• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI SISWA KELAS X-XI SMA BOPKRI BANGUNTAPAN TAHUN AJARAN 20102011 TENTANG TINGKAT KREATIVITAS DAN IMPLIKASINYA PADA TOPIK - TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI SISWA KELAS X-XI SMA BOPKRI BANGUNTAPAN TAHUN AJARAN 20102011 TENTANG TINGKAT KREATIVITAS DAN IMPLIKASINYA PADA TOPIK - TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI SISWA KELAS X-XI SMA BOPKRI

BANGUNTAPAN TAHUN AJARAN 2010/2011 TENTANG

TINGKAT KREATIVITAS DAN IMPLIKASINYA PADA

TOPIK - TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan Konseling

Oleh :

Paulus Satrio Prasetyo

NIM : 041114024

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO

Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari

kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk

melakukan dalam suatu cara yang berbeda. ~ Dale Carnegie

Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka

melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang

harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak. ~

Aldus Huxley

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut

dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

♥Skripsi ini kupersembahkan untuk ♥:

1. Yesus Kristus, dengan kuasaNya yang tak terlihat berkenan

memperhatikan hambaNya yang lemah ini.

2. Kedua orangtuaku yang selalu memberikan dukungan berupa apapun dan

juga ikut serta mempunyai harapan besar dalam skripsi ini

3. Untuk saudara-saudariku (Prastomo, Titis, Triko, Dhita) yang menantiku

untuk menyelesaikan apa yang aku mulai

4. Untuk kekasihku, Lucia Maestri Suci, yang mau berproses dan sudah

melakukan banyak pengorbanan

5. Kawan- kawan TADJAM dan FPPI yang dengan lapang dada mau

(6)
(7)

vii

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA KELAS X-XI SMA BOPKRI BANGUNTAPAN TAHUN AJARAN 2010/2011 TENTANG TINGKAT KREATIVITAS

DAN IMPLIKASINYA PADA TOPIK - TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK

Paulus Satrio Prasetyo 041114024

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan tingkat kreativitas siswa kelas X – XI SMA BOPKRI Banguntapan Tahun Ajaran 2010 – 2011, yang kemudian hasilnya menjadi dasar peneliti dalam mengusulkan topik bimbingan kelompok yang sesuai bagi siswa kelas X – XI SMA BOPKRI Banguntapan Tahun Ajaran 2010 – 2011. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil dari penelitian-penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa salah satu penghambat pengembangan kreativitas adalah sistem pendidikan yang lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik. Oleh karena itu peneliti juga mengusulkan kepada sekolah mengenai topik bimbingan kelompok yang sesuai bagi siswa sehingga proses pendidikan memiliki relevansi yang tinggi dan menghasilkan para lulusan dengan kreativitas yang tinggi.

Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan XI SMA BOPKRI Banguntapan Tahun Ajaran 2010- 2011 yang berjumlah 79 orang. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah skala kreativitas. Daya diskriminasi dalam penelitian ini menggunakan batasan rix ≤ 0,220. Skala kreativitas yang disusun sendiri oleh peneliti mempunyai 14 item gugur dan 86 item yang sahih. Berdasarkan teknik Alpha Croncbach, koefisien reliabilitas skala ini sebesar 0,933.

(8)

viii

ABSTRACT

PERCEPTION ON CREATIVITY LEVEL OF CLASS 10 AND CLASS 11 STUDENTS OF BOPKRI BANGUNTAPAN SENIOR HIGH SCHOOL, YOGYAKARTA, SCHOOL YEAR 2010/2011 AND ITS IMPLICATIONS

ON PROPOSED GROUP GUIDANCE TOPICS

Paulus Satrio Prasetyo class 10 and class 11 of BOPKRI Banguntapan Senior High School, School Year 2010/2011 and to propose group guidance topics appropriate for these students. This study is inspired by previous studies which mentioned that education system which emphasized intelligence in a narrow sense and lack of attention in developing students’ creative potential have been obstacles in promoting creativity. Therefore, the researcher also proposed appropriate group guidance topics for these students in order to improve creativity of the school graduates.

Subjects of the study were all of class 10 and class 11 students of BOPKRI Banguntapan Senior High School, School Year 2010/2011. Total number of the subjects involved in this study was 79 students. Research instrument used was a scale on creativity composed by the researcher. The limit of item discrimination index used in the questionnaire was rix ≥ 0.220. There were 14 items stated as invalid and 86 items were stated as valid. The questionnaire of the coefficient reliability was 0.993 and was calculated using Alpha Cronbach Technique.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Syukur kepada Allah di Surga atas berkah yang melimpah sehingga proses

penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan hasil yang memuaskan.

Proses penyusunan skripsi ini melibatkan banyak pihak yang telah

memberikan bantuan baik material maupun spiritual yang sangat berarti bagi

penulis, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Bruder Triyono, SJ, SS, MS, selaku dosen pembimbing yang selalu

bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam proses penulisan

skripsi ini hingga selesai.

2. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M, Si selaku Kaprodi BK, yang telah

memberikan dukungan dan semangat dalam proses penulisan skripsi ini.

3. Bapak Joko Wigati, selaku Kepala SMA BOPKRI BANGUNTAPAN

Yogyakarta, yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian

di sekolah ini.

4. Bapak Yala, selaku Guru BK SMA BOPKRI BANGUNTAPAN

Yogyakarta, yang telah membantu peneliti dalam penyebaran kuesioner

untuk kelas X dan XI.

5. Para siswa SMA BOPKRI BANGUNTAPAN Yogyakarta, yang telah

meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penelitian dengan penuh

(11)

xi

6. Ibu Ag. Krisna Indah Marheni,S.Pd.,M.A, yang selalu menerima peneliti

dengan terbuka dan senyuman manis. Terima kasih untuk mengoreksi

kuesioner saya dan selalu membuat saya merasa diterima.

7. Pak Gie (Purna), dan mas Moko yang telah memberikan pelayanan yang

baik kepada saya dan rekan- rekan mahasiswa selama ini.

8. Pegawai Pemerintah Provinsi DIY dan Bapak Ir. Pulung Haryadi. MSc ,

selaku Kepala BAPPEDA Kabupaten Bantul yang telah membantu

perijinan untuk melakukan penelitian tentang kreativitas di SMA BOPKRI

Banguntapan.

9. Orangtuaku tersayang, Bapak Ignatius Poedjo Pranowo dan Ibu Luciana

Poerwanti Soeweni di Jakarta yang selama ini selalu mensupport baik

material maupun imaterial, dan selalu meyakinkan bahwa peneliti bisa

lulus.

10.Kekasihku, Lucia Maestri Suci yang selama ini selalu membantu penulis

selama pembuatan skripsi ini. Kesabaran itulah yang aku butuhkan.

11.Teman- teman BK ’04 yang sudah lebih dahulu lulus, kerja dan menikah. Kebersamaan yang singkat bukan berarti dalamnya arti itu juga kecil.

12.Semua pihak yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERSETUJUAN KARYA ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

(13)

xiii

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Persepsi ... 10

1. Pengertian Persepsi ... 10

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 11

3. Aspek-Aspek Persepsi ... 13

B. Kreativitas ... 14

1. Pengertian kreativitas ... 14

2. Dimensi Kreativitas ... 16

a. Dimensi Person ... 16

b. Dimensi Process ... 16

c. Dimensi Press ... 17

d. Dimensi Product ... 18

3. Karakteristik Pribadi Kreatif ... 19

C. Bimbingan Kelompok ... 21

1. Pengertian Bimbingan Kelompok ... 22

2. Pelaksanaan Bimbingan Kelompok ... 23

a. Tahap pembentukan ... 23

(14)

xiv

6. Kriteria Bimbingan Kelompok yang Efektif ... 28

a. Raw Input ... 29

b. Instrumental Input ... 30

c. Environmental Input ... 31

d. Proses ... 31

e. Output ... 32

D. Kaitan Perkembangan Kreativitas dengan Layanan Bimbingan dan Konseling ... 33

BAB III. METODE PENELITIAN ... 35

A. Jenis Penelitian ... 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

1. Tempat Penelitian ... 36

2. Waktu Penelitian ... 36

C. Populasi Penelitian ... 36

D. Instrumen Penelitian ... 37

E. Langkah Pengambilan Data ... 42

F. Teknik Pengujian Instrumen ... 43

1. Validitas ... 43

2. Reliabilitas ... 44

G. Analisis Data ... 45

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Pelaksanaan Penelitian ... 48

(15)

xv

C. Deskripsi Data Statistik Masing- masing Aspek Kreativitas ... 52

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

E. Penentuan Usulan Topik Bimbingan Kelompok ... 67

1. Beda Itu Baik ... 67

2. Menghadapi Masalah Dengan Efektif ... 69

BAB V. PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

1. Kepala Sekolah ... 72

2. Para Guru ... 73

3. Siswa ... 73

4. Peneliti lain ... 73

5. Konselor Sekolah ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Populasi siswa kelas X dan XI SMA BOPKRI BANGUNTAPAN ... 36

Tabel 2. Blue Print Tingkat Kreativitas Siswa Yang Digunakan Dalam Penelitian ... 38

Tabel 3. Skor Berdasarkan Kategori Jawaban ... 40

Tabel 4. Norma Kategorisasi Jenjang ... 45

Tabel 5. Norma Kategorisasi dengan Batasan Angka-angka ... 47

Tabel 6. Norma Kategorisasi Skala ... 47

Tabel 7. Deskripsi Data Penelitian ... 49

Tabel 8. Tingkat Kreativitas siswa SMA BOPKRI BANGUNTAPAN ... 51

Tabel 9. Data Tingkat Kreativitas Siswa Pada Setiap Aspek Kreativitas ... 53

Tabel 10. Statistik Deskriptif: Aspek Kelincahan mental untuk berpikir secara deduktif ... 55

Tabel 11. Norma Kategorisasi Aspek Kelincahan mental untuk berpikir secara deduktif ... 55

Tabel 12. Tingkat Kreativitas siswa Aspek Kelincahan mental untuk berpikir secara deduktif ... 56

Tabel 13. Statistik Deskriptif: Aspek Kelincahan mental untuk berpikir secara induktif ... 56

(17)

xvii

Tabel 15. Tingkat Kreativitas siswa

Aspek Kelincahan mental untuk berpikir secara induktif ... 57

Tabel 16. Statistik Deskriptif:

Aspek Orisinalitas ... 58

Tabel 17. Norma Kategorisasi

Aspek Orisinalitas ... 58

Tabel 18. Tingkat Kreativitas siswa

Aspek Orisinalitas ... 58

Tabel 19. Statistik Deskriptif:

Aspek Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas ... 59

Tabel 20. Norma Kategorisasi

Aspek Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas ... 60

Tabel 21. Tingkat Kreativitas siswa

Aspek Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas ... 60

Tabel 22. Statistik Deskriptif:

Aspek Fleksibilitas konseptual ... 61

Tabel 23. Norma Kategorisasi

Aspek Fleksibilitas konseptual ... 61

Tabel 24. Tingkat Kreativitas siswa

Aspek Fleksibilitas konseptual ... 61

Tabel 25. Statistik Deskriptif:

(18)

xviii

Tabel 26. Norma Kategorisasi

Aspek Latar belakang yang merangsang ... 63

Tabel 27. Tingkat Kreativitas siswa

Aspek Latar belakang yang merangsang ... 63

Tabel 28. Statistik Deskriptif:

Aspek Kecakapan dalam banyak hal ... 63

Tabel 29. Norma Kategorisasi

Aspek Kecakapan dalam banyak hal ... 64

Tabel 30. Tingkat Kreativitas siswa

Aspek Kecakapan dalam banyak hal ... 64

Tabel 31. Daftar pernyataan ciri orisinalitas ... 67

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I. Skala Kreativitas sebelum seleksi item ... 79

Lampiran II Analisis Uji Reliabilitas ... 85

Lampiran III Data Item yang Sahih ... 94

Lampiran IV Analisis Frekuensi ... 101

Lampiran V Analisis Deskriptif secara umum dan Per dimensi ... 104

Lampiran VI Skala Kreativitas sesudah seleksi item ... 106

Lampiran VII Usulan Topik Bimbingan Kelompok ... 111

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia memiliki banyak potensi dalam dirinya yang dapat

bermanfaat dan menunjang hidup bila dikembangkan secara optimal. Kreativitas

adalah salah satu potensi yang perlu dikembangkan karena dibutuhkan di semua

bidang kegiatan manusia, seperti bidang seni, akademik, psiko sosial,

kepemimpinan, psikomotor. Manusia yang kreatif akan mampu menemukan

banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah yang penekanannya pada

ketepatgunaan dan keragaman jawaban (Munandar, 2004).

Akan tetapi, perkembangan kreativitas mengalami hambatan karena

adanya anggapan-anggapan dalam masyarakat yang meyakini bahwa kreativitas

adalah bawaan dan hanya dimiliki oleh orang jenius, sehingga tidak ada yang

dapat dilakukan untuk membuat orang menjadi kreatif (Kurniati, 2005). Banyak

orang mengira kreativitas terlahir dari alam, yang artinya seseorang itu menjadi

kreatif atau tidak, sudah ditetapkan sejak dalam kandungan (

www.pendidikan-rumah.blogspot.comdiakses tanggal 2 Februari 2009).

Kenyataannya, perkembangan kreativitas sebagai potensi diambil alih

lingkungan dan orang-orang terdekat. Sebuah penelitian menyebutkan, ketika

sejumlah mahasiswa diminta untuk membuat puisi, separuh dari mereka diberikan

penjelasan bahwa puisinya akan dinilai dan separuh yang lain dibiarkan saja.

(21)

instruksi menghasilkan puisi yang penuh dengan kreativitas dan sebaliknya. Ini

menunjukkan bahwa lingkungan sosial memberikan pengaruh terhadap kreativitas

seseorang (www.wangmuba.com diakses tanggal 2 Februari 2009).

Permasalahan mengenai kreativitas juga berkaitan dengan sistem

pendidikan yang lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang

sempit dan kurang memberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta

didik. Semiawan menilai pendidikan saat ini membuat anak tidak kreatif karena

siswa hanya diajak untuk melihat satu jawaban yang benar dan takut berpikir

berbeda dengan pendapat gurunya (www.sinarharapan.co.id diakses tanggal 2

Februari 2009).

Oleh karena itu, pengembangan kreativitas di sekolah sangat penting

dilakukan agar proses pendidikan memiliki relevansi yang tinggi dan

menghasilkan para lulusan dengan kreativitas yang tinggi. Sekolah seyogyanya

dapat menyediakan kurikulum yang memungkinkan para siswa untuk berfikir

kritis dan kreatif, serta memiliki keterampilan pemecahan masalah, sehingga pada

gilirannya mereka dapat merespons secara positif setiap kesempatan dan

tantangan yang ada serta mampu mengelola resiko untuk kepentingan kehidupan

pada masa sekarang maupun mendatang (www.akhmadsudrajat.wordpress.com diakses

tanggal 27 April 2009).

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

(22)

merupakan kelompok mata pelajaran akhlak mulia yang bertujuan

mengembangkan kepribadian. Seperti yang dikemukakan oleh Winkel (1997),

tujuan bimbingan adalah agar sesama manusia mengatur kehidupan sendiri,

menjamin perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin, memikul tanggung

jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri, menggunakan kebebasannya

sebagai manusia secara dewasa dengan berpedoman pada cita-cita yang

mewujudkan semua potensi yang baik padanya, dan menyelesaikan semua tugas

yang dihadapi dalam kehidupan ini secara memuaskan.

Dalam Winkel (1997), Bimbingan diklasifikasikan menurut ragam

bimbingan, bentuk bimbingan dan sifat bimbingan. Ragam Bimbingan merupakan

fokus pelayanan bimbingan, yang terdiri dari bimbingan pribadi, sosial, akademik

dan karier. Sifat bimbingan merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan

bimbingan. Sifat juga dibagi berdasarkan fungsinya yaitu fungsi pengembangan,

pencegahan dan pengobatan. Bentuk bimbingan merupakan pembagian atas

jumlah orang yang diberi layanan bimbingan,sehingga dapat dibagi menjadi

bimbingan individu dan bimbingan kelompok.

Bimbingan kelompok merupakan salah satu pengalaman melalui

pembentukan kelompok yang khas untuk keperluan pelayanan bimbingan

(Winkel,1997). Bimbingan kelompok bertujuan supaya orang yang dilayani

menjadi mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan

tidak sekedar mengikuti pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri, dan berani

menanggung sendiri efek serta konsekuensi dari segala tindakannya.

(23)

memotivasi anggota kelompok untuk berani mandiri, menunjukkan

kemampuannya, berani mengemukakan pendapatnya, dan berani berbeda. Hal

tersebut merupakan bagian yang sangat diperlukan untuk mengembangkan

kreativitas siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Mangunhardjana (2006) bahwa

karakteristik orang yang kreatif antara lain mampu berpikir konvergen (berpikir

dari segala arah), berpikir divergen (berpikir ke segala arah), kemampuan berpikir

fleksibel, kemampuan menghasilkan gagasan yang tidak lazim, menyukai

tantangan, pekerja keras, mandiri, pantang menyerah, kaya akan humor dan

fantasi. Karakteristik di atas merupakan hal yang penting dalam mengembangkan

kreativitas.

SMA BOPKRI BANGUNTAPAN berada di bawah yayasan BOPKRI

cabang Yogyakarta. Pada tanggal 20 Desember 2006 SMA BOPKRI

BANGUNTAPAN terakreditasi berdasarkan SK

No.21.2/BAS-PROP/TU/XII/2006 dengan memperoleh peringkat A, Status Disamakan. Dalam

pelaksanaan pendidikan untuk kelas X, XI, dan XII menggunakan sistem

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Selama melakukan PLBK (Praktek Lapangan Bimbingan dan Konseling)

selama 5 (lima) minggu di SMA BOPKRI BANGUNTAPAN Yogyakarta,

peneliti melakukan pengamatan atas kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap

siswa, pembahasan dan penyampaian materi di kelas, serta melakukan

pengumpulan informasi dari beberapa staf SMA BOPKRI BANGUNTAPAN.

Dari data tersebut, peneliti menemukan beberapa hal yang menarik untuk diteliti

(24)

kreativitas siswa SMA BOPKRI BANGUNTAPAN.

Kendala dalam pengembangan kreativitas antara lain adalah sikap guru

menentukan dalam berkembangnya kreativitas siswa. Sikap guru yang memotivasi

siswa membuat siswa mampu untuk mengembangkan kreativitasnya. Tindakan

guru yang menekankan secara ketat untuk menyelesaikan pekerjaan, menekankan

kepada siswa bahwa guru selalu benar merupakan tindakan yang justru membatasi

kreativitas siswa. Kendala lainnya adalah adanya kelas tambahan yang diadakan

menjelang ujian juga merupakan evaluasi yang hanya dilakukan oleh guru kepada

siswa, kurang mementingkan evaluasi dari siswa sendiri.

Kendala dalam pengembangan kreativitas siswa yang tampak dari situasi

kelas adalah adanya perasaan takut gagal dalam melakukan suatu hal yang juga

membatasi kreativitas siswa.

Perilaku dan sikap siswa yang menjadi kendala dalam pengembangan

kreativitas adalah adanya tekanan akan konformitas yang merupakan kendala

pengembangan kreativitas siswa di sekolah. Ketakutan siswa untuk berbeda

dengan teman-teman sebayanya membuat siswa takut untuk mengambil resiko.

Siswa yang berbeda dengan yang lainnya akan dijauhi. Siswa perlu lebih diberi

motivasi dan dipercaya supaya kepercayaan diri dan kreativitasnya dapat

berkembang. Secara umum, dalam penyampaian dan pembahasan materi, guru

menguasai materi yang akan diajarkan kepada siswa

Mengingat pentingnya kreativitas, maka perlu diketahui tingkat

kreativitas para siswa kelas X-XI SMA BOPKRI BANGUNTAPAN. Ideal

(25)

keterbatasan peneliti, penelitian ini difokuskan pada pendapat, keyakinan atau

persepsi mereka tentang ciri pribadi kreatif yang meliputi kelincahan mental untuk

berpikir secara deduktif, kelincahan mental untuk berpikir secara induktif,

orisinalitas, lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas, fleksibilitas

konseptual, latar belakang yang merangsang, kecakapan dalam banyak hal.

Dengan mengetahui persepsi siswa SMA BOPKRI BANGUNTAPAN mengenai

ciri pribadi yang kreatif, dapat dirumuskan berbagai topik bimbingan kelompok

yang dapat meningkatkan kreativitas siswa.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang

persepsi siswa kelas X-XI tahun ajaran 2010-2011 tentang tingkat kreativitas dan

implikasinya pada topik- topik bimbingan kelompok. Penelitian ini mengambil

populasi siswa– siswa Kelas X– XI SMA BOPKRI BANGUNTAPAN, Bantul.

B. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka penelitian ini difokuskan pada

tingkat kreativitas siswa dan usulan topik bimbingan kelompok yang sekiranya

mampu meningkatkan tingkat kreativitas siswa

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana persepsi siswa kelas X - XI SMA BOPKRI BANGUNTAPAN

mengenai tingkat kreativitasnya berdasarkan ciri pribadi yang kreatif?

2. Topik-topik bimbingan apa saja yang mampu membantu pengembangan

(26)

D. Tujuan Penelitian

1. Penelitian dilakukan untuk mengetahui persepsi siswa kelas X – XI SMA

BOPKRI BANGUNTAPAN Tahun Ajaran 2010 – 2011 mengenai tingkat

kreativitasnya berdasarkan ciri pribadi yang kreatif.

2. Peneliti mengusulkan topik bimbingan kelompok yang sesuai bagi siswa

kelas X – XI SMA BOPKRI BANGUNTAPAN dengan mengacu pada hasil

penelitian.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Kepala Sekolah

Sebagai informasi tambahan untuk mengevaluasi langkah-langkah

kebijakan yang telah dilakukan dan telah dicapai dalam rangka

pengembangan kreativitas para siswa di sekolah. Dapat juga, dijadikan bahan

pertimbangan dan pemikiran lebih jauh dalam menentukan kebijakan

selanjutnya.

2. Para Guru

Membantu mereka untuk mengidentifikasikan tingkat kreativitas

para siswa dan usulan topik-topik bimbingan kelompok, sehingga mereka

diharapkan akan lebih mampu mengadakan usaha-usaha dalam

pengembangan kreativitas siswa yang lebih tepat.

3. Siswa

Siswa dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk lebih

(27)

4. Peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan peneliti lain sebagai sumber

inspirasi atau bahan pembanding apabila ingin mengembangkan penelitian di

sekitar topik yang sama.

5. Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan

menjadi bahan informasi mengenai tingkat kreativitas siswa dan usulan

topik-topik bimbimbingan. Informasi ini dapat menjadi modal bagi peneliti supaya

lebih siap menghadapi tugas-tugasnya yang akan datang sebagai konselor

sekolah yang mampu memberikan pelayanan bimbingan dan konseling secara

profesional.

6. Konselor Sekolah

Hasil penelitian ini digunakan untuk menambah wawasan khususnya

tentang hal- hal apa saja yang dapat mengembangkan kreativitas. Informasi

ini dapat digunakan sebagai usulan topik dalam bimbingan kelompok.

F. Definisi Operasional

1. Persepsi

Persepsi adalah pandangan, pendapat, atau keyakinan siswa tentang

tingkat kreativitas berdasarkan karakteristik pribadi yang kreatif seperti yang

dimaksud dalam pernyataan- pernyataan kuesioner.

2. Tingkat kreativitas

Dalam penelitian ini, tingkat kreativitas didefinisikan sebagai tinggi

(28)

bentuk gagasan atau barang yang berdaya guna dan inovatif. Kemampuan

tersebut meliputi tujuh ciri yakni kelincahan mental untuk berpikir secara

deduktif, kelincahan mental untuk berpikir induktif, orisinalitas, lebih

menyukai kompleksitas daripada simplisitas, fleksibilitas konseptual, latar

belakang yang merangsang, dan kecakapan dalam banyak hal.

Tanggapan siswa akan akan berkisar dari rentang skala 1 yang

bermakna sangat tidak setuju, sampai 4 yang bermakna sangat setuju.

3. Bimbingan kelompok

Pelayanan pemberian informasi kepada lebih dari satu orang pada waktu yang

bersamaan agar memahami diri dan lingkungan kemudian mengembangkan

dirinya.

4. Topik

Pokok pikiran yang sudah ditentukan oleh konselor berdasarkan kebutuhan

siswa, dan akan dibahas oleh konselor dan siswa sewaktu melakukan

pelayanan bimbingan kepada lebih dari satu orang pada waktu yang

bersamaan. Baik bimbingan kelompok atau konseling kelompok.

5. Siswa kelas x-xi sma bopkri banguntapan

Siswa yang belajar dan terdaftar di kelas x - xi sma bopkri banguntapan tahun

(29)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Pengertian persepsi telah diuraikan oleh berbagai tokoh di bidang

psikologi, antara lain:

a. Proses persepsi terjadi karena adanya rangsang dari luar individu.

Rangsang itu diterima melalui alat indra, kemudian ditafsirkan, sehingga

mempunyai arti bagi orang yang bersangkutan. Adanya rangsang dari

luar individu mengakibatkan suatu proses dalam diri individu, dan pada

akhirnya individu akan memberikan tanggapan (Kartini Kartono, 1984).

b. Proses mengorganisir dan menggabungkan data indra kita (penginderaan)

untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat menyadari

sekelilingnya, termasuk dirinya sendiri (Davidoff,1988).

c. Pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan

(Rahmat, 1985)

d. Persepsi juga diartikan sebagai pandangan, pengamatan atau tanggapan

individu terhadap benda, kejadian, tingkah laku manusia atau hal-hal

(30)

e. Kata lain untuk persepsi adalah paradigma yang artinya adalah cara orang

memandang sesuatu, pandangan atau keyakinan terhadap sesuatu (Covey,

2001)

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Irwanto, dkk (1988) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi persepsi, yaitu:

a. Perhatian yang selektif

Perhatian adalah proses konsentrasi pikiran atau pemusatan

aktivitas mental. Perhatian melibatkan proses seleksi terhadap beberapa

objek yang hadir pada saat yang bersangkutan, kemudian pada saat yang

bersamaan pula seseorang memilih hanya satu objek, sementara

objek-objek yang lain diabaikan. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang akan

menerima rangsang dari lingkungannya. Apabila suatu rangsang

mendapat perhatian dari individu, maka rangsang tersebut akan disadari

dan ditanggapi dengan cepat. Sedangkan rangsang yang kurang mendapat

perhatian akan kurang disadari dan kurang ditanggapi.

Semakin besar perhatian seseorang, semakin besar kesadarannya

akan rangsang itu dan semakin besar pula kemungkinan orang yang

bersangkutan menanggapinya. Semakin kecil perhatian seseorang,

semakin kecil kesadarannya akan rangsang yang bersangkutan dan

(31)

b. Sifat-sifat rangsang

Rangsang yang bergerak akan lebih menarik perhatian bagi

seseorang daripada rangsang yang diam. Seseorang akan menaruh

perhatian pada rangsang yang ukurannya lebih besar daripada rangsang

yang ukurannya kecil. Rangsang yang akan lebih mendapat perhatian

seseorang adalah rangsang yang berlatar belakang kontras daripada yang

berlatar belakang biasa. Rangsang yang akan lebih mendapat perhatian

adalah rangsang yang intensitas rangsangnya paling kuat.

c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu

Persepsi juga ditentukan oleh sejauh mana rangsang itu bernilai

bagi seseorang dan sesuai dengan kebutuhannya. Nilai yang dianut dan

kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi.

Walaupun rangsang yang dihadirkan pada dua orang sama, namun

persepsi yang terjadi bisa jadi berbeda karena perbedaan nilai dan

kebutuhannya.

d. Pengalaman terdahulu

Perhatian seseorang terhadap rangsang turut ditentukan oleh

pengalaman akan rangsang yang dimiliki sebelumnya. Pengalaman-

pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana orang

mempersepsikan dunianya.

Persepsi merupakan suatu tanggapan terhadap suatu objek, peristiwa

atau pengalaman tertentu yang dapat diterima dan dimengerti oleh penerima

(32)

sekitar. Stimulus adalah segala sesuatu yang mengenai reseptor sehingga

organisme menjadi aktif (Walgito, 2004). Stimulus dapat berasal dari dalam dan

dari luar individu, tetapi kebanyakan berasal dari luar individu.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, persepsi siswa diartikan

sebagai pandangan, pendapat atau keyakinan siswa mengenai ciri pribadi yang

kreatif, yang meliputi kelincahan mental untuk berpikir deduktif, kelincahan

mental untuk berpikir secara induktif, orisinalitas, lebih menyukai kompleksitas

daripada simplisitas, fleksibilitas konseptual, latar belakang yang merangsang

dan kecakapan dalam banyak hal.

3. Aspek-Aspek Persepsi

Menurut Walgito (1994) dan Alfian (1985) aspek- aspek persepsi adalah

sebagai berikut: (1) rangsang, (2) tanggapan, dan (3) perilaku.

a. Rangsang

Setiap rangsang ditimbulkan oleh obyek. Rangsang dapat berasal dari luar

diri individu, dapat pula berasal dari dalam diri individu. Rangsang yang

berasal dari luar diri individu akan mengenai alat indera selaku penerima

rangsang atau reseptor, lalu meneruskannya ke syaraf penerima atau

sensoris. Sedangkan rangsang yang berasal dari dalam diri individu

langsung mengenai penerima.

b. Tanggapan

Setiap rangsang yang ditanggapi oleh individu terjadi dalam proses

(33)

lalu langsung mengenai reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman

karena terjadi secara alamiah. Rangsang yang diterima oleh reseptor

diteruskan ke syaraf sensoris setelah mengalami penyeleksian, dan

dilanjutkan oleh syaraf ke otak sebagai pusat kesadaran, sehingga

menimbulkan tanggapan individu terhadap obyek yang dilihatnya.

c. Perilaku

Persepsi yang diperoleh dalam proses penyadaran itu ditentukan oleh

nilai-nilai yang dianut individu. Dalam proses itu persepsi sekaligus merupakan

suatu penilaian, pendapat, dan pandangan.

Setiap penilaian, pendapat, dan pandangan yang dianggap penting oleh

individu menuntut individu untuk melaksanakannya. Maka persepsi perlu

dilihat dalam rangkaian perilaku; persepsi berfungsi sebagai persiapan ke

perilaku konkrit. Nilai-nilai tidak hanya mempengaruhi persepsi,

melainkan juga perilaku.

B. Kreativitas

Kreativitas begitu bermakna dalam hidup, karenanya perlu dipupuk sejak

dini dalam diri anak didik. Karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan atau

mengaktualisasikan dirinya, meningkatkan kualitas hidupnya, dan memberikan

manfaat bagi diri pribadi dan bagi lingkungan kemudian mengembangkannya.

1. Pengertian Kreativitas

Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda. Sedemikian beragam

definisi itu, sehingga pengertian kreativitas bergantung pada bagaimana

(34)

Kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan

mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan

dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain (Clark Moustakis,

1967).

Menurut Rhodes (Munandar, 2004) kreativitas umumnya

didefinisikan sebagai Person, Process, Press, dan Product. Keempat P ini saling berkaitan, yaitu Pribadi (Person) melibatkan diri dalam proses (Process) kreatif, dan dengan dorongan (Press) dari lingkungan, menghasilkan produk (Product) kreatif.

Supriadi (1994) memaparkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan

seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun

karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Sementara itu Munandar (1999) mengemukakan bahwa kreativitas adalah

kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi,

atau unsur-unsur yang sudah ada atau sudah dikenal sebelumnya, yaitu semua

pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh diperoleh seseorang

selama hidupnya baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun dari

lingkungan masyarakat.

Horrace (Sumarno, 2003) mengatakan bahwa kreativitas adalah

kemampuan seseorang untuk menemukan cara-cara baru bagi pemecahan

problema-problema, baik yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan, seni

(35)

sama sekali baru bagi yang bersangkutan, meskipun bagi orang lain

merupakan suatu hal yang tidak asing lagi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang

baru dalam bentuk gagasan atau barang yang berdaya guna dan inovatif.

2. Dimensi Kreativitas

Ada 4 (empat) dimensi kreativitas yang penting, yakni Person, Process, Press, danProduct.

a. Dimensi Person

Definisi pada dimensi person menjelaskan kreativitas dengan

berfokus pada individu kreatif.

Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan

kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, Hal ini erat

kaitannya dengan bakat (Munandar, 1999). Sedangkan Hulbeck

menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan

kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya (Munandar, 2004).

b. Dimensi Process

Definisi kreativitas pada dimensi proses berfokus pada cara

berpikir yang mampu memunculkan ide-ide unik atau kreatif. Munandar

menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan

yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, orisinalitas dan

(36)

Munandar (2004) menambahkan bahwa kreativitas dilihat dari

prosesnya adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran,

keluwesan, orisinalitas, elaborasi, evaluasi, rasa ingin tahu, imajinatif,

merasa tertantang oleh kemajuan, berani mengambil resiko, dan sifat

menghargai.

c. Dimensi Press

Definisi kreativitas yang menekankan faktor press memusatkan

perhatian pada dorongan internal yang berupa keinginan dan hasrat

untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif dan dorongan eksternal

dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson (Munandar,

1999), merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya

sebagai berikut :

“The initiative that one manifests by his power to break away

from the usual sequence of thought”. Yang dapat diartikan sebagai

sebuah prakarsa yang ditunjukkan seseorang melalui kekuatannya untuk

melepaskan diri dari rangkaian pikiran yang biasa. Mengenai press

external, ada lingkungan yang tidak menghargai imajinasi dan fantasi,

tapi ada juga yang menekankan kreativitas serta inovasi.

Kreativitas kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu

menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau

perkembangan baru. Anggota dalam suatu kelompok yang menyimpang

dari aturan, nilai, norma serta tradisi yang berlaku tentunya akan

(37)

dia ingin lakukan, tapi dia melakukannya untuk diterima oleh orang lain

(Munandar, 2004).

d. Dimensi Product

Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan

kreativitas dengan berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh

individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi atau

penggabungan yang inovatif.

Definisi kreativitas yang berfokus pada produk menekankan

orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (Munandar, 1999)

yang menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk

menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut

Haefele (Munandar, 1999) yang menyatakan kreativitas adalah

kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai

makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat

sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah

ada sebelumnya.

Setiap aspek dari definisi kreativitas di atas memiliki penekanan

masing-masing. Aspek-aspek tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama

lain. Oleh karena itu, pemahaman mengenai kreativitas harus

mempertimbangkan keempat dimensi yang ada, yakni person, process,

(38)

3. Karakteristik Pribadi Kreatif

Csikzentmihalyi (Munandar, 1999) mengemukakan karakteristik

orang yang kreatif antara lain:

a. Mempunyai kekuatan energi fisik, tetapi juga bisa tenang dan rileks,

bergantung pada situasinya.

b. Cerdas dan cerdik, tetapi pada saat yang sama mereka juga naïf.

c. Bekerja keras, keuletan dan ketekunan.

d. Berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu

pada realitas.

e. Menunjukkan kecenderungan baik introversi maupun ekstroversi.

f. Bersikap rendah hati dan bangga akan karyanya.

g. Menunjukkan kecenderungan androgini psikologis.

h. Cenderung mandiri bahkan suka menentang, tetapi dipihak lain mereka

bisa tetap tradisional dan konservatif.

i. Sangat bersemangat dan juga objektif dalam penilaian karyanya.

j. Sikap keterbukaan dan sensitivitas sering membuatnya menderita jika

mendapatkan banyak kritik dan serangan terhadap hasil jerih payahnya,

namun disaat yang sama ia juga merasakan kegembiraan yang luar biasa.

Karakteristik pribadi kreatif menurut Sund dalam Slameto (2003)

antara lain:

a. Hasrat keingintahuan yang cukup besar

b. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru

(39)

d. Keinginan untuk menemukan dan meneliti

e. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit

f. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan

g. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas

h. Berpikir fleksibel

i. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban

lebih banyak

j. Kemampuan membuat analisis dan sintetis

k. Memiliki semangat bertanya serta meneliti

l. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik

m. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas

Pendapat lain tentang karakteristik individu yang kreatif juga

dikemukakan oleh Mangunhardjana (2006) bahwa karakteristik orang yang

kreatif antara lain mampu berpikir konvergen (berpikir dari segala arah),

berpikir divergen (berpikir ke segala arah), kemampuan berpikir fleksibel,

kemampuan menghasilkan gagasan yang tidak lazim, menyukai tantangan,

latar belakang yang merangsang, kecakapan dalam banyak hal, pekerja keras,

mandiri, pantang menyerah, mampu berkomunikasi dengan baik, lebih

tertarik pada konsep, rasa ingin tahu, kaya akan humor dan fantasi, terbuka

terhadap ide baru, mempunyai arah yang mantap, tidak ambil pusing

terhadap, dan kekacauan psikologis.

Dari uraian tersebut berarti bahwa karakteristik di atas merupakan

(40)

dapat diketahui melalui kepribadian yang ditampilkan sebagai kebiasaan,

sehingga menjadi karakteristik spesifik. Dari ketiga uraian diatas mengenai

karakteristik pribadi yang kreatif yang penulis gunakan sebagai atribut dalam

penelitian ini adalah karakteristik pribadi kreatif menurut Mangunhardjana.

Karakteristik pribadi yang kreatif dapat dijadikan sebagai atribut

pengukuran tingkat kreativitas seseorang karena karakteristik kreativitas

adalah hal yang khas yang membedakan antara pribadi yang kreatif dengan

pribadi yang tidak kreatif. Dalam penelitian ini, peneliti mengukur kreativitas

subyek dan mengkategorikannya menjadi kreativitas tinggi, sedang dan

rendah.

B. Bimbingan Kelompok

Bimbingan dan Konseling menangani 4 (empat) bidang bimbingan yaitu

bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, bidang bimbingan akademik

atau belajar, dan bidang bimbingan karier. Keempat bidang ini memiliki banyak

topik untuk mengembangkan potensi siswa secara pribadi, sosial, akademik dan

karier.

Bimbingan dan konseling mempunyai kegiatan pokoknya, yaitu: kegiatan

layanan, kegiatan pendukung, Program Bimbingan dan Konseling, alokasi waktu

dan jadwal kegiatan, penilaian dalam bimbingan dan konseling, muatan

pendidikan budi pekerti dalam bimbingan dan konseling, pengelolaan bimbingan

dan konseling (Depdiknas, 2004).

Bimbingan kelompok tergolong dalam kegiatan layanan. Layanan

(41)

secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan

membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan

pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau

tindakan tertentu melalui dinamika kelompok.

1. Pengertian Bimbingan kelompok

Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang

diberikan pada individu dalam kelompok (Romlah, 2001). Sedangkan

menurut Prayitno (1995) bimbingan kelompok diartikan sebagai upaya untuk

membimbing kelompok-kelompok siswa, agar menjadi besar, kuat dan

mandiri.

Sukardi (2002) menjelaskan bahwa:

“Layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh bahan dari narasumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan”.

Winkel (2004) mengatakan bahwa “ bimbingan adalah proses

membantu orang perorang dalam memahami dirinya sendiri dan

lingkungannya” selanjutnya dinyatakan bahwa “kelompok berarti kumpulan

dua orang atau lebih”.

Bimbingan kelompok menunjuk pada jumlah orang yang diberi

pelayanan bimbingan. Bila yang diberi layanan bimbingan adalah satu orang

(42)

Sedangkan, bila yang dilayani dalam bimbingan lebih dari satu orang disebut

bimbingan kelompok (Winkel,1997).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan

kelompok adalah upaya pemberian bantuan kepada siswa melalui dinamika

kelompok dengan pokok bahasan (topik) tertentu untuk mendapatkan

informasi yang berguna agar mampu memperbaiki dan mengembangkan

pemahaman terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungannya dalam

menunjang terbentuknya perilaku yang lebih efektif.

2. Pelaksanaan bimbingan kelompok

Bimbingan kelompok merupakan salah satu kegiatan layanan

pemberian informasi dengan tujuan mengembangkan pribadi-pribadi dalam

kelompok dan juga kelompok itu sendiri (Winkel,1997).

Permasalahan yang biasanya dibahas adalah permasalah umum yang

diwujudkan dalam bentuk Satuan Pelayanan Bimbingan yang akan diberikan

oleh guru pembimbing kepada siswa selama satu atau dua pertemuan.

Bimbingan kelompok dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu

tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran.

Uraian atas tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tahap pembentukan

Pada tahap ini anggota kelompok baru masuk ke dalam

kehidupan suatu kelompok. Tahap ini merupakan pengenalan anggota

terhadap kelompoknya. Masing-masing anggota mengemukakan tujuan

(43)

Pemimpin kelompok mengemukakan tentang asas-asas dan cara

kegiatan bimbingan kelompok. Selanjutnya pemimpin kelompok

melakukan permainan untuk mengakrabkan masing- masing anggota.

b. Tahap peralihan

Tahap ini merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan

ketiga. Pada tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan

kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota kelompok atau mengamati apakah para

anggota sudah siap untuk melakukan kegiatan pada tahap selanjutnya.

Penegasan kembali atas cara-cara dan asas-asas cara kegiatan

bimbingan kelompok apabila diperlukan, juga dapat dilakukan.

c. Tahap kegiatan

Tahap ini merupakan tahap inti bagi anggota kelompok.

Berlangsungnya kegiatan ini bergantung dari tahap- tahap sebelumnya.

Apabila tahap sebelumnya berjalan baik, maka tahap ketiga ini juga akan

berjalan lancar. Pada tahap ini para anggota kelompok akan berinteraksi

satu sama lain dengan memberi tanggapan dan lain sebagainya untuk

mencapai tujuan bimbingan kelompok yang diharapkan.

d. Tahap pengakhiran

Tahap ini adalah tahap akhir dimana akan ada evaluasi dan

tindak lanjut dari bimbingan kelompok. Kegiatan kelompok berpusat

pada pembahasan dan penjelasan tentang kemampuan anggota kelompok

untuk menetapkan hal-hal yang telah diperoleh melalui layanan

(44)

pemimpin kelompok berperan untuk memberikan penguatan

(reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok tersebut.

Beberapa langkah penting dalam tahap ini adalah pemimpin

kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri;

pemimpin kelompok dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan

hasil-hasil kegiatan, membahas kegiatan lanjutan, kemudian

mengemukakan pesan dan harapan.

Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Penyampaian pengakhiran kegiatan oleh pemimpin kelompok

b. Pengungkapan kesan-kesan dari anggota kelompok

c. Penyampaian tanggapan-tanggapan dari masing-masing anggota

kelompok

d. Pembahasan kegiatan lanjutan

e. Penutup

3. Peran Konselor

Ada sejumlah peran penting yang harus dilaksanakan oleh pemimpin

kelompok. Peran Konselor menurut Prayitno (1995) sebagai pemimpin

kelompok antara lain adalah sebagai berikut:

a. Memberikan bantuan, pengarahan ataupun campur tangan langsung

terhadap kegiatan kelompok. Campur tangan ini meliputi, baik hal-hal

yang bersifat isi dari yang dibicarakan maupun yang mengenai proses

(45)

b. Memusatkan perhatian pada suasana yang berkembang dalam kelompok

itu, baik perasaan anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan

kelompok. Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasanan perasaan

yang dialami itu.

c. Memberikan arah yang dimaksudkan apabila kelompok kurang menjurus

kearah yang dimaksudkan.

d. Memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi

dalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan

kelompok.

e. Mampu mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok, pemegang aturan permainan (menjadi wasit), pendamai dan pendorong kerja sama serta

suasana kebersamaan.

f. Bertanggung jawab dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang

timbul di dalamnya.

g. Disamping itu pemimpin kelompok, diharapkan bertindak sebagai

penjaga agar apapun yang terjadi di dalam kelompok itu tidak merusak

ataupun menyakiti satu orang atau lebih anggota kelompok sehingga ia /

mereka itu menderita karenanya.

4. Peran Siswa

Siswa adalah pihak yang mempunyai masalah untuk diselesaikan

secara bersama-sama agar menjadi pribadi yang mandiri. Kumpulan orang

atau individu ataupun siswa tidak semua dapat dijadikan anggota bimbingan

(46)

perlu membentuk kumpulan individu menjadi sebuah kelompok yang

memiliki persyaratan sebagaimana tersebut di atas. Besarnya kelompok

(jumlah anggota kelompok), dan homogenitas/heterogenitas anggota

kelompok dapat mempengaruhi kinerja kelompok. Sebaiknya jumlah anggota

kelompok tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Kekurangefektifan

kelompok akan mulai terasa jika jumlah anggota kelompok melebihi 10 orang

(Prayitno,2004).

Prayitno (1995) juga mengemukakan peran dan tugas anggota

kelompok adalah:

a. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota

kelompok.

b. Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan

kelompok.

c. Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan

bersama.

d. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya

dengan baik.

e. Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh

kegiatan kelompok.

f. Mampu berkomunikasi secara terbuka.

g. Berusaha membantu anggota lain.

h. Memberi kesempatan anggota lain untuk juga menjalankan peranannya.

(47)

5. Cara-cara Pelaksanaan Bimbingan Kelompok

Hal yang diatur dalam pelaksanaan bimbingan kelompok adalah

sebagai berikut:

a. Masing-masing anggota kelompok dalam bimbingan kelompok secara

bebas dan sukarela berbicara, bertanya, mengeluarkan pendapat, ide,

sikap, saran, serta perasaan yang dirasakannya pada saat itu.

b. Mendengarkan dengan baik bila anggota kelompok berbicara, yaitu

setiap salah satu anggota kelompok menyampaikan tanggapan, maka

anggota kelompok lainnya memperhatikannya, karena dengan

memperhatikannya maka akan mudah untuk saling menanggapi pendapat

lain, sehingga akan menumbuhkan dinamika kelompok di dalam kegiatan

bimbingan kelompok tersebut.

c. Mengikuti aturan yang ditetapkan oleh kelompok dalam bimbingan

kelompok, yaitu dalam pelaksanaan bimbingan kelompok dibuat

semacam kesepakatan antara pemimpin kelompok dengan para anggota

kelompok, sehingga diharapkan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut

dapat berjalan sesuai yang diharapkan oleh kedua belah pihak.

d. Mengadakan evaluasi setelah kegiatan bimbingan kelompok berakhir.

Evaluasi dalam hal ini dilakukan pemimpin kelompok setiap berakhirnya

pertemuan dan evaluasi secara keseluruhan setiap pertemuan kelompok.

6. Kriteria Bimbingan Kelompok yang Efektif

Bimbingan kelompok merupakan suatu sistem yang terdiri dari

(48)

jika semua komponen dalam sistem tersebut mengarah pada perubahan dan

pada sesuatu yang positif. Komponen sistem dalam bimbingan kelompok

menurut Wibowo (2005) adalah:

“Variabel raw input (siswa/anggota kelompok); instrumental input (konselor, program, tahapan dan sarana); environmental input (norma, tujuan dan lingkungan); proses atau perantara (interaksi, perlakuan kontrak perilaku yang disepakati akan

diubah dan dinamika kelompok); output yaitu berkenaan dengan perubahan perilaku atau penguasaan tugas-tugas”.

Komponen-komponen sistem dalam bimbingan kelompok tersebut

adalah:

a. Raw input

Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam

bimbingan kelompok. Raw Input dalam bimbingan kelompok adalah siswa. Karena bimbingan kelompok sifatnya pengembangan dan topik

yang dibahas merupakan topik-topik umum, maka siapapun dapat

menjadi anggota kelompok. Berikut ini beberapa pertimbangan dalam

membentuk suatu kelompok bimbingan (Prayitno, 1995):

1) Jenis kelompok, untuk tujuan-tujuan tertentu perlu dibentuk

kelompok dengan jumlah anggota yang seimbang antara laki-laki

dan perempuan, atau mungkin juga semua jenis kelamin anggota

(49)

2) Umur, pada umumnya dinamika kelompok lebih baik dikembangkan

dalam kelompok-kelompok dengan anggota seumur

3) Kepribadian, keragaman atau keseragaman dalam kepribadian

anggota dapat membawa keuntungan atau kerugian tertentu. Jika

perbedaan diantara para anggota itu amat besar, maka komunikasi

akan terganggu dan dinamika kelompok juga kurang hangat.

4) Hubungan awal, keakraban dapat mewarnai hubungan dalam

anggota kelompok yang sudah saling bergaul sebelumnya, dan

sebaliknya suasana asing akan terlihat oleh para anggota yang belum

saling kenal.

Untuk kelompok tugas, mungkin anggota yang seragam akan

menyelesaikan tugas lebih baik. Sebaliknya, bagi kelompok bebas,

khususnya dengan tujuan kemampuan hubungan sosial dengan

orang-orang baru, anggota kelompok yang beragam akan lebih tepat sasaran.

b. Instrumental input

Konselor (pemimpin kelompok), program, dan tahapan, dan

sarana merupakan instrumental input bimbingan kelompok. Konselor atau pemimpin kelompok harus menguasai keterampilan dan sikap yang

memadai untuk terselenggaranya proses bimbingan kelompok yang

efektif. Diantaranya pemimpin kelompok mampu melaksanakan teknik

(50)

Program kegiatan selayaknya dikembangkan sesuai kebutuhan

siswa, kondisi objektif sekolah, perkembangan yang terjadi di

masyarakat, serta keterampilan dan kemampuan konselor di sekolah yang

bersangkutan (Wibowo, 2005).

c. Enviromental input

Kegiatan layanan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan

lancar dan terarah, apabila terdapat norma kelompok. Norma kelompok

merupakan aturan yang dibuat, dan disepakati serta digunakan dalam

kegiatan bimbingan kelompok. Selain itu lingkungan kondusif dalam

kelompok juga perlu diciptakan demi tercapainya bimbingan kelompok

yang efektif. Lingkungan kondusif yang dimaksud adalah suasana akrab

dan hangat yang mewarnai dinamika kelompok. Dinamika kelompok

merupakan interaksi dinamis antar anggota kelompok dan pemimpin

kelompok dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok.

d. Proses

Kegiatan layanan bimbingan kelompok terlihat hidup apabila

tercipta dinamika di dalamnya. Dinamika kelompok dapat dimanfaatkan

dalam proses interaksi antar anggota dalam membahas topik yang

disajikan, sehingga antar anggota dapat terjalin rasa empati, keterbukaan,

rasa positif, saling mendukung dan merasa setara dengan anggota lain

dalam kelompok tersebut. Oleh karena itu perlu diperhatikan pula

(51)

kelompok. Peran anggota dan pemimpin kelompok dapat dilihat pada

uraian dimuka.

Agar proses bimbingan kelompok dapat mencapai keberhasilan,

perlu disediakan sarana pendukung berupa seperangkat alat bantu untuk

memperlancar proses bimbingan kelompok. Alat bantu tersebut antara

lain ruangan, tempat duduk dan perlengkapan administrasi lainnya

(Wibowo, 2005).

e. Output

Setelah mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok siswa

diharapkan memiliki sikap dan keterampilan yang lebih baik. Dalam hal

ini siswa diharapkan memiliki kemampuan verbal dan non verbal yang

lebih baik. Selain itu siswa diharapkan memiliki keterbukaan, rasa

positif, empati, sikap saling mendukung, dan memiliki rasa setara dan

kebersamaan yang tinggi.

Menurut Amti dan Marjohan (2004) setelah mengikuti kegiatan

bimbingan kelompok diharapkan anggota mampu mengembangkan sikap

dan keterampilan sebagai berikut:

1) Sikap tidak mau menang sendiri, tidak gegabah dalam berbicara,

ingin membantu orang lain, lebih melihat aspek positif dalam

menanggapi pendapat teman-temannya, sopan dan bertanggung

jawab, menahan dan mengendalikan diri, mau mendengar pendapat

(52)

2) Keterampilan mengemukakan pendapat kepada orang lain, menerima

pendapat orang lain dan memberikan tanggapan secara tepat dan

positif.

C. Kaitan Perkembangan Kreativitas dengan Layanan Bimbingan dan

Konseling

Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu

yang baru dalam bentuk gagasan atau barang, berdaya guna dan inovatif. Hal

tersebut dapat terjadi apabila pengembangan kreativitas tidak hanya dilihat dari

dimensi produknya saja, tetapi juga dimensi pribadi, dimensi dorongan dari

lingkungan internal dan eksternal, serta dimensi prosesnya. Dimensi- dimensi

tersebut perlu diperhatikan oleh Institusi Pendidikan sebagai wadah

pengembangan kreativitas siswa, khususnya Bimbingan dan Konseling.

Keberadaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah merupakan hal yang

penting agar siswa dapat menjadi mandiri dan tidak membebek pendapat orang

lain (Winkel, 1997). Perkembangan pribadi siswa didalamnya termasuk

perkembangan kreativitas. Oleh karena itu, Layanan bimbingan dan konseling di

sekolah, perlu diselaraskan bentuk bimbingan, sifat bimbingan, dan ragam

bimbingannya supaya berfungsi untuk membantu siswa meningkatkan kreativitas

melalui topik-topik bimbingan yang ada.

Maka dari itu bentuk bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan

kreativitas siswa adalah bimbingan kelompok. Hal ini dikarenakan bimbingan

kelompok dapat dilakukan dengan lebih cepat, lebih hemat tenaga dan biaya

(53)

mendorong berkembangnya kreativitas siswa secara bersama – sama.

Romlah (2001) menyatakan kegiatan bimbingan kelompok berupa

penyampaian infomasi yang tepat mengenai masalah pendidikan, pekerjaan,

pemahaman pribadi, penyesuaian diri, dan masalah hubungan antar pribadi.

Tujuannya untuk mengembangkan pribadi siswa yang dilakukan secara

berkelompok. Bimbingan kelompok terdiri dari sekitar 5-10 orang dalam satu

kelompok dimana ada yang berperan sebagai pemimpin kelompok, notulensi, dan

anggota kelompok.

Dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling, peserta akan diajak untuk

mendiskusikan suatu hal yang disebut dengan topik bimbingan. Topik bimbingan

adalah bahan diskusi yang bersifat umum yang bertujuan untuk mengembangkan

pemikiran anggotanya (siswa). Topik bimbingan disusun berdasarkan kebutuhan

pesertanya. Dalam hal ini, nantinya peneliti akan mengusulkan topik- topik

bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa yakni untuk

(54)

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk

membuat deskripsi yang sistematik, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta

dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 1998). Dengan

pendekatan secara kuantitatif, penelitian ini menekankan analisisnya pada

data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Data yang

dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud

mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi, maupun

mempelajari implikasi(Azwar, 2005).

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui persepsi siswa kelas

X-XI tahun ajaran 2010-2011 SMA BOPKRI BANGUNTAPAN mengenai

tingkat kreativitasnya dan membuat kesimpulan berdasarkan skor tiap item

pada skala kreativitas siswa yang disusun peneliti kemudian mengusulkan

topik bimbingan kelompok yang dapat mengembangkan kreativitas. Jadi

penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yang memberikan

gambaran tentang tingkat kreativitas para siswa SMA BOPKRI

BANGUNTAPAN berdasarkan analisis skor jawaban subyek pada skala

(55)

menentukan topik-topik bimbingan kelompok yang dapat mengembangkan

kreativitas.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA BOPKRI Banguntapan yang terletak di

Jalan Sukun No. 94 Karangbendo, Banguntapan, Bantul.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan 19 Mei 2011.

C. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto,

1997). Populasi adalah keseluruhan anggota subyek penelitian yang memiliki

kesamaan-kesamaan (Nurgiyantoro, 2002). Populasi siswa kelas X dan XI

tahun ajaran 2010-2011 dengan jumlah 84siswa. Subyek penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas X dan XI SMA BOPKRI BANGUNTAPAN tahun ajaran

2010-2011. Data dirinci dalam tabel 1.

Tabel 1

Populasi Siswa Kelas X dan XI SMA BOPKRI BANGUNTAPAN Tahun ajaran 2010 - 2011

(56)

Sekolah ini dijadikan tempat penelitian dengan pertimbangan: (1)

Peneliti pernah melakukan praktek di sekolah tersebut (2) Kelas XII sudah

fokus pada Ujian Nasional (3) SMA BOPKRI BANGUNTAPAN jarang

dipakai untuk penelitian, sehingga siswa SMA BOPKRI BANGUNTAPAN

diharapkan tidak jenuh dan bersungguh-sungguh dalam mengisi kuesioner,

(4) Dari hasil observasi, peneliti menemukan hal yang merupakan kendala

dalam pengembangan kreativitas, (5) hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan

konseling di sekolah, khususnya dalam membantu siswa mengatasi

permasalahan dan pengembangan diri siswa.

D. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah

kuesioner tingkat kreativitas (Lampiran 1) yang disusun oleh peneliti.

Kuesioner ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama memuat maksud dan

tujuan penelitian, data singkat siswa dan petunjuk pengisian kuesioner.

Bagian kedua adalah pernyataan- pernyataan yang mengungkap tingkat

kreativitas siswa, yang terdiri dari 100 item dengan empat pilihan jawaban

yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak setuju, Sangat Tidak Setuju. Item-item

yang disajikan berupa pernyataan-pernyataan sehubungan dengan indikator

kreativitas yang merupakan turunan dari ciri pribadi yang kreativitas. Ciri

(57)

Tabel 2:

Blue Print Tingkat Kreativitas Siswa Yang Digunakan Dalam Penelitian

No Ciri Indikator Pernyataan Jumlah

Fav Unfav

1 Kelincahan mental untuk berpikir secara deduktif

a. Kemampuan untuk menganalisis masalah atau perkara dari sudut internal dan eksternalnya

1,26 51,76 4

b. Mengumpulkan fakta-fakta untuk difokuskan pada masalah atau perkara yang dihadapi

2,27 52,77 4

c. Menemukan pemecahan yang tepat untuk suatu masalah atau perkara

3,28 53,78 4

2 Kelincahan mental untuk berpikir secara induktif

a. Mampu menghasilkan berbagai pemikiran dari internal dan eksternal atas suatu masalah atau perkara.

4,29 54,79 4

b. Berpikir dari satu gagasan menyebar ke segala arah

5,30 55,80 4

c. Mencari berbagai jawaban /solusi alternative

6,31 56,81 4

d. Mengumpulkan fakta-fakta dari suatu masalah untuk menemukan sudut pandang lain

7,32 57,82 4

3 Orisinalitas a. Kemampuan untuk menghasilkan gagasan

8,33 58,83 4

b. Kemampuan untuk memikirkan gagasan yang tidak dipikirkan orang lain

9,34 59,84 4

c. Kemampuan untuk menghasilkan pemecahan

10,35 60,85 4

d. Kemampuan untuk menghasilkan cara kerja

a. Menyukai kerumitan daripada kemudahan

13,38 63,88 4

b. Memilih tantangan dari keamanan 14,39 64,89 4

c. Mendapat hal-hal yang baru 15,40 65,90 4

5 Fleksibilitas konseptual

a. Secara spontan mengganti cara memandang

6 Latar belakang yang merangsang

a. Mencontoh sifat-sifat khas dari tokoh yang diidolakan

19,44 69,94 4

b. Melihat dan mengalami cara hidup orang kreatif

(58)

c. Melihat dan mengalami cara kerja orang kreatif

21,46 71,96 4

7 Kecakapan dalam banyak hal

a. Memiliki banyak ruang kegiatan 22,47 72,97 4

b. Tersedia berbagai jalan untuk melangkah

23,48 73,98 4

c. Mempunyai variasi dalam hidup 24,49 74,99 4

d. Kecakapan yang saling mendukung satu dengan yang lain

25,50 75,100 4

Jumlah total 100

Subyek diharapkan melakukan pengisian skala sesuai dengan kondisi

yang sungguh terjadi pada mereka, sehingga skala tersebut dapat digunakan

untuk mengukur dan mengungkap tingkat kreativitas siswa kelas X dan XI

SMA BOPKRI BANGUNTAPAN.

Skala yang disusun dalam penelitian ini menggunakan metode rating

yang dijumlahkan (method of summated rating), atau penskalaan model Likert. Summated rating merupakan salah satu metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai

sikapnya (Gable dalam Azwar, 2005). Dalam skala yang menggunakan

metode summated rating, subyek diminta untuk merespon pernyataan-pernyataan yang dirumuskan secara favourable dan unfavourable tentang sebuah obyek yakni kreativitas siswa.

Pernyataan favourable adalah pernyataan yang memihak pada obyek ukur atau yang mengindikasikan tingginya atribut yang diukur, sedangkan

pernyataan unfavourable adalah pernyataan yang tidak memihak pada obyek ukur atau yang mengindikasikan rendahnya atribut yang diukur. Setiap butir

pernyataan memuat empat kategori pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS),

Gambar

Tabel 28. Statistik Deskriptif:
Tabel 1 Populasi Siswa Kelas X dan XI SMA BOPKRI BANGUNTAPAN
Tabel 2:
Tabel 3 Skor Berdasarkan Kategori Jawaban
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah aplikasi terjemahan Bahasa Indonesia ke Bahasa Banjar disertai Analisis sintaksis, yang digunakan untuk membantu para pendatang di Banjar

apabila kelengkapan persyaratan berkas permohonan telah memenuhi ketentuan yang berlaku, petugas front office memberikan tanda bukti penerimaan berkas sebagai alat

unit
 20
 1.100.000.000
 APBD
Kabupaten
 Dinas
PU
 Kabupaten
 Gorontalo
.

Dilihat dari segi pelaksanaan kegiatan diseminasi, Prima Tani merupakan wahana untuk menghubungkan secara langsung Badan Litbang sebagai penyedia teknologi

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh variabel bauran pemasaran 7P yang terdiri dari produk ( product ), harga ( price ),

MP-RHL Daerah merupakan rencana makro yang lebih bersifat management plan penanganan RHL yang disusun secara partisipatif di daerah dengan memperhatikan berbagai aspek dan

Dalam pembingkaian berita demonstrasi mahasiswa Semarang terkait rencana kenaikan harga BBM di TV Borobudur, dalam siaran berita “Jendela Jateng Sore”, pembingkaian

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa senyawa flavonoid hasil isolasi pada konsentrasi 0,6% dan 0,8% memiliki aktivitas mukolitik yang setara dengan