• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat penyesuaian diri terhadap kehidupan di sekolah para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010 dan implikasinya terhadap usulan topik bimbingan - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tingkat penyesuaian diri terhadap kehidupan di sekolah para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010 dan implikasinya terhadap usulan topik bimbingan - USD Repository"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENYESUAIAN DIRI

TERHADAP KEHIDUPAN DI SEKOLAH

PARA SISWI KELAS X SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK BIMBINGAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Sigit Sudarisman

NIM. 041114025

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

TINGKAT PENYESUAIAN DIRI

TERHADAP KEHIDUPAN DI SEKOLAH

PARA SISWI KELAS X SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK BIMBINGAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Sigit Sudarisman

NIM. 041114025

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

TUHAN, gembalaku yang baik

“Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.

Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku

dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN

sepanjang masa” (Mazmur 23)

(6)

v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Maret 2011 Penulis,

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Sigit Sudarisman NIM : 041114025

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Tingkat Penyesuaian Diri Terhadap Kehidupan di Sekolah Para Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 Dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik Bimbingan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada Tanggal 16 Maret 2011

Yang menyatakan,

(8)

vii

ABSTRAK

TINGKAT PENYESUAIAN DIRI TERHADAP KEHIDUPAN DI SEKOLAH

PARA SISWI KELAS X SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK BIMBINGAN

Sigit Sudarisman Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat penyesuaian diri para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010. Masalah pertama yang diteliti adalah “Bagaimana tingkat penyesuaian diri terhadap kehidupan di sekolah para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010?”. Masalah yang kedua adalah “Berdasarkan hasil penelitian nomor satu, topik-topik bimbingan apakah yang sesuai dengan para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010?”

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survey. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang berjumlah 122 siswi. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner penyesuaian diri yang terdiri dari 50 item pernyataan yang bersifat favorable dan unfavorable yang dikembangkan peneliti berdasarkan teknik penyusunan skala model Likert, dengan empat alternatif jawaban yang disusun dengan sistem summated rating scale. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan membuat tabulasi skor dari masing-masing item, menghitung skor total masing responden, menghitung skor total masing-masing item, selanjutnya mengkategorisasikan penyesuaian diri berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang disusun berdasarkan Azwar (1999:108). Kategorisasi ini terdiri dari lima jenjang yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

(9)

viii

ABSTRACT

THE SELF ADJUSTMENT LEVEL TO LIFE AT SCHOOL OF THE FIRST GRADE STUDENTS

OF SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA IN 2009/2010 PERIOD AND THE IMPLICATION OF GUIDANCE TOPIC PROPOSITIONS

Sigit Sudarisman Sanata Dharma University

2011

This research is a descriptive research that aims to get the description about the self adjustment level of the first grade students of SMA STELLA DUCE 2 Yogyakarta in the 2009/2010 period. The first problem observed is “How is the self adjustment level to life at school of the first grade students of SMA STELLA DUCE 2 Yogyakarta in 2009/2010 period?” The second problem is “Based on the result of the first observation, what are the topics that are appropriate for the first grade students of SMA STELLA DUCE 2 Yogyakarta in 2009/2010 period?”

The type of the research which is used in this research is descriptive research with the survey method. The research subjects are all first grade students of SMA STELLA DUCE 2 Yogyakarta, which consist of 122 students. The research instrument is a questionnaire of self adjustment with a total of 50 favorable and unfavorable questions, that are developed by the researcher based on the technique of Likert scale. The questionnaire consists of with four alternative answers prepared with the summated rating scale system. The data analysis technique in this research is by making score tabulation of each item, calculating the total score of each respondent, calculating the total score of each item, then categorizing the self adjustment based on the normal distribution with the continuum level as Azwar stated (1999 : 108). This category consists of five levels that are very low, low, medium, high, and very high.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Mahakasih, atas segala rahmat dan pendampingan-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai. Berkat penyertaan dan bimbingan-Nya, peneliti mendapatkan kekuatan dan semangat untuk tekun dalam penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling.

Disadari bahwa skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan, perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A., selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh kesabaran, keramahan, ketulusan hati, pengertian telah memberikan bimbingan, petunjuk, masukan, pikiran, waktu, tenaga, dan dukungan kepada peneliti sehingga tersusunnya skripsi ini.

2. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan ijin untuk penulisan skripsi ini.

3. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang dengan kesabaran dan ketulusannya telah membimbing dan mendidik serta membagikan kekayaan ilmunya.

(11)

x

Sekolah SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, Ibu Ax. Eko Suspriyatiningsih, S.Pd. selaku Koordinator Bimbingan dan Konseling SMA Stella Duce 2 Yogyakarta serta Ibu V. Siwi Sridinarti, S.Pd.

5. Seluruh siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010, atas kerjasamanya dalam pengisian Kuesioner Penyesuain Diri. 6. Bapak dan Ibu tercinta Salimin Siswomiharjo (Alm) dan Mardiyah. Atas doa,

dukungan, perhatian, cinta, biaya yang telah diberikan, serta untuk kakak-kakakku tercinta Mas Manto, Mas Madi, Mas Yono atas doa serta dukungannya.

7. Sahabat-sahabatku tercinta di KKY (Sepri, Kris ‘Kumiz’, Asep, Pikal) terimakasih atas sharing, doa, dukungan dan kebersamaannya selama ini. Yasinta, Sr. Lina FdCc, Priska, Irna, Aca, Ria atas dukungan dan kebersamaannya.

8. Teman-teman BK angkatan 2004 kelas A dan B: Ardi, Dita, Marsell, Br.Yulius, Anting, Tina, Sr.Yus, Elshi, Sr.Brig, Sr.Hil, Tian, mbak Ratna, Sr.Eva, Rm.Agus, dan lain-lain. Teman BK Angkatan 2003 (Bismo, Asep, Pitra, Erna, dll) Terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya.

(12)

xi

10. Seseorang di masa lalu yang kembali hadir dan menjadi motivatorku untuk berani mengejar impian lagi serta memberikan semangat dalam menjalani kehidupan. Terima kasih atas cinta, perhatian, dukungan, dan kebersamaannya.

11. Teman-teman seperjuangan bimbingan skripsi yang telah memberikan masukan yang berguna dan semangat bagi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

12. Semua pihak yang telah membantu peneliti yang tidak dapat disebutkan satu per satu namun telah banyak membantu.

Disadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu saran dan kritik terhadap karya ini sangat disyukuri dan dihargai. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Terima Kasih.

(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

(14)

xiii BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Penyesuaian Diri ... 6

1. Pengertian Penyesuaian Diri ... 6

2. Ciri-Ciri Penyesuaian Diri ... 8

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri ... 13

B. Penyesuaian Diri dalam Kehidupan di Sekolah ... 16

1. Sekolah ... 16

2. Kehidupan Sekolah ... 17

3. Penyesuaian Diri dalam Kehidupan di Sekolah ... 19

C. Bimbingan ... 21

1. Pengertian Bimbingan ... 21

2. Bidang Bimbingan ... 23

3. Bimbingan dan Penyesuaian Diri ... 24

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26

B. Subjek Penelitian ... 26

C. Alat Pengumpul Data ... 27

1. Jenis Alat Ukur ... 27

2. Format Pernyataan ... 28

3. Penentuan Skor ... 29

4. Kisi-kisi Kuesioner ... 30

(15)

xiv

6. Validitas dan Reliabilitas ... 33

D. Analisis Data ... 37

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Penyesuaian Diri terhadap Kehidupan di Sekolah Para Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 ... 43

B. Pembahasan ... 44

C. Implikasi hasil penelitian bagi penyusunan topik bimbingan ... 49

BAB V : USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN ... 52

BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan ... 56

B. Saran-saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 : Rincian Populasi Siswi Kelas X ... 27 Tabel 2 : Kisi-kisi Kuesioner ... 30 Tabel 3 : Rincian Item yang Gugur ... 36 Tabel 4 : Norma Kategorisasi Tingkat Penyesuaian Diri

Siswi Kelas X SMA Stella Duce2 ... 39 Tabel 5 : Norma Kategorisasi Skor Item Tingkat Penyesuaian Diri

Para Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta ... 41 Tabel 6 : Kategorisasi Penyesuaian Diri terhadap Kehidupan di Sekolah

Para Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2009/2010... 43 Tabel 7 : Kategorisasi Skor Item Tingkat Penyesuaian Diri

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Kuesioner ... 60

Lampiran 2 : Lembar Jawab Kuesioner ... 65

Lampiran 3 : Hasil Uji Reliabilitas ... 66

Lampiran 4 : Tabulasi Data ... 68

Lampiran 5 : Daftar Nama Professional Judgement ... 72

Lampiran 6 : Surat Judgement Ahli ... 73

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat seseorang memasuki lingkungan yang baru ia harus menyesuaikan lingkungan itu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Begitu pula pada siswa yang masuk ke lingkungan sekolah yang baru, ia dituntut untuk mengenal lingkungan sekolahnya baik gedung, karyawan, guru, teman-teman, tata tertib, dan lain-lain. Siswa mengenal lingkungan sekolah melalui kegiatan yang sudah diprogramkan oleh sekolah yaitu Masa Orientasi Sekolah (MOS). Kegiatan ini bertujuan membantu siswa baru mengenal keadaan sekolahnya dan mempercepat proses penyesuaian diri siswa.

(19)

2

Seorang siswa yang baru masuk SMA, dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Sekolah bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada siswa, khususnya bimbingan untuk menyesuaikan diri. Tuntutan untuk menyesuaikan diri di lingkungan yang baru dapat menimbulkan masalah bagi siswa. Dalam memenuhi tuntutan ini ada siswa yang cepat menyesuaikan diri. Ada pula siswa yang lambat menyesuaikan diri.

Penyesuaian diri sangat penting bagi siswa demi kelancaran kegiatan belajar siswa. Penyesuaian diri yang baik akan membantu siswa menghadapi masalah kehidupan. Bila siswa dapat menyesuaikan diri secara tepat terhadap lingkungan sekolah, siswa akan merasa puas, senang, dan menganggap dirinya berhasil di lingkungan sekolah. Sebaliknya ketidakmampuan siswa di dalam penyesuaian diri dapat menghambat siswa di dalam proses perkembangan belajarnya dan dapat menghambat siswa menikmati segala bentuk bantuan pendidikan dari sekolah. Keadaan seperti ini dapat mendorong siswa untuk melakukan tindakan penyesuaian diri yang menyimpang, seperti membolos, berkelahi, minum minuman keras, mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

Masalah-masalah yang dihadapi oleh remaja khususnya yang dialami siswa di sekolah tidak hanya memprihatinkan bagi guru maupun orang tua siswa, tapi masalah ini menjadi tantangan bagi guru pembimbing di sekolah untuk dapat mencari jalan keluar yang tepat bagi siswa, sehingga siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar di sekolah dengan baik.

(20)

3

dan siswa yang sedang tidak mengahadapi masalah. Bimbingan yang bersifat preventif (pencegahan) diberikan kepada siswa yang tidak bermasalah, sedangkan bimbingan yang bersifat rehabilitasi (perbaikan) diberikan kepada siswa yang bermasalah. Pelayanan bimbingan yang diberikan di sekolah diharapkan dapat memperkecil bahkan mencegah permasalahan yang mungkin muncul dalam diri siswa. Pelayanan bimbingan dapat membantu siswa di dalam pengembangan kemampuan untuk menyelesaikan masalah penyesuaian diri. Materi bimbingan mencakup bimbingan pribadi, sosial, akademik, dan karier.

Alasan yang mendasari penelitian ini adalah siswa kelas X Sekolah Menengah Atas mengalami perpindahan lingkungan pendidikan dari Sekolah Menengah Pertama ke Sekolah Menengah Atas dan ini menuntut siswa melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah yang baru, yang menyangkut keadaan sekolah, guru mata pelajaran, pergaulan dengan teman sebaya, dan pelaksanaan tata tertib sekolah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat penyesuaian diri terhadap kehidupan di sekolah para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010? 2. Berdasarkan hasil penelitian nomor satu, topik-topik bimbingan apakah

(21)

4

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sejauh mana tingkat penyesuaian diri terhadap kehidupan di sekolah para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010.

2. Mengusulkan topik-topik bimbingan yang sesuai dengan penyesuaian diri para siswi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru pembimbing di SMA untuk mengembangkan topik pelayanan bimbingan khususnya penyesuaian diri di sekolah.

b. Bagi para siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta untuk memahami sejauh mana tingkat penyesuaian diri mereka selama berada di sekolah tersebut.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bacaan dalam bidang bimbingan dan konseling yang terkait dengan topik penyesuaian diri.

E. Batasan Istilah

(22)

5

Penyesuain diri dalam hal ini menyangkut seluruh komponen yang ada di sekolah, yang meliputi lingkungan sekolah, kegiatan akademik, tata tertib sekolah, serta hubungan antar sesama. Dalam penelitian ini penyesuaian diri diukur dengan menggunakan kuesioner penyesuaian diri yang disusun oleh peneliti.

2. Siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah para siswi yang tercatat sebagai siswi di kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010.

(23)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penyesuaian Diri

1. Pengertian penyesuaian diri

Setiap orang diharapkan mengadakan penyesuaian diri terhadap diri sendiri dan lingkungan. Salah satu ciri pokok dari orang yang sehat mental ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan hidupnya. Penyesuaian diri merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap orang. Jika penyesuaian diri seseorang berlangsung baik maka ia akan mengalami kebahagiaan dalam menjalani hidup. keadaan yang demikian akan memacu kinerja seseorang dalam melakukan kegiatan-kegiatan dalam kehidupannya.

Penyesuaian diri seseorang erat hubungannya dengan keberhasilan dan kebahagiaan pada masa kehidupan selanjutnya. Hal ini disebabkan oleh perilaku dan sikap yang dibentuk pada masa muda cenderung menetap. Siswa yang berhasil menyesuaikan diri dengan baik di kelas satu SMA kemungkinan besar akan menyesuaikan diri dengan baik pula di kelas atasnya. Siswa yang gagal melakukan penyesuaian diri akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

(24)

7

sebagai adaptasi (adaptation) yaitu penyesuaian diri cenderung diartikan sebagai usaha mempertahankan diri secara fisik. Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity) menyiratkan bahwa individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku baik secara moral, sosial, maupun emosional. Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery) yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustasi tidak terjadi.

Gerungan (1986:55) mengartikan penyesuaian diri yaitu mengubah diri sesuai dengan lingkungan dan mengubah lingkungan sesuai dengan diri. Gunarsa (1979) mengartikan penyesuaian diri sebagai suatu tindakan seseorang dalam membentuk pola-pola aktivitas dan sikap-sikap lain yang sesuai dengan keadaan baru.

Menurut Hurlock (1990:287), penyesuaian diri adalah keberhasilan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan orang lain dan dengan kelompok. Gerungan (Mappiare, 1982:156), mengartikan penyesuaian diri sebagai usaha dan kemampuan individu dalam mengikuti tuntutan perubahan sosial di sekitarnya.

(25)

8

kematangan emosi yaitu respon emosional yang tepat pada setiap situasi yang dihadapi. Penyesuaian diri sebagai hygiene fisik berarti memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik dengan hidup teratur sehingga dapat mengatasi semua kelelahan dan gangguan batin. Penyesuaian diri sebagai reaksi seksual yang wajar berarti memiliki kemampuan untuk mengadakan reaksi yang wajar terhadap realita seks dengan sikap yang matang dan dengan disiplin diri.

Dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa penyesuaian diri adalah usaha tiap manusia untuk memenuhi tuntutan dari dalam diri dan tuntutan dari luar diri sehingga mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungannya.

2. Ciri-ciri penyesuaian diri yang baik

Penyesuaian diri yang baik berarti kemampuan individu untuk dapat mengadakan relasi yang baik terhadap orang-orang yang ada di lingkungan tempat tinggal yang baru dan dapat merasakan kenyamanan tinggal di lingkungan yang baru.

Menurut Heuken (1992:43) penyesuaian diri yang baik berarti orang yang bersangkutan dapat memenuhi hasrat, keperluan, keinginan serta tuntutan dari lingkungan secara wajar dan dapat mendekatkan orang tersebut pada tujuan dan maksud sebenarnya.

(26)

9

a. Persepsi yang tepat pada kenyataan

Setiap individu dalam menjalani hidupnya selalu mengalami apa yang disebut persepsi sebagai hasil penghayatan terhadap berbagai perangsang (stimulus) yang berasal dari lingkungan. Menurut Ali (2005:193) Persepsi adalah proses individual dalam menginterpretasikan, mengorganisasikan, dan memberi makna kepada stimulus yang berasal dari lingkungan di mana individu itu berada yang merupakan hasil dari proses belajar dan pengalaman. Supratiknya (2006:10) menyatakan orang yang mempunyai persepsi terhadap realitas adalah orang yang memiliki pandangan yang realistik terhadap diri sendiri dan terhadap dunia, orang maupun benda di sekelilingnya.

b. Kemampuan untuk mengatasi stres dan kecemasan

(27)

10

tujuan dan prioritas, komitmen, istirahat sejenak, dan hiduplah dari hari ke sehari.

c. Memiliki gambaran diri yang positif

Menurut Desmita (2009:164) konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan. Semakin baik atau positif konsep diri seseorang maka akan semakin mudah ia mencapai keberhasilan. Dengan konsep diri yang baik/ positif seseorang akan bersikap optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses dan berani pula gagal, penuh percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, serta bersikap dan berpikir secara positif. Menurut Winkel (2004:727) gambaran diri meliputi beberapa aspek, yaitu: nilai-nilai kehidupan yang menjadi ideal yang kita kejar dalam hidup ini; cita-cita pribadi di bidang pekerjaan tertentu dan bidang ilmu tertentu; kemampuan otak pada umumnya dan bakat khusus; dan ciri-ciri kepribadian yang berupa sifat-sifat yang melekat pada diri kita.

d. Kemampuan untuk mengekspresikan diri

(28)

11

manusia, yang memungkinkan kita untuk bertindak menurut kepentingan kita sendiri, untuk membela diri sendiri tanpa kecemasan yang tidak semestinya, untuk mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, untuk menerapkan hak-hak pribadi kita tanpa menyangkali hak-hak orang lain”

e. Memiliki hubungan antar pribadi yang baik

Tidak benar anggapan orang bahwa makin sering orang melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain, makin baik hubungan mereka. Yang menjadi soal bukanlah berapa kali komunikasi dilakukan tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan. Bila antara dua orang berkembang sikap curiga, makin sering berkomunikasi akan semakin jauh jaraknya. Menurut Rakhmat (1986:162) ada beberapa faktor yang dapat menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu kepercayaan, sikap suportif, dan sikap terbuka.

Kartono (1971:121) menyebutkan ciri-ciri orang yang menyesuaikan diri dengan baik adalah sebagai berikut:

a. Dapat melakukan regulasi pengontrolan diri, yaitu kontrol terhadap pikiran, angan-angan, keinginan-keinginan, dorongan-dorongan emosi, dan sentimen dan segenap tingkah laku.

b. Mengenal segala kemampuan beserta batas-batasnya

c. Memiliki konsep yang sehat tentang diri sendiri yaitu ada pengakuan diri dan menerima nasib dengan sikap yang rasional.

(29)

12

e. Mampu untuk mengadakan adaptasi yang baik terhadap perubahan sosial dan perubahan diri sendiri.

f. Memiliki kemampuan utuk bersikap sehat, obyektif tepat dan realistis terhadap realita hidup.

Desmita (2009:195) mengungkapkan penyesuaian diri yang sehat dapat dilihat dari empat aspek kepribadian, yaitu:

a. Kematangan emosional mencakup aspek-aspek: 1) Kemantapan suasana kehidupan emosional.

2) Kemantapan suasana kehidupan kebersamaan dengan orang lain.

3) Kemampuan untuk santai, gembira dan menyatakan kejengkelan.

4) Sikap dan perasaan terhadap kemampuan dan kenyataan diri sendiri.

b. Kematangan intelektual mencakup aspek-aspek: 1) Kemampuan mencapai wawasan diri sendiri.

2) Kemampuan memahami orang lain dan keragamannya. 3) Kemampauan mengambil keputusan.

4) Keterbukaan dalam mengenal lingkungan. c. Kematangan sosial mencakup aspek-aspek:

1) Keterlibatan dalam partisipasi sosial. 2) Kesediaan kerja sama.

3) Kemampuan kepemimpinan. 4) Sikap toleransi.

5) Keakraban dalam pergaulan.

d. Tanggung jawab mencakup aspek-aspek: 1) Sikap produktif dalam mengembangkan diri.

2) Melakukan perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel.

3) Sikap altruisme, empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal.

4) Kesadaran akan etika dan hidup jujur.

5) Melihat perilaku dari segi konsekuensi atas dasar sistem nilai.

6) Kemampuan bertindak independen.

(30)

13

kondisi yang ada, serta dapat menunjukkan reaksi emosi yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi tersebut. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang mampu menerima kenyataan hidup dan dapat menjalin relasi yang baik dengan orang lain. Jika penyesuaian diri tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka orang akan dapat mengalami kebahagiaan dalam hidupnya serta dapat menjalankan aktivitas kehidupan tanpa mengalami banyak hambatan yang berarti.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri

Menurut Hariyadi (dalam http://one.indoskripsi.com), mengatakan bahwa pada dasarnya penyesuaian diri dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, yaitu:

a. Faktor-faktor internal, meliputi:

1) Faktor motif, merupakan dorongan yang menyebabkan adanya tingkah laku guna memenuhi kebutuhan individu dalam hubungannya dengan lingkungan sosialnya (Ahmadi, 2002:192) 2) Faktor harga diri, yaitu bagaimana seorang individu memandang

(31)

14

memiliki kemampuan untuk melakukan penyesuaian yang menyenangkan.

3) Faktor persepsi, yaitu pengamatan dan penilaian individu terhadap objek peristiwa dan kehidupan, baik melalui proses kognisi maupun afeksi untuk membentuk konsep dengan objek tersebut. 4) Faktor sikap, yaitu kecenderungan individu untuk berperilaku baik

atau menyimpang. Individu yang bersikap baik terhadap sesuatau yang dihadapi akan lebih memiliki peluang untuk melakukan penyesuaian diri.

5) Faktor inteligensi dan minat, yaitu inteligensi merupakan modal untuk menalar, menganalisis dan menyimpulkan berdasarkan argumentasi yang matang, sehingga dapat menjadi dasar dalam melakukan penyesuaian diri. Individu yang memiliki minat terhadap sesuatu akan memiliki penyesuaian yang cepat dan lancar tentunya didukung pula dengan inteligensi yang baik.

6) Faktor kepribadian, yaitu individu yang memiliki kepribadian ekstrovet akan lebih lentur dan dinamis, sehingga mudah melakukan penyesuaian diri.

b. Faktor-faktor eksternal, meliputi:

(32)

15

persahabatan, saling menghargai, dan saling bekerjasama akan sangat membantu perkembangan penyesuaian diri anak.

2) Faktor kondisi sekolah, lingkungan sekolah menjadi sarana bagi siswa dalam bersosialisasi dengan teman, guru dan karyawan. Dengan demikian akan membantu siswa dalam perkembangan intelektual, moral, dan perilaku-perilaku sosial siswa yang berpengaruh terhadap perkembangan penyesuaian diri mereka. 3) Faktor kelompok sebaya, pembentukan hubungan yang erat

diantara kelompok sebaya akan penting pada masa remaja. Sesuatu yang sulit bagi remaja menjauh dari kelompoknya, remaja mengungkapkan pada kelompok sebaya apa yang tersimpan di dalam hatinya, pemikiran dan perasaan. Remaja merasa menemukan telinga yang mau mendengarkan dan hati yang terbuka untuk bersatu dengannya. Dengan demikian, penerimaan kelompok sebaya terhadap diri remaja akan membantu dalam memahami dan menerima diri sehingga remaja menemukan cara penyesuaian diri yang tepat dan sesuai dengan potensinya. (http://www.bali-travelnews.com)

(33)

16

pasif, nakal, suka menentang orang tua, suka diatur, malas, dan semacamnya. Prasangka semacam ini yang akan menghambat remaja dalam proses menyesuaikan diri.

5) Faktor hukum dan norma sosial, yang dimaksudkan disini adalah pelaksanaan tegaknya hukum dan norma sosial hanya merupakan “slogan”, artinya tidak ditegakkan sebagaimana mestinya sehingga dapat melahirkan remaja yang malas (maladjusted). Bila suatu masyarakat benar-benar konsekuen menegakkan hukum dan norma yang berlaku, niscahya akan mengembangkan remaja-remaja yang “welladjusted”, mudah dipahami bahwa faktor ketidak pastian hukum dan dilecehkannya norma sosial akan sangat berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri remaja.

B. Penyesuaian Diri Terhadap Kehidupan di Sekolah

1. Sekolah

Sekolah adalah suatu lembaga pendidikan, tempat guru mengajar dan siswa belajar, maka terjadilah proses belajar mengajar, dimana para siswa dapat meningkatkan dan memperkembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, pandangan hidup, tata pergaulan, dan hasil karyanya. (Depdikbud, 1984:3).

(34)

17

diri mereka dan sanggup menyesuaikan diri sekarang dan hari-hari selanjutnya. Sekolah adalah masyarakat bagi para remaja, dimana mereka menghabiskan sebagian besar waktunya (Daradjat, 1974:96). Di sana mereka berkumpul baik laki-laki maupun perempuan dalam jangka umur yang relatif sama dengan sikap yang bersamaan, oleh karena itu seorang remaja akan dapat menyatukan dirinya dan mendapat teman dalam masyarakat sekolah di tengah teman-temannya.

Sunarto dan Agung Hartono (2002:235) mengungkapkan sekolah mempunyai peranan sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial, dan moral para siswa. Suasana di sekolah baik sosial maupun psikologis menentukan proses dan pola penyesuaian diri. Di samping itu, hasil pendidikan yang diterima anak di sekolah akan merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat.

2. Kehidupan sekolah

Menurut Nasution (1992:4), kehidupan sekolah dibagi menjadi empat unsur yaitu:

(35)

18

b. Kegiatan akademik adalah kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan sekolah, baik kegiatan kurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan kurikuler adalah kegiatan belajar mengajar di kelas, yaitu pada saat jam pelajaran. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan di luar jam sekolah yang bertujuan untuk mengembangkan bakat serta kemampuan siswa di luar mata pelajaran.

c. Tata tertib sekolah adalah peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah, yang bertujuan untuk mengatur siswa selama berada di lingkungan sekolah sehingga siswa menjadi orang yang disiplin.

d. Hubungan antar sesama adalah hubungan yang terjadi di dalam sekolah antara siswa dengan teman sebaya, siswa dengan guru dan siswa dengan karyawan yang ada di sekolah.

Kehidupan sekolah tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain sebab keempat bidang di atas antara satu dengan yang lainnya bersifat saling mendukung dan saling mempengaruhi.

Nasution (1992:230), mengungkapkan bahwa keberhasilan siswa dalam melakukan kegiatan belajar di sekolah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

(36)

19

2. Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa) yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi belajar mengajar siswa yakni guru, kualitas proses belajar mengajar, hubungan siswa dengan teman, dan guru serta lingkungan sekolah.

3. Penyesuaian diri terhadap kehidupan di sekolah

Sekolah memegang peranan penting dalam proses penyesuaian diri siswa, karena sekolah merupakan lembaga yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak selain keluarga. Jika dalam lingkungan sekolah sejak awal siswa kelas satu dilatih, dibimbing dan diarahkan maka siswa tersebut akan mampu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya serta akan membawa dampak yang positif dan menguntungkan bagi perkembangan siswa selanjutnya.

Di sekolah siswa dihadapkan pada berbagai penyesuaian diri. Khususnya bagi siswa baru, sekolah merupakan lingkungan baru dengan segala situasi dan kondisi yang serba baru pula. Penyesuaian diri merupakan suatu kebutuhan yang mendorong mereka untuk cepat atau lambat harus dipenuhi. Apabila siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik, maka ia akan merasa gelisah dan tertekan dalam bertingkah laku.

(37)

20

1. Penyesuaian diri dengan guru berarti siswa mampu menerima cara atau metode yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran, sehingga siswa dapat mengerti dan memahami materi pelajaran tersebut. Siswa dapat menerima sikap guru dalam memperlakukan dirinya dan juga teman sebayanya di sekolah sehingga siswa dapat menjalin komunikasi dan hubungan yang baik dengan guru di sekolah. 2. Penyesuaian diri dengan teman sebaya berarti siswa mampu menerima

dan merasa diterima dalam pergaulan dengan teman sebaya, baik lawan jenis maupun dengan teman berjenis kelamin yang sama. Siswa mampu bekerja sama dengan teman sebaya, dimana siswa dapat mengembangkan sikap tenggang rasa dan setia kawan dalam pergaulan. Selain itu siswa juga dapat memahami teman sebayanya, baik secara individu maupun secara kelompok sehingga mereka dapat saling membantu dalam proses belajar di sekolah dan dalam proses pengembangan diri kearah yang lebih baik.

3. Penyesuaian diri terhadap mata pelajaran berarti siswa mampu menerima, memahami dan mengerti materi pelajaran tersebut sehingga ia dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Memahami mata pelajaran berarti siswa benar-benar mengerti isi dari materi pelajaran yang disampaikan dan dapat menjelaskan kembali materi pelajaran sesuai dengan pemahamannya sendiri.

(38)

21

sekolah. Aturan yang dimaksud antara lain adalah siswa harus mengikuti jadwal pelajaran yang telah ditetapkan, aturan keluar masuk kelas pada saat jam pelajaran sedang berlangsung, menyerahkan surat ijin apabila tidak masuk sekolah, tidak boleh memakai perhiasan dan make-up yang berlebihan, membayar uang sekolah tepat pada waktunya, dan tidak boleh membawa senjata tajam.

5. Penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah berarti siswa mengenal seluk beluk gedung sekolah, tata tertib sekolah, program dan pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah serta bagaimana relasi dengan guru maupun dengan teman sebaya di sekolah.

C. Bimbingan

1. Pengertian bimbingan

Kartono (1985:9) mengemukakan bimbingan adalah pertolongan yang diberikan oleh seseorang yang telah dipersiapkan (dengan pengetahuan, pemahaman, keterampilan-keterampilan tertentu yang diperlukan dalam menolong) kepada orang lain yang memerlukan pertolongan.

Moegiadi (Winkel & Hastuti, 2004:29) mengartikan bimbingan sebagai berikut:

(39)

22

b. Suatu cara pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya.

c. Sejenis pelayanan kepada individu-individu, agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan di mana mereka hidup. d. Suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu

dalam hal: memahami diri sendiri; menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan.

Aryatmi (1983:3) mengungkapkan bahwa bimbingan adalah pertolongan yang disediakan oleh konselor-konselor yang mampu kepada seorang individu, dari umur berapapun juga, yang maksudnya menolong individu itu agar dapat mengatur hidupnya sendiri, mengembangkan pendapat sendiri, mengambil keputusan-keputusan yang dihadapi, dan memikul bebannya sendiri.

(40)

23

kepada individu yang ditolong agar ia mencapai memiliki kehidupan yang layak, dan bahagia di dalam masyarakat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program bimbingan di sekolah adalah program pendidikan sekolah yang dilayani oleh tenaga pendidik professional (guru pembimbing) untuk membantu siswa sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam kehidupan di sekolah.

2. Bidang bimbingan

Menurut Winkel (2004:114) bidang bimbingan dibagi menjadi bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan akademik, dan bimbingan karier.

a. Bidang bimbingan pribadi

Bimbingan pribadi ialah bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, dan sebagainya.

b. Bidang bimbingan sosial

Bimbingan sosial ialah bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).

c. Bidang bimbingan akademik

(41)

24

dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.

d. Bidang bimbingan karier

Bimbingan karier ialah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/ profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki.

3. Bimbingan dan penyesuaian diri

Kegiatan bimbingan di sekolah diharapkan dapat membantu para siswa memiliki pemahaman dan kemampuan mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan tidak sekedar mengikuti pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri dan berani menanggung sendiri efek serta konsekuensin dari tindakan-tindakannya.

Peran konselor terhadap perkembangan kepribadian para siswa memiliki arti penting. Di sekolah, konselor berusaha membantu para siswa menyesuaikan diri dengan kehidupan sekolah. Para siswa diharapkan mampu menjalin interaksi sosial dengan teman sekolah, para guru dan karyawan sekolah. Para siswa diharapkan mampu menyesuaikan diri terhadap tuntutan peraturan sekolah dan keadaan lingkungan fisik.

(42)

25

berusaha membuka wawasan dan pemahaman para siswa terhadap tuntutan lingkungan sosial yaitu sekolah. Konselor diharapkan dapat memberikan ide dan informasi penting agar para siswa bisa menyesuaikan diri dan mengambil perilaku yang tepat.

Layanan bimbingan yang dilakukan di sekolah antara lain adalah layanan orientasi. layanan ini diharapkan dapat membantu siswa mengatasi hambatan-hambatan dalam menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan sekolah dan interaksi sosial dengan teman di sekolah.

(43)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan (Furchan, 2005:415). Survei ini bertujuan mengumpulkan informasi tentang penyesuaian diri terhadap kehidupan di sekolah yang dilakukan oleh para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 122 siswi.

(44)

27

Tabel 1. Rincian Siswi Kelas X

Kelas Jumlah Siswi

XA 31 XB 31 XC 32 XD 32 Total 126

Penelitian ini menggunakan 4 kelas. Pada saat dilaksanakan penyebaran kuesioner, jumlah siswa yang hadir 122 orang siswi sedangkan 4 orang siswi berhalangan hadir.

C. Alat Pengumpul Data

1. Jenis alat ukur

Alat ukur penyesuaian diri ini menggunakan metode penskalaan Likert. Metode ini dikembangkan oleh Likert (1932), merupakan contoh dari metode “summated ratings scale”. Skala ini merupakan metode sederhana dan langsung untuk mengukur sikap.

(45)

28

di mana alternatif jawaban yang netral (di tengah) mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau ragu-ragu.

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner penyesuaian diri yang dilakukan oleh para siswi kelas X. Kuesioner ini disusun berdasar masalah penelitian, variabel penelitian, dan isi kajian teoritis. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang pertama berisi kata pengantar, identitas dan petunjuk pengisian. Bagian yang kedua berisi pernyataan tentang penyesuaian diri terhadap kehidupan sekolah yang dilakukan oleh para siswi kelas X.

2. Format pernyataan

Pernyataan dalam skala ini adalah pernyataan favorabel dan pernyataan unfavorabel. Pernyataan favorabel adalah pernyataan positif yang isinya menggambarkan penyesuaian diri yang ideal. Pernyataan unfavorabel adalah pernyataan negatif yang isinya menggambarkan kurangnya penyesuaian diri siswa. Maka dalam pemberian skor, setiap respon positif terhadap item favorabel akan diberi bobot yang lebih tinggi daripada respon negatif. Sebaliknya untuk item unfavorabel, respon positif akan diberi skor yang bobotnya lebih rendah daripada respon negatif (Azwar, 2007:27).

(46)

29

3. Penentuan skor

Pernyataan berisi tentang penyesuaian diri yang dilakukan oleh para siswi kelas X terhadap kehidupan sekolah. Ada empat alternatif pilihan jawaban yaitu sangat sering, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Skor tiap pilihan jawaban terbagi atas item favorable dan unfavorable.

a. Untuk item favorable

Alternatif jawaban Skor

Tidak Pernah 1

Kadang-kadang 2

Sering 3

Sangat Sering 4

b. Untuk item unfavorable

Alternatif jawaban Skor

Tidak Pernah 4

Kadang-kadang 3

Sering 2

Sangat Sering 1

(47)

30

maka semakin tinggi pula tingkat penyesuaian diri para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dan sebaliknya. Demikian pula semakin tinggi skor total item-item yang bersifat unfavorabel, maka semakin rendah tingkat penyesuaian diri para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

4. Kisi-kisi kuesioner

Tabel 2. Kisi-kisi kuesioner

No Aspek-aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

1 Penyesuaian diri terhadap guru.

a. Siswi mampu menerima cara

atau metode yang digunakan

guru dalam menyampaikan

pelajaran, sehingga siswi

dapat mengerti dan

memahami materi pelajaran

tersebut.

b. Siswi dapat menerima sikap

guru dalam memperlakukan

dirinya dan juga teman

sebayanya di sekolah

sehingga siswi dapat

menjalin komunikasi dan

hubungan yang baik dengan

guru di sekolah.

a. siswi mampu menerima dan

merasa diterima dalam

pergaulan dengan teman

sebaya.

b. Siswi mampu bekerja sama

(48)

31

No Aspek-aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

mengembangkan sikap

tenggang rasa dan setia

kawan dalam pergaulan.

c. Siswi dapat memahami

teman sebayanya, baik secara

individu maupun secara

kelompok sehingga mereka

dapat saling membantu

dalam proses belajar di

sekolah dan dalam proses

pengembangan diri kearah

siswi mampu memahami dan mentaati aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh sekolah.

31,33,35,37,

Siswi mengenal seluk beluk

gedung sekolah, tata tertib

sekolah, program dan

pelaksanaan kegiatan

pendidikan di sekolah serta

bagaimana relasi dengan guru,

(49)

32

5. Persiapan penelitian dan pelaksanaan penelitian

a. Persiapan

Persiapan penelitian yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini, meliputi: persiapan administrasi dan persiapan alat ukur (blue print). Persiapan admistrasi berupa permohonan izin diperoleh dari dekan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan. Setelah surat izin dari fakultas diperoleh, kemudian memintah izin ke sekolah yang bersangkutan untuk permohonan izin pengambilan data (penelitian).

Penyusunan alat ukur dimulai dengan pembuatan tabel spesifikasi tingkat penyesuaian diri. Butir item meliputi pernyataan positif (favorabel ) dan pernyataan negatif (unfavorabel). Butir item dinyatakan layak sebagai alat ukur jika sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Maka untuk menentukan kelayakan alat ukur tersebut, item-tem pernyataan dikenai uji validitas dan reliabilitas.

b. Pelaksanaan

(50)

33

petunjuk pengisian kuesioner dan memberikan kesempatan pada para siswi untuk mengisi kuesioner. Para siswi diperkenankan bertanya kepada peneliti bila mengalami kesulitan dalam memahami pernyataan.

6. Validitas dan reliabilitas

Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data tentang variabel. Data tersebut harus valid dan reliabel.

a. Validitas kuesioner

(51)

34

peneliti meminta pertimbangan dari dosen pembimbing dalam proses penyusunan alat ukur. Adapun validitas isi terbagi menjadi dua yaitu face validity (validitas muka) dan logical validity (validitas logik) (Azwar, 2009:46).

Validitas muka yaitu validitas yang signifikansinya hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan alat ukur. Apabila penampilaan alat ukur meyakinkan dan memberi kesan mampu mengungkap atribut yang hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas muka sudah dipenuhi (Azwar, 1999:53). Validitas logik disebut juga sebagai validitas sampling (sampling validity) yaitu validitas yang menunjuk pada sejauh mana isi alat ukur merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur sebagaimana telah ditetapkan dalam domain (kawasan) ukurnya (Azwar, 2009:47).

(52)

35

konseling SMK N 4 Yogyakarta yaitu Bapak Ardian Septiantono, S.Pd.

b. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur menunjuk pada “derajat keajegan alat tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya” (Furchan, 1982). Derajat keajegan ditunjuk oleh koefisien reliabilitas. Reliabilitas ditentukan oleh keadaan sampel dan jumlah item. Semakin banyak item, semakin luas wilayah pengukuran dan diharapkan memberikan hasil yang dipercaya. Sedangkan menurut Masidjo (1995: 209) reliabilitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil.

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi diantara individu lebih ditentukan oleh faktor kesalahan daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya (Azwar, 2007: 83).

(53)

36

penelitian ini, peneliti mengukur alat ukur reliabilitas dengan menggunakan koefisien reliabilitas alpha (α) (Azwar, 1999 : 87) dengan menggunakan jasa program SPSS (Statistical Package for Social Sciences for Windows).

Tabel 3

Rincian Item yang Gugur

Item-item yang gugur tersebut tidak digunakan dalam analisis data. Seleksi item kuesioner dalam penelitian ini berdasarkan korelasi skor setiap item dan skor total skala, item-item yang memiliki nilai indeks korelasi item total ≤0,25 dianggap gugur dan tidak digunakan dalam analisis data. Dari 50 item terdapat 4 item yang gugur karena tidak memenuhi syarat.

Penghitungan reliabilitas tingkat penyesuaian diri para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dengan menggunakan teknik

No ASPEK Nomor item &Pernyataan

1. Penyesuaian diri dengan Guru -

2. Penyesuaian diri dengan teman sebaya

13: Saya merasa aman bergaul dengan

teman satu kelas.

44: Saya merasa terisolasi dengan

teman satu kelas.

3. Penyesuaian diri terhadap mata pelajaran

-

4. Penyesuaian diri dengan tata tertib sekolah

20: Saya merasa dirugikan terhadap

keputusan kepala sekolah dalam

menentukan tata tertib sekolah.

5. Penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah

26: Saya merasa terancam ketika

(54)

37

analisis alpha (α) Cronbach menghasilkan angka 0,882 Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat penyesuaian diri dalam penelitian ini dapat diandalkan. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat di lampiran.

D. Analisis Data

Analisis data adalah pengolahan data hasil penelitian. Tujuan analisis data adalah untuk mendapatkan kesimpulan hasil penelitian. Langkah-langkah teknik analisis data yang digunakan dalam mengolah dan menganalisa data penelitian penyesuaian diri yang dilakukan oleh para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah sebagai berikut:

1. Menentukan skor

Peneliti memberikan skor pada masing-masing jawaban dengan kunci jawaban yang telah disediakan oleh peneliti. Kemudian membuat tabulasi data dan menghitung skor masing-masing responden serta menghitung skor masing-masing butir item.

2. Pengolahan data dan menentukan kategori

(55)

38

a. Kategorisasi tingkat penyesuaian diri subyek penelitian secara umum. Pengkategorian ini disusun berdasarkan model distribusi normal dengan kategori jenjang. Tujuan kategorisasi ini adalah untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur (Azwar, 2007 : 107).

Kontinum jenjang ini disusun berpedoman pada Azwar (1999 : 108) yang mengelompokkan tingkat penyesuaian diri subjek penelitian dalam lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi dengan norma kategorisasi sebagai berikut:

Keterangan:

X maksimum teoretik : skor tertinggi yang mungkin diperoleh subyek penelitian dalam skala.

X minimum teoretik : skor terendah yang mungkin diperoleh subyek penelitian dalam skala

S : standard deviasi, yaitu luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran.

µ : mean teoretik, yaitu rata-rata teoretis dari skor maksimum dan minimum.

Perhitungan Skor Kategori

(56)

39

Selanjutnya kategorisasi ini dijadikan sebagai norma/patokan dalam pengelompokan skor subjek penelitian berdasarkan tingkat penyesuaian diri. Kategorisasi tinggi rendah penyesuaian diri siswi kelas X SMA Stella Duce 2 secara keseluruhan (46 item) diperoleh melalui penggolongan dengan perhitungan sebagai berikut:

Xmaksimum teoretik : 46 x 4 = 184 Xminimum teoretik : 46 x 1 = 46 Range : 184 – 46 =138 s (teoretik) : 138 : 6 = 23

µ (mean teoretik) : (184 + 46) : 2 = 115

Penentuan kategorisasi tingkat penyesuaian diri siswi kelas X SMA Stella Duce 2 secara umum dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4 Norma Kategorisasi

TingkatPenyesuaian Diri Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2

Perhitungan Skor Kategori

X > µ + 1,5 s

X > 115 + 34,5 151 - 184 Sangat tinggi µ + 0,5 s < x = µ + 1,5 s

115 + 11,5 < = 115 + 34,5 128 - 150 Tinggi µ - 0,5 s < x = µ + 0,5 s

115 – 11,5 < x = 115 + 11,5 105 - 127 Sedang µ - 1,5 s < x = µ - 0,5 s

115 – 34,5 < x = 115 – 11,5 82 - 104 Rendah x = µ - 1,5 s

(57)

40

Selanjutnya, data setiap subjek penelitian dikelompokan berdasarkan item total yang mereka peroleh dalam kategori di atas, sehingga dapat dihitung jumlah dan persentase siswi kelas X penyesuaian diri secara umum (sangat tinggi – sangat rendah).

b. Kategori skor setiap item dalam skala

Kategori skor dari setiap item dalam skala penelitian dilakukan untuk mendapat item-item skala yang dijadikan dasar penyusunan usulan topik-topik program bimbingan kelompok untuk kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Kategorisasi skor tiap item skala adalah berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang berpedoman pada Azwar (1999 : 108), yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Norma kategorisasi untuk item-item skala adalah sebagai berikut:

Perhitungan Skor Kategori

Xitem = µ-1,5s Sangat rendah µ-1,5s < X item = µ-0,5s Rendah µ-1,5s < X item = µ +0,5s Sedang µ+0,5s < Xitem = µ+ 1,5s Tinggi µ+1,5s < Xitem Sangat tinggi

Keterangan:

Xitem maksimum teoretik : skor tertinggi yang mungkin dicapai item dalam skala. Xitem minimum teoretik : skor terendah yang mungkin

(58)

41

S (item teoretik) : standard deviasi, yaitu luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran.

µ (item teoretik) : mean teoretik, yaitu rata-rata teoretis dari Xitem maksimum dan Xitem minimum.

Kategori tersebut diterapkan sebagai norma/patokan dalam pengelompokan skor item. Kategorisasi tinggi rendah skor item-item secara keseluruhan dalam penelitian ini (dengan N=122), diperoleh dengan penggolongan melalui perhitungan sebagai berikut:

Xmaksimum teoretik : 122 x 4 = 488 Xminimum teoretik : 122 x 1 = 122 Range : 488 – 122 = 366 s (teoretik) : 366 : 6 = 61

µ (mean teoretik) : (488 + 122) : 2 = 305

Tabel 5

Norma Kategorisasi Skor Item

Tingkat Penyesuaian Diri Para Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

 

Perhitungan Skor Kategori

Xitem > µ + 1,5 s

Xitem > 305 + 91,5 Xitem > 397 Sangat tinggi

µ + 0,5 s < Xitem = µ + 1,5 s

305 + 30,5<Xitem = 305 + 91,5 337 - 397 Tinggi

µ - 0,5 s < Xitem = µ + 0,5 s

(59)

42

µ - 1,5 s < Xitem = µ - 0,5 s

305 – 91,5 < Xitem = 305 – 30,5 215 - 275 Rendah

Xitem = µ - 1,5 s

Xitem = 305 – 91,5 0 - 214 Sangat rendah

(60)

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat jawaban atas masalah penelitian yaitu bagaimanakah tingkat penyesuaian diri terhadap kehidupan di sekolah yang dilakukan oleh para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010. Penyajian hasil penelitian dan pembahasan diuraikan dalam penjelasan berikut.

A. Tingkat Penyesuaian Diri terhadap Kehidupan di Sekolah Para Siswi

Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010

Berdasarkan perolehan data secara umum diketahui bahwa penyesuaian diri para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah tinggi. Kategorisasi tingkat Penyesuaian Diri Para Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.

Tabel. 6

Kategorisasi Penyesuaian Diri terhadap Kehidupan di Sekolah Para Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010

Skor Kategori Jumlah Persentase

X > 150 Sangat tinggi 33 27%

128 - 150 Tinggi 76 62%

105 - 127 Sedang 13 11%

82 - 104 Rendah - -

0 - 81 Sangat rendah - -

(61)

44

 

   

Deskripsi hasil data penelitian mengenai tingkat penyesuaian diri para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta menunjukkan bahwa 33 siswi (27%) memiliki penyesuaian diri sangat tinggi, artinya siswi tersebut sangat mampu memenuhi tuntutan dari dalam diri dan tuntutan dari luar diri sehingga mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungannya. 76 siswi (62%) memiliki memiliki penyesuaian diri tinggi, artinya siswi tersebut mampu memenuhi tuntutan dari dalam diri dan tuntutan dari luar diri sehingga mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungannya. Sedangkan 13 orang siswi (11%) memiliki penyesuaian diri sedang, artinya siswa tersebut kurang mampu memenuhi tuntutan dari dalam diri dan tuntutan dari luar diri sehingga kurang mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungannya. Dan tidak ada siswi (0%) yang memiliki penyesuaian diri rendah dan sangat rendah.

Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikatakan secara keseluruhan siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 sudah memiliki kemampuan dalam memenuhi tuntutan dari dalam diri dan tuntutan dari luar diri sehingga mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungannya.

B. Pembahasan

(62)

45

 

   

tiap item adalah berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang menurut Azwar (1999:108), yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan tingkat tertinggi sampai tingkat terendah.

1. Kategori sangat tinggi dan tinggi

Dalam penelitian ini, ada 33 siswi (27%) memiliki penyesuaian diri dengan kategori sangat tinggi dan 76 siswi (62%) memiliki penyesuaian diri dengan kategori tinggi. Tingkat penyesuaian diri yang berada dalam kategori sangat tinggi dan tinggi dapat ditafsirkan sebagai tingkat penyesuaian diri dalam kategori ideal atau yang diharapkan. Kategori ini menunjukkan bahwa siswi-siswi tersebut mampu bahkan sangat mampu memenuhi tuntutan dari dalam diri dan tuntutan dari luar diri sehingga mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungannya. Siswi dapat mengambil tindakan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, serta dapat menunjukkan reaksi emosi yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi tersebut. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang mampu menerima kenyataan hidup dan dapat menjalin relasi yang baik dengan orang lain. Jika penyesuaian diri tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka orang akan dapat mengalami kebahagiaan dalam hidupnya serta dapat menjalankan aktivitas kehidupan tanpa mengalami banyak hambatan yang berarti.

(63)

46

 

   

dan mengorganisir respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa menguasai/menanggapi segala macam konflik dan kesulitan masalah hidup. Hal ini merujuk pada usaha para siswa dalam mengatasi kesulitan memahami mata pelajaran, tata tertib sekolah, lingkungan sekolah, hubungan dengan guru maupun dengan teman sebaya.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut kemungkinan ada beberapa faktor yang mempengaruhi siswi memiliki penyesuaian diri sangat tinggi dan tinggi. Ada kemungkinan adalah faktor lingkungan keluarga. Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila siswi dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga siswi merasakan bahwa kehidupannya berarti.

(64)

47

 

   

maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dikemudian hari.

Faktor lain yang berpengaruh kemungkinan adalah lingkungan sekolah. Pendidikan menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual individu.

2. Kategori sedang, rendah dan sangat rendah

Penyesuaian diri yang berada dalam kategori sedang, rendah, sangat rendah ditafsirkan sebagai penyesuaian diri yang kurang tinggi atau belum ideal. Karena dari hasil penelitian tidak ada siswi yang berada dalam kategori rendah maupun sangat rendah melainkan sedang, maka penyesuaian diri yang berada dalam kategori tersebut disatukan. Ketiga golongan ini dianggap belum mencapai yang ideal dalam penyesuaian diri.

(65)

48

 

   

kondisi yang ada, serta kurang dapat menunjukkan reaksi emosi yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi tersebut. Orang yang kurang menyesuaikan diri dengan baik maka orang tersebut kurang mampu menerima kenyataan hidup dan kurang dapat menjalin relasi yang baik dengan orang lain. Jika hal tersebut dilakukan terus-menerus, maka orang akan dapat mengalami ketidakbahagiaan dalam hidupnya serta menjalankan aktivitas kehidupan dengan banyak hambatan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut kemungkinan ada beberapa faktor yang mempengaruhi siswi memiliki penyesuaian diri sangat rendah, rendah dan sedang. Ada kemungkinan yakni di dalam keluarga, sebagai orang tua dalam mendidik anak masih menekankan pada kecerdasan intelektual, orang tua yang selalu bertindak otoriter. Orang tua yang selalu sibuk dengan urusan pekerjaan di luar rumah dan tidak memiliki waktu untuk bersama, memungkinkan anak menjadi pribadi yang tertutup atau “nakal” karena kurang mendapat perhatian dan bimbingan dari orang tuanya.

(66)

49

 

   

sesuai dengan aturan masyarakat yang ada. Hal ini biasanya membuat mereka dikucilkan atau tidak disukai oleh teman-temannya.

Sikap orang tua yang sejak anak masih kecil mendidik dengan terlalu mengekang atau melarang anak untuk menjalin relasi dengan orang lain, membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang pemalu. Anak yang pemalu, kurang percaya diri akan mengalami kesulitan dalam menjalin relasi dengan orang lain.

C. Implikasi hasil penelitian bagi penyusunan topik bimbingan

(67)

50

 

   

Tabel. 7

Kategorisasi Skor Item Tingkat Penyesuaian Diri Para Siswi Kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Skor Kategori No item Jumlah

(68)

51

 

   

Tabel. 8

Item-item pernyataan yang tergolong kategori sedang

No ASPEK Nomor item &Pernyataan Jumlah Skor

1. Penyesuaian diri dengan Guru - 0

2. Penyesuaian diri dengan

teman sebaya

-

0

3. Penyesuaian diri terhadap

mata pelajaran

15: Saya kesulitan menerapkan materi pelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari.

331

23: Saya menganggap bahwa setiap mata pelajaran itu tidak ada manfaatnya bagi saya.

321

43: Saya mengikuti pelajaran di

kelas dengan sesuka hati saya. 315

4. Penyesuaian diri dengan tata

tertib sekolah

-

0

5. Penyesuaian diri terhadap

lingkungan sekolah

25: Saya merasa terancam ketika berada di lingkungan sekolah.

307

29: Saya merasa asing dengan ruangan-ruangan yang ada di sekolah.

284

31: Saya mengetahui macam-macam kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.

(69)

 

52 

 

BAB V

TOPIK-TOPIK BIMBINGAN YANG RELEVAN DENGAN

PENYESUAIAN DIRI PARA SISWI KELAS X

SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Bab ini memuat tentang topik-topik bimbingan yang dapat membantu para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 untuk mengembangkan penyesuaian dirinya secara optimal.

Penyusunan topik-topik bimbingan menggunakan butir dengan jumlah skor yang terendah. Alasan peneliti menggunakan butir dengan jumlah skor terendah yang digolongkan ke dalam aspek-aspek penyesuaian diri untuk meningkatkan dan mengembangkan penyesuaian diri para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 juga untuk tahun pelajaran yang selanjutnya.

(70)

53

 

 

No Tujuan Bimbingan Topik Waktu Bidang

Bimbingan Metode Sumber

1. a. Siswi diharapkan dapat mengenali dirinya tentang kelemahan dan kelebihan dalam diri.

b. Siswi diharapkan dapat

memahami dirinya tentang bakat, minat, cita-cita/ gaya hidup yang ada pada dirinya.

“Pemahaman Diri” 90’ Pribadi Sharing, Lembar kegiatan, Experential learning.

a. Sinurat, R.H.Dj. Konsep Diri dan Guru SMA.1984. Jakarta: Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan.

2. Siswi diharapkan dapat bertanggung jawab atas kehidupannya dan bertanggung jawab atas

pilihan-“ Jadilah Proaktif” 45’ Pribadi Lembar kegiatan, Pemberian

(71)

54

 

 

No Tujuan Bimbingan Topik Waktu Bidang

Bimbingan Metode Sumber

pilihan hidupnya termasuk bersekolah.

informasi. Universitas Sanata Dharma.

b. Covey,S.R. Tujuh

Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif. 1997. Jakarta: Binarupa Aksara. 3. a. Siswi di harapkan menyadari

kebiasaan belajarnya saat ini dan memahami pentingnya belajar. b. Siswi diharapkan memahami

manfaat belajar bagi dirinya.

“ Belajar itu Mengasyikkan”

90’ Pribadi Lembar

kegiatan, b. Siswi semakin sadar pentingnya

mengikuti kegaiatan ekstrakurikuler di sekolah. c. Siswi dapat mengetahui

“Aku dan Sekolahku” 90’ Pribadi Ceramah, tugas, experiential learning.

a. Candra, Rini dan Julius. 2001. Melangkah Ke Alam Dewasa. Yogyakarta: Kanisius.

(72)

55

 

 

No Tujuan Bimbingan Topik Waktu Bidang

Bimbingan Metode Sumber

pentingnya pemahaman lingkungan sekolah secara umum.

Kepribadian. Jakarta: CLC.

c. Sudarmanto, Y.B. 1993. Tuntutan Metodologi Belajar. Jakarta: PT Gramedia.

(73)

56 

 

BAB VI

PENUTUP

Pada bab ini disajikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang disajikan dalam bagian ini berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan. Bagian kesimpulan memuat kesimpulan akhir dari penelitian. Saran yang diberikan dalam penelitian ini didasarkan pada hasil hasil penelitian yang ditujukan kepada lembaga atau pihak yang terkait dan usulan untuk peneliti lain.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa penyesuaian diri para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah tinggi. Namun masih terdapat siswi yang berada pada kategori sedang maka para siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 perlu dibantu untuk mengoptimalkan penyesuaian dirinya. Salah satu cara yang disumbangkan peneliti adalah dengan memberikan topik-topik bimbingan yang relevan sesuai kebutuhan siswi-siswi kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010.

(74)

57 

 

   

B. Saran-saran

Berikut ini dikemukakan saran untuk berbagai pihak yang berkaitan:

1. Pihak sekolah

Berdasarkan hasil penelitian di peroleh kemampuan menyesuaian diri para siswi adalah tinggi, hal ini tentunya memerlukan usaha keras bagi guru bimbingan dan konseling untuk tetap di pertahankan dan ditingkatkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Namun masih terdapat siswi yang berada pada kategori sedang maka perlu dibantu untuk mengoptimalkan penyesuaian dirinya.

2. Peneliti lain

a. Lebih cermat lagi dalam menyusun item-item sehingga dapat mencakup keseluruhan kawasan objek yang hendak diukur.

b. Hendaknya teliti dalam mengembangkan indikator-indikator setiap aspek penyesuaian diri, agar item-item antara aspek yang satu konsisten dengan aspek yang lain.

Gambar

Tabel 1. Rincian Siswi Kelas X
Tabel 2. Kisi-kisi kuesioner
Tabel 3
Tabel 4 Norma Kategorisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mempercepat adopsi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Departemen Pertanian, maka sejak tahun 2009 telah ditandatngani nota kesepahaman antara Badan

Barbora (2009) menyimpulkan bahwa meta analisis menurut Sutrisno, Hery dan Kartono (2007) merupakan teknik yang digunakan untuk merangkum berbagai hasil penelitian

Baiquni pada tahun 2007 dalam Sahputra (2009: 11) menyatakan dalam situasi belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh serta membutuhkan dan melibatkan interaksi, sering

Penelitian tentang degree diameter problem menghasilkan dua kegiatan penelitian yang utama, yaitu mengkonstruksi graf berarah dengan ordo lebih besar dari ordo graf berarah yang

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tanggung jawab anak perempuan dalam keluarga dan implikasinya terhadap sistem kewarisan Adat Perpatih adalah karena masyarakat kurang berpuas

Nilai odds ratio (OR) pekerjaan menunjukkan bahwa pekerjaan nelayan/ bertani/berkebun memiliki peluang 3,800 kali lebih besar menderita filariasis dibandingkan

1) Mendukung konsep materi dalam kegiatan belajar mengajar. 2) Mudah dan aman digunakan baik oleh siswa maupun guru. 3) Sesuai dengan tingkat perkembangan anak. 4) Mendukung

Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang yang sudah ditentukan. 2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan