaman-pengalaman mistis atau puncak Menurut Maslow, pengalaman puncak ini menunjuk pada moment-moment dari perasaan yang mendalam seperti perasaan yang dihasilkan oleh relaksasi atau meditasi, serta kadang-kadang disertai kehadiran moment-moment yang menggairahkan. Moment-moment itu sebagai hasil dari penyatuan, kreativitas, penemuan dan pemahaman terhadap alam (Koeswara, 1987: 234).

Setiap orang memiliki pengalaman puncak yang bisa membuat

mereka bahagia, dipenuhi oleh perasaan-perasaan terpesona yang hebat. Begitu juga orang yang mengaktualisasikan diri, ia lebih banyak memiliki pengalaman-pengalaman puncak yang lebih sering daripada orang-orang biasa (Schultz, 1991: 105). Hal ini berarti dari pengalaman-pengalaman puncak dapat membuat ia lebih banyak memaknai setiap kejadian baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, sehingga ia dapat menemukan pemahaman terhadap dirinya sendiri melalui pengalaman-pengalamannya tersebut. i. Memiliki minat sosial

(32)

mengaktualisasikan diri mirip dengan sikap persaudaraan dari seseorang terhadap kakak atau adik (Koeswara, 1987: 234). Hal ini berarti mereka sangat peduli terhadap lingkungan dan mempunyai keikhlasan membantu manusia.

j. Menghargai hubungan antarpribadi

Pengaktualisasian-pengaktualisasian diri mampu memiliki cinta yang lebih besar dan persahabatan yang lebih dalam. Akan tetapi hubungan pribadi mereka lebih kuat, namun jumlahnya lebih sedikit daripada hubungan antarpribadi dari orang-orang yang tidak mengaktualisasikan diri (Schultz, 1991: 107). Menurut Maslow hal ini disebabkan karena orang-orang yang mengaktualisasikan diri lebih suka memilih sahabat yang memiliki persamaan dengan mereka dalam hal karakter, bakat, dan minat (Koeswara, 1987: 234).

(33)

k. Memiliki struktur watak demokratis

Orang-orang yang sehat membiarkan dan menerima semua orang tanpa memperhatikan kelas sosial, tingkat pendidikan, golongan politik atau agama, ras atau warna kulit. Maslow mengandaikan bahwa mereka jarang menyadari perbedaan-perbedaan. Dalam hubungan dengan orang lain mereka tidak mempertahankan suatu sikap angkuh (Schultz, 1991: 108).

l. Mampu membedakan antara sarana dan tujuan, antara baik dan buruk

Pengaktualisasian-pengaktualisasian diri membedakan dengan jelas antara sarana dan tujuan. Bagi mereka, tujuan atau cita-cita jauh lebih penting daripada sarana untuk mencapainya (Schultz, 1991: 109). Mereka terpusat pada tujuan dan cara, serta menilai suatu tindakan demi tindakan itu sendiri (Koeswara, 1987: 235).

Sikap yang dimiliki olah seseorang yang mengaktualisasikan diri adalah sikap tegas dan pengertian yang jelas tentang yang benar dan yang salah (Goble, 1987: 51), karena dengan memiliki sikap itu ia tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang buruk dari orang lain. Hal ini berati mereka dalam mengambil keputusan tidak salah dan tujuan maupun cita-cita yang telah direncanakan dapat tercapai.

(34)

lelucon yang mengejek orang lain atau yang membuat orang lain merasa direndahkan (Goble, 1987: 62). Orang-orang yang mengaktualisasikan diri lebih menyukai humor yang mengekspresikan kritik atas kebodohan manusia (Koeswara, 1987: 235). Humornya orang yang mengaktualisasikan diri dapat membuat orang tertawa bukan untuk mencari permusuhan melainkan mereka menganggap humor lebih dekat pada falsafah yang sebenarnya dan bukan untuk menertawakan kekurangan orang lain.

n. Memiliki kreativitas

Kreativitas merupakan suatu sifat yang akan diharapkan seseorang dari pengaktualisasi-pengaktualisasi diri. Mereka adalah asli, inventif dan inovatif, meskipun tidak selalu dalam pengertian menghasilkan suatu karya seni. Krestivitas lebih merupakan suatu sikap, suatu ungkapan kesehatan psikologis dan lebih mengenai cara bagaimana seseorang mengamati dan bereaksi terhadap dunia dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai dari suatu karya seni. Orang-orang dalam pekerjaan apa saja dapat memperlihatkan karya seni (Schultz, 1991: 110).

o. Resistensi terhadap inkulturasi

(35)

mereka, dibimbing oleh diri sendiri bukan oleh orang-orang lain (Schultz, 1991: 110). Adanya sikap otonom dalam diri sendiri, seseorang dapat menyalurkan potensinya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Menurut Maslow sifat-sifat pengaktualisasian-pengaktualisasian diri adalah sifat-sifat yang diinginkan dan diharapkan untuk dimiliki oleh seseorang. Pengaktualisasian-pengaktualisasian diri tersebut sebagai contoh orang-orang yang baik hati, sopan, jujur, dan penuh perhatian dan masyarakat menjadi tempat kehidupan yang lebih cocok untuk menampilkan sifat-sifat ini (Schultz, 1991: 115).

4. Hambatan-Hambatan dalam Aktualisasi Diri

Seseorang untuk mencapai aktualisasi diri mengalami berbagai hambatan-hambatan yang membuat seseorang terkadang sering mengalami frustasi dan sering mengalami kegagalan dalam mengaktualisasikan dirinya. Hambatan-hambatan tersebut antara lain (Koeswara, 1987: 230): a. Hambatan-hambatan yang berasal dari dalam diri individu, yakni

(36)

b. Hambatan-hambatan yang berasal dari luar atau masyarakat, yakni berupa kecenderungan mendepersonalisasi individu terhadap sifat-sifat bakat dan potensi-potensi. Dengan sikap tersebut membuat anak tidak merasa bebas untuk menyalurkan kemampuannya, sehingga anak menjadi frustasi dan suka melakukan hal-hal yang melanggar etika/sopan santun dalam masyarakat.

Dari hambatan-hambatan di atas dapat disimpulkan bahwa pencapaian aktualisasi diri di samping membutuhkan kondisi lingkungan yang menunjang juga menuntut adanya keterbukaan individu terhadap gagasan dan pengalaman-pengalaman baru. Dari pengalaman-pengalaman itu orang dapat bertumbuh, berkembang, dan mencapai tingkat-tingkat kesehatan psikologis yang tinggi. Menurut Maslow, orang yang mencapai aktualisasi diri lebih menikmati hidup dan peka terhadap keindahan di dunia ini, sehingga tidak pernah bosan hidup (Goble, 1987: 65).

5. Cara-Cara Mengaktualisasikan Diri

Beberapa cara yang dapat membantu seseorang untuk memulai proses aktualisasi diri, yakni (Moi, 2003: 3-15):

a. Adanya kemauan untuk berubah

(37)

bagi proses aktualisasi diri. Agar orang dapat berkembang dan berusaha untuk mengubah diri, orang harus dapat menanyakan pada diri sendiri, siapakah diri saya sesungguhnya?

b. Memiliki sikap tanggung jawab

Bertanggung jawab berarti adanya kemampuan untuk menjawabi dan menyikapi semua tantangan yang dihadapi dalam kehidupan. Memiliki sikap tanggung jawab membantu untuk menghentikan kebiasaan menyalahkan orang lain atau lingkungan, karena kelemahan dan kekurangan diri sendiri. Untuk dapat memiliki sikap tanggung jawab, seseorang perlu berusaha untuk melakukan suatu latihan yang terus-menerus. Hal yang paling mendasar ialah melatih sikap untuk mencoba bertanggung jawab pada hal-hal kecil.

c. Memiliki motivasi hidup

Orang sering kali mengalami ketakutan-ketakutan yang membuat diri mereka menjadi tidak percaya diri. Ketakutan-ketakutan yang dialami setiap orang haruslah menjadi sebuah tantangan hidup yang dihadapi. Oleh sebab itu seseorang harus dapat membangun motivasi dalam diri sebagai suatu langkah untuk menggerakkan seseorang kepada suatu aktivitas tertentu untuk maju dalam hidup.

(38)

ekstrinsik merupakan motivasi dimana tugas tertentu mengantar seseorang untuk mencapai tujuan.

d. Memiliki pengalaman yang jujur dan langsung

Orang yang telah memiliki proses aktualisasi diri akan merasa cukup percaya diri dalam menerima segala macam informasi tanpa mengubahnya untuk melawan ketakutan yang dihadapinya. Dalam proses aktualisasi diri, orang perlu memandang dirinya seperti orang lain memandang dan menilai dirinya sendiri. Apabila seseorang mempunyai kesalahan, ia harus dengan rendah diri mengakui kesalahannya.

Kejujuran terhadap pengalaman hidup akan membuat seseorang mampu terbuka terhadap realitas yang ada, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman nyata yang dialami. Dengan terbuka terhadap diri dan dunia sekitar, ia akan menuju kepada proses pengaktualisasian diri dan orang perlu bersikap demikian

e. Siap untuk bersikap berbeda

(39)

kejujuran, keberanian, dan pengetahuan yang luas, dan landasan ini perlu ditanamkan dalam diri sendiri.

f. Melibatkan diri

Orang yang telah berusaha untuk menuju proses aktualisasi diri akan memiliki suatu misi dan visi yang jelas tentang dirinya sendiri. Orang yang mengaktualisasikan diri akan membaktikan hidupnya pada pekerjaan, tugas, kewajiban/panggilan tertentu yang mereka pandang penting (Goble, 1987: 53). Proses aktualisasi diri ini melibatkan dirinya dalam segala bidang pekerjaan. Melibatkan diri mengandung makna bahwa diri seseorang memiliki suatu komitmen. Komitmen yang mengantarkan kepada suatu penghayatan yang mendalam terhadap perbuatan-perbuatan yang ada di luar dirinya. g. Menilai kemajuan diri

(40)

B. Siswa SMA Sebagai Remaja 1. Pengertian Remaja

Siswa-siswi SMA adalah siswa-siswi yang duduk di bangku sekolah dengan rentang usia antara 16-18 tahun. Orang yang berusia antara 12-18 tahun disebut sebagai remaja. Jadi siswa-siswi SMA juga disebut sebagai remaja. Remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Rumini dan Sundari, 2004: 53). Hal ini dipertegas oleh Syahril dan Ahmad (1986) bahwa remaja adalah individu yang sedang dalam masa peralihan dari masa anak kepada masa dewasa. Masa peralihan dari anak-anak ke dewasa ini bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik.

Masa remaja adalah suatu masa transisi atau perpindahan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja merupakan masa yang paling penting karena perkembangannya masa ini sangat menentukan perkembangannya di masa-masa selanjutnya sehingga remaja siap menghadapi masa dewasa. Salzman mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral (Yusuf, 2006: 184).

(41)

lingkungannya. Masa-masa perkembangan remaja tersebut masih banyak yang mengalami masalah-masalah yang bisa membuat mereka gelisah dan cemas. Remaja yang berhasil memahami dirinya dan peran-perannya maka remaja akan menemukan jati dirinya, dalam arti remaja akan memiliki kepribadian yang sehat. Sebaliknya remaja yang gagal akan mengalami kebimbangan, ia akan cenderung kurang dapat menyesuaikan diri baik dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Dengan demikian remaja sulit mencapai aktualisasi.

2. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja yang terkait dengan aktualisasi diri adalah mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya. (guru, kakak atau orang lain yang lebih dewasa). Remaja harus bersikap mandiri, mampu mengambil keputusan-keputusan sendiri tanpa harus menggantungkan diri pada orang tua, sehingga ia dapat mengembangkan kemampuannya (potensi) dan mampu bersikap mandiri.

(42)

Secara umum, remaja yang memiliki tingkat aktualisasi diri yang tinggi sudah dapat memimpin dirinya sendiri dalam semua pemeliharaan kesehatan, memperoleh penerimaan dan penghargaan dari teman-temannya, memiliki ketrampilan, mampu mengembangkan kemampuannya, menolak kekuasaan orang tua dalam beberapa masalah, bertanggung jawab sebagai orang dewasa. Sebaliknya, remaja yang memiliki tingkat aktualisasi diri yang rendah selalu menolak perbaikan, banyak tidur dan makan tidak teratur serta tidak kreatif.

Sukses yang diperoleh remaja dalam melaksanakan tugas perkembangan akan membawa remaja dalam penyesuaian diri yang lebih baik sepanjang hidupnya dan kesempatan yang baik untuk melaksanakan tugas perkembangan selanjutnya.

C. Bimbingan Klasikal

1. Pengertian Bimbingan Klasikal

Bimbingan mengandung layanan kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan dan kepada siapa saja yang dibantu. Menurut Shertzer dan Stone “Bimbingan adalah proses menolong individu

memahami dirinya sendiri dan dunianya. Pengertian tersebut dipertegas lagi oleh Shirley A. Hamrin yang menyatakan bahwa “Bimbingan adalah

(43)

kontinyu, dimana proses tersebut dapat membantu/menolong seseorang untuk memahami dirinya agar dia dapat mengarahkan dirinya, bertindak wajar dalam menghadapi masalah.

Bidang bimbingan yang ada dalam penelitian ini adalah bimbingan klasikal. Bimbingan klasikal diadakan di kelas dan diikuti oleh siswa-siswi dalam kelas tersebut, dimana bimbingan ini diadakan pada jam bimbingan. Bimbingan klasikal diadakan di kelas supaya siswa dapat mengemukakan pendapatnya dalam proses mencapai aktualisasi diri sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan (potensi) yang dimilikinya tanpa mengalami hambatan-hambatan.

Menurut Winkel (1997: 520) bimbingan klasikal adalah suatu bimbingan yang diberikan kepada kelompok siswa yang tergabung dalam setu satuan kelas di tingkat tertentu pada jenjang pendidikan, pada waktu yang ditetapkan dalam jadwal bimbingan. Bimbingan klasikal merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari perkembangan pendidikan bagi dirinya. Selain itu membantu siswa menghadapi masalah-masalah pribadi agar mereka dapat mengidentifikasikan, memahami, dan memecahkan masalah-masalah mereka; baik pribadi maupun sosial. Hal ini berarti bahwa dari masalah-maslah siswa guru dapat membuat topik-topik layanan bimbingan berdasarkan kebutuhan siswa-siswi.

(44)

(Prayitno, 1997). Layanan bimbingan klasikal di Sekolah Menengah diarahkan pada terpenuhinya setiap tugas perkembangan remaja pada bidang akademik, karier, dan pribadi-sosial. Tujuan tersebut diterapkan melalui penyusunan topik-topik bimbingan klasikal. Topik-topik bimbingan berisikan pokok-pokok bahasan setiap aspek tugas perkembangan remaja yang akan diberikan guru pembimbing melalui bimbingan klasikal.

Menurut Winkel (1997: 519), tujuan pelayanan bimbingan yaitu supaya siswa yang dilayani mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan tidak sekedar mengikuti pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri dan berani menanggung sendiri akibat atau konsekuensi dari segala tindakannya. Hal ini berarti peran guru pembimbing sangat dibutuhkan untuk membantu siswa mengembangkan pribadinya.

2. Manfaat Bimbingan Klasikal

Winkel & Sri Hastuti (2004: 565) mengatakan bahwa bimbingan klasikal bermanfaat bagi tenaga bimbingan dan juga bagi para siswa. Manfaat bagi tenaga bimbingan, antara lain:

(45)

b. Menghemat waktu dan tenaga dalam kegiatan yang dapat dilakukan dalam suatu kelompok. Misalnya; memberikan informasi yang memang dibutuhkan oleh semua siswa.

c. Memperluas ruang gerak, lebih-lebih bila jumlah tenaga alternatif di sekolah hanya satu atau dua orang saja.

E. Peran Pelayanan Bimbingan Klasikal di Sekolah Dalam Peningkatan Aktualisasi Diri

Pelayanan bimbingan secara professional di Indonesia sampai saat ini difokuskan pada generasi muda yang masih duduk di bangku sekolah dan hanya terealisasi pada tahap pendidikan sekolah lanjutan dan perguruan tinggi (Winkel & Sri Hastuti, 2004: 1). Pelayanan bimbingan di sekolah salah satunya dilaksanakan dengan cara bimbingan klasikal.

(46)

Informasi yang mereka tangkap dari guru maupun orang tua membuat mereka menjadi lebih tahu apa yang penting bagi dirinya dan bisa membuat mereka merasa nyaman dengan dirinya sendiri, selain itu informasi yang mereka dapatkan membuat mereka lebih percaya diri dengan kemampuan yang mereka miliki. Oleh sebab itu guru pembimbing dapat membantu mereka untuk mengaktualisasikan diri melalui kegiatan-kegiatan yang ada disekolah.

Pelayanan yang dilakukan terus menerus dalam kurun waktu tertentu dapat membantu siswa-siswi untuk semakin mengembangkan kemampuan (potensi) yang dimilikinya serta mampu mewujudkan dirinya apa adanya. Jadi, pelayanan bimbingan klasikal menjadi suatu bagian yang penting dalam usaha menumbuhkan dan mengembangkan aktualisasi diri siswa. Pelayanan bimbingan klasikal, membantu siswa untuk semakin menumbuhkan dan mengembangkan kemampuannya (potensi) untuk menjadi pribadi yang sehat, bertanggungjawab terhadap kehidupannya sendiri serta mampu merencanakan masa depan.

(47)

31 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD). Menurut Irwanto (2006) metode Focus Group Discussion (FGD) merupakan salah satu metode perolehan data yang makin sering digunakan dalam penelitian sosial. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang hambatan-hambatan yang dialami siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul tahun pelajaran 2008/2009 dalam mengaktualisasikan dirinya.

B. Subyek Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009. Peneliti memilih penelitian di SMA Stella Duce Bantul dengan pertimbangan SMA Stella Duce Bantul memiliki guru pembimbing; memiliki jam Bimbingan dan Konseling di kelas; pembimbing memiliki kesempatan yang besar untuk meningkatkan dan mengembangkan aktualisasi diri siswa-siswinya.

Tabel 1

Rincian Jumlah Siswa-Siswi SMA Stella Duce Bantul Tahun Pelajaran 2008/2009

Kelas Jumlah Siswa

XI IPA 13 siswa

XI IPS 28 siswa

(48)

C. Alat Penelitian

1. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Focus Group Discussion (FGD).

a. Pengertian Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) merupakan salah satu metode

perolehan data yang sering digunakan dalam penelitian sosial, karena FGD sangat sistematis. FGD adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok (Irwanto, 1006: 1).

Focus Group Discussion (FGD) sendiri bisa diartikan juga

sebagai sebuah pembicaraan dengan sejumlah terbatas orang antara 6-10 orang yang dianggap mempunyai sebuah pengalaman serupa yang menyangkut sebuah topik/persoalan yang ingin diketahui (www.agarorangtahu.blogspot.com). Apabila ada peserta yang tidak saling kenal dapat memberikan keuntungan bagi peneliti, karena tanggapan mereka terhadap masalah bisa bervariasi (Irwanto, 2006).

2. Alasan Menggunakan Focus Group Discussion (FGD)

(49)

1) Secara fisiologis peneliti menggunakan FGD, karena:

a) Pengetahuan yang diperoleh dalam menggunakan sumber informasi dari berbagai latar belakang pengalaman tertentu dalam sebuah proses diskusi, memberikan perspektif yang berbeda dibanding jika pengetahuan diperoleh dari proses komunikasi searah antara penelitian dengan yang diteliti. b) Penelitian tidak selalu terpisah dengan aksi. Diskusi sebagai

proses pertemuan antarpribadi merupakan aksi. Artinya, selama pertemuan peserta mengeluarkan buah pikiran dan berdebat atau saling mengkonfirmasi pengalaman masing-masing, maka peserta akan mengalamani perubahan. Untuk mencegah akibat-akibat yang tidak diinginkan FGD harus dilakukan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi semua peserta, peserta bebas mengungkapkan pendapatnya.

2. Secara metodologi peneliti menggunakan FGD, karena:

a) Adanya keyakinan bahwa masalah yang diteliti tidak dapat dipahami dengan metode survei atau wawancara individu karena pendapat kelompok penting.

b) Untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu yang relatif singkat.

(50)

melibatkan masyarakat setempat dipandang sebagai pendekatan yang paling sesuai.

3. Alasan praktis

Penelitian yang bersifat aksi membutuhkan perasaan memiliki dari masyarakat yang diteliti, sehingga pada saat peneliti memberikan rekomendasi aksi, dengan mudah masyarakat bisa menerima rekomendasi tersebut. Partisipan dalam FGD memberikan jalan bagi tumbuhnya saling memiliki.

Dari ketiga alasan di atas, pelaksanaan FGD dapat berjalan lancar apabila didukung dengan adanya kerja tim, karena pembentukan tim adalah langkah awal yang paling menentukan keberhasilan FGD. Team work tersebut antara lain (Irwanto, 2006: 16):

a. Moderator

Moderator adalah orang yang memimpin atau memfasilitasi diskusi. Ia harus memahami tujuan dan pertanyaan penelitian dan terampil dalam mengelola diskusi.

b. Pencatat Proses

Pencatat poses bertugas merekam inti permasalahan yang didiskusikan serta dinamika kelompoknya.

c. Penghubung Peserta

(51)

bertugas ini harus mengetahui situasi setempat dan tahu cara memperoleh dukungan.

d. Bloker

Bloker adalah anggota tim dengan tugas khusus menjaga agar proses FGD tidak terganggu, sehingga FGD dapat berjalan dengan lancar dan tertib.

e. Petugas Logistik

Petugas logistik adalah anggota tim yang membantu memberikan transformasi kepada para peserta, memastikan adanya tempat untuk FGD, dan memastikan terpenuhinya kebutuhan lainnya, seperti konsumsi dan alat-alat komunikasi.

3. Persiapan Focus Group Discussion (FGD)

Sebelum melakukan FGD diperlukan persiapan yang matang dan memerlukan waktu yang lama, karena keberhasilan dalam FGD sangat tergantung dari hal-hal yang telah disiapkan. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini (Irwanto, 2006: 61):

1) Pengembangan pertanyaan

(52)

peserta. Pertanyaan-pertanyaan panduan dalam FGD sebagai berikut:

Pada pertemuan pertama:

Sebelum proses FGD dimulai diberikan cerita pengantar yang berjudul “Souvenir Kehidupan”, dapat dilihat pada lampiran 1. a) Apa makna dari cerita diatas?

b) Apakah Anda sudah menemukan “Souvenir Kehidupan”

(kemampuan/potensi) kalian?

Jika Ya, sebutkan wujud nyatanya? Jika Tidak, apa alasannya?

c) Apakah Anda sudah mengungkapkan kemampuan yang Anda miliki kepada orang tua? Ceritakan?

d) Di sekolah aktivitas belajar apa yang telah Anda lakukan untuk mengasah kemampuan Anda?

e) Di luar sekolah aktivitas apa yang telah kalian lakukan untuk mengasah kemampuan Anda?

Pada pertemuan kedua:

a) Apa saja hambatan-hambatan yang Anda alami ketika akan mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut?

b) Apa saja usaha-usaha yang telah Anda lakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut?

(53)

2) Mendaftar peserta

Peserta hendaknya didaftar, karena bermanfaat untuk analisis data dimana data tersebut dapat digunakan untuk membuat analisis. 3) Pencatatan proses

Pencatatan proses adalah komponen penting dalam persiapan FGD, karena dapat membuat kesimpulan dari proses FGD. Adapun tugas pencatat proses adalah: (1) mencatat proses diskusi, (2) memberitahukan moderator jika ada topik yang luput dari perhatian.

4. Manfaat, Keuntungan, Keunggulan, dan Kelemahan Menggunakan Focus Group Discussion (FGD)

1) Manfaat dari FGD (www.agarorangtahu.blogspot.com) 1) Memperoleh informasi yang banyak secara cepat

2) Mengidentifikasi dan menggali informasi mengenai kepercayaan, sikap, dan perilaku kelompk tertentu.

3) Menghasilkan ide-ide untuk penelitian lebih dalam 4) Cross-cek data dari sumber lain atau dengan metode lain. 2) Keuntungan menggunakan FGD (Krueger, 1994)

(54)

b) Format FGD berada di tangan moderator.

c) FGD memiliki validitas yang tinggi, tekniknya mudah dpahami dan hasilnya dapat dipercaya.

d) FGD hanya membutuhkan biaya yang murah. 3) Keunggulan FGD (Krueger, 1994)

a) Riset dapat diadakan secara tepat

b) Responden tidak dipaksa untuk menjawab pertanyaan, mereka akan memberikan pikiran dan jawaban serius.

c) Responden mudah angkat bicara karena tidak ada perbedaan diantara mereka.

d) Suasana kelompok akan membantu menstimulus responden untuk bicara.

e) Terjadi efek simultan, saat responden berpendapat maka yang lain akan ikut berkomentar.

f) Sinergi diciptakan oleh kelompok. 4) Kelemahan FGD (Krueger, 1994)

a) Diskusi dapat didominasi pembicaraannya oleh segelintir orang.

b) Informasi hanya dapat diperoleh dari setiap responden.

c) Terdapat ketidakmerataan cakupan dari setiap topik pembicaraan.

(55)

5. Peran Penting yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD)

1) Memahami tujuan dan garis besar dari penelitian yang akan dilakukan.

2) Mendesain panduan moderator dan alur diskusi disesuaikan dengan tujuan penelitian.

3) Menyeleksi responden berdasarkan kriteria penelitian sebagai peserta FGD.

4) Mengatur tim dalam membantu pelaksanaan, antara lain bagian akomodasi, perlengkapan, logistik, konsumsi, dan dokumentasi. 5) Bersama tim menyiapkan fasilitas yang dibutuhkan, yakni ruang

pertemuan khusus (tenang dan luas), alat pencatat (bolpen atau pensil dan kertas atau buku).

2. Validitas Focus Group Discussion (FGD)

Menurut Krueger (1994: 31) Focus Group Discussion (FGD) dapat dikatakan valid bila digunakan dengan hati-hati untuk satu masalah atau permasalahan yang cocok untuk penyelidikan focus group. Validitas adalah tingkat sebuah prosedur, apakah prosedur tersebut dapat mengukur hal yang menjadi tujuan dari pengukuran.

Focus group pada umumnya memiliki validitas, yang dilihat melalui

(56)

berjumlah antara 7-11 orang, dan peserta yang memiliki pengalaman yang sama namun peserta harus heterogen (Krueger, 1994: 32).

D. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan

Sebelum alat penelitian dipergunakan dalam penelitian, alat diuji coba terlebih dahulu. Uji coba bertujuan untuk mengetahui kualitas pertanyaan FGD. Uji coba pertanyaan panduan FGD dilakukan pada tanggal 11 Agustus 2008 dan pesertanya adalah mahasiswa BK angkatan 2004 dengan keseluruhan subyek sebanyak 7 mahasiswa. Pelaksanaan uji coba berjalan dengan lancar dan para mahasiswa melakukan diskusi dengan tenang dan antusias. Hasil uji coba dapat dilihat pada lampiran 2. a. Persiapan Teknis

Sebelum penelitian dilakukan, peneliti mengubungi koordinator BK SMA Stella Duce Bantul untuk meminta ijin penelitian. Peneliti menghubungi koordinator BK dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan waktu (jadwal) untuk penelitian, yang disesuaikan dengan waktu bimbingan klasikal. Selanjutnya peneliti dianjurkan untuk menggunakan waktu bimbingan klasikal di kelas untuk penelitian.

(57)

1) Pembentukan Tim

Sebelum melakukan penelitian, peneliti membentuk tim untuk membantu proses FGD. Dalam pemilihan teman-teman yang akan membantu dalam proses FGD, peneliti berusaha memilih orang-orang yang kompeten dan mampu melaksanakan tugas yang telah ditentukan dengan penuh tanggung jawab. Orang-orang yang dapat diandalkan dalam mengelola kelas, menguasai materi, dan mampu menjalin relasi yang baik dengan tim serta mampu menjalin kerjasama dengan peserta FGD. Selain itu peneliti berusaha memilih tim yang lancar menggunakan bahasa daerah setempat, agar proses FGD berjalan dengan lancar.

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti mengadakan briefing pada setiap anggota tim yang dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2008, tujuannya adalah agar mereka mengerti hal-hal yang harus dilakukan saat FGD berlangsung, selanjutnya melakukan briefing antara moderator dan asisten moderator (Krueger, 1994:127). Peneliti menjelaskan tentang aktualisasi diri, mempersiapkan hal-hal yang akan ditanyakan saat FGD dan menjelaskan tugas-tugas yang akan dilakukan pada setiap anggota tim.

(58)

a) Moderator

Moderator adalah orang yang memimpin atau memfasilitasi diskusi. Moderator harus dapat memahami tujuan dan pertanyaan penelitian, dan terampil dalam mengelola diskusi.

Menurut Irwanto (2006: 28), dalam melaksanakan FGD, moderator memerlukan berbagai keterampilan. Melatih moderator untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan agar kualitas FGD dan tujuan penelitian dapat tercapai. Ada dua kategori yang perlu dipelajari yaitu :

Keterampilan substansi, yaitu keterampilan yang diperlukan moderator dalam memahami substansi permasalahan yang didiskusikan. Keterampilan ini harus memungkinkan moderator memahami isi diskusi atau arti dari setiap ucapan moderator.

Keterampilan proses, yaitu keterampilan yang perlu dikuasai moderator untuk mengatur proses diskusi, sehingga tujuan yang ingin dicapai dengan memfokuskan diskusi pada persoalan yang hendak diteliti dapat benar-benar tercapai. b) Pencatat Proses

(59)

merekam inti permasalahan yang didiskusikan serta dinamika kelompoknya.

Tugas yang dilakukan oleh pencatat proses antara lain : 1) Mencatat proses diskusi, terutama tema yang muncul,

konflik-konflik, perasaan-perasaan yang dikemukakan, siapa yang dominan pada topik, dan apakah ada peserta yang terlalu pasif sehingga belum memperoleh kesempatan bicara.

2) Memberitahu moderator jika ada topik atau permasalahan yang luput dari perhatiannya. Moderator juga dapat bertanya pencatat proses untuk mengecek apakah ada yang terlewat.

c) Penghubung Peserta

Penghubung peserta adalah orang yang menghubungi pihak sekolah untuk meminta ijin kepada Kepala Sekolah dan Koordinator BK di sekolah untuk melakukan FGD.

d) Bloker

Bloker adalah anggota tim dengan tugas khusus, menjaga agar FGD tidak terganggu.

e) Petugas Logistik

(60)

2) Memilih Tempat

Ruang yang digunakan saat melakukan FGD dipilih ruang yang nyaman dan sedikit gangguan, ruang yang dipilih dalam melakukan FGD adalah ruang yang terbuka dan luas, yaitu ruang aula.

Dalam pemilihan tempat duduk, siswa duduk di bawah (lesehan) dengan tujuan agar siswa dapat menjadi lebih santai dan leluasa dalam bergerak. Posisi duduk melingkar agar siswa fokus pada topik yang akan dibahas. Dan selain itu peserta dapat saling menjalin hubungan yang baik.

2. Persiapan FGD

a) Pengembangan pertanyaan

Pertanyaan-pertanyaan kunci untuk FGD sebelum mengadakan diskusi kelompok dengan siswa. Beberapa rumusan pertanyaan untuk melakukan FGD :

1) Tujuan penelitian: Mengetahui apa saja hambatan-hambatan aktualisasi diri siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul. 2) Pertanyaan penelitian: Hambatan-hambatan apa saja yang

dialami siswa-siswi dalam mengembangkan kemampuannya. b) Mendaftar peserta

(61)

c) Mengurus logistik

Untuk menunjang pelaksanaan FGD maka dibutuhkan perencanaan yang baik, seperti menyiapkan alat pencatat, ruang dan tempat duduk, pengeras suara jika dimungkinkan, ruang/tempat untuk melakukan blocking, dan makanan kecil. d) Pencatat proses

Pencatat proses adalah komponen penting dalam persiapan FGD. Orang yang mencatat proses adalah rekan kerja moderator.

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan FGD adalah sebagai berikut:

a Jumlah Peserta

(62)

b Ciri-ciri peserta

Peserta yang dipilih dari populasi atau komunitas yang benar-benar relevan dengan persoalan yang dihadapi. Ada beberapa isu homogen-heterogen kelompok yang perlu dipahami yaitu :

1) Pemilihan ciri-ciri peserta homogenitas dan heterogenitas peserta, harus sesuai dengan tujuan diadakannya FGD.

2) Dalam mempertimbangkan persoalan hetero-homogenitas perlu dipertimbangkan variabel yang akan diupayakan untuk haterogen atau homogen.

3) Semakin homogen, sebenarnya semakin tidak perlu diadakan FGD karena dengan melakukan wawancara satu orang hasilnya sudah sama.

4) Semakin heterogen semakin sulit untuk menganalisa hasil FGD karena variasi terlalu besar. Setiap perbedaan adalah sah, dan oleh karena itu tidak akan menghasilkan pemahaman yang bermanfaat. 5) Homogenitas-heterogenitas tergantung dari aspek-aspeknya. Jika

jenis kelamin, status social ekonomi, latar belakang agama, homogen, tetapi pengalaman dalam melaksanakan usaha kecil heterogen, maka kelompok masih dapat berjalan dengan baik dan FGD masih dianggap perlu.

(63)

sebaiknya ada heterogenitas, walau tidak terlalu besar. Sedangkan faktor-faktor lain, yang tidak berhubungan dengan pengalaman tersebut dapat sangat homogen.

c Komunikasi moderator-pencatat prosedur

Dalam melaksanakan FGD, moderator harus dapat berkomunikasi dengan pencatat proses. Untuk itu terdapat aturan sebagai berikut:

1) Pemimpin diskusi tetap moderator, bukan pencatat proses. Jika ada tidak dimengerti pencatat proses, lebih baik ditanyakan pada moderator, namun jangan memotong pembicaraan sendiri.

2) Komunikasi dilakukan dengan kertas-kertas kecil atau berbicara seperlunya dengan suara pelan pada moderator.

3) Dalam keadaan sangat mendesak, pencatat proses dapat meminta waktu pada moderator untuk klarifikasi.

Komunikasi moderator-pencatat proses harus dua arah, dan pencatat proses dapat mengambil inisiatif. Akan tetapi, cara yang ditempuh tidak menganggu jalannya diskusi.

(64)

Tabel 2

Sebelum melakukan FGD, peneliti terlebih dahulu memberi pengantar dan maksud serta tujuan kepada siswa. Setelah diberikan penjelasan, sebelum

memulai FGD moderator memberikan sebuah cerita yang berjudul “Souvenir

Kehidupan” untuk masuk ke topik masalah. Setelah siswa membaca cerita

Souvenir Kehidupan” moderator langsung ke topik permasalahan yang akan

dibahas dengan memberikan pertanyaan dan siswa diminta untuk mendiskusikan pertanyaan yang diberikan oleh moderator, dan petugas lain melakukan tugasnya sesuai dengan tugasnya masing-masing. Pada akhir pertemuan, peneliti mengucapkan terima kasih kepada siswa yang telah bersedia melakukan FGD.

E. Teknik Analisa Data

(65)

maka data catatan proses yang ada harus disajikan dalam bentuk yang dapat dibaca oleh peneliti.

Dalam melakukan analisis, maka langkah-langkah yang perlu diambil adalah (Irwanto, 2006: 82-84):

1. Peneliti memeriksa terlebih dahulu apakah tujuan FGD tercapai, dengan melihat dari jumlah pertanyaan yang ditanyakan sesuai dengan rencana atau tidak.

2. Apakah ada perubahan dalam tujuan FGD yang terjadi karena input dari peserta?

3. Peneliti mengidentifikasikan masalah utama yang dikemukakan oleh peserta.

4. Peneliti merumuskan variasi peserta dalam persoalan utama, variasi sebagai perbedaan-perbedaan yang timbul, dari yang sangat ekstrem sampai yang hanya berbeda sedikit saja. Jika perbedaan ini muncul, maka keduanya harus disajikan secara obyektif.

5. Peneliti membuat kerangka prioritas dari persoalan-persoalan yang muncul berdasarkan sumberdaya yang ada.

6. Penelitian melakukan koding sesuai dengan faktor-faktor yang dikehendaki.

(66)

50 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini memuat jawaban atas masalah penelitian yaitu “Apa saja hambatan-hambatan aktualisasi diri siswa kelas XI SMA Stella Duce Bantul Tahun Pelajaran 2008/2009” serta “Topik-topik bimbingan klasikal manakah yang sesuai untuk siswa-siswi kelas XI SMA Stella Duce Bantul tahun pelajaran 2008/2009”. Penyajian hasil penelitian dilanjutkan dengan pembahasan terhadap hasil penelitian tersebut.

Ada beberapa hal yang dikemukakan oleh peneliti dengan keterbatasan yang terkandung dalam penelitian ini. Pertama, yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian yang berbentuk terbuka memungkinkan tidak semua siswa mengungkapkan semua yang dirasakan oleh siswa karena mereka merasa malu. Kedua, yang berkaitan dengan hasil penelitian. Hasil penelitian ini bukanlah hal yang tetap atau permanen karena aktualisasi diri bisa berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan siswa.

A. Tingkat Aktualisasi Diri Siswa-Siswi SMA Kelas XI Stella Duce Bantul, Yogyakarta Tahun Pelajaran 2008/2009

(67)

karena penelitian yang dilakukan berusaha untuk menerangkan realita sosial sebagaimana yang dialami oleh individu atau siswa.

Susunan Tim untuk melakukan Focus Group Discussion (FGD) telah di bahas pada bab III. Susunan Tim FGD dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil FGD SMA Stella Duce Bantul Tahun Pelajaran 2008/2009 adalah:

1. Kelas XI IPA

Proses FGD dilakukan 2 kali pertemuan. Antara lain: a. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2008 dengan jumlah peserta 13 siswa, 10 orang siswa putri dan 3 orang siswa putra. Pertemuan ini membahas apakah siswa-siswi kelas XI IPA sudah menemukan kemampuan (potensi) yang terpendam dalam diri mereka. Hasil FGD sebagai berikut:

Tabel 3

Menemukan potensi yang ada dalam diri siswa

No Pernyataan Jumlah siswa yang

mengungkapkan 1 Sudah menemukan kemampuan/potensinya 2 siswa 2 Belum menemukan kemampuan/potensinya 11 siswa

(68)

b. Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua, dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2008 dengan jumlah peserta 13 siswa, 10 orang siswa putri dan 3 orang siswa putra. Pertemuan ini membahas tentang hambatan-hambatan dan usaha-usaha yang dilakukan siswa-siswi kelas XI IPA. Siswa diajak untuk membuat lambang diri yang bisa mewakili kemampuannya. Hasil FGD sebagai berikut:

Tabel 4

Hambatan-hambatan dalam mengaktualisasi diri

No Pernyataan Jumlah Siswa yang

mengungkapkan 1 Kurangnya fasilitas yang mendukung. 9 siswa 2 Kurangnya dukungan dari keluarga. 5 siswa

3 Kurang percaya diri (malu). 3 siswa

4 Masih adanya sikap malas dari dalam diri. 3 siswa 5 Takut mengganggu kenyamanan orang lain

pada saat latihan.

2 siswa 6 Tidak adanya minat karena tidak ada teman. 1 siswa 7 Susah untuk bersosialisasi dengan

lingkungan

1 siswa 8 Masih bingung dengan kemampuan yang

dimiliki.

1 siswa

(69)

pada akhirnya mereka merasa kurang percaya diri dengan kemampuan (potensi) yang dimilikinya

Usaha yang dilakukan siswa apabila fasilitas dan dukungan dari orang tua maupun masyarakat ada, mereka akan belajar, berlatih dan mengasah kemampuan yang ada, berusaha mengembangkan diri dengan ikut kegiatan yang menunjang potensi, belajar menabung (hidup sederhana) untuk mencukupi fasilitas.

2. Kelas XI IPS

Pada kelas IPS jumlah peserta 28 siswa, sehingga moderator membagi menjadi 3 kelompok. Karena dalam prosedur FGD peserta antara 7-11 orang (Krueger, 1994). Kelompok 1 berjumlah 10 orang; terdiri dari 5 orang siswa putri dan 5 orang siswa putra. Kelompok 2 berjumlah 9 orang; terdiri dari 4 orang siswa putri dan 5 orang siswa putra. Kelompok 3 berjumlah 9 orang; terdiri dari 5 orang siswa putri dan 4 orang siswa putra. a. Kelas IPS kelompok 1

1) Pertemuan Pertama

(70)

Tabel 5

Menemukan potensi yang ada dalam diri siswa

No Pernyataan Jumlah siswa yang

mengungkapkan 1 Sudah menemukan kemampuan/potensinya 2 siswa 2 Belum menemukan kemampuan/potensinya 8 siswa

Di kelas ini hanya 2 orang yang bisa menemukan potensi yang ada dalam dirinya dan 8 siswa yang lain belum menemukan potensi yang dimilikinya, karena mereka belum yakin dan masih bingung dengan kemampuan yang ia miliki, belum punya pendirian yang kuat dengan kemampuannya dan terkadang masih sering terpengaruh teman-teman.

1. Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua, dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2008 dengan jumlah peserta 10 siswa, 5 orang siswa putri dan 5 orang siswa putra. Pertemuan ini membahas tentang hambatan-hambatan dan usaha-usaha yang dilakukan siswa-siswi kelas XI IPS. Siswa diajak untuk membuat lambang diri yang bisa mewakili kemampuannya. Hasil FGD sebagai berikut:

Tabel 6

Hambatan-hambatan dalam mengaktualisasi diri

No Pernyataan Jumlah Siswa yang

mengungkapkan 1 Masih adanya sikap malas dari dalam

diri.

Gambar

Tabel 2 Jadwal Pengumpulan Data Penelitian
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 11                                   Hasil FGD Dari Keseluruhan Kelas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mempercepat adopsi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Departemen Pertanian, maka sejak tahun 2009 telah ditandatngani nota kesepahaman antara Badan

Setiap mahasiswa yang menjadi mekanik di Bengkel Prototype Honda dipastikan akan mendapatkan pengalaman sedang proses melakukan perbaikan/perawatan sepeda motor dan pada

Baiquni pada tahun 2007 dalam Sahputra (2009: 11) menyatakan dalam situasi belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh serta membutuhkan dan melibatkan interaksi, sering

Penelitian tentang degree diameter problem menghasilkan dua kegiatan penelitian yang utama, yaitu mengkonstruksi graf berarah dengan ordo lebih besar dari ordo graf berarah yang

dalam Pasal 6 ayat (2) tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadinya perolehan, besaran pokok Bea

Prov. Arahan Kepala Badan Ketahanan Pangan Prov. 1) Masalah pangan kedepan tentunya akan menjadi tantangan tersendiri, hal ini seiring dengan meningkatnya permintaan pangan

1) Mendukung konsep materi dalam kegiatan belajar mengajar. 2) Mudah dan aman digunakan baik oleh siswa maupun guru. 3) Sesuai dengan tingkat perkembangan anak. 4) Mendukung

Pelaksanaan pengajaran membaca memiliki beberapa prinsip yang terdiri atas: 1) belajar membaca merupakan suatu proses yang sangat rumit dan peka terhadap