• Tidak ada hasil yang ditemukan

HISTOPATOLOGI IKAN MAS ( Cyprinus carpio )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HISTOPATOLOGI IKAN MAS ( Cyprinus carpio )"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktikum ke-13 Hari/Tanggal : Selasa/ 23 Desember 2014 m.k Penyakit Organisme Akuatik Kelompok : IX

Shift : 2

HISTOPATOLOGI IKAN MAS

( Cyprinus carpio )

Disusun oleh:

Savni Retalia Sababalat C14120023

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu histos yang berarti jaringan dan logos yang berarti ilmu. histologi yaitu ilmu yang mempelajari anatomi seara mikrokopis struktur jaringan atau organ dan perupakan langkah awal diagnosa suatu penyakit pada ikan. Beda halnya dengan Histopatologi adalah ilmu yang mempelajari pengamatan sel, jaringan atau organ makhluk hidup (hewan) di bawah mikroskop untuk mendiagnosa suatu penyakit (Bavelender 1998). Saat terjadi perubahan dalam struktur sel akibat terkena penyakit, bakteri, virus, cendawan maupun adanya substansi berbahaya seperti logam berat, karena mampu merubah faktor fisika (suhu) dan kimia (salinitas, pH, DO) lingkungan, hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi atau bahkan sedang berlangsung perubahan pada kondisi lingkungan dimana ikan tersebut berada. Analisa histologi dapat menjadi parameter yang sangat sensitif dan menjadi sangat penting didalam menentukan perubahan struktur sel yang terjadi di organ dalam seperti ginjal, hati dan gonad (Khaisar 2006).

Menurut Khaisar (2006), histologi merupakan cabang ilmu biologi anatomi yang mempelajari tentang susunan struktur sel-sel yang fungsi fisiologi yang sama tersusun menjadi satu jaringan yang kompleks. Jaringan adalah kumpulan sel yang tersimpan dalam suatu matriks yang mempunyai suatu kesatuan organisasi yang mampu mempertahankan keutuhan dan penyesuaian terhadap lingkungan diluar batas dirinya. Jaringan di dalam tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus dalam melakukan fungsinya, seperti bersifat cair (darah), gerakan (jaringan otot), peka dan pengendali (jaringan saraf), penunjang dan pengisi tubuh (jaringan ikat), absorbsi dan sekresi (jaringan epitel). Masing-masing dari jaringan dasar ini dapat dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai dengan fungsinya (Bavelender, 1998).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa mengetahui langkah awal diagnosa penyakit pada ikan.

(3)

METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Histopatologi dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 28 November 2013 dan dilanjutkan hari Selasa tanggal 9 Desember 2014. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu mikrotom, kaca preparat, benang, label nama, keranjang xylol, pemanas air, kassa, botol film, oven, hotplat, stabiliger, templat, kaset, mikroskop cahaya beserta komponennya, buku dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu berbagai organ ikan (hati, usus, insang, dan ginjal), larutan fiksatif, alkohol ( 80%, 90%, 95%,95%, 100% dan 100%), xylol (1, 2, dan 3), paraffin, hematoksilin, BNF (Buffer Netrak Formalin), alkool 70%, auksin, akuades, eosin, dan entellan.

2.3 Prosedur Kerja

2.3.1 Pengambilan Jaringan

Langkah awal yang dilakukan adalah siapkan ikan uji yang akan diambil jaringannya seperti : hati , insang, usus, linfa. Lalu ambil satu helai jaringan insang atau hati dan jangan sampai tercampur dengan darah karena darah memiliki patogen, setelah itu masukkan jaringan atau organ kedalam kaset, kemudian masukkan kedalam BNF (Buffer Netral Formalin) selama 24-48 jam, setelah itu celupkan alkohol 70% selama 2 jam.

2.3.2 Dehidrasi dan Clearing

Jaringan yang telah diambil direndam dalam larutan fiksatif selama 48 jam. Jaringan yang dipilih direndam dalam alkohol 70% selama 48 jam, kemudian dilanjutkan direndam secara berturut-turut dengan alkohol 80%, 90%, 95% ,95%, masing-masing selama 2 jam dan 100% selama 12 jam, dan 100% selama 30

(4)

menit. Setelah didehidrasi jaringan tersebut direndam alkohol xylol (1 : 1) selama 30 menit, dilanjutkan dengan xylol 3 kali masing-masing 30 menit, supaya alkohol dan xylol tidak menyatu dan jaringan tidak rusak.

2.3.3 Impregnasi dan Embedding

Sampel yang sudah celupkan dialkohol dan xylol, kemudian dimasukkan kedalam piala yang berisi cairan parafin 1 selama 45 menit, pindahkan lagi ke parafin 2 dan 3 dengan waktu yang sama 45 menit. Dengan konsentrasi yang sama gi dalam oven yang bersuhu 58-60 ºC. sealnjutnya dilakukan proses embedding yaitu pencetakan sampel. Setelah itu, hasil cetakan sampel dipotong dengan menggunakan mikrotom.

2.3.4 Bloking

` sebelum dilakukan pemotongan sampel, sampel dicetak dulu didalam parafin, supa tidak bergerak dan mudah dipotong. Pertama parafin dimasukkan kedalam templat, tunggu beberapa detik masukkan jaringan, dan tambahkan lagi parafin, tunggu hingga kering dan tercetak. Alat yang digunakan hotplat dan stabiliger.

2.3.5 Pemotongan

Sebelum dilakukan pemotongan sampel mengggunakan mikrotom, alat tersebut diatur terlebih dulu untuk mendapatkan ketebalan yang pas dan yang diinginkan. Setelah sampel dipotong masukan kedalam air panas 50-60 ºC, agar parafinnya meleleh dan yang sisa hanya sample.

2.3.6 Mouting ( entelan) dan Pewarnaan

Deparafinasi, untuk menghilangkan parafin, sediaan histologis

dimasukkan ke dalam xylol I dan II masing-masing 4-5 menit Staining (pewarnaan) dilakukan dengan pewarna eosin hematoksilin. Setelah deparafinisasi sediaan histologis dihisap xylitolnya dengan kertas saring, kemudiaan berturut-turut dimasukkan ke alkohol 95%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, dan aquades. Dimasukkan ke hematoxylin kira-kira 4-5menit, lalu dicuci dengan air mengalir

(5)

selama 10 menit, dicelup aquades lalu ke alcohol 30%, 40%, 50%, 60%, 70% beberapa celupan. Dimasukkan ke dalam eosin 1-2 menit, kemudian dicelupkan ke alkohol 70%, 80%, 90%, dan 95%, lalu dikeringkan dengan kertas saring. Dimasukkan xylol selama 15 menit, kemudian sediaan histologis ditetesi canada balsam. Mounting (Penutupan) dan Labelling (Pemberian Label) yaitu Penutupan preparat dengan menggunakan kaca penutup dan memberi identitas pada preparat (label), kemudian disimpan dalam kotak sediaan. Kemudian dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop.

(6)

PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Berikut ini merupakan tabel hasil pengamatan jaringan histopatologi ikan Mas (Cyprinus carpio) dan ikan Lele (Clarias sp.).

Tabel 1. Hasil pengamatan jaringan histopatologi ikan Mas (Cyprinus carpio) dan ikan Lele (Clarias sp.).

No Nama Organ Foto Hasil Pengamatan Literatur (organ sakit) 1. Usus http://www.uams.edu 2. Ginjal (bmb.leeds.ac.uk) 3. Insang (Susanto 2008) 4. Hati (histology-world.com)

Dari gambar di atas dapat dilihat banyak perbedaan antara hasil pengamatan dan literatur. Hal ini disebabkan karena hasil pengamatan menggunakan jaringan yang mengalami kelainan, sedangkan untuk literatur menggunakan jaringan ikan yang sehat.

(7)

3.2 Pembahasan

histopatologi adalah ilmu yang mempelajari pengamatan sel, jaringan atau organ makhluk hidup (hewan) di bawah mikroskop untuk mendiagnosa suatu penyakit (Bavelender (1998), Berbagai macam penyakit yang dapat menular, yaitu bakteri, jamur, virus, dan cendawan. Penyebab utama penyakit adalah organisme hidup patogenik (parasit) maupun faktor lingkungan fisik. Adapun mekanisme penyakit tersebut dihasilkan akan sangat bervariasi yang tergantung pada agensia penyebabnya dan kadang-kadang juga bervariasi dengan jenis organisme akuatik yang dibudidaya. Insang merupakan organ respirasi yang utama dan vital pada ikan. Epitel insang ikan merupakan bagian utama untuk pertukaran gas, keseimbangan asam basa, regulasi ion dan ekskresi nitrogen. Oleh karena itu, jika ikan tercemar oleh polutan lingkungan seperti amonia, pestisida, logam, nitrit dan petroleum hidrokarbon, fungsi vital ini dalam keadaan bahaya karena menghalangi penerimaan oksigen misalnya terjadi fusi . Nabib dan Pasaribu (1989) menyampaikan bahwa lapisan epitel insang yang tipis dan berhubungan langsung dengan lingkungan luar menyebabkan insang berpeluang besar terpapar penyakit. Insang juga berfungsi sebagai pengatur pertukaran garam dan air serta pengeluaran limbah-limbah yang mengandung nitrogen. Kerusakan struktur yang ringan sekalipun dapat sangat mengganggu pengaturan osmose dan kesulitan pernafasan.

Usus merupakan bagian saluran pencernaan yang berfungsi untuk menyerap sari-sari makanan sehingga gangguan pada organ ini dapat berakibat fatal bagi pertumbuhan ikan. Beberapa perubahan yang sering ditemukan pada usus ikan antara lain proliferasi sel goblet, hemoragi, atropi vili usus, dan metaplasia. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tingginya kandungan beberapa parasit yang dapat menyebabkan degenerasi usus antara lain protozoa dan cacing. Digenea adalah cacing trematoda yang memerlukan inang antara (moluska) dalam siklus hidupnya pa logam berat dapat menyebabkan peningkatan apoptosis dari sel-sel usus (Susanto 2008 ). Sel – sel goblet usus berfungsi menghasilkan mukus yang membantu proses pencernaan. Jumlah sel goblet ini dapat meningkat karena infeksi parasite seperti cacing atau protozoa.

(8)

Ginjal mempunyai peran utama dalam ekskresi metabolisme, pencernaan dan tempat penyimpanan berbagai unsur. Ginjal berfungsi untuk filtrasi dan mengekskresi bahan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, termasuk logam berat yang toksik (Taukhid, 2007). Hal ini menyebabkan ginjal sering mengalami kerusakan akibat daya toksik logam. Ginjal ikan terletak pada posisi retroperitoneal dibagian ventral dari tulang punggung, di bawah kolum vertebrae. Stuktur ginjal pada ikan terdiri dari glomerulus, kapsul bowman, tubulus kontortus distal, tubulus kontortus proksimal. Kapiler glomerulus pada kapsul bowman adalah tempat terjadinya proses filtrasi (penyaringan). Tubulus kontortus proksimal adalah penyalur filtrat dari kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang memiliki pori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Hasil penyaringan di glomerulus terjadi pada pada kapsul bowman. Tubulus kontortus distal adalah saluran yang menyalurkan filtrat ke duktus kolektivus. Secara umum proses filtrate yaitu: kapsul bowman, tubulus kontortus distal, lengkung Henle, tubulus kontortus proksimal, dan duktus kolektivus (Campbell 2002).

Hati merupakan organ terbesar pada tubuh ikan yang terletak dibagian sisi perut, dalam rongga pelitoneal dan melingkupi viscera. Struktur utama hati ialah sel hati atau hepatosit. Hepatosit (sel parenkim hati) berperan utama dalam metabolisme. Sel-sel ini terletak sinusoid yang berisi darah dan saluran empedu. Perubahan histologi hati pada ikan adalah terjadinya: cloudy swelling (sel hati agak keruh, stioplasma keruh dan bergranula). Hal tersebut diakibatkan oleh munculnya hyaline eosinofil dalam sitoplasma, antropi pada sel hati, pengerutan sel, nukleus dan nukleolus sering kali mengecil; nekrosis, degenerasi vakuola, degenerasi lemak, stagnansi empedu, hepatitis, sirosis dan gangguan pada aliaran darah sinusoid atau vena (Yunasfi. 2006.).

(9)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Praktikum histopatologi diperoleh hasil yaitu terdapatnya kelainan pada jaringan yang diamati. Pada masing-masing jaringan ada yang sudah rusak dan yang terserang penyakit, serta mengetahui bentuk dan stuktur jaringannya seperti hati, usus, ginjal, dan insang.

4.2 Saran

Pada praktikum selanjutnya diharapkan menggunakan preparat yang terdiri dari semua organ ikan agar lebih mengetahui jenis penyakit atau kelainan yang spesifik pada organ lainnya.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Bavelander G, dkk. 1998. Dasar-Dasar Histologi. Erlangga. Jakarta.

Campbell, Mitchell, Reece (2002). Biology: Edisi V Jilid 3, Jakarta: Erlangga

Khaisar, Okto. 2006. Kandungan Timah Hitam (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam Air, Sedimen dan Bioakumulasi Serta Respon Histopatologis Organ Ikan Alu-alu (Sphyraena barracuda) di Perairan Teluk Jakarta. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Nabib R dan FH Pasaribu. 1989. Patologi dan Penyakit Ikan. Bogor . Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Bogor. 158 hal.

Susanto dwi. 2008. Gambaran Histopatologi Organ Insang, Otot, dan Usus Ikan Mas ( Ciprynus Carpio) di Desa Cibanteng. [Skripsi]. Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.

Taukhid, Nugraha E dan Subagyo. 2007. Efektifitas Daun Sambiloto

(Andrographis peniculata) bagi pengendalian Penyakit Koi Herpes Virus

(KHV) pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Riset Akuakultur, Jakarta. Vol. 2 No. 3 Tahun 2007. 433 hal.

Yunasfi. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Dan

Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur. Fakultas Pertanian Universitas

Gambar

Tabel 1. Hasil pengamatan jaringan histopatologi ikan Mas (Cyprinus carpio) dan  ikan Lele (Clarias sp.).

Referensi

Dokumen terkait

RESPON IMUN NON SPESIFIK VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida PADA IKAN MAS ( Cyprinus carpio ).. Oleh

bahwa guna lebih memperkaya jenis dan varietas Ikan Mas yang beredar di masyarakat, telah dihasilkan Ikan Mas (Cyprinus Carpio) Rajadanu Tahan Penyakit KHV

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas promoter â-aktin ikan medaka pada ikan mas, dengan cara mengamati ekspresi sementara dari gen hrGFP sebagai penanda.. BAHAN

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan ekstrak enzim protease dari daging ikan mas, mengetahui teknik pemurnian melalui pengendapan dengan ammonium sulfat, mengetahui

mula-mula dengan menyurutkan air kolam pendederan sekitar pkul 04.00 atau 05.00 pagi secara perlahan-lahan agar ikan tidak stres akibat tekanan air yang berubah secara

Permasalahan penyakit merupakan bagian dari permasalahan pengembangan usaha budidaya ikan, khususnya dengan timbulnya wabah Koi Herpes Virus (KHV) yang menyerang ikan mas

Kombinasi dosis yang dilakukan antara ragi dengan vitamin C pada pakan buatan diduga dapat meningkatkan daya tahan ikan dalam mencegah penyakit yang disebabkan bakteri

2011 menambahkan bahwa penelitian yang dilakukan di kolam ikan dengan perlakuan pemberian pakan buatan serta pemberian subtract media tumbuh perifiton dapat meningkatkan pertumbuhan