• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

C. Bimbingan Klasikal

Remaja yang merupakan tingkat usia yang memiliki perkembanagn ketidakstabilan emosi, maka diperlukan perhatian dari gerakan bimbingan,

sebab remaja menghadapi tugas mengembangkan diri di semua aspek kehidupannya. Lembaga-lembaga pendidikan sekolah bertugas untuk mendampingi generasi muda dalam menyelesaikan tugas mengembangkan dirinya.

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Berkaitan dengan bimbingan yang diberikan di sekolah maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang yang berkompeten (guru pembimbing/konselor) kepada seseorang atau sekelompok orang (klien/siswa) agar mampu mengenal dirinya, mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengatasi persoalan hidup sehingga mampu menentukan sendiri/bertanggung jawab untuk kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya dan lingkungannya.

Bimbingan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang bersifat sosial, maka wajar jika bimbingan dan konseling mempunyai sifat ketergantunggan pada situasi masyarakat setempat. Mengingat hal itu maka dapat dikemukakan bahwa dalam menentukan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling setiap ahli memakai pola yang berbeda. Perlu dipahami bahwa dalam prinsip yang digunakan harus mencakup pola dasar, tujuan, fungsi, sasaran dan segi pelaksanaan. Melengkapi penjelasan mengenai layanan bimbingan klasikal kepercayaan diri pada remaja maka disini peneliti menyajikan prinsip-prinsip yang ada dalam bimbingan dan konseling seperti senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bimo Walgito (2001:24-27):

1. Dasar bimbingan di sekolah tidak dapat lepas dari dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan sekolah pada khususnya.

2. Tujuan bimbingan di sekolah tidak terlepas dari tujuan pendidikan dan pengajaran yang tercantum pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. 3. Fungsi dari bimbingan dalam proses pendidikan dan pengajaran ialah

membantu pendidikan dan pengajaran.

4. Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu baik anak/dewasa yang tidak terbatas pada umur tertentu.

5. Bimbingan dapat dilaksanakan dengan berbagai macam sifat yaitu secara

preventif, korektif, dan presentatif.

6. Bimbingan merupakan suatu proses yang kontinyu dan diberikan oleh orang-orang yang mempunyai wewenang dalam hal tersebut.

7. Berkaitan dengan prinsip no. 6 maka para guru perlu mempunyai pengetahuan mengenai bimbingan dan konseling, karena mereka selalu berhadapan langsung dengan murid-murid yang perlu mendapatkan bimbingan.

8. Tiap aspek dari kepercayan diri merupakan faktor yang terpenting dalam menentukan bimbingan klasikal kepercayaan diri siswa.

9. Bimbingan diberikan harus memperhatikan semua aspek yang ada pada kepercayaan diri siswa.

10. Bimbingan yang diberikan harus memperhatikan perbedaan latar belakang sosial, kebudayaan dan sebagainya.

11. Bimbingan yang diberikan harus memperhatikan perkembangan dari individu.

12. Bimbingan yang diberikan harus dievaluasi agar diketahui efektif atau tidaknya bimbingan yang diberikan.

13. Berkaitan dapat prinsip no. 10 maka bimbingan harus mengikuti perkembangan situasi masyarakat dalam arti yang lebih luas yaitu perkembangan sosial, ekonomi dan budaya.

14. Bimbingan yang diberikan bertujuan untuk mengarahkan individu agar dapat membimbing dirinya sendiri. Bimbingan yang diberikan harus berpegang pada kode etik bimbingan yang ada.

Pelayanan bimbingan klasikal kepercayaan diri pada siswa SMA BOPKRI 2 meliputi enam aspek, yaitu rasa aman, ambisi, yakin kepada kemampuan diri sendiri, mandiri, tolerensi, dan optimis.

1. Rasa aman adalah rasa percaya bahwa lingkungan sekitar mendukungnya.

2. Ambisi adalah kemauan yang sekiranya merasa mampu dilakukan.

3. Yakin pada kemampuan diri sendiri adalah kepercayaan akan kemampuan

sendiri dalam melakukan pekerjaan tanpa bantuan orang lain.

4. Mandiri adalah tingkat kemandirian seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan.

5. Toleransi adalah menghormati perbedaan pendapatan orang lain. 6. Optimis adalah rasa percaya diri akan keberhasilan masa depan.

Bimbingan klasikal, yaitu guru pembimbing menghadapi kelompok murid yang sudah dibentuk untuk keperluan pengajaran. Jadi tidak terjadi

pengelompokkan kembali, tetapi mempertahankan siswa-siswi pada satuan-satuan kelas yang sudah ada. Pada jam tertentu (yang sudah ditentukan dalam jadwal) guru pembimbing masuk ke kelas dan memberikan pelayanan bimbingan, yang biasanya berupa pembahasan tentang suatu masalah yang tidak termasuk materi mata pelajaran yang lain, misalnya cara-cara belajar yang baik, cara-cara bergaul, pendewasaan diri, dan hubungan dengan orangtua. Dalam bimbingan klasikal, siswa dalam kelas dapat dibentuk ke dalam kelompok-kelompok diskusi agar seluruh siswa dapat lebih terlibat dalam kegiatan pembimbingan. Bimbingan klasikal merupakan kebutuhan siswa yang berkenaan dengan perkembangan pribadi dan pergaulan sosialnya, serta perubahan dalam sikap dan cara bergaul mereka di sekolah, keluarga maupun di masyarakat (Winkel, 1997 :520).

Guru pembimbing memegang peranan penting dalam kegiatan pembimbingan terhadap para siswa di sekolah. Bimbingan individual, khususnya konseling individual mrupakan cara efektif untuk membantu siswa-siswa tertentu, tetapi tidak selalu semua permasalahan siswa dilayani dengan konseling individual tetapi dapat juga dibantu melalui konseling klasikal. Salah satu asas pelayanan bimbingan di sekolah juga menyebutkan bahwa program bimbingan harus mencakup kegiatan bimbingan individual dan kegiatan bimbingan kelompok. Oleh karena itu di samping menggunakan bimbingan individual (konseling perseorangan), salah satu usaha kegiatan pembimbingan yang pertu dilaksanakan oleh guru pembimbing adalah mengadakan bimbingan klasikal.

Menurut Winkel (1997:519) tujuan bimbingan klasikal tidak berbeda dengan tujuan bimbingan pada umumnya yaitu untuk membantu orang yang dibimbing agar mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangan sendiri dan tidak sekedar "membebek" pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri, dan berani menanggung sendiri konsekuensi-konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Tujuan ini ingin dicapai melalui pelayanan secara klasikal. Walaupun yang dihadapi adalah kelompok siswa yang semuanya membutuhkan pelayanan bimbingan yang lebih kurang sama isi dan arahnya, namun yang terutama dituju bukanlah perkembangan kelompok sebagai kelompok, melainkan perkembangan optimal dari masing-masing individu yang tergabung dalam suatu kelas. Dengan demikian, tekanannya tetap terletak pada pengembangan masing-masing pribadi, meskipun individu berada dalam kegiatan kelas. Bimbingan klasikal merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri. Dapat dikatakan bahwa bimbingan klasikal dapat bersifat komplementer terhadap bimbingan perseorangan.

Berdasarkan uraian tentang bimbingan klasikal di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan bimbingan klasikal dilaksanakan di dalam kelas. Hal ini juga didukung oleh SK Mendikbud Nomor 25/0/1995 butir II.B.3.C. yang menetapkan bahwa pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan di dalam atau di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan bimbingan dan konseling di luar jam pelajaran sekolah sebanyak-banyaknya 50% dari

keseluruhan kegiatan bimbingan untuk siswa di sekolah atas persetujuan Kepala Sekolah (Najib, 1997:6).

Dokumen terkait