• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi tingkat perilaku asertif siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 dan implikasinya pada usulan topik bimbingan klasikal - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Deskripsi tingkat perilaku asertif siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 dan implikasinya pada usulan topik bimbingan klasikal - USD Repository"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

(3)
(4)

ii i

(5)
(6)

v

(7)
(8)

ii

(9)
(10)

x

(11)
(12)

i

(13)
(14)
(15)

v i x A

K A T S U P N A I J A K : I I B A B

.

A PerliakuAserit f……….... . 8 .

1 Pengeritanperliakuaserit f……… 8 .

2 Aspek-aspekdalamperliakuaserit f………. 14 .

3 Hambatandalammewujudkanperliakuaserit f……… 16 .

4 Manfaa tperliakuaserit f………... 18 .

5 C -aracarauntukmeningkatkanperliakuaserit f…………... 2 0 .

B BimbinganKlasikal .

1 Pengeritanbimbingan……… . 22 .

2 Pengeritanbimbinganklasika l……….. . 23 .

3 Bidang-bidangbimbinganklasika l……… 24 .

4 Tujuanbimbingan ……… . 25 .

C PeranBKdalamPengembanganPerliakuAserit fSisw i………… . 26

N A I T I L E N E P I G O L O D O T E M : I I I B A B

.

A Jeni sPeneilitan……… 28 .

B SubjekPeneilitan……… . 28 .

C InsrtumenPengumpulanData .

1 Kuesione ritngka tperliakuaserit f……….. 3 0 .

2 Skalapengukurandanpenentuans ko r……… 3 0 .

D Uj iAla tUkur .

1 Uj ivaildtiasis i……… 34 .

(16)

v

(17)
(18)

ii v x

N A R I P M A L R A T F A D

1 n a ri p m a

L :Tabulas iSko rUj iCobaPeneilitan……… 4 8 2

n a ri p m a

L :Sko rBelahanDataGanjli-GenappadaUj iCoba

Peneilitan ...……… 2 9 3

n a ri p m a

L :Kisi- ik is KuesionerPerliakuAsetrfi ... . 94 4

n a ri p m a

L :Kuesione r /Angke tPerliakuAserit f... 99 n

a ri p m a

L 5 :DataPeneilitanPerliakuAserit fSisw iKela sX

SMASantaMairaYogyakatraTahunAjaran2011/2012. .. . 51 0 n

a ri p m a

L 6 :DataPeneilitanpe rAspekPerliakuAsetrfi... . 118 n

a ri p m a

L 7 :ContohSatuanPelayananBimbingan. ... . 14 4 n

a ri p m a

L 8 :SuratI ijnUj iCobaPeneilitan ... . 148 9

n a ri p m a

L :SuratI ijnPeneilitan ... . 149 n

a ri p m a

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian mengenai (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan

Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, dan (5) Definisi

Operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Secara naluriah, semua manusia membutuhkan manusia lain. Orang

yang sudah merasa tidak butuh orang lain justru mengingkari nalurinya.

Kebutuhan itu direalisasikan dalam bentuk kerjasama, saling tolong

menolong, dan lain-lain. Seperti yang sudah digariskan Tuhan, kita tidak

hanya menjadi makhluk individual, tetapi juga makhluk sosial. Tidak ada

manusia yang sanggup membangun hidupnya sendiri. Dengan kata lain,

manusia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.

Apabila kebutuhan untuk menjadi makhluk sosial itu tidak terpenuhi,

maka kehidupan manusia sebagai makhluk individu akan kesulitan.

Menurut Horney, “kebutuhan manusia dapat digolongkan menjadi

tiga, yaitu bergerak mendekati orang banyak untuk meraih kebutuhan akan

cinta, bergerak menjauhi orang banyak untuk meraih kebutuhannya akan

kebebasan dan kemandirian, dan bergerak menantang orang banyak untuk

memenuhi kebutuhannya akan kekuatan” (Ubaedy, 2008: 23). Salah satu

cara individu memenuhi kebutuhan untuk menjalin relasi cinta yang baik

(20)

2

adalah kemampuan berperilaku asertif. Seseorang dikatakan asertif jika ia

mampu secara langsung, terbuka, dan jujur dalam mengekspresikan

perasaan, pikiran, dan pandangannya terhadap pihak lain dengan cara yang

deskriptif tanpa mengabaikan haknya dan hak orang lain. Orang yang

asertif memiliki cara pandang yang realistis, tegas, dan obyektif. Orang

yang asertif juga fleksibel sehingga dapat menjalin dan menjaga hubungan

yang harmonis dengan orang di sekitarnya. Orang yang dapat berperilaku

asertif mudah diterima oleh lingkungan sekitarnya. Ia tidak akan menjadi

korban pihak lain dan tidak akan mengorbankan orang lain demi

kepentingannya.

Sampai sekarang masih ada individu yang sulit untuk berperilaku

asertif, terutama dalam hal yang menyangkut perasaan negatifnya pada

sesuatu atau seseorang. Mengalami suatu perasaan dan

mengungkapkannya kepada orang lain bukan saja merupakan sumber

kebahagiaan, melainkan juga sebagai salah satu kebutuhan demi kesehatan

psikologisnya. Orang enggan berperilaku asertif karena dalam dirinya ada

rasa takut mengecewakan orang lain, takut jika akhirnya ia tidak disukai

atau diterima lagi. Selain itu alasan “untuk mempertahankan kelangsungan

hubungan” juga sering menjadi alasan karena salah satu pihak tidak ingin

membuat pihak lain sakit hati. Dengan keadaan seperti ini, orang dapat

merasa dimanfaatkan, sehingga hubungan menjadi terganggu.

Saat ini siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta menginjak masa

remaja. Pada masa remaja, anak mengalami peralihan dari masa anak ke

(21)

masa dewasa. Masa remaja yang usianya berkisar antara 12 hingga 23

tahun diwarnai oleh pergolakan. Masa pergolakan itu diwarnai oleh

konflik dan perubahan suasana hati. Berbagai pikiran, perasaan, dan

tindakan remaja berubah-ubah antara kesombongan dan kerendahan hati,

niat yang baik dan godaan, kebahagiaan dan kesedihan. Pada suatu saat

remaja dapat bersikap sangat tidak menyenangkan terhadap kawan-kawan

sebaya, sementara pada saat lain dapat bersikap baik, kadang-kadang

membutuhkan privasi, namun beberapa detik kemudian menginginkan

kebersamaan.

SMA Santa Maria Yogyakarta merupakan sekolah yang para siswinya

adalah perempuan (homogen). Salah satu cara untuk menjaga diri supaya

remaja perempuan terbebas dari kejahatan yang dilakukan oleh lawan jenis

atau sesama jenis adalah mampu berperilaku asertif. Misalnya, berani

berkata tidak jika diajak untuk mengikuti tindakan yang tidak sesuai

dengan pikiran atau perasaannya, berani mengambil keputusan untuk

dirinya sendiri, mengungkapkan perasaan positif dan negatif dengan tegas

dan terbuka, dan sebagainya. Menurut Alberti dan Emmons (2002: 15)

perempuan yang asertif adalah orang asertif yang menunjukkan kualitas

berperilaku asertif, sehingga ia menyukai perilaku asertifnya tersebut dan

orang lain juga menyukai perilaku asertifnya itu. Pelatihan berperilaku

asertif bagi perempuan adalah pertanda yang memberikan harapan bagi

mereka. Mengembangkan kesanggupan untuk membela dirinya sendiri dan

(22)

4

SMA Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 mampu

mengurangi tekanan sekaligus meningkatkan harga diri mereka sebagai

manusia.

Pada masa remaja ini, siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta

masih dalam pencarian identitas diri dan mengalami pembentukan

kepribadian. Walaupun sedang dalam proses pencarian jati diri tersebut,

peneliti tertarik untuk meneliti siswi kelas X dalam perilaku asertifnya,

peneliti ingin membantu siswi untuk membentuk kepribadian dengan salah

satu cara yaitu meningkatkan perilaku asertif mereka dalam berinteraksi

dengan orang lain yang berada di lingkungan yang baru. Melalui interaksi

tersebut, siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta dapat berlatih dan

membiasakan diri berperilaku asertif. Selama peneliti menjalankan PPLBK

di SMA Santa Maria Yogyakarta pada bulan Januari 2011, peneliti

mendapat kesan para siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta

memiliki perilaku kurang asertif. Hal ini dirasakan saat peneliti melakukan

konseling dengan siswi, mayoritas masalah yang mereka hadapi adalah

kesulitan berinteraksi dengan teman-temannya karena satu sama lain masih

takut dan enggan untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara

tegas dan terbuka. Peneliti juga bertanya pada Guru BK di sekolah

tersebut, ternyata masalah yang dialami siswi selama konseling sama

dengan yang peneliti ungkapkan. Oleh karena itu peneliti terdorong untuk

melakukan penelitian tentang tingkat perilaku asertif. Menurut peneliti,

siswi kelas X perlu dibiasakan sejak awal untuk mampu berperilaku asertif

(23)

supaya dapat menjalin relasi yang baik di lingkungan yang baru. Hasil

penelitian ini akan diberikan pada pihak sekolah, terutama guru BK

sebagai gambaran tingkat perilaku asertif siswinya, dan peneliti akan

memberikan usulan topik-topik bimbingan klasikal yang akan diambil dari

butir-butir item yang masuk dalam kategori rendah dan sangat rendah

sebagai implikasi untuk membantu mengembangkan perilaku asertif

mereka.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah hasil penelitian terhadap perilaku asertif siswi kelas

X SMA Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 ?

2. Usulan topik bimbingan klasikal manakah yang diberikan untuk

mengembangkan perilaku asertif siswi kelas X SMA Santa Maria

Yogyakarta ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat

perilaku asertif siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran

2011/2012, serta memberikan usulan topik-topik bimbingan klasikal untuk

(24)

6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Memberikan gambaran mengenai tingkat perilaku asertif siswi

kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.

2. Manfaat praktis

a. Bagi guru BK

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

guru BK dalam upaya mengembangkan perilaku asertif

sekaligus meningkatkannya agar sungguh-sungguh

bermanfaat bagi siswinya.

b. Bagi peneliti sebagai calon konselor

Peneliti dapat menilai diri sendiri dalam berperilaku asertif

dan meningkatkan perilaku asertifnya

c. Bagi peneliti lain

Peneliti lain dapat menambah wawasan dalam bidang

penelitian tentang perilaku asertif dan diharapkan dapat

memperoleh inspirasi untuk melakukan penelitan baru.

E. Definisi Operasional

1. Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata

secara jelas dan terperinci (KBBI, 2008: 320). Dalam penelitian ini

berarti penggambaran tingkat perilaku asertif siswi kelas X SMA

Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.

(25)

2. Perilaku asertif adalah perilaku mengungkapkan diri dengan

mengembangkan kesetaraan dalam hubungan antar manusia, yang

memungkinkan kita untuk bertindak menurut kepentingan sendiri,

untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan jujur, untuk

mempertahankan hak-hak pribadi kita dengan tetap menghargai

hak-hak orang lain (seperti yang dimaksudkan dalam butir-butir

kuesioner yang digunakan).

3. Siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran

2011/2012 adalah semua anak didik yang terdaftar sebagai siswi

kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 dan

berjumlah 112 orang.

4. Topik bimbingan klasikal merupakan pokok bahasan tertentu yang

direncanakan dan akan diberikan kepada siswi saat bimbingan di

kelas dalam waktu tertentu untuk membantu meningkatkan

(26)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian mengenai (1) Perilaku Asertif (pengertian perilaku

asertif, aspek-aspek dalam perilaku asertif, hambatan dalam mewujudkan perilaku

asertif, manfaat perilaku asertif, dan cara-cara untuk meningkatkan perilaku

asertif); (2) Bimbingan Klasikal (pengertian bimbingan, pengertian bimbingan

klasikal, bidang-bidang bimbingan klasikal, dan tujuan bimbingan klasikal); (3)

Peran BK dalam Pengembangan Perilaku Asertif Siswi.

A. Perilaku Asertif

1. Pengertian perilaku asertif

Sebagai makhluk yang dilahirkan untuk dapat berkomunikasi

dengan baik, manusia perlu memiliki keterampilan menyampaikan

pesan kepada sesama dalam kehidupan sehari-hari. Sikap asertif

dibutuhkan supaya komunikasi dapat berjalan efektif.

Asertif berasal dari kata Inggris, “to assert” yang artinya

mengatakan dengan tegas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2008: 92) asertif berarti tegas. Perilaku asertif adalah ekspresi yang

langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan,

atau hak-hak individu tanpa kecemasan yang tidak beralasan

(Cawood, 1997: 13). Perilaku asertif juga berarti mengerti apa yang

seseorang lakukan dan inginkan, menjelaskan atau

8

(27)

mengungkapkannya pada orang lain, berusaha untuk memenuhi

kebutuhan diri sendiri sambil tetap menunjukkan hormat kepada orang

lain (Adams dan Lenz, 1995: 28). Stein dan Book (2004: 90)

mendefinisikan keterampilan asertif sebagai “kemampuan untuk

berkomunikasi dengan jelas, spesifik, dan tidak taksa (multi tafsir)

artinya harus pasti, sambil sekaligus tetap peka terhadap kebutuhan

orang lain dan reaksi mereka dalam peristiwa tertentu”. Asertif

memiliki tiga komponen dasar, yaitu kemampuan mengungkapkan

perasaan, cinta, kemampuan mengungkapkan keyakinan dan

pemikiran yang kuat (mampu menyuarakan pendapat, menyatakan

ketidaksetujuan dan bersikap tegas), dan kemampuan untuk

mempertahankan hak-hak atau kebebasan pribadi (tidak membiarkan

orang lain mengganggu dan memanfaatkan dirinya).

Perilaku asertif adalah perilaku antar pribadi (interpersonal

behaviour) yang melibatkan aspek kejujuran, keterbukaan pikiran dan

perasaan. Perilaku asertif ini ditandai dengan adanya kesesuaian sosial

dan orang yang mampu berperilaku asertif akan mempertimbangkan

perasaan dan kesejahteraan orang lain. Selain itu, kemampuan dalam

perilaku asertif menunjukkan adanya kemampuan untuk

menyelesaikan diri dalam hubungan antar pribadi. Perilaku asertif

merupakan akibat adanya kebebasan emosional, yang meliputi

pengetahuan akan hak-hak dan kemudian memperjuangkannya tanpa

(28)

10

Alberti dan Emmons (2002: 6) mengatakan bahwa perilaku yang

asertif mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia, yang

memungkinkan kita untuk bertindak menurut kepentingan kita sendiri,

untuk membela diri sendiri tanpa kecemasan yang tidak semestinya,

untuk mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, untuk

menerapkan hak-hak pribadi kita tanpa menyangkali hak-hak orang

lain. Perilaku asertif merupakan kemampuan seseorang untuk dapat

menyampaikan atau merasa bebas untuk mengemukakan perasaan dan

pendapatnya, serta dapat berkomunikasi dengan semua orang.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku

asertif adalah perilaku mengungkapkan diri dengan mengembangkan

kesetaraan dalam hubungan antar manusia, yang memungkinkan kita

untuk bertindak menurut kepentingan sendiri, untuk mengungkapkan

pikiran dan perasaan dengan jujur, untuk mempertahankan hak-hak

pribadi kita dengan tetap menghargai hak-hak orang lain.

Ada tiga jenis perilaku (respon) yang muncul dalam menghadapi

masalah atau situasi yang menimbulkan kesulitan. Ketiga jenis

perilaku yang dimaksudkan adalah agresif, asertif, dan non-asertif.

Berikut ini akan dijelaskan pengertian perilaku non-asertif dan

perilaku agresif.

Adams dan Lenz (1995: 25) menyatakan perilaku non asertif

adalah perilaku yang tidak menyatakan perasaan, pikiran, kebutuhan,

keinginan, dan pendapat sendiri. Orang yang pasif (non-asertif)

(29)

menyangkal diri dengan tidak menunjukkan perasaannya kepada

orang lain. Dia memendam perasaannya demi menghindari konflik.

Orang pasif cenderung tidak berani mengambil inisiatif sendiri untuk

memenuhi kebutuhannya. Dia lebih sering menangguhkan

kebutuhannya demi memenuhi kebutuhan orang lain. Oleh sebab itu,

orang lain sering mengambil keuntungan darinya seperti dengan

membuat keputusan, meremehkan masukan-masukannya atau

memberinya lebih pekerjaan. Dalam keadaan demikian, dia merasa

disakiti dan merasa cemas, benci, dan frustasi. Dia cepat menyerah,

putus asa, dan mengalah pada pendapat orang lain, dan dengan

demikian tujuannya jarang tercapai. Akibatnya dia cenderung kalah

dan tidak bahagia.

Menurut Adams dan Lenz (1995: 27) perilaku agresif merupakan

antonim dari perilaku pasif. Perilaku agresif berarti perilaku

memenuhi kebutuhan sendiri tetapi mengorbankan orang lain,

bersikap tidak peka (acuh) atau berlawanan dengan perasaan, ide, dan

kebutuhan orang lain. Orang agresif terbuka menyatakan perasaan,

pendapat, dan kebutuhannya, tetapi dengan cara menghina,

mengabaikan dan menyakiti orang lain. Dia tidak menghormati

pandangan orang lain dan juga tidak peduli pada kebutuhan dan

perasaan orang lain. Dia memaksakan pendapat atau keinginan supaya

(30)

12

Perilaku asertif dapat diungkapkan secara verbal melalui empat

jenis I-messages (Adams dan Lenz, 1995: 36), yaitu :

a. I-messages deklaratif

I-messages deklaratif adalah pengungkapan diri yang

berkaitan dengan keyakinan, ide, kesukaan, sikap, minat, reaksi,

perasaan, dan tujuan. Mitra komunikasi lebih memahami

pengirim, mengetahui apa yang dialami, mengetahui bagaimana

rasanya menjadi orang seperti pengirim, dan bisa lebih jujur

berhubungan dengan pengirim. I-messages yang deklaratif juga

mengundang dan mendorong mitra komunikasi untuk membagi

pengalaman sehingga dapatlah terbina hubungan yang lebih

bermakna. Contoh : “Saya tidak suka ketidakjujuran”.

b. I-messages responsif

I-messages responsif merupakan kecakapan berkomunikasi

untuk menanggapi permohonan dari orang lain (mitra

komunikasi) yang tidak dapat dipenuhi atau permintaan yang

dapat diterima, atau merupakan pernyataan yang dengan jelas

mengkomunikasikan “tidak” atau “ya”. Contoh : “Maaf, saya

tidak bisa memenuhi harapanmu”.

Ada dua bagian dari I-messages responsif yang

mengkomunikasikan “tidak”, yaitu : (1) pengungkapan apa

adanya mengenai diri sendiri (menegaskan apa yang diinginkan).

Bagian ini dengan jelas menyatakan keputusan untuk menolak

(31)

permintaan (dengan cermat mengkomunikasikan keputusan atau

pilihan secara sadar). (2) menjelaskan alasan terhadap permintaan

yang tidak dapat diterima. Bagian ini mengungkapkan mengapa

memilih mengatakan “tidak” (mengapa permintaan tidak dapat

diterima). Sebenarnya tidak selalu perlu menjelaskan alasan untuk

menolak permintaan, tetapi dengan mengemukakan alasan mitra

komunikasi tidak mendapat kesan bahwa pengirim kasar atau

agresif, dan memahami bahwa pengirim dengan sadar memilih

kebutuhan lain yang sah.

c. I-messages preventif

I-messages preventif merupakan pengungkapan diri yang

menyebabkan mitra komunikasi tahu lebih awal tentang apa yang

diinginkan dan dibutuhkan, sehingga dapat mencegah timbulnya

konflik dan salah paham. I-messages preventif terdiri dari dua

bagian, yaitu (1) pengungkapan atau penjelasan kebutuhan; (2)

pengungkapan alasan kebutuhan yang bersangkutan. Contoh :

“Saya tidak ingin suasana yang ramai waktu belajar.”

d. I-messages konfrontatif

I-messages konfrontatif merupakan pengungkapan diri yang

mendeskripsikan perasaan negatif yang dialami sesudah

menghadapi tingkah laku orang lain, dan akibat dari tingkah laku

orang lain itu terhadap diri kita. Contoh : “Saya tidak suka

(32)

14

Ada tiga unsur penting yang terdapat dalam I-messages

konfrontatif, yaitu :

1) Mengekspresikan perasaan negatif secara jujur, spesifik,

jelas, dan apa adanya. Hal ini memberikan kesempatan

kepada orang lain untuk memahami keadaannya. Dengan

demikian, diberi kesempatan untuk mengubah perilaku yang

tidak dapat diterimanya.

2) Memaparkan perilaku yang tidak diterimanya. Dengan kata

lain mendeskripsikan perilaku orang lain yang tidak dapat

diterimanya, dan yang mengganggunya tanpa menuduh.

3) Menjelaskan bagaimana perilaku tersebut mempengaruhi

dirinya. Hal ini merupakan pernyataan jujur mengenai akibat

perilaku orang lain terhadap diri sendiri.

2. Aspek-aspek dalam perilaku asertif

Alberti dan Emmons (2002: 42) mengemukakan aspek-aspek yang

terdapat dalam perilaku asertif, yaitu:

a. Mengembangkan kesetaraan dalam hubungan antar manusia.

Orang yang asertif adalah orang yang mampu menempatkan diri

dan orang lain secara setara, sehingga mau menerima kekurangan

orang lain dan mengakui kelebihan orang lain. Orang yang asertif

dapat menerima kekurangan yang ada dalam dirinya serta mau

mengakui kelebihan yang dimilikinya.

(33)

b. Bertindak menurut kepentingan sendiri

Orang yang asertif adalah orang yang mempunyai kemampuan

untuk membuat keputusan bagi dirinya. Ia juga mampu

berinisiatif untuk memulai pembicaraan dengan orang lain dengan

ikut berpartisipasi dalam beberapa kegiatan dan mengorganisir

kegiatannya. Ia mampu menetapkan tujuan bagi dirinya dan

berusaha untuk mencapainya. Ia juga berpartisipasi dalam

pergaulan di lingkungan sekitarnya dan berani untuk meminta

bantuan dari orang lain.

c. Mengungkapkan pikiran dengan jujur

Orang yang asertif berani mengutarakan pendapatnya dengan

jelas dan tepat. Orang yang asertif dapat mengungkapkan seluruh

isi pikiran dan keyakinan kepada orang lain dengan spontan dan

apa adanya, serta berani untuk mempertahankan pendapatnya.

d. Mengungkapkan perasaan secara jujur

Orang yang asertif mampu mengekspresikan perasaan-perasaan

mereka secara terbuka tanpa rasa cemas atau bersalah, baik

perasaan positif maupun perasaan negatif.

e. Mempertahankan hak-hak pribadi

Orang yang asertif berani mengatakan “tidak” untuk hal-hal yang

merugikan atau tidak sesuai dengan keinginannya. Ia juga

bersedia menerima kritik atau pendapat dari orang lain dan

(34)

16

f.Menghargai hak-hak orang lain

Orang yang asertif berusaha berperilaku yang menyenangkan bagi

orang lain, dengan menghormati perasaan mereka dan

menghargai pendapatnya, serta bersedia memberikan bantuan

kepada orang lain.

3. Hambatan dalam mewujudkan perilaku asertif

Hambatan untuk mewujudkan perilaku asertif terutama datang dari

diri sendiri. Aaron Beck (Alberti dan Emmons, 2002: 97-98)

menjabarkan bahwa beberapa pola pikir yang menghambat seseorang

berperilaku asertif, yaitu :

a. Kecenderungan untuk berpikir kurang baik terhadap diri sendiri

(konsep diri yang negatif)

Orang yang selalu menilai dirinya negatif, tidak mampu

mengatakan sesuatu yang benar, karena merasa dirinya tidak

layak yang membuatnya sulit berperilaku asertif. Bila melihat

ketidakadilan di sekitarnya, dia tetap diam saja karena merasa

dirinya tidak pantas.

b. Kecenderungan untuk membesar-besarkan masalah.

Masalah yang sebenarnya terjadi itu bisa tidak sebesar dan

separah apa yang diutarakan orang lain. Kadang-kadang orang

membesar-besarkan masalah hanya karena ingin dikasihani oleh

(35)

orang lain atau ingin mendapat pembelaan dari orang lain. Orang

yang demikian sulit berperilaku asertif.

c. Keyakinan bahwa hidup ini kalau tidak begini, pasti begitu.

Ide tentang baik-buruk, hitam-putih, ya-tidak, akan membatasi

pilihan, padahal dalam kenyataannya masih ada sejumlah

alternatif yang lain. Keyakinan yang demikian menghambat

seseorang berperilaku asertif.

d. Pandangan terhadap diri sendiri yang tidak berdaya dan rapuh.

Orang yang mudah putus asa dalam menjalani hidup, tidak akan

melakukan apa-apa dan diam saja serta pasrah tanpa berusaha

karena ia merasa sudah tidak berdaya dan rapuh. Hal inilah yang

menghambat mereka untuk berperilaku asertif.

Alberti dan Emmons (2002: 7) menjabarkan hambatan yang

umumnya dihadapi dalam mewujudkan perilaku asertif, yaitu :

a. Banyak orang tidak percaya bahwa mereka memiliki hak untuk

bersikap asertif.

b. Banyak orang sangat cemas atau takut untuk bersikap asertif.

c. Banyak orang kurang terampil dalam mengekspesikan diri

(mengungkapkan perasaan atau pikiran dalam perilaku) secara

(36)

18

4. Manfaat perilaku asertif

Berikut ini akan diuraikan manfaat seseorang berperilaku asertif

menurut Adams dan Lenz (1995: 29-33) :

a. Memahami diri sendiri

Perilaku asertif dapat membantu individu untuk menyampaikan

ide kepada orang lain. Ia akan mengenali dirinya dengan cara

bertindak lebih nyata sesuai dengan apa yang dirasakannya dan

mampu mengungkapkan kebutuhannya pada orang lain, sehingga

memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan dirinya.

b. Hidup dalam kekinian

Melalui perilaku asertif, individu dapat terbantu untuk memenuhi

kebutuhannya saat ini. Ia yang berperilaku asertif tidak

terbelenggu masa lalu dan masa yang akan datang. Ia senantiasa

berjuang untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan

kebutuhannya yang mengganggu.

c. Kebutuhan pokok dapat terpenuhi

Apabila orang lain mengetahui kebutuhan dan keinginan kita, ia

bersedia bekerja sama dengan kita, serta membantu memenuhi

kebutuhan kita. Perilaku asertif memungkinkannya memenuhi

kebutuhan-kebutuhan pokok pada saat bantuan dan kerja sama

dari orang lain diperlukan.

(37)

d. Menjadi pribadi yang lebih menarik

Perilaku asertif akan membantu individu dalam memahami

dirinya, sehingga ia merasa lebih percaya diri dalam

menunjukkan kemampuannya. Ia akan lebih berani menampilkan

diri apa adanya sehingga tidak perlu berpura-pura untuk

menampilkan diri agar terlihat menarik.

e. Harga diri bertambah

Perilaku asertif dapat membantu individu untuk berani bersikap

jujur dan terbuka kepada orang lain, khususnya tentang ide dan

pokok persoalan yang penting bagi dirinya. Semakin tinggi

kemampuan berperilaku asertif, harga diri dan kepercayaan diri

individu akan terus bertambah.

f. Mendorong orang lain untuk berperilaku asertif

Kesediaan individu untuk berperilaku asertif akan membuka jalan

bagi orang lain untuk ikut berperilaku asertif. Hal ini dapat

mencegah timbulnya kesalahpahaman. Semakin terbuka dan

semakin mengenali dirinya, individu tersebut akan lebih

bertanggung jawab atas hidup dan pemenuhan kebutuhannya

yang penting.

g. Mencegah terjadinya keretakan hubungan

Perilaku asertif membantu individu untuk terbuka pada perasaan

dan keinginannya sehingga mampu untuk mengungkapkannya

(38)

20

Menurut Stein dan Book (2004: 99) ada beberapa manfaat perilaku

asertif, yaitu :

a. Perilaku asertif dapat membuka kemungkinan baru dan bisa

membuat individu memiliki banyak teman serta dapat

mempengaruhi orang lain untuk berperilaku asertif, sehingga

mereka mampu membina hubungan yang lebih akrab dan jujur.

b. Saat kita berperilaku asertif, orang lain akan merasa dihargai dan

diterima, bukan diremehkan.

c. Berperilaku asertif juga mengajarkan kita untuk dapat belajar

memikirkan orang lain dan reaksi mereka.

5. Cara-cara untuk meningkatkan perilaku asertif

Asertif dapat memampukan kita untuk membangun hubungan

yang lebih baik dengan orang lain. Alberti dan Emmons (2002:

123-129) menjelaskan cara-cara yang perlu ditempuh untuk meningkatkan

perilaku asertif, yaitu :

a. Mengamati perilaku sendiri.

Artinya, memeriksa diri dengan jujur apakah sudah merasa puas

dalam berhubungan antar pribadi dengan orang lain, apakah

dalam menanggapi orang lain sudah asertif atau belum ?

b. Menetapkan tujuan yang realistis bagi diri sendiri.

Artinya, menilai diri sendiri dengan cara menentukan target

khusus bagi perkembangan perilaku asertifnya. Target khusus

(39)

yang dimaksudkan adalah menentukan hal apa dan dengan siapa

ingin lebih asertif.

c. Memusatkan perhatian pada situasi tertentu.

Artinya, pertama, mengingat dengan jelas rincian peristiwa yang

sesungguhnya. Kedua, menggunakan informasi aktual dan jika

perlu dijelaskan waktu, tempat, dan tindakan secara spesifik.

Ketiga, mengakui perasaan yang muncul pada pada orang yang

bersangkutan. Keempat, mengungkapkan pendapat dan reaksi

dengan jelas dan tulus, serta memakai bahasa yang dapat

dipahami oleh lawan bicara.

d. Mengamati model (teladan) yang efektif.

Artinya, mengamati orang yang menangani situasi yang sama

dengan baik, khususnya gaya atau cara yang dipakai oleh model

yang bersangkutan karena yang terpenting bukan apa yang

dikatakan tetapi bagaimana cara mengatakannya.

e. Membayangkan diri sedang menangani situasi secara asertif.

Artinya, mencoba menenangkan diri apabila mulai cemas dan

mengganti pikiran negatif dengan pikiran yang positif. Hal ini

dapat diwujudkan dengan mengucapkan kalimat-kalimat positif

atau menampilkan reaksi yang positif pada setiap situasi.

f. Meminta bantuan apabila membutuhkannya.

Artinya, apabila merasa tidak sanggup menangani situasi secara

(40)

22

g. Mencoba.

Artinya, berani bermain peran untuk mempraktekkan penanganan

masalah secara asertif kepada teman dan rekan latihan. Dengan

demikian, berperilaku asertif akan menjadi kebiasaan.

h. Meminta umpan balik dari orang lain.

Dengan memperoleh umpan balik yang konstruktif (membangun),

kita dapat menyadari mana yang sudah baik dan mana yang harus

diperbaiki.

i. Menguji diri sendiri dengan tes “dunia nyata”.

Artinya, mulai bergerak dari niat ke tindakan, mempraktekkan

perilaku asertif dalam setiap situasi yang dihadapi, dan yang

paling penting adalah langsung berlatih berperilaku asertif.

j. Mau dan berusaha memperoleh umpan balik dari orang lain, atau

menggunakan rekaman kaset.

B. Bimbingan Klasikal

1. Pengertian bimbingan

Bimbingan di sekolah adalah bantuan yang diberikan kepada

perorangan atau kelompok dalam rangka menemukan pribadi,

mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Menurut Jones,

dkk (Prayitno, 1997: 95) bimbingan adalah bantuan yang diberikan

kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan

penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prinsip

(41)

demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk

memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang

lain. Kemampuan membuat pilihan seperti itu tidak diturunkan

(diwarisi), tetapi dikembangkan.

Bimbingan di sekolah merupakan usaha bersama antara guru

pembimbing atau konselor dengan siswa. Konselor membantu siswa

untuk mengenal, memahami, menerima dirinya dan mengembangkan

keterampilan yang dibutuhkan agar mampu menyesuaikan diri dan

melihat dirinya, mampu mengambil keputusan sendiri dalam berbagai

hal sehingga dapat mengarahkan dan mengaktualisasikan dirinya

sendiri.

2. Pengertian bimbingan klasikal

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 445), kata klasikal

memiliki arti secara bersama-sama di dalam kelas. Bimbingan klasikal

adalah kegiatan bimbingan yang dilakukan oleh pembimbing dan

melibatkan peserta didik yang tergabung dalam suatu kelompok kelas

yang bertujuan untuk membantu perkembangan peserta didik secara

optimal.

Pada dasarnya bimbingan klasikal merupakan bentuk dan sarana

pelayanan bimbingan yang diberikan konselor di dalam kelas dengan

(42)

24

perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat

mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan bagi dirinya sendiri.

3. Bidang-bidang bimbingan klasikal

Pelayanan bimbingan klasikal yang diberikan kepada siswa

meliputi berbagai bidang bimbingan, yaitu :

a. Bidang bimbingan pribadi

Pelayanan bidang bimbingan pribadi bertujuan membantu siswa

untuk dapat mengenal, memahami, dan mengembangkan dirinya

sendiri menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya dan

memiliki pribadi yang teguh dan beriman serta bertakwa terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani

dan rohani.

b. Bidang bimbingan sosial

Pelayanan bimbingan di bidang ini bertujuan membantu siswa

untuk dapat berkomunikasi yang baik dengan orang lain, hidup

bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar dengan mengikuti etika

pergaulan sosial yang berdasarkan budi pekerti luhur.

c. Bidang bimbingan belajar

Pelayanan bimbingan di bidang ini bertujuan membantu siswa

untuk dapat melakukan kegiatan dan kebiasaan belajar yang baik,

dan menjadi lebih percaya diri dalam menghadapi ujian dengan

(43)

baik sehingga dapat mengembangkan diri untuk mempersiapkan

masa depan.

d. Bidang bimbingan karir

Pelayanan bimbingan di bidang ini bertujuan membantu siswa

untuk dapat mengenal berbagai macam sekolah lanjutan dan

pekerjaan dalam rangka mengembangkan karir di masa depan.

4. Tujuan bimbingan klasikal

Pelayanan bimbingan klasikal bertujuan membantu siswa supaya

berkembang seutuhnya dan semaksimal mungkin. Tujuan bimbingan

klasikal menurut Yusuf dan Nurihsan (2010: 13), yaitu :

a. Membantu siswa untuk mengenal dan memahami potensi,

kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya

b. Membantu siswa untuk mengenal dan memahami potensi atau

peluang yang ada di lingkungannya

c. Siswa dapat mengenal dan menentukan tujuan dan rencana

hidupnya, serta mengetahui rencana untuk mencapai tujuan

tersebut

d. Siswa mampu memahami dan mengatasi kesulitannya sendiri

e. Siswa dapat menggunakan kemampuannya untuk kepentingannya

sendiri, kepentingan lembaga sekolahnya dan masyarakat

f. Siswa dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan

(44)

26

g. Siswa mampu mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang

dimilikinya secara tepat dan teratur dengan optimal

C. Peran BK dalam Pengembangan Perilaku Asertif Siswi

Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 menyebutkan bahwa

bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka

upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa

depan (Prayitno, 1997: 30). Bimbingan membantu siswa mengenal

kekuatan dan kelemahannya, agar menerima diri secara positif dan

dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan juga

membantu siswa merencanakan masa depan agar mampu

mempertimbangkan dan mengambil keputusan untuk masa depannya, baik

pada bidang pendidikan, karir, budaya maupun masyarakat.

Para siswa yang tergolong masa remaja perlu mendapatkan

pendampingan dalam mengembangkan perilaku asertif. Para siswa yang

belum memiliki kesempatan mengembangkan diri dan menyesuaikan diri

dengan tugas perkembangannya akan kehilangan kesempatan untuk dapat

mengembangkan perilaku asertifnya. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh

guru pembimbing untuk membantu siswa mengembangkan perilaku

asertifnya yaitu :

1. Guru pembimbing perlu memberikan pengarahan untuk siswa supaya

dapat mengendalikan hidupnya sendiri sehingga mereka tetap dapat

memenuhi kebutuhannya sambil tetap menghargai kebutuhan orang

(45)

lain juga, karena hal ini dapat mencegah munculnya sejumlah problem

dan konflik melalui pengungkapan diri mereka.

2. Saat siswa berkonfrontasi dengan orang lain secara efektif dan sensitif

jika perilaku orang lain tersebut mengganggu pemenuhan

kebetuhannya, berarti guru pembimbing telah memberikan

kesempatan pada siswa tersebut supaya siswa dapat menghadapi

kecemasannya untuk bersikap lebih terbuka dan langsung, sehingga

siswa dapat menyelesaikan konfliknya tanpa merusak hubungan.

3. Dengan mengembangkan perilaku asertifnya, guru pembimbing ikut

terlibat dalam perkembangan siswa supaya mereka mampu

menyelesaikan konflik-konflik yang berharga secara efektif.

4. Guru pembimbing mendengarkan dengan selektif / baik bila siswa

mempunyai masalah dengan orang lain dan bersama dengan siswa

dapat menetapkan tujuan serta membuat rencana-rencana untuk

mencapainya. Dengan demikian, siswa juga belajar untuk melakukan

(46)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi uraian mengenai (1) Jenis Penelitian, (2) Subjek Penelitian, (3)

Instrumen Pengumpulan Data, (4) Uji Alat Ukur, (5) Prosedur Pengumpulan Data,

dan (6) Teknik Analisis Data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian di bidang pendidikan, khususnya

bidang bimbingan dan konseling di sekolah. Penelitian ini termasuk

penelitian deskriptif dengan metode survei. Menurut Furchan (2004:447),

penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status

gejala pada saat penelitian dilakukan. Peneliti menggunakan penelitian

deskriptif karena peneliti ingin memperoleh gambaran mengenai tingkat

perilaku asertif siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran

2011 / 2012.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian populasi karena semua anggota

populasi menjadi subyek penelitian. Populasi penelitian ini adalah siswi

kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Peneliti

memilih SMA Santa Maria Yogyakarta sebagai subyek penelitian karena;

1) SMA Santa Maria Yogyakarta memiliki guru pembimbing; 2) Memiliki

28

(47)

jam Bimbingan dan Konseling masuk kelas; 3) Belum pernah ada yang

melakukan penelitian mengenai tingkat perilaku asertif; 4) Peneliti

mengadakan uji coba dengan tujuan agar petunjuk dan maksud pertanyaan

benar-benar dimengerti oleh siswi sehingga kuesioner tersebut benar-benar

mampu mengungkap apa yang hendak diungkap. Hasil penelitian ini dapat

menjadi masukan bagi guru BK untuk mendampingi siswi kelas X dalam

mengembangkan perilaku asertifnya.

Untuk subyek uji coba kuesioner, peneliti menggunakan dua kelas,

yaitu kelas XC dan XD. Untuk penelitian sesungguhnya diambil semua

kelas, yaitu kelas XA, XB, XC, XD, dan XE. Kelas XC dan XD (subyek

uji coba) digunakan juga karena jawabannya tidak akan mempengaruhi

kelas lain dan pengalaman dalam mengikuti uji coba dapat mempermudah

siswi dalam memahami arti butir-butir kuesioner. Rincian subjek

penelitian disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1

Subjek Penelitian Siswi Kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta

Kelas Jumlah

X A 21

X B 23

X C 24

X D 21

X E 23

(48)

30

C. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner, yang

disusun sendiri oleh peneliti atas arahan dosen pembimbing dan ahli

(expert judgement). Peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi dengan

menentukan aspek, indikator dari perilaku asertif. Kemudian peneliti

membuat sejumlah item pernyataan berdasarkan masing-masing indikator

setiap aspek. Berikut ini penjelasan beberapa hal yang berkaitan dengan

kuesioner :

1. Kuesioner tingkat perilaku asertif

Kuesioner ini memuat 106 butir pernyataan yang mengungkapkan

tingkat perilaku asertif siswi. Dipandang dari cara menjawab,

kuesioner ini bersifat tertutup, artinya alternatif jawaban sudah

disediakan sehingga siswi tinggal memilih alternatif jawaban yang

sesuai. Sedangkan dipandang dari bentuknya, kuesioner ini

merupakan skala bertingkat, yaitu sebuah pernyataan lalu diikuti

kolom yang menunjukkan tingkatan (Arikunto, 2002: 129).

2. Skala pengukuran dan penentuan skor

a. Skala pengukuran

Butir-butir kuesioner ini memiliki 4 alternatif jawaban, yaitu

Sangat Sering, Sering, Kadang-kadang, dan Jarang. Alternatif

jawaban dibuat hanya empat dengan maksud untuk

menghilangkan kelemahan yang ada dalam skala lima tingkat,

(49)

yaitu alternatif yang ditengah (alternatif ketiga) mempunyai arti

ganda, dengan pengertian belum dapat memutuskan, atau netral,

atau ragu-ragu. Tersedia jawaban yang di tengah (netral) juga

menimbulkan kecenderungan responden memilihnya (central

tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas

kecenderungan jawabannya.

Aspek-aspek dalam kuesioner yang dibuat peneliti, didasarkan

pada aspek perilaku asertif menurut Alberti dan Emmons (2002:

42). Rekapitulasi aspek, indikator, dan nomor pernyataan

kuesioner tingkat perilaku asertif disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2

Kisi-kisi Kuesioner Perilaku Asertif (Uji Coba)

No Aspek Indikator Pernyataan

Positif

Pernyataan

Negatif Jumlah

1 Mengembangkan

kesetaraan dalam

hubungan antar

manusia

a. Menempatkan diri

sendiri dan orang

lain adalah setara

b. Mau menerima

kekurangan orang

lain

c. Mau mengakui

kelebihan orang

lain

d. Dapat menerima

kekurangan diri

sendiri

1,45,67

24,46,68

3,47,69

26,70,86,95

23

2

25

4,48

(50)

32

e. Mengakui

kelebihan diri

sendiri

5,49,71 27

2 Bertindak

menurut

kepentingan

sendiri

a. Mampu membuat

keputusan bagi

dirinya sendiri

b. Berinisiatif untuk

mengawali

pembicaraan

c. Berpartisipasi

dalam beberapa

kegiatan

d. Menetapkan

tujuan

e. Berusaha untuk

meraih tujuan

tersebut

f. Berpartisipasi

dalam pergaulan

sehari-hari

g. Berani meminta

bantuan dari orang

lain

28,87,96,100

7,51,73,101,

104,106

30,52,74

9,75,89

32,54,76

11,33,55,77

34,78,

6,50,72

29,88,97

8

31,53

10

-

12,56

37

3 Mengungkapkan

pikiran dengan

jujur

a. Berani untuk

berpendapat

b. Berani

mempertahankan

pendapatnya

13,57,90,102

36,80,91

35,79,98

14,58

12

4 Mengungkapkan

perasaan secara

a. Mengekspresikan

perasaan positif

15,37,59,81,92 - 13

(51)

jujur b. Mengekspresikan

perasaan negatif

dengan tepat

38,93,99,103,

105

16,60,82

5 Mempertahankan

hak-hak pribadi

a. Berani berkata

“tidak”

b. Mau menerima

kritik dari orang

lain

17,61

40,62,83

39

18

7

6 Menghargai

hak-hak orang lain

a. Berperilaku

menyenangkan

terhadap orang

lain

b. Menghormati

perasaan orang

lain

c. Menghargai

pendapat orang

lain

d. Bersedia

memberikan

bantuan kepada

orang lain

19,63

42,64

21,84,94

22,44,66,85

41

20

43,65

-

15

106

b. Penentuan skor

Skala tingkat perilaku asertif terdiri dari pernyataan positif

dan pernyataan negatif dengan empat alternatif jawaban, yaitu :

Sangat Sering, Sering, Kadang-kadang, dan Jarang. Pemberian

(52)

34

untuk item favorable, sedangkan untuk item unfavorable

pemberian skor dimulai dari angka 1 sampai 4.

D. Uji Alat Ukur

1. Uji validitas isi

Validitas isi adalah suatu validitias yang menunjukkan sampai

dimana isi suatu tes atau alat pengukur mencerminkan hal-hal yang

mau diukur atau diteskan (Masidjo, 1995: 243). Untuk itu diperlukan

pemeriksaan kembali terhadap hal-hal atau bahan-bahan yang diteskan

atau telah diajarkan.

Validitas isi skala ini telah mendapat penilaian ahli (expert

judgement) yaitu Drs. R. H. Dj. Sinurat, M.A. Dosen pembimbing

memberikan penilaian berkaitan dengan kesesuaian antara aspek

penelitian, indikator, dan pernyataan penelitian. Selain itu dosen juga

memberikan beberapa perbaikan berkaitan dengan kalimat pernyataan

dari 106 item skala tingkat perilaku asertif yang telah disusun oleh

peneliti.

2. Uji validitas instrumen

“Yang dimaksud dengan validitas suatu tes adalah taraf sampai

dimana suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur” (Masidjo,

1995: 242). Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

(53)

tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 1998:

160).

Untuk menghitung validitas ini digunakan teknik korelasi Product

Moment dari Pearson (Masidjo, 1995: 246) dengan rumus sebagai

berikut :

rxy =

 

 

2 2

2 2

Y Y

N X X

N

Y X XY

N

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi ganjil dan genap

X : skor item ganjil

Y : skor item genap

N : jumlah subjek

Proses penghitungan taraf validitas dilakukan dengan cara

memberi skor pada setiap item dan mentabulasikan ke dalam data uji

coba. Selanjutnya dilakukan penghitungan dengan menggunakan

komputer program SPSS for Windows 12.0. Asumsi yang dipakai

adalah korelasi yang tinggi menunjukkan kesesuaian antara butir

angket dengan fungsi keseluruhan angket (Furchan, 2004: 283).

Menurut Masidjo (1995: 243) taraf validitas empiris suatu tes

dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut koefisien validitas (rxy)

Atas dasar taraf signifikan 5% untuk N 44 diperoleh r tabel sebesar

0,297, maka bila koefisien validitas sama dengan atau di atas r tabel

(54)

36

apabila koefisien validitas di bawah r tabel (0,297) maka butir

pernyataan tersebut dikatakan tidak valid / gugur. Rinciannya

disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3

Rincian Item Valid dan Gugur dalam Uji Coba Penelitian

No Aspek Item Valid Item Gugur

1 Mengembangkan kesetaraan

dalam hubungan antar

manusia

1,45,67,23,24,46,2,3,

47,70,86,95,4,5,71

68,25,69,26,48,27,

49

2 Bertindak menurut

kepentingan sendiri

28,96,100,6,72,7,29,

101,104,106,30,9,31,

89,32,76,10,33,77,

78,12,56

87,50,88,51,73,97,

8,52,74,75,53,54,

11,55,34

3 Mengungkapkan pikiran

dengan jujur

13,90,102,79,98,36,

80,14

57,35,58,91

4 Mengungkapkan perasaan

secara jujur

15,37,59,92,38,103,

60,82

81,93,99,105,16

5 Mempertahankan hak-hak

pribadi

17,40,18,62,83 61,39

6 Menghargai hak-hak orang

lain

19,63,42,64,20,21,84

,65,22,85

41,94,43,44,66

68 38

3. Uji reliabilitas instrumen

Masidjo (1995: 209) mengatakan bahwa reliabilitas suatu tes

adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi

hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan

(55)

ketelitian hasil. Suatu tes yang reliable akan menunjukkan ketepatan

dan ketelitian hasil. Koefisien reliabilitas dinyatakan dalam suatu

bilangan koefisien antara -1,00 sampai dengan 1,00 untuk

memberikan arti terhadap koefisien reliabilitas yang diperoleh.

klasifikasi koefisien disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4

Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas dan Validitas Suatu Alat Tes

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91 – 1,00 Sangat Tinggi

0,71 – 0,90 Tinggi

0,41 – 0,70 Cukup Tinggi

0,21 – 0,40 Rendah

negatif – 0,20 Sangat Rendah

Pengujian tingkat reliabilitas alat ukur ini ditempuh dengan

menggunakan metode belah dua (split-half method). Metode ini

digunakan untuk menguji reliabilitas suatu tes untuk satu kali

pengukuran pada sekelompok siswi. Metode belah dua yang dipakai

berdasarkan urutan item bernomor ganjil dan genap. Proses

penghitungan taraf reliabilitas alat ukur ini dilakukan dengan cara

memberi skor pada masing-masing item dan mentabulasikan skor-skor

tersebut. Selanjutnya, skor-skor yang bernomor ganjil dijadikan

belahan pertama (X) dan skor-skor yang bernomor genap dijadikan

(56)

38

Penghitungan reliabilitas uji coba sebagai berikut:

rXY=

 

 

2 2

2 2

Y Y

N X X

N

Y X XY

N

rxy = 44 x 1306072 – (7575 x 7548)

(44 x 1310187) – (7575)2(44 x 1303644) – (7548)2

= 57467186 – 57176100

5(7648228 – 57380625)(57360336 – 56972304)

= 291068

 267603 x 388032

= 291068

 103838527296

= 291068

322239,85

= 0,903

Selanjutnya koefisien korelasi tersebut dikoreksi dengan

menggunakan formula koreksi dari Spearmen-Brown, dengan rumus :

rtt = 2 x rgg

1 + rgg

Keterangan :

rtt = koefisien reliabilitas

rgg = koefisien korelasi item ganjil dan item genap

(57)

Hasil penghitungan reliabilitas alat ukur uji coba adalah sebagai

berikut :

rtt = 2 x 0,903

1 + 0,903

= 1,806

1,903

= 0,949

Dengan demikian taraf reliabilitas kuesioner uji coba tingkat

perilaku asertif siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta tahun

ajaran 2011/2012 termasuk kualifikasi sangat tinggi.

E. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini dilakukan berbagai persiapan, yaitu :

a. Peneliti menyusun instrumen penelitian

Hal-hal yang dilakukan dalam menyusun instrumen adalah :

1) Menentukan variabel

2) Menentukan aspek-aspek perilaku asertif

3) Menentukan indikator dari aspek perilaku asertif

4) Merumuskan indikator tersebut dalam butir-butir pernyataan

5) Mengkonsultasikan instrumen yang sudah disusun kepada

(58)

40

6) Peneliti menghubungi pihak sekolah yang hendak dipakai

untuk uji coba dan penelitian

b. Uji coba alat pengumpul data

Uji coba kuesioner bertujuan mengetahui tingkat validitas dan

reliabilitas instrumen, sehingga diperoleh kelayakan

penggunaannya sebagai alat yang benar-benar handal dan dapat

mengungkapkan hal yang ingin diteliti. Uji coba kuesioner

dilaksanakan pada hari Sabtu 13 Agustus 2011 di SMA Santa

Maria Yogyakarta. Jumlah responden 44 siswi, ada 1 siswi yang

tidak masuk sekolah pada saat uji coba penelitian dilakukan.

2. Tahap pelaksanaan

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti menghubungi

pihak SMA Santa Maria Yogyakarta. Setelah ada ijin penelitian secara

informal, peneliti meminta surat ijin penelitian pada Sekretariat

Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, lalu peneliti menghubungi pihak sekolah untuk

menyerahkan surat penelitian serta membuat kesepakatan jadwal

pengambilan data penelitian di SMA Santa Maria Yogyakarta.

Pengambilan data dilaksanakan selama 3 hari sesuai dengan jadwal

bimbingan masing-masing kelas yang hendak diteliti, dengan

perincian dalam Tabel 5.

(59)

Tabel 5

Jadwal Penelitian

Kelas Hari/Tanggal

X A Selasa/20 September 2011

X B Kamis/22 September 2011

X C Selasa/20 September 2011

X D Rabu/21 September 2011

X E Selasa/20 September 2011

Langkah-langkah pelaksanaan data :

a. Peneliti bersama guru BK mempersiapkan diri di ruang BK

sebelum waktu penelitian

b. Peneliti memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan umum

tentang maksud dan tujuan diadakannya penelitian

c. Peneliti membagikan lembar kuesioner

d. Peneliti menjelaskan tentang petunjuk umum cara mengerjakan

dan mengisi kuesioner dan memberikan kesempatan pada siswi

untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti

e. Selama pengisian kuesioner berlangsung, peneliti memberi

kesempatan kepada responden untuk menanyakan item-item

kuesioner yang belum dipahami

f. Peneliti memeriksa kembali kelengkapan lembar kuesioner

(60)

42

Proses pengumpulan data berjalan lancar. Para siswi mengisi

kuesioner dengan sungguh-sungguh. Setelah data terkumpul, peneliti

mengolah data tersebut.

F. Teknik Analisis Data

1. Tahap-tahap analisis data yang dilaksanakan dengan cara :

a. Menentukan skor dari setiap alternatif jawaban. Alternatif

jawaban untuk item positif yaitu : Sangat Sering diberi skor 4,

Sering diberi skor 3, Kadang-kadang diberi skor 2, dan Jarang

diberi skor 1. Alternatif jawaban untuk item negatif yaitu : Sangat

Sering diberi skor 1, Sering diberi skor 2, Kadang-kadang diberi

skor 3, dan Jarang diberi skor 4.

b. Menghitung jumlah skor dari masing-masing subjek

c. Membuat tabulasi data

d. Menghitung frekuensi berdasarkan skor untuk tiap item

e. Menghitung persentase berdasarkan frekuensi yang telah

diperoleh untuk setiap item

f. Menentukan penggolongan tingkat masing-masing aspek

perilaku asertif siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta tahun

ajaran 2011/2012 berdasarkan Penilaian Acuan Patokan tipe I.

Penilaian Acuan Patokan adalah suatu penilaian yang

memperbandingkan skor riil dengan skor yang seharusnya dicapai

oleh siswi (Masidjo, 1995: 151). Penggolongan pencapaian

(61)

tingkat perilaku asertif siswi kelas X SMA Santa Maria

Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 digolongkan menjadi lima,

yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah.

Penggolongan ini akan disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6

Kualifikasi Tingkat Perilaku Asertif

Patokan Kategori

90% - 100% Sangat Asertif

80% - 89% Asertif

65% - 79% Cukup Asertif

55% - 64% Kurang Asertif

di bawah 55% Sangat Kurang Asertif

2. Mengusulkan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk

mengembangkan perilaku asertif siswi kelas X SMA Santa Maria

Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012

Topik-topik bimbingan klasikal yang hendak diusulkan

berdasarkan pada hasil olah data penelitian tentang tingkat perilaku

asertif siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran

2011/2012. Dari hasil olah data penelitian tersebut akan dibuat

topik-topik bimbingan klasikal berdasarkan item pernyataan yang sangat

(62)

44

BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini memuat pembahasan mengenai hasil penelitian dari siswi kelas X

SMA Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 terhadap perilaku

asertifnya, serta mengusulkan topik bimbingan klasikal yang ditujukan pada SMA

Santa Maria Yogyakarta untuk pengembangan perilaku asertif siswinya.

A. Tingkat Perilaku Asertif Siswi Kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta

Tahun Ajaran 2011/2012

Untuk melihat tingkat perilaku asertif siswi kelas X SMA Santa Maria

Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 berdasarkan tingkatan subjek secara

keseluruhan maka dihitung dengan menggunakan Penilaian Acuan

Patokan. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I digunakan untuk

memperbandingkan skor riil dengan skor yang seharusnya. Hasil

perhitungan tersebut disajikan dalam Tabel 7.

44

(63)

Tabel 7

Tingkat Perilaku Asertif Siswi Kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta Tahun

Ajaran 2011/2012

Norma

Kategori Rentangan Skor Frekuensi % Perilaku Asertif

90 % - 100 % 266 – 296 1 0,9 % Sangat Asertif

80 % - 89 % 237 – 265 23 20,53 % Asertif

65 % - 79 % 192 – 236 74 66,07 % Cukup Asertif

55 % - 64 % 163 – 191 14 12,5 % Kurang Asertif

< 55 % < 163 0 0 Sangat Kurang Asertif

Tabel 7 menunjukkan bahwa :

1. Ada 1 siswi (0,9 %) yang berperilaku sangat asertif

2. Ada 23 siswi (20,53 %) yang berperilaku asertif

3. Ada 74 siswi (66,07 %) yang berperilaku cukup asertif

4. Ada 14 siswi (12,5 %) yang berperilaku kurang asertif

5. Tidak ada siswi yang perilaku asertifnya sangat kurang.

Tampak bahwa sebagian besar siswi kelas X SMA Santa Maria

Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 berperilaku cukup asertif. Perilaku

siswi yang cukup asertif dalam penelitian ini peneliti pandang masih

kurang ideal, seharusnya perilaku mereka sangat asertif atau asertif. Oleh

karena itu hal ini menegaskan alasan penelitian dilaksanakan, karena

dugaan awal peneliti bahwa siswi kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta

(64)

46

mereka membutuhkan dukungan dan bimbingan untuk mengembangkan

dan meningkatkan perilaku asertif mereka.

B. Butir-butir Kuesioner yang Menunjukkan Perilaku Kurang Asertif

dan Sangat Kurang Asertif

Untuk membantu mengembangkan perilaku asertif siswi kelas X

SMA Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012, peneliti akan

memberikan usulan topik-topik bimbingan klasikal berdasarkan butir

kuesioner yang menunjukkan perilaku kurang asertif dan sangat

kurang asertif pada siswi. Dalam pengolahan data ini peneliti

menggunakan penghitungan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I

yang disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8

Item yang Menunjukkan Perilaku Kurang Asertif dan Perilaku Sangat

Kurang Asertif

Kategori Aspek No.

Item

Item Pernyataan %

Sangat

Rendah

Bertindak menurut

kepentingan sendiri

32 Saya membuat rencana kegiatan

sehari-hari

51,11%

Mengungkapkan

pikiran dengan jujur

44 Saya aktif berpendapat dalam

diskusi di kelas

52,90%

46 Saya berani mempertahankan 53,34%

(65)

pendapat saya yang benar

walaupun orang lain kurang

setuju

47 Saya berusaha mempertahankan

pendapat saya dalam rapat

dengan menjelaskan alasannya

54,91%

Mengungkapkan

perasaan secara jujur

52 Saya mudah menangis bila

sedang bersedih

37,72%

Mempertahankan

hak-hak pribadi

56 Saya berani menolak saat teman

meminta jawaban ketika ulangan

54,68%

Rendah Mengembangkan

kesetaraan dalam

hubungan antar

manusia

5 Saya dapat menerima kesalahan

yang dilakukan oleh orang lain

61,16%

16 Saya merasa yakin dapat

menyelesaikan tugas dengan

baik

61,16%

Bertindak menurut

kepentingan sendiri

23 Walaupun sedang bertengkar

dengan salah satu anggota

keluarga, saya tetap menegurnya

64,73%

26 Saya berinisiatif mengusulkan

kegiatan untuk mengisi liburan

sekolah

58,03%

30 Saya cenderung menunda-nunda

mengerjakan tugas

(66)

48

34 Saya menggunakan waktu

dengan baik untuk mencapai

cita-cita saya

61,83%

35 Saya mendiskusikan

kepengurusan kelas bersama

teman-teman.

60,49%

Mengungkapkan

pikiran dengan jujur

41 Saya berani memberikan saran

untuk kemajuan kelas

57,58%

43 Saya terbuka dalam

mengungkapkan pendapat saya

di depan orang lain

62,50%

Mengungkapkan

perasaan secara jujur

54 Saya mau mengatakan terus

terang pada orang lain kalau

saya sedang marah

64,50%

Mempertahankan

hak-hak pribadi

57 Saya mau menolak ajakan teman

untuk bermain apabila saya

sedang belajar

57,36%

17 item

(67)

C. Pembahasan

Hasil penelitian tingkat perilaku asertif yang dimiliki siswi kelas X

SMA Santa Maria Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 menunjukkan

bahwa :

1. Siswi yang berperilaku sangat asertif ada 1 orang (0,9 %)

2. Siswi yang berperilaku asertif ada 23 orang (20,53 %)

3. Siswi yang berperilaku cukup asertif ada 74 orang (66,07 %)

4. Siswi yang berperilaku kurang asertif ada 14 orang (12,5 %)

5. Tidak ada siswi yang berperilaku sangat kurang asertif dalam

penelitian ini.

Siswi diharapkan memiliki perilaku yang asertif. Mereka yang

memiliki perilaku asertif mampu mengembangkan kesetaraan dalam

hubungan antar manusia, bertindak menurut kepentingan sendiri,

mengungkapkan pikiran dengan jujur, mengungkapkan perasaan secara

jujur, mempertahankan hak-hak pribadi, dan menghargai hak-hak orang

lain. Perilaku asertif semacam ini dapat membantu siswi untuk menjalin

relasi yang baik di lingkungan baru.

Siswi yang memiliki perilaku kurang asertif cenderung belum mampu

sepenuhnya dalam mengembangkan kesetaraan hubungan antar manusia,

bertindak menurut kepentingan sendiri, mengungkapkan pikiran dengan

jujur, mengungkapkan perasaan secara jujur, mempertahankan hak-hak

pribadi, dan menghargai hak-hak orang lain. Oleh karena itu, perilaku

(68)

50

sejak awal sehingga dapat beradaptasi pada lingkungan yang baru.

Perilaku kurang asertif pada siswi disebabkan oleh beberapa hal, antara

lain kebudayaan siswi dari daerah yang berbeda, sikap orang tua siswi

yang pasif maupun agresif dalam mendidik mereka, serta kurangnya rasa

percaya diri siswi untuk berperilaku asertif.

Berikut ini akan dibahas item pernyataan yang menunjukkan perilaku

kurang asertif dan sangat kurang asertif pada siswi yang akan dijadikan

usulan topik bimbingan klasikal.

1. Item pernyataan yang menunjukkan perilaku sangat kurang

asertif

a. Aspek : bertindak menurut kepentingan sendiri

Ada satu item pernyataan pada aspek ini yang menunjukkan

perilaku siswi sangat kurang asertif, yaitu : saya membuat rencana

kegiatan sehari-hari (51,11%). Berikut ini akan dibahas mengenai

item tersebut.

Dalam hal ini siswi sangat kurang asertif dalam membuat

rencana kegiatan sehari-hari. Hal ini disebabkan beberapa faktor

antara lain, siswi belum dapat bertindak untuk kepentingannya

sendiri, siswi tidak berusaha untuk meraih tujuan yang telah

ditetapkannya, pengaruh negatif yang menimbulkan rasa malas

pada siswi untuk membuat rencana kegiatannya sehari-hari, siswi

sedang mengalami masalah pribadi, dan siswi belum terbiasa

dengan mengatur waktunya dengan kegiatan yang bermanfaat.

Gambar

Tabel 1 Subjek Penelitian Siswi Kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Perilaku Asertif (Uji Coba)
Tabel 3 Rincian Item Valid dan Gugur dalam Uji Coba Penelitian
Tabel 4 Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas dan Validitas Suatu Alat Tes
+6

Referensi

Dokumen terkait

membuat aplikasi dalam Android adalah Adobe Flash dengan. bahasa pemrograman Actionscript

Poket dengan kehilangan tulang keberadaan poket secara klinis ditandai dengan adanya perdarahan gingiva dengan probing atau spontan.

Dari Gambar 1 dapat dilihat untuk pembayaran BHP ISR Telkom Flexi dari tahun 2005 – 2009 terjadi peningkatan pembayaran sesuai pertambahan BTS tiap tahun sehingga pada saat

Bandara Jawa Barat À À À À Pelabuhan Pamanukan Pelabuhan Cirebon Pelabuhan Pangandaran Pelabuhan Ratu Jalan Tol Soreang - Pasirkoja Purwakarta Kuningan Tasikmalaya Bogor Cianjur

Dalam penelitian ini adalah menganalisis pengaruh rasio keuangan yang berupa Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan dana pihak ketiga (DPK)

Untuk mempercepat adopsi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Departemen Pertanian, maka sejak tahun 2009 telah ditandatngani nota kesepahaman antara Badan

Barbora (2009) menyimpulkan bahwa meta analisis menurut Sutrisno, Hery dan Kartono (2007) merupakan teknik yang digunakan untuk merangkum berbagai hasil penelitian

Berdasarkan analisis pengaruh nilai tukar mata uang (kurs) rupiah terhadap dollar di Provinsi Jawa Tengah, diketahui bahwa Nilai tukar mata uang selalu mengalami kenaikan