• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PARA SISWA-SISWI KELAS XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20112012 DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DESKRIPSI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PARA SISWA-SISWI KELAS XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20112012 DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL SKRIPSI"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

DESKRIPSI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI

PARA SISWA-SISWI KELAS XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN IMPLIKASINYA PADA

USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Stella Ratri Pratiswari No. Mhs : 06 1114 018

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

! " #

$

%

&'

(

! ))*

!

%

+

,

-

$

(5)
(6)
(7)

vii

DESKRIPSI TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PARA SISWA-SISWI KELAS XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN

2011/2012 DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

Stella Ratri Pratiswari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) tingkat kepercayaan diri para siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012, dan (2) memberikan usulan tentang topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.

Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner tingkat kepercayaan diri dengan jumlah item 34 yang mencakup enam aspek kepercayaan diri yaitu: (1) Perasaan aman, (2) ambisi yang normal, (3) yakin pada kemampuan sendiri, (4) mandiri, (5) tidak mementingkan diri sendiri atau toleran, (6) optimis. Validitas instrumen diperiksa dengan pendekatan pertimbangan pakar dan dilanjutkan dengan analisis korelasi Pearson Product Moment guna pemeriksaan konsistensi internal item dengan menggunakan program SPSS. Perhitungan reliabilitas instrumen menggunakan program SPSS. Hasil perhitungan reliabilitas 0,815, kemudian dikonsultasikan ke kriteria Guilford dan disimpulkan masuk dalam kategori tinggi.

Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 sejumlah 163 siswa yang terdiri dari delapan kelas. 34 siswa untuk uji coba, 11 siswa tidak masuk dan tidak mengikuti uji coba. Sisanya 129 siswa sebagai subjek penelitian. Ada 15 siswa yang tidak masuk dan tidak ikut penelitian, sehingga jumlah subjek penelitian yang terkumpul sebanyak 103 siswa. Penelitian dapat dilakukan jika subjek yang diteliti minimal 40 siswa, sehingga 103 siswa sudah dapat mewakili subjek penelitian yang ada.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 adalah tinggi. Namun masih terdapat siswa yang berada pada kategori rendah, maka para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 perlu dibantu untuk meningkatkan kepercayaan diri. Salah satunya dengan cara yang relevan sesuai kebutuhan para siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.

(8)

viii

THE DESCRIPTION OF SELF-CONFIDENCE OF THE ELEVENTH GRADE STUDENTS OF SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA IN 2011/2012ACADEMIC YEAR

AND ITS IMPLICATIONS ON THE PROPOSED TOPICSOF

CLASSICAL GUIDANCE

The purpose of this research is (1) to know the level self-confidence of the eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic year, (2) to propose the appropriate topics for classical guidance in order to increase the self-confidence of the eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic year.

This research belongs to a descriptive research, and the instrument used was a questionnaire of the level of confidence with 34 items that includes six aspects of self-confidence: (1) feeling of safety, (2) normal ambitions, (3) feeling of certain on its own capabilities, (4) independent, (5) unselfish or tolerant, (6) optimistic. The validity of the instrument was examined by experts judgment approachand followed by the Pearson Product Moment correlation analysis for internal consistency checks of the item by using the SPSS program. The calculation of instrument reliability used the SPSS program. The results of calculation of reliability is 0.815, then consulted to the criteria of Guilford and summed up in the high category.

The subject of this research was the eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic year.There were 163 students consisted of eight classes. Out of 34 students for testing, there were 11 students who were not present. The remaining 129 students were used as research subject. There were 15 students who were not present and did not become the research subject, so that the number of the research subject is 103 students. Research can be carried out if the subject examined is at least 40 students, so the number of students already representsthe subject of this research.

The results show that the self-confidence of the the eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic year is high. However, there are still some students belong to the low category.Hence, the eleventh grade students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic yearneed to be assisted to increasetheir self-confidence, using the appropriate and relevant way in accordance with the students’ need.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Mahakasih yang telah melimpahkan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk memeperoleh gelar sarjana dalam bidang

pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Penulis dalam skripsi ini banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak. Maka dari itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. A. Setyandari, S.Pd. Psi.,M.A, selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya, membimbing, mendorong serta memberikan

nasehatnya pada penulisan skripsi ini.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si, selaku ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah

mendukung dengan memberikan ijin dalam pembuatan skripsi ini.

3. Dra. Sunarningsih selaku guru BK SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang

telah membantu dalam memberikan data-data siswa.

4. Siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran

2011/2012 atas kerjasama yang baik.

5. Bapak, Ibu dosen, seluruh staff dan karyawan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa,

(10)
(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

KATA PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Kepercayaa Diri ... 7

1. Pengertian Kepercayaan Diri ... 7

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepercayaan Diri ... 8

3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri ... 10

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30

B. Subjek Penelitian ... 30

C. Instrumen Penelitian ... 31

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 37

E. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43

(12)

xii

C. Topik-topik Bimbingan Klasikal yang relevan dengan

Deskripsi Kepercayaan Diri Para Siswa-Siswi XI SMA BOPKRI 2

Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012... 48

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(13)

viii

Halaman Tabel 1 : Rincian Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 2

Tahun Ajaran 2011/2012 ... 31

Tabel 2 : Distribusi Item Kuesioner Kepercayaan Diri ... 33

Tabel 3 : Rincian Item yang Gugur... 39

Tabel 4 : Rincian Item yang Sudah Diperbaiki ... 40

Tabel 5 : Kategori Kepercayaan Diri ... 42

Tabel 6 : Tingkat Kepercayaa Diri Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012... 43

Tabel 7 : Penggolongan Butir-Butir dalam Lima Kategori ... 44

Tabel 8 : Rekapitulasi Jumlah Skor Item Terendah ... 48

(14)

xiv

Halaman

Lampiran 1 : Kuesioner ... 56

Lampiran 2 : Hasil Analisis Validitas ... 59

Lampiran 3 : Reliabilitas ... 60

Lampiran 4 : Tabulasi Data Siswa ... 64

Lampiran 5 : Penilaian Kuesioner... 76

Lampiran 6 : Daftar Nama Ahli yang diminta untuk Melakukan Profesional Judgment pada Kuesioner Penelitian ... 77

Lampiran 7 : Surat Ijin Uji Coba/Ijin Penelitian ... 78

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah membantu

perkembangan siswa-siswi secara optimal. Kegunaan Bimbingan dan Konseling

agar siswa dapat mengenali keadaan diri sendiri serta mengarahkan siswa agar

dapat mengoptimalkan potensi diri mereka, baik dalam mengenal

kebutuhan-kebutuhan pada diri siswa, maupun dalam memberikan bantuan yang

sebaik-baiknya dalam usaha memenuhi kebutuhan siswa, salah satunya adalah

kebutuhan kepercayaan diri. Kepercayaan diri pada siswa dapat membantu

perkembangan siswa dalam beradaptasi pada lingkungan, baik sekolah maupun

lingkungan masyarakat melalui pengalaman tingkah laku, proses belajar, dan

interaksi individu dengan orang lain.

Siswa yang mempunyai self confidence tidak memerlukan orang lain

sebagai standar perilaku, karena dapat menentukan standar sendiri dan selalu

mampu mengembangkan motivasinya. Kepercayaan diri merupakan unsur

penting bagi siswa remaja dalam beraktivitas dan berinteraksi. Kepercayaan diri

adalah keyakinan siswa remaja dalam berperilaku untuk menghasilkan sesuatu

yang diharapkan dengan adanya kepercayaan diri siswa lebih mampu

(16)

akan dilakukannya dengan orang lain dan lebih mampu menghadapi tantangan

hidup.

Siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang masuk usia remaja, yang pada

umunya bersifat individualiastis, ego-centris, dan mendambakan kebebasan dari

orang dewasa. Mappiere (1998:288-289) menyatakan bahwa periode remaja

adalah periode transisi, dimana dunia anak mengalami ketidakstabilan emosi.

Ada dua macam perkembangan dalam periode remaja: 1) perkembangan yang

mengakibatkan adanya dorongan untuk bebas dari dominasi keluarga dan 2)

perkembangan yang menimbulkan matangnya fungsi seks secara biologis Dua

macam perkembangan tadi menimbulkan masalah yang kerap berkembang serius

menjadi kesulitan.

Dari kondisi di atas, maka guru pembimbing sebagai pendamping dan

pemberi pelayanan bimbingan di sekolah perlu merencanakan dan menyusun

program bimbingan yang benar-benar dapat memenuhi peranannya dalam

membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah serta

dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa. Perlakuan guru terhadap siswa akan

membentuk kepercayaan diri siswa. Apabila guru memperlakukan siswa kurang

baik, maka akan menodorong siswa kurang percaya diri. Misalnya, siswa selalu

dibantu tanpa diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, selalu

dicela, serta kurang dihargai bila melakukan tindakan atau kegiatan yang baik.

Guru sebisa mungkin memberikan kesempatan siswa untuk memecahkan

masalahnya. Guru melaksanakan pengawasan dan pengarahan serta motivasi

(17)

Pada hakekatnya kepercayaan diri siswa banyak dipengaruhi oleh

lingkungan, salah satu lingkungan yang dekat dan mampu berpengaruh adalah

guru pembimbing. Guru pembimbing sebisa mungkin berperilaku dan

mengarahkan siswa untuk dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri

siswa. Kepercayaan diri siswa adalah perasaan yang berisi kekuatan, kemampuan

dan keterampilan untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu yang dilandasi

keyakinan untuk sukses dengan demikian guru pembimbing sangat berperan

dalam meningkatkan kepercayaan diri.

Program bimbingan yang direncanakan guru pembimbing harus

disesuaikan dan dipadukan dengan program pendidikan serta perkembangan

peserta didik. Selain itu program bimbingan harus fleksibel, disesuaikan dengan

kebutuhan siswa dan kondisi lembaga sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat

Sukardi dan Sumiati (1999:2) yang mengatakan bahwa penyusunan suatu

program bimbingan di sekolah hendaknya berdasar pada masalah-masalah yang

dihadapi oleh siswa serta kebutuhan-kebutuhan siswa dalam rangka mencapai

tujuan pendidikan yaitu kedewasaan siswa itu sendiri.

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

dewasa (Mappiere,1998:289). Transisi perkembangan pada masa remaja berarti

sebagian perkembangan sifat anak-anak masih dialami tetapi sebagian

kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990:58). Masa remaja

merupakan masa pencarian identitas diri. Pencarian identitas merupakan proses

(18)

Remaja yang mengalami masa transisi sulit untuk mengenali potensinya

sehingga akan sulit pula untuk memiliki kepercayaan diri. Dalam hal ini,

dukungan dari lingkungan dimana remaja tersebut tinggal (keluarga, sekolah,

komunitas sebaya) dan dari orang-orang yang sudah dewasa akan memberi

pengaruh dalam proses kepercayaan diri. Latar belakang tersebut mendorong

peneliti untuk mengadakan penelitian mengenai kepercayaan diri yang dialami

oleh anak remaja. Remaja yang dipilih oleh peneliti adalah siswa-siswa kelas XI

SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Berdasarkan wawancara terhadap guru BK kelas

XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta menunjukkan bahwa kepercayaan diri siswa

kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta masih rendah, dikarenakan siswa kurang

mampu menerima kondisi fisik, lingkungan sebaya kurang menerima dan konsep

diri yang kurang. Kondisi ini juga dipengaruhi dari diri siswa yang memiliki sifat

tertutup.

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas maka peneliti tertarik

mendeskripsikan atau menggambarkan kepercayaan diri para siswa kelas XI

SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 dan implikasinya pada

usulan topik bimbingan klasikal.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat kepercayaan diri para siswa-siswi remaja kelas XI SMA

(19)

2. Topik-topik bimbingan klasikal apa saja yang sesuai untuk para siswa- siswi

kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta untuk meningkatkan kepercayaan

dirinya?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui tingkat kepercayaan diri para siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2

Yogyakarta.

2. Memberikan usulan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk

meningkatkan kepercayaan diri siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2

Yogyakarta.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru pembimbing untuk

mendapatkan informasi tingkat kepercayaan diri siswa-siswi kelas XI SMA

BOPKRI 2 Yogyakarta, serta mendapatkan informasi usulan topik-topik

bimbingan yang dapat digunakan dalam meningkatkan kepercayaan diri.

Penelitian ini memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan

kepercayaan diri sehingga dapat dibantu pemenuhannya oleh pihak sekolah dan

memberikan masukan pada guru bimbingan dan konseling agar memberikan

(20)

E. Definisi Operasional

Dari permasalahan yang muncul dapat ditarik kesimpulan definisi

operasional yang ingin diteliti sebagai berikut :

1. Kepercayaan diri adalah perasaan yang berisi kekuatan, kemampuan dan

ketrampilan untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu yang dilandasi

keyakinan rasa aman, ambisi yang normal, keyakinan terhadap kemampuan

diri sendiri sehingga tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain,

mandiri, memiliki toleransi dan optimis (Neny, 1999:25).

2. Topik bimbingan klasikal adalah bahan-bahan atau topik-topik pelayanan

bimbingan kelas yang direncanakan untuk disampaikan kepada siswa selama

periode waktu tertentu (Winkel, & Hastuti, 2005:143).

3. Para siswa-siswi kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran

2011/2012 adalah siswa-siswi yang terdaftar sebagai siswa kelas XI SMA

(21)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kepercayaan Diri

1. Pengertian

Kepercayaan diri (self confidence) muncul sebagai akibat dari rasa

aman dalam diri dari keberhasilan, sehingga seseorang dapat memandang

dirinya sendiri sebagai pribadi yang menyeluruh (Kinney, 1967:52). Pendapat

tersebut didukung oleh Kumara (1988:124) yang mengatakaan bahwa

kepercayaan diri adalah ciri kepribadian yang mengandung arti keyakinan

terhadap kemampuan diri sendiri. Di dalam kepercayaan diri terkandung

kemampuan untuk mengenal dan memahami diri. Bandura (Saroson and

Saroson, 1993:214) menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah perasaan yang

berisi kekuatan, kemampuan dan ketrampilan untuk melakukan atau

menghasilkan sesuatu yang dilandasi keyakinan untuk sukses. Rosenbaum dan

Hadari (Calhaun dan Acocella, 1995:354) menyebutkan bahwa orang yang

mempunyai tingkat kepercayaan diri tinggi akan lebih merasa aman dengan

dirinya dan akan dapat meraih sukses atau keberhasilan dibandingkan dengan

orang yang kurang memiliki kepercayaan diri.

Urenneche dan Amich (Kumara, 1988:124) mengungkapkan bahwa

orang yang memiliki kepercayaan diri tidak merasa perlu membandingkan

(22)

hidup. Miksell (1939:95) menyatakan rasa percaya diri adalah penilaian yang

relatif tetap tentang diri sendiri mengenai kemampuan, bakat, kepemimpinan,

inisiatif, dan sifat-sifat yang lain serta kondisi-kondisi yang mewarnai

perasaan manusia.

Menurut Kumara (1988:125) orang yang mempunyai kepercayaan diri,

akan aktif dalam kehidupan sehari-hari karena dapat mengekspresikan secara

efektif, responsif, merasa dirinya berharga, dihormati dan dapat memahami

diri sendiri.

Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri

adalah perasaan yang berisi kekuatan, kemampuan dan keterampilan untuk

melakukan atau menghasilkan sesuatu yang dilandasi keyakinan untuk sukses.

Kepercayaan diri merupakan unsur penting bagi individu dalam beraktivitas

dan berinteraksi. Dengan adanya kepercayaan diri seseorang lebih mampu

mengembangkan potensi-potensi yang ada.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor

lingkungan. Cara orang tua mendidik dan memperlakukan anak akan

menentukan kepribadian anak. Menurut Luster (1978:81) rasa percaya diri

bukan merupakan sifat yang diturunkan (bawaan) melainkan diperoleh melalui

pengalaman hidup serta dapat diajarkan dalam pendidikan. Upaya-upaya

(23)

Kepercayaan diri tidak akan dapat berkembang dalam lingkungan

isolasi sosial, akan tetapi dapat berkembang dalam interaksi yang sehat dalam

masyarakat. Hal-hal yang mempengaruhi self confidence adalah sikap bebas

merdeka, tidak mementingkan diri sendiri, toleran dan memiliki ambisi

(Kumara, 1988:248).

Menurut Miksell (1939:356) kepercayan diri dipengaruhi oleh status

sosial ekonomi, dimana orang yang status sosial ekonominya tinggi memiliki

peluang lebih besar untuk mendapatkan berbagai fasilitas sehingga

memudahkan dirinya untuk mengekspresikan keinginan-keinginannya dan ada

kesempatan lebih besar untuk mengaktualisasikan potensi dirinya.

Luster (1978:280) menyatakan bahwa kepercayaan diri dipengaruhi

oleh:

a. Pengenalan fisik

Pengenalan fisik berhubungan dengan cara seseorang mencintai dan

menerima kondisi fisiknya. Penolakan terhadap kondisi fisik yang dimiliki

akan menimbulkan kekecewaan dan rasa rendah diri. Sebaliknya kondisi

fisik seseorang yang baik, akan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang

untuk tampil di khalayak umum.

b. Konsep Diri

Konsep diri berhubungan dengan siapa dan bagaimana seorang individu.

Konsep diri merupakan landasan terbentuknya rasa percaya diri. Perasaan

bahwa dirinya berharga dan memiliki kemampuan dalam mengatasi

(24)

c. Penerimaan dan perlakuan lingkungan

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dan yang paling

berpengaruh dalam pembentukan kepercayaan diri seseorang, karena pada

masa kanak-kanak kepercayaan diri terbentuk dengan adanya sikap

penerimaan, penghargaan dan kasih sayang dari keluarga. Interaksi dengan

lingkungan sosial yang lebih luas juga turut membentuk kepercayan diri

yaitu bagaimana lingkungan memperlakukannya dan bagaimana cara

individu mengatasi masalah, menjadi suatu acuan dalam menilai diri

sendiri sebagai orang yang mampu atau tidak.

3. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri mempunyai peranan dalam mendorong individu

meraih kesuksesan. Menurut Waterman (Kumara, 1988:248) orang yang

mempunyai kepercayaan diri adalah orang yang mampu bekerja secara efektif,

mampu melaksankan tugas-tugas dengan baik, bertanggung jawab serta

mampu merencanakan masa depan. Menurut Luster (1978:284) menyatakan

bahwa orang yang memiliki kepercayan diri memiliki aspek-aspek diantaranya

tidak mementingkan diri sendiri, cukup toleran, ambisius, tidak perlu

dukungan orang lain, tidak berlebihan, selalu optimis dan gembira.

Miksell (1939:357) menunjukan bahwa seseorang yang memiliki rasa

percaya diri tinggi akan berani bertindak dan mengambil setiap kesempatan

(25)

malu-malu, cenderung tidak berani mengemukakan ide-idenya serta hanya melihat

dan menunggu kesempatan yang dihadapinya.

Menurut Guilford (Andayani dan Afiatin, 1996:99) aspek-aspek

kepercayaan diri adalah merasa dapat diterima oleh kelompoknya, percaya

sekali pada dirinya sediri serta memiliki ketenangan sikap, merasa kuat

terhadap apa yang dilakukan, optimis, merasa aman, mandiri dan yakin akan

kemampuan diri sendiri.

Kepercayaan diri bukan sesuatu yang bersifat bawaan melainkan

terbentuk melalui interaksi individu dengan lingkungannya, baik lingkungan

keluarga, sekolah dan masyarakat yang lebih luas (Martani dan Andayani,

1991:98). Menurut Musen (Andayani dan Afiatin, 1996:58) melihat

pengalaman sebagai sarana untuk mencapai kematangan dan perkembangan

kepribadian. Selanjutnya Saroson dan Saroson (1993:56) menyatakan ciri

kepercayaan diri terbentuk dan berkembang melalui proses beiajar individual

maupun sosial.

Aziz (1974:91) mengemukakan ciri-ciri orang yang kurang percaya

diri adalah ragu-ragu, tidak bebas, membuang-buang waktu dalam mengambil

keputusan, merasa rendah diri, kurang cerdas dan cenderung menyalahkan

lingkungan sebagai sebab bila menghadapi masalah.

Kinney (1967:246) orang yang percaya diri dikatakan sebagai orang

yang mudah dan senang menyesuaikan diri dengan lingkungan baru,

mempunyai pegangan hidup yang kuat dan mampu mengembangkan

(26)

mencapai kemajuan serta penuh keyakinan terhadap peran yang dijalaninya.

Menurut Guilford (Andayani dan Afiatin, 1996:45) ciri-ciri orang yang

mempunyai kepercayan diri adalah orang yang merasa kuat terhadap apa yang

dilakukan, merasa dapat diterima oleh kelompoknya, percaya sekali pada

dirinya sediri serta memiliki ketenangan sikap.

Kepercayaan diri anak telah terbentuk pada masa kanak-kanak.

Perlakuan orang tua akan membentuk kepercayaan diri anak, sehingga anak

yang kurang percaya diri seringkali disebabkan oleh pengaruh orang-orang

yang ada disekitarnya terlalu dominant. Misalnya anak selalu dibantu tanpa

diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, selalu dicela,

serta kurang dihargai bila melakukan tindakan atau kegiatan yang baik

(Kumara, 1988:216).

Menurut Luster (1978:85) menyatakan bahwa melalui evaluasi diri,

seseorang dapat memahami dirinya sendiri dan kemudian akan berkembang

menjadi kepercayaan diri. Pendapat yang senada dinyatakan oleh Martani dan

Andiyani (1991:61) menyatakan bahwa evaluasi akan membuat seseorang

paham dan tabu mengenai siapa dirinya dan kemudian berkembang menjadi

kepercayaan diri. Sedang menurut Buss (Kumara, 1988:95) perkembangan

kepercayaan diri diawali dengan pengenalan diri secara fisik mengenai

bagaimana seseorang menilai dirinya, menerimanya atau menolaknya.

Selanjutnya akan menimbulkan rasa puas atau sebaliknya rasa rendah diri atau

(27)

Menurut Kumara (1988:261) kepercayaan diri (self confidence)

berkembang melalui pemahaman diri (self understand) dan berhubungan

dengan kemampuan seseorang untuk belajar menyelesaikan tugas

disekitarnya, pengalaman-pengalaman baru yang diperolehnya dan

tantangan baru yang dihadapinya.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

orang yang memiliki kepercayaan diri yaitu orang yang merasa aman,

mempunyai ambisi normal, keyakinan pada kemampuan diri sendiri, mandiri,

toleransi dan optimis. Adapun penjelasan masing-masing aspek sebagai

berikut:

1. Rasa aman adalah rasa percaya bahwa lingkungan sekitar mendukungnya.

Seseorang yang memiliki kepercayaan diri mempunyai rasa aman pada

lingkungan sekitar dan sikap percaya pada lingkungan sosial yang ada.

2. Ambisi adalah kemauan seseorang yang sekiranya merasa mampu

dilakukan. Kepercayaan pada kemampuan yang akan dilakukan, secara

wajar akan membantu seseorang percaya pada dirinya dan dapat

melaksanakan pekerjaan yang ingin dicapai.

3. Yakin pada kemampuan diri sendiri adalah kepercayaan pada kemampuan

sendiri dalam melakukan pekerjaan tanpa bantuan orang lain. Seseorang

yang mempunyai kepercayaan kemampuan dalam dirinya biasanya

mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, hal ini karena dengan percaya

(28)

4. Mandiri adalah tingkat kemandirian seseorang dalam menyelesaikan

pekerjaan. Tingkat kemandirian seseorang dapat didukung dengan

lingkungan sekitar dan tidak mudah terpengaruh orang lain.

5. Toleransi adalah menghormati perbedaan pendapat orang lain. Seseorang

yang mempunyai toleransi pada orang lain, mudah berbagi pada orang

lain, mengakui kekurangan diri sendiri, memahami pendapat orang lain,

membantu masalah orang lain.

6. Optimis adalah rasa percaya diri akan keberhasilan masa depan. Seseorang

yang optimis di tandai dengan tidak mudah putus asa, merasa mampu

meraih masa depan, merasa mempunyai kelebihan dibandingkan dengan

orang lain dan sikap yang menyenangkan.

B. Remaja

1. Pengertian

Istilah adolescere atau remaja berasal dari kata adolescentia yang

berarti remaja yaitu "tumbuh" atau "tumbuh menjadi dewasa."Bangsa

primitif demikian pula orang-orang zaman purbakala memandang masa

puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam

rentang kehidupan; anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu

mengadakan reproduksi (Hurlock, 1990:85).

Istilah adolescere, seperti yang dipergunakan saat ini, rnempunyai arti

yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.

Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget (Hurlock,1990:85) dengan

mengatakan secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu

(29)

di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam

tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi

dalam masyarakat (dewasa) rnempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih

berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang

mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja

meningkatkan integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang

kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan

ini.

Menurut Hollos dalam (Steverson, 1994:134 ), remaja adalah masa

yang paling menarik dalam kehidupan mereka diberbagai budaya. Masa

kritis dalam perkembangan berbagai aspek, seperti aspek biologis,

psikologis dan perkembangan sosial. Remaja adalah tahapan kedua dari

perkembangan seseorang.

Setelah individu matang secara seksual dan sebelum diberi hak serta

tanggung jawab orang dewasa mengakibatkan kesenjangan antara apa yang

secara populer dianggap budaya remaja dan budaya dewasa. Budaya ini

memiliki hierarki sosialnya sendiri, keyakinannya sendiri, gaya

penampilannya sendiri, nilai-nilai dan norma perilakunya sendiri. Para

remaja yang harus mengikuti standar budaya kawula muda bila ingin

diterima oleh kelompok sebayanya harus mernpelajari standar perilaku dan

nilai-nilai yang nantinya harus diubah sebelum mereka diterima oleh budaya

(30)

Sebagai remaja, siswa SMA BOPKRI 2 mengalami perkembangan

yang tentu saja berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Siswa SMA

BOPKRI 2 sebagai remaja mempunyai ciri-ciri perkembangan tersendiri.

Siswa SMA BOPKRI 2 sebagai remaja adalah masa yang paling menarik

dalam kehidupan mereka diberbagai budaya. Masa kritis dalam

perkembangan berbagai aspek seperti aspek biologis, psikologis, dan

perkembangan sosial.

Siswa SMA BOPKRI 2 memiliki banyak teman senasib, sehingga

dalam bersosialisasi individu akan banyak mendapat

pengalaman-pengalaman menarik dari teman-temannya. Pengalaman-pengalaman-pengalaman

menarik di luar rumah sangat bervariasi, termasuk dalam hal berhubungan

dengan lawan jenis. Mereka akan saling bercerita tentang pengalaman

masing-masing setelah berkencan dengan pacar atau teman akrabnya.

2. Ciri-Ciri Remaja

Remaja mengalami perkembangan yang tentu saja berbeda dengan

masa-masa sebelumnya. Remaja mempunyai ciri-ciri perkembangan

tersendiri. Ciri adalah tanda yang khas untuk mengenal atau mengetahui

(Purwadarminta, 1982:9). Perkembangan adalah serangkaian perubahan

progresif sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Hurlock,

1990:85).

Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang

kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya

dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri masa remaja antara lain

(31)

a. Masa Remaja sebagai Periode yang Penting

Kendatipun semua periode dalarn rentang kehidupan adalah

penting, namun kadar kepentingannya berbeda-beda. Ada beberapa

periode yang lebih penting daripada beberapa periode lainnya, karena

akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada lagi yang

penting karena akibat-akibat jangka panjangnya. Pada periode remaja,

baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting. Ada

periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat

psikologis. Bagi sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan

enam belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian

sepanjang menyangkut pertumbuban dan perkembangan.

b. Masa Remaja sebagai Periode Peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang

telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu

tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi

sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang

dan yang akan datang. Bila anak-anak beralih dari masa kanak-kanak ke

rnasa dewasa, anak-anak harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat

kekanak-kanakan dan juga harus mernpelajari pola perilaku dan sikap

baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.

Namun perlu disadari bahwa apa yang telah terjadi akan

meninggalkan bekasnya dan akan rnempengaruhi pola perilaku dan sikap

yang baru. Perubahan fisik yang terjadi selama tahun awal rnasa remaja

mempengaruhi tingkat perilaku individu dan mengakibatkan

(32)

Setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat

keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan

lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Kalau remaja

berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak sesuai

umurnya. Kalau rernaja berusaha berperilaku seperti orang dewasa,

remaja seringkali dituduh dan dimarahi karena mencoba bertindak seperti

orang dewasa.

3. Perkembangan Remaja

Atkinson (1987:135) berpendapat bahwa masa remaja merupakan

periode transisi antara anak-anak dan masa dewasa. Menurut Mappiare

(1998:259), berpendapat bahwa batasan usia remaja berada dalam usia 12

tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22

tahun bagi pria. Masa remaja ini dibagi atas remaja awal dan remaja akhir,

maka remaja awal berada dalam usia 12 tahun sampai 18tahun, dan remaja

akhir dalam rentang usia 19 tahun sampai 22tahun.

Menurut Surachmand (Mappiare, 1998:260), tahapan usia lebih kurang

antara 12 – 22 tahun adalah masa yang mencakup sebagian terbesar

perkembangan adolescence. Periode yang menjelaskan usia individu

memasuki masa remaja tidak dapat dinyatakan secara tetap kadang kala hal

ini dipandang berlainan berkaitan dengan budaya dan lingkungan remaja itu

tinggal.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada

masa remaja terjadi dua proses perkembangan yaitu perkembangan fisik dan

perkembangan psikis. Perkembangan secara fisik atau jasmani antara lain

ditandai dengan pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks, pertumbuhan otak, dan

(33)

seksual, sikap, perasaan dan emosi, perkembangan minat dan cita-cita

pribadi, sosial, moral dan lain-lain.

1. Perkembangan Fisik

Pada masa remaja terjadi pertumbuhan dan perkembangan fisik yang

pesat. Pertumbuhan lebih ke arah memanjang dan pada melebar. Remaja

pria mulai memperlihatkan penonjolan otot-otot pada dada, lengan, paha,

dan betis. Remaja wanita mulai menunjukkan perubahan pada bagian

tubuh tertentu seperti dada, pinggul, dan sebagainya. Selain itu pada

remaja pria dan wanita mulai tumbuh rambut, terutama pada bagian alat

vital, seperti kemaluan dan ketiak. Perkembangan badan yang lebih ke

arah memanjang dan melebar ini dapat mengakibatkan perkembangan

anggota badan yang tidak berimbang, sehingga kadang-kadang membuat

remaja menjadi cemas akan keadaan dirinya.

2. Perkembangan Seksual

Sejalan dengan pertumbuhan fisik, remaja juga mengalami perkembangan

seksual. Perkembangan seksual ini diakibatkan oleh kematangan

hormon-hormon seksual. Remaja pria mulai mengalami mimpi basah dan remaja

wanita mulai mengalami menstruasi. Selain itu perkembangan seksual

pada saat remaja ditandai pula dengan mulai timbulnya rasa ketertarikan

dengan teman lawan jenis.

3. Perkembangan Emosi

Setiap manusia memiliki perasaan dalam hidupnya, demikian juga halnya

dengan para remaja. Perasaan yang berkembang pada remaja pada

umumnya adalah rasa gembira, sedih, suka, optimis, cinta, takut, benci,

(34)

emosi, ini terjadi karena remaja mengalami berbagai bentuk perilaku

dalam kehidupannya. Emosi pada remaja relatif cepat berubah. Perasaan

suka bisa cepat berubah menjadi benci, perasaan gembira bisa cepat

berubah menjadi perasaan sedih.

4. Perkembangan Intelektual

Pada masa remaja terjadi perkembangan otak dan kemampuan berfikir

yang dibutuhkan dalam menerima dan mengolah informasi yang abstrak

dari lingkungannya. Hal ini mengandung arti bahwa remaja sudah dapat

menilai hal yang benar dan hal yang salah sehubungan dengan pendapat

orang tua atau orang dewasa. Remaja mulai berani membantah dan

mengkritik pendapat orang tua, dan orang dewasa lainnya sebagai sesuatu

yang tidak rasional, dan tidak adil. Remaja juga selalu ingin tahu terhadap

segala sesuatu. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong remaja tertarik

pada alasan timbulnya persoalan dan cara pemecahannya.

5. Perkembangan Sosial

Dalam perjalanan hidupnya remaja mulai menyesuaikan diri dengan lawan

jenisnya dan menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan

keluarga dan sekolah. Karena remaja lebih banyak bergaul dengan

teman-teman kelompok sebaya, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh

teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan

perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Misalnya remaja suka

(35)

ikut-ikutan merokok, ikut-ikutan minum-minuman beralkohol, dan lain

sebagainya.

6. Perkembangan Pemahaman Diri

Remaja mulai menyadari kelebihan dan kekurangan yang ada pada

dirinya. Dengan kesadaran itu remaja menilai sifat dan sikap

teman-temannya, yang kemudian diperbandingkan dengan sifat dan sikap yang

dimilikinya. Remaja mulai memiliki kemampuan untuk melihat dirinya

sendiri secara objektif, yang ditandai dengan kemampuan untuk

mempunyai wawasan tentang diri sendiri.

Proses pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis pada individu

menjelang dan pada masa remaja ini menyebabkan tanggapan masyarakat

yang berbeda pula. Mereka diharapakan dapat memenuhi tanggung jawab

orang dewasa, tetapi berhubung antara pertumbuhan fisik dan pematangan

psikisnya masih belum seimbang, maka kegagalan yang sering dialami

remaja dalam memenuhi tuntutan sosial ini menyebabkan frustasi dan

konflik-konflik batin pada remaja terutama bila tidak ada pengertian dari

pihak orang dewasa. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa para

remaja lebih dekat dengan teman sebayanya daripada dengan orang dewasa.

C. Bimbingan Klasikal

Remaja yang merupakan tingkat usia yang memiliki perkembanagn

(36)

sebab remaja menghadapi tugas mengembangkan diri di semua aspek

kehidupannya. Lembaga-lembaga pendidikan sekolah bertugas untuk

mendampingi generasi muda dalam menyelesaikan tugas mengembangkan

dirinya.

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam

rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan

masa depan. Berkaitan dengan bimbingan yang diberikan di sekolah maka

dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan yang

diberikan oleh orang yang berkompeten (guru pembimbing/konselor) kepada

seseorang atau sekelompok orang (klien/siswa) agar mampu mengenal

dirinya, mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengatasi persoalan hidup

sehingga mampu menentukan sendiri/bertanggung jawab untuk kebahagiaan

dan kesejahteraan hidupnya dan lingkungannya.

Bimbingan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang bersifat

sosial, maka wajar jika bimbingan dan konseling mempunyai sifat

ketergantunggan pada situasi masyarakat setempat. Mengingat hal itu maka

dapat dikemukakan bahwa dalam menentukan prinsip-prinsip bimbingan dan

konseling setiap ahli memakai pola yang berbeda. Perlu dipahami bahwa

dalam prinsip yang digunakan harus mencakup pola dasar, tujuan, fungsi,

sasaran dan segi pelaksanaan. Melengkapi penjelasan mengenai layanan

bimbingan klasikal kepercayaan diri pada remaja maka disini peneliti

menyajikan prinsip-prinsip yang ada dalam bimbingan dan konseling seperti

(37)

1. Dasar bimbingan di sekolah tidak dapat lepas dari dasar pendidikan pada

umumnya dan pendidikan sekolah pada khususnya.

2. Tujuan bimbingan di sekolah tidak terlepas dari tujuan pendidikan dan

pengajaran yang tercantum pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003.

3. Fungsi dari bimbingan dalam proses pendidikan dan pengajaran ialah

membantu pendidikan dan pengajaran.

4. Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu baik anak/dewasa yang

tidak terbatas pada umur tertentu.

5. Bimbingan dapat dilaksanakan dengan berbagai macam sifat yaitu secara

preventif, korektif, dan presentatif.

6. Bimbingan merupakan suatu proses yang kontinyu dan diberikan oleh

orang-orang yang mempunyai wewenang dalam hal tersebut.

7. Berkaitan dengan prinsip no. 6 maka para guru perlu mempunyai

pengetahuan mengenai bimbingan dan konseling, karena mereka selalu

berhadapan langsung dengan murid-murid yang perlu mendapatkan

bimbingan.

8. Tiap aspek dari kepercayan diri merupakan faktor yang terpenting dalam

menentukan bimbingan klasikal kepercayaan diri siswa.

9. Bimbingan diberikan harus memperhatikan semua aspek yang ada pada

kepercayaan diri siswa.

10. Bimbingan yang diberikan harus memperhatikan perbedaan latar belakang

(38)

11. Bimbingan yang diberikan harus memperhatikan perkembangan dari

individu.

12. Bimbingan yang diberikan harus dievaluasi agar diketahui efektif atau

tidaknya bimbingan yang diberikan.

13. Berkaitan dapat prinsip no. 10 maka bimbingan harus mengikuti

perkembangan situasi masyarakat dalam arti yang lebih luas yaitu

perkembangan sosial, ekonomi dan budaya.

14. Bimbingan yang diberikan bertujuan untuk mengarahkan individu agar

dapat membimbing dirinya sendiri. Bimbingan yang diberikan harus

berpegang pada kode etik bimbingan yang ada.

Pelayanan bimbingan klasikal kepercayaan diri pada siswa SMA

BOPKRI 2 meliputi enam aspek, yaitu rasa aman, ambisi, yakin kepada

kemampuan diri sendiri, mandiri, tolerensi, dan optimis.

1. Rasa aman adalah rasa percaya bahwa lingkungan sekitar mendukungnya.

2. Ambisi adalah kemauan yang sekiranya merasa mampu dilakukan.

3. Yakin pada kemampuan diri sendiri adalah kepercayaan akan kemampuan

sendiri dalam melakukan pekerjaan tanpa bantuan orang lain.

4. Mandiri adalah tingkat kemandirian seseorang dalam menyelesaikan

pekerjaan.

5. Toleransi adalah menghormati perbedaan pendapatan orang lain.

6. Optimis adalah rasa percaya diri akan keberhasilan masa depan.

Bimbingan klasikal, yaitu guru pembimbing menghadapi kelompok

(39)

pengelompokkan kembali, tetapi mempertahankan siswa-siswi pada

satuan-satuan kelas yang sudah ada. Pada jam tertentu (yang sudah ditentukan

dalam jadwal) guru pembimbing masuk ke kelas dan memberikan

pelayanan bimbingan, yang biasanya berupa pembahasan tentang suatu

masalah yang tidak termasuk materi mata pelajaran yang lain, misalnya

cara-cara belajar yang baik, cara-cara bergaul, pendewasaan diri, dan

hubungan dengan orangtua. Dalam bimbingan klasikal, siswa dalam kelas

dapat dibentuk ke dalam kelompok-kelompok diskusi agar seluruh siswa

dapat lebih terlibat dalam kegiatan pembimbingan. Bimbingan klasikal

merupakan kebutuhan siswa yang berkenaan dengan perkembangan pribadi

dan pergaulan sosialnya, serta perubahan dalam sikap dan cara bergaul

mereka di sekolah, keluarga maupun di masyarakat (Winkel, 1997 :520).

Guru pembimbing memegang peranan penting dalam kegiatan

pembimbingan terhadap para siswa di sekolah. Bimbingan individual,

khususnya konseling individual mrupakan cara efektif untuk membantu

siswa-siswa tertentu, tetapi tidak selalu semua permasalahan siswa dilayani

dengan konseling individual tetapi dapat juga dibantu melalui konseling

klasikal. Salah satu asas pelayanan bimbingan di sekolah juga menyebutkan

bahwa program bimbingan harus mencakup kegiatan bimbingan individual

dan kegiatan bimbingan kelompok. Oleh karena itu di samping

menggunakan bimbingan individual (konseling perseorangan), salah satu

usaha kegiatan pembimbingan yang pertu dilaksanakan oleh guru

(40)

Menurut Winkel (1997:519) tujuan bimbingan klasikal tidak berbeda

dengan tujuan bimbingan pada umumnya yaitu untuk membantu orang yang

dibimbing agar mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangan

sendiri dan tidak sekedar "membebek" pendapat orang lain, mengambil sikap

sendiri, dan berani menanggung sendiri konsekuensi-konsekuensi dari

tindakan-tindakannya. Tujuan ini ingin dicapai melalui pelayanan secara

klasikal. Walaupun yang dihadapi adalah kelompok siswa yang semuanya

membutuhkan pelayanan bimbingan yang lebih kurang sama isi dan arahnya,

namun yang terutama dituju bukanlah perkembangan kelompok sebagai

kelompok, melainkan perkembangan optimal dari masing-masing individu

yang tergabung dalam suatu kelas. Dengan demikian, tekanannya tetap

terletak pada pengembangan masing-masing pribadi, meskipun individu

berada dalam kegiatan kelas. Bimbingan klasikal merupakan sarana untuk

menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan

dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri.

Dapat dikatakan bahwa bimbingan klasikal dapat bersifat komplementer

terhadap bimbingan perseorangan.

Berdasarkan uraian tentang bimbingan klasikal di atas, dapat

disimpulkan bahwa kegiatan bimbingan klasikal dilaksanakan di dalam kelas.

Hal ini juga didukung oleh SK Mendikbud Nomor 25/0/1995 butir II.B.3.C.

yang menetapkan bahwa pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dapat

dilaksanakan di dalam atau di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan bimbingan

(41)

keseluruhan kegiatan bimbingan untuk siswa di sekolah atas persetujuan

Kepala Sekolah (Najib, 1997:6).

D. Bimbingan dan Konseling

1. Tugas Bimbingan dan Konseling

Tugas layanan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas

(SMA) harus memperhatikan kebutuhan siswa dari masing-masing

tingkatan kelas. Di samping itu hendaknya disesuaikan dengan tujuan dan

sasaran layanan bimbingan konseling, serta karakteristik tujuan dan

perkembangan siswa dalam aspek pendidikan.

Tugas bimbingan dan konseling menurut Najib (1997:12)

keterpaduan penyelenggaraan bimbingan dan konseling beserta

kegiatan-kegiatan pendukungnya, yaitu :

a. Orientasi dalam kegiatan bimbingan.

b. Informasi dalam bimbingan belajar.

c. Penempatan dan penyaluran dalam kegiatan belajar.

d. Bimbingan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan

belajar.

e. Pemberian bantuan secara perorangan dalam masalah belajar.

f. Bimbingan belajar kelompok dalam masalah belajar.

g. Konseling kelompok dalam masalah belajar.

h. Aplikasi instrumentasi untuk penghimpunan data yang berkaitan

dengan kegiatan belajar.

(42)

j. Konfirmasi kasus dalam masalah belajar.

Berdasarkan dari pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

tugas bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya di SMA meliputi

bimbingan dalam hal :

a. Pengembangan kebiasaan belajar yang efektif.

b. Memahami kekurangan diri dalam belajar.

c. Mengatur dan menggunakan waktu luang.

d. Menilai kesenjangan antara standar ketutasan dengan hasil

ulangan.

e. Mengetahui sebab-sebab kegagalan dalam mengikuti tes.

f. Mempelajari informasi pemilihan jurusan.

g. Mulai menghubungi lembaga pendidikan di atas SMU.

h. Memahami bahwa belajar berlangsung sepanjang hayat.

i. Memahami tujuan pendidikan di masa yang akan datang.

j. Merencanakan kelanjutan studi atau kursus-kursus.

k. Mempersiapkan menghadapi tes masuk perguruan tinggi.

2. Layanan Bimbingan dan Konseling

Tujuan layanan bimbingan konseling secara umum adalah untuk

membantu siswa agar mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi

belajar, agar setiap siswa dapat belajar dengan efisien sesuai dengan

kemampuannya, sehingga dapat mencapai perkembangan yang optimal.

Menurut pendapat Sukardi dan Sumiati (1999) tujuan bimbingan

(43)

Membantu siswa untuk mengembangkan motif-motif intern dalam belajar sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti serta pemberian dorongan dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan.

Tujuan layanan bimbingan konseling secara terperinci menurut

Abdul Kahar (1981:36) yaitu :

1) Untuk dapat menentukan program studinya. 2) Untuk mendapatkan cara belajar yang efisien.

3) Untuk memilih mata pelajaran yang sesuai dengan bakat, minat, kecakapan, cita-cita serta kondisi yang ada pada dirinya.

4) Untuk menentukan pembagian waktu dan membuat rencana belajar.

5) Untuk mendapatkan cara-cara membaca buku dan

menggunakannya bagi pelajaran.

6) Untuk menyelesaikan tujuan dan mempersiapkan diri dalam ulangan dan ujian.

7) Memilih pelajaran-pelajaran ekstra atau tambahan bagi

pengembangan kejuruannya.

Berdasarkan atas tujuan pelaksanaan bimbingan dan konseling

seperti yang telah dirinci di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan

bimbingan dan konseling adalah pelayanan yang diberikan pada

(44)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian ex-postfacto, karena untuk

memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

tingkat kepercayaan diri siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

sebagai dasar pemilihan topik-topik bimbingan klasikal.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMA BOPKRI

2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Dalam penelitian ini peneliti tidak

menggunakan sistem sampel karena seluruh anggota populasi dijadikan

responden. Adapun jumlah siswa kelas yang diteliti sebanyak 163 siswa

yang terdiri dari 8 kelas, 34 siswa 11 tidak masuk dan tidak ikut uji coba.

Ada 15 siswa yang tidak masuk sekolah dan tidak ikut dalam penelitian,

sehingga jumlah subyek penelitian yang terkumpul sebanyak 103 siswa.

(45)

Tabel 1

Rincian Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 2 Tahun Ajaran 2011/2012

Kelas Jumlah Siswa

XI Bahasa 7

XI IPA 1 23

XI IPA 2 23

XI IPA 3 23

XI IPS 1 21

XI IPS 2 22

XI PS 3 22

XI IPS 4 22

Jumlah 163

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

statement Kepercayaan Diri. Kepercayaan diri diungkap dengan skala

kepercayaan diri yang disusun oleh Rye dan Spark dengan berdasarkan

aspek-aspek yang terdapat dalam kepercayaan diri oleh Sholikhah (2003).

Statement ini telah dimodifikasi dengan menyesuaikan item-item

pernyataan dan diambil favorable saja. Bentuk pernyataan bersifat tertutup,

menurut Furchan (1982: 249) statement tertutup adalah

pernyataan-pernyataan yang jawabannya sudah disediakan oleh peneliti. Berikut ini

dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan statement.

1. Skala Pengukuran Kepercayaan Diri

Skoring dalam kepercayaan diri dilakukan dalam skala Likert.

Skoring yang digunakan adalah sebagai berikut: skor 1 untuk jawaban

(46)

skor 3 untuk jawaban Sesuai (S) dan skor 4 untuk jawaban Sangat

Sesuai (SS).

2. Indikator Kepercayaan Diri

Indikator yang digunakan untuk menyusun statement kepercayaan

diri ini berdasarkan aspek-aspek kepercayaan diri menurut Luster

(1978) yaitu: merasa aman pada lingkungan sekitar, merasa hidup

menyenangkan dan tenang, mempunyai sifat yang gigih, senang

dengan tantangan, mempunyai kreatifitas dalam menyelesaikan tugas,

merasa yakin akan kelebihan diri sendiri, merasa akan berprestasi,

mempunyai pendirian yang kuat, mampu menyelesaikan masalah

sendiri, mempunyai sifat terbuka pada orang lain, mempunyai

pengertian pada orang lain, percaya akan kemampuannya sendiri, dan

yakin akan mampu mengatasi kendala yang ada.

3. Susunan Statement

Item kepercayaan diri terdiri dari 34 item yang secara keseluruhan

merupakan item favorable. Item favorable isinya mendukung,

memihak atau menunjukkan adanya variabel yang diukur.

4. Kisi-kisi

Adapun kisi-kisi pernyataan kepercayaan diri dapat di lihat pada

(47)

Tabel 2

Distribusi Item Kuesioner Kepercayaan Diri

No Aspek Indikator No

3 Ketika ada teman baru saya tidak malu untuk mengajak berkenalan terlebih dahulu.

5 Saya nyaman berinteraksi dengan

orang-orang disekitar saya

9 Saya memiliki banyak teman di

lingkungan saya.

13 Lingkungan sekolah saya, aman untuk

belajar saya.

15 Saya bersikap tenang ketika berada di lingkungan baru

Merasa hidup menyenangkan dan tenang

17 Bagi saya hidup yang saya jalani, saya rasakan dengan senang hati.

18 Saya tetap tenang walau sedang

menjadi pusat perhatian

6 Saya mempunyai keinginan untuk

dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

8 Saya puas bila dapat menyelesaikan

tugas sulit yang diberikan guru saya

Senang dengan tantangan

14 Bagi saya tugas yang sulit merupakan tantangan menarik

(48)

No Aspek Indikator No

1 Saya memiliki inisiatif yang tinggi

4 Saya yakin dapat menyelesaikan tugas

dengan baik.

19 Saya memiliki kemampuan yang dapat

saya banggakan

21 Keberhasilan saya dalam tugas karena kemampuan yang saya miliki

4. Mandiri adalah

10 Saya tidak akan mengubah sikap bila

yakin dengan pendapat saya.

20 Saya tidak mudah terpengaruh oleh

pendapat orang lain

Mampu

menyelesaikan masalah sendiri

23 Saya tidak meminta bantuan pada

orang lain dalam menyelesaikan masalah pribadi saya

27 Saya dapat memutuskan sendiri segala

hal yang harus saya lakukan

5. Toleransi adalah

12 Saya akan membagi pengalaman

sukses kepada guru pembimbing saya dengan senang hati

32 Bagi saya mengakui kekurangan diri tidak termasuk hal yang bodoh dan memalukan

24 Saya bisa memahami pendapat orang

lain tanpa kehilangan pendirian saya

33 Saya bisa terbuka membicarakan

kelebihan dan kelemahan sifat pribadi saya dengan guru.

Mempunyai pengertian pada orang lain

25 Jika orang lain keliru maka saya akan mengingatkannya

26 Saya dapat bekerja sama dengan

teman-teman yang sering berbeda pendapat.

30 Saya sering membantu masalah teman,

(49)

No Aspek Indikator No

22 Sikap saya dapat menyenangkan orang

lain

29 Saya tidak mudah putus asa

31 Saya berfikir bahwa kendala yang ada bisa diatasi dengan usaha sendiri

34 Saya merasa mampu untuk meraih sukses dalam hidup saya

5. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Kepercayaan Diri

a. Validitas

Menurut Arikunto (1998) instrumen yang baik

sekurang-kurangnya valid dan reliabel, oleh karena itu sangat penting

pengujian validitas dan reliabilitas instrumen sebelum

pengumpulan data.

Arikunto (1998: 160) mengatakan bahwa “validitas adalah

suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan

kesahihan suatu instrumen” instrumen dikatakan valid bila

memiliki validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid

berarti memiliki validitas rendah.

Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah

validitas isi yang melewati judgment ahli oleh Ibu Dra.

Sunarningsih yang merupakan guru Bimbingan dan

(50)

Uji validitas item dilakukan dengan cara menghitung

korelasi skor item dengan skor total. Penentuan taraf validitas

item dilakukan melalui program SPSS (Statistical Programme for

Social Scince). Patokan koefisien validitas minimal untuk melihat

valid tidaknya suatu item skala adalah dengan melihat patokan

koefisien Cronbach (Azwar, 2010: 103). Dalam patokan tersebut

dikatakan bahwa patokan koefisien validitas menggunakan

patokan minimal 0,30. Item yang koefisien validitasnya <0,30

dinyatakan gugur, sedangkan item yang koefisien validitasnya

>0,30 dinyatakan valid.

b. Reliabilitas

Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen

tersebut cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data

(Arikunto, 1998). Reliabilitas menunjukkan sejauhmana alat

ukur/instrumen itu dapat dipercaya untuk alat pengumpulan data.

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk menguji

reliabilitas dengan teknik analisis dengan rumus alpha, hal ini

karena skor yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan

rentangan antara beberapa nilai.

Adapun penggunaan rumus alpha pada uji ini didasarkan

pada pendapat Cronbach yang dikutip oleh Arikunto (1998)

adalah “Skor untuk angket atau skala biasanya bukan 1 dan 0,

tetapi bertingkat dari 1 atau 2, sampai 3, 4 atau berapa saja

(51)

yang skornya bukan 1 atau 0 dalam mencari indeks reliabilitasnya

digunakan rumus alpha. Dengan melihat uraian tersebut, maka

cukup beralasan bila uji reliabilitas menggunakan rumus alpha

mengingat instrument yang dipakai dalam penelitian ini

menggunakan skala Likert, dengan tingkatan dari 1 sampai 4.

Reliabilitas skala dihitung menggunakan rumus Pearson.

Reliabilitas secara keseluruhan diperoleh rtt = 0,815, reliabilitas

item gasal diperoleh rtt = 0,850 dan reliabilitas item genap

diperoleh rtt = 0,796. Dengan demikian status tinggi reliabilitas

kuesioner tingkat kepercayaan diri yang diuji coba dalam

penelitian ini termasuk tinggi.

D. Prosedur PengumpulanData

Pengumpulan data penelitian dilaksanakan melalui tahap persiapan

dan tahap pelaksanaan.

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa kegiatan sebagai

persiapan untuk melaksanakan penelitian. Sebelum kuesioner dibuat

peneliti menentukan variabel yang digunakan, setelah itu peneliti

menentukan aspek-aspek kepercayaan diri dan dilanjutkan membuat

indikator-indikator dari kepercayaan diri.

Pada tanggal 20 Februari 2012, pukul 09.00-10.00 peneliti

(52)

Konseling di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Peneliti mengungkapkan

maksud dan tujuan peneliti datang ke SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

Peneliti meminta ijin untuk bertemu dengan kepala sekolah tetapi

karena waktu yang padat sehingga Ibu Dra. Sunarningsih

menyarankan agar peneliti datang lain hari. Tanggal 29 Februari 2012

peneliti kembali ke sekolah dan pihak sekolah memberikan ijin

kepada peniliti untuk melaksanakan penelitian di SMA BOPKRI 2

Yogyakarta dan menyesuaikan waktu untuk mengadakan penelitian

dengan jadwal belajar siswa, dengan pertimbangan waktu yang akan

dipakai agar tidak mengganggu jadwal belajar siswa. Sebelum

melaksanakan uji coba kuesioner yang sudah dibuat kuesioner

dikonsultasikan terlebih dahulu kepada pembimbing, setelah itu

judgment ahli oleh Ibu Dra. Sunarningsih pada tanggal 22 Maret 2012.

2. Tahap pelaksanaan uji coba

Peneliti menyerahkan kuesioner kepada Ibu Dra. Sunarningsih

pada tanggal 26 Maret 2012. Peneliti tidak masuk kelas karena jadwal

pelajaran yang sangat padat, sehingga Ibu Dra. Sunarningsih yang

langsung memberikan kuesioner kepada siswa. Kuesioner diberikan

kepada seluruh siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun

ajaran 2011/2012.

Dari 34 item, setelah dianalisis terdapat 9 item yang gugur

terdiri dari aspek rasa aman (2 item), aspek ambisi (3 item), aspek

yakin pada kemampuan diri sendiri (3 item) dan aspek toleransi (1

(53)

tetap 34 item. Adapun rician item yang gugur dapat dilihat pada tabel

1. Rasa aman 9 Teman-teman dapat menerima saya apa

adanya.

0,297

15 Saya tidak takut berada dalam situasi yang belum saya kenal.

0,245

2. Ambisi 6 Saya aman menyelesaikan tugas yang

sulit jika sesuai dengan kemampuan saya.

-0,371

8 Saya merasa senang bila dapat

menyelesaikan tugas yang sulit yang diberikan guru saya.

-0,220

16 Saya inginmemiliki banyak

keterampilan melalui kegiatan di luar sekolah.

0,273

3. Yakin pada

kemampuan diri sendiri

1 Saya merasa mempunyai semangat

hidup dan inisiatif yang tinggi.

0,156

4 Saya dapat menyelesaikan tugas dengan

tidak mengecewakan.

-0,371

7 Saya merasa bahwa saya bisa

melakukan sebaik yang bisa dilakukan orang lain.

-0.213

5. Toleransi 30 Jika ada teman mengeluh tentang

masalahnya, saya akan membantu mencari solusinya.

(54)

Tabel 4

Rincian Item Yang Sudah Diperbaiki No Aspek No

Item

Pernyataan

1. Rasa aman 9 Saya memiliki banyak teman di

lingkungan saya.

15 Saya bersikap tenang ketika berada di lingkungan baru

2. Ambisi 6 Saya mempunyai keinginan untuk dapat

menyelesaikan tugas dengan baik.

8 Saya puas bila dapat menyelesaikan tugas sulit yang diberikan guru saya

16 Saya senang dengan ketrampilan baru

3. Yakin pada

kemampuan diri sendiri

1 Saya memiliki inisiatif yang tinggi

4 Saya yakin dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

7 Saya cukup percaya diri dalam mengerjakan tugas saya.

5. Toleransi 30 Saya sering membantu masalah teman,

yang sekiranya saya mampu.

3. Tahap pelaksanaan pengumpulan data

Sebelum melaksanakan penelitian, diadakan perbaikan pada

item-item yang gugur. Setelah diperbaiki item-item, peneliti

mengkonsultasikan kembali item-item tersebut kepada pembimbing.

Setelah mendapat persetujuan untuk melakukan penelitian, peneliti

meminta surat ijin kepada Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Surat ijin

diberikan dengan nomor: 013/Pen/BK/JIP/V/2012. Dilanjutkan

(55)

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 7 April 2012 dengan

bantuan Dra. Sunarningsih selaku guru Bimbingan Konseling di

sekolah. Saya datang ke SMA BOPKRI 2 Yoyakarta untuk

menyerahkan kuesioner yang sudah diperbaiki sehingga kuesioner

bisa disebarkan kepada seluruh siswa kelas XI SMA BOPKRI 2

Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Seperti uji coba, kuesioner

disebar oleh Ibu Dra. Sunarningsih, kemudian pada tanggal 16 April

2012 peneliti diminta untuk mengambil kuesioner yang sudah diisi

oleh siswa.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisi data yang dilakukan oleh peneliti meliputi tahap-tahap

sebagai berikut:

1. Skoring, yaitu memberikan skor jawaban pada setiap responden untuk

setiap item, yaitu skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS),

skor 2 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), skor 3 untuk jawaban Sesuai

(S) dan skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS).

2. Tabulasi data, yaitu pencatatan skor data dari setiap item yang

diperoleh siswa.

3. Menghitung skor total dari setiap item berdasarkan skor yang telah

diperoleh siswa.

4. Mengkategorikan subjek berdasarkan pada teori Azwar (2010 :

106-109) dengan berdasar pada skor teoritis yang berdistribusi normal

(56)

bagian berada di sebelah kiri mean (bertanda negatif) dan tiga

bagian yang berada di sebelah kanan mean (bertanda positif).

Pada penelitian ini skala terdiri dari 34 item yang

masing-masing itemnya diberi skor 4 untuk pilihan jawaban sangat sesuai,

skor 3 untuk pilihan jawaban sesuai, skor 2 untuk pilihan jawaban

kurang sesuai dan skor 1 untuk pilihan jawaban tidak sesuai.

Dengan demikian, rentang minimumnya diambil dari rata-rata skor

total terendah yaitu 34/34=1 dan sampai rentang maksimumnya

diambil dari rata-rata skor total tertinggi yaitu 136/34=4. Luas jarak

sebarannya adalah 4-1=3. Satuan deviasi standarnya ( ) adalah

(skor maksimal teoritis-skor minimal teoritis)/6=(4-l)/6=0,5. Mean

teoritisnya (µ) adalah (skor maksimal+skor minimal)/2=(4+l)/2=2,5.

Maka penggolongan subjek dimasukan ke dalam 5 kategori

diagnosis kepercayaan diri. Keenam satuan deviasi standar dibagi

menjadi 5 bagian sebagai berikut:

Tabel 5

Kategori Kepercayaan Diri

No Formula Kriteria Rerata Kategori

1 X [µ-1,5. ] 1,00 – 1,75 Sangat Rendah

2 [µ-1,5. ] < X [µ-0,5. ] 1,76 – 2,25 Rendah

3 [µ-0,5. ] <X [µ+0,5. ] 2,26 – 2,75 Sedang

4 [µ+0,5. ]<X [µ+1,5. ] 2,76 – 3,25 Tinggi

5 [µ+1,5. ] < X 3,26 – 4,00 Sangat Tinggi

Keterangan:

X = Rata-rata Skor Total dan Butir Subjek

µ = Mean Teoritis

Gambar

Tabel 8 : Rekapitulasi Jumlah Skor Item Terendah .........................................
Tabel 1 Rincian Siswa Kelas XI SMA BOPKRI 2
Tabel 2:
Tabel 2 Distribusi Item Kuesioner Kepercayaan Diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan interpersonal adalah interaksi yang dilakukan individu dengan lingkungan sekitarnya (Schultz, 1991: 30-35). Siswa-siswi kelas XI SMA Sang Timur Yogyakarta

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk: (1) mengetahui masalah-masalah belajar yang dialami oleh siswi-siswi kelas XI SMA Stella Duce 2

Hasil penelitian ini adalah: (1) Tingkat penyesuaian diri para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 yang termasuk dalam kategori “sangat tinggi” ada

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) masalah - masalah paling tinggi yang dirasakan siswa kelas XI SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011, (2)

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan tingkat kreativitas siswa kelas X – XI SMA BOPKRI Banguntapan Tahun Ajaran 2010 – 2011, yang kemudian hasilnya menjadi

Hubungan interpersonal adalah interaksi yang dilakukan individu dengan lingkungan sekitarnya (Schultz, 1991: 30-35). Siswa-siswi kelas XI SMA Sang Timur Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang perbedaan motivasi belajar antara siswa kelas XI jurusan IPA dan IPS di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun

Pacaran yang sehat pada siswa-siswi kelas XII SMA Sang Timur Yogyakarta terhadap aktivitas siswa-siswi baik dirumah maupun disekolah dapat dilihat dari adanya keintiman tidak