PERSEPSI SISWA KELAS X-XI SMA BOPKRI
BANGUNTAPAN TAHUN AJARAN 2010/2011 TENTANG
TINGKAT KREATIVITAS DAN IMPLIKASINYA PADA
TOPIK - TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan Konseling
Oleh :
Paulus Satrio Prasetyo
NIM : 041114024
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO
Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari
kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk
melakukan dalam suatu cara yang berbeda. ~ Dale Carnegie
Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka
melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang
harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak. ~
Aldus Huxley
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut
dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
♥Skripsi ini kupersembahkan untuk ♥:
1. Yesus Kristus, dengan kuasaNya yang tak terlihat berkenan
memperhatikan hambaNya yang lemah ini.
2. Kedua orangtuaku yang selalu memberikan dukungan berupa apapun dan
juga ikut serta mempunyai harapan besar dalam skripsi ini
3. Untuk saudara-saudariku (Prastomo, Titis, Triko, Dhita) yang menantiku
untuk menyelesaikan apa yang aku mulai
4. Untuk kekasihku, Lucia Maestri Suci, yang mau berproses dan sudah
melakukan banyak pengorbanan
5. Kawan- kawan TADJAM dan FPPI yang dengan lapang dada mau
vii
ABSTRAK
PERSEPSI SISWA KELAS X-XI SMA BOPKRI BANGUNTAPAN TAHUN AJARAN 2010/2011 TENTANG TINGKAT KREATIVITAS
DAN IMPLIKASINYA PADA TOPIK - TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK
Paulus Satrio Prasetyo 041114024
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan tingkat kreativitas siswa kelas X – XI SMA BOPKRI Banguntapan Tahun Ajaran 2010 – 2011, yang kemudian hasilnya menjadi dasar peneliti dalam mengusulkan topik bimbingan kelompok yang sesuai bagi siswa kelas X – XI SMA BOPKRI Banguntapan Tahun Ajaran 2010 – 2011. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil dari penelitian-penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa salah satu penghambat pengembangan kreativitas adalah sistem pendidikan yang lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik. Oleh karena itu peneliti juga mengusulkan kepada sekolah mengenai topik bimbingan kelompok yang sesuai bagi siswa sehingga proses pendidikan memiliki relevansi yang tinggi dan menghasilkan para lulusan dengan kreativitas yang tinggi.
Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan XI SMA BOPKRI Banguntapan Tahun Ajaran 2010- 2011 yang berjumlah 79 orang. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah skala kreativitas. Daya diskriminasi dalam penelitian ini menggunakan batasan rix ≤ 0,220. Skala kreativitas yang disusun sendiri oleh peneliti mempunyai 14 item gugur dan 86 item yang sahih. Berdasarkan teknik Alpha Croncbach, koefisien reliabilitas skala ini sebesar 0,933.
viii
ABSTRACT
PERCEPTION ON CREATIVITY LEVEL OF CLASS 10 AND CLASS 11 STUDENTS OF BOPKRI BANGUNTAPAN SENIOR HIGH SCHOOL, YOGYAKARTA, SCHOOL YEAR 2010/2011 AND ITS IMPLICATIONS
ON PROPOSED GROUP GUIDANCE TOPICS
Paulus Satrio Prasetyo class 10 and class 11 of BOPKRI Banguntapan Senior High School, School Year 2010/2011 and to propose group guidance topics appropriate for these students. This study is inspired by previous studies which mentioned that education system which emphasized intelligence in a narrow sense and lack of attention in developing students’ creative potential have been obstacles in promoting creativity. Therefore, the researcher also proposed appropriate group guidance topics for these students in order to improve creativity of the school graduates.
Subjects of the study were all of class 10 and class 11 students of BOPKRI Banguntapan Senior High School, School Year 2010/2011. Total number of the subjects involved in this study was 79 students. Research instrument used was a scale on creativity composed by the researcher. The limit of item discrimination index used in the questionnaire was rix ≥ 0.220. There were 14 items stated as invalid and 86 items were stated as valid. The questionnaire of the coefficient reliability was 0.993 and was calculated using Alpha Cronbach Technique.
x
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Allah di Surga atas berkah yang melimpah sehingga proses
penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan hasil yang memuaskan.
Proses penyusunan skripsi ini melibatkan banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik material maupun spiritual yang sangat berarti bagi
penulis, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bruder Triyono, SJ, SS, MS, selaku dosen pembimbing yang selalu
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam proses penulisan
skripsi ini hingga selesai.
2. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M, Si selaku Kaprodi BK, yang telah
memberikan dukungan dan semangat dalam proses penulisan skripsi ini.
3. Bapak Joko Wigati, selaku Kepala SMA BOPKRI BANGUNTAPAN
Yogyakarta, yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian
di sekolah ini.
4. Bapak Yala, selaku Guru BK SMA BOPKRI BANGUNTAPAN
Yogyakarta, yang telah membantu peneliti dalam penyebaran kuesioner
untuk kelas X dan XI.
5. Para siswa SMA BOPKRI BANGUNTAPAN Yogyakarta, yang telah
meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penelitian dengan penuh
xi
6. Ibu Ag. Krisna Indah Marheni,S.Pd.,M.A, yang selalu menerima peneliti
dengan terbuka dan senyuman manis. Terima kasih untuk mengoreksi
kuesioner saya dan selalu membuat saya merasa diterima.
7. Pak Gie (Purna), dan mas Moko yang telah memberikan pelayanan yang
baik kepada saya dan rekan- rekan mahasiswa selama ini.
8. Pegawai Pemerintah Provinsi DIY dan Bapak Ir. Pulung Haryadi. MSc ,
selaku Kepala BAPPEDA Kabupaten Bantul yang telah membantu
perijinan untuk melakukan penelitian tentang kreativitas di SMA BOPKRI
Banguntapan.
9. Orangtuaku tersayang, Bapak Ignatius Poedjo Pranowo dan Ibu Luciana
Poerwanti Soeweni di Jakarta yang selama ini selalu mensupport baik
material maupun imaterial, dan selalu meyakinkan bahwa peneliti bisa
lulus.
10.Kekasihku, Lucia Maestri Suci yang selama ini selalu membantu penulis
selama pembuatan skripsi ini. Kesabaran itulah yang aku butuhkan.
11.Teman- teman BK ’04 yang sudah lebih dahulu lulus, kerja dan menikah. Kebersamaan yang singkat bukan berarti dalamnya arti itu juga kecil.
12.Semua pihak yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
xiii
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Persepsi ... 10
1. Pengertian Persepsi ... 10
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 11
3. Aspek-Aspek Persepsi ... 13
B. Kreativitas ... 14
1. Pengertian kreativitas ... 14
2. Dimensi Kreativitas ... 16
a. Dimensi Person ... 16
b. Dimensi Process ... 16
c. Dimensi Press ... 17
d. Dimensi Product ... 18
3. Karakteristik Pribadi Kreatif ... 19
C. Bimbingan Kelompok ... 21
1. Pengertian Bimbingan Kelompok ... 22
2. Pelaksanaan Bimbingan Kelompok ... 23
a. Tahap pembentukan ... 23
xiv
6. Kriteria Bimbingan Kelompok yang Efektif ... 28
a. Raw Input ... 29
b. Instrumental Input ... 30
c. Environmental Input ... 31
d. Proses ... 31
e. Output ... 32
D. Kaitan Perkembangan Kreativitas dengan Layanan Bimbingan dan Konseling ... 33
BAB III. METODE PENELITIAN ... 35
A. Jenis Penelitian ... 35
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
1. Tempat Penelitian ... 36
2. Waktu Penelitian ... 36
C. Populasi Penelitian ... 36
D. Instrumen Penelitian ... 37
E. Langkah Pengambilan Data ... 42
F. Teknik Pengujian Instrumen ... 43
1. Validitas ... 43
2. Reliabilitas ... 44
G. Analisis Data ... 45
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Pelaksanaan Penelitian ... 48
xv
C. Deskripsi Data Statistik Masing- masing Aspek Kreativitas ... 52
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65
E. Penentuan Usulan Topik Bimbingan Kelompok ... 67
1. Beda Itu Baik ... 67
2. Menghadapi Masalah Dengan Efektif ... 69
BAB V. PENUTUP ... 71
A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 72
1. Kepala Sekolah ... 72
2. Para Guru ... 73
3. Siswa ... 73
4. Peneliti lain ... 73
5. Konselor Sekolah ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Populasi siswa kelas X dan XI SMA BOPKRI BANGUNTAPAN ... 36
Tabel 2. Blue Print Tingkat Kreativitas Siswa Yang Digunakan Dalam Penelitian ... 38
Tabel 3. Skor Berdasarkan Kategori Jawaban ... 40
Tabel 4. Norma Kategorisasi Jenjang ... 45
Tabel 5. Norma Kategorisasi dengan Batasan Angka-angka ... 47
Tabel 6. Norma Kategorisasi Skala ... 47
Tabel 7. Deskripsi Data Penelitian ... 49
Tabel 8. Tingkat Kreativitas siswa SMA BOPKRI BANGUNTAPAN ... 51
Tabel 9. Data Tingkat Kreativitas Siswa Pada Setiap Aspek Kreativitas ... 53
Tabel 10. Statistik Deskriptif: Aspek Kelincahan mental untuk berpikir secara deduktif ... 55
Tabel 11. Norma Kategorisasi Aspek Kelincahan mental untuk berpikir secara deduktif ... 55
Tabel 12. Tingkat Kreativitas siswa Aspek Kelincahan mental untuk berpikir secara deduktif ... 56
Tabel 13. Statistik Deskriptif: Aspek Kelincahan mental untuk berpikir secara induktif ... 56
xvii
Tabel 15. Tingkat Kreativitas siswa
Aspek Kelincahan mental untuk berpikir secara induktif ... 57
Tabel 16. Statistik Deskriptif:
Aspek Orisinalitas ... 58
Tabel 17. Norma Kategorisasi
Aspek Orisinalitas ... 58
Tabel 18. Tingkat Kreativitas siswa
Aspek Orisinalitas ... 58
Tabel 19. Statistik Deskriptif:
Aspek Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas ... 59
Tabel 20. Norma Kategorisasi
Aspek Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas ... 60
Tabel 21. Tingkat Kreativitas siswa
Aspek Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas ... 60
Tabel 22. Statistik Deskriptif:
Aspek Fleksibilitas konseptual ... 61
Tabel 23. Norma Kategorisasi
Aspek Fleksibilitas konseptual ... 61
Tabel 24. Tingkat Kreativitas siswa
Aspek Fleksibilitas konseptual ... 61
Tabel 25. Statistik Deskriptif:
xviii
Tabel 26. Norma Kategorisasi
Aspek Latar belakang yang merangsang ... 63
Tabel 27. Tingkat Kreativitas siswa
Aspek Latar belakang yang merangsang ... 63
Tabel 28. Statistik Deskriptif:
Aspek Kecakapan dalam banyak hal ... 63
Tabel 29. Norma Kategorisasi
Aspek Kecakapan dalam banyak hal ... 64
Tabel 30. Tingkat Kreativitas siswa
Aspek Kecakapan dalam banyak hal ... 64
Tabel 31. Daftar pernyataan ciri orisinalitas ... 67
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I. Skala Kreativitas sebelum seleksi item ... 79
Lampiran II Analisis Uji Reliabilitas ... 85
Lampiran III Data Item yang Sahih ... 94
Lampiran IV Analisis Frekuensi ... 101
Lampiran V Analisis Deskriptif secara umum dan Per dimensi ... 104
Lampiran VI Skala Kreativitas sesudah seleksi item ... 106
Lampiran VII Usulan Topik Bimbingan Kelompok ... 111
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia memiliki banyak potensi dalam dirinya yang dapat
bermanfaat dan menunjang hidup bila dikembangkan secara optimal. Kreativitas
adalah salah satu potensi yang perlu dikembangkan karena dibutuhkan di semua
bidang kegiatan manusia, seperti bidang seni, akademik, psiko sosial,
kepemimpinan, psikomotor. Manusia yang kreatif akan mampu menemukan
banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah yang penekanannya pada
ketepatgunaan dan keragaman jawaban (Munandar, 2004).
Akan tetapi, perkembangan kreativitas mengalami hambatan karena
adanya anggapan-anggapan dalam masyarakat yang meyakini bahwa kreativitas
adalah bawaan dan hanya dimiliki oleh orang jenius, sehingga tidak ada yang
dapat dilakukan untuk membuat orang menjadi kreatif (Kurniati, 2005). Banyak
orang mengira kreativitas terlahir dari alam, yang artinya seseorang itu menjadi
kreatif atau tidak, sudah ditetapkan sejak dalam kandungan (
www.pendidikan-rumah.blogspot.comdiakses tanggal 2 Februari 2009).
Kenyataannya, perkembangan kreativitas sebagai potensi diambil alih
lingkungan dan orang-orang terdekat. Sebuah penelitian menyebutkan, ketika
sejumlah mahasiswa diminta untuk membuat puisi, separuh dari mereka diberikan
penjelasan bahwa puisinya akan dinilai dan separuh yang lain dibiarkan saja.
instruksi menghasilkan puisi yang penuh dengan kreativitas dan sebaliknya. Ini
menunjukkan bahwa lingkungan sosial memberikan pengaruh terhadap kreativitas
seseorang (www.wangmuba.com diakses tanggal 2 Februari 2009).
Permasalahan mengenai kreativitas juga berkaitan dengan sistem
pendidikan yang lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang
sempit dan kurang memberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta
didik. Semiawan menilai pendidikan saat ini membuat anak tidak kreatif karena
siswa hanya diajak untuk melihat satu jawaban yang benar dan takut berpikir
berbeda dengan pendapat gurunya (www.sinarharapan.co.id diakses tanggal 2
Februari 2009).
Oleh karena itu, pengembangan kreativitas di sekolah sangat penting
dilakukan agar proses pendidikan memiliki relevansi yang tinggi dan
menghasilkan para lulusan dengan kreativitas yang tinggi. Sekolah seyogyanya
dapat menyediakan kurikulum yang memungkinkan para siswa untuk berfikir
kritis dan kreatif, serta memiliki keterampilan pemecahan masalah, sehingga pada
gilirannya mereka dapat merespons secara positif setiap kesempatan dan
tantangan yang ada serta mampu mengelola resiko untuk kepentingan kehidupan
pada masa sekarang maupun mendatang (www.akhmadsudrajat.wordpress.com diakses
tanggal 27 April 2009).
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
merupakan kelompok mata pelajaran akhlak mulia yang bertujuan
mengembangkan kepribadian. Seperti yang dikemukakan oleh Winkel (1997),
tujuan bimbingan adalah agar sesama manusia mengatur kehidupan sendiri,
menjamin perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin, memikul tanggung
jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri, menggunakan kebebasannya
sebagai manusia secara dewasa dengan berpedoman pada cita-cita yang
mewujudkan semua potensi yang baik padanya, dan menyelesaikan semua tugas
yang dihadapi dalam kehidupan ini secara memuaskan.
Dalam Winkel (1997), Bimbingan diklasifikasikan menurut ragam
bimbingan, bentuk bimbingan dan sifat bimbingan. Ragam Bimbingan merupakan
fokus pelayanan bimbingan, yang terdiri dari bimbingan pribadi, sosial, akademik
dan karier. Sifat bimbingan merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan
bimbingan. Sifat juga dibagi berdasarkan fungsinya yaitu fungsi pengembangan,
pencegahan dan pengobatan. Bentuk bimbingan merupakan pembagian atas
jumlah orang yang diberi layanan bimbingan,sehingga dapat dibagi menjadi
bimbingan individu dan bimbingan kelompok.
Bimbingan kelompok merupakan salah satu pengalaman melalui
pembentukan kelompok yang khas untuk keperluan pelayanan bimbingan
(Winkel,1997). Bimbingan kelompok bertujuan supaya orang yang dilayani
menjadi mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan
tidak sekedar mengikuti pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri, dan berani
menanggung sendiri efek serta konsekuensi dari segala tindakannya.
memotivasi anggota kelompok untuk berani mandiri, menunjukkan
kemampuannya, berani mengemukakan pendapatnya, dan berani berbeda. Hal
tersebut merupakan bagian yang sangat diperlukan untuk mengembangkan
kreativitas siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Mangunhardjana (2006) bahwa
karakteristik orang yang kreatif antara lain mampu berpikir konvergen (berpikir
dari segala arah), berpikir divergen (berpikir ke segala arah), kemampuan berpikir
fleksibel, kemampuan menghasilkan gagasan yang tidak lazim, menyukai
tantangan, pekerja keras, mandiri, pantang menyerah, kaya akan humor dan
fantasi. Karakteristik di atas merupakan hal yang penting dalam mengembangkan
kreativitas.
SMA BOPKRI BANGUNTAPAN berada di bawah yayasan BOPKRI
cabang Yogyakarta. Pada tanggal 20 Desember 2006 SMA BOPKRI
BANGUNTAPAN terakreditasi berdasarkan SK
No.21.2/BAS-PROP/TU/XII/2006 dengan memperoleh peringkat A, Status Disamakan. Dalam
pelaksanaan pendidikan untuk kelas X, XI, dan XII menggunakan sistem
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Selama melakukan PLBK (Praktek Lapangan Bimbingan dan Konseling)
selama 5 (lima) minggu di SMA BOPKRI BANGUNTAPAN Yogyakarta,
peneliti melakukan pengamatan atas kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap
siswa, pembahasan dan penyampaian materi di kelas, serta melakukan
pengumpulan informasi dari beberapa staf SMA BOPKRI BANGUNTAPAN.
Dari data tersebut, peneliti menemukan beberapa hal yang menarik untuk diteliti
kreativitas siswa SMA BOPKRI BANGUNTAPAN.
Kendala dalam pengembangan kreativitas antara lain adalah sikap guru
menentukan dalam berkembangnya kreativitas siswa. Sikap guru yang memotivasi
siswa membuat siswa mampu untuk mengembangkan kreativitasnya. Tindakan
guru yang menekankan secara ketat untuk menyelesaikan pekerjaan, menekankan
kepada siswa bahwa guru selalu benar merupakan tindakan yang justru membatasi
kreativitas siswa. Kendala lainnya adalah adanya kelas tambahan yang diadakan
menjelang ujian juga merupakan evaluasi yang hanya dilakukan oleh guru kepada
siswa, kurang mementingkan evaluasi dari siswa sendiri.
Kendala dalam pengembangan kreativitas siswa yang tampak dari situasi
kelas adalah adanya perasaan takut gagal dalam melakukan suatu hal yang juga
membatasi kreativitas siswa.
Perilaku dan sikap siswa yang menjadi kendala dalam pengembangan
kreativitas adalah adanya tekanan akan konformitas yang merupakan kendala
pengembangan kreativitas siswa di sekolah. Ketakutan siswa untuk berbeda
dengan teman-teman sebayanya membuat siswa takut untuk mengambil resiko.
Siswa yang berbeda dengan yang lainnya akan dijauhi. Siswa perlu lebih diberi
motivasi dan dipercaya supaya kepercayaan diri dan kreativitasnya dapat
berkembang. Secara umum, dalam penyampaian dan pembahasan materi, guru
menguasai materi yang akan diajarkan kepada siswa
Mengingat pentingnya kreativitas, maka perlu diketahui tingkat
kreativitas para siswa kelas X-XI SMA BOPKRI BANGUNTAPAN. Ideal
keterbatasan peneliti, penelitian ini difokuskan pada pendapat, keyakinan atau
persepsi mereka tentang ciri pribadi kreatif yang meliputi kelincahan mental untuk
berpikir secara deduktif, kelincahan mental untuk berpikir secara induktif,
orisinalitas, lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas, fleksibilitas
konseptual, latar belakang yang merangsang, kecakapan dalam banyak hal.
Dengan mengetahui persepsi siswa SMA BOPKRI BANGUNTAPAN mengenai
ciri pribadi yang kreatif, dapat dirumuskan berbagai topik bimbingan kelompok
yang dapat meningkatkan kreativitas siswa.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
persepsi siswa kelas X-XI tahun ajaran 2010-2011 tentang tingkat kreativitas dan
implikasinya pada topik- topik bimbingan kelompok. Penelitian ini mengambil
populasi siswa– siswa Kelas X– XI SMA BOPKRI BANGUNTAPAN, Bantul.
B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, maka penelitian ini difokuskan pada
tingkat kreativitas siswa dan usulan topik bimbingan kelompok yang sekiranya
mampu meningkatkan tingkat kreativitas siswa
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persepsi siswa kelas X - XI SMA BOPKRI BANGUNTAPAN
mengenai tingkat kreativitasnya berdasarkan ciri pribadi yang kreatif?
2. Topik-topik bimbingan apa saja yang mampu membantu pengembangan
D. Tujuan Penelitian
1. Penelitian dilakukan untuk mengetahui persepsi siswa kelas X – XI SMA
BOPKRI BANGUNTAPAN Tahun Ajaran 2010 – 2011 mengenai tingkat
kreativitasnya berdasarkan ciri pribadi yang kreatif.
2. Peneliti mengusulkan topik bimbingan kelompok yang sesuai bagi siswa
kelas X – XI SMA BOPKRI BANGUNTAPAN dengan mengacu pada hasil
penelitian.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Kepala Sekolah
Sebagai informasi tambahan untuk mengevaluasi langkah-langkah
kebijakan yang telah dilakukan dan telah dicapai dalam rangka
pengembangan kreativitas para siswa di sekolah. Dapat juga, dijadikan bahan
pertimbangan dan pemikiran lebih jauh dalam menentukan kebijakan
selanjutnya.
2. Para Guru
Membantu mereka untuk mengidentifikasikan tingkat kreativitas
para siswa dan usulan topik-topik bimbingan kelompok, sehingga mereka
diharapkan akan lebih mampu mengadakan usaha-usaha dalam
pengembangan kreativitas siswa yang lebih tepat.
3. Siswa
Siswa dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk lebih
4. Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan peneliti lain sebagai sumber
inspirasi atau bahan pembanding apabila ingin mengembangkan penelitian di
sekitar topik yang sama.
5. Peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan
menjadi bahan informasi mengenai tingkat kreativitas siswa dan usulan
topik-topik bimbimbingan. Informasi ini dapat menjadi modal bagi peneliti supaya
lebih siap menghadapi tugas-tugasnya yang akan datang sebagai konselor
sekolah yang mampu memberikan pelayanan bimbingan dan konseling secara
profesional.
6. Konselor Sekolah
Hasil penelitian ini digunakan untuk menambah wawasan khususnya
tentang hal- hal apa saja yang dapat mengembangkan kreativitas. Informasi
ini dapat digunakan sebagai usulan topik dalam bimbingan kelompok.
F. Definisi Operasional
1. Persepsi
Persepsi adalah pandangan, pendapat, atau keyakinan siswa tentang
tingkat kreativitas berdasarkan karakteristik pribadi yang kreatif seperti yang
dimaksud dalam pernyataan- pernyataan kuesioner.
2. Tingkat kreativitas
Dalam penelitian ini, tingkat kreativitas didefinisikan sebagai tinggi
bentuk gagasan atau barang yang berdaya guna dan inovatif. Kemampuan
tersebut meliputi tujuh ciri yakni kelincahan mental untuk berpikir secara
deduktif, kelincahan mental untuk berpikir induktif, orisinalitas, lebih
menyukai kompleksitas daripada simplisitas, fleksibilitas konseptual, latar
belakang yang merangsang, dan kecakapan dalam banyak hal.
Tanggapan siswa akan akan berkisar dari rentang skala 1 yang
bermakna sangat tidak setuju, sampai 4 yang bermakna sangat setuju.
3. Bimbingan kelompok
Pelayanan pemberian informasi kepada lebih dari satu orang pada waktu yang
bersamaan agar memahami diri dan lingkungan kemudian mengembangkan
dirinya.
4. Topik
Pokok pikiran yang sudah ditentukan oleh konselor berdasarkan kebutuhan
siswa, dan akan dibahas oleh konselor dan siswa sewaktu melakukan
pelayanan bimbingan kepada lebih dari satu orang pada waktu yang
bersamaan. Baik bimbingan kelompok atau konseling kelompok.
5. Siswa kelas x-xi sma bopkri banguntapan
Siswa yang belajar dan terdaftar di kelas x - xi sma bopkri banguntapan tahun
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Pengertian persepsi telah diuraikan oleh berbagai tokoh di bidang
psikologi, antara lain:
a. Proses persepsi terjadi karena adanya rangsang dari luar individu.
Rangsang itu diterima melalui alat indra, kemudian ditafsirkan, sehingga
mempunyai arti bagi orang yang bersangkutan. Adanya rangsang dari
luar individu mengakibatkan suatu proses dalam diri individu, dan pada
akhirnya individu akan memberikan tanggapan (Kartini Kartono, 1984).
b. Proses mengorganisir dan menggabungkan data indra kita (penginderaan)
untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat menyadari
sekelilingnya, termasuk dirinya sendiri (Davidoff,1988).
c. Pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
(Rahmat, 1985)
d. Persepsi juga diartikan sebagai pandangan, pengamatan atau tanggapan
individu terhadap benda, kejadian, tingkah laku manusia atau hal-hal
e. Kata lain untuk persepsi adalah paradigma yang artinya adalah cara orang
memandang sesuatu, pandangan atau keyakinan terhadap sesuatu (Covey,
2001)
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Irwanto, dkk (1988) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi persepsi, yaitu:
a. Perhatian yang selektif
Perhatian adalah proses konsentrasi pikiran atau pemusatan
aktivitas mental. Perhatian melibatkan proses seleksi terhadap beberapa
objek yang hadir pada saat yang bersangkutan, kemudian pada saat yang
bersamaan pula seseorang memilih hanya satu objek, sementara
objek-objek yang lain diabaikan. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang akan
menerima rangsang dari lingkungannya. Apabila suatu rangsang
mendapat perhatian dari individu, maka rangsang tersebut akan disadari
dan ditanggapi dengan cepat. Sedangkan rangsang yang kurang mendapat
perhatian akan kurang disadari dan kurang ditanggapi.
Semakin besar perhatian seseorang, semakin besar kesadarannya
akan rangsang itu dan semakin besar pula kemungkinan orang yang
bersangkutan menanggapinya. Semakin kecil perhatian seseorang,
semakin kecil kesadarannya akan rangsang yang bersangkutan dan
b. Sifat-sifat rangsang
Rangsang yang bergerak akan lebih menarik perhatian bagi
seseorang daripada rangsang yang diam. Seseorang akan menaruh
perhatian pada rangsang yang ukurannya lebih besar daripada rangsang
yang ukurannya kecil. Rangsang yang akan lebih mendapat perhatian
seseorang adalah rangsang yang berlatar belakang kontras daripada yang
berlatar belakang biasa. Rangsang yang akan lebih mendapat perhatian
adalah rangsang yang intensitas rangsangnya paling kuat.
c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu
Persepsi juga ditentukan oleh sejauh mana rangsang itu bernilai
bagi seseorang dan sesuai dengan kebutuhannya. Nilai yang dianut dan
kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi.
Walaupun rangsang yang dihadirkan pada dua orang sama, namun
persepsi yang terjadi bisa jadi berbeda karena perbedaan nilai dan
kebutuhannya.
d. Pengalaman terdahulu
Perhatian seseorang terhadap rangsang turut ditentukan oleh
pengalaman akan rangsang yang dimiliki sebelumnya. Pengalaman-
pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana orang
mempersepsikan dunianya.
Persepsi merupakan suatu tanggapan terhadap suatu objek, peristiwa
atau pengalaman tertentu yang dapat diterima dan dimengerti oleh penerima
sekitar. Stimulus adalah segala sesuatu yang mengenai reseptor sehingga
organisme menjadi aktif (Walgito, 2004). Stimulus dapat berasal dari dalam dan
dari luar individu, tetapi kebanyakan berasal dari luar individu.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, persepsi siswa diartikan
sebagai pandangan, pendapat atau keyakinan siswa mengenai ciri pribadi yang
kreatif, yang meliputi kelincahan mental untuk berpikir deduktif, kelincahan
mental untuk berpikir secara induktif, orisinalitas, lebih menyukai kompleksitas
daripada simplisitas, fleksibilitas konseptual, latar belakang yang merangsang
dan kecakapan dalam banyak hal.
3. Aspek-Aspek Persepsi
Menurut Walgito (1994) dan Alfian (1985) aspek- aspek persepsi adalah
sebagai berikut: (1) rangsang, (2) tanggapan, dan (3) perilaku.
a. Rangsang
Setiap rangsang ditimbulkan oleh obyek. Rangsang dapat berasal dari luar
diri individu, dapat pula berasal dari dalam diri individu. Rangsang yang
berasal dari luar diri individu akan mengenai alat indera selaku penerima
rangsang atau reseptor, lalu meneruskannya ke syaraf penerima atau
sensoris. Sedangkan rangsang yang berasal dari dalam diri individu
langsung mengenai penerima.
b. Tanggapan
Setiap rangsang yang ditanggapi oleh individu terjadi dalam proses
lalu langsung mengenai reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman
karena terjadi secara alamiah. Rangsang yang diterima oleh reseptor
diteruskan ke syaraf sensoris setelah mengalami penyeleksian, dan
dilanjutkan oleh syaraf ke otak sebagai pusat kesadaran, sehingga
menimbulkan tanggapan individu terhadap obyek yang dilihatnya.
c. Perilaku
Persepsi yang diperoleh dalam proses penyadaran itu ditentukan oleh
nilai-nilai yang dianut individu. Dalam proses itu persepsi sekaligus merupakan
suatu penilaian, pendapat, dan pandangan.
Setiap penilaian, pendapat, dan pandangan yang dianggap penting oleh
individu menuntut individu untuk melaksanakannya. Maka persepsi perlu
dilihat dalam rangkaian perilaku; persepsi berfungsi sebagai persiapan ke
perilaku konkrit. Nilai-nilai tidak hanya mempengaruhi persepsi,
melainkan juga perilaku.
B. Kreativitas
Kreativitas begitu bermakna dalam hidup, karenanya perlu dipupuk sejak
dini dalam diri anak didik. Karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan atau
mengaktualisasikan dirinya, meningkatkan kualitas hidupnya, dan memberikan
manfaat bagi diri pribadi dan bagi lingkungan kemudian mengembangkannya.
1. Pengertian Kreativitas
Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda. Sedemikian beragam
definisi itu, sehingga pengertian kreativitas bergantung pada bagaimana
Kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan
mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan
dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain (Clark Moustakis,
1967).
Menurut Rhodes (Munandar, 2004) kreativitas umumnya
didefinisikan sebagai Person, Process, Press, dan Product. Keempat P ini saling berkaitan, yaitu Pribadi (Person) melibatkan diri dalam proses (Process) kreatif, dan dengan dorongan (Press) dari lingkungan, menghasilkan produk (Product) kreatif.
Supriadi (1994) memaparkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan
seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun
karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Sementara itu Munandar (1999) mengemukakan bahwa kreativitas adalah
kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi,
atau unsur-unsur yang sudah ada atau sudah dikenal sebelumnya, yaitu semua
pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh diperoleh seseorang
selama hidupnya baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun dari
lingkungan masyarakat.
Horrace (Sumarno, 2003) mengatakan bahwa kreativitas adalah
kemampuan seseorang untuk menemukan cara-cara baru bagi pemecahan
problema-problema, baik yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan, seni
sama sekali baru bagi yang bersangkutan, meskipun bagi orang lain
merupakan suatu hal yang tidak asing lagi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang
baru dalam bentuk gagasan atau barang yang berdaya guna dan inovatif.
2. Dimensi Kreativitas
Ada 4 (empat) dimensi kreativitas yang penting, yakni Person, Process, Press, danProduct.
a. Dimensi Person
Definisi pada dimensi person menjelaskan kreativitas dengan
berfokus pada individu kreatif.
Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan
kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, Hal ini erat
kaitannya dengan bakat (Munandar, 1999). Sedangkan Hulbeck
menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan
kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya (Munandar, 2004).
b. Dimensi Process
Definisi kreativitas pada dimensi proses berfokus pada cara
berpikir yang mampu memunculkan ide-ide unik atau kreatif. Munandar
menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan
yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, orisinalitas dan
Munandar (2004) menambahkan bahwa kreativitas dilihat dari
prosesnya adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan, orisinalitas, elaborasi, evaluasi, rasa ingin tahu, imajinatif,
merasa tertantang oleh kemajuan, berani mengambil resiko, dan sifat
menghargai.
c. Dimensi Press
Definisi kreativitas yang menekankan faktor press memusatkan
perhatian pada dorongan internal yang berupa keinginan dan hasrat
untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif dan dorongan eksternal
dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson (Munandar,
1999), merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya
sebagai berikut :
“The initiative that one manifests by his power to break away
from the usual sequence of thought”. Yang dapat diartikan sebagai
sebuah prakarsa yang ditunjukkan seseorang melalui kekuatannya untuk
melepaskan diri dari rangkaian pikiran yang biasa. Mengenai press
external, ada lingkungan yang tidak menghargai imajinasi dan fantasi,
tapi ada juga yang menekankan kreativitas serta inovasi.
Kreativitas kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu
menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau
perkembangan baru. Anggota dalam suatu kelompok yang menyimpang
dari aturan, nilai, norma serta tradisi yang berlaku tentunya akan
dia ingin lakukan, tapi dia melakukannya untuk diterima oleh orang lain
(Munandar, 2004).
d. Dimensi Product
Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan
kreativitas dengan berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh
individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi atau
penggabungan yang inovatif.
Definisi kreativitas yang berfokus pada produk menekankan
orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (Munandar, 1999)
yang menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk
menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut
Haefele (Munandar, 1999) yang menyatakan kreativitas adalah
kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai
makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat
sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah
ada sebelumnya.
Setiap aspek dari definisi kreativitas di atas memiliki penekanan
masing-masing. Aspek-aspek tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama
lain. Oleh karena itu, pemahaman mengenai kreativitas harus
mempertimbangkan keempat dimensi yang ada, yakni person, process,
3. Karakteristik Pribadi Kreatif
Csikzentmihalyi (Munandar, 1999) mengemukakan karakteristik
orang yang kreatif antara lain:
a. Mempunyai kekuatan energi fisik, tetapi juga bisa tenang dan rileks,
bergantung pada situasinya.
b. Cerdas dan cerdik, tetapi pada saat yang sama mereka juga naïf.
c. Bekerja keras, keuletan dan ketekunan.
d. Berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu
pada realitas.
e. Menunjukkan kecenderungan baik introversi maupun ekstroversi.
f. Bersikap rendah hati dan bangga akan karyanya.
g. Menunjukkan kecenderungan androgini psikologis.
h. Cenderung mandiri bahkan suka menentang, tetapi dipihak lain mereka
bisa tetap tradisional dan konservatif.
i. Sangat bersemangat dan juga objektif dalam penilaian karyanya.
j. Sikap keterbukaan dan sensitivitas sering membuatnya menderita jika
mendapatkan banyak kritik dan serangan terhadap hasil jerih payahnya,
namun disaat yang sama ia juga merasakan kegembiraan yang luar biasa.
Karakteristik pribadi kreatif menurut Sund dalam Slameto (2003)
antara lain:
a. Hasrat keingintahuan yang cukup besar
b. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru
d. Keinginan untuk menemukan dan meneliti
e. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit
f. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan
g. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas
h. Berpikir fleksibel
i. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban
lebih banyak
j. Kemampuan membuat analisis dan sintetis
k. Memiliki semangat bertanya serta meneliti
l. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik
m. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas
Pendapat lain tentang karakteristik individu yang kreatif juga
dikemukakan oleh Mangunhardjana (2006) bahwa karakteristik orang yang
kreatif antara lain mampu berpikir konvergen (berpikir dari segala arah),
berpikir divergen (berpikir ke segala arah), kemampuan berpikir fleksibel,
kemampuan menghasilkan gagasan yang tidak lazim, menyukai tantangan,
latar belakang yang merangsang, kecakapan dalam banyak hal, pekerja keras,
mandiri, pantang menyerah, mampu berkomunikasi dengan baik, lebih
tertarik pada konsep, rasa ingin tahu, kaya akan humor dan fantasi, terbuka
terhadap ide baru, mempunyai arah yang mantap, tidak ambil pusing
terhadap, dan kekacauan psikologis.
Dari uraian tersebut berarti bahwa karakteristik di atas merupakan
dapat diketahui melalui kepribadian yang ditampilkan sebagai kebiasaan,
sehingga menjadi karakteristik spesifik. Dari ketiga uraian diatas mengenai
karakteristik pribadi yang kreatif yang penulis gunakan sebagai atribut dalam
penelitian ini adalah karakteristik pribadi kreatif menurut Mangunhardjana.
Karakteristik pribadi yang kreatif dapat dijadikan sebagai atribut
pengukuran tingkat kreativitas seseorang karena karakteristik kreativitas
adalah hal yang khas yang membedakan antara pribadi yang kreatif dengan
pribadi yang tidak kreatif. Dalam penelitian ini, peneliti mengukur kreativitas
subyek dan mengkategorikannya menjadi kreativitas tinggi, sedang dan
rendah.
B. Bimbingan Kelompok
Bimbingan dan Konseling menangani 4 (empat) bidang bimbingan yaitu
bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, bidang bimbingan akademik
atau belajar, dan bidang bimbingan karier. Keempat bidang ini memiliki banyak
topik untuk mengembangkan potensi siswa secara pribadi, sosial, akademik dan
karier.
Bimbingan dan konseling mempunyai kegiatan pokoknya, yaitu: kegiatan
layanan, kegiatan pendukung, Program Bimbingan dan Konseling, alokasi waktu
dan jadwal kegiatan, penilaian dalam bimbingan dan konseling, muatan
pendidikan budi pekerti dalam bimbingan dan konseling, pengelolaan bimbingan
dan konseling (Depdiknas, 2004).
Bimbingan kelompok tergolong dalam kegiatan layanan. Layanan
secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan
membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan
pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau
tindakan tertentu melalui dinamika kelompok.
1. Pengertian Bimbingan kelompok
Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang
diberikan pada individu dalam kelompok (Romlah, 2001). Sedangkan
menurut Prayitno (1995) bimbingan kelompok diartikan sebagai upaya untuk
membimbing kelompok-kelompok siswa, agar menjadi besar, kuat dan
mandiri.
Sukardi (2002) menjelaskan bahwa:
“Layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh bahan dari narasumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan”.
Winkel (2004) mengatakan bahwa “ bimbingan adalah proses
membantu orang perorang dalam memahami dirinya sendiri dan
lingkungannya” selanjutnya dinyatakan bahwa “kelompok berarti kumpulan
dua orang atau lebih”.
Bimbingan kelompok menunjuk pada jumlah orang yang diberi
pelayanan bimbingan. Bila yang diberi layanan bimbingan adalah satu orang
Sedangkan, bila yang dilayani dalam bimbingan lebih dari satu orang disebut
bimbingan kelompok (Winkel,1997).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan
kelompok adalah upaya pemberian bantuan kepada siswa melalui dinamika
kelompok dengan pokok bahasan (topik) tertentu untuk mendapatkan
informasi yang berguna agar mampu memperbaiki dan mengembangkan
pemahaman terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungannya dalam
menunjang terbentuknya perilaku yang lebih efektif.
2. Pelaksanaan bimbingan kelompok
Bimbingan kelompok merupakan salah satu kegiatan layanan
pemberian informasi dengan tujuan mengembangkan pribadi-pribadi dalam
kelompok dan juga kelompok itu sendiri (Winkel,1997).
Permasalahan yang biasanya dibahas adalah permasalah umum yang
diwujudkan dalam bentuk Satuan Pelayanan Bimbingan yang akan diberikan
oleh guru pembimbing kepada siswa selama satu atau dua pertemuan.
Bimbingan kelompok dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu
tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran.
Uraian atas tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tahap pembentukan
Pada tahap ini anggota kelompok baru masuk ke dalam
kehidupan suatu kelompok. Tahap ini merupakan pengenalan anggota
terhadap kelompoknya. Masing-masing anggota mengemukakan tujuan
Pemimpin kelompok mengemukakan tentang asas-asas dan cara
kegiatan bimbingan kelompok. Selanjutnya pemimpin kelompok
melakukan permainan untuk mengakrabkan masing- masing anggota.
b. Tahap peralihan
Tahap ini merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan
ketiga. Pada tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota kelompok atau mengamati apakah para
anggota sudah siap untuk melakukan kegiatan pada tahap selanjutnya.
Penegasan kembali atas cara-cara dan asas-asas cara kegiatan
bimbingan kelompok apabila diperlukan, juga dapat dilakukan.
c. Tahap kegiatan
Tahap ini merupakan tahap inti bagi anggota kelompok.
Berlangsungnya kegiatan ini bergantung dari tahap- tahap sebelumnya.
Apabila tahap sebelumnya berjalan baik, maka tahap ketiga ini juga akan
berjalan lancar. Pada tahap ini para anggota kelompok akan berinteraksi
satu sama lain dengan memberi tanggapan dan lain sebagainya untuk
mencapai tujuan bimbingan kelompok yang diharapkan.
d. Tahap pengakhiran
Tahap ini adalah tahap akhir dimana akan ada evaluasi dan
tindak lanjut dari bimbingan kelompok. Kegiatan kelompok berpusat
pada pembahasan dan penjelasan tentang kemampuan anggota kelompok
untuk menetapkan hal-hal yang telah diperoleh melalui layanan
pemimpin kelompok berperan untuk memberikan penguatan
(reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok tersebut.
Beberapa langkah penting dalam tahap ini adalah pemimpin
kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri;
pemimpin kelompok dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan
hasil-hasil kegiatan, membahas kegiatan lanjutan, kemudian
mengemukakan pesan dan harapan.
Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Penyampaian pengakhiran kegiatan oleh pemimpin kelompok
b. Pengungkapan kesan-kesan dari anggota kelompok
c. Penyampaian tanggapan-tanggapan dari masing-masing anggota
kelompok
d. Pembahasan kegiatan lanjutan
e. Penutup
3. Peran Konselor
Ada sejumlah peran penting yang harus dilaksanakan oleh pemimpin
kelompok. Peran Konselor menurut Prayitno (1995) sebagai pemimpin
kelompok antara lain adalah sebagai berikut:
a. Memberikan bantuan, pengarahan ataupun campur tangan langsung
terhadap kegiatan kelompok. Campur tangan ini meliputi, baik hal-hal
yang bersifat isi dari yang dibicarakan maupun yang mengenai proses
b. Memusatkan perhatian pada suasana yang berkembang dalam kelompok
itu, baik perasaan anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan
kelompok. Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasanan perasaan
yang dialami itu.
c. Memberikan arah yang dimaksudkan apabila kelompok kurang menjurus
kearah yang dimaksudkan.
d. Memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi
dalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan
kelompok.
e. Mampu mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok, pemegang aturan permainan (menjadi wasit), pendamai dan pendorong kerja sama serta
suasana kebersamaan.
f. Bertanggung jawab dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang
timbul di dalamnya.
g. Disamping itu pemimpin kelompok, diharapkan bertindak sebagai
penjaga agar apapun yang terjadi di dalam kelompok itu tidak merusak
ataupun menyakiti satu orang atau lebih anggota kelompok sehingga ia /
mereka itu menderita karenanya.
4. Peran Siswa
Siswa adalah pihak yang mempunyai masalah untuk diselesaikan
secara bersama-sama agar menjadi pribadi yang mandiri. Kumpulan orang
atau individu ataupun siswa tidak semua dapat dijadikan anggota bimbingan
perlu membentuk kumpulan individu menjadi sebuah kelompok yang
memiliki persyaratan sebagaimana tersebut di atas. Besarnya kelompok
(jumlah anggota kelompok), dan homogenitas/heterogenitas anggota
kelompok dapat mempengaruhi kinerja kelompok. Sebaiknya jumlah anggota
kelompok tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Kekurangefektifan
kelompok akan mulai terasa jika jumlah anggota kelompok melebihi 10 orang
(Prayitno,2004).
Prayitno (1995) juga mengemukakan peran dan tugas anggota
kelompok adalah:
a. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota
kelompok.
b. Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan
kelompok.
c. Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan
bersama.
d. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya
dengan baik.
e. Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh
kegiatan kelompok.
f. Mampu berkomunikasi secara terbuka.
g. Berusaha membantu anggota lain.
h. Memberi kesempatan anggota lain untuk juga menjalankan peranannya.
5. Cara-cara Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
Hal yang diatur dalam pelaksanaan bimbingan kelompok adalah
sebagai berikut:
a. Masing-masing anggota kelompok dalam bimbingan kelompok secara
bebas dan sukarela berbicara, bertanya, mengeluarkan pendapat, ide,
sikap, saran, serta perasaan yang dirasakannya pada saat itu.
b. Mendengarkan dengan baik bila anggota kelompok berbicara, yaitu
setiap salah satu anggota kelompok menyampaikan tanggapan, maka
anggota kelompok lainnya memperhatikannya, karena dengan
memperhatikannya maka akan mudah untuk saling menanggapi pendapat
lain, sehingga akan menumbuhkan dinamika kelompok di dalam kegiatan
bimbingan kelompok tersebut.
c. Mengikuti aturan yang ditetapkan oleh kelompok dalam bimbingan
kelompok, yaitu dalam pelaksanaan bimbingan kelompok dibuat
semacam kesepakatan antara pemimpin kelompok dengan para anggota
kelompok, sehingga diharapkan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut
dapat berjalan sesuai yang diharapkan oleh kedua belah pihak.
d. Mengadakan evaluasi setelah kegiatan bimbingan kelompok berakhir.
Evaluasi dalam hal ini dilakukan pemimpin kelompok setiap berakhirnya
pertemuan dan evaluasi secara keseluruhan setiap pertemuan kelompok.
6. Kriteria Bimbingan Kelompok yang Efektif
Bimbingan kelompok merupakan suatu sistem yang terdiri dari
jika semua komponen dalam sistem tersebut mengarah pada perubahan dan
pada sesuatu yang positif. Komponen sistem dalam bimbingan kelompok
menurut Wibowo (2005) adalah:
“Variabel raw input (siswa/anggota kelompok); instrumental input (konselor, program, tahapan dan sarana); environmental input (norma, tujuan dan lingkungan); proses atau perantara (interaksi, perlakuan kontrak perilaku yang disepakati akan
diubah dan dinamika kelompok); output yaitu berkenaan dengan perubahan perilaku atau penguasaan tugas-tugas”.
Komponen-komponen sistem dalam bimbingan kelompok tersebut
adalah:
a. Raw input
Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam
bimbingan kelompok. Raw Input dalam bimbingan kelompok adalah siswa. Karena bimbingan kelompok sifatnya pengembangan dan topik
yang dibahas merupakan topik-topik umum, maka siapapun dapat
menjadi anggota kelompok. Berikut ini beberapa pertimbangan dalam
membentuk suatu kelompok bimbingan (Prayitno, 1995):
1) Jenis kelompok, untuk tujuan-tujuan tertentu perlu dibentuk
kelompok dengan jumlah anggota yang seimbang antara laki-laki
dan perempuan, atau mungkin juga semua jenis kelamin anggota
2) Umur, pada umumnya dinamika kelompok lebih baik dikembangkan
dalam kelompok-kelompok dengan anggota seumur
3) Kepribadian, keragaman atau keseragaman dalam kepribadian
anggota dapat membawa keuntungan atau kerugian tertentu. Jika
perbedaan diantara para anggota itu amat besar, maka komunikasi
akan terganggu dan dinamika kelompok juga kurang hangat.
4) Hubungan awal, keakraban dapat mewarnai hubungan dalam
anggota kelompok yang sudah saling bergaul sebelumnya, dan
sebaliknya suasana asing akan terlihat oleh para anggota yang belum
saling kenal.
Untuk kelompok tugas, mungkin anggota yang seragam akan
menyelesaikan tugas lebih baik. Sebaliknya, bagi kelompok bebas,
khususnya dengan tujuan kemampuan hubungan sosial dengan
orang-orang baru, anggota kelompok yang beragam akan lebih tepat sasaran.
b. Instrumental input
Konselor (pemimpin kelompok), program, dan tahapan, dan
sarana merupakan instrumental input bimbingan kelompok. Konselor atau pemimpin kelompok harus menguasai keterampilan dan sikap yang
memadai untuk terselenggaranya proses bimbingan kelompok yang
efektif. Diantaranya pemimpin kelompok mampu melaksanakan teknik
Program kegiatan selayaknya dikembangkan sesuai kebutuhan
siswa, kondisi objektif sekolah, perkembangan yang terjadi di
masyarakat, serta keterampilan dan kemampuan konselor di sekolah yang
bersangkutan (Wibowo, 2005).
c. Enviromental input
Kegiatan layanan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan
lancar dan terarah, apabila terdapat norma kelompok. Norma kelompok
merupakan aturan yang dibuat, dan disepakati serta digunakan dalam
kegiatan bimbingan kelompok. Selain itu lingkungan kondusif dalam
kelompok juga perlu diciptakan demi tercapainya bimbingan kelompok
yang efektif. Lingkungan kondusif yang dimaksud adalah suasana akrab
dan hangat yang mewarnai dinamika kelompok. Dinamika kelompok
merupakan interaksi dinamis antar anggota kelompok dan pemimpin
kelompok dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok.
d. Proses
Kegiatan layanan bimbingan kelompok terlihat hidup apabila
tercipta dinamika di dalamnya. Dinamika kelompok dapat dimanfaatkan
dalam proses interaksi antar anggota dalam membahas topik yang
disajikan, sehingga antar anggota dapat terjalin rasa empati, keterbukaan,
rasa positif, saling mendukung dan merasa setara dengan anggota lain
dalam kelompok tersebut. Oleh karena itu perlu diperhatikan pula
kelompok. Peran anggota dan pemimpin kelompok dapat dilihat pada
uraian dimuka.
Agar proses bimbingan kelompok dapat mencapai keberhasilan,
perlu disediakan sarana pendukung berupa seperangkat alat bantu untuk
memperlancar proses bimbingan kelompok. Alat bantu tersebut antara
lain ruangan, tempat duduk dan perlengkapan administrasi lainnya
(Wibowo, 2005).
e. Output
Setelah mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok siswa
diharapkan memiliki sikap dan keterampilan yang lebih baik. Dalam hal
ini siswa diharapkan memiliki kemampuan verbal dan non verbal yang
lebih baik. Selain itu siswa diharapkan memiliki keterbukaan, rasa
positif, empati, sikap saling mendukung, dan memiliki rasa setara dan
kebersamaan yang tinggi.
Menurut Amti dan Marjohan (2004) setelah mengikuti kegiatan
bimbingan kelompok diharapkan anggota mampu mengembangkan sikap
dan keterampilan sebagai berikut:
1) Sikap tidak mau menang sendiri, tidak gegabah dalam berbicara,
ingin membantu orang lain, lebih melihat aspek positif dalam
menanggapi pendapat teman-temannya, sopan dan bertanggung
jawab, menahan dan mengendalikan diri, mau mendengar pendapat
2) Keterampilan mengemukakan pendapat kepada orang lain, menerima
pendapat orang lain dan memberikan tanggapan secara tepat dan
positif.
C. Kaitan Perkembangan Kreativitas dengan Layanan Bimbingan dan
Konseling
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu
yang baru dalam bentuk gagasan atau barang, berdaya guna dan inovatif. Hal
tersebut dapat terjadi apabila pengembangan kreativitas tidak hanya dilihat dari
dimensi produknya saja, tetapi juga dimensi pribadi, dimensi dorongan dari
lingkungan internal dan eksternal, serta dimensi prosesnya. Dimensi- dimensi
tersebut perlu diperhatikan oleh Institusi Pendidikan sebagai wadah
pengembangan kreativitas siswa, khususnya Bimbingan dan Konseling.
Keberadaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah merupakan hal yang
penting agar siswa dapat menjadi mandiri dan tidak membebek pendapat orang
lain (Winkel, 1997). Perkembangan pribadi siswa didalamnya termasuk
perkembangan kreativitas. Oleh karena itu, Layanan bimbingan dan konseling di
sekolah, perlu diselaraskan bentuk bimbingan, sifat bimbingan, dan ragam
bimbingannya supaya berfungsi untuk membantu siswa meningkatkan kreativitas
melalui topik-topik bimbingan yang ada.
Maka dari itu bentuk bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan
kreativitas siswa adalah bimbingan kelompok. Hal ini dikarenakan bimbingan
kelompok dapat dilakukan dengan lebih cepat, lebih hemat tenaga dan biaya
mendorong berkembangnya kreativitas siswa secara bersama – sama.
Romlah (2001) menyatakan kegiatan bimbingan kelompok berupa
penyampaian infomasi yang tepat mengenai masalah pendidikan, pekerjaan,
pemahaman pribadi, penyesuaian diri, dan masalah hubungan antar pribadi.
Tujuannya untuk mengembangkan pribadi siswa yang dilakukan secara
berkelompok. Bimbingan kelompok terdiri dari sekitar 5-10 orang dalam satu
kelompok dimana ada yang berperan sebagai pemimpin kelompok, notulensi, dan
anggota kelompok.
Dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling, peserta akan diajak untuk
mendiskusikan suatu hal yang disebut dengan topik bimbingan. Topik bimbingan
adalah bahan diskusi yang bersifat umum yang bertujuan untuk mengembangkan
pemikiran anggotanya (siswa). Topik bimbingan disusun berdasarkan kebutuhan
pesertanya. Dalam hal ini, nantinya peneliti akan mengusulkan topik- topik
bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa yakni untuk
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk
membuat deskripsi yang sistematik, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta
dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 1998). Dengan
pendekatan secara kuantitatif, penelitian ini menekankan analisisnya pada
data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Data yang
dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud
mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi, maupun
mempelajari implikasi(Azwar, 2005).
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui persepsi siswa kelas
X-XI tahun ajaran 2010-2011 SMA BOPKRI BANGUNTAPAN mengenai
tingkat kreativitasnya dan membuat kesimpulan berdasarkan skor tiap item
pada skala kreativitas siswa yang disusun peneliti kemudian mengusulkan
topik bimbingan kelompok yang dapat mengembangkan kreativitas. Jadi
penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yang memberikan
gambaran tentang tingkat kreativitas para siswa SMA BOPKRI
BANGUNTAPAN berdasarkan analisis skor jawaban subyek pada skala
menentukan topik-topik bimbingan kelompok yang dapat mengembangkan
kreativitas.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA BOPKRI Banguntapan yang terletak di
Jalan Sukun No. 94 Karangbendo, Banguntapan, Bantul.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan 19 Mei 2011.
C. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto,
1997). Populasi adalah keseluruhan anggota subyek penelitian yang memiliki
kesamaan-kesamaan (Nurgiyantoro, 2002). Populasi siswa kelas X dan XI
tahun ajaran 2010-2011 dengan jumlah 84siswa. Subyek penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X dan XI SMA BOPKRI BANGUNTAPAN tahun ajaran
2010-2011. Data dirinci dalam tabel 1.
Tabel 1
Populasi Siswa Kelas X dan XI SMA BOPKRI BANGUNTAPAN Tahun ajaran 2010 - 2011
Sekolah ini dijadikan tempat penelitian dengan pertimbangan: (1)
Peneliti pernah melakukan praktek di sekolah tersebut (2) Kelas XII sudah
fokus pada Ujian Nasional (3) SMA BOPKRI BANGUNTAPAN jarang
dipakai untuk penelitian, sehingga siswa SMA BOPKRI BANGUNTAPAN
diharapkan tidak jenuh dan bersungguh-sungguh dalam mengisi kuesioner,
(4) Dari hasil observasi, peneliti menemukan hal yang merupakan kendala
dalam pengembangan kreativitas, (5) hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan
konseling di sekolah, khususnya dalam membantu siswa mengatasi
permasalahan dan pengembangan diri siswa.
D. Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah
kuesioner tingkat kreativitas (Lampiran 1) yang disusun oleh peneliti.
Kuesioner ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama memuat maksud dan
tujuan penelitian, data singkat siswa dan petunjuk pengisian kuesioner.
Bagian kedua adalah pernyataan- pernyataan yang mengungkap tingkat
kreativitas siswa, yang terdiri dari 100 item dengan empat pilihan jawaban
yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak setuju, Sangat Tidak Setuju. Item-item
yang disajikan berupa pernyataan-pernyataan sehubungan dengan indikator
kreativitas yang merupakan turunan dari ciri pribadi yang kreativitas. Ciri
Tabel 2:
Blue Print Tingkat Kreativitas Siswa Yang Digunakan Dalam Penelitian
No Ciri Indikator Pernyataan Jumlah
Fav Unfav
1 Kelincahan mental untuk berpikir secara deduktif
a. Kemampuan untuk menganalisis masalah atau perkara dari sudut internal dan eksternalnya
1,26 51,76 4
b. Mengumpulkan fakta-fakta untuk difokuskan pada masalah atau perkara yang dihadapi
2,27 52,77 4
c. Menemukan pemecahan yang tepat untuk suatu masalah atau perkara
3,28 53,78 4
2 Kelincahan mental untuk berpikir secara induktif
a. Mampu menghasilkan berbagai pemikiran dari internal dan eksternal atas suatu masalah atau perkara.
4,29 54,79 4
b. Berpikir dari satu gagasan menyebar ke segala arah
5,30 55,80 4
c. Mencari berbagai jawaban /solusi alternative
6,31 56,81 4
d. Mengumpulkan fakta-fakta dari suatu masalah untuk menemukan sudut pandang lain
7,32 57,82 4
3 Orisinalitas a. Kemampuan untuk menghasilkan gagasan
8,33 58,83 4
b. Kemampuan untuk memikirkan gagasan yang tidak dipikirkan orang lain
9,34 59,84 4
c. Kemampuan untuk menghasilkan pemecahan
10,35 60,85 4
d. Kemampuan untuk menghasilkan cara kerja
a. Menyukai kerumitan daripada kemudahan
13,38 63,88 4
b. Memilih tantangan dari keamanan 14,39 64,89 4
c. Mendapat hal-hal yang baru 15,40 65,90 4
5 Fleksibilitas konseptual
a. Secara spontan mengganti cara memandang
6 Latar belakang yang merangsang
a. Mencontoh sifat-sifat khas dari tokoh yang diidolakan
19,44 69,94 4
b. Melihat dan mengalami cara hidup orang kreatif
c. Melihat dan mengalami cara kerja orang kreatif
21,46 71,96 4
7 Kecakapan dalam banyak hal
a. Memiliki banyak ruang kegiatan 22,47 72,97 4
b. Tersedia berbagai jalan untuk melangkah
23,48 73,98 4
c. Mempunyai variasi dalam hidup 24,49 74,99 4
d. Kecakapan yang saling mendukung satu dengan yang lain
25,50 75,100 4
Jumlah total 100
Subyek diharapkan melakukan pengisian skala sesuai dengan kondisi
yang sungguh terjadi pada mereka, sehingga skala tersebut dapat digunakan
untuk mengukur dan mengungkap tingkat kreativitas siswa kelas X dan XI
SMA BOPKRI BANGUNTAPAN.
Skala yang disusun dalam penelitian ini menggunakan metode rating
yang dijumlahkan (method of summated rating), atau penskalaan model Likert. Summated rating merupakan salah satu metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai
sikapnya (Gable dalam Azwar, 2005). Dalam skala yang menggunakan
metode summated rating, subyek diminta untuk merespon pernyataan-pernyataan yang dirumuskan secara favourable dan unfavourable tentang sebuah obyek yakni kreativitas siswa.
Pernyataan favourable adalah pernyataan yang memihak pada obyek ukur atau yang mengindikasikan tingginya atribut yang diukur, sedangkan
pernyataan unfavourable adalah pernyataan yang tidak memihak pada obyek ukur atau yang mengindikasikan rendahnya atribut yang diukur. Setiap butir
pernyataan memuat empat kategori pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS),