• Tidak ada hasil yang ditemukan

1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

LAPORAN AKHIR

JUDUL KEGIATAN: PENDAMPINGAN PROGRAM SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN

TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KOTA PALOPO SULAWESI SELATAN

Ir. Sunanto, MS, dkk ABSTRAK

Beras merupakan kebutuhan nasional yang mempunyai posisi strategis dari aspek social, politis, ekonomis, dan keamanan. Guna menciptakan stabilats ketersediaan beras nasional, maka pemerintah membuat terobosan dengan program peningkatan produksi beras nasional (P2BN). Untuk mempercepat adopsi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Kementerian Pertanian, maka sejak tahun 2009 telah ditandatangani nota kesepahaman antara Badan Litbang Pertanian dengan Pemerintah Kota Palopo dalam hal Pendampingan Program Strategis Departemen Pertanian di Kota Palopo, yang meliputi Pendampingan Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah (SL-PTT Padi). Pendampingan program SLPTT Padi di kota Palopo dilaksanakan sejak Tahun 2010 sampai Tahun 2011. Lokasi pendampingan dibagi menjadi yaitu a) pendampingan pada lokasi program SLPTT padi tahun 2011 sebanyak 60 % dan b) pendampingan dengan pelaksanaan demontrasi plot dan demontrasi farm (demplot dan demfarm). Pemilihan lokasi demplot dan demfarm dilakukan dengan pertimbangan bahwa; a) lokasi program SLPTT padi Tahun 2011, b) gapoktan pelaksana program SLPTT merupakan penerima program PUAP, dan c) Gapoktan/Kelompok Tani/Petani mempunyai motivasi untuk mengintroduksi teknologi produksi padi, d) serta hasil konsultasi dan koordinasi dengan Tim Teknis Kota Palopo. Hasil pendampingan program SLPTT Padi menunjukkan bahwa uji adaptasi beberapa varietas unggul baru (VUB) baik melalui demplot dan demfarm padi Inpari 7, Inpari 8, Inpari 10, dan Inpari 13 memberikan alternatif pilihan bagi petani dalam penggunaan varietas yang dikehendaki pada pergiliran varietas setiap musim tanam. Introduksi komponen teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi dapat diadopsi oleh petani melalui pertemuan-pertemuan kelompok secara berkala. Saran rekomendasi yang disampaikan adalah peningkatan produktivitas padi melalui pendekatan SL-PTT merupakan salah satu strategi yang dilakukan pemerintah untuk mencapai sasaran utama pembangunan pertanian 2010-2014 yaitu peningkatan produksi dan swasembada pangan berkelanjutan. Meskipun masih ditemui beberapa permasalahan, namun dengan pendekatan SL-PTT sudah terbukti dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap produksi pangan nasional.

PENDAHULUAN

Kota Palopo merupakan salah satu kota di Sulawesi Selatan. Secara geografi Kota Palopo terletak pada koordinat

2.30 LS - 3.60 dan 120.20 BT - 120.80 BT, dengan batas

administratif Sebelah Utara Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu, Sebelah Selatan Teluk Bone, Sebelah Barat Kabupaten Toraja Utara, dan Sebelah Timur Kecamatan Bua Kabupaten Luwu. Pada awal berdirinya sebagai Kota Otonom, Palopo terdiri dari 4 Kecamatan dan 20 Kelurahan, Kemudian Pada tanggal 28 April 2005, berdasarkan Perda Kota Palopo Nomor 03

(2)

2

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Tahun 2005, dilaksanakan pemekaran Wilayah Kecamatan dan Kelurahan menjadi 9 Kecamatan dan 48 Kelurahan. Kota ini memiliki luas wilayah 155,19 km².

Sektor pertanian hingga tahun 2010 menjadi sumber perkembangan perekonomian yang mampu diandalkan di Kota Palopo. Komoditas padi dan durian masih dijadikan komoditas andalan di Kota Palopo, hal ini dimungkinkan karena dukungan sumber daya lahan dengan luas panen 5.140 ha dengan produksi padi sebesar 22.829 ton dan tingkat produktivitas 4,44 ton/ha yang tersebar diseluruh kecamatan. Kota Palopo terdapat 9 wilayah kecamatan yaitu; Kecamatan Bara, Mungkajang, Sendana, Telluwanua, Wara, Wara Barat, Wara Selatan, Wara Timur, dan Wara Utara. Produktivitas tertinggi dari tiga daerah penghasil utama padi dicapai di Kecamatan Wara, Telluwanua, dan Sendana. Tingginya tingkat produktivitas yang dicapai kesembilan wilayah tersebut karena dukungan sarana penunjang yang cukup produktif (jaringan irigasi) yang seimbang dengan luas areal dibandingkan dengan daerah lain. Adapun ptensi potensi pengembangan tanaman hortikultura mencapai 1.589 ha dengan adapun produksi durian mencapai 284 ton/tahun.

Jumlah penduduk tahun 2008 berdasarkan data Dinas Kependudukan dan KB Kabupaten Luwu tercatat sebanyak 141.996 jiwa terdiri dari 71.064 jiwa laki-laki dan 70.932 jiwa perempuan. Tingkat pertumbuhan penduduk dari tahun 2002 sampai tahun 2007 tercatat mencapai angka sekitar 2,50 %/tahun.

Meningkatnya jumlah penduduk berakibat terhadap peningkatan kebutuhan akan pangan, karena itu juga harus disertai dengan peningkatan produksi. Upaya untuk memacu produksi dilakukan baik melalui perluasan areal tanam maupun peningkatan produktivitas. Dalam peningkatan produktivitas, inovasi teknologi telah banyak dilakukan. Terobasan dalam peningkatan produktivitas dilakukan Badan Litbang Pertanian melalui pendekatan PTT dimana dalam pendekatan ini menekankan peningkatan produktivitasi dan pendapatan petani dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Dalam implementasinya, PTT memadukan pengelolaan tanaman, tanah, air, iklim dan OPT dalam perakitan paket teknologi.

Untuk keberhasil program SL PTT ini maka Badan Litbang Pertanian membuat program Pendampingan di seluruh kabupaten di Indonesia. Program ini akan mendampingi 30% dari jumlah unit SL PTT yang ada didaerah. Dengan demikian diharapkan metode dalam SL PTT akan cepat berkembang dan teradopsi oleh petani.

(3)

3

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mempercepat adopsi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Departemen Pertanian, maka sejak tahun 2009 telah ditandatngani nota kesepahaman antara Badan Litbang Pertanian dengan Pemerintah Kota Palopo dalam hal Pendampingan Program Strategis Departemen Pertanian di Kota Palopo, yang meliputi Pendampingan Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah (SL-PTT Padi).

Kegiatan ini berupa model diseminasi inovasi teknologi dan kelembagaan yang dipandang dapat mempercepat penyampaian informasi dan teknologi pertanian yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian kepasa petani. Strategi pelaksanaannya adalah menerapkan teknologi inovatif yang tepat guna secara partisipatif, membangun model percontohan sistem agiribisnis berbasisi teknologi inovatif terintegrasi dengan kelembagaan pendukungnya, mendukung proses difusi dan replikasi model percontohan teknologi inovatif melalui demonstrasi lapang berdasarkan karakteristik wilayah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Inovasi teknologi yang dapat diterapkan pada kegiatan SL PTT padi sawah adalah penggunaan varietas unggul, benih berlabel, teknologi pemupukan disesuaikan kebutuhan tanaman dan kandungan hara tanah, Pengendalian Hama dan Penyakit terpadu.

METODA PENDAMPINGAN 1. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pendampingan program SLPTT Padi yang dilaksanakan pada bulan Januari – Desember 2011. Waktu pelaksanaan pembuatan demplot dan demfarm disesuaikan dengan waktu tanam yang ada pada gapoktan pelaksana program SLPTT padi Tahun 2011.

Lokasi pendampingan dibagi menjadi yaitu a) pendampingan pada lokasi program SLPTT padi tahun 2011 sebanyak 60 % dan b) pendampingan dengan pelaksanaan demontrasi plot dan demontrasi farm (demplot dan demfarm). Pemilihan lokasi demplot dan demfarm dilakukan dengan pertimbangan bahwa; a) lokasi program SLPTT padi Tahun 2011, b) gapoktan pelaksana program SLPTT merupakan penerima program PUAP, dan c) Gapoktan/Kelompok Tani/Petani mempunyai motivasi untuk mengintroduksi teknologi produksi padi, d) serta hasil konsultasi dan koordinasi dengan Tim Teknis Kota Palopo.

2. Ruang Lingkup Kegiatan

Pendampingan SL-PTT oleh BPTP dilakukan untuk memberikan dorongan/motivasi kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemanfaatan paket teknologi hasil Litbang Pertanian yang terdiri dari (1) Komponen Teknologi Dasar yang dianjurkan untuk diterapkan di

(4)

4

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

semua areal dan (2) Komponen Teknologi Pilihan yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi, kemauan, dan kemampuan petani. Adapun ruang lingkup kegiatan adalah : Persiapan meliputi Koordinasi dengan instansi terkait, Pembentukan tim pelaksana kegiatan pendampingan Sl-PTT, Pengadaan benih padi dan durian. Pelaksanaan : Penentuan Lokasi pelaksanaan demplot uji varietas ; Distribusi benih padi dan durian, Penyusunan media informasi berupa petunjuk teknis pelaksanaan SL-PTT, Pelaksanaan demonstrasi plot uji varietas (penanaman, Pemasangan papan nama kegiatan, pemupukan, pengendalian hama & penyakit, pengamatan, panen & pasca panen), temu lapang, pelatihan, Monitoring dan evaluasi, Analisis data, pelaporan dan seminar hasil

3. Tahapan Pelaksanaan a. Proses Penentuan CP/CL

Proses penentuan CP/CL pada program SL-PTT adalah sebagai berikut :

1) Masing-masing kelompok melakukan rapat yang dihadiri ketua kelompok/ anggotanya, aparat desa/kelurahan, Koordinator BPP/BP4K, serta penyuluh pendamping untuk menyusun RDKK dan menginfentarisir jumlah kelompok tani, nama-nama anggota kelompok, luas lahan, kebutuhan benih, jenis varietas yang akan dikembangkan serta waktu tanam.

2) RDKK tersebut ditandatangani ketua kelompok tani, diketahui Lurah dan Penyuluh/PPK setempat kemudian diajukan ke Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pinrang.

3) Dinas Pertanian dan Peternakan melakukan rekap dan mengklasifikasi/ memploting sesuai potensi lahan dan target yang telah ditetapkan oleh Dinas Pertanian Propinsi. Setelah itu hasil rekap dilaporkan ke Propinsi sambil menunggu persetujuan.

4) Dinas Pertanian Propinsi melakukan klasifikasi ulang sesuai petunjuk penetapan CP/CL dan hasilnya dilaporkan ke Pemerintah Pusat.

5) Pemerintah pusat membuat SK penetapan CP/CL sesuai usulan dari tingkat kecamatan. Selanjutnya penetapan CP/CL yang didampingi oleh BPTP SulSel adalah 60 % dari jumlah unit SLPTT yang ada di Kota Palopo yaitu 80 unit sehingga pendampingan hanya 48 unit .

b. Penetapan Organisasi Pelaksanaan

Berdasarkan SK Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Nomor: 117/OT/140/10.21/02/2011, tanggal 1 Februari 2011 , tentang Penanggung jawab Kegiatan

(5)

5

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Pendamping Program Strategi Departemen Pertanian dan Kegiatan/Disseminasi dari Dana APBN T.A 2011 pada BPTP Sulawesi Selatan untuk Kota Palopo sebagai berikut:

Tabel 1. Susunan organisasi pelaksana SL-PTT Padi di Kota Palopo, Tahun 2011

No Nama Bidang

Fungsional/lainnya Status dalam kegiatan 1 Ir. Sunanto, MS Peneliti Penanggung Jawab 2 Ir. Hasnah Juddawi Penyuluh Anggota Tim 3 Maintang, SP Calon Peneliti Anggota Tim 4 Asriyanti Ilyas, SP Calon Peneliti Anngota Tim

6 Simon Teknisi Anggota Tim

c. Kesepakatan Jadwal Pelatihan

Penentuan pelaksanaan dan penyusunan Jadwal pelatihan (PL III) pada kegiatan SL-PTT dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palopo .

d. Prosedur Penetapan Lokasi Demplot dan demfarm

Penetapan lokasi demplot dan daemfarm SLPTT Padi dilakukan bersama sama dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palopo, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kota palopo, Tim Pendamping BPTP dan penyuluh pendamping Kota Palopo dengan persyaratan bahwa 1). Berdampingan dengan lokasi LL (laboratorium lapang) yang berada satu hamparan dengan lokasi SL (lahan petani tempat melakukan praktek PTT); 2). Mudah dijangkau sehingga dapat dilihat oleh petani sekitar; 3). Produktivitasnya rendah dan masih berpotensi untuk ditingkatkan serta petaninya responsif/kooperatif terhadap inovasi teknologi; 4). Bukan daerah endemis hama dan penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa. Adapun Jumlah unit demplot uji varietas padi benih unggul (Inpari 7, Inpari 8, Inpari 10, Inpari 13) di Kota Palopo sebanyak 10 unit masing-masing unit 0,25 ha/ demplot dan 1 unit demfarm dengan luas 5 ha untuk memperkenalkan paket teknologi pada VUB Inpari 7 dan Inpari 10.

(6)

6

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Jenis media yang disediakan adalah buku deskripsi varietas padi, juknis pelaksanaan demplot, leaflet tentang deskripsi varietas Padi serta modul panduan pelaksanaan SL-PTT padi.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara berkala dari hasil pengamatan dan abservasi di lapang, serta komunikasi dengan tim teknis SLPTT Kabupaten. Data yang dikumpulkan meliputi; a) pertumbuhan tanaman, b) produksi, c) kinerja koordinasi pelaksana SLPTT padi , d) kerawanan serangan hama, e) kerawanan banjir, f) kerawanan kekeringan, dan g) penerapan teknologi produksi padi.

5. Analisis Data

Data yang terkumpul kemudian ditabulasi selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Analisis tersebut untuk menjawab permasalahan yang akan dihadapi dan untuk mencapai tujuan terbentuknya kawasan agribisnis padi. Sehingga peningkatan produktivitas dan mutu beras tercapai. Dilain pihak dapat menumbuhkan kelembagaan Gapoktan/petani semakin mandiri untuk mengembangkan perekonomian pedesaan berbasis pertanian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Palopo sebagai kota administratif terdiri atas 5 Kecamatan, 39 kelurahan Wilayah ini tersebar mulai dari pesisir hingga pada daerah pegunungan. Wilayah ini terletak pada ketinggian 0 hingga 1.000 m dpl yang iklimnya tergolong B1 menurut klasifikasi Oldeman. Rata-rata curah hujan tahunannya adalah adalah sekitar 1.000 – 2.000 mm dengan suhu udara rata-rata 29,70C serta kelembabannya relative tinggi (85%). Kota Palopo memiliki lahan sawah seluas 2.980 ha, perkebunan 17.509 ha, merupakan lahan pertanian yang dapat dioptimalkan produksinya, (Master Plan Kota Palopo, 2009).

Sebaran Lokasi Pendampingan

Pendampingan program SLPTT Padi di Kota Palopo dilakukan untuk mendampingi 60 % program SLPTT padi yang berada di Kota Palopo. Pendampingan dilakukan dalam bentuk, antara lain: a) pengarahan, b) uji VUB Inpari 8 (10 kg), Inpari 10 (25 kg), dan Inpari 13 (10 kg), sebanyak 10 unit dengan masing-msing 0,25 ha, jadi ditotal ada 2,50 ha, dan c) demfarm VUB Inpari 7 dan Inpari 10 dengan teknologi penuh seluas 5 ha. Sebaran lokasi pendampingan SL-PTT padi di Kota Palopo seluruhnya berjumlah 90 lokasi. Jumlah unit pendampingan SL-PTT komoditas padi inhibrida adalah 56 lokasi yang tersebar pada 5 kecamatan dan 26 Kelurahan. Adapun sebaran lokasi pendampingan SL-PTT Padi di Kota Palopo dapat dilihat pada Tabel 2:

(7)

7

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Luasan demplot seharusnya mencapai 8,50 ha. Karena keterbatasan benih VUB yang akan didistribusi ke lahan petani hanya mencapai 45 kg untuk VUB Inpari 8, Inpari 10, dan Inpari 13. Sehingga luas demplot yang dibuat hanya 2,50 ha. Namun demikian pendampingan teknologi pada lokasi SLPTT padi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota tetap didampingi sesuai dengan sasaran yaitu sekitar 54 kelompok tani yang tersebar di Kota Palopo. Bentuk pendampingan pada lokasi di luar demplot dan demfarm melalui, antara lain; a) nara sumber pada saat pertemuan sosialisasi, Pelatihan PL 3 dan b) kunjungan lokasi SL, LL, dan non SL pada 54 poktan.

Tabel 2. Lokasi pendampingan SL-PTT padi di Kota Palopo, 2011.

No Kecamatan Lokasi SL-PTT Sasaran

pendampingan (60%)

Luas Demplot dan demfarm (ha) Kelurahan Poktan

Padi Inhibrida

1 Wara Selatan 3 6 5 poktan 0,50

2 Sendana 3 9 9 poktan 6,5

3 Mungkajang 2 3 3 poktan 0,25

4 Wara Barat 2 9 8 poktan -

5 Telluwanua 6 58 29 poktan 0,25

6 Wara 1 5 - -

Jumlah 26 90 54 poktan 7,50

Sumber : data Diperta Kota Palopo, 2011.

Hasil Koordinasi di Tingkat Internal Pemda

Konsultasi dan koordinasi yang dilakukan dengan Pemerintah Kota palopo sebagai awal pelaksanaan pendampingan program SLPTT padi pada Tahun 2011. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh dukungan kebijakan pemerintah, agar sasaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan. Inventarisasi data CP/CL diperoleh di Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palopo, kemudian dilanjutkan dengan Koordinasi pada setiap BPP untuk mengetahui jadwal tanam yang telah disepakati oleh kelompok, rencana pelaksanaan sekolah lapang, pendistribusian benih untuk kegiatan demplot uji varietas dan menginventarisir masalah dan kendala yang ada pada tiap kecamatan. Selanjutnya dilakukan koordinasi ke kelompok tani untuk menginventarisir kebutuhan teknologi kaitannya dengan komoditas yang akan dikembangkan pada kegiatan SL-PTT. Demikian pula sebaliknya koordinasi timbal balik dari dinas tanaman Pangan dan Peternakan Kota palopo tentang jadwal tanam, kebutuhan benih dan pelaksanaan temu lapang serta pelatihan yang berkaitan dengan SLPTT Padi. Adapun kinerja koordinasi di tingkat internal pemda dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

(8)

8

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Kelengkapan legalitas keterlibatan institusi dalam pembinaan poktan/gapoktan melalui program SLPTT bernilai 2 atau dalam kondisi baik. Institusi yang terlibat dalam pembinaan semua berfungsi dengan baik sampai sangat baik. Hal ini terlihat dalam kunjungan petugas-petugas dalam kegiatan poktan. Adapun sinergis kegiatan di lapang antar institusi dan poktan mencapai kondisi yang baik.

Tabel 3. Kinerja Koordinasi Pendampingan SL-PTT Padi di Kota Palopo, 2011

No Kecamatan

Komponen Penilaian Kinerja Koordinasi (skor 1 – 3)*)

Nilai

Faktor Kendala

A**) B**) C**)

1 Wara Selatan 2 2 2 - Keterbatasan

waktu kunjungan

2 Sendana 2 3 3 - -

3 Mungkajang 2 3 2 - -

4 Wara Barat 2 2 2 - Keterbatasan

waktu kunjungan

5 Telluwanua 2 2 2 - -

*) skor penilaian 1 = kurang, 2 = baik, 3 = sangat baik **) A = Kelengkapan legalitas keterlibatan institusi.

B = Berfungsinya institusi yang terlibat sesuai fungsi yang telah disepakati bersama.

C = Sinergi pelaksanaan di lapangan.

Pelaksanaan Pendampingan Inovasi Teknologi a. Efektifitas Demplot Uji Varietas

VUB padi memiliki keunggulan dan sudah diadaptasikan di wilayah Kota Palopo dalam bentuk demonstrasi plot (demplot) pada Tahun 2010. Demplot dan demfarm merupakan demonstrasi yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok berupa peragaan suatu teknologi yang penerapannya secara nyata dilakukan oleh demonstrator kepada sasarannya. Keragaan pelaksanaan Demplot dan Demfarm Inovasi PTT padi di Kota Palopo dapat dilihat pada Tabel 4.

Keragaan pelaksanaan demplot dan demfarm inovasi PTT padi, jenis inovasi teknologi yang diintroduksikan adalah 4 VUB Padi yaitu Inpari 7, Inpari 8, Inpari 10, dan Inpari 13. Selain

(9)

9

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

varietas yang diintroduksikan juga teknologi pemupukan berimbang, sistim tanam legowo, pengairan bergilir dengan AWD. Keragaan efektifitas demplot dan demfarm inovasi teknologi produksi padi dilihat pada Table 5.

Tabel 4. Keragaan Pelaksanaan Demplot Inovasi PTT Komoditas padi di Kota Palopo, 2011. No Nama Lokasi Demplot Jenis Inovasi Teknologi

yang dikenalkan Luas Demplo t (ha) Jumlah Petani yang berkunjung Padi Inhibrida

1 Kec. Wara Selatan 0,50

Kelurahan Songka -Varietas Unggul Baru - Pemupakan NPK

- Sistem tanam legowo 2;1/4:1 - Tanam bibit umur < 21 hari

- Tanam 1-3 batang per rumpun

0,25 30

Kelurahan Binturu 2,25 35

2. Kecamatan Sendana 6,50

Kelurahan Sendana - Varietes unggul baru - Pupuk lengkap (PUTS dan

BWD)

- Pernagiran bergilir (AWD) - PHT

6,00 85

Kelurahan Mawa 0,50 30

3 Kec. Telluwanua 0,25

Desa Mencani -Varietas Unggul Baru - Pemupakan NPK

- Sistem tanam legowo 2;1/4:1 - Tanam bibit umur < 21 hari

- Tanam 1-3 batang per rumpun

0,25 32

4 Kec. Mungkajang 0,25

Kelurahan Mungkajang Sda 0,25 35

Sumber: Data primer dianalisis, 2011.

Pengujian varietas dan teknologi produksi padi baik melalui demontrasi plot maupun demontrasi farming memperoleh respon yang berbeda pada setiap kecamatan dan kelompok tani. Respon tersebut menentukan pula tingkat adopsi dan difusi terhadap suatu inovasi teknologi (Van den Ban, 1998). Disamping itu aksesibilitas sangat menentukan terbentuknya minat petani untuk mencoba suatu inovasi teknologi. Jika teknologi yang diintroduksi merupakan hal baru bagi petani dan memberikan jaminan tentang nilai tambah yang akan

(10)

10

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

diperoleh akibat dari pada penerapan suatu teknologi, tentu akan menarik minat petani untuk menerapkannya.

Petani di sekitar pengujian demplot den demfarm di wilayah Kota Palopo yang menyatakan minat dan mau melakukan teknologi dan varietas unggul baru yang digelar sekitar 85,71 % dari total pengunjung pengujian tersebut. Dengan demikian minat petani meningkat 18,29 % dari 66 % menjadi 85,71 % (Hasnah dkk, 2010). Pengunjung pengujian yang menyatakan tidak berminat hanya 4,76 %. Adapun yang petani yang masih ragu mencapai 9,52 %. Jumlah pengunjung pada lokasi demplot dan demfarm yang dilaksanakan oleh BPTP sulsel sebagai pendampingan program SLPTT padi mencapai 252 orang.

Table 5. Keragaan Efektifitas Demplot Inovasi PTT Komoditas padi di Kota Palopo, 2011.

Sumber: analisis data, 2011.

b. Uji Varietas Unggul Baru

Uji VUB padi dilakukan melalui demfarm dan demplot di lokasi kelompok tani. Lokasi demfar hanya ada satu seluas 5 ha di Kelurahan Sendana. Adapun lokasi demplot ada 5

No Nama Lokasi Demplot Jumlah Petani yang Ber-kunjung Efektifitas Demplot Perma salahan Jumlah petani yang menyata kan tidak berminat Jumlah petani yang berminat tapi belum ada kepastian akan menggunakan Jumlah petani yang berminat dan akan melaksan akan Padi Inhibrida

1 Kecamatan Wara Selatan Kelurahan Songka (1 Poktan/demplot) 30 3 5 22 Ketersedia an benih Kelurahan Binturu (1 Poktan/Demplot) 35 2 4 29 Sda 2 Kec. Sendana Kelurahan Sendana (1 Poktan/Demfarm 85 1 3 81 Sda Kelurahan Mawa (1 poktan/demplot) 30 2 4 29 Sda 3 Kec. Telluwanua Desa Mancani (1 poktan/demplot) 32 1 5 26 Sda 4 Kec. Mungkajang Kelurahan Mungkajang (1 poktan/demplot) 35 3 3 29 Sda

(11)

11

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

kelurahan yaitu Kelurahan Songka dan Binturu (Kec. Wara Selatan), Kelurahan Sendana dan Mawa (Kec. Sendana), Kelurahan Jaya (Kec. Telluwanua), dan Kelurahan Mungkajang (Kec, Mungkajang. VUB yang diuji antara lain Inpari 7, Inpari 8, Inpari 10 dan Inpari 13 masing-masing benih klas SS. Rataan produktivitas VUB mencapai 7,3 ton/ha. Adapun lebih jelas disajikan pada Tabel 6.

Padi VUB yang diuji melalui demplot maupun demfarm menunjukkan tingkat

produksi yang cukup tinggi berkisar antara 6,7 – 9,0 ton/ha. VUB yang diuji melalui

demplot antara lain Inpari 8, Inpari 10, dan Inpari 13, adapun VUB yang ditanam pada

demfarm dengan teknologi penuh adalah Inpari 7 dan Inpari 10. Untuk varietas

Cisantana, ciherang dan Cigeulis masih mendominasi pertanaman padi di masyarakat.

Petani paling suka pada verietas Cisaantana. Untuk Varietas Intani 2 dan SHS SL 8

(hibrida) yang ditanam oleh petani, karena ini merupakan BLBU pada SLPTT padi

hibrida Tahun 2011. Penanaman benih hibrida ini dimulai bulan Juli – Agustus 2011.

Tabel 6. Keragaan Hasil Pelaksanaan Demplot dan demfarmUji Varietas Unggul Baru (VUB) di

Kota Palopo, 2011.

No Nama Lokasi Uji VUB Agro `Ekosis tem

Varietas Unggul Baru

Varietas Pembanding (eksisting) Tingkat Adaptabilit as (tinggi, sedang, rendah) Nama VUB Provitas (Ton/ ha) Padi Inhibrida dan Hibrida

1. Kecamatan Wara Selatan

1 Kelurahan Songka Sawah

irigasi Inpari 10 Inpari 8 Inpari 13 7,3 6,6 7,0 Intani 2 Inpari 4 Ciherang Cigeulis Cisantana Ciliwung Tinggi 2 Kelurahan Binturu 2. Kecamatan Sendana

1 Kelurahan Sendana Sawah

irigasi Inpari 7 Inpari 8 Inpari 10 Inpari 13 8,6 7,6 9,0 6,9 Inpari 1 Inpari 4 Cisantara Ciherang Cigeulis Intani 2 Tinggi 2 Kelurahan Mawa 3. Kecamatan Telluwanua Kelurahan Jaya Sawah irigasi Inpari 8 Inpari 10 Inpari 13 7,5 6,9 7,2 Inpari 4 Inpari 7 SHS SL 8 Cisantana Tinggi

(12)

12

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Ciherang 4. Kecamatan Mungkajang

1 Kelurahan Mungkajang Sawah

irigasi Inpari 10 Inpari 8 Inpari 13 6,8 6,8 6,7 Intani 2 Ciherang Cigeulis Cisantana Tinggi Rataan Produktivitas 7,3

Sumber : Data primer setelah diolah, 2011.

Produktivitas yang paling menonjol adalah Inpari 7 dan Inpari 10 yang ditanam di

lokasi demfarm. Hal ini disebabkan pada lokasi demfarm pengelolaannya menggunakan

full teknologi. Sedangkan pada pengujian VUB di lokasi demplot hanya benih VUB yang

diberikan sedangkan sarana lainnya diupayakan oleh petani/pelaksana Kelompok Tani.

Dukungan perbenihan per komoditas

Untuk mendukung pengembangan benih bermutu di Sulawesi Selatan, diperlukan berbagai upaya baik yang bersifat teknis maupun kelembagaan agar terbentuk suatu sistem penyediaan benih yang mantap dan berkelanjutan. Hal ini hanya dapat terwujud jika semua pihak yang terlibat dalam sistem tersebut memperoleh keuntungan. Sehingga petani mempunyai akses yang lebih luas dalam memperoleh benih bermutu untuk kepentingan usahataninya dengan harga terjangkau, tepat waktu, dan dalam jumlah yang cukup. Pada kegiatan SL-PTT beberapa instansi terkait yang ikut mendukung penyediaan benih antara lain : Balai Benih Induk (BBI) Maros, dan BPTP SulSel (Kebun Percobaan Mariri). Adapun dukungan perbenihan pada kegiatan demplot uji varietas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Dukungan Perbenihan pada kegiatan demplot uji varietas padi Kota Palopo, 2011

No

Nama Varietas Jumlah Benih (kg) Mutu Benih

Yang

dibutuhkan tersedia Yang dibutuhkYang an

Yang

tersedia Baik Kurang baik Buruk Padi inhibrida 1 Inpari 7 Inpari 7 50 75 √ 2 Inpari 8 Inpari 8 54 50 √ 3 Inpari 10 Inpari 10 54 54 √ 4 Inpari 11 - - - - 5 Inpari 13 Inpari 13 34 10 √ Jumlah

(13)

13

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Benih padi VUB (inpari 7, Inpari 8, Inpari 10, dan Inpari 13) sebelum dibagikan ke petani sebagai benih demplot dan demfarm terlebih dahulu diuji oleh BPSB Kota Palopo. Hasil pengujian daya tumbuh berkisar antara 84 % - 90 %. Dengan demikian daya tumbuhnya masih bagus. Setelah pengujian daya tumbuh selang satu bulan baru dilakukan persemaian maupun ditanam secara tabela.

Efektifitas Pelatihan Teknis

Proses belajar pada SL-PTT berawal dari kegiatan yang kemudian memberikan pengalaman pribadi, mengungkapkan pengalaman tersebut, menganalisis masalah yang terjadi, dan menyimpulkan hasil kegiatan. Kalau petani peserta SL-PTT telah merasakan dampak positif dari teknologi yang diterapakan, baik dari aspek materi maupun nonmateri, maka mereka akan menerapkan teknologi itu kembali pada musim beriktunya. Sesuai dengan motto.

Petani SL-PTT “mendengar, saya lupa; melihat, saya ingat; melakukan, saya paham; menemukan sendiri, saya kuasai”, maka setiap kegiatan yang dilakukan sendiri akan memberikan pengalaman yang berharga. Oleh karena itu, petani dituntut untuk mampu menganalisis kegiatan yang telah dilakukan, kemudian menyimpulkan dan menindaklanjutinya. Kesimpulan yang telah dibuat merupakan dasar dalam melakukan perubahan atau pengembangan teknologi.

Efektifitas Penyebarluasan Inovasi Melalui Media Cetak dan Elektronik

Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi agar sampai kepada petani/pengguna, maka penyebarluasannya mempunyai tingkat efektifitasnya. Sasaran pengguna yang lebih efektif adalah dalam wadah kelompok tani. Teknologi yang ditransferkan dikemas dalam bentuk desiminasi cetak antara lain; petunjuk teknis dan deskripsi varietas padi terbaru. Adapun penjelasanya disajikan pada Tabel 9.

(14)

14

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Tabel 8. Efektivitas pelatihan teknis pada kegiatan SL-PTT padi di Kota Palopo, 2011. Tingkat

Pelanyelenggara

an Pelatihan Topik / Materi Pelatihan

Sasaran Peserta Pelatihan Jumlah Peserta Pel. yang menjadi narasumber di wilkernya Asal

Institusi Peserta Jumlah A. Tingkat Propinsi

(PL I) Juklak SL-PTT Materi SL-PTT Padi

Cara Praktis Membuat Kompos

Penyuluh Pertanian, Distan, BPTP

48 3

B. Tingkat Kab (PL II) -Kebijakan pertanian tanaman pangan

dan hortikultura

-Dukungan penyuluhan pertanian dalam

pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikutura

-Kajian Kebutuhan dan peluang SLPTT

padi in hibrida

-Model LL SLPTT

-Pemahaman dan Implementasi LL dan

SL-PTT padi sawah

-Persiapan bibit dan waktu tanam padi

sawah

-Filosofi dan dinamika PTT, Benih dan

VUB Padi, Pengelolaan Hara dan Pemupukan

-Implementasi Pengendalian OPT, -Hubungan iklim dengan organism

penganggu tanaman padi sawah

-Benih dan VUB padi sawah

-Pemupukan tanaman padi spesifik lokasi -Teknologi Penanganan Pasca Panen

padi

-Teknologi Hemat Air -RTL SLPTT

-Mekanisme pengambilan ubinan

BKP3 63 3

Tingkat Kecamatan/

PL III --Petunjuk teknis pelaksanaan SLPTT. Pengertian SLPTT. -Teknologi hemat air dalam budidaya

padi sawah.

-Pupuk dan pemupukan tanaman padi

spesifik lokasi. BPTP, BKP3, Dipertanak, Bulog, BPTPH 25 25

(15)

15

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

-Implementasi pengendalian hama

penyakit dan gulma secara terpadu.

-Teknologi pascapanen padi. -Metode pengambilan ubinan.

Sumber : analisis data primer, 2011.

Tabel 9. Efektifitas penyebarluasan inovasi melalui media cetak pada kegiatan SL-PTT padi di Kota Palopo, 2011.

No Judul Materi Leaflet Eksemplar Jumlah inovasi yang Jumlah dimuat Target Penerima Media Informasi Leaflet

1 Petunjuk teknis PTT Padi

Sawah 30 11 PPL dan Klp.Tani

2 Petunjuk teknis pengelolaan jerami sebagai pupuk organic

100 1 PPL dan Klp.Tani

Booklet

1 Deskripsi Varietas Padi Terbaru 2010

10 1 PPL dan Klp.Tani Sumber : Analisis data primer, 2011.

Berdasarkan Tabel 9 tersebut bahwa PTT padi sebagai teknologi lengkap pada tanaman padi dan sebagai bahan alternative teknologi yang bias diterapkan oleh petani perlu disebarluaskan. Buku ini dicetak dengan terbatas, maka yang dibagikan 30 eksemplar ditujukan untuk PPL dan Kelompok Tani. Adapun teknologi yang termuat ada 11 teknologi wajib dan pilihan. Cetakan ini dibagikan sebelum kegiatan dimulai.

Petunjuk teknis pengelolaan jerami sebagai pupuk organic dibagikan pada saat pelatihan pembuatan pupuk organik. Jumlah cetakan 100 eksemplar dibagikan kepada peserta pelatihan yaitu seluruh PL 2, PL 3, dan petani sebanyak 27 orang. Adapun deskripsi varietas padi ini juga terbatas dibagikan 10 eksplar.

Perkembangan Produktivitas

Pada tabel 10 menunjukkan bahwa perkembangan produktivitas padi pada lokasi SL, LL, dan Non-SL memperlihatkan produktivitas yang berbeda pada setiap lokasi. Terlihat bahwa produktivitas pada lokasi LL lebih tinggi 6 - 7% dibanding produktivitas pada lokasi SL. Hal ini disebabkan pada lokasi SL teknologi PTT belum sepenuhnya dilakukan oleh petani. Petani telah

(16)

16

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

menerapkan 1 - 3 komponen tetapi belum melakukan sinergi dari beberapa komponen PTT sehingga hasil yang dicapai belum maksimal.

Tabel 10. Hasil Evaluasi Produktivitas Rata-rata Padi Per Kecamatan pada lokasi LL, SL, Non-SL dan Uji Varietas di Kota Palopo , 2011

No. Kecamatan Jumlah Unit SL yang disampli ng

Produktivitas (Ton GKP/ha)

SL LL Non-SL I-7 I-8 I-10 I-13

1. Wara Selatan 4 5,8 6,8 5,2 - 7,3 6,6 7,0 2. Wara Barat 5 5,5 6,2 5,2 - - - - 3. Wara 3 6,2 7,4 5,5 - - - - 4. Sendana 5 6,1 6,6 5,3 8,6 7,6 9,0 6,9 5. Mungkajang 4 5,8 6,7 5,4 - 6,8 6,8 6,7 6. Telluwanua 6 6,2 6,9 5,6 - 7,5 6,9 7,2 Rata-rata 6,0 6,75 5,4 8,6 7,3 7,3 7,0 Keterangan : (-) = tidak dilakukan pengujian/pengamatan VUB.

Sumber : Analisis data primer, 2011. Temu Lapang dan Tudang Sipulung

Temu Lapang Pendampingan Program SLPTT Padi dan Tudang Sipulung Kota

Palopo dilaksanakan pada tanggal 1 Nopember 2011 di Desa Sendana Kecamatan

Sendana Kota palopo. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Wali Kota, Ketua DPRD, Assisten

II, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan beserta jajarannya, Kepala Badan Ketahanan

Pangan dan Pelaksana Penyuluhan beserta jajarannya, Kepala BPTP Sulawesi Selatan

beserta staf dan LO, Kepala BPTPH, Kepala Syangyang Seri (SHS), Kepala Bulog Kota

Palopo, Ketua KTNA Kota Palopo dan Ketua KTNA Kecamatan Sendana, pengurus

Gapoktan/Poktan beserta petani. Peserta Temu Lapang dan Tudang Sipulung sekitar

100 orang. Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palopo melaporkan bahwa

target produktivitas 6,06 ton/ha telah dilampauinya yaitu mencapai 6,89 ton/ha (12 %

lebih tinggi). Demikian juga capaian target produksi padi di Kota Palopo sudah

mencapai 85 % dan target itu akan dicapai sampai 31 Desember 2011. Produktivitas

padi hibrida Varietas Intani 2 sebagian besar masih sekitar 5 ton/ha, namun demikian

(17)

17

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

sudah ada yang mencapai 8,6 – 9,7 ton/ha. Demikian juga Camat Sendana

menyampaikan bahwa potensi lahan sawah di wilayah Kecamatan Sendana 342 ha

tersebar pada 4 wilayah kelurahan. Bantuan langsung benih unggul (BLBU) padi Intani

2 yang diberikan mencapai 60 ha dengan capaian produktivitas sekitar 5 ton/ha. Kepala

BPTP Sulsel dalam hal ini yang diwakili oleh Kelji Sumberdaya menyampaikan bahwa

BPTP Sulsel sebagai lembaga penyedia dan penyebarluasan teknologi spesifik lokasi

siap untuk mendukung pembangunan pertanian khususnya di Kota Palopo. Wali Kota

Madya Palopo sangat apresiatif atas pelaksanaan Temu Lapang dan Tudang Sipulung

yang dilaksanakan atas kerjasama Pemerintah Kota Palopo dan BPTP Sulawesi Selatan.

Wali Kota menekankan bahwa petani yang sudah mencapai produktivitas sekitar di atas

7 ton/ha dijadikan model bagi petani lain, sehingga peningkatan produksi di Kota

Palopo akan meningkat secara tajam. Adapun pesan dan tantangan yang diberikan oleh

Wali Kota meliputi; a) untuk mengembalikan kejayaan komoditas pertanian, b)

peningkatan produktivitas melalui inovasi dan teknologi, c) peningkatan pembinaan

kepada petani, dan d) pemberdayaan tenaga penyuluh secara optimal. Sedangkan

intruksi khusus Beliau ditujukan kepada Camat Sendana adalah untuk memberikan

informasi keaktifan tenaga penyuluh di lapang, BKP3D dan Distanak untuk

menginventarisasi petani-petani berhasil dalam produktivitas sebagai model yang harus

ditiru oleh petani lain. Wali Kota Palopo mengharapkan jalinan kerjasama terus

ditingkatkan dan khususnya peran aktif BPTP Sulawesi Selatan dalam mendukung

model one village one product melalui penerapan inovasi dan teknologi spesifik lokasi

Kota Palopo untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Panen perdana dilakukan oleh Wali

Kota Palopo beserta undangan di lokasi Demfarm Sekolah Lapangan Pengelolaan

Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi. Hasil ubinan produktivitas Inpari 7 mencapai 8,6

ton/ha gabah kering panen (GKP) dan Inpari 10 mencapai 9 ton/ha GKP. Kegiatan

Temu Lapang dilanjutkan dengan Tudang Sipulung. Kesepakatan dalam kegiatan

Tudang Sipulung yang dihasilkan adalah; a) menetapkan waktu hambur tanggal 20 –

25 Desember 2011 dan apabila tabela tanggal 26 – 31 Deember. Tanam pindah di

lahan sawah terakhir pada minggu ketiga bulan Januari 2012, b) Varietas yang perlu

ditanam adalah benih padi varietas Cisantana, Ciherang, Cigeulis, Inpari 13, c)

(18)

18

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

pemupukan P dan K dengan memperhatikan PUTS dan N dengan BWD, dan d) hama

utama yang perlu diperhatikan adalah tikus, penggerek batang, kepik hitam, dan

wereng coklat.

Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik

Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik dengan berbahan baku jerami pada

Pendampingan Program SLPTT Padi Kota Palopo dilaksanakan pada tanggal 14

Nopember 2011 di Desa Sendana Kecamatan Sendana Kota palopo. Kegiatan tersebut

dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palopo, Peneliti/Penyuluh

BPTP Sulawesi Selatan, Pemandu Lapang II, Pemandu Lapang III, Pengurus Kelompok

Tani, dan petani. Peserta pelatihan sekitar 60 0rang. Pelaksanaan kegiatan ini hanya

dilakukan satu kali. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk mensosialisasikan

pemanfaatan jerami sebagai pupuk organik dengan dekomposer Promi.

Petani di wilayah ini biasanya setelah memanen padi, jerami yang tertinggal di

lahan sawah dibakar untuk mempercepat pengolahan lahan berikutnya. Namun

demikian jerami tersebut dapat dimanfaatkan menjadi pupuk, dimana teknologi

pengolahannya sudah tersedia. Teknologi pembuatan pupuk organik berbahan baku

jerami diolah dengan dekomposer Promi hasil dari Badan Litbang Pertanian. Proses

pembuatannyapun sangat sederhana dan mampu dilakukan di tingkat petani. Jerami

yang diolah menjadi pupuk organik dengan dekomposer Promi mampu memberikan

sumbangan ketersediaan pupuk di lahan mencapai 30 % dari kebutuhan pupuk pada

lahan sawah. Peserta pelatihan mengharapkan bahwa pelatihan semacam ini sebaiknya

dilakukan setiap WKPP yang berada di Kota Palopo, sehingga teknologi pembuatan

pupuk organik dengan dekomposer Promi cepat diadopsi oleh pengguna.

(19)

19

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Uji adaptasi beberapa varietas unggul baru (VUB) baik melalui demplot dan demfarm padi Inpari 7, Inpari 8, Inpari 10, dan Inpari 13 memberikan alternatif pilihan bagi petani dalam penggunaan varietas yang dikehendaki pada pergiliran varietas setiap musim tanam.

2. Introduksi komponen teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi dapat diadopsi oleh petani melalui pertemuan-pertemuan kelompok secara berkala.

Saran

Peningkatan produktivitas padi melalui pendekatan SL-PTT merupakan salah satu strategi yang dilakukan pemerintah untuk mencapai sasaran utama pembangunan pertanian 2010-2014 yaitu peningkatan produksi dan swasembada pangan berkelanjutan. Meskipun masih ditemui beberapa permasalahan, namun dengan pendekatan SL-PTT sudah terbukti dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap produksi pangan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Palopo 2009. Kota Palopo Dalam Angka 2009. Badan Pusat Statistik Kota Palopo.

Deptan, 2009. Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sulawesi Selatan. 2009. Laporan tahunan 2009. Diperta Prop. Sulsel.

Dinas Pertanian Kota Palopo. 2010. Konsultasi Kepala Dinas Pertanian Kota Palopo.

Edi S., Firdaus, dan S. Handoko. 2005. Kajian Tanaman Padi Gogo diantara Gawangan Durian dan Pisang. Jurnal Stigma Vol 13 No. 1 2005. Hal. 136 – 139.

Hadisapoetra. 1979. Biaya dan Pendapatan di dalam Usahatani. Departemen Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. UGM Yogyakarta.

Hasnah Juddawi, Sunanto, dan Muh. Amin. 2010. Laporan pendampingan SLPTT Padi Kota Palopo. BPTP Sulsel. 21 hal.

(20)

20

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Pemprov Sulsel, 2008. Strategi dan Langkah Operasional Pencapaian Surplus Beras 2 Juta Ton Tahun 2009 di Sulawesi Selatan. Makalah disampaikan dalam rangka sosialisasi program Pemerintahan Provinsi Sulawesi Selatan.

Gambar

Tabel 1.  Susunan organisasi pelaksana SL-PTT Padi di Kota Palopo, Tahun 2011
Tabel 2.  Lokasi pendampingan SL-PTT padi di Kota Palopo, 2011.
Tabel 3.  Kinerja Koordinasi Pendampingan SL-PTT Padi di Kota Palopo, 2011
Tabel 4. Keragaan Pelaksanaan Demplot Inovasi PTT Komoditas padi di Kota Palopo, 2011
+6

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul tiga diagnosa pada pasien : Resiko pendarahan berhubungan dengan komplikasi post partum (retensio plasenta),

Lokasi infeksi Tuberkulosis Ekstra paru terbnyak 30,9% pada TB pleuritis dan gejala klinis terbanyak pada TB pleuritis dan TB limfadenitis berupa batuk, pada TB tulang berupa nyeri

Penggunaan teori Talcott Parson dinilai penulis menjadi teori yang pas untuk menggabungkan beberapa aspek untuk mendukung keberlangsungan program- program yang akan

Jika mengutip dari hasil komunikasi pribadi, nama sumber ditulis secara lengkap (nama depan dan tengah inisial saja diikuti nama keluarga/ belakang). Karena data yang diberikan

The Company also earned an additional revenue from jetty operations amounting to Rp104,260 annually which will be paid at the latest 7 (seven) work days after

Jika Anda pernah mengalami kekerasan psikis tersebut di sekolah, apa dampak dari kekerasan psikis yang Anda alami?. (jawaban bisa lebih dari

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) perbedaan hasil belajar antara siswa yang diberi pembelajaran Biologi menggunakan model PBL dengan metode

Primipara atau melahirkan anak pertama saat usia &gt;35 tahun juga lebih banyak memiliki resiko gangguan emosional, hal ini disebabkan karena ibu usia &gt;35