• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PROGRAM IPA DAN IPS KELAS XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20102011 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PROGRAM IPA DAN IPS KELAS XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20102011 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PROGRAM IPA DAN IPS KELAS XI

SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Agnes Dwijayanti Ningrum NIM : 051114014

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PROGRAM IPA DAN IPS KELAS XI

SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Agnes Dwijayanti Ningrum NIM : 051114014

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“ ……..Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku…… Mintalah maka

kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu”. (Yohanes 16:23)

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus yang memberikan karunia berlimpah pada diriku.

Keluarga tercinta : Bapak, Ibu dan Mbak Dora yang tidak pernah berhenti

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 6 Juni 2012 Penulis,

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Agnes Dwijayanti Ningrum

NIM : 05 1114 014

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PROGRAM IPA DAN IPS KELAS XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusi secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal 6 Juni 2012

Yang menyatakan,

(8)

vii ABSTRAK

PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PROGRAM IPA DAN IPS KELAS XI

SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN Agnes Dwijayanti Ningrum

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2012

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang perbedaan motivasi belajar antara siswa kelas XI jurusan IPA dan IPS di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 dan usulan topik-topik bimbingan sebagai implikasi dari hasil penelitian.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif komparatif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan IPA dan IPS di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner motivasi belajar, yang terdiri dari 48 item yang disusun oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu: Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak setuju Teknik analisis data yang digunakan adalah Uji t (t-test). Nilai dari uji-t digunakan sebagai patokan dalam menerima atau menolak hipotesis.

Hasil uji t yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebesar 3.09, sedangkan t tabel dengan taraf signifikansi 5 % sebesar 1,66. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Hal ini berarti ada perbedaan motivasi belajar antara siswa kelas XI IPA dan IPS di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Siswa program IPA memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa program IPS. Hal itu ditunjukkan dari perbedaan mean siswa IPA sebesar 144.0250 lebih tinggi daripada mean siswa IPS 135.0000.

(9)

viii ABSTRACT

THE DIFFERENCE IN LEARNING MOTIVATION BETWEEN STUDENTS MAJORING IN SCIENCE AND SOCIAL STUDIES

OF THE ELEVENTH GRADE STUDENTS IN SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA IN 2010/2011 ACADEMIC YEAR

AND ITS IMPLICATIONS TOWARDS THE SUGGESTED TOPICS OF GUIDANCE motivation between students majoring in science and social studies of the eleventh grade students in SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2010/2011 academic year and its implications towards the suggested topics of guidance.

This study belongs to a comparative descriptive study. The subjects of this study are the eleventh grade students majoring in science and social studies in SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2010/2011 academic year. The instrument used in this study was questionnaire of learning motivation, which consists of 48 items compiled by the researcher herself. There are four alternative answers, namely strongly agree, agree, disagree, and strongly disagree. The technique of data analysis used was t-test. The value of the t-test is later used as a benchmark in accepting or rejecting the hypothesis.

The t-test result obtained in this study shows 3.09, while the t table with 5% significance level shows 1.66. The value of t-test which is bigger than t-table shows that the hypothesis is accepted. It means that there are differences between students’ learning motivation majoring in science and social studies of the eleventh grade students in SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2010/2011 academic year. Students majoring in science have a higher learning motivation than those majoring in social studies. It is indicated from the differences between students’ mean value in science (144.0250) which is higher than the mean value in social studies (135.0000).

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yesus Kristus atas karunia berkat, bimbingan dan penyertaanNya yang berlimpah pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dengan Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. M.J.Retno Priyani, M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan ketulusan hati memberikan motivasi, meluangkan waktu untuk mendampingi penulis selama proses penulisan skripsi.

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Seluruh pihak SMA STELLA DUCE 3 Bantul Yogyakarta yang berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan uji coba penelitian.

4. Seluruh pihak SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian. 5. Keluargaku tersayang: Bapak, Ibu dan Mbak Dora yang telah memberikan

(11)

x

6. Antonius Yudha Budi Purnomo, yang selalu mendampingi dan memberikan motivasi selama menempuh kuliah hingga penulisan skripsi ini.

7. Anna Miranti, Priska Wulan, Sisilia Fimbriani, Xaveria Rini, Beni Sitanggang, Noviyanti, Sr. Miryam, Hendrayani, Andreas Agam Broto, Helnike dan semua teman BK angkatan 2005 atas dukungan dan kerjasamanya selama menyelesaikan skripsi.

8. Semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan, khususnya dalam bidang Bimbingan dan Konseling. Kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini diterima dengan senang hati.

Yogyakarta, 6 Juni 2012

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

(13)

xii BAB II : KAJIAN TEORITIS

A. Motivasi Belajar ... 7

1. Pengertian motivasi belajar ... 7

2. Bentuk-bentuk motivasi belajar ... 9

a. Motivasi intrinsik ... 9

b. Motivasi ekstrinsik ... 11

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar ... 12

a. Faktor-faktor intern ... 13

b. Faktor-faktor ekstern ... 16

B. Motivasi Belajar Siswa program IPA dengan Siswa program IPS ... 17

C. Peran Bimbingan dalam meningkatkan Motivasi Belajar ... 20

D. Hipotesis ... 22

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 23

B. Subjek Penelitian ... 23

C. Alat Pengumpulan Data ... 23

D. Pengumpulan Data ... 27

E. Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31

B. Pembahasan ... 34

(14)

xiii BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Ringkasan ... 56

B. Kesimpulan ... 57

C. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rincian Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 25

Tabel 2. Kriteria Guilford ... 27

Tabel 3. Rincian Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar setelah diujicoba ... 29

Tabel 4. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 30

Tabel 5. Norma Kategorisasi ... 31

Tabel 6. Kategorisasi Motivasi Belajar Para Siswa Jurusan IPA dan IPS ... 32

Tabel 7. Norma Kategorisasi Siswa Program IPA dan Program IPS ... 33

Tabel 8. Kategorisasi Perbandingan Item Siswa Program IPA dan IPS ... 34

Tabel 9. Usulan Topik-Topik Bimbingan sebagai Hasil Penelitian ... 40

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Motivasi Belajar Uji Coba ... 62

Lampiran 2. Tabulasi Data Uji Coba Kuesioner Motivasi Belajar ... 66

Lampiran 3. Rekapitulasi Uji Diskriminasi/Daya Beda ... 68

Lampiran 4. Kuesioner Motivasi Belajar Penelitian ... 70

Lampiran 5. Tabulasi Data Penelitian ... 75

Lampiran 6. Hasil Perhitungan Uji-t ... 81

Lampiran 7. Perbandingan Hasil Skor Item siswa IPA dan IPS ... 82

Lampiran 8. Surat Ijin Uji Coba ... 84

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada

orang yang belum dewasa agar ia mencapai kedewasaan (Winkel,1996).

Pendidikan berupa pendampingan yang menjaga agar anak dididik belajar

hal-hal yang positif sehingga menunjang perkembangannya mengarahkan

ke tujuan. Menurut Winkel (1996:25) sekolah merupakan lingkungan

pendidikan formal karena di sekolah terlaksana serangkaian kegiatan yang

terorganisir, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar di

dalam kelas.

Di sekolah siswa mengikuti pelajaran dengan tujuan untuk mengusai

bidang ilmu yang dipelajarinya, sehingga dalam mempelajari setiap bahan

pelajaran siswa terdorong untuk menguasai bahan pembelajaran tersebut

dengan baik. Menurut Thomas F. Staton, seseorang akan berhasil dalam

belajar jika di dalam dirinya ada keinginan untuk belajar, keinginan dan

dorongan inilah yang disebut motivasi (Sardiman, 2005). Menurutnya,

motivasi merupakan salah satu faktor psikologis dalam belajar. Peran

motivasi belajar memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam

belajar sehingga siswa mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan

kegiatan belajar. Imron (1996) mengatakan bahwa siswa yang memiliki

(18)

belajar sehingga sangat jarang pula tertinggal dalam pelajaran. Siswa yang

memiliki motivasi belajar tinggi akan memperoleh hasil belajar yang baik.

Sebaliknya, siswa kurang memiliki motivasi akan mengalami kesulitan atau

kegagalan dalam belajar dan kurang memiliki semangat belajar.

Menurut Sukmadinata (2007) gejala-gejala yang terlihat jika siswa

kurang memiliki motivasi belajar antara lain: seperti sering murung, tidak

aktif, sering tidak masuk sekolah, sering pulang sebelumnya, sering tidak

mengikuti pelajaran, jarang mengerjakan pekerjaan rumah, jarang mencatat

pelajaran, jarang memperhatikan pelajaran, suka menganggu teman, suka

mencontek saat ulangan, sering datang terlambat, sering mengantuk di kelas,

kurang konsentrasi di kelas, penguasaan pelajaran kurang baik. Siswa

dengan motivasi belajar tinggi akan memperlihatkan sikap ingin melakukan

yang terbaik, siswa datang tepat pada waktunya, tertarik untuk mengerjakan

PR, tidak pernah menyerah untuk menyelesaikan persoalan, dan siswa yang

termotivasi ia akan bekerja dengan baik, percaya diri, fokus pada tugasnya,

dan melakukan yang terbaik. Mereka memperlihatkan sikap yang senang

terhadap kegiatan dan tugas pembelajaran mereka memiliki kegairahan

untuk menerima berusaha mengelola, menguasai, apalagi memperhatikan

pelajaran yang diberikan guru-guru.

Berdasarkan kurikulum 1994, terdapat pengelompokan program

studi. Dimana siswa dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki

sesuai dengan minat dan kemampuannya. Pengelompokan program studi

(19)

di SMA. Pengelompokan studi dilakukan saat berada kelas XI dimana

program studi dibagi menjadi 3 yaitu Bahasa, IPA dan IPS. Di SMA

BOPKRI 2, siswa kelas X diberikan tes Intelegensi untuk memberikan

gambaran tentang kemampuannya. Guru pembimbing dan guru mata

pelajaran saling bekerja sama untuk membantu mengarahkan supaya siswa

dapat memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

Pengelompokan program studi ini berpengaruh terhadap hasil

belajarnya. Semakin siswa berminat terhadap jurusan yang dipilihnya, maka

siswa akan termotivasi untuk memperoleh nilai yang baik dan memiliki

sikap yang ingin melakukan yang terbaik disetiap tugasnya. Berlaku juga

untuk sebaliknya, jika siswa kurang berminat terhadap jurusan yang

dipilihnya maka ia kurang termotivasi untuk melakukan yang terbaik dan

cenderung memiliki hasil belajar rendah. Berdasarkan pengalaman ketika

program pengalaman lapangan, peneliti melihat bahwa kecenderungan

siswa IPS memiliki sikap belajar yang kurang semangat seperti sering

terlambat ke sekolah, sering tidak masuk sekolah dan sering tidak

mendengarkan penjelasan guru dibandingkan dengan IPA, terlebih timbul

pandangan umum pada masyarakat bahwa prestasi belajar siswa program

IPA lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa program IPS.

Jika dilihat dari struktur kurikulum tidak terdapat perbedaan di antara

kedua program tersebut. Kedua program ini memiliki struktur kurikulum

yang sama, hanya saja mata pelajaran yang dipelajari kedua program

(20)

studi tersebut memiliki mata pelajaran umum yang sama, kecuali mata

pelajaran khusus, yang berbeda tiap programnya. Kedua program tersebut

memiliki kesamaan dalam jumlah jam mata pelajaran, muatan lokal, dan

pengembangan diri.

Pada kenyataaannya yang terjadi ternyata pencapaian hasil belajar

dari tiap program tersebut berbeda. Hal ini sesuai dengan penelitian sejenis

yang dilakukan oleh Widiyantari (2008), “Perbedaan Prestasi Belajar

Bahasa Indonesia antara Program IPA dan IPS kelas XI SMAN 1 Turi

Sleman, Yogyakarta”. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa ada

perbedaan yang signifikan dalam hal prestasi belajar Bahasa Indonesia

antara siswa kelas XI program IPA dan IPS. Hasil penelitian di atas berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh Lemiyana (2006) “Tingkat

Kebiasaan Belajar dalam mempelajari Bahasa Indonesia para siswa jurusan

IPA dan IPS kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran

2005/2006”. Hasil penelitian Yulinda menunjukan bahwa tingkat kebiasaan

belajar dalam mempelajari mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas XI

jurusan IPA dan jurusan IPS SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta

tahun ajaran 2005/2006 adalah sama.

Berdasarkan berapa uraian di atas peneliti ingin meneliti lebih lanjut

mengenai perbedaan motivasi belajar antara program studi IPA dan IPS

kelas XI di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Peneliti

melihat bahwa motivasi belajar penting di sekolah. Guru pembimbing dapat

(21)

layanan bimbingan belajar. Bimbingan belajar atau bimbingan akademik

menurut Winkel dan Hastuti (2005:115) ialah layanan bimbingan yang

diberikan dalam rangka menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih

program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul

berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di institusi pendidikan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan motivasi belajar para siswa kelas XI

program IPA dan IPS di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun ajaran

2010/2011?

2. Usulan topik-topik bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan

motivasi belajar?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui perbedaan motivasi belajar para siswa kelas XI

program IPA dan IPS di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun

Ajaran 2010/2011.

2. Menyusun topik-topik bimbingan yang sesuai untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI program IPA

(22)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa

program IPA dan program IPS sehingga bermanfaat untuk perencanaan

program bimbingan dalam meningkatkan mutu pelayanan bimbingan, salah

satunya di bidang Akademik atau belajar kepada para siswa program IPA

dan program IPS kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

E. Batasan Istilah

1. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam

diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan

kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi

mencapai suatu tujuan.

2. Siswa dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMA BOPKRI 2

(23)

7

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata Inggris motivation yang berarti dorongan,

(peng)alasan, dan merangsang. Kata kerjanya adalah to motivate yang

berarti mendorong, menyebabkan dan merangsang. Motive sendiri berarti

alasan, sebab dan daya penggerak. Motif adalah keadaan dalam diri

seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Imron, 1996).

Menurut Mc. Donald (Sardiman,2005:73) motivasi adalah perubahan

energi dalam diri seseorang yang ditandai munculnya “feeling” dan

didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Menurut kamus Psikologi pengertian motif adalah suatu rangsangan,

dorongan atau pembangkit tenaga terjadinya suatu tingkah laku, sedangkan

pengertian motivasi menunjukan kepada seluruh proses gerak situasi

dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut

dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Tingkah laku yang

termotivasi ialah tingkah laku tercapai apabila kebutuhan sudah terpenuhi.

Motivasi menurut Sardiman (2005) dapat juga diartikan serangkaian

usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu

(24)

berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.

Motivasi (motivation) adalah kekuatan yang menggerakan seseorang untuk

berperilaku, berpikir dan merasa seperti yang mereka lakukan (King,

2010:64). Pengertian motivasi dalam hubungan dengan kegiatan belajar

ialah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan

memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki

oleh siswa dapat tercapai. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan

bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang menggerakan seseorang

karena adanya kebutuhan, ekspektasi, keinginan untuk mencapai tujuan

dengan menunjukan tingkah laku tertentu.

Pengertian belajar menurut Winkel (2004:59) adalah aktivitas mental

atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan

yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Wittig (Syah, 2003)

mendefinisikan belajar merupakan perubahan relatif menetap yang terjadi

dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku organisme sebagai

pengalaman. Menurut Uno (2007:22) belajar adalah suatu proses yang

dilakukan secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya.

Demikian belajar dapat diartikan suatu proses yang dialami oleh

seseorang yang awalnya tidak tahu menjadi mengetahui karena adanya

(25)

tersebut bersifat dinamis dan menjadi pengalaman bagi seseorang.

Pengertian motivasi belajar menurut Winkel (1996) adalah

keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan

memberikan arah pada kegiatan belajar ini demi mencapai suatu tujuan.

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual

(Sardiman, 2005). Peranannya yang khas adalah dalam menumbuhkan

gairah, merasa senang dan semangat belajar. Motivasi belajar dapat

diartikan suatu dorongan yang menggerakan diri siswa untuk memperoleh

pengetahuan, keterampilan yang dibimbing oleh orang yang dewasa

dengan tujuan memperoleh hasil belajar yang baik.

2. Bentuk - bentuk Motivasi Belajar

Menurut Winkel (1996:194) motivasi belajar di sekolah dibedakan

menjadi dua bentuk yaitu :

a. Motivasi Intrinsik

Pengertian motivasi intrinsik menurut Winkel (1996:195) adalah

kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan suatu

kebutuhan dan dorongan yang mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar

itu. Menurut Sardiman (2005:88) motivasi intrinsik adalah motif-motif

yang menjadi aktif atau berfungsi karena dalam diri setiap individu

sudah ada dorongan untuk melakukan sesesuatu. Motivasi intrinsik

(26)

sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Motivasi instrinsik

didasarkan pada faktor-faktor internal, seperti kebutuhan organismik

(otonomi, kompensasi dan keterhubungan), seperti rasa ingin tahu,

tantangan, dan usaha (King, 2010: 90).

Orang-orang yang motivasinya bersifat intrinsik menunjukkan

minat, ketertarikan, dan kepercayaan diri yang lebih tinggi akan apa

yang mereka lakukan. Sebagai contoh, siswa belajar menghadapi ujian

karena dia senang dengan mata pelajaran yang diujikan. Siswa belajar

karena ingin mengetahui seluk-beluk suatu masalah yang lebih lengkap

atau ingin menjadi orang yang ahli dalam bidang-bidang tertentu yang

diminatinya (interest value); kebiasaan membaca buku dan tanpa perlu

ada yang menyuruh dan mendorong untuk membaca buku. Siswa yang

termotivasi biasanya dapat mengatur waktu dengan baik, ia bisa

membagi waktu untuk belajar, membagi waktu untuk bermain,

membagi waktu untuk istirahat. Motivasi yang timbul dalam diri siswa

sendiri sebenarnya keinginan siswa sendiri, bertujuan untuk

mendapatkan keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan

pengetahuan, mengembangkan sikap untuk berhasil, dan menyenangi

kehidupan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat

beberapa faktor mempengaruhi timbul motivasi intrinsik yaitu karena

adanya kebutuhan, pengetahuan tentang kemajuan diri sendiri dan

(27)

intrinsik merupakan suatu motif yang timbul karena adanya suatu

kebutuhan, dorongan dan tujuan-tujuan yang ada di dalam diri individu

untuk melakukan suatu aktivitas tersebut.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah aktivitas belajar dimulai dan diteruskan,

berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak

berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri (Winkel, 1996:194).

Misalnya, siswa rajin untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan

kepadanya, kalau berhasil dengan baik; siswa yang tekun dalam belajar

untuk menghindari hukuman yang diancamkan. Bentuk motivasi

ekstrinsik antara lain; belajar demi memenuhi kewajiban, belajar demi

menghindari hukuman yang diancamkan, belajar demi memperoleh

hadiah material yang dijanjikan, belajar demi gengsi sosial, belajar

demi memperoleh pujian dari orang yang penting (guru, orang tua).

Menurut Sardiman (2005:90) pengertian motivasi ekstrinsik adalah

motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari

luar. Motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk rangsangan dari

luar, bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan aktivitas yang

membawa manfaat kepada individu itu sendiri. Pengertian senada juga

diberikan oleh Santrock (2007) yang mendefinisikan motivasi ekstrinsik

adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara

untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik menurut King (2010:90)

(28)

kita termotivasi ekstrinsik maka kita terlibat dalam perilaku tertentu

karena ganjaran eksternal. Misalnya, pujian yang diberikan guru kepada

seorang anak didik karena pekerjaannya yang baik akan menyebabkan

daya usaha atau motivasi anak didiknya tersebut meningkat. Pemberian

pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil

besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Adanya suatu

penghargaan atas prestasi yang diraihnya merupakan harapan seseorang

yang memiliki kemauan yang keras atau kuat dalam belajar.

Beberapa cara dan bentuk untuk bisa menumbuhkan motivasi

dalam kegiatan belajar di sekolah sudah dijelaskan di atas. Hal lainnya,

bisa dengan pemberian angka, pada umumnya setiap siswa ingin

mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka (nilai) yang

diberikan oleh guru. Murid yang mendapatkan nilai baik, akan

mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya murid

yang mendapat nilai yang jelek, mungkin akan menimbulkan frustasi

atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri dari berbagai

macam, tetapi pada hal ini peneliti menggolongkan faktor-faktor tersebut

ke dalam dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor

intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,

(29)

a. Faktor-faktor intern

Dalam faktor-faktor intern ini terdapat tiga faktor, yaitu: faktor

jasmaniah, faktor psikologis.

1) Faktor jasmaniah

Faktor jasmaniah dalam hal ini berkaitan dengan kondisi badan atau

tubuh. Faktor ini meliputi kesehatan badan serta kelengkapan badan.

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit (Slameto, 2003). Kesehatan

seseorang berpengaruh terhadap proses belajarnya. Proses belajar

akan terganggu jika kesehatan terganggu, selain itu orang yang

terganggu kesehatannya akan menjadi cepat lelah, kurang

bersemangat, mudah pusing, rasa kantuk jika badan menjadi lemah.

Agar dapat belajar dengan baik maka orang harus mengusahakan

kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara mengindahkan

ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan,

olahraga, rekreasi dan ibadah.

Kelengkapan badan berarti keadaan badan utuh dan lengkap, tidak

mengalami cacat. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli,

setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan beberapa

kondisi lain yang menyebabkan tubuh menjadi kurang sempurna

menjalankan fungsinya. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi

belajar. Usaha yang perlu dilakukan jika hal ini terjadi adalah

(30)

dapat belaar pada lembaga pendidikan khusus.

2) Faktor psikologis

Faktor –faktor psikologis berarti segala hal yang menjadi penyebab

yang bersumber dari mental. Hal-hal tersebut adalah intelegensi,

perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Uraian di

bawah ini akan membahas faktor-faktor berikut.

a) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu

kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi

yang baru dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep

yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan

mempelajarinya dengan cepat.

b) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun

semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau

sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik,

maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang

dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi bahan perhatian

siswa, maka timbullah kebosanan sehingga siswa tidak lagi suka

belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlu

diupayakan bahan pelajaran tersebut selalu menarik perhatian

dengan usaha mengkaitkan pelajaran tersebut sesuai dengan hobi

(31)

c) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa

akan diperhatikan terus menerus disertai dengan rasa senang.

Berbeda dengan perhatian karena sifatnya sementara (tidak dalam

waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan

senang. Minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ

diperoleh kepuasan.

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena daya tarik yang

menjamin perasaan senang siswa terhadap belajar. Jika siswa

kurang berminat terhadap belajar maka perlu diusahakan agar

siswa mempunyai minat yang lebih besar dengan cara

menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan

serta berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan

pelajaran yang dipelajari itu.

d) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru

akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar

atau terlatih. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai

dengan bakatnya maka hasil belajarnya lebih baik karena siswa

senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam

(32)

b. Faktor-faktor ekstern

1) Faktor keluarga

Faktor keluarga yang mempengaruhi motivasi belajar anak seperti

cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana

rumah, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang budaya. Orang tua

kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya tidak

memperhatikan akan kepentingan serta kebutuhan anaknya dalam

belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan alat

belajarnya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar.

Sedangkan orang tua yang mendidik anak dengan cara memanjakan

adalah cara mendidik yang tidak baik. Pola asuh orang tua

berpengaruh terhadap belajar anaknya.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi dalam belajar mencangkup

metode mengajar, relasi guru dan siswa, relasi siswa dan siswa.

Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui di dalam

mengajar. Metode mengajar yang kurang baik akan mempengaruhi

belajar siswa yang kurang baik pula. Guru yang kurang persiapan

dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut

menyajikannya tidak jelas, akibatnya siswa malas untuk belajar. Hal

ini pula yang mempengaruhi relasi guru dengan siswa, jika guru

yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab menyebabkan

(33)

dimana jika siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang

kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri, atau

sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari

kelompok. Hal ini membawa dampak terhadap belajar di sekolah

sehingga ia menjadi malas untuk masuk sekolah. Sebaliknya, jika

relasi antar siswa terjalin dengan baik maka akan menciptakan

suasana belajar yang nyaman di kelas.

B. Motivasi Belajar Siswa program IPA dengan Siswa program IPS

Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan menghasilkan

prestasi belajar baik. Siswa yang kurang memiliki motivasi belajar terlihat

dari gejala-gejala seperti kurangnya perhatian siswa pada waktu pelajaran,

kelalaian dalam mengerjakan tugas pekerjaan rumah, penundaan persiapan

ulangan atau ujian, pandangan ”asal lulus, asal cukup”. Siswa yang terlihat

dengan gejala tersebut dapat dipastikan akan membawa dampak terhadap

hasil prestasi belajar yang kurang memuaskan. Bila seorang siswa memiliki

prestasi baik dapat memberikan kepuasan pribadi dan ketenaran.

Menurut Hurlock (2004:220) bila prestasi yang baik diharapkan

memberikan kepuasan bagi remaja, maka prestasi itu mencangkup

bidang-bidang penting bagi kelompok sebaya dan dapat menimbulkan harga diri

dalam pandangan kelompok sebaya. Perbandingan sosial yang positif

menurut Hurlock (2004:533) biasanya akan menimbulkan penghargaan diri

(34)

penghargaan diri. Siswa sering membandingkan diri mereka dengan teman

sebaya mereka dalam hal usia, kemampuan dan minat.

Berdasarkan penelitian Lemiyana (2006) terdapat persyaratan untuk

pemilihan jurusan yaitu siswa menyesuaikan dengan minat, bakat dan hasil

akademik. Minat siswa (Winkel,1997) ialah kecenderungan siswa yang

menetap untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang

berkecimpung dalam kegiatan yang berkaitan dengan bidang itu. Siswa yang

memiliki minat pada suatu bidang akademik, akan berusaha untuk berhasil

dalam kegiatan akademik yang telah dipilihnya.

Bakat adalah kemampuan yang menonjol di suatu bidang tertentu dan

yang terakhir yaitu dilihat berdasarkan nilai akademik siswa dalam mata

pelajaran utama pada jurusan itu. Ketiga hal diatas merupakan persyaratan

ideal yang dijadikan dasar untuk memilih jurusan, namun dalam kenyataan

tidak selalu demikian. Sebagai contoh, siswa yang memiliki nilai akademik

yang baik di program IPA, lebih memilih untuk mengambil jurusan IPS,

sedangkan ada pula siswa masuk jurusan IPA karena dorongan orang tua

yang memiliki harapan supaya anaknya kelak mudah mendapatkan pekerjaan

ataupun mudah untuk memilih jurusan tertentu di perguruan tinggi. Lemiyana

(2006) tidak menemukan adanya perbedaan kebiasaan belajar dalam

mempelajari bahasa Indonesia karena siswa kurang berminat dengan mata

pelajaran bahasa Indonesia dan setiap program mempunyai struktur

kurikulum yang berbeda tetapi memiliki bobot yang sama.

(35)

Kompetensi Bahasa Indonesia, diketahui bahwa ada perbedaan prestasi

belajar program IPA dan Program IPS. Menurut analisis peneliti, perbedaan

disebabkan skor rata-rata siswa program IPA mempunyai tingkat intelegensi

yang lebih tinggi daripada siswa program IPS sehingga dapat menguasai dan

memahami materi pelajaran bahasa Indonesia. Yang kedua, mengenai jumlah

kelas dimana kelas IPA tidak ada paralel sedangkan program IPS terdapat 2

paralel, hal ini yang mempengaruhi guru dan siswa dalam proses belajar

mengajar di kelas sehingga mempengaruhi prestasi belajar.

Beberapa siswa program IPA dan IPS memiliki motivasi belajar yang

cukup. Hal ini terlihat dari kedua penelitian diatas yang memperlihatkan

tentang kedua program IPA dan IPS. Beberapa dari mereka berusaha

berprestasi di masing-masing bidang dikuasainya. Kedua program ini berbeda

dalam hal motivasi belajar, keinginan untuk meraih prestasi membutuhkan

usaha dengan tujuan yang hendak dicapainya.

Sekolah memiliki kultur dimana terdapat suatu pola asumsi dasar hasil

invensi, penemuan, pengembangan oleh suatu kelompok tertentu saat siswa

belajar mengatasi masalah-masalah yang telah berhasil baik serta dianggap

valid, dan akhirnya diajarkan ke warga yang baru sebagai cara-cara yang

benar dalam memandang, memikir, dan merasakan masalah-masalah tersebut.

Kultur sekolah terdiri dari lapisan, dimana lapisan yang paling dalam adalah

asumsi yang digunakan dalam memecahkan berbagai masalah dan terbukti

benar sehingga menjadi pedoman, misalnya siswa jurusan IPA lebih mudah

(36)

yang berada di jurusan IPA dianggap lebih bergengsi oleh banyak orang, oleh

karena itu akan lebih termotivasi untuk memperoleh hasil belajar yang baik.

Pemberian cap (stigma) pada program studi IPA sebagai jurusan

bergengsi karena kumpulan dari siswa yang pandai sedangkan untuk program

studi IPS sebagai jurusan yang kurang bergensi” (Winkel dan Hastuti

2004:148). Pilihan karier setelah menempuh pendidikan di sekolah menengah

atas yaitu melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Pilihan karier yang

dipilih sesuai dengan minat, kemampuan dan jurusan yang siswa pilih saat

SMA, bagi siswa yang memilih program IPA bisa melanjutkan jurusan

berkaitan dengan program IPA, cangkupan pilihan jurusan yang akan dipilih

lebih luas jika dibandingkan dengan program IPS ruang lingkupnya terbatas

hal-hal yang berkaitan khusus dengan sosial.

Berdasarkan penelitian diatas, peneliti ingin mengetahui apakah

memang terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa pogram IPA

dengan siswa dapat disimpulkan bahwa setiap siswa dapat memperoleh

prestasi belajar yang baik. Siswa yang mempunyai prestasi yang baik di

dalam diri motivasi belajar. Dengan demikian motivasi belajar tentunya

sangat penting dalam pembelajaran.

C. Peran Bimbingan dalam Meningkatkan Motivasi Belajar

Bimbingan menurut Winkel dan Hastuti (2004:44) diartikan sebagai

proses membantu orang-perorangan dalam memahami dirinya sendiri dan

(37)

mengatur kehidupannya sendiri, menjamin perkembangan dirinya sendiri

seoptimal mungkin, memikul tanggungjawab sepenuhnya atas arah hidupnya

sendiri, menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan

pedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik padanya,

dan menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan ini secara

memuaskan.

Bimbingan belajar Winkel dan Hastuti (2004) adalah bimbingan dalam

hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang

sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul terkait dengan tuntutan

belajar di suatu institusi pendidikan. Bimbingan belajar sebagai upaya

pemberian bantuan dari guru pembimbing kepada siswa dengan cara

mengembangkan suasana belajar mengajar yang kondusif agar terhindar dari

kesulitan belajar, dapat mengatasi kesulitan belajar dan dapat

mengembangkan cara belajar yang efektif sehingga mencapai hasil belajar

yang optimal atau membantu peserta didik sukses dalam belajar mampu

menyesuaikan diri terhadap tuntutan SMA. Guru pembimbing berupaya

memfasilitasi peserta didik untuk mencapai tujuan yang diharapkan melalui

bimbingan belajar.

Menanggapi tantangan kehidupan masa depan dan relevansi pendidikan

formal dengan tuntutan dunia kerja, maka siswa perlu dibantu untuk

mengenal bakat, minat dan kemampuannya, serta merencanakan karier yang

sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Proses dan pelayanan bimbingan sangat

(38)

pelayan bimbingan yang diberikan oleh guru pembimbing adalah membekali

siswa agar lebih siap menghadapi tantangan-tantangan dimasa yang akan

datang dan untuk mencegah timbulnya masalah-masalah yang serius dimasa

yang akan datang.

Salah satu kebutuhan siswa pada masa remaja adalah memperoleh

prestasi diberbagai bidang (Winkel & Hastuti, 2004:142). Pencapaian prestasi

dapat tercapai jika didukung adanya motivasi belajar dalam diri seseorang.

Guru pembembing memberikan layanan bimbingan belajar atau akademik,

baik secara kelompok maupun pribadi. Diharapkan melalui pelayanan

bimbingan siswa jurusan IPA maupun IPS dapat memperoleh dukungan serta

mampu meningkatkan motivasi belajarnya.

D. Hipotesis

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan motivasi belajar antara siswa

program IPA dan IPS di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, maka penelitian ini

mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Tidak ada perbedaan motivasi belajar antara siswa program IPS dengan

siswa program IPA

Hi : Ada perbedaan motivasi belajar antara siswa program IPS dengan siswa

(39)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif komparatif dengan menggunakan metode survei. Penelitian deskriptif komparatif merupakan jenis penelitian yang berbentuk perbandingan dari dua sampel dan lebih. Penelitian ini ingin membandingkan variabel yang sama dari dua sampel yang berbeda yaitu siswa program IPA dan siswa program IPS.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI program IPA dan IPS di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Penelitian ini memakai sampel yaitu siswa kelas XI IPA sebanyak 2 kelas dan XI IPS sebanyak 2 kelas. Menurut Arikunto (2006:131) mengartikan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel tersebut dapat mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.

C. Alat Pengumpulan Data

1. Jenis Alat Ukur

(40)

” (Masidjo,1995). Penelitian ini menggunakan skala likert yang merupakan sejumlah pernyataan positif dan negatif mengenai suatu objek sikap (Furchan, 2007: 279).

2. Penentuan Skoring

Penentuan skor untuk setiap jawaban dari item-item pernyataan adalah sebagai berikut :

a Untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable) terhadap aspek motivasi belajar, jawaban “sangat setuju” diberi skor 4, “setuju” diberi skor 3, “tidak setuju” diberi skor 2, “sangat tidak setuju” diberi skor 1.

b Untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) terhadap aspek motivasi belajar, jawaban “sangat setuju” diberi skor 1, “setuju” diberi skor 2, “tidak setuju” diberi skor 3, “sangat tidak setuju” diberi skor 4.

(41)

3. Kisi Kuesioner

Kuesioner ini tentang motivasi belajar karena bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar yang ditunjukkan oleh skor yang diperoleh siswa. Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari 60 item. Kuesinoer untuk uji coba dapat dilihat pada Lampiran 1. Kisi-kisi dari item-item motivasi belajar ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1.

Rincian Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar

Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

Hasrat dan keinginan belajar.

1,13,25,37,49 7,19,31,43,55 10

Dorongan dan kebutuhan belajar.

2,14,26,38,50 8,20,32,44,56 10

Harapan dan

cita-cita. 3,15,17,39,51 9,21,33,45,57 10 Kemampuan

pembelajar. 4,16,28,40,52 10,22,34,46,58 10 Penghargaan

dalam belajar. 5,17,29,41,53 11,23,35,47,59 10 Lingkungan

belajar yang kondusif.

6,18,30,42,54 12,24,36,48,60 10

60

4. Validitas dan Reliabilitas

(42)

(Furchan, 2007: 295).

Reliabilitas suatu alat ukur adalah derajat keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang seharusnya diukur (Furchan, 2007:310). Menurut Hasan reliabilitas (2002:28) mengandung tiga makna yaitu tidak berubah-ubah, konsistensi dan dapat diandalkan. Penelitian ini menggunakan metode belah dua (Split-half method) . Menurut Hasan (2002:78) metode belah dua yaitu teknik pengukuran reliabilitas instrumen dengan cara membelah seluruh instrumen menjadi dua sama besar, salah satu pembelahan yang digunakan yaitu pembelahan atas dasar nomer ganjil (belahan pertama item-item bernomer ganjil) dan nomer genap (belahan kedua item-item yang bernomer genap). Dalam menganalisis taraf reliabilitas, menggunakan dua rumus. Rumus pertama adalah rumus dari Pearson yaitu teknik korelasi Product-Moment, kemudian hasil dari rumus tersebut dimasukkan ke rumus formula koreksi dari Spearman-Brown.

Rumus yang digunakan sebagai berikut: Rumus Product-Moment

Keterangan :

(43)

Untuk memperoleh taraf reliabilitas suatu alat tes digunakan formula koreksi dari Spearman-Brown. Metode korelasi ini bertujuan untuk meneliti sejauhmana variabel pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain.

Rumus Spearman-Brown sebagai berikut :

Keterangan :

rtt = Koefisien reliabilitas

rxy= Koefisien korelasi belah ganjil dan genap

Hasil perhitungan disesuaikan dengan kriteria Guilford sebagai berikut:

Peneliti mengadakan uji oba kuesioner untuk menentukan validitas dan reliabilitas. Pada tanggal 12 Juni 2010, uji coba kuesioner dilakukan

(44)

pada siswa kelas XI SMA STELLA DUCE 3 Bantul Yogyakarta. Pengisian kuesioner dilakukan dirumah masing-masing, dikarenakan pada hari tersebut sedang diadakan ujian akhir. Kuesioner yang dibagikan berjumlah 36, kembali 35 dengan 1 siswa tidak hadir. Jumlah siswa kelas XI IPA berjumlah 11, sedangkan jumlah siswa kelas XI program IPS berjumlah 25 yang terbagi menjadi dua kelas. Hasil uji coba tersebut, maka peneliti melakukan perbaikan item-item gugur atau valid.

(45)

Tabel 3.

Rincian Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar setelah diujicoba Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Hasrat dan

keinginan belajar.

1,13,25,37*,49 7*,19,31*,43,55 7

Dorongan dan kebutuhan belajar.

2,14,26*,38,50 8,20*,32,44,56 8

Harapan dan cita-cita.

3,15,17*,39,51 9,21,33,45,57 9

Kemampuan pembelajar.

4,16*,28*,40,52 10,22*,34,46,58 7

Penghargaan dalam belajar.

5,17,29,41,53 11,23*,35,47,59 9

Lingkungan belajar yang kondusif.

6,18,30,42,54* 12,24,36,48*,60 8

48 (*) item yang telah gugur

2. Pelaksanaan Penelitian

(46)

Tabel 4.

Waktu Pelaksanaan Penelitian

No Kelas Tanggal Waktu Jumlah

Responden 1. XI IPS2 23 November 11.00 - 11.20 20 Orang 2. XI IPS3 22 november 11.00 - 11.20 22 Orang 3 XI IPA1 22 November 9.00 - 9.20 22 Orang 4 XI IPA2 23 November 9.00 - 9.20 18 Orang

Total 82 Orang

E. Teknik Analisis Data

(47)

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Motivasi belajar para siswa kelas XI jurusan IPA dan IPS diperoleh

dengan mengkategorisasikan skor yang diperoleh subyek penelitian ke dalam

norma dan membaginya dalam kategori tinggi, sedang, rendah. Penggunaan

kategorisasi jenjang bertujuan menempatkan individu ke dalam

kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut kontinum berdasarkan

atribut yang diukur. Kontinum jenjang yang digunakan terdiri dari tiga

kategorisasi : Tinggi, Sedang, Rendah (Azwar,2003:107).

Untuk skor skala motivasi belajar, item berjumlah 48 dengan skor 1,2,3,

dan 4 sehingga rentan mininum adalah 1x48=48 dan rentang maksimum

4x48=192, dengan diketahui rentang maksimum dan rentang mininum maka

dapat dihitung rangenya yaitu 192-48=144 dan satuan deviasi standar

pupulasi (∂)=144:6=24, sedangkan untuk meannya adalah

μ=((48+192):2)=120. Norma kategorisasi sebagai berikut :

Tabel 5

μ (mean) : Nilai rata-rata dari skor maksimum dan minimum. ∂ (standar deviasi) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi

sebaran.

(48)

Penghitungan motivasi belajar para siswa XI jurusan IPA dan jurusan

IPS berdasarkan norma diatas, sebagai berikut :

Tabel 6

Kategorisasi Motivasi Belajar Para Siswa Program IPA dan IPS

Tinggi Jumlah Sedang Jumlah Rendah Jumlah IPA X≥144 18 (22%) 96≤ X< 144 22 (27%) X< 96 -

IPS 10 (12%) 32 (39%) -

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa siswa di jurusan IPA dan IPS

yang termasuk dalam kategori rendah tidak ada (0%). Kategori sedang ada 22

siswa (27%) jurusan IPA dan 32 siswa (39%) jurusan IPS, sedangkan untuk

kategori tinggi untuk jurusan IPA ada 18 siswa (22%) dan untuk jurusan IPS

ada 10 siswa (12%). Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya siswa dalam

penelitian ini memiliki motivasi belajar.

Pada penelitian ini peneliti menganalisis data menggunakan teknik uji

Independent Sample T-test (uji t). Uji-t (Independent-Sample T-test)

digunakan untuk menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok. Nilai dari

uji t digunakan sebagai patokan dalam menolak atau menerima hipotesis.

Hipotesis untuk penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada perbedaan motivasi belajar antara siswa program IPS

dengan siswa program IPA

Hi : Ada perbedaan motivasi belajar antara siswa program IPS dengan

siswa program IPA.

Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5 %, sehingga dasar

pengambilan keputusan ialah jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima,

(49)

SPSS for windows version 17.0 t hitung yang didapat adalah 3.061 dengan

taraf signifikansi 5 % dengan t tabel 1,66 maka hipotesi Ho ditolak. Dengan

demikian Hi diterima, yaitu ada perbedaan motivasi belajar antara siswa kelas

XI jurusan IPA dengan siswa kelas XI jurusan IPS.

Untuk skor skala motivasi belajar para siswa jurusan IPA dan jurusan IPS

item berjumlah 48 dengan skor 1,2,3, dan 4 dengan jumlah siswa 82,

sehingga rentan mininum adalah 1x82=82 dan rentang maksimum 4x82=328,

dengan diketahui rentang maksimum dan rentang mininum maka dapat

dihitung rangenya yaitu 328-82=246 dan satuan deviasi standar pupulasi

(∂)=246:6=41, sedangkan untuk meannya adalah μ=((82+328):2)=200.

Norma kategorisasi sebagai berikut :

Tabel 7

Norma Kategorisasi Item program IPA dan program IPS

Kategori Skor Jumlah item

Rendah X< 159 -

Sedang 241≤ X<159 27

Tinggi 241≤ X 21

Untuk skala motivasi belajar para siswa jurusan IPA item berjumlah 48

dan jumlah siswa 40 dengan skor 1,2,3, dan 4, rentang mininum yang didapat

1x40=40 dan rentang maksimum diperoleh 4x40=160. Range dari kedua

rentang tersebut adalah 160-40=120 dan satuan deviasi standar pupulasi

(∂)=120:6=20, sedangkan untuk meannya adalah μ=((40+160):2)=100. Untuk

skor skala motivasi belajar para siswa jurusan IPS jumlah item 48 dan jumlah

siswa berjumlah 42 dengan skor 1,2,3, dan 4 sehingga rentan mininum adalah

(50)

maksimum dan rentang mininum maka dapat dihitung rangenya yaitu

168-42=126 dan satuan deviasi standar pupulasi (∂)=126:6=21, sedangkan untuk

meannya adalah μ=((42+126):2)=84. Perbedaan skor item-item siswa

terdapat dalam lampiran Norma kategorisasi.

Tabel 8

Kategorisasi Perbandingan Item Siswa Program IPA dan IPS

Tinggi Jumlah Sedang Jumlah Rendah Jumlah IPA 120≤ X 21 80≤ X< 120 27 X< 80 -

IPS 126≤ X 14 84≤ X<126 34 X< 84 -

B. Pembahasan

Pembahasan motivasi belajar siswa kelas XI BOPKRI 2 tahun ajaran

2010/2011 akan dibahas secara keseluruhan. Hasil di atas dapat disimpulkan

bahwa motivasi belajar siswa kelas XI program IPA dan IPS BOPKRI 2

termasuk dalam kategori sedang. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa

terdapat perbedaan motivasi belajar siswa kelas XI antara jurusan IPA dan

jurusan IPS. Siswa jurusan IPA motivasi belajarnya lebih tinggi dibandingkan

dengan siswa jurusan IPS. Hal itu ditunjukkan dari perbedaan rerata atau

mean yang diperoleh dari masing-masing yaitu mean siswa kelas XI jurusan

IPA (144.0250) lebih besar daripada mean siswa kelas XI jurusan IPS

(135.0000).

Terdapat 18 siswa program IPA (22%) dan 10 siswa program IPS (12%)

motivasi belajar termasuk kategori tinggi, ada 22 siswa program IPA (27%)

(51)

dan tidak ada siswa yang motivasi belajar termasuk kategori rendah.

Disimpulkan bahwa siswa program IPA dan IPS kelas XI SMA BOPKRI 2

Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 sudah cukup memiliki motivasi belajar

yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan.

Berdasarkan hasil data penelitian menunjukkan perbedaan motivasi

belajar diantara siswa jurusan IPA dan IPS. Namun, perbedaan tersebut

belum signifikan karena memerlukan pengujian data yang lebih mendalam

lagi. Hal ini akan dijelaskan mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar siswa, dibagi menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor

ekstern. Faktor intern diantaranya: faktor jamaniah, faktor psikologis

(intelegensi, perhatian, minat, bakat), sedangkan faktor ekstern seperti

keluarga dan sekolah.

Pertama faktor intern, dimana terbagi menjadi faktor jasmaniah, dan

faktor psikologis. Faktor jasmaniah dalam hal ini berkaitan dengan kondisi

badan atau tubuh. Kondisi fisik sangat berpengaruh terhadap kemampuan

belajar siswa. Siswa yang merasa kelelahan akan menbawa dampak

berkurangnya tingkat konsentrasi siswa di dalam kelas, siswa akan

malas-malasan mendengar penjelasan guru. Faktor psikologisnya berupa intelegensi,

perhatian, minat dan bakat. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena

daya tarik yang menjamin perasaan senang siswa terhadap belajar. Menurut

santrock (2003:220) minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi

oleh pekerjaan. Remaja lebih menaruh minat pada pelajaran-pelajaran yang

(52)

kurang berminat terhadap belajar maka perlu diusahakan agar siswa

mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang

menarik dan berguna bagi kehidupan serta berhubungan dengan cita-cita serta

kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu. Minat adalah

kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa

kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang

disertai dengan rasa senang (Slameto, 2003: 57).

Faktor ekstern, yaitu keluarga dan sekolah. Faktor keluarga meliputi cara

orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, perekonomian keluarga.

Orang tua mendidik berpengaruh terhadap anak dalam belajar. Orang tua

yang kurang memperhatikan kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anak

dalam belajar, kesulitan-kesulitan yang dialami anak saat belajar

menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya (Slameto, 2003:61).

Cara didik orang tua juga dipengaruhi harapan orang tua terhadap terhadap

pencapaian hasil belajar anaknya. Menurut Santrock (2003:367) harapan

orang tua yang besar akan prestasi anaknya dapat mempengaruhi penilaian

anak terhadap sebuah prestasi. Relasi antara anggota keluarga, baik orang tua

dengan anak maupun dengan anggota keluarga turut mempengaruhi belajar

anak (Slameto,2003). Keberhasilan anak dan kelancaran belajar perlu

diciptakan relasi yang baik dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang

baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai

dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan

(53)

yaitu perekonomian keluarga. Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya

dengan belajar anak. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan

pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan dan anak memiliki

perasaan minder terhadap teman lain. Sebaliknya, keluarga yang memiliki

kemampuan finansial berlebih, orang tua mempunyai kecenderungan untuk

memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan membawa akibat

kurang memusatkan perhatiannya pada belajar.

Di sekolah meliputi metode guru mengajar, relasi guru dan siswa, relasi

siswa antara siswa. Metode mengajar mempengaruhi siswa dalam belajar.

Guru yang kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga

penyampaiannya kurang jelas. Hal ini membawa dampak siswa menjadi

kurang senang dan malas mempelajari bahan pelajaran yang diajarkan. Relasi

guru dengan siswa terjalin dengan baik, maka siswa akan merasa senang

dengan guru dan mata pelajaran. Di kelas tercipta suasana yang lebih aktif

dalam proses belajar mengajar. Berbeda hasilnya jika guru kurang

berinteraksi dengan baik akan membawa akibat proses belajar kurang lancar

seperti siswa kurang memperhatikan saat guru mengajar, malas-malasan di

kelas. Faktor di sekolah yang terakhir yaitu relasi siswa dengan siswa.

Adanya persaingan yang tidak sehat di kelas, maka akan membawa dampak

yang kurang baik. Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang

kurang menyenangkan teman lain, memiliki rasa rendah diri atau sedang

mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Prinsip

(54)

(learning without threat) merupakan belajar memperoleh dan menguasai

suatu dari lingkungan yang bebas ancaman. Proses belajar dipertinggi ketika

siswa dapat menguji kemampuan mereka, mencoba pengalaman baru bahkan

membuat kesalahan tanpa mengalami sakit hati karena kritik dan celaan.

Peneliti lebih menekankan pada adanya perhatian dan minat siswa

karena intelegensi dan bakat perlu penelitian yang lebih mendalam lagi.

Besarnya minat siswa IPA lebih besar dibandingkan dengan siswa IPS

tehadap materi pelajaran yang dipelajari.

C. Implikasi hasil penelitian bagi penyusunan Topik-topik Bimbingan

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan motivasi belajar siswa

IPA dan IPS di kelas XI SMA Bopkri 2 Yogyakarta, maka hal ini

mengindikasikan bahwa pelayanan bimbingan di kelas IPA dan IPS

seharusnya berbeda. Data hasil penelitian digunakan sebagai penyusunan

implikasi berupa topik-topik bimbingan belajar, diperoleh dengan cara

mengelompokkan skor tiap item ke dalam norma kategorisasi yang telah

ditentukan peneliti.

Topik bimbingan ditentukan dengan cara menjumlahkan skor/nilai tiap

item jawaban yang diberikan kepada subyek. Langkah selanjutnya, hasil

penjumlahan skor tersebut akan disajikan dalam penilaian dan

pengkategorisasian motivasi belajar secara umum berdasarkan norma, serta

memeriksa setiap aspek, komponen dan item skala yang selanjutnya

(55)

dengan kebutuhan para siswa kelas XI. Kontinum jenjang yang digunakan

(56)

Tabel 9

Usulan Topik-Topik Bimbingan sebagai Implikasi Hasil Penelitian Kelas IPA

Unik,Cerdas, Solider dan Beriman. Yogyakarta: Kanisius.

 Pham, C ,N. 2007. Strategi Meraih Impian Terbesar Anda. Jakarta: Gramedia.

 Richardson,Pam. (2004). The Life Coach (Pelatihan Hidup). Jakarta: Erlangga.

 Rohani, Wining. 2004. Tips Hidup Enjoy di Masa Remaja. Yogyakarta: Gloria Graffa

 Lashley, Concrad. 1995. Improving Study Skills a Competence Appoarch :The Bath Press : Great Britain.  Hapsari, Sri. 2005. Bimbingan &

(57)

mengatur kesulitan belajar (Bagi Pelajar & Mahasiswa. Jakarta: Elex Media Komputindo.

 MacGregor, Sandy.2007. Student Steps to Succes. Jakarta: Hikmah-Zaman Baru.

Percaya diri a. Pengertian percaya diri.

 MacGregor, Sandy.2007. Student Steps to Succes. Jakarta: Hikmah-Zaman Baru.

 Richardson,Pam. (2004). The Life Coach (Pelatihan Hidup). Jakarta: Erlangga.

(58)

2. Siswa mampu 2 JP Ceremah, Tanya-jawab dan sharing

 Richardson,Pam. (2004). The Life Coach (Pelatihan Hidup). Jakarta: Erlangga.

3. Siswa mampu mempraktekan belajar efektif dan efisien.

Cara belajar yang

efektif 1. Pengertian belajar efektif dan efesien. 2. Cara belajar

yang efektif dan efisien.

2 JP Ceremah, Tanya-jawab dan sharing

 Gie, The Liang. 2003. Efisiensi untuk meraih sukses. Panduan: Yogyakarta.

(59)

SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN

A. Pokok Bahasan :Pengelolaan waktu untuk belajar B. Bidang Bimbingan :Belajar

C. Standar Kompetensi :Setelah mengikuti kegiatan ini siswa diharapkan dapat mengelola waktu belajar dengan baik.

D. Kompetensi Dasar :Siswa dapat memahami kuadran waktu dengan baik

E. Indikator :

1. Siswa dapat memperoleh informasi tentang kuadran waktu. 2. Siswa dapat menyebutkan manfaat dari kuadran waktu. 3. Siswa dapat menerapkan pemanfaat waktu dengan baik. F. Metode :Ceramah, sharing, lembar kerja siswa

G. Waktu :40 menit

H. Alat :Handout, lembar kerja siswa

I. Sumber :

 Lashley, Concrad. 1995. Improving Study Skills a Competence Appoarch :The Bath.

 Hapsari, Sri. 2005. Bimbingan &Konseling SMA kelas XI. Jakarta: Grasindo.

J. Sasaran Layanan :Siswa SMA kelas XI IPA K. Kegiatan-kegiatan :

Kegiatan Keterangan

Pengantar Guru BK menjelaskan maksud dan tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan

Mengerjakan tugas Guru BK meminta siswa menuliskan kegiatan tiap-tiap kudran waktu tersebut. Sharing dan refleksi Guru BK meminta siswa membacakan

kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan di tiap kuadran waktu.

Mengerjakan tugas Pembimbing membagikan lembar kerja siswa

(60)

Handout

Mungkin tidak asing bagi kita jika mendengar ungkapan: “waktu adalah uang”. Ungkapan tersebut kemungkinan besar adalah benar jika kita memaknai harga sebuah waktu. Waktu sangat berharga, untuk itu gunakanlah waktu sebaik mungkin. Untuk menggunakan waktu dengan baik, banyak orang mempunyai caranya tersendiri. Ada yang menunda-nunda tugas sampai menjelang deadline dan ada yang mengaturnya dengan terencana. Bagaimanapun pengaturan waktu yang kita buat, kita perlu mengetahui bahwa kita memiliki kebutuhan. Kebutuhan itu dapat kita kelompokkan menjadi empat bagian, penting atau tidak penting; mendesak ataukah tidak mendesak. Di bawah ini kita akan mengkaji lebih lanjut mengenai waktu dan perencanaannya, atau dengan kata lain bagaimana sih manajemen waktu itu?

Tujuan : Setelah mengikuti kegiatan ini diharapkan : 1. Siswa dapat memperoleh informasi kuadran waktu

(61)

Kuadran waktu

Prioritas Genting/mendesak Tidak genting/tidak mendesak Penting Kuadran I

sekolah karena bangun kesiangan. diselesaikan dalam minggu ini.

3. Menyelesaikan tugas terlebih dahulu kemudian menonton televisi.

4. Belajar sedikit demi sedikit untuk persiapan ujian.

Tidak

penting Kuadran III Orang yang ‘Yes-Man’

(62)

Kuadran I

Menunjukan kepribadian orang yang suka menunda-nunda pekerjaan. Orang seperti ini akan selalu dihadapkan pada pilihan kegiatan yang mendesak dan penting. Hal ini disebabkan oleh semboyan “ahh masih banyak waktu, aku kerjakan nanti saja”. Pada saatnya harus dikerjakan, dia tidak punya banyak waktu sehingga pekerjaan tersebut dikerjakannya secara tidak maksimal.

Kuadran II

Menunjukan kepribadian orang yang suka menentukan prioritas. Orang ini biasanya terlatih untuk menentukan mana yang hendak dikerjakan terlebih dahulu sehingga dia mempunyai keteraturan hidup.

Kuadran III

Menunjukan kerpribadian seorang “Yes-Man”. Orang seperti ini melakukan suatu hal karena ingin menyenangkan orang lain atau karena ingin dianggap populer. Dia akan mengikuti semua kegiatan yang ditawarkan kepadanya sehingga hidupnya diatur oleh keinginan orang lain.

Kuadran IV

(63)

Mari kita cermati kembali kuadran waktu di atas dan kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya. Apabila kita berfokus pada kuadran tertentu, hal tersebut dapat mengakibatkan kondisi berikut.

Kuadran I

 Tugas-tugas dapat selesai tepat waktu.

 Menganggap tujuan tidak berharga.

Kuadran IV

 Tidak ada tanggungjawab  Nilai-nilai yang tidak tuntas  Tidak peduli dengan berapapun

hasil nilai yang didapat.

Gambar

Tabel 1.  Rincian Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar  .................................
Tabel 1. Rincian Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar
Tabel 2. Kriteria Guilford
Tabel 3. Rincian Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar setelah diujicoba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam upaya menyelesaikan masalah tersebut, penulis membuat program aplikasi seperti program Pascal 7.0 untuk membantu menyelesaikan persamaan linier dengan menggunakan 2

Program Studi Peserta wajib mengisi form kesediaan untuk mengakui semua kredit yang telah ditempuh oleh peserta Program Transfer Kredit Direktorat Pembelajaran

Karena fitur keamanan yang ada pada standar 802.11 tidak menyediakan integritas pesan yang kuat, bentuk lain dari serangan aktif yang membobol integritas sistem sangat

Berdasarkan hasil surve yang telah saya lakukan kepada Ny.Eni Puji sejak kehamilan umur 37 minggu 1 hari, maka saya tertarik melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan

apabila kelengkapan persyaratan berkas permohonan telah memenuhi ketentuan yang berlaku, petugas front office memberikan tanda bukti penerimaan berkas sebagai alat

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ani Yuliyanti (2011) yang menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap lamanya

Dalam pembingkaian berita demonstrasi mahasiswa Semarang terkait rencana kenaikan harga BBM di TV Borobudur, dalam siaran berita “Jendela Jateng Sore”, pembingkaian

Penanganannya No Sasaran Jangka Menengah Renstra K/L Permasalahan Pelayanan SKPD Sebagai Faktor Penghambat Pendorong (1) (2) (3) (4) (5) 1 Meningkatnya