• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi kesulitan belajar yang dialami para siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 dan implikasinya pada usulan topik - topik bimbingan belajar - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Deskripsi kesulitan belajar yang dialami para siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 dan implikasinya pada usulan topik - topik bimbingan belajar - USD Repository"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR YANG DIALAMI PARA SISWI KELAS XI SMA STELLA DUCE 2

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA PADA

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan Konseling

Disusun oleh :

Nama : Erna Kurniaty Kabelen Nim : 041114014

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR YANG DIALAMI PARA SISWI KELAS XI SMA STELLA DUCE 2

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA PADA

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan Konseling

Disusun oleh :

Nama : Erna Kurniaty Kabelen Nim : 041114014

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebangaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Juli 2011 Penulis

(6)

v

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Nama : Erna Kurniaty Kabelen Nomor Mahasiswa : 041114014

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Karya ilmiah saya yang berjudul :

“DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR YANG DIALAMI PARA SISWI KELAS XI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, hal untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk keperluan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 16 juli 2011 Yang menyatakan

(7)

vi ABSTRAK

DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR YANG DIALAMI PARA SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR

Oleh : Erna Kurniaty Kabelen

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan survei. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai kesulitan belajar yang dialami para siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Masalah penelitian ini adalah (1) Kesulitan belajar apakah yang dialami para siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. (2) Sebagai implikasi penelitian ini, topik bimbingan klasikal apa saja yang sesuai untuk siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

Subjek penelitian adalah siswi kelas XI IPS 1, IPS 2, IPS 3, BAHASA, dan IPA yang semuanya berjumlah 106 siswi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang disusun Agatha Trisna Ariyanti dengan modifikasi dari peneliti dan arahan dari dosen pembimbing. Kuesioner terdiri dari 48 item sebagai penjabaran dari 2 aspek kesulitan belajar. Aspek tersebut adalah aspek internal atau pribadi siswa dan aspek eksternal atau di luar pribadi siswa. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2011. Pengelolaan data penelitian dilakukan dengan bantuan program SPSS. Teknik analisis data yang digunakan tersebut menentukan kategori berdasarkan Penilaian Acuan menurut Azwar dengan 4 kategori dan skala skor jawaban “Amat Sering mengalami kesulitan, Sering mengalami kesulitan, Jarang mengalami kesulitan dan Tidak Pernah mengalami kesulitan”, yang kemudian dituangkan dalam tabel.

(8)

vii ABSTRACT

DESCRIPTION OF LEARNING DIFFICULTIES EXPERIENCED BY STUDENTS OF CLASS XI STELLA DUCE 2 SENIOR HIGH SCHOOL

YOGYAKARTA, SCHOOL YEAR 2010/2011 AND ITS IMPLICATIONS TO PROPOSED LEARNING GUIDANCE TOPICS

Erna Kurniaty Kabelen Sanata Dharma University

Yogyakarta 2011

This study is a descriptive study and used survey method to collect data. The purpose of the study is to get a general description of the learning difficulties experienced by students of class XI of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta, School Year 2010/2011. The problems of the study were (1) what are the learning difficulties experienced by the students of class XI Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta, School Year 2010/2011?; (2) based on the result of the study, what are the appropriate guidance topics for the students of class XI of Stella Duce 2 Senior High School, School Year 2010/2011?.

The subjects of the study were students of Class XI IPS 1 (Social Studies 1), IPS 2 (Social Studies 2), IPS 3 (Social Studies 3), Class Bahasa (Languages), and Class IPA (Science). The total number of the subjects was 106 students. The instrument used in this study was based on the questionnaire constructed by Agatha Trisna Ariyanti which has been modified by the writer. The questionnaire consisted of 48 items and which was based on the elaboration of two aspects of learning difficulties. The data collection was held on May, 20, 2011. The data was analyzed using SPSS and was classified into 4 categories, namely Very Often, Often, Seldom, and Never in experiencing learning difficulties.

(9)

viii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Pengalaman adalah guru terbaik dalam mengalami kehidupan karena

melalui pengalaman kita belajar memahami diri sendiri dan lingkungan sehingga

kita dapat menjadi dewasa.”

“Aku percaya Tuhan akan selalu menolong dan mendampingi aku dalam

hidup asalkan aku pun berusaha sekuat tenangaku untuk menjalani kehidupan.”

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Peneliti memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat, restu, dan karunia yang tak terhingga melalui para pembimbing dan orang-orang yang membantu peneliti dalam menulis skripsi ini sehingga peneliti akhirnya berhasil menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa terselesikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan, dan saran yang berguna bagi peneliti. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Dr. M.M Sri Hastuti, M.Si. sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M. Si. selaku dosen pembimbing saya yang telah memberikan bimbingan, masukan dan dukungan yang berguna bagi peneliti .

3. Dra. Anna Harsanti, sebagai Kepala Sekolah SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, yang telah menerima dan memberi kesempatan kepada peneliti untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

4. Ax. Eko Suspriyatingsih, S.Pd, sebagai Koordinator Bimbingan dan Konseling yang dengan setia memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan bagi penulis dalam menulis skripsi.

(11)

x

6. Segenap guru dan karyawan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta atas kerja sama, persahabatan dan dukungan bagi penulis.

7. Para siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.

8. Bapak Aloysius K. Kabelen, Ibu Tumoi (orang tua), Alfianus K. Kabelen (adik) yang telah memberikan biaya, sarana, dukungan, dan doa selama penyusunan skripsi ini.

9. Fabianus Sukwanto/Akuan (Kekasih dan sahabat terbaikku) yang telah banyak memberikan perhatian, doa dan dukungan bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.

10.Keluarga besar serta Om Fredi, Bibi Lia dan adek Kyanu yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini.

11.Teman-teman di kos yaitu mama Jeni, bapak Ngadiyo, Arifin, mbak Rita, Rina, Galih, Agnes, Desi dan Maria telah memberikan dukungan, doa dan persahabatan yang baik hingga kini (semoga terjalin terus!)

12.Rekan-rekan yang di kampus baik yang PPLBK SMP, PPLBK SMA dan KKN serta yang lainnya terima kasih atas kerja sama dan persahabat, dukungan dan doa selama ini.

(12)

xi

Penulis menyadari bahwa karya kecil ini masih jauh dari sempurna. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berminat mempelajari topik ini.

Yogyakarta, 16 Juli 2011

(13)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM... v

ABSTRAK... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Definisi Operasional ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Belajar ... 7

1. Hakekat Belajar ... 7

2. Ciri-ciri Belajar ... 8

B. Kesulitan Belajar yang Dialami para siswi SMA ... 10

1. Pengertian KesulitanBelajar ... 10

(14)

xii

4. Siswi SMA sebagai Remaja ... 31

5. Analisis Kesulitan Belajar ... 33

C. Program Bimbingan ... 33

1. Bimbingan dan Program Bimbingan ... 33

2. Bimbingan Belajar ... 35

3. Bimbingan Klasikal ... 37

4. Materi Bimbingan ... 37

5. Tujuan Bimbingan ... 38

BAB III. METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Subyek Penelitian ... 40

C. Instrumen Penelitian ... 41

1. Kuesioner Kesulitan Belajar Siswi... 41

2. Uji Coba Kuesioner Penelitian ... 43

3. Menentukan Validitas dan Reliabilitas ... 44

D. Prosedur Penelitian ... 48

1. Tahap Persiapan ... 48

2. Tahap Pengumpulan Data ... 49

E. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Kesulitan Belajar yang Dialami para Siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 ... 54

B. Pembahasan ... 57

C. Usulan Topik-topik Bimbingan Belajar Sebagai Implikasi Hasil Penelitian ... 61

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

(15)

xii

DAFTAR PUSTAKA ... 68

Lampiran 1. Kuesioner Kesulitan Belajar Siswi SMA (Sebelum diuji coba) ... 71

Lampiran 2. Kisi-kisi Kuesioner Kesulitan Belajar Siswi SMA (Sebelum diuji coba) ... 74

Lampiran 3. Kisi-kisi Kuesioner Kesulitan Belajar Siswi SMA (Sesudah diuji coba) ... 76

Lampiran 4. Kuesioner Kesuliitan Belajar Siswi ( Sesudah diuji coba )... 77

Lampiran 5. Hasil Pengolahan Data ... 80

1. Validitas Kuesioner Kesulitan Belajar Siswi ... 80

2. Reliabilitas Kesulitan Belajar ... 86

3. Tingkat Kesulitan Belajar Dengan Kategori ... 90

1. Hasil Pengolahan Data Kategori Item ... 90

2. Hasil Pengolahan Data Kategori Subyek ... 92

Lampiran 6. Satuan Pelayanan Bimbingan ... 95

(16)

xii

Tabel 1 : Perincian Siswi Kelas XI SMA Stella Duce 2

Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011... 40

Tabel 2. Kisi-Kisi Kuesioner Kesulitan Belajar Siswa... 42

Tabel 3. Perincian Perubahan Item yang Dipertahankan... 45

Tabel 4. Jadwal Pengumpulan Data Penelitian... 49

Tabel 5. Penggolongan Item dalam Tiga Kategori... 52

Tabel 6. Penggolongan Subjek dalam Tiga Kategori... 53

Tabel 7. Hasil Penggolongan Item dalam Tiga Kategori... 55

Tabel 8. Hasil penggolongan Subjek dalam Tiga Kategori Kesulitan Belajar... 56

(17)

xii

Lampiran 1 : Kuesioner Kesulitan Belajar Siswi SMA……….. 71

Lampiran 2 : Kisi-kisiyang Belum Diuji Coba………... 74

Lampiran 3 : Kuesioner Kesulitan Belajar Siswi SMA dan Kisi-kisi yang Sudah Diuji Coba………. 76

Lampiran 4 : Hasil Pengolahan Data………... 77

Lampiran 5 : Satuan Pelayanan Bimbingan……… 80

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini, memuat beberapa hal pembahasan mengenai latar belakang,

perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang

Era globalisasi telah merambah ke seluruh penjuru dunia. Perkembangan

jaman modern pada saat ini begitu terasa dengan berkembangnya ilmu pengetahuan

dan teknologi. Perkembangan ini memberikan dampak yang sangat luas bagi

kehidupan manusia di seluruh dunia, antara lain kemampuan yang dituntut dalam

menghadapi perkembangan jaman. Dengan demikian terjadi pula persaingan dalam

dunia kerja, lebih-lebih mengingat terbatasnya lapangan pekerjaan dibandingkan

dengan pertambahan jumlah penduduk yang tidak sebanding. Maka diperlukan

seleksi yang menuntut individu untuk mengasah otak dan keterampilan agar tidak

tersisih dari persaingan untuk mendapatkan pekerjaan.

Tujuan pendidikan yaitu membekali siswi sebagai individu yang harus

menghadapi tantangan jaman haruslah diusahakan tercapai semaksimal mungkin.

Usaha ini meliputi perkembangan seluruh aspek kehidupan siswi. Peneliti

menitikberatkan pada pentingnya peran bidang bimbingan mengingat peran bidang

bimbingan dalam pendampingan proses belajar siswi.

Dunia pendidikan mengembangkan banyak aspek dalam kehidupan siswi.

Untuk dapat memberikan bimbingan dalam proses belajar siswi, perlulah dipahami

(19)

Bidang pengajaran menangani kurikulum pengajaran yaitu seluruh

pengalaman belajar siswi yang diperoleh melalui bidang studi yang disajikan.

Bidang ini menitikberatkan perkembangan aspek kognitif siswi. Namun demikian,

aspek perkembangan siswi yang lain tidak diabaikan. Walaupun bidang pengajaran

dan bidang bimbingan mengarah pada tujuan yang sama, yaitu perkembangan

optimal siswi, tetapi keduanya tidak dileburkan menjadi satu sehingga tetap

mempunyai identitasnya sendiri-sendiri. Kedua bidang tersebut memberikan

sumbangan yang sifatnya saling mendukung. Bidang pengajaran menyajikan

sejumlah pengalaman belajar melalui berbagai bidang studi, sedangkan pelayanan

bimbingan mengajak siswi berefleksi atas pengalaman belajar untuk mengetahui diri

sendiri dalam kemampuan, minat, nilai-nilai kehidupan dan aspirasi di masa depan (

Winkel, 2004 : 89 ).

Bidang bimbingan mencakup tiga ragam yaitu bidang bimbingan

pribadi-sosial, bimbingan karir, dan bimbingan akademik ini biasanya disebut juga

bimbingan belajar, yaitu “bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat,

dalam memilih program studi yang sesuai dan dalam mengatasi kesulitan yang

timbul berkaitan dengan tuntutan belajar di suatu insitusi pendidikan” ( Winkel,

2004 : 115 ).

Selain guru bidang studi, seorang guru pembimbing juga diharapkan dapat

membantu siswi dalam mencari jalan keluar atau pemecahan masalah belajar yang

dialami siswi. Masalah-masalah dalam belajar yang dialami siswi dapat disebut

(20)

saja dalam hal belajar yang dialami siswi agar dapat memberikan bantuan sesuai

dengan kebutuhan siswi.

Melalui pengamatan yang di lakukan di SMA Stella Duce 2, peneliti

menemukan adanya suatu permasalahan yang perlu diselesaikan, masalahnya adalah

(1) Kesulitan menjawab soal-soal saat ulangan atau ujian. (2) Kesulitan penyesuaian

diri terhadap guru, orang tua dan lingkungan sekolah. (3) Kesulitan beradaptasi

dengan keadaan iklim dan cuaca. Berdasarkan dari fakta yang ditemukan pada

masing-masing siswi SMA Stella Duce 2 di ungkapkan bahwa permasalahan yang

timbul dari para siswi adalah masalah kesulitan belajar. Oleh karena itu siswi sangat

membutuhkan bimbingan oleh konselor untuk membantu memecahkan masalah

yang ada, sehingga apabila masalah tersebut dapat diatasi siswi menjadi mudah

untuk menyelesaikan masalah yang sedang mereka hadapi.

Dalam hal ini guru pembimbing memiliki tugas yang sangat penting dalam

menyelesaikan masalah siswi tersebut. Khususnya guru BK yang bekerja sama

dengan guru (wali kelas) yang bersangkutan supaya wali kelasnya mengerti bahwa

siswinya sedang bermasalah. Guru BK memberikan penjelasan kepada siswa tentang

pentingnya cara belajar yang tepat karena hal semacam ini sangat dibutuhkan bagi

semua siswi. Oleh karena itu tanggung jawab guru BK sangat besar dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa di sekolah.

Persoalan ini perlu dipelajari karena kesulitan belajar merupakan salah satu

hambatan yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam studi dan

mempengaruhi juga untuk tidak berkembang. Oleh sebab itu peneliti perlu

(21)

Duce 2 Yogyakarta agar penelitian dapat memberi bantuan untuk mengatasi

kesulitan belajar para siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

B. Perumusan Masalah

Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Kesulitan belajar apakah yang dialami para siswi kelas XI SMA Stella Duce

2 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011?

2. Sebagai implikasi penelitian ini, topik bimbingan klasikal apa saja yang

sesuai untuk siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memperoleh gambaran secara umum mengenai kesulitan belajar para siswi

kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011.

2. Memberikan suatu usulan mengenai usulan topik-topik bimbingan untuk

mengatasi dengan relevan kesulitan belajar agar guru bimbingan dapat

memberikan pelayanan yang optimal.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

1. Guru BK (Bimbingan Konseling)

Memperoleh gambaran secara umum mengenai kesulitan belajar para siswa dan

gambaran mengenai topik bimbingan yang sekiranya cocok untuk membantu

siswa mengatasi kesulitan belajarnya sehingga siswa mendapatkan hasil yang

(22)

2. Guru bidang studi dan orang tua siswa

Mendapat informasi atau masukan dari guru pembimbing mengenai hal-hal yang

di perlukan dalam menciptakan situasi dan kondisi belajar yang menguntungkan

bagi siswa.

3 Bagi peneliti

Peneliti mendapat pengalaman, gambaran, dan menambah wawasan dengan

mendalami dan mengatasi kesulitan belajar para siswi kelas XI SMA Stella Duce

2 Yogyakarta.

E. Definisi operasianal

1. Deskripsi : “pemaparan atau penggambaran dengan kara-kata secara jelas dan

terinci”( Depdikbud, 1989 : 201). Pada penelitian ini, deskripsi dimaksudkan

untuk memperoleh gambaran tentang kesulitan belajar siswi.

2. Belajar : suatu proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku melalui suatu

interaksi antara guru dan siswi dan antarsiswi di dalam kelas XI SMA Stella

Duce 2 Yogyakarta.

3. Kesulitan belajar : keadaan di mana peserta didik atau siswa tidak dapat

belajar sebagaimana mestinya (Ahmadi dan Widodo, 1991 : 74). Maksudnya

dalam penilitian ini, kesulitan belajar diartikan sebagai suatu keadaan yang

dialami oleh siswa kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran

2010/2011 sebagaimana dimaksudkan dalam butir-butir angket dalam

(23)

belajar baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah untuk mencapai hasil

belajar yang diharapkan.

4. Bimbingan belajar : bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat,

dalam memilih program studi yang sesuai dan dalam mengatasi

kesukaraan-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan belajar di suatu institusi

pendidikan.

5. Bimbingan klasikal : pelayanan bimbingan kepada kelompok siswa yang

tergabung dalam suatu satuan kelas di tingkatan tertentu pada suatu jenjang

(24)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini disajikan hasil kajian pustaka membahasan mengenai hakikat

belajar, dan ciri-ciri belajar serta kesulitan belajar siswi.

A. Hakikat Belajar dan Ciri-ciri Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan

pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami siswi.

Berikut ini dibahas pengertian belajar dan ciri-ciri belajar.

1. Pengertian belajar

Ada beberapa pengertian tentang belajar yang dikemukakan oleh para tokoh

dalam dunia pendidikan. Ernest ( Usman dan Setiawati, 1993 : 7) menyatakan

bahwa belajar adalah suatu proses yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan melalui

interaksi antara guru dan siswi dan antarsiswi di dalam kelas. James (Ahmadi dan

Widodo, 1991:119) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses di mana

tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman. Tokoh lain,

yaitu Winkel (1996 : 53) mendefinisikan belajar sebagai sesuatu aktivitas

mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap.

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman

(25)

definisi di atas nampak bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang

disebabkan oleh individu yang mengadakan interaksi dengan lingkungan.

Kegiatan-kegiatan belajar siswi berupa : latihan-latihan, praktek-praktek dan

kegiatan pemecahan masalah hasilnya belajar adalah cara bertingkah laku baru atau

memperbaikan cara-cara bertingkah laku lama yang bermanfaat bagi hidupnya.

Siswi pada situasi tertentu belum mampu melakukan sendiri kegiatan

belajarnya dengan baik, sehingga ia membutuhkan pendidikan. Proses ini terjadi

dalam diri anak sejak ia lahir. Tiap orang yang melakukan kegiatan belajar bila

berada dalam kesulitan. Bila hendak meneruskan kegiatan belajarnya, ia mencari

bantuan dari orang lain. Bantuan itu dapat berupa pendidikan.

Dari beberapa tokoh pengertian belajar tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah suatu proses timbulnya atau diubahnya perilaku seseorang

sebagai hasil interaksinya dengan lingkunganya.

2. Ciri-ciri belajar

Dalam buku bimbingan dan konseling di institusi pendidikan yang ditulis oleh

Winkel ( 1996 : 53-55 ) menyatakan bahwa tidak setiap perubahan yang dialami

individu merupakan hasil dari proses belajar. Tidak semua perubahan yang

berlangsung disadari oleh individu yang sedang belajar. Buku lain yang berjudul

Psikologi belajar yang ditulis oleh Ahmadi dan Widodo (1991 : 121-123 )

menjelaskan bahwa dalam proses belajar di sekolah perubahan terjadi secara sadar,

bertujuan dan terarah, bersifat kontinyu, bersifat menatap dan mencangkup seluruh

(26)

Dari yang dijelaskan dalam kedua buku tersebut, dapat ditarik kesimpulan

bahwa ciri-ciri belajar yang dialami siswi yang belajar di sekolah adalah sebagai

berikut :

a. Terjadi perubahan yang disadari dan / atau tidak disadari

Individu yang belajar dengan sengaja biasanya menyadari perubahan yang

terjadi dalam dirinya. Misalnya siswi menyadari atau merasakan adanya

pengetahuan yang bertambah, pemikiran yang semakin luas, dan sikap yang

semakin positif.

b. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah.

Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai, misalanya

siswi yang belajar mengarang dan menentukan apa yang dicapai dengan belajar

mengarang. Perubahan ini merupakan perbuatan belajar terarah pada suatu

perubahan yang akhirnya terwujud dalam tingkah laku dan disertai maksud untuk

mencapai suatu tujuan.

c. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu.

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar berlangsung

terus-menerus sehingga ia mengalami perubahan yang positif dan berguna bagi

kehidupan atau proses belajar berikutnya. Misalnya siswi yang menyadari atau

dirasakan adanya perubahan dari tidak bisa mengetik menjadi bisa mengetik.

Perubahan tersebut berlangsung terus sehingga ketrampilan mengetik menjadi lebih

(27)

d. Perubahan dalam belajar bersifat menetap.

Tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat relatif menetap, selama

hasil belajar yang diperoleh tidak dihapus dan diganti dengan hasil yang baru.

Misalnya kecakap siswi dalam memainkan suatu alat musik tidak akan hilang

begitu saja, melainkan tetapi dimiliki dan akan terus berkembang apabila terus

digunakan.

e. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Seorang siswi yang telah belajar biasanya akan mengalami perubahan dalam

sikap, pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang semua akhirnya harus

terungkap dalam suatu perbuatan yang membuktikan bahwa hasil sudah tercapai.

Misalnya siswi belajar menulis akan memiliki sikap ingin memiliki alat tulis yang

disenangi, dan mengetahui cara menulis yang baik dan rapi serta memiliki

keterampilan menulis.

B. Kesulitan Belajar yang Dialami oleh Siswi SMA

Bagaian ini dibahas pengertian kesulitan belajar, faktor penyebab kesulitan

belajar, gejala siswi mengalami kesulitan belajar, dan siswi SMA sebagai remaja.

1. Pengertian Kesulitan Belajar

Ahmadi dan Widodo (1991: 76) mendefinisikan kesulitan belajar sebagai

“keadaan yang dialami anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana

mestinya.” Dengan berbagai gejala yang mengakibatkan tergantungnya atau

(28)

Kesulitan belajar itu bersumber pada tidak berfungsi sebagaimana mesti salah satu

hal dari antara kelima faktor pokok yang telah dijelaskan dibawah yang terbagi

menjadi dua kelompok besar yaitu faktor internal dan ekternal.

Winkel ( 1997 : 166-167 ) menjelaskan bahwa siswi remaja di SMA mengikuti

jenjang pendidikan yang mempunyai tujuan yang berlaku untuk pendidikan

menengah yaitu menurut UUSPN no. 2 tahun 1989 pasal 4, yang di jabarkan dalam

peraturan pemerintah no. 29 tahun 1990 yang menyatakan :

Pendidikan menengah bertujuan, (a) meningkatkan pengetahuan siswi untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian; (b) meningkatkan kemampuan siswi sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya ( pasal 2 ). Pendidikan menengah umum mengutamakan penyiapan siswi untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan tinggi, sedangkan pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswi untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap professional ( pasal 3 ).

2. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar menurut Purwanto (1984) digolongkan

menjadi dua golongan yaitu : faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang

disebut faktor individual dan faktor yang ada di luar individu yang di sebut faktor

sosial. Sejalan dengan pendapat Purwanto tersebut, Ahmadi dan Widodo (1991)

menggolongkan faktor tersebut menjadi dua golongan yaitu : faktor internal atau

faktor di dalam pribadi siswa dan faktor eksternal atau faktor di luar pribadi siswa.

De Corte (Winkel, 1991) mengatakan bahwa keadaan awal merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi belajar. Faktor tersebut meliputi lima aspek, yaitu:

pribadi guru, pribadi siswa, struktur jaringan hubungan sosial di sekolah, sekolah

(29)

tersebut yang dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajar dapat dikelompokkan

menjadi dua faktor penyebab kesulitan belajar, yaitu: faktor internal dan faktor

eksternal. Yang termasuk faktor eksternal yaitu: pribadi guru, struktur jaringan

hubungan sosial di sekolah, sekolah sebagai institusi, dan situasi/keadaan yang

melingkupi diri siswa, lingkungan hidup.

Faktor pribadi siswa, antra lain meliputi : taraf inteligensi dan daya kreativitas,

bakat, organisasi kognitif, kemampuan berbahasa, daya fantasi, tipe belajar,

teknik-teknik studi atau cara-cara belajar efisien dan efektif, karakte-hasrat-kehendak,

motivasi belajar, konsentrasi-perhatian, temperamen, perasaan, sikap, minat, fungsi

sensorik-motorik, individualitas biologis, komdisi mental, vitalitas psikis, dan

perkembangan kepribadian (Winkel, 1991).

Faktor pribadi guru, antara lain meliputi : kepribadian guru, guru sebgai

pendidik,guru sebagai didaktikus, guru sebagai rekan seprofesi. Struktur jaringan

hubungan sosial di sekolah, antara lain meliputi : status sosial siswi, interaksi guru

dengan siswi. Sekolah sebagai institusi, antara lain meliputi: prasarana dan sarana

sekolah, suasana sekolah, kurikulum sekolah, pelayanan kepada siswi di luar bidang

pengajaran. Situasi atau keadaan yang melingkupi diri siswi, meliputi: kondisi

ekonomi, kondisi politik, kondisi waktu, kondisi lokasi, dan kondisi iklim dan

musim. Lingkungan hidup, antara lain meliputi: harapan orang tua ( Winkel, 1996:

(30)

Kedua faktor tersebut ( internal dan eksternal) di atas akan dijelaskan sebagai

berikut:

a. Faktor internal atau pribadi siswi

Siswa sebagai peserta didik terlibat langsung dalam proses belajar-mengajar.

Berhasil tidaknya proses belajar-mengajar ditentukan antara lain oleh pribadi siswi.

Pribaadi siswi meliputi :

Ada lima faktor pokok yang berperan dalam belajar menurut Winkel ( 1996 :

135 – 232 ), yaitu :

1) Fungsi Kognitif

Fungsi ini terdiri dari tujuh bagian yang dijelaskan sebagai berikut.

a) Taraf inteligensi – Daya Kreativitas

Istilah inteligensi dapat diartikan dengan dua cara, yaitu :

(1) Secara Luas : kemampuan untuk memperoleh prestasi di berbagai

bidang kehidupan.

(2) Secara Sempit : Kemampuan untuk memperoleh prestasi dalam belajar

di sekolah. Dalam arti ini inteligensi disebut sebagai kemampuan

intelektual atau kemampuan akademik.

Daya kreativitas menunjukkan pada kemampuan untuk berpikir lebih orisinil

dibandingkan dengan kebanyakan orang lain. Daya kreativitas tergantung pada

corak berpikir seseorang. Guilford ( Winkel, 1996 : 143 ) menyebutkan ada dua

corak berpikir, yaitu :

(a) Berpikir divergen, yaitu cara berpikir yang mencari jalan-jalan baru,

(31)

(b) Berpikir konvergen, yaitu cara berpikir yang meliputi jalur yang pasti untuk

mencapai hasil yang dituju.

Seorang siswi yang memiliki daya kreativitas cukup tinggi pasti akan

memiliki taraf inteligensi dengan tingkat yang lebih dari cukup. Namun seorang

siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi belum tentu memiliki daya

kreativitas yang tinggi pula.

b) Bakat khusus

Bakat khusus adalah suatu kemampuan di bidang tertentu yang dibentuk

dalam kurun waktu sejumlah tahun dan merupakan perpaduan dari taraf

inteligensi pada umumnya (general ability), komponeninteligensi tertentu,

pengaruh pendidikan dalam keluarga dan di sekolah, dan minat dari subyek

sendiri ( Winkel, 1996 : 145 ).

Banyak orang yang berpendapat bahwa bakat khusus merupakan hal

diturunkan. Namun pada kenyataannya tidaklah demikian. Pengaruh keturunan

hanya pada segi inteligensi saja, sedangkan munculnya bakat khusus lebih

tergantung pada penggabungan pengalaman yang diperoleh individu dan adanya

kesempatan untuk mengembangkan hal itu.

c) Organisasi kognitif

Organisasi kognitif adalah cara penyimpanan materi yang sudah dipelajari ke

dalam ingatan, apakah tersimpan secara sistematis atau tidak. Penyimpanan ini

tergantung pada cara mempelajari dan mengolah materi; makin mendalam dan

sistematis pengolahannya, maka akan semakin baik taraf organisasi dalam

(32)

d) Taraf kemampuan berbahasa

Yang dimaksud di sini adalah kemampuan untuk memahami suatu bacaan

dan mampu merumuskan isinya kembali dengan bahasa sendiri. Biasanya siswi

yang memiliki prestasi yang cukup baik adalah siswi yang dapat memahami isi

buku yang dibaca dengan cepat.

e) Daya fantasi

Dengan gaya fantasi ini individu tidak hanya menghadirkan kembali hal yang

pernah diamati, namun juga menciptakan hal-hal baru. Alam fantasi membuat

semua mungkin terjadi karena subyek tidak terikat pada realitas fisik.

Daya fantasi memiliki kegunaan kreatif, antisipatif, rekreatif, dan sosial.

Misalnya menciptakan sesuatu yang baru (kreasi), membayangkan apa yang akan

terjadi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi hal tersebut (antisipatif),

membantu melepaskan ketegangan dengan membayangkan hal-hal yang indah

(rekreatif), dan membayangkan bagaimana bersikap dalam berelasi dengan orang

lain (sosial).

f) Gaya belajar

Yang dimaksudkan dengan gaya belajar adalah cara belajar yang pas bagi

siswa. Gaya belajar mengandung dua komponen, yaitu :

(1) Gaya kognitif adalah cara khas yang digunakan seseorang dalam mengamati

dan beraktivitas mental di bidang kognitif. Gaya kognitif dibedakan menjadi

empat macam yaitu :

(33)

(b) Ketahanan terhadap kecenderungan untuk meninggalkan arah atau cara

yang telah dipilih dalam pelajaran sesuatu.

(c) Luas atau sempitnya pembentukan konsep

(d) Kecenderungan untuk sangat memperhatikan perbedaan antara obyek

atau kurang memperhatikannya.

(2) Tipe belajar, menunjukkan pada kecenderungan seseorang untuk mempelajari

sesuatu dengan cara yang lebih visual atau auditif.

g) Teknik studi

Yang dimaksudkan dengan teknik studi adalah cara belajar tertentu yang

efektif dan efesien bagi siswa. Dengan memahami dan berpegang pada cara

belajar yang efektif dan efesian jelas membantu siswa dalam belajar. Siswa yang

telah terbiasa mengikuti cara belajar yang tepat diharapkan akan meningkatkan

kemampuan belajarnya. Teknik studi mencangkup pula keterampilan membagi

waktu.

2) Fungsi konatif - dinamik

Fungsi ini terdiri dari tiga bagian yang dijelaskan sebagai berikut :

a) Karakter - hasrat - kehendak

Karakter adalah keseluruhan hasrat manusia yang terarah pada suatu tujuan yang

mengandung nilai moralitas. Dalam berhasrat orang mencari apa yang memberikan

kepuasan kepadanya. Sedangkan kehendak didefinisikan sebagai “proses dari upaya

kemauan untuk mencapai beberapa tujuan ”(Kartono, Kertini dan Dali Gulo 1987 :

(34)

b) Motivasi belajar

Motivasi belajar adalah “ keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswi

yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan

memberi arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan” (Winkel, 1996 :

150).

Motivasi belajar memegang peranan penting dalam belajar, siswi yang

bermotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar.

Sedangkan siswi yang tidak atau kurang mempunyai motivasi belajar akan

mengalami kasulitan belajar.

c) Konsentrasi- perhatian

Konsentrasi adalah pemusatan tenaga dan energi psikis dalam menghadapi suatu

obyek, dalam hal ini obyek tersebut adalah peristiwa proses belajar-mengajar di

kelas dan apa yang berkaitan dengan proses itu, Istilah “perhatian” dapat berarti

sama dengan konsentrasi, dapat pula menunjuk pada minat momentan, yaitu

perasaan tertarik pada suatu masalah yang sedang dipelajari. Namun konsentrasi

belajar di pengaruhi oleh perasaan siswi dan minatnya dalam belajar.

3) Fungsi afektif

Fungsi ini terdiri dari empat bagian yang dijelaskan sebagai berikut :

a) Temperamen, yang mencangkup :

(1) Nada dasar alam perasaan yang cenderung menetap.

(2) Sifat perasaan yaitu seberapa cepat seseorang mudah tergerak perasaannya

(35)

(3) Tempo psikis yaitu reaksi perasaan yang tercetus lewat kata-kata dan

tindakan, ada orang yang berkata-kata dan bertindak dengan cepat namun ada

juga orang yang lamban.

b) Perasaan

Yang dimaksudkan adalah perasaan momentan dan intensional. Momentan

berarti bahwa timbul perasaan pada saat tertentu. Intensional berarti bahwa reaksi

perasaan diberikan terhadap sesuatu, seseorang, atau situasi tertentu dan bertahan

lebih lama. Siswi yang mempunyai perasaan tidak senang kepada guru tertentu akan

terlambat belajarnya karena biasanya perasaan tidak senang tersebut dialihkan pada

mata pelajaran yang diajarkan guru tersebut sehingga ia akan mengalami kesulitan

dalam belajar.

c) Sikap

Sikap adalah “ kecenderungan untuk memberi respon, baik positif maupun

negatif, terhadap orang-orang, benda-benda atau situasi-situasi tertentu “ ( Kartini

Kartono dan Dali Gulo, 1987 : 35 ). Sikap ini pula yang mendorong seseorang

bertindak. Siswi yang mempunyai sikap negatif terhadap suatu mata pelajaran

tertentu akan mengalami kesulitan belajar karena sikap tersebut mempengaruhi

motivasi belajar dan minatnya terhadap mata pelajaran itu, dapat pula ia kemudian

menghindar mata pelajaran itu dengan membolos.

d) Minat

Minat diartian sebagai “kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa

(36)

mempelajari materi itu “ ( Winkel, 1996 : 188 ). Minat dapat membuat seseorang

tergerak untuk mengetahui dan mempelajari sesuatu.

Minat mempengaruhi seseorang dalam belajar. Minat biasanya berhubungan

dengan perasaan senang atau tidak senang. Tidak mengherankan apalagi seseorang

berperasaan tidak senang terhadap sesuatu, maka ia akan kurang berminat terhadap

sesuatu itu.

4) Fungsi sensorik-motorik

Fungsi ini mencakup semua kemampuan yang dimiliki siswi di bidang

psikomotorik. Merupakan bagian dari keadaan awal yang dapat menghambat atau

membantu siswi dalam proses belajar-mengajar. Dalam proses belajar harus

menghasilkan ketrampilan motorik seperti kemampuan ini, misalnya keceptan

menulis, kecepatan berbicara, menggunakan alat indra, dan sebagainya.

Siswi yang kurang dalam fungsi akan mengalami kesulitan belajar karena ia

tidak dapat melihat dan mendengar dengan jelas atau ia kurang trampilan dalam

menulis sehingga tulisannya tidak mudah dibaca.

5) Beberapa hal lain yang menyangkut kepribadian siswa

Ada empat hal yang dijelaskan sebagai berikut:

a) Individualitas Biologi

Individualitas biologis meliputi susunan kimiawi badan, sususan alat-alat

perlengkapan badan, daya tahan terhadap penyakit, daya hudip dan bentuk badan

yang khas untuk setiap manusia. Individualitas biologis yang paling penting

adalah susuan alat-alat perlengkapan badan, daya tahan terhadap penyakit, dan

(37)

kesulitan belajar karena kondisinya lemah atau tidak lengkap sehingga

sensorik-motoriknya tidak dapat berfungsi maksimal.

b) Kondisi Mental

Kondisi mental merupakan keadaan psikis seseorang seperti keterangan

batin atau kegelisahan, stabilitas atau labilitas mental. Hubungan kesehatan

mental dengan belajar adalah timbal balik (Ahmadi. H. Abu dan Widodo. S,

1991). Siswi yang mempunyai kondisi mental yang kurang baik akan selalu

gelisah, labil, mudah putus asa, cemas sehingga dalam belajar tidak tenang atau

sulit belajar.

c) Vitalitas fisik

Vitalitas fsikis menunjukan pada jumlah dan kekuatan energi yang dimiliki

seseorang berkaitan erat dengan daya hidup, misalnya mudah lesu atau tidak.

Siswi yang vitalitas psikisnya lemah, akan mengalami kesulitan belajar karena ia

mudah lesu dan lelah dalam mengikuti pelajaran sehingga tidak dapat

konsentrasi belajar.

d) Perkembangan Kepribadian

Siswi yang berkembang secara normal akan menampakan cirri-ciri yang khas

bagi berbagai taraf perkembangan. Dengan mempelajari Psikologi

Perkembangan, guru akan lebih memahami keadaan siswi dalam kelas. Tentu

saja siswi tidak akan diharapkan telah mencapai taraf kedewasaan sempurna,

tetapi harus dilihat apakah proses perkembangan berjalan sebagaimana mestinya.

(38)

(1) Diferensiasi antara fungsi psikis, yaitu subjek mampu membedakan antara

berpikir, berkemauan, dan berperasaan.

(2) Integrasi antara fungsi psikis, yaitu subjek mampu menggunakan daya

berpikir, kemauan dan perasaan secara terpadu, demi mencapai tujuan

hidupnya.

b. Faktor eksternal atau faktor di luar diri siswa yaitu :

1) Pribadi Guru

Pribadi guru sangat berperan dalam proses belajar-mengajar di dalam kelas

Sebelum proses belajar-mengajar dimulai, guru harus sudah memiliki kemampuan

dan kepekaan untuk memaklumi alam pikiran dan perasaan siswa, ia harus

membangun atau melengkapi kemampuan-kemampuan siswi bahkan memperbaiki

sikap dan cara bertindak siswi yang memang harus diperbaiki (Winkel, 2004:218)

pribadi guru mencangkup:

a) Kepribadian Guru

Kepribadian guru meliputi tiga hal yaitu :

(1) Penghayatan Nilai Kehidupan

Pribadi guru sebagai manusia juga memegang nilai-nilai tertentu yang secara

tidak langsung disampaikan kepada siswi. Nilai yang dijadikan pedoman nampak

dalam cara bicara dan tingkah laku di dalam kelas, misalnya tanggung jawab

dalam bertindak, kebanggaan atas hasil jerih payah sendirian, kerelaan

(39)

(2) Sikap dan Sifat

Seorang guru perlu memiliki sikap luwes dalam pergaulan, suka humor,

mampu menyelami alam pikiran dan perasaan siswa, peka terhadap tuntutan

keadilan, mampu berkreasi, dan rela membantu. Sikap dan sifat di atas perlu

diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar-mengajar

agar berlangsung secara efektif dan efesien.

(3) Motivasi Kerja

Seorang guru yang bekerja hanya untuk mendapat penghasilan semaksimal

mungkin atau untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran bagi perkembangan

generasi muda pasti akan terlihat dalam tingkah laku guru tersebut. Hal ini bisa

disadari bisa juga tidak disadari oleh guru yang bersangkutan.

b) Guru Sebagai Didaktikus

Seorang guru perlu mempunyai keahlian dan metode dalam mengajar,

penguasaan bahan ajar, gaya kepemimpinan di kelas, mengelola kelas, dan

kemampuan berbahasa.

Terhadap guru yang monoton, tidak variatif, metode mengajar tidak menarik,

tidak menguasai bahan, dan tidak mempunyai perubahan dalam setiap mengajar di

dalam kelas, siswi akan mengalami kebosanan dan menyebabkan siswi mengalami

kesulitan belajar, karena siswi akan malas mengikuti pelajaran. Tidak baik, siswi

sering berkelahi, siswa sering datang terlamabat, tugas yang diberikan tidak

terlaksana, siswa liar, dan lain-lain. Suasana ini akan mengganggu proses

(40)

c) Guru Sebagai Pendidik

Pada bagian ini dijelaskan dua hal yang berhubungan dengan peran guru sebagai

pendidik yaitu :

(1) Sebagai pendukung : Guru memberikan semangat pada setiap siswi, tanpa

terpaku pada taraf kemampuan tingkat motivasi belajarnya.

(2) Sebagai penjaga disiplin : guru diharapkan mampu menciptakan suasana belajar

yang kondusif bagi siswa. Oleh karena itu disiplin kelas sangat perlu dijaga.

Kedua hal tersebut di atas dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin, pada

umumnya guru yang telah berumur lebih dari 40 tahun cenderung untuk

mempertahankan idenya sendiri. Dalam hal lain guru wanita lebih tidak mudah

terperangkap oleh siswi dibanding guru pria.

d) Guru Sebagai Rekan Seprofesi

Kerja sama antara tenaga-tenaga pengajar dan pimpinan sekolah merupakan

syarat untuk mengusahakan agar pendidik atau pengajar di sekolah dapat

berlangsung sebagaimana mestinya klik atau gap antara tenaga pengajar dan

pemimpin sekolah dapat menimbulkan ketidakrukunan dan tidak adanya kesatuan

misi. Tidak adanya kesatuan misi berdampak pada tenaga pengajar dan pemimpinan

sekolah bertindak sesuai keinginan sendiri dalam pendidik atau pengajaran. Hal ini

dapat menimbulkan kesulitan belajar siswi, karena siswi akan bingung tentang

(41)

(1) Kurikulum Sekolah

Kurikulum mendukung makna yang sangat pokok bagi pengelolaan proses

belajar-mengajar di dalam kelas, baik tenaga pengajar maupun siswi harus bergerak

dalam ruang lingkup kurikulum.

Kurikulum yang tidak seimbang dan tidak sesuai dengan kemampuan siswi,

bahan-bahan terlalu tinggi akan memberatkan siswi dan siswi akan mengalami

kesulitan.

(2) Sistem Progresi Siswi

Sistem Progresi Siswi adalah prosedur yang diikuti dalam memajukan siswi

dari tingkat kelas yang satu ke tingkat kelas berikutnya. Misalnya, siswi yang

tinggal kelas akan mengalami kesulitan belajar dan merasa bosan karena harus

mengulang bidang studi yang pernah diterima sebelumnya, sehingga siswi merasa

terisolasi.

(3) Pelayanan Kepada Siswi di Luar Bidang Pengajaran

Pelayanan ini mencakup di luar bidang pengajaran, seperti kegiatan

ekstrakurikuler, pramuka, koperasi sekolah, perpustakan sekolah, dan unit

kesehatan sekolah. Misalnya perpustakan sekolah yang tidak terawat dengan rapi

dan teratur, menyebabkan siswa dapat mengalami kesulitan belajar.

(4) Kontak dengan Orangtua Siswi

Kontak antara pihak sekolah dan orangtua siswi dapat bersifat rutin dan

insidental. Kontak rutin berlangsung melalui pemberian laporan hasil belajar siswi

kepada orangtua siswi. Kontak insidental diadakan bila timbul masalah khusus yang

(42)

langsung dengan orangtua, dan siswi hanya didiamkan saja bila mengalami

masalah, maka siswi akan mengalami kesulitan belajar dan terganggu dalam proses

perkembangannya.

2) Sekolah sebagai institusi

Sekolah sebagai institusi merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar.

Sekolah sebagai institusi mempunyai hal-hal yang dapat menjadi penyebab kesulitan

belajar, antar lain :

a) Sarana dan Prasarana

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa semakin lengkap dan memadai sarana

dan prasarana yang disediakan sekolah, semakin lancar proses belajar mengajar di

dalam kelas seperti keadaan gedung sekolah, perabot, media pengajaran dan ruanga

lain yang menunjukan kegiatan belajar mengajar. Apabila prasarana dan sarana

kurang lengkap atau kurang baik maka dapat menghambat proses belajar mengajar.

b) Suasana di Sekolah

Suasana di sekolah menunjukan pada iklim psikologi yang terdapat di sekolah.

Suasana ini sebagian dipengaruhi oleh perangkat peraturan disiplin yang berlaku.

Peraturan disiplin hendaklah sedikit mungkin namun tegas dan jelas. Misalnya

siswa tidak rukun, siswa sering berkelahi. Suasana seperti ini membuat

ketidaknyamanan bagi siswi sendiri sehingga siswi akan mengalami kesulitan

belajar.

c) Kurikulum Sekolah

Kurikulum sekolah sebagian besar mengikuti rancangan pendidikan nasional.

(43)

tertuang dalam suatu program kerja. Program kerja itu memberi gambaran

keseluruhan usaha pendidikan dan pengajaran di sekolah sehingga menjadi pegangan

bagi tenaga pendidikan yang bertugas di sana.

d) Pelayanan Kepada siswi di Luar Bidang Pengajaran

Pelayanan ini kepada siswi di luar bidang pengajaran mencangkup kegiatan yang

mengembangkan kemampuan dan ketrampilan siswi seperti, kegiatan

ekstrakurikuler, bimbingan dan konseling, usaha kesehatan sekolah, kantin, koperasi

sekolah dan perpustakaan sekolah. Pelayanan kepada siswi di luar bidang pengajaran

yang kurang baik, misalnya pengajaran UKS, membuat siswi mengalami kesulitan

belajar. Siswi yang sakit tidak dapat dengan segera diobati sehingga ia akan lebih

lama sakit. Keadaan ini dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi siswi yang

bersangkutan.

e) Pengelompokan Tenaga Pengajar

Cara pembagian tugas di antara guru dapat berdampak positif maupun negatif.

Dampak negatif timbul bila masing-masing guru tidak mengadakan kontak. Untuk

menimbulkan kerjasama dianjurkan guru kelas dan guru bidang studi berkumpul

secara rutin untuk merundingkan hal yang menyangkut pengelolahan proses

belajar-mengajar. Dampak positif yang ada yaitu masing-masing guru dapat lebih menaruh

perhatian terhadap tugas yang diserahkan kepadanya.

f) Kontak dengan Orang Tua Siswi

Kontak antara pihak sekolah dan orang tua siswi dapat bersifat rutin dan

(44)

tua siswi. Kontak insidental diadakan bila timbul masalah khusus yang menyangkut

siswi tertentu.

3)Struktur Jaringan Hubungan Sosial

Jaringan hubungan sosial biasanya nampak dalam suatu struktur hubungan

sosial yang dapat digambarkan dalam bagan hubungan sosial, seperti sosiogram.

Pada bagian ini dijelaskan tiga hal yaitu :

a) Sistem Sosial

Sistem sosial yang terjadi di sekolah terbagi menjadi dua yaitu :

(1) Pola organisasi informal

Pola ini terbentuk dengan tidak resmi dan hanya berupa penggabungan

beberapa orang yang memiliki pandangan dan tingkah laku yang kurang lebih

sama.

(2) Pola organisasi formal

Pola ini terbentuk secara resmi dan biasanya digambarkan dalam suatu

bagian organisasi dengan menujukkan garis perintah dan garis konsultasi.

b) Status Sosial Siswi

Status sosial seseorang tergantung pada kedudukan yang dimiliki oleh siswi, baik

tinggi maupun rendah. Dengan demikian status sosial yang dimiliki siswi di sekolah

atau kelas, dapat berpengaruh terhadap relasi antar siswi dan akhirnya

mempengaruhi belajar siswi.

c) Interaksi Guru dengan Siswi

Selama proses belajar-mengajar di kelas, terjadi suatu interaksi sosial antara guru

(45)

belajar di sekolah berjalan lancar. Sebaliknya, interaksi guru dengan guru dan siswi

dengan siswi yang terjalin tidak akrab dapat menggangu belajar-mengajar di dalam

kelas.

4) Faktor Situasional

Yang dimaksudkan dengan “faktor situasional” adalah keadaan yang telah

timbul dan berpengaruh terhadap pelaksanaan proses belajar-mengajar di kelas,

namun tidak menjadi tanggung jawab langsung dari pendidik atau para siswi

(Winkel, 2004:256-257) Faktor ini terdiri dari :

a) Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi yang baik maupun tidak, sangat membuat guru dan siswi

merasa gelisah dan sulit berkonsentrasi penuh pada tugas belajar-mengajar.

Sehingga dampak, dengan semakin mahalnya sarana atau peralatan sekolah maka

biaya sekolah juga semakin mahal. Keadaan ini juga dapat berdampak pada

kegiatan-kegiatan pendukung belajar yang diselenggarakan oleh pihak sekolah. Hal

ini dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi siswi karena sarana atau peralatan

sekolah bahan pengajaran (khususnya praktik) secara optimal. Misalnya kegiatan

pendukung belajar dalam mata pengajaran biologi yang seharusnya dilaksanakan

lima kali, hanya dilaksanakan satu kali, karena mahalnya sarana praktik yang

dibutuhkan.

b) Kondisi Sosial Politik

Kondisi sosial politik yang kurang baik dan tidak stabil, sangat mengganggu

(46)

tenang dalam melaksanakan belajar-mengajar ketidaktenangan ini menyebabkan

siswi mengalami kesulitan belajar.

c) Kondisi Waktu

kondisi waktu tersedia tidak materi pelajaran dapat diselesaikan dengan baik,

maka dapat tercapai proses belajar-mengajar yang baik. Sebaliknya, kondisi waktu

yang tersedia kurang, guru akan mengajar tergesa-gesa sehingga siswi akan

mengalami kesulitan belajar.

d) Lokasi

Letak lokasi bangunan sekolah atau kelas yang dekat keramaian dapat

memberikan pengaruh pada proses belajar-mengajar, seperti jalan besar atau raya,

tempat olah raga, polusi udara dan sebagainya dapat menghambat dan mengganggu

konsentrasi belajar mengajar guru dan siswa.

e) Kondisi Iklim dan Musim

Kondisi iklim dan musim kerap menciptakan kondisi fisik yang kurang

menguntungkan pada pihak guru dan siswa, sehingga konsentrasi belajar jadi

menurun.

Kelima faktor tersedia di dalam buku yang ditulis (Winkel, 2004 : 152) tersebut

keadaan awal. “keadaan awal adalah keseluruhan kenyataan kepribadian sosial,

institusional, dan situasional yang dalam kaitannya dengan tujuan institusional,

dapat berpengaruh atau nyata-nyata berpengaruh terhadap kelangsungan proses

(47)

3. Gejala Siswi yang Mengalami Kesulitan Belajar

Ahmadi dan Wododo ( 1991 : 88 ) mengatakan gejala siswi yang mengalami

kesulitan dalam belajar adalah sebagai berikut :

a. Siswi menunjukkan hasil belajar yang rendah

Hasil belajar yang rendah ini menunjukkan antara lain oleh taraf prestasi

belajar dibawah rata-rata nilai yang dicapai kelompok kelasnya.

b. Hasil belajar yang dicapai oleh siswi tidak seimbang dengan usaha yang telah

dilakukan.

Siswi telah melakukan upaya aktivitas belajar dengan sebaik-baiknya, akan

tetapi hasilnya kurang memuaskan.

c. Siswi selalu atau sering tertinggal dalam melakukan tugas pembelajaran.

Siswi ini memerlukan waktu yang lebih panjang dalam melakukan

tugas-tugasnya.

d. Siswi menunjukkan perilaku yang kurang wajar

Prilaku ini dibagi berdasarkan sumber timbulnya perilaku yaitu :

1) Tingkah laku yang bersumber pada sikap yang kurang wajar bagi siswa seperti

kurang acuh, berdusta, berpura-pura, iri hati, dan sebagainya.

2) Tingkah laku yang bersumber pada reaksi emosional yang kurang wajar seperti

murung, mudah tersinggung, mudah marah, kurang gembira, dan sebagainya.

3) Tingkah laku yang bersumber pada sikap menetang seperti membolos,

mengganggu, datang terlambat, tidak teratur dalam belajar, tidak membuat

(48)

4. Siswi SMA Sebagai Remaja

Masa remaja merupakan masa yang menentukan dalam belajar. Apabila remaja

dapat belajar dengan baik maka ia akan dapat belajar dengan baik untuk seterusnya;

apabila remaja tidak dapat belajar dengan baik maka ia akan mengalami kesulitan

belajar di kemudian hari (Seojanto, 1990).

Gunarso ( 1987 ) mengatakan bahwa istilah asing yang sering dipakai untuk

menunjukan masa remaja antara lain ialah “puberteit” dan “ adolescentia” .

sedangkan dalam bahasa indonesia sering disebut pubertas atau remaja. “puberty”

(inggis) atau “pubertait” (belanda) berasal dari bahasa latin “pubertas” yang berarti

kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda kelaki-lakian.

Sedangkan “adolescentia” berasal dari bahasa latin yaitu “adolescentia” yang

maksudnya adalah masa muda antara 17 sampai dengan 30.

Sedangkan di bab yang lain Gunarso ( 1987 ) menemukan istilah lain yang sama

dengan “puberty” yakni “pubescence” yang berarti perubahan yang terjadi pada diri

seseorang bersamaan dengan tumbuhnya “pubic hair” yang artinya rambut pada

kelamin. Dengan demikian penggunaan istilah ini lebih sempit, dalam pengertian

hanya menunjukkan tercapainya kematangan seksual, yang ditinjau terutama dari

aspek biologisnya. Sedangkan, “adolescence” menunjukkan masa antara 12 tahun

sampai 22 tahun yaitu masa terjadinya perubahan yang mencangkup seluruh

perkembangan aspek fisik dan psikis pada masa tersebut. Dapat dikatakan bahwa

(49)

kematangan seksual, sedangkan “adolescence” meliputi semua perubahan fisik dan

psikis yang menuju ke arah kedewasaan.

Adapun Hurlock ( 1992 : 206 ) mendefinisikan remaja sebagai “orang yang

sedang tumbuh dewasa”. Dalam sumber lain Hurlock ( 1949 : 4 ) membatasi usia

remaja menjadi beberapa bagian yaitu :

a. Pre-adolescence : 10-12 tahun

b. Early-adolescence : 13-16 tahun

c. Late- adolescence : 17-21 tahun

Pembagian tersebut perlu diberi catatan bahea anak laki-laki sedikit lebih lambat

mencapai kematangannya dibandingkan dengan anak perempuan.

Surahkmad ( 1986 ) menjelaskan bahwa dari sudut teoritis berdasarkan hasil

penelitian psikologis perkembangkan, maupun dari sudut empiris praktis jangka

waktu antara kira-kira 12 – 22 tahun merupakan masa yang mencakup bagian

terbesar perkembangan individu. Menurutnya “adolescence” berada pada masa

transisi dari masa kekanak-kanak ke masa dewasa, karena si adolesen tidak

memperlihatkan lagi banyak sifat kanak-kanaknya, melainkan memperlihatkan benih

sifat yang dimiliki orang dewasa.

Bertitik tolah dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian remaja

adalah sebagai berikut :

1) Ditinjau dari segi rentangan usia maka yang dimaksudkan dengan remaja adalah

(50)

2) Seseorang yang berada pada masa peralihan dari periode kanak-kanak ke

dewasaan. Di dalam diri remaja tersebut rimbul berbagai gejolak jiwa karena

berbagai perubahan fisik.

5. Analisis Kesulitan Belajar

Kesulitaan belajar dapat diselidiki dengan berbagai cara, antara lain dengan

memberikan tes inteligensi, tes minat, atau tes kepribadian yang lain, dan dengan

menanyai siswi secara lanngsung. Pertanyaan tersebut dapat disusun dalam bentuk

angket tentang hal-hal yang disadarinya sendiri sebagai sumber yang menimbulkan

kesulitan belajar baginya. Remaja kelas XI SMA diandaikan telah mampu

merefleksikan pengalaman belajar yang dialaminya, sehingga jawaban yang

diberikan dapat diandalkan.

C. Program Bimbingan

Ada empat hal yang dijelaskan pada bagian ini yaitu :

1. Arti Bimbingan dan Arti Program Bimbingan

Para ahli mendefinisikan kata “ bimbingan ” dengan banyak arti. Di bawah

ini disajikan arti kata “ bimbingan ” menurut beberapa tokoh, yaitu :

a. Shertzer-Stone ( Winkel , 1997 : 66)

Guidance is the process of helping individuals to understand them selves and

their world.” ( bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu untuk

(51)

Dalam arti ini orang yang memberikan bantuan dianggap lebih mampu mengatur

keselarasan antara dirinya dengan lingkungan hidupnya. Oleh sebab itu orang yang

memberikan bantuan perlu terlebih dahulu membiasakan diri untuk dapat hidup

serasi dengan lingkungan.

b. Moegiadi ( Winkel, 1997 : 66-67 )

Bimbingan dapat berarti :

1) Suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman,

dan informasi tentang dirinya sendiri.

2) Suatu cara pemberian pertolongan/bantuan kepada individu untuk memahami

dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang

dimiliki untuk perkembangan kepribadiannya.

3) Sejenis pelayanan kepada individu-individu agar mereka dapat menentukan

pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang

realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di

dalam lingkungan dimana mereka hidup.

4) Suatu proses pemberian bantuan/pertolongan pada individu dalam hal

memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri

dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai

dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan.

5) Peraturan pemerintah no. 29 tahun 1990 ( Depdikbud, 1989 : 1 ) “ bantuan

yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi,

(52)

Progam bimbingan memiliki arti sendiri, yaitu “rangkian kegiatan bimbingan

yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu,

misalnya satu tahun ajaran ” ( Winkel, 1997 : 119 ).

Suatu program bimbingan perlu direncanakan agar pelayanan yang diberikan

kepada siswi dapat terlaksaana. Kegiatan bimbingan yang dilakukan oleh guru

pembimbing ditujukan terutama pada siswi, tetapi dapat juga kepada rekan tenaga

kependidikan atau orang tua siswi. Persiapan program bimbingan untuk suatu tahun

ajaran tertentu akan berbeda bila sudah ada program dan belum tersedia/memiliki

program.

Bimbingan merupakan terjemahan dari istilah Guidance dalam bahasa inggris,

sesuai istilah maka bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai bantuan.

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu-individu dalam

menentukan pilihan dan mengadakan berbagai penyelesaian dengan bijaksana. Jadi

kata bimbingan mengandung arti bahwa suatu usaha membantu individu untuk

menyelesaikan kesulitannya sehingga mampu mengambil keputusan dalam

mengembangkan kemampuannya agar dapat mencapai hidupnya.

2.

Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar sering disebut bimbingan akademik yaitu “bimbingan dalam

hal menemukan cara belajar yang tepat dalam memilih program studi yang sesuai,

dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan belajar di

(53)

Bimbingan belajar adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu (murid)

agar dapat mengatasi masalah-masalah yang di hadapinya dalam belajar sehingga

setelah mulai proses perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang

optimal sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya.Layanan

bimbingan belajar dilakukan untuk menunjang program pendidikan di sekolah.

Program bimbingan yang dilaksanakan di suatu lembaga pendidikan menurut

Winkel ( 1997 : 140-141 ) memuat unsur-unsur sebagai berikut :

a. Orientasi kepada siswa baru tentang tujuan institusional, isi kurikulum

pengajaran, struktur organisasi sekolah, prosedur belajar yang tepat, dan

penyesuaian diri dengan corak pendidikan di sekolah yang bersangkutan.

b. Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat selama

mengikuti pelajaran di sekolah / di rumah baik secara individual maupun

kelompok.

c. Membantu dalam hal memiliki program studi yang sesuai, kegiatan non

akademik yang menunjang usaha belajar, dan program studi lanjutan di tingkat

pendidikan yang lebih tinggi.

d. Pengumpulan data mengenai diri siswa dan data tentang program studi yang

tersedia di berbagai perguruan tinggi.

e. Bantuan dalam hal mengatasi kesulitan belajar seperti kurang mampu menyusus

jadwal belajar di rumah. Oleh karena itu tenaga bimbingan harus mempunyai

pengetahuan tentang kegiatan belajar termasuk pemahaman psikologis.

(54)

3. Bimbingan Klasikal

Bimbingan klasikal adalah “bimbingan yang diberikan kepada kelompok

siswi yang tergabung dalam suatu satuan kelas di tingkat kelas tertentu pada suatu

jenjang pendidikan tertentu, pada waktu yang ditetapkan dalam jadwal pelajaran”

(Winkel, 1997 : 520 ). Pelaksanakan bimbingan klasikal memiliki keuntungan dan

kerugian. Keuntungan yang dapat dirasakan oleh guru pembimbing adalah mendapat

kesempatan untuk berkontak dengan banyak siswi secara bersamaan, menghemat

waktu dan tenaga dalam kegiatan bimbingan, dan memperluas ruang gerak

lebih-lebih bila jumlah tenaga bimbingan terbatas. Keuntungan yang dirasakan di pihak

siswa adalah siswi lebih rela menerima diri setelah menyadari bahwa

teman-temannya sering menghadapi persoalan yang kerap kali sama, diberi kesempatan

untuk mendiskusikan suatu masalah bersama-sama, melatih menerima suatu

pendapat yang dikemukakan oleh teman lain, dan tertolong mengatasi suatu masalah

yang dirasa sulit untuk dibicarakan langsung dengan konselor.

Kerugian pelaksanaan bimbingan klasikal adalah kontak pribadi antara konselor

dan masing-masing siswi dibatas dan kurang mendalam sehingga konselor sulit

mengevaluasi apakah pelayanannya mencapai sasaran atau tidak. Selain itu siswi

kurang dapat diajak untuk berefleksi lebih mendalam ( Winkel, 1997 ).

4. Materi Bimbingan

Dalam memberikan bimbingan, baik secara individual maupun secara kelompok,

seorang guru pembimbing diharapkan dapat memperkirakan materi yang sesuai

dengan kebutuhan siswa yang dibimbing. Menurut Winkel (1991) materi bimbingan

(55)

a. Pengetahuan dan pemahaman konselor di berbagai bidang ilmu sosial, seperti

ilmu antropologi, ilmu ekonomi, dan ilmu psikologi dengan berbagai cabangnya.

b. Hasil refleksi konselor sendiri dan tokoh masyarakat terhadap keadaan

masyarakat di berbagai bidang kehidupan, termasik bidang pendidikan sekolah.

c. Perumusan tujuan pendidikan nasional dan perumusan tujuan institusional.

d. Daftar masalah yang dihadapi oleh kaum muda, yang disusun oleh para ahli di

bidang pendidikan dan psikologi.

e. Usulan dari para siswa sendiri.

f. Hasil penelitian yang diadakan oleh konselor sekolah sendiri dengan

menyebarkan sebuah daftar cek masalah di tingkat kelas tertentu. Dalam

penelitian ini daftar cek masalah diganti dengan angket yang berisi tentang

kesulitan belajar yang mungkin dialami para siswa. angket ini memiliki tujuan

yang serupa dengan daftar cek masalah yaitu untuk mendapatkan informasi

mengenai masalah yang dialami siswa.

g. Pengalaman konselor selama sejumlah tahun.

5. Tujuan Bimbingan

Bimbingan belajar bertujuan sebagai berikut :

a. Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, terutama dalam mengerjakan

tugas dalam mengembangklan keterampilan serta dalam sikap terhadap guru.

b. Menumbuhkan displin belajar dan melatih baik secara madiri maupun

kelompok.

c. Mengembangkan pemahaman dan pemanfatan kondisi fisik, sosial dan

(56)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini, memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian,

antara lain jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, dan teknik

pengumpulan data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Furchan

(1982: 415-418) mengatakan penelitian deskriptif dengan metode survei dirancang

untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data yang relatif terbatas dari

kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Jenis penelitian survai adalah jenis

penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan

bukan informasi tentang individu (Furchan, 1982: 418).

Dalam penelitian ini tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan

seperti pada penelitian eksperimental. Penelitian ini dimaksudkan untuk

mendeskripsikan kesulitan belajar yang dialami siswi kelas XI SMA seperti yang

dimaksudkan pada alat pengumpulan data.

Sifat deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran

mengenai kesulitan belajar yang dialami para siswa kelas XI SMA Stella Duce 2

(57)

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah seluruh siswa

kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 yang terdiri

dari lima kelas yaitu kelas XI IPS1, XI IPS2, XI IPS3, XI IPA, dan XI BAHASA

dengan jumlah keseluruhan 106 siswi dan berusia 16 sampai 18 tahun. Siswi

kelas XI dipilih sebagai subjek penelitian karena siswi kelas XI sudah cukup

lama tinggal di sekolah dan mengalami proses belajar mengajar di sekolah

sehingga dianggap cukup menyadari kesulitan-kesulitan belajar yang dialaminya.

Sedangankan kelas X baru menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru

dan siswi kelas XII akan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian akhir

(EBTANAS). Rincian jumlah siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1 : Perincian Siswi Kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun

Ajaran 2010/2011

Kelas Jumlah siswa

XI IPS1

Jumlah seluruh siswa 106

Subjek penelitian ini adalah siswi SMA kelas XI karena diasumsikan bahwa

siswi kelas XI sudah memiliki penyesuaian diri yang cukup baik di lingkungan

sekolah sehingga mereka mampu menyadari tantangan yang dihadapi sebagai

Gambar

Tabel 1 : Perincian Siswi Kelas XI SMA Stella Duce 2
Tabel 1 : Perincian Siswi Kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun
Tabel 2. Kisi-Kisi Kuesioner  Kesulitan Belajar Siswi
Tabel 3. Perincian perubahan item yang dipertahankan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang degree diameter problem menghasilkan dua kegiatan penelitian yang utama, yaitu mengkonstruksi graf berarah dengan ordo lebih besar dari ordo graf berarah yang

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tanggung jawab anak perempuan dalam keluarga dan implikasinya terhadap sistem kewarisan Adat Perpatih adalah karena masyarakat kurang berpuas

1) Mendukung konsep materi dalam kegiatan belajar mengajar. 2) Mudah dan aman digunakan baik oleh siswa maupun guru. 3) Sesuai dengan tingkat perkembangan anak. 4) Mendukung

Pelaksanaan pengajaran membaca memiliki beberapa prinsip yang terdiri atas: 1) belajar membaca merupakan suatu proses yang sangat rumit dan peka terhadap

Dalam pembingkaian berita demonstrasi mahasiswa Semarang terkait rencana kenaikan harga BBM di TV Borobudur, dalam siaran berita “Jendela Jateng Sore”, pembingkaian

Merupakan pajak penghasilan dalam tahun berjalan yang dipungut oleh bendahara pemerintah baik pusat maupun swasta berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan

Berdasarkan Panduan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Tengah, pelaksanaan Festival Danau Poso dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada seluruh elemen masyarakat

Validitas dan reliabilitas ini bertujuan untuk menguji apakah kuesioner yang disebarkan untuk mendapatkan data penelitian adalah valid dan reliabel, oleh karena itu peneliti