DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR YANG DIALAMI PARA SISWI KELAS XI SMA STELLA DUCE 2
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA PADA
USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan Konseling
Disusun oleh :
Nama : Erna Kurniaty Kabelen Nim : 041114014
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR YANG DIALAMI PARA SISWI KELAS XI SMA STELLA DUCE 2
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA PADA
USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan Konseling
Disusun oleh :
Nama : Erna Kurniaty Kabelen Nim : 041114014
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebangaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Juli 2011 Penulis
v
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Nama : Erna Kurniaty Kabelen Nomor Mahasiswa : 041114014
Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Karya ilmiah saya yang berjudul :
“DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR YANG DIALAMI PARA SISWI KELAS XI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, hal untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk keperluan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 16 juli 2011 Yang menyatakan
vi ABSTRAK
DESKRIPSI KESULITAN BELAJAR YANG DIALAMI PARA SISWA KELAS XI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR
Oleh : Erna Kurniaty Kabelen
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan survei. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai kesulitan belajar yang dialami para siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Masalah penelitian ini adalah (1) Kesulitan belajar apakah yang dialami para siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. (2) Sebagai implikasi penelitian ini, topik bimbingan klasikal apa saja yang sesuai untuk siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011.
Subjek penelitian adalah siswi kelas XI IPS 1, IPS 2, IPS 3, BAHASA, dan IPA yang semuanya berjumlah 106 siswi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang disusun Agatha Trisna Ariyanti dengan modifikasi dari peneliti dan arahan dari dosen pembimbing. Kuesioner terdiri dari 48 item sebagai penjabaran dari 2 aspek kesulitan belajar. Aspek tersebut adalah aspek internal atau pribadi siswa dan aspek eksternal atau di luar pribadi siswa. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2011. Pengelolaan data penelitian dilakukan dengan bantuan program SPSS. Teknik analisis data yang digunakan tersebut menentukan kategori berdasarkan Penilaian Acuan menurut Azwar dengan 4 kategori dan skala skor jawaban “Amat Sering mengalami kesulitan, Sering mengalami kesulitan, Jarang mengalami kesulitan dan Tidak Pernah mengalami kesulitan”, yang kemudian dituangkan dalam tabel.
vii ABSTRACT
DESCRIPTION OF LEARNING DIFFICULTIES EXPERIENCED BY STUDENTS OF CLASS XI STELLA DUCE 2 SENIOR HIGH SCHOOL
YOGYAKARTA, SCHOOL YEAR 2010/2011 AND ITS IMPLICATIONS TO PROPOSED LEARNING GUIDANCE TOPICS
Erna Kurniaty Kabelen Sanata Dharma University
Yogyakarta 2011
This study is a descriptive study and used survey method to collect data. The purpose of the study is to get a general description of the learning difficulties experienced by students of class XI of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta, School Year 2010/2011. The problems of the study were (1) what are the learning difficulties experienced by the students of class XI Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta, School Year 2010/2011?; (2) based on the result of the study, what are the appropriate guidance topics for the students of class XI of Stella Duce 2 Senior High School, School Year 2010/2011?.
The subjects of the study were students of Class XI IPS 1 (Social Studies 1), IPS 2 (Social Studies 2), IPS 3 (Social Studies 3), Class Bahasa (Languages), and Class IPA (Science). The total number of the subjects was 106 students. The instrument used in this study was based on the questionnaire constructed by Agatha Trisna Ariyanti which has been modified by the writer. The questionnaire consisted of 48 items and which was based on the elaboration of two aspects of learning difficulties. The data collection was held on May, 20, 2011. The data was analyzed using SPSS and was classified into 4 categories, namely Very Often, Often, Seldom, and Never in experiencing learning difficulties.
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Pengalaman adalah guru terbaik dalam mengalami kehidupan karena
melalui pengalaman kita belajar memahami diri sendiri dan lingkungan sehingga
kita dapat menjadi dewasa.”
“Aku percaya Tuhan akan selalu menolong dan mendampingi aku dalam
hidup asalkan aku pun berusaha sekuat tenangaku untuk menjalani kehidupan.”
ix
KATA PENGANTAR
Peneliti memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat, restu, dan karunia yang tak terhingga melalui para pembimbing dan orang-orang yang membantu peneliti dalam menulis skripsi ini sehingga peneliti akhirnya berhasil menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa terselesikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan, dan saran yang berguna bagi peneliti. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dr. M.M Sri Hastuti, M.Si. sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Gendon Barus, M. Si. selaku dosen pembimbing saya yang telah memberikan bimbingan, masukan dan dukungan yang berguna bagi peneliti .
3. Dra. Anna Harsanti, sebagai Kepala Sekolah SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, yang telah menerima dan memberi kesempatan kepada peneliti untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
4. Ax. Eko Suspriyatingsih, S.Pd, sebagai Koordinator Bimbingan dan Konseling yang dengan setia memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan bagi penulis dalam menulis skripsi.
x
6. Segenap guru dan karyawan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta atas kerja sama, persahabatan dan dukungan bagi penulis.
7. Para siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.
8. Bapak Aloysius K. Kabelen, Ibu Tumoi (orang tua), Alfianus K. Kabelen (adik) yang telah memberikan biaya, sarana, dukungan, dan doa selama penyusunan skripsi ini.
9. Fabianus Sukwanto/Akuan (Kekasih dan sahabat terbaikku) yang telah banyak memberikan perhatian, doa dan dukungan bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.
10.Keluarga besar serta Om Fredi, Bibi Lia dan adek Kyanu yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini.
11.Teman-teman di kos yaitu mama Jeni, bapak Ngadiyo, Arifin, mbak Rita, Rina, Galih, Agnes, Desi dan Maria telah memberikan dukungan, doa dan persahabatan yang baik hingga kini (semoga terjalin terus!)
12.Rekan-rekan yang di kampus baik yang PPLBK SMP, PPLBK SMA dan KKN serta yang lainnya terima kasih atas kerja sama dan persahabat, dukungan dan doa selama ini.
xi
Penulis menyadari bahwa karya kecil ini masih jauh dari sempurna. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berminat mempelajari topik ini.
Yogyakarta, 16 Juli 2011
xii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM... v
ABSTRAK... vi
ABSTRACT ... vii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Definisi Operasional ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Belajar ... 7
1. Hakekat Belajar ... 7
2. Ciri-ciri Belajar ... 8
B. Kesulitan Belajar yang Dialami para siswi SMA ... 10
1. Pengertian KesulitanBelajar ... 10
xii
4. Siswi SMA sebagai Remaja ... 31
5. Analisis Kesulitan Belajar ... 33
C. Program Bimbingan ... 33
1. Bimbingan dan Program Bimbingan ... 33
2. Bimbingan Belajar ... 35
3. Bimbingan Klasikal ... 37
4. Materi Bimbingan ... 37
5. Tujuan Bimbingan ... 38
BAB III. METODE PENELITIAN ... 39
A. Jenis Penelitian ... 39
B. Subyek Penelitian ... 40
C. Instrumen Penelitian ... 41
1. Kuesioner Kesulitan Belajar Siswi... 41
2. Uji Coba Kuesioner Penelitian ... 43
3. Menentukan Validitas dan Reliabilitas ... 44
D. Prosedur Penelitian ... 48
1. Tahap Persiapan ... 48
2. Tahap Pengumpulan Data ... 49
E. Teknik Analisis Data ... 50
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Kesulitan Belajar yang Dialami para Siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 ... 54
B. Pembahasan ... 57
C. Usulan Topik-topik Bimbingan Belajar Sebagai Implikasi Hasil Penelitian ... 61
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
xii
DAFTAR PUSTAKA ... 68
Lampiran 1. Kuesioner Kesulitan Belajar Siswi SMA (Sebelum diuji coba) ... 71
Lampiran 2. Kisi-kisi Kuesioner Kesulitan Belajar Siswi SMA (Sebelum diuji coba) ... 74
Lampiran 3. Kisi-kisi Kuesioner Kesulitan Belajar Siswi SMA (Sesudah diuji coba) ... 76
Lampiran 4. Kuesioner Kesuliitan Belajar Siswi ( Sesudah diuji coba )... 77
Lampiran 5. Hasil Pengolahan Data ... 80
1. Validitas Kuesioner Kesulitan Belajar Siswi ... 80
2. Reliabilitas Kesulitan Belajar ... 86
3. Tingkat Kesulitan Belajar Dengan Kategori ... 90
1. Hasil Pengolahan Data Kategori Item ... 90
2. Hasil Pengolahan Data Kategori Subyek ... 92
Lampiran 6. Satuan Pelayanan Bimbingan ... 95
xii
Tabel 1 : Perincian Siswi Kelas XI SMA Stella Duce 2
Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011... 40
Tabel 2. Kisi-Kisi Kuesioner Kesulitan Belajar Siswa... 42
Tabel 3. Perincian Perubahan Item yang Dipertahankan... 45
Tabel 4. Jadwal Pengumpulan Data Penelitian... 49
Tabel 5. Penggolongan Item dalam Tiga Kategori... 52
Tabel 6. Penggolongan Subjek dalam Tiga Kategori... 53
Tabel 7. Hasil Penggolongan Item dalam Tiga Kategori... 55
Tabel 8. Hasil penggolongan Subjek dalam Tiga Kategori Kesulitan Belajar... 56
xii
Lampiran 1 : Kuesioner Kesulitan Belajar Siswi SMA……….. 71
Lampiran 2 : Kisi-kisiyang Belum Diuji Coba………... 74
Lampiran 3 : Kuesioner Kesulitan Belajar Siswi SMA dan Kisi-kisi yang Sudah Diuji Coba………. 76
Lampiran 4 : Hasil Pengolahan Data………... 77
Lampiran 5 : Satuan Pelayanan Bimbingan……… 80
1 BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, memuat beberapa hal pembahasan mengenai latar belakang,
perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
A. Latar Belakang
Era globalisasi telah merambah ke seluruh penjuru dunia. Perkembangan
jaman modern pada saat ini begitu terasa dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi. Perkembangan ini memberikan dampak yang sangat luas bagi
kehidupan manusia di seluruh dunia, antara lain kemampuan yang dituntut dalam
menghadapi perkembangan jaman. Dengan demikian terjadi pula persaingan dalam
dunia kerja, lebih-lebih mengingat terbatasnya lapangan pekerjaan dibandingkan
dengan pertambahan jumlah penduduk yang tidak sebanding. Maka diperlukan
seleksi yang menuntut individu untuk mengasah otak dan keterampilan agar tidak
tersisih dari persaingan untuk mendapatkan pekerjaan.
Tujuan pendidikan yaitu membekali siswi sebagai individu yang harus
menghadapi tantangan jaman haruslah diusahakan tercapai semaksimal mungkin.
Usaha ini meliputi perkembangan seluruh aspek kehidupan siswi. Peneliti
menitikberatkan pada pentingnya peran bidang bimbingan mengingat peran bidang
bimbingan dalam pendampingan proses belajar siswi.
Dunia pendidikan mengembangkan banyak aspek dalam kehidupan siswi.
Untuk dapat memberikan bimbingan dalam proses belajar siswi, perlulah dipahami
Bidang pengajaran menangani kurikulum pengajaran yaitu seluruh
pengalaman belajar siswi yang diperoleh melalui bidang studi yang disajikan.
Bidang ini menitikberatkan perkembangan aspek kognitif siswi. Namun demikian,
aspek perkembangan siswi yang lain tidak diabaikan. Walaupun bidang pengajaran
dan bidang bimbingan mengarah pada tujuan yang sama, yaitu perkembangan
optimal siswi, tetapi keduanya tidak dileburkan menjadi satu sehingga tetap
mempunyai identitasnya sendiri-sendiri. Kedua bidang tersebut memberikan
sumbangan yang sifatnya saling mendukung. Bidang pengajaran menyajikan
sejumlah pengalaman belajar melalui berbagai bidang studi, sedangkan pelayanan
bimbingan mengajak siswi berefleksi atas pengalaman belajar untuk mengetahui diri
sendiri dalam kemampuan, minat, nilai-nilai kehidupan dan aspirasi di masa depan (
Winkel, 2004 : 89 ).
Bidang bimbingan mencakup tiga ragam yaitu bidang bimbingan
pribadi-sosial, bimbingan karir, dan bimbingan akademik ini biasanya disebut juga
bimbingan belajar, yaitu “bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat,
dalam memilih program studi yang sesuai dan dalam mengatasi kesulitan yang
timbul berkaitan dengan tuntutan belajar di suatu insitusi pendidikan” ( Winkel,
2004 : 115 ).
Selain guru bidang studi, seorang guru pembimbing juga diharapkan dapat
membantu siswi dalam mencari jalan keluar atau pemecahan masalah belajar yang
dialami siswi. Masalah-masalah dalam belajar yang dialami siswi dapat disebut
saja dalam hal belajar yang dialami siswi agar dapat memberikan bantuan sesuai
dengan kebutuhan siswi.
Melalui pengamatan yang di lakukan di SMA Stella Duce 2, peneliti
menemukan adanya suatu permasalahan yang perlu diselesaikan, masalahnya adalah
(1) Kesulitan menjawab soal-soal saat ulangan atau ujian. (2) Kesulitan penyesuaian
diri terhadap guru, orang tua dan lingkungan sekolah. (3) Kesulitan beradaptasi
dengan keadaan iklim dan cuaca. Berdasarkan dari fakta yang ditemukan pada
masing-masing siswi SMA Stella Duce 2 di ungkapkan bahwa permasalahan yang
timbul dari para siswi adalah masalah kesulitan belajar. Oleh karena itu siswi sangat
membutuhkan bimbingan oleh konselor untuk membantu memecahkan masalah
yang ada, sehingga apabila masalah tersebut dapat diatasi siswi menjadi mudah
untuk menyelesaikan masalah yang sedang mereka hadapi.
Dalam hal ini guru pembimbing memiliki tugas yang sangat penting dalam
menyelesaikan masalah siswi tersebut. Khususnya guru BK yang bekerja sama
dengan guru (wali kelas) yang bersangkutan supaya wali kelasnya mengerti bahwa
siswinya sedang bermasalah. Guru BK memberikan penjelasan kepada siswa tentang
pentingnya cara belajar yang tepat karena hal semacam ini sangat dibutuhkan bagi
semua siswi. Oleh karena itu tanggung jawab guru BK sangat besar dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa di sekolah.
Persoalan ini perlu dipelajari karena kesulitan belajar merupakan salah satu
hambatan yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam studi dan
mempengaruhi juga untuk tidak berkembang. Oleh sebab itu peneliti perlu
Duce 2 Yogyakarta agar penelitian dapat memberi bantuan untuk mengatasi
kesulitan belajar para siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.
B. Perumusan Masalah
Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Kesulitan belajar apakah yang dialami para siswi kelas XI SMA Stella Duce
2 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011?
2. Sebagai implikasi penelitian ini, topik bimbingan klasikal apa saja yang
sesuai untuk siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memperoleh gambaran secara umum mengenai kesulitan belajar para siswi
kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011.
2. Memberikan suatu usulan mengenai usulan topik-topik bimbingan untuk
mengatasi dengan relevan kesulitan belajar agar guru bimbingan dapat
memberikan pelayanan yang optimal.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1. Guru BK (Bimbingan Konseling)
Memperoleh gambaran secara umum mengenai kesulitan belajar para siswa dan
gambaran mengenai topik bimbingan yang sekiranya cocok untuk membantu
siswa mengatasi kesulitan belajarnya sehingga siswa mendapatkan hasil yang
2. Guru bidang studi dan orang tua siswa
Mendapat informasi atau masukan dari guru pembimbing mengenai hal-hal yang
di perlukan dalam menciptakan situasi dan kondisi belajar yang menguntungkan
bagi siswa.
3 Bagi peneliti
Peneliti mendapat pengalaman, gambaran, dan menambah wawasan dengan
mendalami dan mengatasi kesulitan belajar para siswi kelas XI SMA Stella Duce
2 Yogyakarta.
E. Definisi operasianal
1. Deskripsi : “pemaparan atau penggambaran dengan kara-kata secara jelas dan
terinci”( Depdikbud, 1989 : 201). Pada penelitian ini, deskripsi dimaksudkan
untuk memperoleh gambaran tentang kesulitan belajar siswi.
2. Belajar : suatu proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku melalui suatu
interaksi antara guru dan siswi dan antarsiswi di dalam kelas XI SMA Stella
Duce 2 Yogyakarta.
3. Kesulitan belajar : keadaan di mana peserta didik atau siswa tidak dapat
belajar sebagaimana mestinya (Ahmadi dan Widodo, 1991 : 74). Maksudnya
dalam penilitian ini, kesulitan belajar diartikan sebagai suatu keadaan yang
dialami oleh siswa kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran
2010/2011 sebagaimana dimaksudkan dalam butir-butir angket dalam
belajar baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah untuk mencapai hasil
belajar yang diharapkan.
4. Bimbingan belajar : bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat,
dalam memilih program studi yang sesuai dan dalam mengatasi
kesukaraan-kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan belajar di suatu institusi
pendidikan.
5. Bimbingan klasikal : pelayanan bimbingan kepada kelompok siswa yang
tergabung dalam suatu satuan kelas di tingkatan tertentu pada suatu jenjang
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini disajikan hasil kajian pustaka membahasan mengenai hakikat
belajar, dan ciri-ciri belajar serta kesulitan belajar siswi.
A. Hakikat Belajar dan Ciri-ciri Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami siswi.
Berikut ini dibahas pengertian belajar dan ciri-ciri belajar.
1. Pengertian belajar
Ada beberapa pengertian tentang belajar yang dikemukakan oleh para tokoh
dalam dunia pendidikan. Ernest ( Usman dan Setiawati, 1993 : 7) menyatakan
bahwa belajar adalah suatu proses yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan melalui
interaksi antara guru dan siswi dan antarsiswi di dalam kelas. James (Ahmadi dan
Widodo, 1991:119) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses di mana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman. Tokoh lain,
yaitu Winkel (1996 : 53) mendefinisikan belajar sebagai sesuatu aktivitas
mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap.
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
definisi di atas nampak bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang
disebabkan oleh individu yang mengadakan interaksi dengan lingkungan.
Kegiatan-kegiatan belajar siswi berupa : latihan-latihan, praktek-praktek dan
kegiatan pemecahan masalah hasilnya belajar adalah cara bertingkah laku baru atau
memperbaikan cara-cara bertingkah laku lama yang bermanfaat bagi hidupnya.
Siswi pada situasi tertentu belum mampu melakukan sendiri kegiatan
belajarnya dengan baik, sehingga ia membutuhkan pendidikan. Proses ini terjadi
dalam diri anak sejak ia lahir. Tiap orang yang melakukan kegiatan belajar bila
berada dalam kesulitan. Bila hendak meneruskan kegiatan belajarnya, ia mencari
bantuan dari orang lain. Bantuan itu dapat berupa pendidikan.
Dari beberapa tokoh pengertian belajar tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses timbulnya atau diubahnya perilaku seseorang
sebagai hasil interaksinya dengan lingkunganya.
2. Ciri-ciri belajar
Dalam buku bimbingan dan konseling di institusi pendidikan yang ditulis oleh
Winkel ( 1996 : 53-55 ) menyatakan bahwa tidak setiap perubahan yang dialami
individu merupakan hasil dari proses belajar. Tidak semua perubahan yang
berlangsung disadari oleh individu yang sedang belajar. Buku lain yang berjudul
Psikologi belajar yang ditulis oleh Ahmadi dan Widodo (1991 : 121-123 )
menjelaskan bahwa dalam proses belajar di sekolah perubahan terjadi secara sadar,
bertujuan dan terarah, bersifat kontinyu, bersifat menatap dan mencangkup seluruh
Dari yang dijelaskan dalam kedua buku tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa ciri-ciri belajar yang dialami siswi yang belajar di sekolah adalah sebagai
berikut :
a. Terjadi perubahan yang disadari dan / atau tidak disadari
Individu yang belajar dengan sengaja biasanya menyadari perubahan yang
terjadi dalam dirinya. Misalnya siswi menyadari atau merasakan adanya
pengetahuan yang bertambah, pemikiran yang semakin luas, dan sikap yang
semakin positif.
b. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah.
Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai, misalanya
siswi yang belajar mengarang dan menentukan apa yang dicapai dengan belajar
mengarang. Perubahan ini merupakan perbuatan belajar terarah pada suatu
perubahan yang akhirnya terwujud dalam tingkah laku dan disertai maksud untuk
mencapai suatu tujuan.
c. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar berlangsung
terus-menerus sehingga ia mengalami perubahan yang positif dan berguna bagi
kehidupan atau proses belajar berikutnya. Misalnya siswi yang menyadari atau
dirasakan adanya perubahan dari tidak bisa mengetik menjadi bisa mengetik.
Perubahan tersebut berlangsung terus sehingga ketrampilan mengetik menjadi lebih
d. Perubahan dalam belajar bersifat menetap.
Tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat relatif menetap, selama
hasil belajar yang diperoleh tidak dihapus dan diganti dengan hasil yang baru.
Misalnya kecakap siswi dalam memainkan suatu alat musik tidak akan hilang
begitu saja, melainkan tetapi dimiliki dan akan terus berkembang apabila terus
digunakan.
e. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Seorang siswi yang telah belajar biasanya akan mengalami perubahan dalam
sikap, pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang semua akhirnya harus
terungkap dalam suatu perbuatan yang membuktikan bahwa hasil sudah tercapai.
Misalnya siswi belajar menulis akan memiliki sikap ingin memiliki alat tulis yang
disenangi, dan mengetahui cara menulis yang baik dan rapi serta memiliki
keterampilan menulis.
B. Kesulitan Belajar yang Dialami oleh Siswi SMA
Bagaian ini dibahas pengertian kesulitan belajar, faktor penyebab kesulitan
belajar, gejala siswi mengalami kesulitan belajar, dan siswi SMA sebagai remaja.
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Ahmadi dan Widodo (1991: 76) mendefinisikan kesulitan belajar sebagai
“keadaan yang dialami anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya.” Dengan berbagai gejala yang mengakibatkan tergantungnya atau
Kesulitan belajar itu bersumber pada tidak berfungsi sebagaimana mesti salah satu
hal dari antara kelima faktor pokok yang telah dijelaskan dibawah yang terbagi
menjadi dua kelompok besar yaitu faktor internal dan ekternal.
Winkel ( 1997 : 166-167 ) menjelaskan bahwa siswi remaja di SMA mengikuti
jenjang pendidikan yang mempunyai tujuan yang berlaku untuk pendidikan
menengah yaitu menurut UUSPN no. 2 tahun 1989 pasal 4, yang di jabarkan dalam
peraturan pemerintah no. 29 tahun 1990 yang menyatakan :
Pendidikan menengah bertujuan, (a) meningkatkan pengetahuan siswi untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian; (b) meningkatkan kemampuan siswi sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitarnya ( pasal 2 ). Pendidikan menengah umum mengutamakan penyiapan siswi untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan tinggi, sedangkan pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswi untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap professional ( pasal 3 ).
2. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar menurut Purwanto (1984) digolongkan
menjadi dua golongan yaitu : faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang
disebut faktor individual dan faktor yang ada di luar individu yang di sebut faktor
sosial. Sejalan dengan pendapat Purwanto tersebut, Ahmadi dan Widodo (1991)
menggolongkan faktor tersebut menjadi dua golongan yaitu : faktor internal atau
faktor di dalam pribadi siswa dan faktor eksternal atau faktor di luar pribadi siswa.
De Corte (Winkel, 1991) mengatakan bahwa keadaan awal merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi belajar. Faktor tersebut meliputi lima aspek, yaitu:
pribadi guru, pribadi siswa, struktur jaringan hubungan sosial di sekolah, sekolah
tersebut yang dapat menjadi faktor penyebab kesulitan belajar dapat dikelompokkan
menjadi dua faktor penyebab kesulitan belajar, yaitu: faktor internal dan faktor
eksternal. Yang termasuk faktor eksternal yaitu: pribadi guru, struktur jaringan
hubungan sosial di sekolah, sekolah sebagai institusi, dan situasi/keadaan yang
melingkupi diri siswa, lingkungan hidup.
Faktor pribadi siswa, antra lain meliputi : taraf inteligensi dan daya kreativitas,
bakat, organisasi kognitif, kemampuan berbahasa, daya fantasi, tipe belajar,
teknik-teknik studi atau cara-cara belajar efisien dan efektif, karakte-hasrat-kehendak,
motivasi belajar, konsentrasi-perhatian, temperamen, perasaan, sikap, minat, fungsi
sensorik-motorik, individualitas biologis, komdisi mental, vitalitas psikis, dan
perkembangan kepribadian (Winkel, 1991).
Faktor pribadi guru, antara lain meliputi : kepribadian guru, guru sebgai
pendidik,guru sebagai didaktikus, guru sebagai rekan seprofesi. Struktur jaringan
hubungan sosial di sekolah, antara lain meliputi : status sosial siswi, interaksi guru
dengan siswi. Sekolah sebagai institusi, antara lain meliputi: prasarana dan sarana
sekolah, suasana sekolah, kurikulum sekolah, pelayanan kepada siswi di luar bidang
pengajaran. Situasi atau keadaan yang melingkupi diri siswi, meliputi: kondisi
ekonomi, kondisi politik, kondisi waktu, kondisi lokasi, dan kondisi iklim dan
musim. Lingkungan hidup, antara lain meliputi: harapan orang tua ( Winkel, 1996:
Kedua faktor tersebut ( internal dan eksternal) di atas akan dijelaskan sebagai
berikut:
a. Faktor internal atau pribadi siswi
Siswa sebagai peserta didik terlibat langsung dalam proses belajar-mengajar.
Berhasil tidaknya proses belajar-mengajar ditentukan antara lain oleh pribadi siswi.
Pribaadi siswi meliputi :
Ada lima faktor pokok yang berperan dalam belajar menurut Winkel ( 1996 :
135 – 232 ), yaitu :
1) Fungsi Kognitif
Fungsi ini terdiri dari tujuh bagian yang dijelaskan sebagai berikut.
a) Taraf inteligensi – Daya Kreativitas
Istilah inteligensi dapat diartikan dengan dua cara, yaitu :
(1) Secara Luas : kemampuan untuk memperoleh prestasi di berbagai
bidang kehidupan.
(2) Secara Sempit : Kemampuan untuk memperoleh prestasi dalam belajar
di sekolah. Dalam arti ini inteligensi disebut sebagai kemampuan
intelektual atau kemampuan akademik.
Daya kreativitas menunjukkan pada kemampuan untuk berpikir lebih orisinil
dibandingkan dengan kebanyakan orang lain. Daya kreativitas tergantung pada
corak berpikir seseorang. Guilford ( Winkel, 1996 : 143 ) menyebutkan ada dua
corak berpikir, yaitu :
(a) Berpikir divergen, yaitu cara berpikir yang mencari jalan-jalan baru,
(b) Berpikir konvergen, yaitu cara berpikir yang meliputi jalur yang pasti untuk
mencapai hasil yang dituju.
Seorang siswi yang memiliki daya kreativitas cukup tinggi pasti akan
memiliki taraf inteligensi dengan tingkat yang lebih dari cukup. Namun seorang
siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi belum tentu memiliki daya
kreativitas yang tinggi pula.
b) Bakat khusus
Bakat khusus adalah suatu kemampuan di bidang tertentu yang dibentuk
dalam kurun waktu sejumlah tahun dan merupakan perpaduan dari taraf
inteligensi pada umumnya (general ability), komponeninteligensi tertentu,
pengaruh pendidikan dalam keluarga dan di sekolah, dan minat dari subyek
sendiri ( Winkel, 1996 : 145 ).
Banyak orang yang berpendapat bahwa bakat khusus merupakan hal
diturunkan. Namun pada kenyataannya tidaklah demikian. Pengaruh keturunan
hanya pada segi inteligensi saja, sedangkan munculnya bakat khusus lebih
tergantung pada penggabungan pengalaman yang diperoleh individu dan adanya
kesempatan untuk mengembangkan hal itu.
c) Organisasi kognitif
Organisasi kognitif adalah cara penyimpanan materi yang sudah dipelajari ke
dalam ingatan, apakah tersimpan secara sistematis atau tidak. Penyimpanan ini
tergantung pada cara mempelajari dan mengolah materi; makin mendalam dan
sistematis pengolahannya, maka akan semakin baik taraf organisasi dalam
d) Taraf kemampuan berbahasa
Yang dimaksud di sini adalah kemampuan untuk memahami suatu bacaan
dan mampu merumuskan isinya kembali dengan bahasa sendiri. Biasanya siswi
yang memiliki prestasi yang cukup baik adalah siswi yang dapat memahami isi
buku yang dibaca dengan cepat.
e) Daya fantasi
Dengan gaya fantasi ini individu tidak hanya menghadirkan kembali hal yang
pernah diamati, namun juga menciptakan hal-hal baru. Alam fantasi membuat
semua mungkin terjadi karena subyek tidak terikat pada realitas fisik.
Daya fantasi memiliki kegunaan kreatif, antisipatif, rekreatif, dan sosial.
Misalnya menciptakan sesuatu yang baru (kreasi), membayangkan apa yang akan
terjadi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi hal tersebut (antisipatif),
membantu melepaskan ketegangan dengan membayangkan hal-hal yang indah
(rekreatif), dan membayangkan bagaimana bersikap dalam berelasi dengan orang
lain (sosial).
f) Gaya belajar
Yang dimaksudkan dengan gaya belajar adalah cara belajar yang pas bagi
siswa. Gaya belajar mengandung dua komponen, yaitu :
(1) Gaya kognitif adalah cara khas yang digunakan seseorang dalam mengamati
dan beraktivitas mental di bidang kognitif. Gaya kognitif dibedakan menjadi
empat macam yaitu :
(b) Ketahanan terhadap kecenderungan untuk meninggalkan arah atau cara
yang telah dipilih dalam pelajaran sesuatu.
(c) Luas atau sempitnya pembentukan konsep
(d) Kecenderungan untuk sangat memperhatikan perbedaan antara obyek
atau kurang memperhatikannya.
(2) Tipe belajar, menunjukkan pada kecenderungan seseorang untuk mempelajari
sesuatu dengan cara yang lebih visual atau auditif.
g) Teknik studi
Yang dimaksudkan dengan teknik studi adalah cara belajar tertentu yang
efektif dan efesien bagi siswa. Dengan memahami dan berpegang pada cara
belajar yang efektif dan efesian jelas membantu siswa dalam belajar. Siswa yang
telah terbiasa mengikuti cara belajar yang tepat diharapkan akan meningkatkan
kemampuan belajarnya. Teknik studi mencangkup pula keterampilan membagi
waktu.
2) Fungsi konatif - dinamik
Fungsi ini terdiri dari tiga bagian yang dijelaskan sebagai berikut :
a) Karakter - hasrat - kehendak
Karakter adalah keseluruhan hasrat manusia yang terarah pada suatu tujuan yang
mengandung nilai moralitas. Dalam berhasrat orang mencari apa yang memberikan
kepuasan kepadanya. Sedangkan kehendak didefinisikan sebagai “proses dari upaya
kemauan untuk mencapai beberapa tujuan ”(Kartono, Kertini dan Dali Gulo 1987 :
b) Motivasi belajar
Motivasi belajar adalah “ keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswi
yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan
memberi arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan” (Winkel, 1996 :
150).
Motivasi belajar memegang peranan penting dalam belajar, siswi yang
bermotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan siswi yang tidak atau kurang mempunyai motivasi belajar akan
mengalami kasulitan belajar.
c) Konsentrasi- perhatian
Konsentrasi adalah pemusatan tenaga dan energi psikis dalam menghadapi suatu
obyek, dalam hal ini obyek tersebut adalah peristiwa proses belajar-mengajar di
kelas dan apa yang berkaitan dengan proses itu, Istilah “perhatian” dapat berarti
sama dengan konsentrasi, dapat pula menunjuk pada minat momentan, yaitu
perasaan tertarik pada suatu masalah yang sedang dipelajari. Namun konsentrasi
belajar di pengaruhi oleh perasaan siswi dan minatnya dalam belajar.
3) Fungsi afektif
Fungsi ini terdiri dari empat bagian yang dijelaskan sebagai berikut :
a) Temperamen, yang mencangkup :
(1) Nada dasar alam perasaan yang cenderung menetap.
(2) Sifat perasaan yaitu seberapa cepat seseorang mudah tergerak perasaannya
(3) Tempo psikis yaitu reaksi perasaan yang tercetus lewat kata-kata dan
tindakan, ada orang yang berkata-kata dan bertindak dengan cepat namun ada
juga orang yang lamban.
b) Perasaan
Yang dimaksudkan adalah perasaan momentan dan intensional. Momentan
berarti bahwa timbul perasaan pada saat tertentu. Intensional berarti bahwa reaksi
perasaan diberikan terhadap sesuatu, seseorang, atau situasi tertentu dan bertahan
lebih lama. Siswi yang mempunyai perasaan tidak senang kepada guru tertentu akan
terlambat belajarnya karena biasanya perasaan tidak senang tersebut dialihkan pada
mata pelajaran yang diajarkan guru tersebut sehingga ia akan mengalami kesulitan
dalam belajar.
c) Sikap
Sikap adalah “ kecenderungan untuk memberi respon, baik positif maupun
negatif, terhadap orang-orang, benda-benda atau situasi-situasi tertentu “ ( Kartini
Kartono dan Dali Gulo, 1987 : 35 ). Sikap ini pula yang mendorong seseorang
bertindak. Siswi yang mempunyai sikap negatif terhadap suatu mata pelajaran
tertentu akan mengalami kesulitan belajar karena sikap tersebut mempengaruhi
motivasi belajar dan minatnya terhadap mata pelajaran itu, dapat pula ia kemudian
menghindar mata pelajaran itu dengan membolos.
d) Minat
Minat diartian sebagai “kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa
mempelajari materi itu “ ( Winkel, 1996 : 188 ). Minat dapat membuat seseorang
tergerak untuk mengetahui dan mempelajari sesuatu.
Minat mempengaruhi seseorang dalam belajar. Minat biasanya berhubungan
dengan perasaan senang atau tidak senang. Tidak mengherankan apalagi seseorang
berperasaan tidak senang terhadap sesuatu, maka ia akan kurang berminat terhadap
sesuatu itu.
4) Fungsi sensorik-motorik
Fungsi ini mencakup semua kemampuan yang dimiliki siswi di bidang
psikomotorik. Merupakan bagian dari keadaan awal yang dapat menghambat atau
membantu siswi dalam proses belajar-mengajar. Dalam proses belajar harus
menghasilkan ketrampilan motorik seperti kemampuan ini, misalnya keceptan
menulis, kecepatan berbicara, menggunakan alat indra, dan sebagainya.
Siswi yang kurang dalam fungsi akan mengalami kesulitan belajar karena ia
tidak dapat melihat dan mendengar dengan jelas atau ia kurang trampilan dalam
menulis sehingga tulisannya tidak mudah dibaca.
5) Beberapa hal lain yang menyangkut kepribadian siswa
Ada empat hal yang dijelaskan sebagai berikut:
a) Individualitas Biologi
Individualitas biologis meliputi susunan kimiawi badan, sususan alat-alat
perlengkapan badan, daya tahan terhadap penyakit, daya hudip dan bentuk badan
yang khas untuk setiap manusia. Individualitas biologis yang paling penting
adalah susuan alat-alat perlengkapan badan, daya tahan terhadap penyakit, dan
kesulitan belajar karena kondisinya lemah atau tidak lengkap sehingga
sensorik-motoriknya tidak dapat berfungsi maksimal.
b) Kondisi Mental
Kondisi mental merupakan keadaan psikis seseorang seperti keterangan
batin atau kegelisahan, stabilitas atau labilitas mental. Hubungan kesehatan
mental dengan belajar adalah timbal balik (Ahmadi. H. Abu dan Widodo. S,
1991). Siswi yang mempunyai kondisi mental yang kurang baik akan selalu
gelisah, labil, mudah putus asa, cemas sehingga dalam belajar tidak tenang atau
sulit belajar.
c) Vitalitas fisik
Vitalitas fsikis menunjukan pada jumlah dan kekuatan energi yang dimiliki
seseorang berkaitan erat dengan daya hidup, misalnya mudah lesu atau tidak.
Siswi yang vitalitas psikisnya lemah, akan mengalami kesulitan belajar karena ia
mudah lesu dan lelah dalam mengikuti pelajaran sehingga tidak dapat
konsentrasi belajar.
d) Perkembangan Kepribadian
Siswi yang berkembang secara normal akan menampakan cirri-ciri yang khas
bagi berbagai taraf perkembangan. Dengan mempelajari Psikologi
Perkembangan, guru akan lebih memahami keadaan siswi dalam kelas. Tentu
saja siswi tidak akan diharapkan telah mencapai taraf kedewasaan sempurna,
tetapi harus dilihat apakah proses perkembangan berjalan sebagaimana mestinya.
(1) Diferensiasi antara fungsi psikis, yaitu subjek mampu membedakan antara
berpikir, berkemauan, dan berperasaan.
(2) Integrasi antara fungsi psikis, yaitu subjek mampu menggunakan daya
berpikir, kemauan dan perasaan secara terpadu, demi mencapai tujuan
hidupnya.
b. Faktor eksternal atau faktor di luar diri siswa yaitu :
1) Pribadi Guru
Pribadi guru sangat berperan dalam proses belajar-mengajar di dalam kelas
Sebelum proses belajar-mengajar dimulai, guru harus sudah memiliki kemampuan
dan kepekaan untuk memaklumi alam pikiran dan perasaan siswa, ia harus
membangun atau melengkapi kemampuan-kemampuan siswi bahkan memperbaiki
sikap dan cara bertindak siswi yang memang harus diperbaiki (Winkel, 2004:218)
pribadi guru mencangkup:
a) Kepribadian Guru
Kepribadian guru meliputi tiga hal yaitu :
(1) Penghayatan Nilai Kehidupan
Pribadi guru sebagai manusia juga memegang nilai-nilai tertentu yang secara
tidak langsung disampaikan kepada siswi. Nilai yang dijadikan pedoman nampak
dalam cara bicara dan tingkah laku di dalam kelas, misalnya tanggung jawab
dalam bertindak, kebanggaan atas hasil jerih payah sendirian, kerelaan
(2) Sikap dan Sifat
Seorang guru perlu memiliki sikap luwes dalam pergaulan, suka humor,
mampu menyelami alam pikiran dan perasaan siswa, peka terhadap tuntutan
keadilan, mampu berkreasi, dan rela membantu. Sikap dan sifat di atas perlu
diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar-mengajar
agar berlangsung secara efektif dan efesien.
(3) Motivasi Kerja
Seorang guru yang bekerja hanya untuk mendapat penghasilan semaksimal
mungkin atau untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran bagi perkembangan
generasi muda pasti akan terlihat dalam tingkah laku guru tersebut. Hal ini bisa
disadari bisa juga tidak disadari oleh guru yang bersangkutan.
b) Guru Sebagai Didaktikus
Seorang guru perlu mempunyai keahlian dan metode dalam mengajar,
penguasaan bahan ajar, gaya kepemimpinan di kelas, mengelola kelas, dan
kemampuan berbahasa.
Terhadap guru yang monoton, tidak variatif, metode mengajar tidak menarik,
tidak menguasai bahan, dan tidak mempunyai perubahan dalam setiap mengajar di
dalam kelas, siswi akan mengalami kebosanan dan menyebabkan siswi mengalami
kesulitan belajar, karena siswi akan malas mengikuti pelajaran. Tidak baik, siswi
sering berkelahi, siswa sering datang terlamabat, tugas yang diberikan tidak
terlaksana, siswa liar, dan lain-lain. Suasana ini akan mengganggu proses
c) Guru Sebagai Pendidik
Pada bagian ini dijelaskan dua hal yang berhubungan dengan peran guru sebagai
pendidik yaitu :
(1) Sebagai pendukung : Guru memberikan semangat pada setiap siswi, tanpa
terpaku pada taraf kemampuan tingkat motivasi belajarnya.
(2) Sebagai penjaga disiplin : guru diharapkan mampu menciptakan suasana belajar
yang kondusif bagi siswa. Oleh karena itu disiplin kelas sangat perlu dijaga.
Kedua hal tersebut di atas dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin, pada
umumnya guru yang telah berumur lebih dari 40 tahun cenderung untuk
mempertahankan idenya sendiri. Dalam hal lain guru wanita lebih tidak mudah
terperangkap oleh siswi dibanding guru pria.
d) Guru Sebagai Rekan Seprofesi
Kerja sama antara tenaga-tenaga pengajar dan pimpinan sekolah merupakan
syarat untuk mengusahakan agar pendidik atau pengajar di sekolah dapat
berlangsung sebagaimana mestinya klik atau gap antara tenaga pengajar dan
pemimpin sekolah dapat menimbulkan ketidakrukunan dan tidak adanya kesatuan
misi. Tidak adanya kesatuan misi berdampak pada tenaga pengajar dan pemimpinan
sekolah bertindak sesuai keinginan sendiri dalam pendidik atau pengajaran. Hal ini
dapat menimbulkan kesulitan belajar siswi, karena siswi akan bingung tentang
(1) Kurikulum Sekolah
Kurikulum mendukung makna yang sangat pokok bagi pengelolaan proses
belajar-mengajar di dalam kelas, baik tenaga pengajar maupun siswi harus bergerak
dalam ruang lingkup kurikulum.
Kurikulum yang tidak seimbang dan tidak sesuai dengan kemampuan siswi,
bahan-bahan terlalu tinggi akan memberatkan siswi dan siswi akan mengalami
kesulitan.
(2) Sistem Progresi Siswi
Sistem Progresi Siswi adalah prosedur yang diikuti dalam memajukan siswi
dari tingkat kelas yang satu ke tingkat kelas berikutnya. Misalnya, siswi yang
tinggal kelas akan mengalami kesulitan belajar dan merasa bosan karena harus
mengulang bidang studi yang pernah diterima sebelumnya, sehingga siswi merasa
terisolasi.
(3) Pelayanan Kepada Siswi di Luar Bidang Pengajaran
Pelayanan ini mencakup di luar bidang pengajaran, seperti kegiatan
ekstrakurikuler, pramuka, koperasi sekolah, perpustakan sekolah, dan unit
kesehatan sekolah. Misalnya perpustakan sekolah yang tidak terawat dengan rapi
dan teratur, menyebabkan siswa dapat mengalami kesulitan belajar.
(4) Kontak dengan Orangtua Siswi
Kontak antara pihak sekolah dan orangtua siswi dapat bersifat rutin dan
insidental. Kontak rutin berlangsung melalui pemberian laporan hasil belajar siswi
kepada orangtua siswi. Kontak insidental diadakan bila timbul masalah khusus yang
langsung dengan orangtua, dan siswi hanya didiamkan saja bila mengalami
masalah, maka siswi akan mengalami kesulitan belajar dan terganggu dalam proses
perkembangannya.
2) Sekolah sebagai institusi
Sekolah sebagai institusi merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar.
Sekolah sebagai institusi mempunyai hal-hal yang dapat menjadi penyebab kesulitan
belajar, antar lain :
a) Sarana dan Prasarana
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa semakin lengkap dan memadai sarana
dan prasarana yang disediakan sekolah, semakin lancar proses belajar mengajar di
dalam kelas seperti keadaan gedung sekolah, perabot, media pengajaran dan ruanga
lain yang menunjukan kegiatan belajar mengajar. Apabila prasarana dan sarana
kurang lengkap atau kurang baik maka dapat menghambat proses belajar mengajar.
b) Suasana di Sekolah
Suasana di sekolah menunjukan pada iklim psikologi yang terdapat di sekolah.
Suasana ini sebagian dipengaruhi oleh perangkat peraturan disiplin yang berlaku.
Peraturan disiplin hendaklah sedikit mungkin namun tegas dan jelas. Misalnya
siswa tidak rukun, siswa sering berkelahi. Suasana seperti ini membuat
ketidaknyamanan bagi siswi sendiri sehingga siswi akan mengalami kesulitan
belajar.
c) Kurikulum Sekolah
Kurikulum sekolah sebagian besar mengikuti rancangan pendidikan nasional.
tertuang dalam suatu program kerja. Program kerja itu memberi gambaran
keseluruhan usaha pendidikan dan pengajaran di sekolah sehingga menjadi pegangan
bagi tenaga pendidikan yang bertugas di sana.
d) Pelayanan Kepada siswi di Luar Bidang Pengajaran
Pelayanan ini kepada siswi di luar bidang pengajaran mencangkup kegiatan yang
mengembangkan kemampuan dan ketrampilan siswi seperti, kegiatan
ekstrakurikuler, bimbingan dan konseling, usaha kesehatan sekolah, kantin, koperasi
sekolah dan perpustakaan sekolah. Pelayanan kepada siswi di luar bidang pengajaran
yang kurang baik, misalnya pengajaran UKS, membuat siswi mengalami kesulitan
belajar. Siswi yang sakit tidak dapat dengan segera diobati sehingga ia akan lebih
lama sakit. Keadaan ini dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi siswi yang
bersangkutan.
e) Pengelompokan Tenaga Pengajar
Cara pembagian tugas di antara guru dapat berdampak positif maupun negatif.
Dampak negatif timbul bila masing-masing guru tidak mengadakan kontak. Untuk
menimbulkan kerjasama dianjurkan guru kelas dan guru bidang studi berkumpul
secara rutin untuk merundingkan hal yang menyangkut pengelolahan proses
belajar-mengajar. Dampak positif yang ada yaitu masing-masing guru dapat lebih menaruh
perhatian terhadap tugas yang diserahkan kepadanya.
f) Kontak dengan Orang Tua Siswi
Kontak antara pihak sekolah dan orang tua siswi dapat bersifat rutin dan
tua siswi. Kontak insidental diadakan bila timbul masalah khusus yang menyangkut
siswi tertentu.
3)Struktur Jaringan Hubungan Sosial
Jaringan hubungan sosial biasanya nampak dalam suatu struktur hubungan
sosial yang dapat digambarkan dalam bagan hubungan sosial, seperti sosiogram.
Pada bagian ini dijelaskan tiga hal yaitu :
a) Sistem Sosial
Sistem sosial yang terjadi di sekolah terbagi menjadi dua yaitu :
(1) Pola organisasi informal
Pola ini terbentuk dengan tidak resmi dan hanya berupa penggabungan
beberapa orang yang memiliki pandangan dan tingkah laku yang kurang lebih
sama.
(2) Pola organisasi formal
Pola ini terbentuk secara resmi dan biasanya digambarkan dalam suatu
bagian organisasi dengan menujukkan garis perintah dan garis konsultasi.
b) Status Sosial Siswi
Status sosial seseorang tergantung pada kedudukan yang dimiliki oleh siswi, baik
tinggi maupun rendah. Dengan demikian status sosial yang dimiliki siswi di sekolah
atau kelas, dapat berpengaruh terhadap relasi antar siswi dan akhirnya
mempengaruhi belajar siswi.
c) Interaksi Guru dengan Siswi
Selama proses belajar-mengajar di kelas, terjadi suatu interaksi sosial antara guru
belajar di sekolah berjalan lancar. Sebaliknya, interaksi guru dengan guru dan siswi
dengan siswi yang terjalin tidak akrab dapat menggangu belajar-mengajar di dalam
kelas.
4) Faktor Situasional
Yang dimaksudkan dengan “faktor situasional” adalah keadaan yang telah
timbul dan berpengaruh terhadap pelaksanaan proses belajar-mengajar di kelas,
namun tidak menjadi tanggung jawab langsung dari pendidik atau para siswi
(Winkel, 2004:256-257) Faktor ini terdiri dari :
a) Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi yang baik maupun tidak, sangat membuat guru dan siswi
merasa gelisah dan sulit berkonsentrasi penuh pada tugas belajar-mengajar.
Sehingga dampak, dengan semakin mahalnya sarana atau peralatan sekolah maka
biaya sekolah juga semakin mahal. Keadaan ini juga dapat berdampak pada
kegiatan-kegiatan pendukung belajar yang diselenggarakan oleh pihak sekolah. Hal
ini dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi siswi karena sarana atau peralatan
sekolah bahan pengajaran (khususnya praktik) secara optimal. Misalnya kegiatan
pendukung belajar dalam mata pengajaran biologi yang seharusnya dilaksanakan
lima kali, hanya dilaksanakan satu kali, karena mahalnya sarana praktik yang
dibutuhkan.
b) Kondisi Sosial Politik
Kondisi sosial politik yang kurang baik dan tidak stabil, sangat mengganggu
tenang dalam melaksanakan belajar-mengajar ketidaktenangan ini menyebabkan
siswi mengalami kesulitan belajar.
c) Kondisi Waktu
kondisi waktu tersedia tidak materi pelajaran dapat diselesaikan dengan baik,
maka dapat tercapai proses belajar-mengajar yang baik. Sebaliknya, kondisi waktu
yang tersedia kurang, guru akan mengajar tergesa-gesa sehingga siswi akan
mengalami kesulitan belajar.
d) Lokasi
Letak lokasi bangunan sekolah atau kelas yang dekat keramaian dapat
memberikan pengaruh pada proses belajar-mengajar, seperti jalan besar atau raya,
tempat olah raga, polusi udara dan sebagainya dapat menghambat dan mengganggu
konsentrasi belajar mengajar guru dan siswa.
e) Kondisi Iklim dan Musim
Kondisi iklim dan musim kerap menciptakan kondisi fisik yang kurang
menguntungkan pada pihak guru dan siswa, sehingga konsentrasi belajar jadi
menurun.
Kelima faktor tersedia di dalam buku yang ditulis (Winkel, 2004 : 152) tersebut
keadaan awal. “keadaan awal adalah keseluruhan kenyataan kepribadian sosial,
institusional, dan situasional yang dalam kaitannya dengan tujuan institusional,
dapat berpengaruh atau nyata-nyata berpengaruh terhadap kelangsungan proses
3. Gejala Siswi yang Mengalami Kesulitan Belajar
Ahmadi dan Wododo ( 1991 : 88 ) mengatakan gejala siswi yang mengalami
kesulitan dalam belajar adalah sebagai berikut :
a. Siswi menunjukkan hasil belajar yang rendah
Hasil belajar yang rendah ini menunjukkan antara lain oleh taraf prestasi
belajar dibawah rata-rata nilai yang dicapai kelompok kelasnya.
b. Hasil belajar yang dicapai oleh siswi tidak seimbang dengan usaha yang telah
dilakukan.
Siswi telah melakukan upaya aktivitas belajar dengan sebaik-baiknya, akan
tetapi hasilnya kurang memuaskan.
c. Siswi selalu atau sering tertinggal dalam melakukan tugas pembelajaran.
Siswi ini memerlukan waktu yang lebih panjang dalam melakukan
tugas-tugasnya.
d. Siswi menunjukkan perilaku yang kurang wajar
Prilaku ini dibagi berdasarkan sumber timbulnya perilaku yaitu :
1) Tingkah laku yang bersumber pada sikap yang kurang wajar bagi siswa seperti
kurang acuh, berdusta, berpura-pura, iri hati, dan sebagainya.
2) Tingkah laku yang bersumber pada reaksi emosional yang kurang wajar seperti
murung, mudah tersinggung, mudah marah, kurang gembira, dan sebagainya.
3) Tingkah laku yang bersumber pada sikap menetang seperti membolos,
mengganggu, datang terlambat, tidak teratur dalam belajar, tidak membuat
4. Siswi SMA Sebagai Remaja
Masa remaja merupakan masa yang menentukan dalam belajar. Apabila remaja
dapat belajar dengan baik maka ia akan dapat belajar dengan baik untuk seterusnya;
apabila remaja tidak dapat belajar dengan baik maka ia akan mengalami kesulitan
belajar di kemudian hari (Seojanto, 1990).
Gunarso ( 1987 ) mengatakan bahwa istilah asing yang sering dipakai untuk
menunjukan masa remaja antara lain ialah “puberteit” dan “ adolescentia” .
sedangkan dalam bahasa indonesia sering disebut pubertas atau remaja. “puberty”
(inggis) atau “pubertait” (belanda) berasal dari bahasa latin “pubertas” yang berarti
kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda kelaki-lakian.
Sedangkan “adolescentia” berasal dari bahasa latin yaitu “adolescentia” yang
maksudnya adalah masa muda antara 17 sampai dengan 30.
Sedangkan di bab yang lain Gunarso ( 1987 ) menemukan istilah lain yang sama
dengan “puberty” yakni “pubescence” yang berarti perubahan yang terjadi pada diri
seseorang bersamaan dengan tumbuhnya “pubic hair” yang artinya rambut pada
kelamin. Dengan demikian penggunaan istilah ini lebih sempit, dalam pengertian
hanya menunjukkan tercapainya kematangan seksual, yang ditinjau terutama dari
aspek biologisnya. Sedangkan, “adolescence” menunjukkan masa antara 12 tahun
sampai 22 tahun yaitu masa terjadinya perubahan yang mencangkup seluruh
perkembangan aspek fisik dan psikis pada masa tersebut. Dapat dikatakan bahwa
kematangan seksual, sedangkan “adolescence” meliputi semua perubahan fisik dan
psikis yang menuju ke arah kedewasaan.
Adapun Hurlock ( 1992 : 206 ) mendefinisikan remaja sebagai “orang yang
sedang tumbuh dewasa”. Dalam sumber lain Hurlock ( 1949 : 4 ) membatasi usia
remaja menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Pre-adolescence : 10-12 tahun
b. Early-adolescence : 13-16 tahun
c. Late- adolescence : 17-21 tahun
Pembagian tersebut perlu diberi catatan bahea anak laki-laki sedikit lebih lambat
mencapai kematangannya dibandingkan dengan anak perempuan.
Surahkmad ( 1986 ) menjelaskan bahwa dari sudut teoritis berdasarkan hasil
penelitian psikologis perkembangkan, maupun dari sudut empiris praktis jangka
waktu antara kira-kira 12 – 22 tahun merupakan masa yang mencakup bagian
terbesar perkembangan individu. Menurutnya “adolescence” berada pada masa
transisi dari masa kekanak-kanak ke masa dewasa, karena si adolesen tidak
memperlihatkan lagi banyak sifat kanak-kanaknya, melainkan memperlihatkan benih
sifat yang dimiliki orang dewasa.
Bertitik tolah dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian remaja
adalah sebagai berikut :
1) Ditinjau dari segi rentangan usia maka yang dimaksudkan dengan remaja adalah
2) Seseorang yang berada pada masa peralihan dari periode kanak-kanak ke
dewasaan. Di dalam diri remaja tersebut rimbul berbagai gejolak jiwa karena
berbagai perubahan fisik.
5. Analisis Kesulitan Belajar
Kesulitaan belajar dapat diselidiki dengan berbagai cara, antara lain dengan
memberikan tes inteligensi, tes minat, atau tes kepribadian yang lain, dan dengan
menanyai siswi secara lanngsung. Pertanyaan tersebut dapat disusun dalam bentuk
angket tentang hal-hal yang disadarinya sendiri sebagai sumber yang menimbulkan
kesulitan belajar baginya. Remaja kelas XI SMA diandaikan telah mampu
merefleksikan pengalaman belajar yang dialaminya, sehingga jawaban yang
diberikan dapat diandalkan.
C. Program Bimbingan
Ada empat hal yang dijelaskan pada bagian ini yaitu :
1. Arti Bimbingan dan Arti Program Bimbingan
Para ahli mendefinisikan kata “ bimbingan ” dengan banyak arti. Di bawah
ini disajikan arti kata “ bimbingan ” menurut beberapa tokoh, yaitu :
a. Shertzer-Stone ( Winkel , 1997 : 66)
“ Guidance is the process of helping individuals to understand them selves and
their world.” ( bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu untuk
Dalam arti ini orang yang memberikan bantuan dianggap lebih mampu mengatur
keselarasan antara dirinya dengan lingkungan hidupnya. Oleh sebab itu orang yang
memberikan bantuan perlu terlebih dahulu membiasakan diri untuk dapat hidup
serasi dengan lingkungan.
b. Moegiadi ( Winkel, 1997 : 66-67 )
Bimbingan dapat berarti :
1) Suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman,
dan informasi tentang dirinya sendiri.
2) Suatu cara pemberian pertolongan/bantuan kepada individu untuk memahami
dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang
dimiliki untuk perkembangan kepribadiannya.
3) Sejenis pelayanan kepada individu-individu agar mereka dapat menentukan
pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang
realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di
dalam lingkungan dimana mereka hidup.
4) Suatu proses pemberian bantuan/pertolongan pada individu dalam hal
memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri
dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai
dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan.
5) Peraturan pemerintah no. 29 tahun 1990 ( Depdikbud, 1989 : 1 ) “ bantuan
yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi,
Progam bimbingan memiliki arti sendiri, yaitu “rangkian kegiatan bimbingan
yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu,
misalnya satu tahun ajaran ” ( Winkel, 1997 : 119 ).
Suatu program bimbingan perlu direncanakan agar pelayanan yang diberikan
kepada siswi dapat terlaksaana. Kegiatan bimbingan yang dilakukan oleh guru
pembimbing ditujukan terutama pada siswi, tetapi dapat juga kepada rekan tenaga
kependidikan atau orang tua siswi. Persiapan program bimbingan untuk suatu tahun
ajaran tertentu akan berbeda bila sudah ada program dan belum tersedia/memiliki
program.
Bimbingan merupakan terjemahan dari istilah Guidance dalam bahasa inggris,
sesuai istilah maka bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai bantuan.
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu-individu dalam
menentukan pilihan dan mengadakan berbagai penyelesaian dengan bijaksana. Jadi
kata bimbingan mengandung arti bahwa suatu usaha membantu individu untuk
menyelesaikan kesulitannya sehingga mampu mengambil keputusan dalam
mengembangkan kemampuannya agar dapat mencapai hidupnya.
2.
Bimbingan BelajarBimbingan belajar sering disebut bimbingan akademik yaitu “bimbingan dalam
hal menemukan cara belajar yang tepat dalam memilih program studi yang sesuai,
dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan belajar di
Bimbingan belajar adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu (murid)
agar dapat mengatasi masalah-masalah yang di hadapinya dalam belajar sehingga
setelah mulai proses perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang
optimal sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya.Layanan
bimbingan belajar dilakukan untuk menunjang program pendidikan di sekolah.
Program bimbingan yang dilaksanakan di suatu lembaga pendidikan menurut
Winkel ( 1997 : 140-141 ) memuat unsur-unsur sebagai berikut :
a. Orientasi kepada siswa baru tentang tujuan institusional, isi kurikulum
pengajaran, struktur organisasi sekolah, prosedur belajar yang tepat, dan
penyesuaian diri dengan corak pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
b. Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat selama
mengikuti pelajaran di sekolah / di rumah baik secara individual maupun
kelompok.
c. Membantu dalam hal memiliki program studi yang sesuai, kegiatan non
akademik yang menunjang usaha belajar, dan program studi lanjutan di tingkat
pendidikan yang lebih tinggi.
d. Pengumpulan data mengenai diri siswa dan data tentang program studi yang
tersedia di berbagai perguruan tinggi.
e. Bantuan dalam hal mengatasi kesulitan belajar seperti kurang mampu menyusus
jadwal belajar di rumah. Oleh karena itu tenaga bimbingan harus mempunyai
pengetahuan tentang kegiatan belajar termasuk pemahaman psikologis.
3. Bimbingan Klasikal
Bimbingan klasikal adalah “bimbingan yang diberikan kepada kelompok
siswi yang tergabung dalam suatu satuan kelas di tingkat kelas tertentu pada suatu
jenjang pendidikan tertentu, pada waktu yang ditetapkan dalam jadwal pelajaran”
(Winkel, 1997 : 520 ). Pelaksanakan bimbingan klasikal memiliki keuntungan dan
kerugian. Keuntungan yang dapat dirasakan oleh guru pembimbing adalah mendapat
kesempatan untuk berkontak dengan banyak siswi secara bersamaan, menghemat
waktu dan tenaga dalam kegiatan bimbingan, dan memperluas ruang gerak
lebih-lebih bila jumlah tenaga bimbingan terbatas. Keuntungan yang dirasakan di pihak
siswa adalah siswi lebih rela menerima diri setelah menyadari bahwa
teman-temannya sering menghadapi persoalan yang kerap kali sama, diberi kesempatan
untuk mendiskusikan suatu masalah bersama-sama, melatih menerima suatu
pendapat yang dikemukakan oleh teman lain, dan tertolong mengatasi suatu masalah
yang dirasa sulit untuk dibicarakan langsung dengan konselor.
Kerugian pelaksanaan bimbingan klasikal adalah kontak pribadi antara konselor
dan masing-masing siswi dibatas dan kurang mendalam sehingga konselor sulit
mengevaluasi apakah pelayanannya mencapai sasaran atau tidak. Selain itu siswi
kurang dapat diajak untuk berefleksi lebih mendalam ( Winkel, 1997 ).
4. Materi Bimbingan
Dalam memberikan bimbingan, baik secara individual maupun secara kelompok,
seorang guru pembimbing diharapkan dapat memperkirakan materi yang sesuai
dengan kebutuhan siswa yang dibimbing. Menurut Winkel (1991) materi bimbingan
a. Pengetahuan dan pemahaman konselor di berbagai bidang ilmu sosial, seperti
ilmu antropologi, ilmu ekonomi, dan ilmu psikologi dengan berbagai cabangnya.
b. Hasil refleksi konselor sendiri dan tokoh masyarakat terhadap keadaan
masyarakat di berbagai bidang kehidupan, termasik bidang pendidikan sekolah.
c. Perumusan tujuan pendidikan nasional dan perumusan tujuan institusional.
d. Daftar masalah yang dihadapi oleh kaum muda, yang disusun oleh para ahli di
bidang pendidikan dan psikologi.
e. Usulan dari para siswa sendiri.
f. Hasil penelitian yang diadakan oleh konselor sekolah sendiri dengan
menyebarkan sebuah daftar cek masalah di tingkat kelas tertentu. Dalam
penelitian ini daftar cek masalah diganti dengan angket yang berisi tentang
kesulitan belajar yang mungkin dialami para siswa. angket ini memiliki tujuan
yang serupa dengan daftar cek masalah yaitu untuk mendapatkan informasi
mengenai masalah yang dialami siswa.
g. Pengalaman konselor selama sejumlah tahun.
5. Tujuan Bimbingan
Bimbingan belajar bertujuan sebagai berikut :
a. Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, terutama dalam mengerjakan
tugas dalam mengembangklan keterampilan serta dalam sikap terhadap guru.
b. Menumbuhkan displin belajar dan melatih baik secara madiri maupun
kelompok.
c. Mengembangkan pemahaman dan pemanfatan kondisi fisik, sosial dan
39 BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini, memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian,
antara lain jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, dan teknik
pengumpulan data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Furchan
(1982: 415-418) mengatakan penelitian deskriptif dengan metode survei dirancang
untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data yang relatif terbatas dari
kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Jenis penelitian survai adalah jenis
penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan
bukan informasi tentang individu (Furchan, 1982: 418).
Dalam penelitian ini tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan
seperti pada penelitian eksperimental. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mendeskripsikan kesulitan belajar yang dialami siswi kelas XI SMA seperti yang
dimaksudkan pada alat pengumpulan data.
Sifat deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
mengenai kesulitan belajar yang dialami para siswa kelas XI SMA Stella Duce 2
B. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah seluruh siswa
kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 yang terdiri
dari lima kelas yaitu kelas XI IPS1, XI IPS2, XI IPS3, XI IPA, dan XI BAHASA
dengan jumlah keseluruhan 106 siswi dan berusia 16 sampai 18 tahun. Siswi
kelas XI dipilih sebagai subjek penelitian karena siswi kelas XI sudah cukup
lama tinggal di sekolah dan mengalami proses belajar mengajar di sekolah
sehingga dianggap cukup menyadari kesulitan-kesulitan belajar yang dialaminya.
Sedangankan kelas X baru menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru
dan siswi kelas XII akan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian akhir
(EBTANAS). Rincian jumlah siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1 : Perincian Siswi Kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun
Ajaran 2010/2011
Kelas Jumlah siswa
XI IPS1
Jumlah seluruh siswa 106
Subjek penelitian ini adalah siswi SMA kelas XI karena diasumsikan bahwa
siswi kelas XI sudah memiliki penyesuaian diri yang cukup baik di lingkungan
sekolah sehingga mereka mampu menyadari tantangan yang dihadapi sebagai