Disusun Oleh: Meida Ardiana Putri
NIM: 051114021
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Sabar terhadap diri sendiri adalah iman.
Sabar terhadap sesama itulah kasih.
Terkadang hidup memberi 100 alasan untuk menangis
Tapi...Tuhan memberi 1000 alasan untuk tersenyum tiap hari dengan kasih dan
suka cita-Nya.”
Kasih itu sederhana Sesederhana kita saat mampu Tersenyum walaupun kita menderita
Sesederhana saat kita mampu Memberi maaf walaupun kita terluka
Karya yang sederhana ini saya persembahkan kepada orang-orang yang terkasih, yaitu:
1. Bapak Sardi dan Ibu Yustina Yuli Wartini
Yang telah membesarkan, mendidik dan merawat saya dengan cinta kasih yang luar biasa sampai saat ini. Terima kasih atas pengorbanan dan ketulusan cinta yang bapak dan ibu berikan serta doa yang tak pernah putus untuk saya.
2. Prigata Ardian Saputra dan Prita Dewi Ardian Tari terima kasih atas dukungan kalian serta perhatian yang kalian berikan. Kalian adalah adik-adik yang luar biasa tak pernah jemu untuk mendoakan saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Pollo Haryoko dan Ibu Yulia serta Stefani Sera Marcellina. Terima kasih atas bantuan yang diberikan dalam mendukung pembuatan skripsi ini hingga selesai.
vii
Meida Ardiana Putri Universitas Sanata Dharma, 2010
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang aktualisasi diri siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010 dan implikasinya terhadap topik-topik bimbingan klasikal. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subyek penelitian adalah para siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010. Jumlah subyek penelitian adalah 147 orang.
Instrumen penelitian berbentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh penulis dan dikonsultasikan dengan dosen dan guru BK SMK Mikael Solo. Kuesioner yang disusun terdiri dari 44 item berdasarkan 5 aspek-aspek aktualisasi diri menurut Carl Rogers, yaitu: (1) keterbukaan pada pengalaman, (2) kehidupan eksistensial, (3) kepercayaan terhadap organisme orang sendiri, (4) perasaan bebas, (5) kreatifitas, spontanitas, dan humor. Pengukuran validitas menggunakan judgement ahli dan pengukuran reliabilitas menggunakan program SPSS dan teknik analisis data yang digunakan adalah kategori aktualisasi diri berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I. Kategori aktualisasi diri digolongkan menjadi lima, yaitu: “Sangat Tinggi”, “Tinggi”, “Cukup”, “Rendah”, “Sangat Rendah”.
Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa aktualisasi diri siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010 tergolong dalam kategori tinggi. Diketahui siswa yang memiliki aktualisasi diri “sangat tinggi” 17 orang (12%), “tinggi” 81 orang (55%), “cukup” 43 orang (29%), “rendah” 6 orang (4%), dan tidak ada siswa yang memiliki aktualisasi diri yang sangat rendah. Sedangkan hasil penelitian berdasarkan tiap aspeknya menunjukkan bahwa ada 1 aspek dengan jumlah total skor tertinggi dan ada 2 aspek yang memiliki jumlah skor total terendah. Aspek tertinggi memiliki jumlah skor total 547, yaitu aspek perasaan bebas dan 2 aspek terendah memiliki jumlah skor total 376 dan 370, yaitu aspek kepercayaan terhadap organisme orang sendiri dan kreatifitas, spontanitas, humor.
viii
Meida Ardiana Putri Universitas Sanata Dharma, 2010
The goal of this research is to get a view about self -actualization of grade eleven students in SMK Michael (St. Michael Vocational School) in 2009/2010 academic year and its implication to class room guidance topics. This is a descriptive research using survey method. The subjects of this research are grade eleven students of SMK. St. Michael Solo in 2009/2010 academic year.. There are 147 research subjects.
The research tool is in a form of questionnaire composed by the researcher and consulted with lecture and the guidance counselor in SMK St. Michael Solo. The questionnaire consists of forty four items based on five self-actualization aspects by Carl Rogers, namely: (1) openness to experiences, (2) existential life, (3) self confidence (4) indifference, (5) creativity, spontaneity, dan humor. Validity and reliability were accessed by using SSPS program. Data analysis technique used here was self actualization category based on PAP type. There are five categories of self actualization, namely: “Very high”, “High”, “Average”, “Low”, “Very Low”.
The research result in general shows that self- actualization of grade XI students in SMK St. Michael Solo in 2009/2010 academic is considered as HIGH. There are 17 students with “very high” self actualization, 81 students (55%) with “high‟ self actualization, 43 students with “average‟ salf-actualization, 6 students with “low” self actualization, and there are no students with “very low” self actualization. The research result based on each aspect shows that there is one aspect with highest total score and two aspect with lowest total score. The highest aspect, that has total score 547, is indifferent aspect and two lowest aspects that has score 376 and 370 are self confidence and creativity, spontaneity, and humor.
ix
pengharapan yang telah melimpahkan rahmatnya selama penyusunan hingga
terselesaikannya skripsi ini. Skripsi ini disusun berkat bantuan, dukungan, dan
perhatian dari berbagai pihak yang memberikan masukan-masukan yang berharga
bagi penulis.oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. MM. Sri Hastuti, M.si sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling yang telah mendukung dengan memberikan izin dalam
pembuatan skripsi ini.
2. A. Setyandari, S.Pd.,S.Psi.,Psi.,M.A sebagai pembimbing yang senantiasa
memberikan petunjuk dengan sabar untuk membimbing dan mengarahkan
dalam penyusunan skripsi ini.
3. Keluarga besar SMK Mikael Solo, Rm. Tibortius. Agus Sriyono, SJ., M.A.
selaku kepala sekolah, Fr. Mahatma, SJ., selaku sub pamong, Paulus
Widyawan W, S.S., selaku koordinator BK yang telah memberikan ijin
tempat untuk melaksanakan penelitian ini.
4. Ibu Made dan Bapak Margono selaku guru BK yang membantu
menyebarkan kuesioner sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar.
5. Siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010 atas
bantuan dan kerjasamanya yang sangat baik saat pelaksanaan penelitian
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Kedua orang tua saya yang senantiasa dengan sabar mendampingi dan
x
Budhe Riah dan Pakde Trimo, serta Bulek Yekti dan Oom Happy yang
selalu senantiasa membantu baik material maupun spiritual dalam
menyelesaikan skripsi ini. Para sepupu Mas Hari, Mbak Sari, Mas Antok,
Mas Yudo, Mas Tinus, dan Dek Zita terima kasih atas dukungan yang
diberikan serta perhatiannya.
8. Para suster-suster FCJ; Sr. Margaret, Sr. Clare, Sr. Irene, Sr. Inez, Sr.
Hartini, Sr. Dewi, dan Sr. Herlina yang selalu membimbing,
mendampingi, dan senantiasa membantu untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak Pollo Haryoko dan Ibu Yulianingsih yang sangat murah hati selalu
membantu saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas
perhatian dan doa yang bapak dan ibu berikan.
10.Adik saya yang terkasih Stefani Sera Marcellina yang senantiasa
mendukung dan mendampingi saya menyelesaikan skripsi ini.
Sahabat-sahabat saya Selvister Lucky dan Yohanes Sapto Prabowo untuk
kebersamaan, perhatian dan dukungan disaat pembuatan skripsi ini.
11.Sahabat tercinta saya Rose Endah Cahyaningrum yang senantiasa
menemani dan bekerjasama dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
atas penguatan yang selalu diberikan dan cinta kasih yang dicurahkan
xi
Ayu, Mas Adven, Kak Sepri, Rm. Koko, Kak Sanggo, dan Ika yang selalu
memberikan dukungan, doa dan perhatian untuk menyelesaikan skripsi ini.
14.Teman saya Unyit dan Mas Bayu yang selalu membantu untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan memberi referensi buku dan memberi
saran terhadap skripsi ini.
15.Wichan yang selalu bersedia direpotin di saat genting dengan boleh
ngeprint gratis dan meminta kertas gratis.
16.Teman-teman Bk angkatan 2005 yang senantiasa memberikan dukungan
xii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
ABSTRAK... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Perumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian... 6
E. Definisi Operasional... 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA... 8
A. Aktualisasi Diri... 8
1. Pengertian aktualisasi diri ... 8
xiii
1. Pengertian remaja... 18
2. Tugas perkembangan remaja... 19
3. Ciri-ciri masa remaja... 20
C. Bimbingan dan Konseling SMK Mikael Solo... 22
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 24
A. Jenis Penelitian... 24
B. Subjek Penelitian... 24
C. Instrumen Penelitian... 25
1. Jenis Alat ukur... 25
2. Format Pernyataan... 28
3. Penentuan Skor... 28
4. Validitas... 29
5. Reliabilitas... 32
D. Prosedur Pengumpulan Data... 33
E. Teknik Analisa Data... 34
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 36
A. Hasil penelitian... 36
B. Pembahasan... 36
BAB V. TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL YANG RELEVAN
xiv
A. Kesimpulan... 55
B. Saran-saran... 55
DAFTAR PUSTAKA... 58
xv
Tabel 3 : Rincian item gugur... 30
Tabel 4 : Daftar korelasi reliabilitas... 31
Tabel 5 : Jadwal kegiatan penelitian... 32
Tabel 6 : Daftar klasifikasi... 33
xvi
Lampiran 3 : Correlations... 60
Lampiran 4 : Hasil analisis validitas... 61
Lampiran 5 : Tabulasi data... 63
Lampiran 6 : Surat judgement ahli... 67
Lampiran 7 : Surat penelitian... 68
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memiliki kepribadian yang sehat merupakan harapan semua orang.
Kepribadian yang sehat merupakan cara seseorang untuk memahami dan
mengenali dirinya sendiri sesuai dengan keadaan dan realita yang ada
(Alwisol, 2006:317). Menurut Alwisol (2006:322) kunci utama untuk
memiliki kepribadian yang sehat adalah memahami keadaan diri sendiri.
Kepribadian yang sehat dimiliki orang yang rasional dan sadar tidak dikontrol
oleh masa lampu (Schultz, 1991:43). Rogers mengemukakan cara
memandang dirinya sesuai dengan masa sekarang atau keadaan dirinya yang
sekarang bagi kepribadian yang sehat jauh lebih penting dari pada masa
lampau. Pengalaman masa lampau hanya membantu seseorang untuk
memandang dirinya pada masa sekarang (Schultz, 1991:43). Rogers percaya
bahwa apa yang ada pada realita sekarang merupakan kepribadian yang unik
bagi setiap orang (Schultz, 1991:44).
Rogers mengemukakan bahwa kepribadian yang sehat bukan
merupakan suatu keadaan dari yang ada, melainkan suatu proses, yaitu suatu
arah bukan tujuan (Schultz, 1991:50). Sebuah proses, membentuk kepribadian
yang sehat, yaitu melalui rentangan-rentangan waktu dalam menjalani
kehidupan. Dengan demikian melalui proses seseorang dapat berkembang dan
kepribadian yang sehat yaitu seseorang yang mengalami perkembangan dan
pertumbuhan. Perkembangan dan pertumbuhan tiap orang akan tampak, salah
satunya jika orang tersebut mengalami proses pemenuhan diri. Dalam proses
ini orang yang bersangkutan akan menggunakan semua bakat atau potensi diri
untuk sesuatu yang bermanfaat. Dorongan akan kebutuhan pemenuhan diri itu
sendiri ada pada diri setiap orang sejak lahir (Schultz, 1991:45).
Menurut Rogers, proses pemenuhan diri bukan merupakan suatu
kondisi yang selesai atau statis tapi berlangsung terus-menerus
(Schultz:1991:50). Proses yang terus menerus ini dimulai dengan tahap awal
yaitu penerimaan diri. Penerimaan diri merupakan kemampuan seseorang
untuk memandang dirinya apa adanya sesuai dengan realita (Robert,
1991:11). Kemampuan seseorang untuk memahami kelemahan dan kelebihan
dirinya sendiri. Sering terjadi, tahap awal ini tidak dilalui dengan baik
sehingga proses pemenuhan dirinya juga kurang optimal.
Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa (Olds, 2001:40). Transisi perkembangan
pada masa remaja berarti sebagian perkembangan kanak-kanak masih dialami
namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990:58).
Erikson (2001:129) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa
pencarian identitas diri. Pencarian identitas merupakan proses untuk
mencapai pemenuhan diri. Proses tersebut berada dalam masa transisi ini.
Namun, mengalami transisi dari usia kanak-kanak menuju usia dewasa
Remaja mulai diharapkan untuk mampu memenuhi kebutuhannya sendiri
tanpa terus bergantung dengan orang lain (Drajat, 959:34). Dalam tahap
perkembangan remaja, mereka diharapkan berani untuk bertanggung jawab
mengembangkan potensinya sehingga bermakna bagi orang lain. Remaja
yang sedang mengusahakan pemenuhan diri adalah orang yang bebas untuk
mengembangkan seluruh potensinya menjadi manusia yang berkembang
seutuhnya, tidak hanya dalam hubungannya dengan diri sendiri, namun
sesama dan Tuhan serta mencakup berbagai segi, intelektualitas, moralitas,
sosial maupun religiositas
Sulitnya remaja menerima diri dapat menjadi hambatan dalam usaha
pemenuhan diri sehingga memungkinkan remaja mengalami kesulitan untuk
berkembang menjadi manusia yang penuh. Pemenuhan diri itu sendiri pada
dasarnya merupakan proses menjadi diri sendiri sekaligus mengembangkan
sifat-sifat serta potensi-potensi psikologisnya yang unik. Proses pemenuhan
diri yang kemudian lebih dikenal dengan aktualisasi diri merupakan
perkembangan untuk menemukan jati diri dan tumbuhnya potensi yang ada
atau terpendam (Moi, 2003:5). Proses ini menjadi tidak mudah terutama bagi
kaum remaja yang sering mengalami konflik penerimaan diri. Kebutuhan
untuk diterima dan dinilai positif oleh orang lain merupakan kebutuhan yang
besar dalam diri remaja (Boeree, 2004:323). Remaja yang mengalami hal
tersebut sulit untuk mengenali potensinya sehingga akan sulit pula untuk
pemenuhan dirinya. Dalam hal ini, dukungan dari lingkungan dimana remaja
yang sudah dewasa akan memberi pengaruh dalam proses pemenuhan
dirinya. Latar belakang tersebut mendorong peneliti untuk mengadakan
penelitian mengenai proses pemenuhan diri yang dialami oleh anak remaja.
Remaja yang dipilih oleh peneliti adalah siswa-siswa kelas XI yang
bersekolah di SMK Mikael Solo. Selain itu peneliti juga memiliki asumsi
terhadap siswa-siswa SMK bahwa aktualisasi diri mereka adalah rendah.
Banyaknya waktu yang digunakan untuk berinteraksi dengan mesin daripada
manusia ini yang menimbulkan peneliti memiliki asumsi seperti diatas.
Salah satu tujuan layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah
membantu perkembangan siswa secara optimal. Cirinya antara lain membantu
siswa supaya dapat mengenali keadaan diri sendiri serta mengarahkan siswa
untuk mampu menerima dirinya sehingga akhirnya dapat mengoptimalkan
potensi diri mereka. Sesuai dengan ide pokok yang dikemukakan dalam teori
Rogers bahwa seorang konselor dibutuhkan bagi orang yang
mengaktualisasikan diri yaitu orang yang memiliki kemampuan untuk
mengerti diri sendiri dan menangani masalah-masalah dalam dirinya sendiri.
Konselor berperan menciptakan kondisi agar mempermudah seseorang
mencapai aktualisasi diri. Dengan demikian, dalam proses ini peranan
bimbingan konseling akan membantu individu untuk mengambil keputusan
dan berani bertanggung jawab akan resiko yang dihadapinya nanti. Guru
pembimbing mengarahkan siswa remaja untuk memiliki kepribadian yang
sehat sehingga mereka tumbuh dan berkembang dengan baik. Maka peran
Melalui penelitian ini, peneliti juga terpanggil untuk membantu
siswa-siswa SMK Mikael dengan cara mensosialisasikan pentingnya menjadi
remaja yang berkepribadian sehat melalui proses aktualisasikan diri.
Sosialisasi ini akan dilakukan melalui pengarahan dan pemberian bimbingan
klasikal dengan topik-topik bimbingan yang sesuai dan bermanfaat bagi
siswa. Dengan sosialisasi ini, diharapkan hambatan siswa dalam proses
penerimaan dan pengembangan dirinya akan semakin berkurang sehingga
para siswa mampu mencapai pemenuhan diri secara optimal. Harapan dari
penelitian ini memaksimalkan potensi diri siswa-siswa SMK Mikael sehingga
mereka akan terbantu dan terarahkan untuk menjadi pribadi yang unggul
dalam 3C, competence, conscience, dan compassion, sesuai dengan visi misi
sekolah. Maka sangat penting bagi siswa-siswa SMK Mikael Solo untuk
mengaktualisasikan dirinya dengan demikian mereka akan menjadi pribadi
yang unggul memiliki nilai-nilai yang lebih dari dirinya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah aktualisasi diri siswa-siswa remaja kelas XI SMK
Mikhael Solo tahun pelajaran 2009/2010 menurut Carl Rogers?
2. Topik-topik bimbingan klasikal manakah yang sesuai untuk
siswa-siswa kelas XI SMK Mikhael Solo tahun pelajaran 2009/2010 untuk
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui aktualisasi diri siswa-siswa kelas XI SMK Mikhael Solo
tahun pelajaran 2009/2010 menurut Carl Rogers.
2. Memberikan usulan tentang topik-topik bimbingan klasikal yang
cocok untuk meningkatkan aktualisasi diri siswa-siswa kelas XI SMK
Mikhael Solo tahun pelajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru pembimbing
untuk mendapatkan informasi tentang aktualisasi diri siswa-siswa kelas XI
di SMK Mikael Solo serta mendapatkan informasi topik-topik yang sesuai
untuk mengarahkan siswa menuju aktualisasi diri.
E. Definisi Operasional
1. Aktualisasi diri adalah tingkat sejauh mana dimiliki sifat-sifat atau
ciri-ciri kepribadian seperti yang dimaksudkan dalam item yang
digunakan.
2. Siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010
adalah siswa-siswa yang terdaftar sebagai siswa kelas XI SMK Mikael
Solo pada tahun pelajaran 2009/2010.
3. Bimbingan klasikal adalah bimbingan yang diberikan pada siswa
dengan jumlah lebih dari satu orang yang sifatnya preventif dan
cara, misalnya dibentuk kelompok diskusi, diberikan bimbingan
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Aktualisasi Diri
1. Pengertian Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri merupakan proses untuk mewujudkan kepribadian,
kemampuan, serta potensi unik seseorang agar terus bertumbuh serta
berkembang. Aktualisasi diri dimulai dengan menerima diri apa adanya
serta mampu menjadi bijaksana (Vallet,1991:16). Rogers mengatakan
bahwa aktualisasi diri bukanlah suatu keadaan yang ada melainkan suatu
proses yang berlangsung terus; tidak pernah selesai atau statis
(Schultz,1991:50). Rogers mengartikan aktualisasi diri sebagai motivasi
yang menyatu dalam hidup manusia, yang bertujuan mengembangkan
seluruh potensinya sebaik mungkin (Boeree, 2004:318).
Orang yang memiliki kepribadian yang sehat salah satu caranya
adalah mampu untuk mengaktualisasi diri yaitu semakin berkembang
menjadi pribadi yang matang dengan memiliki kemampuan-kemampuan
yang bertambah dan mencapai pemenuhan diri (Supratiknya, 1995:11).
Dengan mengaktualisasi diri akan menghindarkan seseorang dari
gangguan neurosis sebab seseorang yang mengaktualisasikan diri akan
memanfaatkan dan menggunakan bakat serta potensinya semaksimal
mungkin sehingga akan mengalami perasaan-perasaan yang bahagia bagi
mengaktualisasikan diri setiap saat akan mengalami perasaan puas dan
bahagia (Schultz, 1991:50).
Menurut Rogers orang yang beraktualisasi diri merupakan orang
yang berfungsi sepenuhnya. Dalam arti orang yang mampu menyelaraskan
pengalaman, kesadaran diri dan komunikasi (Lindzey,1993:128). Teori
Rogers menekan pada pengalaman individu dalam mencapai tingkat
pemenuhan diri. Dengan demikian semua pengalaman yang ada akan
melibatkan diri secara penuh dalam perkembangan hidupnya.
Aktualisasi diri menurut Rogers adalah proses menjadi diri sendiri
dan mengembangkan sifat-sifat serta potensi-potensi psikologisnya yang
unik (Schultz, 1991:46). Untuk mencapai proses aktualisasi diri perlu
memiliki kemauan untuk merubah diri dari waktu ke waktu secara
bertanggung jawab dan memiliki motivasi yang jelas (Moi, 2004:15).
Terkadang seseorang mencapai proses aktualisasi bergantung pada
kebutuhan cinta yang didapatkan. Rogers menyebut kebutuhan cinta
tersebut dengan Positive regard (penghargaan positif). Positive regard
(penghargaan positif) merupakan suatu kebutuhan yang memaksa dimiliki
oleh semua manusia; pada setiap orang terdorong untuk mencari positive
regard. Saat seseorang tidak mendapatkan penghargaan yang positif maka
mereka akan mengalami kekecewaan dan akan mengorbankan aktualisasi
diri (Schultz, 1991:47). Keadaan ini dipicu karena adanya keadaan yang
dikondisikan sehingga dapat menyebabkan orang bekerja keras untuk
Kepribadian yang sehat merupakan penerimaan atau “penghargaan positif tanpa syarat” (Schultz, 1991:49). Kecenderungan orang akan
memberikan penghargaan ketika kita berusaha patuh dan menunjukkan
kebaikan bukan karena memang kita memerlukan itu. Syarat-syarat itu
yang mengikat kita untuk berusaha mendapatkan penilaian dari orang lain
dan bukan karena aktualisasi yang ada dalam diri kita (Boeree,2004:324).
Adanya keseimbangan diri ideal dengan diri riil menurut Rogers
(Boeree,2004:325) akan menjauhkan kita dari neurosis dan pertahanan diri
serta mudah untuk mengaktualisasikan diri. Dalam mengaktualisasikan
diri kita harus terbebas dari sikap pertahanan diri. Sebab dengan
pertahanan diri kita akan menolak kenangan atau pengalaman-pengalaman
buruk yang ada dalam diri kita. Rogers (Boeree,2004:325)
mengungkapkan bahwa pertahanan diri adalah persepsi dari pengalaman
atau kenangan yang buruk.
Alasan orang menolak untuk mengingat pengalaman buruk adalah
karena mereka merasa berada dalam situasi terancam. Misalnya, seorang
siswa yang merasa terancam oleh nilai ujian yang jelek akan menuduh cara
guru mengajar yang jelek atau soal-soalnya yang tidak sesuai. Siswa
tersebut memiliki persepsi bahwa nilai yang jelek akan dijauhi oleh
teman-teman. Persepsi ini yang membuat keadaa dirinya menjadi terancam,
sehingga ia melakukan pertahanan diri dengan melemparkan kesalahan
pada orang lain. Tanpa melihat realita yang terjadi bahwa ia dapat belajar
Memisahkan diri ideal dan diri riil akan menimbulkan rasa cemas.
Rasa cemas yang semakin meningkat akhirnya akan membuat seseorang
melakukan berbagai macam cara untuk bertahan. Dengan demikian akan
menyulitkan seseorang untuk mengaktualisasikan diri. Aktualisasi diri
merupakan suatu proses yang sukar dan kadang-kadang menyakitkan
(Schultz,1991:50). Aktualisasi diri merupakan suatu ujian terhadap semua
kemampuan seseorang untuk berani ada pada dirinya sendiri. Maka proses
aktualisasi terkadang merupakan hal yang menyakitkan sebab kita terjun
langsung pada pengalaman hidup kita secara mendalam meski pengalaman
yang pahit sekalipun. Mereka tidak bersembunyi dibelakang
topeng-topeng atau kedok dan berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan dirinya
sendiri. Orang yang mengaktualisasikan diri setiap saat merasa dirinya
bahagia atau puas dan berarti bagi orang lain (Schultz,1991:51). Selain itu
orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya tidak bersikap agresif.
Maslow mengungkapkan bahwa orang yang mencapai aktualisasi
diri mampu menguasai segala faktor dalam hidupnya, sehingga dapat
menghindarkan tekanan-tekanan perasaan atau hal-hal yang membawa
frustasi (Koeswara,1986:230). Orang yang mengaktualisasikan diri lebih
menikmati hidup, bukan karena mereka bebas dari kesulitan dan
kesedihan, melainkan karena mereka lebih mampu mengambil manfaat
hidup dan lebih menghargai kehidupan.
Maslow juga berpendapat bahwa kebutuhan manusia yang tertinggi
kebutuhan individu untuk mewujudkan dirinya sebagai apa yang ada
dalam kemampuannya atau kebutuhan individu untuk menjadi apa saja
menurut potensi yang dimilikinya (Schultz,1991:90).
2. Ciri-ciri orang yang mengaktualisasikan diri
Rogers mengemukakan ciri-ciri orang yang mengaktualisasikan diri
sebagai berikut (Schultz,1991:51):
a. Terbuka dan fleksibel pada setiap pengalaman yang terjadi dalam
hidupnya. Menerima setiap pengalaman yang terjadi dalam
hidupnya baik suka maupun duka. Mampu mengambil hikmah dari
setiap pengalaman yang terjadi.
b. Tidak bersikap defensif
c. Memiliki emosi yang positif
d. Memiliki kepribadian yang fleksibel dalam bertindak maupun
terhadap keputusan
e. Merasakan kegembiraan di setiap pengalaman yang dialami
f. Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan-lingkungan yang baru
dan perubahan-perubahannya
g. Memiliki keterbukaan pada setiap moment yang ada
h. Berani mengambil keputusan dan menerima resikonya dengan
pertimbangan yang dilihat dari berbagai segi pada setiap situasi
i. Memilih dan mengambil tindakan secara bebas tanpa mengalami
j. Percaya diri tidak tergantung pada orang lain dan tidak
dikendalikan oleh pengalaman masa lampau
k. Spontan dan kreatif dalam melakukan tindakan sesuai respon yang
ada tidak dibuat-buat.
3. Aspek-aspek Aktualisasi Diri
Rogers (Schultz, 1991:51-55) mengemukakan beberapa aspek
atau sifat orang yang mengaktualisasikan diri sebagai berikut:
a. Keterbukaan pada Pengalaman
Orang yang mengaktualisasikan diri menerima pengalaman dengan
fleksibel sehingga memimbulkan persepsi yang baru. Dengan
demikian ia akan mengalami banyak emosional positif maupun
negatif sehingga akan terhindar dari sifat defensif. Orang yang
mampu terbuka pada pengalaman memiliki persepsi yang positif
dan akurat tentang pengalaman yang dialaminya serta perasaannya
sendiri (Boeree;2004:328). Keterbukaan merupakan hal yang
penting dalam mengaktualisasikan diri. Seseorang yang terbuka
pada pengalamannya tidak terhambat oleh syarat-syarat apapun
serta mengalami kebebasan terhadap semua perasaannya.
b. Kehidupan Eksistensial
Kehidupan eksistensial yaitu kehidupan di sini dan sekarang.
Rogers menegaskan bahwa kita tidak hidup di masa lalu atau masa
kedua belum terjadi. Masa sekarang adalah satu-satunya realitas
yang kita miliki. Ini bukan berarti kita tidak seharusnya mengenang
atau belajar dari masa lalu. Bukan pula berarti kita tidak bisa
merencanakan atau bahkan berangan-angan tentang masa yang
akan datang. Rogers mengartikan bahwa kita seharusnya
memandang sesuatu sebagai mana adanya, kenangan dan
angan-angan adalah sesuatu yang kita alami disini dan sekarang
(Boeree;2004:328). Orang yang mengaktualisasikan diri
mengalami keterbukaan terhadap pengalaman hidup yang dialami.
Menemukan sesuatu yang baru dan bermakna dari setiap peristiwa
yang terjadi serta adanya kecenderunagan untuk berubah. Hidup
yang eksistensial yaitu adanya kemampuan untuk menyesuaikan
diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
c. Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri berarti kepercayaan
yang diberikan pada diri sendiri untuk bertindak sesuai dengan
keputusan sendiri yang dirasakan oleh dirinya benar, sehingga ia
dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan
sangat baik. Percaya dan yakin pada diri sendiri, melakukan apa
yang menurut diri baik menurut Rogers merupakan hal yang harus
dipercayai (Boeree;2004:328).
Perasaan bebas berarti mengalami kebebasan tanpa adanya
paksaan, tekanan, dan ancaman yang datang dari pihak manapun.
Individu yang merasa bebas memiliki kepercayaan terhadap diri
sendiri bahwa masa depannnya tidak tergantung pada peristiwa
masa lampau sehingga ia dapat melihat banyak pilihan dalam
kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin
dilakukannya. Kita akan merasa bebas kalau ada pilihan yang
ditawarkan. Rogers mengatakan orang yang mengaktualisasikan
diri dapat merasakan kebebasan dan bertanggung jawab atas apa
yang jadi pilihannya.
e. Kreatifitas, Spontanitas dan Humor
Kreatifitas, spontanitas dan humor merupakan faktor juga untuk
membantu individu berfungsi sepenuhnya. Keterbukaan diri
terhadap pengalaman dan kepercayaan pada diri sendiri akan
mendorong seseorang untuk memiliki kreatifitas dengan ciri-ciri
bertingkah laku spontan dan apa adanya. Kreatifitas merupakan
suatu sikap atau ungkapan cara bagaimana kita mengamati dan
bereaksi terhadap hasil-hasil karya dunia (Schultz, 1991:110).
Spontanitas merupakan sikap yang tidak dibuat-buat atau bersikap
wajar. Sedangkan humor merupakan sikap seseorang yang mampu
melihat sisi yang membuat dirinya maupun orang lain tersenyum
Aspek-aspek pengaktualisasian diri pada Rogers merupakan
juga sifat-sifat yang diharapkan untuk dimiliki oleh seorang yang
sehat. Orang yang mengaktualisasikan diri akan tampak pada
perkembangan hidup yang penuh seperti memahami diri, menerima
diri sendiri maupun orang lain. Selain itu orang yang
mengaktualisasikan diri mampu untuk melawan pengaruh-pengaruh
sosial yang akan menimbulkan dampak negatif bagi mereka.
4. Tiga hal yang mempengaruhi aktualisasi diri
Menurut Rogers (Boeree,1997;321) ada 3 hal yang mempengaruhi
seseorang sulit mengaktualisasikan diri:
a. Perhatian Positif Kondisional
Kecenderungan individu untuk menilai diri sendiri sesuai standar
yang diberikan oleh orang lain dan bukan karena usaha diri sendiri
untuk menilai dirinya sesuai dengan potensi yang ada dalam
dirinya. Individu akan memperoleh perhatian positif terhadap diri
sendiri setelah mendapatkan perhatian positif dari orang lain tanpa
memandang rasa berharga pada dirinya sendiri (Boeree,1997:321).
Syarat-syarat yang diberikan masyarakat inilah yang menghambat
individu untuk sulit mengaktualisasikan dirinya. Misalnya individu
akan memperoleh perhatian dan pujian kalau individu tersebut
mampu menunjukkan rasa “patuh” dan “baik”. Maka syarat-syarat
perhatian positif dan mereka cenderung akan mengikuti masyarakat
dan bukan dari dirinya sendiri. Jadi, hal tersebut yang membuat
individu tidak mampu menegaskan rasa berharga pada diri sendiri
secara pribadi.
b. Ketidaksebidangan
Menurut Rogers dalam diri individu terdapat 2 pertimbangan diri
yaitu: diri riil dan diri ideal. Diri riil yaitu individu sebagaimana
adanya jika segala sesuatu berjalan dengan baik. Sedangakan diri
idela yaitu sesuatu yang tidak riil sesuatu yang tidak akan pernah
dicapai dan tidak akan pernah dipenuhi (Boeree,1997;323). Adanya
pemisahan antara diri riil dengan diri ideal inilah yang
menyebabkan ketidaksebidangan dan terjadi hambatan dengan
mengaktualisasikan diri. Ketidaksebidangan inilah yang disebut
Rogers sebagai neurosis yaitu ketidakselarasan dengan diri sendiri
antara “saya sebagai adanya” dengan “saya sebagaimana seharusnya”.
c. Pertahanan
Dalam situasi ketidaksebidangan membawa individu berada dalam
situasi teramcam. Situasi yang mengancam akan menimbulkan
kecemasan. Kecemasan adalah tanda yang memberitahukan bahwa
adanya kesulitan yang akan dihadapi. Kecenderungan remaja
mudah untuk menghindari masalah dengan membuat pertahanan
situasi yang mengancam. Mekanisme pertahanan diri yang
digunakan remaja yaitu pengingkaran dan penafsiran
(Boeree,1997;325). Pengingkaran merupakan sebuah situasi yang
mengancam secara bersamaan. Pengingkaran misalnya, remaja
akan berusaha menyingkirkan kenangan atau pengalaman buruk
yang memancing mereka menyadarinya ataupun mengingatnya.
Situasi yang demikian inilah yang membuat mereka menolak akan
pengalaman pahitnya. Sedangakan penafsiran merupakan sebuah
situasi yang tidak rasional. Penafsiran misalnya, remaja yang lebih
menyalahkan kondiri/keadaan bahkan orang lain tanpa melihat
realita keadaan dirinya sendiri saat menghadapi kesulitan.
B. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja adalah individu yang telah melewati masa kanak-kanak
dengan adanya beberapa perubahan seperti perubahan fisik, psikis, dan
sosial. Remaja yang dalam bahasa asing disebut adolescentia dari bahasa
latin adolescere yang artinya ’tumbuh untuk mencapai kematangan’ atau ’tumbuh menjadi dewasa’. Anak dalam masa pubertas dianggap dewasa
dan sudah mampu mengadakan reproduksi (Hurlock,1978;206).
Perkembangan remaja mencakup kematangan mental, emaosional, fisik
dan sosial. Pandangan ini didukung oleh piaget (Hurlock,1991) yang
individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia
dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang
yang lebih tua melainkan sama atau paling tidak wajar.
Masa remaja dibedakan antara laki-laki dan perempuan
(Mappiare,1982). Bagi perempuan berlangsung antara umur 12-22 tahun
sedangkan untuk laki-laki muali dari umur 13-22 tahun. Masa remaja ada
diantara anak-anak dengan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering
dikenal dengan fase “mencari jati diri”. Erikson mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa dimana terbentuk suatu perasaan baru
mengenai identitas. Identitas mencakup cara hidup pribadi yang dialami
sendiri dan sulit dikenal oleh orang lain. Dalam masa ini terjadi gejolak
yang meningkat dan biasanya dialami setiap orang (Sulaeman,1995).
2. Tugas Perkembangan Masa Remaja
Tugas perkembangan remaja adalah kemampuan-kemampuan yang
haris dikuasai oleh remaja (Hurlock,1980;209). Tugas perkembangan masa
remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku
kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan
berprilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja
menuru Hurlock (1991;11) adalah sebagai berikut:
a. Mampu menerima keadaan fisiknya
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis
d. Mencapai kemandirian emosional
e. Mencapai kemandirian ekonomi
f. Mencapai pemenuhan diri dan pengembangan potensi diri
g. Mengembangkan konsep dengan keterampilan intelektual yang
sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota
masyarakat
h. Memahami nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
j. Memahami dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga
Tugas-tugas perkembangan masa remaja ini amat berkaitan
dengan perkembangan kognitifnya. Kematangan fase kognitif akan
membantu remaja untuk mampu melaksanakan tugas-tugas perkembangan
dengan baik. Perkembangan kognitif diwarnai oleh kemampuan kreatif.
Hal ini sangat dibutuhkan remaja untuk mencapai tugas-tugas
perkembangannya.
3. Ciri-ciri Masa Remaja
Beberapa ciri-ciri yang menandai masa remaja menurut Suardiman
(1995:121-122):
Perkembangan fisik dan mental yang begitu pesat. Masa remaja
menuntut penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap,
minat yang baru.
b. Periode peralihan
Tahap yang sudah dilalui meninggalkan bekas pada apa yang
terjadi sekarang maupun yang akan datang.
c. Periode perubahan
Perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik.
d. Usia bermasalah
Masalah usia remaja sering merupakan masalah yang sulit diatasi
baik oleh anak laki-laki maupun perempuan.
e. Masa mencari identitas
Masa dimana terdapat penyesuain diri dengan kelompok ingin
menunjukkan identitas dirinya.
f. Usia yang menimbulkan ketakutan
Adanya gambaran umum mengenai remaja yang bersikap negatif.
Sering terjadi pertentangan jarak antara remaja dengan orang tua,
guru maupun dengan remaja lain yang sebaya.
g. Masa yang tidak realistik
Remaja melihat dirinya maupun orang lain sebagaimana yang
diinginkan bukan sebagaimana adanya maka remaja mudah sekali
h. Ambang masa dewasa
Muncul perilaku yang menggambarkan perilaku orang dewasa.
C. Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada peserta didik
dalam rangka supaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan
merencanakan masa depan. Bimbingan merupakan usaha bersama antara
guru pembimbing dan guru-guru yang lain untuk membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan dirinya. Salah satu layanan bimbingan
konseling adalah bimbingan klasikal.
Bimbingan klasikal merupakan bimbingan yang diberikan kepada
siswa dalam satuan kelas. Bimbingan klasikal merupakan sarana untuk
menunjuang perkembangan optimal bagi diri siswa. Kegiatan bimbingan
klasikal dilaksanakan sejalan dengan topik-topik yang telah direncanakan
berdasarkan kebutuhan siswa agar dapat memenuhi tugas perkembangan
siswa.
Topik-topik bimbingan klasikal merupakan pokok-pokok bahasan
yang disampaikan sebagai pedoman dalam layanan bimbingan klasikal.
Topik-topik bimbingan berisi pokok bahasan tentang tugas perkembangan
remaja. Bidang-bidang bimbingan dalam pelayanan bimbingan klasikal:
Pelayanan ini bertujuan membantu siswa untuk mengenal dan
menemukan serta mengembangkan pribadi dirinya untuk mencapai
kemandirian.
2. Bidang Bimbingan Sosial
Pelayanan bimbingan ini bertujuan membantu siswa memhami
dirinya dalam bergaul atau berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya.
3. Bidang Bimbingan Belajar
Pelayanan bimbingan di bidang ini bertujuan membantu siswa
mengenal sikap dan kebiasaan belajar yang baik serta dapat
mengembangkan diri untuk mempersiapkan masa depan.
4. Bidang Bimbingan Karier
Pelayanan bimbingan di bidang ini bertujuan membantu siswa
24 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
menggunakan metode survei. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dilaksanakan untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat
penelitian dilakukan (Furchan;1982:415). Penelitian ini dikatakan
deskriptif karena penelitian ini ingin mendeskripsikan peristiwa atau gejala
yang terjadi pada saat penelitian ini dilakukan. Penelitian ini dimaksudkan
untuk mendapatkan gambaran mengenai aktualisasi diri siswa kelas XI
SMK Mikhael Solo tahun pelajaran 2009/2010.
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah kelas XI A, B, C, dan D SMK Mikael
Solo tahun pelajaran 2009/2010. Dalam penelitian ini, tidak ada pemilihan
sampel karena semua anggota populasi dijadikan subjek penelitian.
Tabel 1
Rincian siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010
Kelas Jumlah
XI A 38
XI B 38
XI C 39
XI D 40
Total 155
C. Instrumen Penelitian/Alat Ukur 1. Jenis Alat Ukur
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk
mengukur tingkat aktualisasi diri siswa-siswa kelas XI SMK Mikael
Solo tahun pelajaran 2009/2010. Kuesioner menggunakan rating scale
(skala bertingkat) yang disusun mengikuti prinsip-prinsip skala Likert,
yaitu suatu ukuran subjektif yang memuat sejumlah pernyataan.
Masing-masing pernyataan dilengkapi dengan pilihan yang
menunjukkan tingkatan, mulai dari sangat setuju, setuju, tidak setuju
dan sangat tidak setuju.
Kuesioner aktualisasi diri yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari dua bagian. Bagian pertama merupakan bagian pengantar,
identitas responden serta petunjuk pengisian. Bagian kedua adalah
pernyataan yang mengungkap aspek-aspek aktualisasi diri dan
indikator-indikator item. Kuesioner aktualisasi diri disusun berdasarkan
Tabel 2
c. Mampu menerima pengalaman yang terjadi dalam hidup baik suka
2. Kehidupan Eksistensial. a. Mampu menerima dirinya sendiri baik kelebihan maupun kelemahannya.
3. Kepercayaan terhadap Organisme Orang Sendiri.
a. Percaya diri dalam mengambil keputusan maupun tindakan .
b. Bertanggung jawab pada setiap keputusan yang diambil.
c. Mampu mempertimbangkan setiap situasi dan kondisi agar tidak
b. Tidak tergantung pada orang lain. c. Tidak mudah dipengaruhi oleh orang
5. Kreativitas, Spontanitas dan Humor.
a. Berfikir fleksibel
2. Format Pertanyaan
Item-item yang digunakan dalam kuesioner aktualisasi diri
pada penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang bersifat
favorabel dan pernyataan yang bersifat unfavorabel. Kuesioner yang
digunakan bersifat tertutup dan menggunakan 4 alternatif jawaban
untuk setiap item, yaitu (SS) Sangat Setuju, (S) Setuju, (TS) Tidak
Setuju, (STS) Sangat Tidak Setuju. Format kuesioner dapat dilihat pada
lampiran 1.
3. Penentuan Skor (Skoring)
Penentuan skor untuk setiap jawaban dari item-item pernyataan
adalah sebagai berikut:
a. Untuk pernyataan yang bersifat favorabel jawaban Sangat Setuju
(SS) diberi skor 4, Setuju (S) diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi
skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1.
b. Untuk pernyataan yang bersifat unfavorabel jawaban Sangat Setuju
(SS) diberi skor 1, Setuju (S) diberi skor 2, Tidak Setuju (TS) diberi
skor 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 4.
Subjek diminta untuk memilih salah satu alternatif jawaban
dengan cara memberi tanda centang (√) sesuai dengan pilihannya.
Jawaban-jawaban pernyataan diakumulasi untuk mengungkap tingkat
aktualisasi diri. Semakin tinggi skor, maka semakin tinggi aktualisasi
diri sedangkan semakin rendah, maka semakin rendah pula aktualisasi
4. Validitas dan Reliabilitas
a. Validitas
Validitas adalah taraf sampai dimana suatu alat ukur, mengukur
apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995:242). Validitas menurut
Azwar (2005:5) yaitu sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian
terhadap isi tes dengan analisa rasional atau lewat professional
judgement (Azwar 2004:45). Menurut Furchan (2004:296) validitas isi
tidak dapat dinyatakan dengan angka namun pengesahannya
berdasarkan pertimbangan yang diberikan oleh sejumlah ahli (Expert
Judgement).
Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan validitas isi yaitu
menggunakan professional judgement/judgement ahli. Professional
judgement dilakukan oleh:
1. Dosen Pembimbing Skripsi
2. Koordinator BK SMK Mikael Solo
3. Sub-Pamong SMK Mikael Sol
Nama-nama yang memberikan judgement dapat dilihat pada
lampiran 2.
Untuk pemilihan item-item yang akan digunakan dalam penelitian
Moment dari Pearson (Masidjo, 1995:246) dengan rumus sebagai
berikut:
N∑XY – (∑X) (∑Y) r xy =
√{N∑X² - (∑X)²} {N∑Y²- (∑Y)²} Keterangan:
r xy = Koefisien korelasi validitas item
X = Skor item tertentu yang akan diuji validitasnya
Y = Skor total aspek yang memuat item yang diuji validitasnya.
N = Jumlah responden
Proses penghitungan dilakukan dengan cara memberi skor pada
tiap item dan mentabulasikan ke dalam data penelitian. Penghitungan
dilakukan dengan SPSS 12. Pemilihan item berdasarkan korelasi
item-total, biasanya digunakan batasan ri ≥ 0,275. Semua item yang
memiliki koefisien korelasi minimal 0,275 dianggap memiliki daya
diskriminasinya tinggi dan jika kurang dari 0,275 diinterpretasikan
memiliki daya diskriminasi yang rendah (Azwar, 1999:65).
Rekapitulasi Hasil Penghitungan Item Total Corelations dengan
menggunakan Product Moment dan SPSS 12.0 terdapat pada lampiran
3. Hasil validitas berdasarkan program SPSS versi 12.0 yang dilakukan
terhadap 50 item terdapat 6 item gugur. Item-item yang gugur tersebut
tidak digunakan dalam analisis data. Pada tabel 3 akan disajikan tabel
Tabel 3
Rincian Item yang Gugur
b. Reliabilitas instrument
Reliabilitas berasal dari kata rely dan ability (Azwar, 2004:4).
Reliabilitas suatu tes merupakan taraf dimana instrumen mampu
menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya, yang diperlihatkan
dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil (Masidjo, 1995:209).
Reliabilitas ini mengukur sejauh mana pengukuran itu dapat
memberikan hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam
diri subjek belum berubah dan dapat dipercaya. Reliabilitas tidak
berurusan dengan yang ingin diukur. Pengukuran bisa reliabel (dapat
dipercaya) tanpa harus valid (Furchan, 2004:313)
Pengukuran tingkat reliabilitas instrument ditempuh dengan
metode belah dua (split-half method). Metode belah dua yang dipakai
berdasarkan nomer item bernomer ganjil merupakan belahan pertama
No ASPEK No
item
Nomor item &Pernyataan r xy
1. Keterbukaan pada Pengalaman 40 Saya merasa hidup saya hancur dan tidak berguna ketika putus cinta.
0,192
2. Kehidupan Eksistensial 10 45
Saya merasa Tuhan tidak adil terhadap diri saya.
Saya merasa puas dengan keadaan dan keberadaan diri saya saat ini.
0,258
0,251
3. Kepercayaan terhadap Organisme Sendiri
-
4. Perasaan Bebas 2
22
Saya akan memaksa kehendak saya agar oranglain menyetujui keputusan saya.
dan nomer genap adalah belahan kedua. Proses penghitungan
reliabilitas dengan cara memberi skor pada tiap item yang bernomer
gasal dijadikan belahan pertama (x) dan item yang bernomer genap
dijadikan belahan kedua (y). Kemudian mentabulasi dengan bantuan
Microsoft Excel dan penghitungan selanjutnya dilakukan dengan SPSS
12.0.
Reliabilitas kuesioner dihitung menggunakan rumus Pearson dan
diperoleh hasil rtt=0,773. Penghitungan reliabilitas ada dalam lampiran
3. Koefisien reliabilitas dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien
antara -1,00 sampai dengan 1,00 untuk memberikan arti terhadap
koefisien reliabilitas yang diperoleh, dipakai besar koefisien korelasi
dalam tabel statistik atau dasar signifikansi 1%. Dengan demikian
reliabilitas tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Di bawah ini
disajikan tabel 4 klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas:
Tabel 4
Daftar Korelasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kategori
0,91 – 1,00 Sangat Tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
D. Prosedur Pengumpulan Data.
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 26 April 2010. Pada tabel 5
disajikan jadwal kegiatan penelitian:
adalah 147 siswa dan 8 orang siswa absen.
E. Teknik Analisa
1. Langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisis data yaitu melalui
proses:
a. Menentukan skor-skor dari setiap alternatif jawaban. Alternatif
jawaban favorabel, yaitu: SS diberi skor 4, S diberi skor 3, TS diberi
skor 2, dan STS diberi skor 1. Sedangkan untuk alternatif jawaban
unfavorabel, yaitu: SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 3,
dan STS diberi skor 4.
b. Melakukan skoring dengan bantuan Microsoft Excel.
c. Membuat tabulasi data dan menghitung frekuensi jawaban pada setiap
item SS, S, TS, dan STS.
d. Menghitung besarnya persentase jawaban setiap alternatif jawaban.
e. Mencari presentase setiap aspek-aspek aktualisasi diri dengan
riil yang diperoleh siswa dengan skor yang seharusnya dicapai oleh
siswa. Di bawah ini disajikan tabel 6 daftar klasifikasi aktualisasi diri
berdasarkan PAP tipe 1:
Tabel 6
Daftar Klasifikasi Aktualisasi Diri berdasarkan PAP tipe 1
Tingkat f. Kemudian menyusun peringkat aspek-aspek aktualisasi diri dengan
menjumlahkan skor tiap item yang gunanya untuk memberi gambaran
sebagai bahan usulan topik-topik bimbingan klasikal.
g. Selanjutnya menggunakan bantuan program SPSS 12.0.
2. Mengusulkan topik-topik bimbingan yang sesuai dengan siswa-siswa kelas
XI SMK Mikhael Solo tahun pelajaran 2009/2010 dalam hal meningkatkan
aktualisasi diri.
Berdasarkan hasil penghitungan tersebut diusulkan topik-topik
bimbingan klasikal yang sesuai dengan siswa-siswa kelas XI SMK Mikael
Solo tahun pelajaran 2009/2010. Topik-topik diusulkan berdasarkan
butir-butir yang memiliki skor total terendah. Peneliti akan mengambil 3 nilai
terendah sebagai gambaran pembuatan topik-topik bimbingan klasikal.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan perolehan data secara umum diketahui bahwa aktualisasi diri
siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010 adalah tinggi.
Data yang terkumpul diolah menggunakan PAP Tipe 1 dan hasilnya adalah 12%
sangat tinggi, 55% tinggi, 29% cukup, 4% rendah dan 0% sangat rendah.
Dari data diatas diketahui siswa yang memiliki aktualisasi diri “sangat
tinggi” 17 orang, “tinggi” 81 orang, “cukup” 43 orang, “rendah” 6 orang, dan
tidak ada siswa yang memiliki aktualisasi diri yang sangat rendah. Sedangkan
hasil analisis berdasarkan skor total tiap-tiap butir item terdapat 2 skor terendah
yang kemudian digolongkan pada aspek-aspek aktualisasi diri. Butir dengan skor
terendah dapat dilihat pada tabel 7:
Tabel 7
Rekapitulasi Jumlah Skor Butir Terendah No Aspek Aktualisasi
Diri
Skor Total Nomor Item&Pernyataan
1. Kreatifitas, Spontanitas dan Humor
370 6: Saya merasa tidak berdaya jika berada dalam situasi yang kaku.
2. Kepercayaan terhadap Organisme Orang Sendiri
376 38: Saya merasa canggung untuk memulai percakapan dengan orang yang baru.
Dasar pemilihan butir terendah dilihat dari jumlah skor terendah dari
setiap butir. Alasannya untuk mempermudah peneliti menemukan topik-topik
bimbingan klasikal yang dapat membantu siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo
B. Pembahasan
Hasil penelitian secara umum menggambarkan bahwa aktualisasi diri
siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010 memiliki
aktualisasi diri tinggi. Data yang diperoleh menunjukkan 17 siswa memiliki
aktualisasi diri sangat tinggi (12%), 81 siswa memiliki aktualisasi diri tinggi
(55%), 43 siswa memiliki aktualisasi diri cukup (29%), dan 6 siswa memiliki
aktualisasi diri rendah (4%). Pada penelitian ini tidak terdapat siswa yang
memiliki aktualisasi diri sangat rendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
aktualisasi diri siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010
belum tinggi dikarenakan masih adanya siswa yang memiliki aktualisasi dalam
kategori rendah.
Bila perkembangan diri siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun
pelajaran 2009/2010 tidak dibimbing dengan baik untuk mencapai aktualisasi diri
maka akan berdampak pada perkembangan kepribadian diri siswa tersebut.
Remaja bebas untuk mengembangkan potensinya, itu akan mengarahkan mereka
pada aktualisasi diri, namun jika tidak ada yang membantu dapat berpengaruh
pada perkembangan karakteristinya. Misalnya mereka menjadi sulit untuk
menyesuaikan diri sendiri maupun orang lain, menjadi kurang percaya diri sendiri
bahkan dengan orang lain, atau dapat juga memiliki konsep yang tidak baik
terhadap dirinya.
Meskipun siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo belum mampu
mengaktualisasikan diri secara optimal, namun mereka dapat mengarahkan diri
hidup. Masa transisi yang dialami oleh para siswa-siswa kelas XI SMK Mikael
solo yang merupakan usia remaja dapat menjadi suatu latar belakang dalam
pencapaian aktualisasi diri. Walaupun demikian para siswa kelas XI SMK Mikael
memiliki dorongan untuk mengaktualisasikan diri. Setiap orang memiliki
dorongan untuk mengaktualisasi diri dan hal itu ada sejak lahir seperti yang
diungkapkan Rogers (dalam Schultz, 1991).
Rogers mengatakan bahwa aktualisasi diri berlangsung terus bukanlah
suatu kondisi yang statis atau selesai. Maka siswa-siswa kelas XI SMK Mikael
Solo tahun pelajaran 2009/2010 akan mampu untuk mengarahkan dirinya pada
pengaktualisasi diri yang tinggi. Seperti yang dikatakan Maslow bahwa sulit
menemukan orang yang mengaktualisasikan diri untuk mencapai semua
aspek-aspek aktualisasi diri. Namun mampu mencapai beberapa dari keseluruhan aspek-aspek
aktualisasi diri. Oleh karena itu sangatlah penting membantu para siswa-siswa
kelas XI SMK Mikael Solo untuk mengarahkan dan memperkuat aktualisasi diri
melalui aspek-aspek aktualisasi diri.
Rogers mengatakan bahwa mengaktualisasikan diri merupakan proses
menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat serta potensi-potensi
psikologisnya yang unik (Schultz;1991:44). Meskipun remaja belum mampu
mengaktualisasikan diri dengan optimal, namun remaja mampu untuk merasa
bebas mengembangkan semua potensinya untuk menuju tujuan terakhir dari
Berikut ini akan dibahas hasil penelitian dengan menyoroti butir-butir
aktualisasi diri dengan jumlah skor tertinggi dan terendah dari tiap aspek-aspek
aktualisasi diri.
1. Butir aktualisasi diri dengan jumlah skor tertinggi
Dari hasil penelitian hanya terdapat satu butir yang memiliki jumlah skor
total tertinggi yang dicapai siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun
pelajaran 2009/2010. Butir tersebut tergolong pada aspek perasaan bebas dengan
jumlah skor 547. Dengan demikian dapat digambarkan bahwa aktualisasi diri
yang dicapai siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010
belum tinggi. Karena hanya terdapat satu saja aspek dengan jumlah skor tertinggi
yang dicapai siswa-siswa kelas XI Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010.
Hal ini tidak sesuai dengan apa yang dikatakan Rogers bahwa orang yang
berfungsi sepenuhnya (mengaktualisasikan diri) dapat mencapai lima aspek yang
ia kemukankan. Berarti dapat diketahui bahwa masih sangat minimalis aktualisasi
diri siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010.
Kemungkinan yang terjadi karena sekolah ini selalu membantu siswa untuk
menyalurkan setiap potensi yang dimiliki, maka mereka merasa bebas untuk
menyalurkan potensi tanpa harus dibatasi atau dikekang. Siswa-siswa kelas XI
SMK Mikael Solo memiliki pendampingan yang mempermudah proses evaluasi
dan refleksi dengan tujuan yang Cura Personalis yaitu memberikan perhatian
pada siswa secara mendalam (Kira, 2007:9).
Keadaan sekolah yang homogen (hanya satu jenis) juga memungkinkan
tempat yang memiliki kesamaan tugas perkembangan masa remaja laki-laki.
Selain itu dapat juga karena para siswa kelas XI berada dalam tahap
perkembangan remaja yang masih membutuhkan proses panjang untuk
menemukan jati dirinya. Demikian juga dengan pencapaian aktualisasi diri.
Aspek tertinggi yang dicapai siswa berhubungan erat dengan
perkembangan emosi dan sosial usia remaja. Keinginan untuk bersosialisasi tinggi
inilah yang dapat menumbuhkan perasaan bebas para siswa adanya keinginan
untuk mengeksplorasi diri. Hal ini dikarenakan aspek tersebut dapat membantu
siswa untuk mengaktualisasikan diri dengan mengembangakan potensi-potensi
unik yang ada dalam diri siswa tanpa mengalami tekanan dari pihak manapun.
Kebebasan yang dirasakan para siswa bukan berarti kebebasan untuk
melanggar aturan sekolah dari kewajiban belajar sebab sekolah ini selalu
menanamkan kedisiplinan. Namun perasaan bebas yang dialami para siswa
kemungkinan adalah perasaan bebas berbicara ataupun bebas berpendapat yang
mungkin dalam keluarga tidak dapat mereka lakukan. Perbedaan pendapat yang
mungkin terjadi dalam keluarga para siswa membuat mereka merasa sangat tidak
bebas dan mengalami kekangan. Hal tersebut cenderung tidak menyenangkan bagi
para siswa yang merupakan usia remaja. Peristiwa tersebut dapat terlihat dalam
buku kasus di sekolah yang menunjukkan bahwa banyak siswa yang terlibat kasus
sekolah memiliki hubungan keluarga yang kurang harmonis (Buku
Kasus:2008/2009). Maka memang benar bahwa mereka merasa kebebasan saat di
Selain itu dengan memiliki perasaan bebas dapat juga membantu siswa
untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain karena tidak mengalami paksaan
dari orang lain. Maka memiliki perasaan yang bebas berhubungan erat juga
dengan ciri-ciri siswa yang notabene adalah remaja yaitu mencari identitas.
2. Butir aktualisasi diri dengan jumlah skor terendah
Dari hasil penelitian terdapat dua butir aktualisasi diri yang memiliki
jumlah skor terendah. Butir tersebut tergolong pada aspek kreativitas, spontanitas
dan humor (370) serta aspek kepercayaan terhadap organisme orang sendiri (376).
Hasil penelitian tersebut dapat menggambarkan bahwa siswa-siswa kelas XI SMK
Mikael tahun pelajaran 2009/2010 mengalami kurangnya keterbukaan terhadap
pengalaman dan rasa kurang percaya diri sebab kedua hal tersebut yang
mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dan bertingkah apa adanya
(Schultz, 1991). Maka kedua aspek diatas memiliki hubungan yang sangat erat
dalam mencapai aktualisasi diri.
Siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo memiliki jumlah skor terendah
pada aspek kreativitas, spontanitas dan humor serta kepercayaan terhadap
organisme orang sendiri kemungkinan bersumber dari tuntutan sekolah.
Rendahnya aspek kreatifitas, spontanitas dan humor mungkin adanya tuntutan
sekolah yang menekankan pada pengembangan skills sehingga menjadikan
sekolah ini seperti sekolah kerja yang membuat siswa cenderung menghabiskan
banyak waktu dengan mesin. Banyaknya waktu yang dihabiskan dengan mesin
memposisikan sesamanya seperti mesin yang selalu dihadapinya. Dengan
demikian siswa sulit untuk terus mengembangkan potensinya, meskipun sekolah
ini memberikan kebebasan pada siswa untuk mengembangkan bakat-bakatnya
sebab kurangnya waktu untuk berkreasi.
Rendahnya aspek kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
kemungkinan dapat disebabkan siswa merasa hanya siswa yang bersekolah di
sekolah kejuruan yang tidak memiliki masa depan bagus selain untuk bekerja.
Adanya perasaan yang muncul karena mereka sekolah di sekolah “kelas dua”
tentu berbeda jika dibandingkan dengan SMU. Pandangan mereka tentang
siswa-siswa SMU yang lebih pandai, lebih kaya dan lebih banyak teman perempuan
(Mahatma SJ said). Peristiwa tersebut tampak ketika pertemuan tujuh kolese
yaitu: Loyola, De Brito, Kanisius Jakarta, dan Wacana Bhakti siswa SMK Mikael
merasa ciut nyali sehingga cenderung pasif dalam setiap kegiatan. Mereka merasa
“kalah kelas” dan “kalah saing” dengan kolese tersebut yang termasuk dalam
SMU. Namun, berbeda kita para siswa bertemu dengan PIKa yang sama-sama
berasal dari sekolah kejuruan mereka merasa lebih percaya diri sebab sekolah
mereka lebih unggul.
Selain itu SMK Mikael termasuk sekolah untuk siswa-siswa yang berasal
dari keluarga ekonomi menengah kebawah yang menuntut mereka menjadi tulang
punggung keluarga maka hal ini yang menjadikan mereka memiliki kepercayaan
diri yang kurang. Latar belakang keluarga yang memberikan tekanan pada mereka
untuk membantu perekonomian keluarga mungkin dapat dijadikan alasan mereka
dengan membangun relasi dengan sebayanya bahkan lawan jenis mengalami
hambatan karena harus bekerja untuk keluarga. Menurut salah satu guru teknik di
SMK Mikael Solo mengatakan bahwa rasa kurang percaya terhadap diri sendiri
timbul akibat kepercayaan lebih yang diberikan pada mereka karena dianggap
selalu mampu mengerjakan segala hal. Pada realitanya tidak semua dapat
dikerjakan maka ketakutan akan kepercayaan lebih yang diberikan tersebut
menjadikan mereka kurang percaya terhadap dirinya sendiri. Rogers mengatakan
bahwa seseorang yang sehat adalah orang yang berani untuk membuat keputusan
sesuai dengan apa yang dirasa benar dan dapat mempertimbangkan setiap segi
serta berani untuk bertanggung jawab dengan konsekuensi (Schultz; 1991)
Adanya perasaan yang berbeda pada diri siswa-siswa kelas XI SMK
Mikael Solo dengan teman-teman yang berada di sekolah menengah umum,
kemungkinannya para siswa berfikir bahwa siswa-siswa yang berada pada sekolah
menengah merupakan siswa-siswa yang memiliki masa depan cerah. Alasannya
setelah menyelesaikan sekolah menengah umum dengan otomatis mereka akan
menlanjtukan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi. Sedangkan para
siswa Mikael Solo, setelah menyelesaikan sekolah menengah kejuruan cenderung
langsung meneruskan untuk bekerja.
Kemungkinan lain yang dapat mempengaruhi kurangnya rasa percaya
terhadap diri sendiri adalah usia mereka yang menginjak masa remaja. Masa
remaja merupakan masa dimana remaja mencari identitas dirinya sehingga
rendahnya rasa percaya pada diri sendiri seringkali terjadi akibat remaja selalu
Kebutuhan remaja yang besar untuk diterima oleh orang lain memungkinkan
mereka mengalami krisis kepercayaan diri. Alasannya ketika orang lain tidak
menerima gagasan ataupun pendapat mereka dengan respon yang baik maka
kecenderungan remaja akan takut untuk mencobanya lagi. Kegagalan menjadi
pengaruh besar bagi seorang remaja untuk tidak percaya diri.
Salah satu ciri seseorang mampu mengaktualisasikan diri yaitu bertingkah
laku apa adanya. Hal tersebut yang mendorong seseorang untuk memiliki
kreativitas. Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk berfikir secara
luas dalam menyelesaikan suatu persoalan dirinya sendiri dengan mencari
penyelesaian dari masalah tersebut serta menghasilkan sesuatu yang bersifat baru
dan berguna bagi diri sendiri maupun orang lain, sehingga membantu orang lain
untuk memahami dan menemukan gagasan atau rumusan yang baru
(Munandar;2009). Kreativitas seseorang menggunakan imajinasi yang ia peroleh
dari interaksi maupun ide yang muncul dari orang lain dan dilihat dari sudut
pandang yang berbeda.
Pada hakikatnya tiap orang memiliki kreativitas, namun itu semua
tergantung pada diri orang itu sendiri, orang dikatakan kreativ jika ia mau untuk
menindaklanjuti ide-ide ataupun pemikiran-pemikiran ke dalam suatu tindakan.
Kreativitas perlu untuk remaja sebab tuntutan masalah yang akan dihadapi mereka
semakin kompleks. Bertambahnya usia mereka menuntut mereka untuk semakin
mahir menyelesaikan masalah dalam hidupnya sendiri. Keterbukaan dapat
menjadi faktor pendukung seseorang menjadi kreativ. Alasanya orang menerima