• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI AKTUALISASI DIRI SISWA-SISWA KELAS XI SMK MIKAEL SOLO TAHUN PELAJARAN 20092010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DESKRIPSI AKTUALISASI DIRI SISWA-SISWA KELAS XI SMK MIKAEL SOLO TAHUN PELAJARAN 20092010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Oleh: Meida Ardiana Putri

NIM: 051114021

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

Sabar terhadap diri sendiri adalah iman.

Sabar terhadap sesama itulah kasih.

Terkadang hidup memberi 100 alasan untuk menangis

Tapi...Tuhan memberi 1000 alasan untuk tersenyum tiap hari dengan kasih dan

suka cita-Nya.”

Kasih itu sederhana Sesederhana kita saat mampu Tersenyum walaupun kita menderita

Sesederhana saat kita mampu Memberi maaf walaupun kita terluka

Karya yang sederhana ini saya persembahkan kepada orang-orang yang terkasih, yaitu:

1. Bapak Sardi dan Ibu Yustina Yuli Wartini

Yang telah membesarkan, mendidik dan merawat saya dengan cinta kasih yang luar biasa sampai saat ini. Terima kasih atas pengorbanan dan ketulusan cinta yang bapak dan ibu berikan serta doa yang tak pernah putus untuk saya.

2. Prigata Ardian Saputra dan Prita Dewi Ardian Tari terima kasih atas dukungan kalian serta perhatian yang kalian berikan. Kalian adalah adik-adik yang luar biasa tak pernah jemu untuk mendoakan saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Pollo Haryoko dan Ibu Yulia serta Stefani Sera Marcellina. Terima kasih atas bantuan yang diberikan dalam mendukung pembuatan skripsi ini hingga selesai.

(5)
(6)
(7)

vii

Meida Ardiana Putri Universitas Sanata Dharma, 2010

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang aktualisasi diri siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010 dan implikasinya terhadap topik-topik bimbingan klasikal. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subyek penelitian adalah para siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010. Jumlah subyek penelitian adalah 147 orang.

Instrumen penelitian berbentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh penulis dan dikonsultasikan dengan dosen dan guru BK SMK Mikael Solo. Kuesioner yang disusun terdiri dari 44 item berdasarkan 5 aspek-aspek aktualisasi diri menurut Carl Rogers, yaitu: (1) keterbukaan pada pengalaman, (2) kehidupan eksistensial, (3) kepercayaan terhadap organisme orang sendiri, (4) perasaan bebas, (5) kreatifitas, spontanitas, dan humor. Pengukuran validitas menggunakan judgement ahli dan pengukuran reliabilitas menggunakan program SPSS dan teknik analisis data yang digunakan adalah kategori aktualisasi diri berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I. Kategori aktualisasi diri digolongkan menjadi lima, yaitu: “Sangat Tinggi”, “Tinggi”, “Cukup”, “Rendah”, “Sangat Rendah”.

Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa aktualisasi diri siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010 tergolong dalam kategori tinggi. Diketahui siswa yang memiliki aktualisasi diri “sangat tinggi” 17 orang (12%), “tinggi” 81 orang (55%), “cukup” 43 orang (29%), “rendah” 6 orang (4%), dan tidak ada siswa yang memiliki aktualisasi diri yang sangat rendah. Sedangkan hasil penelitian berdasarkan tiap aspeknya menunjukkan bahwa ada 1 aspek dengan jumlah total skor tertinggi dan ada 2 aspek yang memiliki jumlah skor total terendah. Aspek tertinggi memiliki jumlah skor total 547, yaitu aspek perasaan bebas dan 2 aspek terendah memiliki jumlah skor total 376 dan 370, yaitu aspek kepercayaan terhadap organisme orang sendiri dan kreatifitas, spontanitas, humor.

(8)

viii

Meida Ardiana Putri Universitas Sanata Dharma, 2010

The goal of this research is to get a view about self -actualization of grade eleven students in SMK Michael (St. Michael Vocational School) in 2009/2010 academic year and its implication to class room guidance topics. This is a descriptive research using survey method. The subjects of this research are grade eleven students of SMK. St. Michael Solo in 2009/2010 academic year.. There are 147 research subjects.

The research tool is in a form of questionnaire composed by the researcher and consulted with lecture and the guidance counselor in SMK St. Michael Solo. The questionnaire consists of forty four items based on five self-actualization aspects by Carl Rogers, namely: (1) openness to experiences, (2) existential life, (3) self confidence (4) indifference, (5) creativity, spontaneity, dan humor. Validity and reliability were accessed by using SSPS program. Data analysis technique used here was self actualization category based on PAP type. There are five categories of self actualization, namely: “Very high”, “High”, “Average”, “Low”, “Very Low”.

The research result in general shows that self- actualization of grade XI students in SMK St. Michael Solo in 2009/2010 academic is considered as HIGH. There are 17 students with “very high” self actualization, 81 students (55%) with “high‟ self actualization, 43 students with “average‟ salf-actualization, 6 students with “low” self actualization, and there are no students with “very low” self actualization. The research result based on each aspect shows that there is one aspect with highest total score and two aspect with lowest total score. The highest aspect, that has total score 547, is indifferent aspect and two lowest aspects that has score 376 and 370 are self confidence and creativity, spontaneity, and humor.

(9)

ix

pengharapan yang telah melimpahkan rahmatnya selama penyusunan hingga

terselesaikannya skripsi ini. Skripsi ini disusun berkat bantuan, dukungan, dan

perhatian dari berbagai pihak yang memberikan masukan-masukan yang berharga

bagi penulis.oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. MM. Sri Hastuti, M.si sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan

Konseling yang telah mendukung dengan memberikan izin dalam

pembuatan skripsi ini.

2. A. Setyandari, S.Pd.,S.Psi.,Psi.,M.A sebagai pembimbing yang senantiasa

memberikan petunjuk dengan sabar untuk membimbing dan mengarahkan

dalam penyusunan skripsi ini.

3. Keluarga besar SMK Mikael Solo, Rm. Tibortius. Agus Sriyono, SJ., M.A.

selaku kepala sekolah, Fr. Mahatma, SJ., selaku sub pamong, Paulus

Widyawan W, S.S., selaku koordinator BK yang telah memberikan ijin

tempat untuk melaksanakan penelitian ini.

4. Ibu Made dan Bapak Margono selaku guru BK yang membantu

menyebarkan kuesioner sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar.

5. Siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010 atas

bantuan dan kerjasamanya yang sangat baik saat pelaksanaan penelitian

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Kedua orang tua saya yang senantiasa dengan sabar mendampingi dan

(10)

x

Budhe Riah dan Pakde Trimo, serta Bulek Yekti dan Oom Happy yang

selalu senantiasa membantu baik material maupun spiritual dalam

menyelesaikan skripsi ini. Para sepupu Mas Hari, Mbak Sari, Mas Antok,

Mas Yudo, Mas Tinus, dan Dek Zita terima kasih atas dukungan yang

diberikan serta perhatiannya.

8. Para suster-suster FCJ; Sr. Margaret, Sr. Clare, Sr. Irene, Sr. Inez, Sr.

Hartini, Sr. Dewi, dan Sr. Herlina yang selalu membimbing,

mendampingi, dan senantiasa membantu untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Pollo Haryoko dan Ibu Yulianingsih yang sangat murah hati selalu

membantu saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas

perhatian dan doa yang bapak dan ibu berikan.

10.Adik saya yang terkasih Stefani Sera Marcellina yang senantiasa

mendukung dan mendampingi saya menyelesaikan skripsi ini.

Sahabat-sahabat saya Selvister Lucky dan Yohanes Sapto Prabowo untuk

kebersamaan, perhatian dan dukungan disaat pembuatan skripsi ini.

11.Sahabat tercinta saya Rose Endah Cahyaningrum yang senantiasa

menemani dan bekerjasama dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih

atas penguatan yang selalu diberikan dan cinta kasih yang dicurahkan

(11)

xi

Ayu, Mas Adven, Kak Sepri, Rm. Koko, Kak Sanggo, dan Ika yang selalu

memberikan dukungan, doa dan perhatian untuk menyelesaikan skripsi ini.

14.Teman saya Unyit dan Mas Bayu yang selalu membantu untuk

menyelesaikan skripsi ini dengan memberi referensi buku dan memberi

saran terhadap skripsi ini.

15.Wichan yang selalu bersedia direpotin di saat genting dengan boleh

ngeprint gratis dan meminta kertas gratis.

16.Teman-teman Bk angkatan 2005 yang senantiasa memberikan dukungan

(12)

xii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Definisi Operasional... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA... 8

A. Aktualisasi Diri... 8

1. Pengertian aktualisasi diri ... 8

(13)

xiii

1. Pengertian remaja... 18

2. Tugas perkembangan remaja... 19

3. Ciri-ciri masa remaja... 20

C. Bimbingan dan Konseling SMK Mikael Solo... 22

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 24

A. Jenis Penelitian... 24

B. Subjek Penelitian... 24

C. Instrumen Penelitian... 25

1. Jenis Alat ukur... 25

2. Format Pernyataan... 28

3. Penentuan Skor... 28

4. Validitas... 29

5. Reliabilitas... 32

D. Prosedur Pengumpulan Data... 33

E. Teknik Analisa Data... 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 36

A. Hasil penelitian... 36

B. Pembahasan... 36

BAB V. TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL YANG RELEVAN

(14)

xiv

A. Kesimpulan... 55

B. Saran-saran... 55

DAFTAR PUSTAKA... 58

(15)

xv

Tabel 3 : Rincian item gugur... 30

Tabel 4 : Daftar korelasi reliabilitas... 31

Tabel 5 : Jadwal kegiatan penelitian... 32

Tabel 6 : Daftar klasifikasi... 33

(16)

xvi

Lampiran 3 : Correlations... 60

Lampiran 4 : Hasil analisis validitas... 61

Lampiran 5 : Tabulasi data... 63

Lampiran 6 : Surat judgement ahli... 67

Lampiran 7 : Surat penelitian... 68

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memiliki kepribadian yang sehat merupakan harapan semua orang.

Kepribadian yang sehat merupakan cara seseorang untuk memahami dan

mengenali dirinya sendiri sesuai dengan keadaan dan realita yang ada

(Alwisol, 2006:317). Menurut Alwisol (2006:322) kunci utama untuk

memiliki kepribadian yang sehat adalah memahami keadaan diri sendiri.

Kepribadian yang sehat dimiliki orang yang rasional dan sadar tidak dikontrol

oleh masa lampu (Schultz, 1991:43). Rogers mengemukakan cara

memandang dirinya sesuai dengan masa sekarang atau keadaan dirinya yang

sekarang bagi kepribadian yang sehat jauh lebih penting dari pada masa

lampau. Pengalaman masa lampau hanya membantu seseorang untuk

memandang dirinya pada masa sekarang (Schultz, 1991:43). Rogers percaya

bahwa apa yang ada pada realita sekarang merupakan kepribadian yang unik

bagi setiap orang (Schultz, 1991:44).

Rogers mengemukakan bahwa kepribadian yang sehat bukan

merupakan suatu keadaan dari yang ada, melainkan suatu proses, yaitu suatu

arah bukan tujuan (Schultz, 1991:50). Sebuah proses, membentuk kepribadian

yang sehat, yaitu melalui rentangan-rentangan waktu dalam menjalani

kehidupan. Dengan demikian melalui proses seseorang dapat berkembang dan

(18)

kepribadian yang sehat yaitu seseorang yang mengalami perkembangan dan

pertumbuhan. Perkembangan dan pertumbuhan tiap orang akan tampak, salah

satunya jika orang tersebut mengalami proses pemenuhan diri. Dalam proses

ini orang yang bersangkutan akan menggunakan semua bakat atau potensi diri

untuk sesuatu yang bermanfaat. Dorongan akan kebutuhan pemenuhan diri itu

sendiri ada pada diri setiap orang sejak lahir (Schultz, 1991:45).

Menurut Rogers, proses pemenuhan diri bukan merupakan suatu

kondisi yang selesai atau statis tapi berlangsung terus-menerus

(Schultz:1991:50). Proses yang terus menerus ini dimulai dengan tahap awal

yaitu penerimaan diri. Penerimaan diri merupakan kemampuan seseorang

untuk memandang dirinya apa adanya sesuai dengan realita (Robert,

1991:11). Kemampuan seseorang untuk memahami kelemahan dan kelebihan

dirinya sendiri. Sering terjadi, tahap awal ini tidak dilalui dengan baik

sehingga proses pemenuhan dirinya juga kurang optimal.

Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara

masa kanak-kanak dan masa dewasa (Olds, 2001:40). Transisi perkembangan

pada masa remaja berarti sebagian perkembangan kanak-kanak masih dialami

namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990:58).

Erikson (2001:129) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa

pencarian identitas diri. Pencarian identitas merupakan proses untuk

mencapai pemenuhan diri. Proses tersebut berada dalam masa transisi ini.

Namun, mengalami transisi dari usia kanak-kanak menuju usia dewasa

(19)

Remaja mulai diharapkan untuk mampu memenuhi kebutuhannya sendiri

tanpa terus bergantung dengan orang lain (Drajat, 959:34). Dalam tahap

perkembangan remaja, mereka diharapkan berani untuk bertanggung jawab

mengembangkan potensinya sehingga bermakna bagi orang lain. Remaja

yang sedang mengusahakan pemenuhan diri adalah orang yang bebas untuk

mengembangkan seluruh potensinya menjadi manusia yang berkembang

seutuhnya, tidak hanya dalam hubungannya dengan diri sendiri, namun

sesama dan Tuhan serta mencakup berbagai segi, intelektualitas, moralitas,

sosial maupun religiositas

Sulitnya remaja menerima diri dapat menjadi hambatan dalam usaha

pemenuhan diri sehingga memungkinkan remaja mengalami kesulitan untuk

berkembang menjadi manusia yang penuh. Pemenuhan diri itu sendiri pada

dasarnya merupakan proses menjadi diri sendiri sekaligus mengembangkan

sifat-sifat serta potensi-potensi psikologisnya yang unik. Proses pemenuhan

diri yang kemudian lebih dikenal dengan aktualisasi diri merupakan

perkembangan untuk menemukan jati diri dan tumbuhnya potensi yang ada

atau terpendam (Moi, 2003:5). Proses ini menjadi tidak mudah terutama bagi

kaum remaja yang sering mengalami konflik penerimaan diri. Kebutuhan

untuk diterima dan dinilai positif oleh orang lain merupakan kebutuhan yang

besar dalam diri remaja (Boeree, 2004:323). Remaja yang mengalami hal

tersebut sulit untuk mengenali potensinya sehingga akan sulit pula untuk

pemenuhan dirinya. Dalam hal ini, dukungan dari lingkungan dimana remaja

(20)

yang sudah dewasa akan memberi pengaruh dalam proses pemenuhan

dirinya. Latar belakang tersebut mendorong peneliti untuk mengadakan

penelitian mengenai proses pemenuhan diri yang dialami oleh anak remaja.

Remaja yang dipilih oleh peneliti adalah siswa-siswa kelas XI yang

bersekolah di SMK Mikael Solo. Selain itu peneliti juga memiliki asumsi

terhadap siswa-siswa SMK bahwa aktualisasi diri mereka adalah rendah.

Banyaknya waktu yang digunakan untuk berinteraksi dengan mesin daripada

manusia ini yang menimbulkan peneliti memiliki asumsi seperti diatas.

Salah satu tujuan layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah

membantu perkembangan siswa secara optimal. Cirinya antara lain membantu

siswa supaya dapat mengenali keadaan diri sendiri serta mengarahkan siswa

untuk mampu menerima dirinya sehingga akhirnya dapat mengoptimalkan

potensi diri mereka. Sesuai dengan ide pokok yang dikemukakan dalam teori

Rogers bahwa seorang konselor dibutuhkan bagi orang yang

mengaktualisasikan diri yaitu orang yang memiliki kemampuan untuk

mengerti diri sendiri dan menangani masalah-masalah dalam dirinya sendiri.

Konselor berperan menciptakan kondisi agar mempermudah seseorang

mencapai aktualisasi diri. Dengan demikian, dalam proses ini peranan

bimbingan konseling akan membantu individu untuk mengambil keputusan

dan berani bertanggung jawab akan resiko yang dihadapinya nanti. Guru

pembimbing mengarahkan siswa remaja untuk memiliki kepribadian yang

sehat sehingga mereka tumbuh dan berkembang dengan baik. Maka peran

(21)

Melalui penelitian ini, peneliti juga terpanggil untuk membantu

siswa-siswa SMK Mikael dengan cara mensosialisasikan pentingnya menjadi

remaja yang berkepribadian sehat melalui proses aktualisasikan diri.

Sosialisasi ini akan dilakukan melalui pengarahan dan pemberian bimbingan

klasikal dengan topik-topik bimbingan yang sesuai dan bermanfaat bagi

siswa. Dengan sosialisasi ini, diharapkan hambatan siswa dalam proses

penerimaan dan pengembangan dirinya akan semakin berkurang sehingga

para siswa mampu mencapai pemenuhan diri secara optimal. Harapan dari

penelitian ini memaksimalkan potensi diri siswa-siswa SMK Mikael sehingga

mereka akan terbantu dan terarahkan untuk menjadi pribadi yang unggul

dalam 3C, competence, conscience, dan compassion, sesuai dengan visi misi

sekolah. Maka sangat penting bagi siswa-siswa SMK Mikael Solo untuk

mengaktualisasikan dirinya dengan demikian mereka akan menjadi pribadi

yang unggul memiliki nilai-nilai yang lebih dari dirinya.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah aktualisasi diri siswa-siswa remaja kelas XI SMK

Mikhael Solo tahun pelajaran 2009/2010 menurut Carl Rogers?

2. Topik-topik bimbingan klasikal manakah yang sesuai untuk

siswa-siswa kelas XI SMK Mikhael Solo tahun pelajaran 2009/2010 untuk

(22)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui aktualisasi diri siswa-siswa kelas XI SMK Mikhael Solo

tahun pelajaran 2009/2010 menurut Carl Rogers.

2. Memberikan usulan tentang topik-topik bimbingan klasikal yang

cocok untuk meningkatkan aktualisasi diri siswa-siswa kelas XI SMK

Mikhael Solo tahun pelajaran 2009/2010.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru pembimbing

untuk mendapatkan informasi tentang aktualisasi diri siswa-siswa kelas XI

di SMK Mikael Solo serta mendapatkan informasi topik-topik yang sesuai

untuk mengarahkan siswa menuju aktualisasi diri.

E. Definisi Operasional

1. Aktualisasi diri adalah tingkat sejauh mana dimiliki sifat-sifat atau

ciri-ciri kepribadian seperti yang dimaksudkan dalam item yang

digunakan.

2. Siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010

adalah siswa-siswa yang terdaftar sebagai siswa kelas XI SMK Mikael

Solo pada tahun pelajaran 2009/2010.

3. Bimbingan klasikal adalah bimbingan yang diberikan pada siswa

dengan jumlah lebih dari satu orang yang sifatnya preventif dan

(23)

cara, misalnya dibentuk kelompok diskusi, diberikan bimbingan

(24)

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Aktualisasi Diri

1. Pengertian Aktualisasi Diri

Aktualisasi diri merupakan proses untuk mewujudkan kepribadian,

kemampuan, serta potensi unik seseorang agar terus bertumbuh serta

berkembang. Aktualisasi diri dimulai dengan menerima diri apa adanya

serta mampu menjadi bijaksana (Vallet,1991:16). Rogers mengatakan

bahwa aktualisasi diri bukanlah suatu keadaan yang ada melainkan suatu

proses yang berlangsung terus; tidak pernah selesai atau statis

(Schultz,1991:50). Rogers mengartikan aktualisasi diri sebagai motivasi

yang menyatu dalam hidup manusia, yang bertujuan mengembangkan

seluruh potensinya sebaik mungkin (Boeree, 2004:318).

Orang yang memiliki kepribadian yang sehat salah satu caranya

adalah mampu untuk mengaktualisasi diri yaitu semakin berkembang

menjadi pribadi yang matang dengan memiliki kemampuan-kemampuan

yang bertambah dan mencapai pemenuhan diri (Supratiknya, 1995:11).

Dengan mengaktualisasi diri akan menghindarkan seseorang dari

gangguan neurosis sebab seseorang yang mengaktualisasikan diri akan

memanfaatkan dan menggunakan bakat serta potensinya semaksimal

mungkin sehingga akan mengalami perasaan-perasaan yang bahagia bagi

(25)

mengaktualisasikan diri setiap saat akan mengalami perasaan puas dan

bahagia (Schultz, 1991:50).

Menurut Rogers orang yang beraktualisasi diri merupakan orang

yang berfungsi sepenuhnya. Dalam arti orang yang mampu menyelaraskan

pengalaman, kesadaran diri dan komunikasi (Lindzey,1993:128). Teori

Rogers menekan pada pengalaman individu dalam mencapai tingkat

pemenuhan diri. Dengan demikian semua pengalaman yang ada akan

melibatkan diri secara penuh dalam perkembangan hidupnya.

Aktualisasi diri menurut Rogers adalah proses menjadi diri sendiri

dan mengembangkan sifat-sifat serta potensi-potensi psikologisnya yang

unik (Schultz, 1991:46). Untuk mencapai proses aktualisasi diri perlu

memiliki kemauan untuk merubah diri dari waktu ke waktu secara

bertanggung jawab dan memiliki motivasi yang jelas (Moi, 2004:15).

Terkadang seseorang mencapai proses aktualisasi bergantung pada

kebutuhan cinta yang didapatkan. Rogers menyebut kebutuhan cinta

tersebut dengan Positive regard (penghargaan positif). Positive regard

(penghargaan positif) merupakan suatu kebutuhan yang memaksa dimiliki

oleh semua manusia; pada setiap orang terdorong untuk mencari positive

regard. Saat seseorang tidak mendapatkan penghargaan yang positif maka

mereka akan mengalami kekecewaan dan akan mengorbankan aktualisasi

diri (Schultz, 1991:47). Keadaan ini dipicu karena adanya keadaan yang

dikondisikan sehingga dapat menyebabkan orang bekerja keras untuk

(26)

Kepribadian yang sehat merupakan penerimaan atau “penghargaan positif tanpa syarat” (Schultz, 1991:49). Kecenderungan orang akan

memberikan penghargaan ketika kita berusaha patuh dan menunjukkan

kebaikan bukan karena memang kita memerlukan itu. Syarat-syarat itu

yang mengikat kita untuk berusaha mendapatkan penilaian dari orang lain

dan bukan karena aktualisasi yang ada dalam diri kita (Boeree,2004:324).

Adanya keseimbangan diri ideal dengan diri riil menurut Rogers

(Boeree,2004:325) akan menjauhkan kita dari neurosis dan pertahanan diri

serta mudah untuk mengaktualisasikan diri. Dalam mengaktualisasikan

diri kita harus terbebas dari sikap pertahanan diri. Sebab dengan

pertahanan diri kita akan menolak kenangan atau pengalaman-pengalaman

buruk yang ada dalam diri kita. Rogers (Boeree,2004:325)

mengungkapkan bahwa pertahanan diri adalah persepsi dari pengalaman

atau kenangan yang buruk.

Alasan orang menolak untuk mengingat pengalaman buruk adalah

karena mereka merasa berada dalam situasi terancam. Misalnya, seorang

siswa yang merasa terancam oleh nilai ujian yang jelek akan menuduh cara

guru mengajar yang jelek atau soal-soalnya yang tidak sesuai. Siswa

tersebut memiliki persepsi bahwa nilai yang jelek akan dijauhi oleh

teman-teman. Persepsi ini yang membuat keadaa dirinya menjadi terancam,

sehingga ia melakukan pertahanan diri dengan melemparkan kesalahan

pada orang lain. Tanpa melihat realita yang terjadi bahwa ia dapat belajar

(27)

Memisahkan diri ideal dan diri riil akan menimbulkan rasa cemas.

Rasa cemas yang semakin meningkat akhirnya akan membuat seseorang

melakukan berbagai macam cara untuk bertahan. Dengan demikian akan

menyulitkan seseorang untuk mengaktualisasikan diri. Aktualisasi diri

merupakan suatu proses yang sukar dan kadang-kadang menyakitkan

(Schultz,1991:50). Aktualisasi diri merupakan suatu ujian terhadap semua

kemampuan seseorang untuk berani ada pada dirinya sendiri. Maka proses

aktualisasi terkadang merupakan hal yang menyakitkan sebab kita terjun

langsung pada pengalaman hidup kita secara mendalam meski pengalaman

yang pahit sekalipun. Mereka tidak bersembunyi dibelakang

topeng-topeng atau kedok dan berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan dirinya

sendiri. Orang yang mengaktualisasikan diri setiap saat merasa dirinya

bahagia atau puas dan berarti bagi orang lain (Schultz,1991:51). Selain itu

orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya tidak bersikap agresif.

Maslow mengungkapkan bahwa orang yang mencapai aktualisasi

diri mampu menguasai segala faktor dalam hidupnya, sehingga dapat

menghindarkan tekanan-tekanan perasaan atau hal-hal yang membawa

frustasi (Koeswara,1986:230). Orang yang mengaktualisasikan diri lebih

menikmati hidup, bukan karena mereka bebas dari kesulitan dan

kesedihan, melainkan karena mereka lebih mampu mengambil manfaat

hidup dan lebih menghargai kehidupan.

Maslow juga berpendapat bahwa kebutuhan manusia yang tertinggi

(28)

kebutuhan individu untuk mewujudkan dirinya sebagai apa yang ada

dalam kemampuannya atau kebutuhan individu untuk menjadi apa saja

menurut potensi yang dimilikinya (Schultz,1991:90).

2. Ciri-ciri orang yang mengaktualisasikan diri

Rogers mengemukakan ciri-ciri orang yang mengaktualisasikan diri

sebagai berikut (Schultz,1991:51):

a. Terbuka dan fleksibel pada setiap pengalaman yang terjadi dalam

hidupnya. Menerima setiap pengalaman yang terjadi dalam

hidupnya baik suka maupun duka. Mampu mengambil hikmah dari

setiap pengalaman yang terjadi.

b. Tidak bersikap defensif

c. Memiliki emosi yang positif

d. Memiliki kepribadian yang fleksibel dalam bertindak maupun

terhadap keputusan

e. Merasakan kegembiraan di setiap pengalaman yang dialami

f. Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan-lingkungan yang baru

dan perubahan-perubahannya

g. Memiliki keterbukaan pada setiap moment yang ada

h. Berani mengambil keputusan dan menerima resikonya dengan

pertimbangan yang dilihat dari berbagai segi pada setiap situasi

i. Memilih dan mengambil tindakan secara bebas tanpa mengalami

(29)

j. Percaya diri tidak tergantung pada orang lain dan tidak

dikendalikan oleh pengalaman masa lampau

k. Spontan dan kreatif dalam melakukan tindakan sesuai respon yang

ada tidak dibuat-buat.

3. Aspek-aspek Aktualisasi Diri

Rogers (Schultz, 1991:51-55) mengemukakan beberapa aspek

atau sifat orang yang mengaktualisasikan diri sebagai berikut:

a. Keterbukaan pada Pengalaman

Orang yang mengaktualisasikan diri menerima pengalaman dengan

fleksibel sehingga memimbulkan persepsi yang baru. Dengan

demikian ia akan mengalami banyak emosional positif maupun

negatif sehingga akan terhindar dari sifat defensif. Orang yang

mampu terbuka pada pengalaman memiliki persepsi yang positif

dan akurat tentang pengalaman yang dialaminya serta perasaannya

sendiri (Boeree;2004:328). Keterbukaan merupakan hal yang

penting dalam mengaktualisasikan diri. Seseorang yang terbuka

pada pengalamannya tidak terhambat oleh syarat-syarat apapun

serta mengalami kebebasan terhadap semua perasaannya.

b. Kehidupan Eksistensial

Kehidupan eksistensial yaitu kehidupan di sini dan sekarang.

Rogers menegaskan bahwa kita tidak hidup di masa lalu atau masa

(30)

kedua belum terjadi. Masa sekarang adalah satu-satunya realitas

yang kita miliki. Ini bukan berarti kita tidak seharusnya mengenang

atau belajar dari masa lalu. Bukan pula berarti kita tidak bisa

merencanakan atau bahkan berangan-angan tentang masa yang

akan datang. Rogers mengartikan bahwa kita seharusnya

memandang sesuatu sebagai mana adanya, kenangan dan

angan-angan adalah sesuatu yang kita alami disini dan sekarang

(Boeree;2004:328). Orang yang mengaktualisasikan diri

mengalami keterbukaan terhadap pengalaman hidup yang dialami.

Menemukan sesuatu yang baru dan bermakna dari setiap peristiwa

yang terjadi serta adanya kecenderunagan untuk berubah. Hidup

yang eksistensial yaitu adanya kemampuan untuk menyesuaikan

diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.

c. Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri

Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri berarti kepercayaan

yang diberikan pada diri sendiri untuk bertindak sesuai dengan

keputusan sendiri yang dirasakan oleh dirinya benar, sehingga ia

dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan

sangat baik. Percaya dan yakin pada diri sendiri, melakukan apa

yang menurut diri baik menurut Rogers merupakan hal yang harus

dipercayai (Boeree;2004:328).

(31)

Perasaan bebas berarti mengalami kebebasan tanpa adanya

paksaan, tekanan, dan ancaman yang datang dari pihak manapun.

Individu yang merasa bebas memiliki kepercayaan terhadap diri

sendiri bahwa masa depannnya tidak tergantung pada peristiwa

masa lampau sehingga ia dapat melihat banyak pilihan dalam

kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin

dilakukannya. Kita akan merasa bebas kalau ada pilihan yang

ditawarkan. Rogers mengatakan orang yang mengaktualisasikan

diri dapat merasakan kebebasan dan bertanggung jawab atas apa

yang jadi pilihannya.

e. Kreatifitas, Spontanitas dan Humor

Kreatifitas, spontanitas dan humor merupakan faktor juga untuk

membantu individu berfungsi sepenuhnya. Keterbukaan diri

terhadap pengalaman dan kepercayaan pada diri sendiri akan

mendorong seseorang untuk memiliki kreatifitas dengan ciri-ciri

bertingkah laku spontan dan apa adanya. Kreatifitas merupakan

suatu sikap atau ungkapan cara bagaimana kita mengamati dan

bereaksi terhadap hasil-hasil karya dunia (Schultz, 1991:110).

Spontanitas merupakan sikap yang tidak dibuat-buat atau bersikap

wajar. Sedangkan humor merupakan sikap seseorang yang mampu

melihat sisi yang membuat dirinya maupun orang lain tersenyum

(32)

Aspek-aspek pengaktualisasian diri pada Rogers merupakan

juga sifat-sifat yang diharapkan untuk dimiliki oleh seorang yang

sehat. Orang yang mengaktualisasikan diri akan tampak pada

perkembangan hidup yang penuh seperti memahami diri, menerima

diri sendiri maupun orang lain. Selain itu orang yang

mengaktualisasikan diri mampu untuk melawan pengaruh-pengaruh

sosial yang akan menimbulkan dampak negatif bagi mereka.

4. Tiga hal yang mempengaruhi aktualisasi diri

Menurut Rogers (Boeree,1997;321) ada 3 hal yang mempengaruhi

seseorang sulit mengaktualisasikan diri:

a. Perhatian Positif Kondisional

Kecenderungan individu untuk menilai diri sendiri sesuai standar

yang diberikan oleh orang lain dan bukan karena usaha diri sendiri

untuk menilai dirinya sesuai dengan potensi yang ada dalam

dirinya. Individu akan memperoleh perhatian positif terhadap diri

sendiri setelah mendapatkan perhatian positif dari orang lain tanpa

memandang rasa berharga pada dirinya sendiri (Boeree,1997:321).

Syarat-syarat yang diberikan masyarakat inilah yang menghambat

individu untuk sulit mengaktualisasikan dirinya. Misalnya individu

akan memperoleh perhatian dan pujian kalau individu tersebut

mampu menunjukkan rasa “patuh” dan “baik”. Maka syarat-syarat

(33)

perhatian positif dan mereka cenderung akan mengikuti masyarakat

dan bukan dari dirinya sendiri. Jadi, hal tersebut yang membuat

individu tidak mampu menegaskan rasa berharga pada diri sendiri

secara pribadi.

b. Ketidaksebidangan

Menurut Rogers dalam diri individu terdapat 2 pertimbangan diri

yaitu: diri riil dan diri ideal. Diri riil yaitu individu sebagaimana

adanya jika segala sesuatu berjalan dengan baik. Sedangakan diri

idela yaitu sesuatu yang tidak riil sesuatu yang tidak akan pernah

dicapai dan tidak akan pernah dipenuhi (Boeree,1997;323). Adanya

pemisahan antara diri riil dengan diri ideal inilah yang

menyebabkan ketidaksebidangan dan terjadi hambatan dengan

mengaktualisasikan diri. Ketidaksebidangan inilah yang disebut

Rogers sebagai neurosis yaitu ketidakselarasan dengan diri sendiri

antara “saya sebagai adanya” dengan “saya sebagaimana seharusnya”.

c. Pertahanan

Dalam situasi ketidaksebidangan membawa individu berada dalam

situasi teramcam. Situasi yang mengancam akan menimbulkan

kecemasan. Kecemasan adalah tanda yang memberitahukan bahwa

adanya kesulitan yang akan dihadapi. Kecenderungan remaja

mudah untuk menghindari masalah dengan membuat pertahanan

(34)

situasi yang mengancam. Mekanisme pertahanan diri yang

digunakan remaja yaitu pengingkaran dan penafsiran

(Boeree,1997;325). Pengingkaran merupakan sebuah situasi yang

mengancam secara bersamaan. Pengingkaran misalnya, remaja

akan berusaha menyingkirkan kenangan atau pengalaman buruk

yang memancing mereka menyadarinya ataupun mengingatnya.

Situasi yang demikian inilah yang membuat mereka menolak akan

pengalaman pahitnya. Sedangakan penafsiran merupakan sebuah

situasi yang tidak rasional. Penafsiran misalnya, remaja yang lebih

menyalahkan kondiri/keadaan bahkan orang lain tanpa melihat

realita keadaan dirinya sendiri saat menghadapi kesulitan.

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja adalah individu yang telah melewati masa kanak-kanak

dengan adanya beberapa perubahan seperti perubahan fisik, psikis, dan

sosial. Remaja yang dalam bahasa asing disebut adolescentia dari bahasa

latin adolescere yang artinya ’tumbuh untuk mencapai kematangan’ atau ’tumbuh menjadi dewasa’. Anak dalam masa pubertas dianggap dewasa

dan sudah mampu mengadakan reproduksi (Hurlock,1978;206).

Perkembangan remaja mencakup kematangan mental, emaosional, fisik

dan sosial. Pandangan ini didukung oleh piaget (Hurlock,1991) yang

(35)

individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia

dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang

yang lebih tua melainkan sama atau paling tidak wajar.

Masa remaja dibedakan antara laki-laki dan perempuan

(Mappiare,1982). Bagi perempuan berlangsung antara umur 12-22 tahun

sedangkan untuk laki-laki muali dari umur 13-22 tahun. Masa remaja ada

diantara anak-anak dengan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering

dikenal dengan fase “mencari jati diri”. Erikson mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa dimana terbentuk suatu perasaan baru

mengenai identitas. Identitas mencakup cara hidup pribadi yang dialami

sendiri dan sulit dikenal oleh orang lain. Dalam masa ini terjadi gejolak

yang meningkat dan biasanya dialami setiap orang (Sulaeman,1995).

2. Tugas Perkembangan Masa Remaja

Tugas perkembangan remaja adalah kemampuan-kemampuan yang

haris dikuasai oleh remaja (Hurlock,1980;209). Tugas perkembangan masa

remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku

kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan

berprilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja

menuru Hurlock (1991;11) adalah sebagai berikut:

a. Mampu menerima keadaan fisiknya

(36)

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang

berlainan jenis

d. Mencapai kemandirian emosional

e. Mencapai kemandirian ekonomi

f. Mencapai pemenuhan diri dan pengembangan potensi diri

g. Mengembangkan konsep dengan keterampilan intelektual yang

sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota

masyarakat

h. Memahami nilai-nilai orang dewasa dan orang tua

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

j. Memahami dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga

Tugas-tugas perkembangan masa remaja ini amat berkaitan

dengan perkembangan kognitifnya. Kematangan fase kognitif akan

membantu remaja untuk mampu melaksanakan tugas-tugas perkembangan

dengan baik. Perkembangan kognitif diwarnai oleh kemampuan kreatif.

Hal ini sangat dibutuhkan remaja untuk mencapai tugas-tugas

perkembangannya.

3. Ciri-ciri Masa Remaja

Beberapa ciri-ciri yang menandai masa remaja menurut Suardiman

(1995:121-122):

(37)

Perkembangan fisik dan mental yang begitu pesat. Masa remaja

menuntut penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap,

minat yang baru.

b. Periode peralihan

Tahap yang sudah dilalui meninggalkan bekas pada apa yang

terjadi sekarang maupun yang akan datang.

c. Periode perubahan

Perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar

dengan tingkat perubahan fisik.

d. Usia bermasalah

Masalah usia remaja sering merupakan masalah yang sulit diatasi

baik oleh anak laki-laki maupun perempuan.

e. Masa mencari identitas

Masa dimana terdapat penyesuain diri dengan kelompok ingin

menunjukkan identitas dirinya.

f. Usia yang menimbulkan ketakutan

Adanya gambaran umum mengenai remaja yang bersikap negatif.

Sering terjadi pertentangan jarak antara remaja dengan orang tua,

guru maupun dengan remaja lain yang sebaya.

g. Masa yang tidak realistik

Remaja melihat dirinya maupun orang lain sebagaimana yang

diinginkan bukan sebagaimana adanya maka remaja mudah sekali

(38)

h. Ambang masa dewasa

Muncul perilaku yang menggambarkan perilaku orang dewasa.

C. Bimbingan dan Konseling

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada peserta didik

dalam rangka supaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan

merencanakan masa depan. Bimbingan merupakan usaha bersama antara

guru pembimbing dan guru-guru yang lain untuk membantu siswa dalam

mengembangkan keterampilan dirinya. Salah satu layanan bimbingan

konseling adalah bimbingan klasikal.

Bimbingan klasikal merupakan bimbingan yang diberikan kepada

siswa dalam satuan kelas. Bimbingan klasikal merupakan sarana untuk

menunjuang perkembangan optimal bagi diri siswa. Kegiatan bimbingan

klasikal dilaksanakan sejalan dengan topik-topik yang telah direncanakan

berdasarkan kebutuhan siswa agar dapat memenuhi tugas perkembangan

siswa.

Topik-topik bimbingan klasikal merupakan pokok-pokok bahasan

yang disampaikan sebagai pedoman dalam layanan bimbingan klasikal.

Topik-topik bimbingan berisi pokok bahasan tentang tugas perkembangan

remaja. Bidang-bidang bimbingan dalam pelayanan bimbingan klasikal:

(39)

Pelayanan ini bertujuan membantu siswa untuk mengenal dan

menemukan serta mengembangkan pribadi dirinya untuk mencapai

kemandirian.

2. Bidang Bimbingan Sosial

Pelayanan bimbingan ini bertujuan membantu siswa memhami

dirinya dalam bergaul atau berinteraksi dengan lingkungan

sosialnya.

3. Bidang Bimbingan Belajar

Pelayanan bimbingan di bidang ini bertujuan membantu siswa

mengenal sikap dan kebiasaan belajar yang baik serta dapat

mengembangkan diri untuk mempersiapkan masa depan.

4. Bidang Bimbingan Karier

Pelayanan bimbingan di bidang ini bertujuan membantu siswa

(40)

24 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan

menggunakan metode survei. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

dilaksanakan untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat

penelitian dilakukan (Furchan;1982:415). Penelitian ini dikatakan

deskriptif karena penelitian ini ingin mendeskripsikan peristiwa atau gejala

yang terjadi pada saat penelitian ini dilakukan. Penelitian ini dimaksudkan

untuk mendapatkan gambaran mengenai aktualisasi diri siswa kelas XI

SMK Mikhael Solo tahun pelajaran 2009/2010.

B. Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah kelas XI A, B, C, dan D SMK Mikael

Solo tahun pelajaran 2009/2010. Dalam penelitian ini, tidak ada pemilihan

sampel karena semua anggota populasi dijadikan subjek penelitian.

(41)

Tabel 1

Rincian siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010

Kelas Jumlah

XI A 38

XI B 38

XI C 39

XI D 40

Total 155

C. Instrumen Penelitian/Alat Ukur 1. Jenis Alat Ukur

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk

mengukur tingkat aktualisasi diri siswa-siswa kelas XI SMK Mikael

Solo tahun pelajaran 2009/2010. Kuesioner menggunakan rating scale

(skala bertingkat) yang disusun mengikuti prinsip-prinsip skala Likert,

yaitu suatu ukuran subjektif yang memuat sejumlah pernyataan.

Masing-masing pernyataan dilengkapi dengan pilihan yang

menunjukkan tingkatan, mulai dari sangat setuju, setuju, tidak setuju

dan sangat tidak setuju.

Kuesioner aktualisasi diri yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari dua bagian. Bagian pertama merupakan bagian pengantar,

identitas responden serta petunjuk pengisian. Bagian kedua adalah

pernyataan yang mengungkap aspek-aspek aktualisasi diri dan

indikator-indikator item. Kuesioner aktualisasi diri disusun berdasarkan

(42)

Tabel 2

c. Mampu menerima pengalaman yang terjadi dalam hidup baik suka

2. Kehidupan Eksistensial. a. Mampu menerima dirinya sendiri baik kelebihan maupun kelemahannya.

3. Kepercayaan terhadap Organisme Orang Sendiri.

a. Percaya diri dalam mengambil keputusan maupun tindakan .

b. Bertanggung jawab pada setiap keputusan yang diambil.

c. Mampu mempertimbangkan setiap situasi dan kondisi agar tidak

b. Tidak tergantung pada orang lain. c. Tidak mudah dipengaruhi oleh orang

5. Kreativitas, Spontanitas dan Humor.

a. Berfikir fleksibel

(43)

2. Format Pertanyaan

Item-item yang digunakan dalam kuesioner aktualisasi diri

pada penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang bersifat

favorabel dan pernyataan yang bersifat unfavorabel. Kuesioner yang

digunakan bersifat tertutup dan menggunakan 4 alternatif jawaban

untuk setiap item, yaitu (SS) Sangat Setuju, (S) Setuju, (TS) Tidak

Setuju, (STS) Sangat Tidak Setuju. Format kuesioner dapat dilihat pada

lampiran 1.

3. Penentuan Skor (Skoring)

Penentuan skor untuk setiap jawaban dari item-item pernyataan

adalah sebagai berikut:

a. Untuk pernyataan yang bersifat favorabel jawaban Sangat Setuju

(SS) diberi skor 4, Setuju (S) diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi

skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1.

b. Untuk pernyataan yang bersifat unfavorabel jawaban Sangat Setuju

(SS) diberi skor 1, Setuju (S) diberi skor 2, Tidak Setuju (TS) diberi

skor 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 4.

Subjek diminta untuk memilih salah satu alternatif jawaban

dengan cara memberi tanda centang (√) sesuai dengan pilihannya.

Jawaban-jawaban pernyataan diakumulasi untuk mengungkap tingkat

aktualisasi diri. Semakin tinggi skor, maka semakin tinggi aktualisasi

diri sedangkan semakin rendah, maka semakin rendah pula aktualisasi

(44)

4. Validitas dan Reliabilitas

a. Validitas

Validitas adalah taraf sampai dimana suatu alat ukur, mengukur

apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995:242). Validitas menurut

Azwar (2005:5) yaitu sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian

terhadap isi tes dengan analisa rasional atau lewat professional

judgement (Azwar 2004:45). Menurut Furchan (2004:296) validitas isi

tidak dapat dinyatakan dengan angka namun pengesahannya

berdasarkan pertimbangan yang diberikan oleh sejumlah ahli (Expert

Judgement).

Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan validitas isi yaitu

menggunakan professional judgement/judgement ahli. Professional

judgement dilakukan oleh:

1. Dosen Pembimbing Skripsi

2. Koordinator BK SMK Mikael Solo

3. Sub-Pamong SMK Mikael Sol

Nama-nama yang memberikan judgement dapat dilihat pada

lampiran 2.

Untuk pemilihan item-item yang akan digunakan dalam penelitian

(45)

Moment dari Pearson (Masidjo, 1995:246) dengan rumus sebagai

berikut:

N∑XY – (∑X) (∑Y) r xy =

√{N∑X² - (∑X)²} {N∑Y²- (∑Y)²} Keterangan:

r xy = Koefisien korelasi validitas item

X = Skor item tertentu yang akan diuji validitasnya

Y = Skor total aspek yang memuat item yang diuji validitasnya.

N = Jumlah responden

Proses penghitungan dilakukan dengan cara memberi skor pada

tiap item dan mentabulasikan ke dalam data penelitian. Penghitungan

dilakukan dengan SPSS 12. Pemilihan item berdasarkan korelasi

item-total, biasanya digunakan batasan ri ≥ 0,275. Semua item yang

memiliki koefisien korelasi minimal 0,275 dianggap memiliki daya

diskriminasinya tinggi dan jika kurang dari 0,275 diinterpretasikan

memiliki daya diskriminasi yang rendah (Azwar, 1999:65).

Rekapitulasi Hasil Penghitungan Item Total Corelations dengan

menggunakan Product Moment dan SPSS 12.0 terdapat pada lampiran

3. Hasil validitas berdasarkan program SPSS versi 12.0 yang dilakukan

terhadap 50 item terdapat 6 item gugur. Item-item yang gugur tersebut

tidak digunakan dalam analisis data. Pada tabel 3 akan disajikan tabel

(46)

Tabel 3

Rincian Item yang Gugur

b. Reliabilitas instrument

Reliabilitas berasal dari kata rely dan ability (Azwar, 2004:4).

Reliabilitas suatu tes merupakan taraf dimana instrumen mampu

menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya, yang diperlihatkan

dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil (Masidjo, 1995:209).

Reliabilitas ini mengukur sejauh mana pengukuran itu dapat

memberikan hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam

diri subjek belum berubah dan dapat dipercaya. Reliabilitas tidak

berurusan dengan yang ingin diukur. Pengukuran bisa reliabel (dapat

dipercaya) tanpa harus valid (Furchan, 2004:313)

Pengukuran tingkat reliabilitas instrument ditempuh dengan

metode belah dua (split-half method). Metode belah dua yang dipakai

berdasarkan nomer item bernomer ganjil merupakan belahan pertama

No ASPEK No

item

Nomor item &Pernyataan r xy

1. Keterbukaan pada Pengalaman 40 Saya merasa hidup saya hancur dan tidak berguna ketika putus cinta.

0,192

2. Kehidupan Eksistensial 10 45

Saya merasa Tuhan tidak adil terhadap diri saya.

Saya merasa puas dengan keadaan dan keberadaan diri saya saat ini.

0,258

0,251

3. Kepercayaan terhadap Organisme Sendiri

-

4. Perasaan Bebas 2

22

Saya akan memaksa kehendak saya agar oranglain menyetujui keputusan saya.

(47)

dan nomer genap adalah belahan kedua. Proses penghitungan

reliabilitas dengan cara memberi skor pada tiap item yang bernomer

gasal dijadikan belahan pertama (x) dan item yang bernomer genap

dijadikan belahan kedua (y). Kemudian mentabulasi dengan bantuan

Microsoft Excel dan penghitungan selanjutnya dilakukan dengan SPSS

12.0.

Reliabilitas kuesioner dihitung menggunakan rumus Pearson dan

diperoleh hasil rtt=0,773. Penghitungan reliabilitas ada dalam lampiran

3. Koefisien reliabilitas dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien

antara -1,00 sampai dengan 1,00 untuk memberikan arti terhadap

koefisien reliabilitas yang diperoleh, dipakai besar koefisien korelasi

dalam tabel statistik atau dasar signifikansi 1%. Dengan demikian

reliabilitas tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Di bawah ini

disajikan tabel 4 klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas:

Tabel 4

Daftar Korelasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kategori

0,91 – 1,00 Sangat Tinggi

0,71 – 0,90 Tinggi

0,41 – 0,70 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

(48)

D. Prosedur Pengumpulan Data.

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 26 April 2010. Pada tabel 5

disajikan jadwal kegiatan penelitian:

adalah 147 siswa dan 8 orang siswa absen.

E. Teknik Analisa

1. Langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisis data yaitu melalui

proses:

a. Menentukan skor-skor dari setiap alternatif jawaban. Alternatif

jawaban favorabel, yaitu: SS diberi skor 4, S diberi skor 3, TS diberi

skor 2, dan STS diberi skor 1. Sedangkan untuk alternatif jawaban

unfavorabel, yaitu: SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 3,

dan STS diberi skor 4.

b. Melakukan skoring dengan bantuan Microsoft Excel.

c. Membuat tabulasi data dan menghitung frekuensi jawaban pada setiap

item SS, S, TS, dan STS.

d. Menghitung besarnya persentase jawaban setiap alternatif jawaban.

e. Mencari presentase setiap aspek-aspek aktualisasi diri dengan

(49)

riil yang diperoleh siswa dengan skor yang seharusnya dicapai oleh

siswa. Di bawah ini disajikan tabel 6 daftar klasifikasi aktualisasi diri

berdasarkan PAP tipe 1:

Tabel 6

Daftar Klasifikasi Aktualisasi Diri berdasarkan PAP tipe 1

Tingkat f. Kemudian menyusun peringkat aspek-aspek aktualisasi diri dengan

menjumlahkan skor tiap item yang gunanya untuk memberi gambaran

sebagai bahan usulan topik-topik bimbingan klasikal.

g. Selanjutnya menggunakan bantuan program SPSS 12.0.

2. Mengusulkan topik-topik bimbingan yang sesuai dengan siswa-siswa kelas

XI SMK Mikhael Solo tahun pelajaran 2009/2010 dalam hal meningkatkan

aktualisasi diri.

Berdasarkan hasil penghitungan tersebut diusulkan topik-topik

bimbingan klasikal yang sesuai dengan siswa-siswa kelas XI SMK Mikael

Solo tahun pelajaran 2009/2010. Topik-topik diusulkan berdasarkan

butir-butir yang memiliki skor total terendah. Peneliti akan mengambil 3 nilai

terendah sebagai gambaran pembuatan topik-topik bimbingan klasikal.

(50)

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan perolehan data secara umum diketahui bahwa aktualisasi diri

siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010 adalah tinggi.

Data yang terkumpul diolah menggunakan PAP Tipe 1 dan hasilnya adalah 12%

sangat tinggi, 55% tinggi, 29% cukup, 4% rendah dan 0% sangat rendah.

Dari data diatas diketahui siswa yang memiliki aktualisasi diri “sangat

tinggi” 17 orang, “tinggi” 81 orang, “cukup” 43 orang, “rendah” 6 orang, dan

tidak ada siswa yang memiliki aktualisasi diri yang sangat rendah. Sedangkan

hasil analisis berdasarkan skor total tiap-tiap butir item terdapat 2 skor terendah

yang kemudian digolongkan pada aspek-aspek aktualisasi diri. Butir dengan skor

terendah dapat dilihat pada tabel 7:

Tabel 7

Rekapitulasi Jumlah Skor Butir Terendah No Aspek Aktualisasi

Diri

Skor Total Nomor Item&Pernyataan

1. Kreatifitas, Spontanitas dan Humor

370 6: Saya merasa tidak berdaya jika berada dalam situasi yang kaku.

2. Kepercayaan terhadap Organisme Orang Sendiri

376 38: Saya merasa canggung untuk memulai percakapan dengan orang yang baru.

Dasar pemilihan butir terendah dilihat dari jumlah skor terendah dari

setiap butir. Alasannya untuk mempermudah peneliti menemukan topik-topik

bimbingan klasikal yang dapat membantu siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo

(51)

B. Pembahasan

Hasil penelitian secara umum menggambarkan bahwa aktualisasi diri

siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010 memiliki

aktualisasi diri tinggi. Data yang diperoleh menunjukkan 17 siswa memiliki

aktualisasi diri sangat tinggi (12%), 81 siswa memiliki aktualisasi diri tinggi

(55%), 43 siswa memiliki aktualisasi diri cukup (29%), dan 6 siswa memiliki

aktualisasi diri rendah (4%). Pada penelitian ini tidak terdapat siswa yang

memiliki aktualisasi diri sangat rendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

aktualisasi diri siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010

belum tinggi dikarenakan masih adanya siswa yang memiliki aktualisasi dalam

kategori rendah.

Bila perkembangan diri siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun

pelajaran 2009/2010 tidak dibimbing dengan baik untuk mencapai aktualisasi diri

maka akan berdampak pada perkembangan kepribadian diri siswa tersebut.

Remaja bebas untuk mengembangkan potensinya, itu akan mengarahkan mereka

pada aktualisasi diri, namun jika tidak ada yang membantu dapat berpengaruh

pada perkembangan karakteristinya. Misalnya mereka menjadi sulit untuk

menyesuaikan diri sendiri maupun orang lain, menjadi kurang percaya diri sendiri

bahkan dengan orang lain, atau dapat juga memiliki konsep yang tidak baik

terhadap dirinya.

Meskipun siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo belum mampu

mengaktualisasikan diri secara optimal, namun mereka dapat mengarahkan diri

(52)

hidup. Masa transisi yang dialami oleh para siswa-siswa kelas XI SMK Mikael

solo yang merupakan usia remaja dapat menjadi suatu latar belakang dalam

pencapaian aktualisasi diri. Walaupun demikian para siswa kelas XI SMK Mikael

memiliki dorongan untuk mengaktualisasikan diri. Setiap orang memiliki

dorongan untuk mengaktualisasi diri dan hal itu ada sejak lahir seperti yang

diungkapkan Rogers (dalam Schultz, 1991).

Rogers mengatakan bahwa aktualisasi diri berlangsung terus bukanlah

suatu kondisi yang statis atau selesai. Maka siswa-siswa kelas XI SMK Mikael

Solo tahun pelajaran 2009/2010 akan mampu untuk mengarahkan dirinya pada

pengaktualisasi diri yang tinggi. Seperti yang dikatakan Maslow bahwa sulit

menemukan orang yang mengaktualisasikan diri untuk mencapai semua

aspek-aspek aktualisasi diri. Namun mampu mencapai beberapa dari keseluruhan aspek-aspek

aktualisasi diri. Oleh karena itu sangatlah penting membantu para siswa-siswa

kelas XI SMK Mikael Solo untuk mengarahkan dan memperkuat aktualisasi diri

melalui aspek-aspek aktualisasi diri.

Rogers mengatakan bahwa mengaktualisasikan diri merupakan proses

menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat serta potensi-potensi

psikologisnya yang unik (Schultz;1991:44). Meskipun remaja belum mampu

mengaktualisasikan diri dengan optimal, namun remaja mampu untuk merasa

bebas mengembangkan semua potensinya untuk menuju tujuan terakhir dari

(53)

Berikut ini akan dibahas hasil penelitian dengan menyoroti butir-butir

aktualisasi diri dengan jumlah skor tertinggi dan terendah dari tiap aspek-aspek

aktualisasi diri.

1. Butir aktualisasi diri dengan jumlah skor tertinggi

Dari hasil penelitian hanya terdapat satu butir yang memiliki jumlah skor

total tertinggi yang dicapai siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun

pelajaran 2009/2010. Butir tersebut tergolong pada aspek perasaan bebas dengan

jumlah skor 547. Dengan demikian dapat digambarkan bahwa aktualisasi diri

yang dicapai siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010

belum tinggi. Karena hanya terdapat satu saja aspek dengan jumlah skor tertinggi

yang dicapai siswa-siswa kelas XI Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010.

Hal ini tidak sesuai dengan apa yang dikatakan Rogers bahwa orang yang

berfungsi sepenuhnya (mengaktualisasikan diri) dapat mencapai lima aspek yang

ia kemukankan. Berarti dapat diketahui bahwa masih sangat minimalis aktualisasi

diri siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010.

Kemungkinan yang terjadi karena sekolah ini selalu membantu siswa untuk

menyalurkan setiap potensi yang dimiliki, maka mereka merasa bebas untuk

menyalurkan potensi tanpa harus dibatasi atau dikekang. Siswa-siswa kelas XI

SMK Mikael Solo memiliki pendampingan yang mempermudah proses evaluasi

dan refleksi dengan tujuan yang Cura Personalis yaitu memberikan perhatian

pada siswa secara mendalam (Kira, 2007:9).

Keadaan sekolah yang homogen (hanya satu jenis) juga memungkinkan

(54)

tempat yang memiliki kesamaan tugas perkembangan masa remaja laki-laki.

Selain itu dapat juga karena para siswa kelas XI berada dalam tahap

perkembangan remaja yang masih membutuhkan proses panjang untuk

menemukan jati dirinya. Demikian juga dengan pencapaian aktualisasi diri.

Aspek tertinggi yang dicapai siswa berhubungan erat dengan

perkembangan emosi dan sosial usia remaja. Keinginan untuk bersosialisasi tinggi

inilah yang dapat menumbuhkan perasaan bebas para siswa adanya keinginan

untuk mengeksplorasi diri. Hal ini dikarenakan aspek tersebut dapat membantu

siswa untuk mengaktualisasikan diri dengan mengembangakan potensi-potensi

unik yang ada dalam diri siswa tanpa mengalami tekanan dari pihak manapun.

Kebebasan yang dirasakan para siswa bukan berarti kebebasan untuk

melanggar aturan sekolah dari kewajiban belajar sebab sekolah ini selalu

menanamkan kedisiplinan. Namun perasaan bebas yang dialami para siswa

kemungkinan adalah perasaan bebas berbicara ataupun bebas berpendapat yang

mungkin dalam keluarga tidak dapat mereka lakukan. Perbedaan pendapat yang

mungkin terjadi dalam keluarga para siswa membuat mereka merasa sangat tidak

bebas dan mengalami kekangan. Hal tersebut cenderung tidak menyenangkan bagi

para siswa yang merupakan usia remaja. Peristiwa tersebut dapat terlihat dalam

buku kasus di sekolah yang menunjukkan bahwa banyak siswa yang terlibat kasus

sekolah memiliki hubungan keluarga yang kurang harmonis (Buku

Kasus:2008/2009). Maka memang benar bahwa mereka merasa kebebasan saat di

(55)

Selain itu dengan memiliki perasaan bebas dapat juga membantu siswa

untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain karena tidak mengalami paksaan

dari orang lain. Maka memiliki perasaan yang bebas berhubungan erat juga

dengan ciri-ciri siswa yang notabene adalah remaja yaitu mencari identitas.

2. Butir aktualisasi diri dengan jumlah skor terendah

Dari hasil penelitian terdapat dua butir aktualisasi diri yang memiliki

jumlah skor terendah. Butir tersebut tergolong pada aspek kreativitas, spontanitas

dan humor (370) serta aspek kepercayaan terhadap organisme orang sendiri (376).

Hasil penelitian tersebut dapat menggambarkan bahwa siswa-siswa kelas XI SMK

Mikael tahun pelajaran 2009/2010 mengalami kurangnya keterbukaan terhadap

pengalaman dan rasa kurang percaya diri sebab kedua hal tersebut yang

mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dan bertingkah apa adanya

(Schultz, 1991). Maka kedua aspek diatas memiliki hubungan yang sangat erat

dalam mencapai aktualisasi diri.

Siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo memiliki jumlah skor terendah

pada aspek kreativitas, spontanitas dan humor serta kepercayaan terhadap

organisme orang sendiri kemungkinan bersumber dari tuntutan sekolah.

Rendahnya aspek kreatifitas, spontanitas dan humor mungkin adanya tuntutan

sekolah yang menekankan pada pengembangan skills sehingga menjadikan

sekolah ini seperti sekolah kerja yang membuat siswa cenderung menghabiskan

banyak waktu dengan mesin. Banyaknya waktu yang dihabiskan dengan mesin

(56)

memposisikan sesamanya seperti mesin yang selalu dihadapinya. Dengan

demikian siswa sulit untuk terus mengembangkan potensinya, meskipun sekolah

ini memberikan kebebasan pada siswa untuk mengembangkan bakat-bakatnya

sebab kurangnya waktu untuk berkreasi.

Rendahnya aspek kepercayaan terhadap organisme orang sendiri

kemungkinan dapat disebabkan siswa merasa hanya siswa yang bersekolah di

sekolah kejuruan yang tidak memiliki masa depan bagus selain untuk bekerja.

Adanya perasaan yang muncul karena mereka sekolah di sekolah “kelas dua”

tentu berbeda jika dibandingkan dengan SMU. Pandangan mereka tentang

siswa-siswa SMU yang lebih pandai, lebih kaya dan lebih banyak teman perempuan

(Mahatma SJ said). Peristiwa tersebut tampak ketika pertemuan tujuh kolese

yaitu: Loyola, De Brito, Kanisius Jakarta, dan Wacana Bhakti siswa SMK Mikael

merasa ciut nyali sehingga cenderung pasif dalam setiap kegiatan. Mereka merasa

“kalah kelas” dan “kalah saing” dengan kolese tersebut yang termasuk dalam

SMU. Namun, berbeda kita para siswa bertemu dengan PIKa yang sama-sama

berasal dari sekolah kejuruan mereka merasa lebih percaya diri sebab sekolah

mereka lebih unggul.

Selain itu SMK Mikael termasuk sekolah untuk siswa-siswa yang berasal

dari keluarga ekonomi menengah kebawah yang menuntut mereka menjadi tulang

punggung keluarga maka hal ini yang menjadikan mereka memiliki kepercayaan

diri yang kurang. Latar belakang keluarga yang memberikan tekanan pada mereka

untuk membantu perekonomian keluarga mungkin dapat dijadikan alasan mereka

(57)

dengan membangun relasi dengan sebayanya bahkan lawan jenis mengalami

hambatan karena harus bekerja untuk keluarga. Menurut salah satu guru teknik di

SMK Mikael Solo mengatakan bahwa rasa kurang percaya terhadap diri sendiri

timbul akibat kepercayaan lebih yang diberikan pada mereka karena dianggap

selalu mampu mengerjakan segala hal. Pada realitanya tidak semua dapat

dikerjakan maka ketakutan akan kepercayaan lebih yang diberikan tersebut

menjadikan mereka kurang percaya terhadap dirinya sendiri. Rogers mengatakan

bahwa seseorang yang sehat adalah orang yang berani untuk membuat keputusan

sesuai dengan apa yang dirasa benar dan dapat mempertimbangkan setiap segi

serta berani untuk bertanggung jawab dengan konsekuensi (Schultz; 1991)

Adanya perasaan yang berbeda pada diri siswa-siswa kelas XI SMK

Mikael Solo dengan teman-teman yang berada di sekolah menengah umum,

kemungkinannya para siswa berfikir bahwa siswa-siswa yang berada pada sekolah

menengah merupakan siswa-siswa yang memiliki masa depan cerah. Alasannya

setelah menyelesaikan sekolah menengah umum dengan otomatis mereka akan

menlanjtukan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi. Sedangkan para

siswa Mikael Solo, setelah menyelesaikan sekolah menengah kejuruan cenderung

langsung meneruskan untuk bekerja.

Kemungkinan lain yang dapat mempengaruhi kurangnya rasa percaya

terhadap diri sendiri adalah usia mereka yang menginjak masa remaja. Masa

remaja merupakan masa dimana remaja mencari identitas dirinya sehingga

rendahnya rasa percaya pada diri sendiri seringkali terjadi akibat remaja selalu

(58)

Kebutuhan remaja yang besar untuk diterima oleh orang lain memungkinkan

mereka mengalami krisis kepercayaan diri. Alasannya ketika orang lain tidak

menerima gagasan ataupun pendapat mereka dengan respon yang baik maka

kecenderungan remaja akan takut untuk mencobanya lagi. Kegagalan menjadi

pengaruh besar bagi seorang remaja untuk tidak percaya diri.

Salah satu ciri seseorang mampu mengaktualisasikan diri yaitu bertingkah

laku apa adanya. Hal tersebut yang mendorong seseorang untuk memiliki

kreativitas. Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk berfikir secara

luas dalam menyelesaikan suatu persoalan dirinya sendiri dengan mencari

penyelesaian dari masalah tersebut serta menghasilkan sesuatu yang bersifat baru

dan berguna bagi diri sendiri maupun orang lain, sehingga membantu orang lain

untuk memahami dan menemukan gagasan atau rumusan yang baru

(Munandar;2009). Kreativitas seseorang menggunakan imajinasi yang ia peroleh

dari interaksi maupun ide yang muncul dari orang lain dan dilihat dari sudut

pandang yang berbeda.

Pada hakikatnya tiap orang memiliki kreativitas, namun itu semua

tergantung pada diri orang itu sendiri, orang dikatakan kreativ jika ia mau untuk

menindaklanjuti ide-ide ataupun pemikiran-pemikiran ke dalam suatu tindakan.

Kreativitas perlu untuk remaja sebab tuntutan masalah yang akan dihadapi mereka

semakin kompleks. Bertambahnya usia mereka menuntut mereka untuk semakin

mahir menyelesaikan masalah dalam hidupnya sendiri. Keterbukaan dapat

menjadi faktor pendukung seseorang menjadi kreativ. Alasanya orang menerima

Gambar

Tabel 1 : Rincian siswa-siswa kelas XI....................................................
Tabel 1 Rincian siswa-siswa kelas XI SMK Mikael Solo tahun pelajaran 2009/2010
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Aktualisasi Diri
Tabel 3  Rincian Item yang Gugur
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan dukungan psikosial dan kesehatan jiwa diarahkan untuk tidak menyatakan upaya yang diberikan dapat "menyembuhkan trauma" hanya dengan aktivitas

membuat aplikasi dalam Android adalah Adobe Flash dengan. bahasa pemrograman Actionscript

Poket dengan kehilangan tulang keberadaan poket secara klinis ditandai dengan adanya perdarahan gingiva dengan probing atau spontan.

Beras hitam merupakan varietas lokal yang mengandung pigmen (terutama antosianin) paling baik, berbeda dengan beras putih atau beras warna lain.. Beras hitam memiliki rasa dan

Barbora (2009) menyimpulkan bahwa meta analisis menurut Sutrisno, Hery dan Kartono (2007) merupakan teknik yang digunakan untuk merangkum berbagai hasil penelitian

Baiquni pada tahun 2007 dalam Sahputra (2009: 11) menyatakan dalam situasi belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh serta membutuhkan dan melibatkan interaksi, sering

dalam Pasal 6 ayat (2) tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadinya perolehan, besaran pokok Bea

Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai anoksia/hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia neonatus dan bayi mendapat perawatan