PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PROGRAM IPA DAN IPS KELAS XI
SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK
BIMBINGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Agnes Dwijayanti Ningrum NIM : 051114014
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PROGRAM IPA DAN IPS KELAS XI
SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK
BIMBINGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Agnes Dwijayanti Ningrum NIM : 051114014
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ ……..Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku…… Mintalah maka
kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu”. (Yohanes 16:23)
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus yang memberikan karunia berlimpah pada diriku.
Keluarga tercinta : Bapak, Ibu dan Mbak Dora yang tidak pernah berhenti
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 6 Juni 2012 Penulis,
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Agnes Dwijayanti Ningrum
NIM : 05 1114 014
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PROGRAM IPA DAN IPS KELAS XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK
BIMBINGAN
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusi secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal 6 Juni 2012
Yang menyatakan,
vii ABSTRAK
PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PROGRAM IPA DAN IPS KELAS XI
SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK
BIMBINGAN Agnes Dwijayanti Ningrum
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2012
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang perbedaan motivasi belajar antara siswa kelas XI jurusan IPA dan IPS di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 dan usulan topik-topik bimbingan sebagai implikasi dari hasil penelitian.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif komparatif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan IPA dan IPS di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner motivasi belajar, yang terdiri dari 48 item yang disusun oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu: Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak setuju Teknik analisis data yang digunakan adalah Uji t (t-test). Nilai dari uji-t digunakan sebagai patokan dalam menerima atau menolak hipotesis.
Hasil uji t yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebesar 3.09, sedangkan t tabel dengan taraf signifikansi 5 % sebesar 1,66. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Hal ini berarti ada perbedaan motivasi belajar antara siswa kelas XI IPA dan IPS di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Siswa program IPA memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa program IPS. Hal itu ditunjukkan dari perbedaan mean siswa IPA sebesar 144.0250 lebih tinggi daripada mean siswa IPS 135.0000.
viii ABSTRACT
THE DIFFERENCE IN LEARNING MOTIVATION BETWEEN STUDENTS MAJORING IN SCIENCE AND SOCIAL STUDIES
OF THE ELEVENTH GRADE STUDENTS IN SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA IN 2010/2011 ACADEMIC YEAR
AND ITS IMPLICATIONS TOWARDS THE SUGGESTED TOPICS OF GUIDANCE motivation between students majoring in science and social studies of the eleventh grade students in SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2010/2011 academic year and its implications towards the suggested topics of guidance.
This study belongs to a comparative descriptive study. The subjects of this study are the eleventh grade students majoring in science and social studies in SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2010/2011 academic year. The instrument used in this study was questionnaire of learning motivation, which consists of 48 items compiled by the researcher herself. There are four alternative answers, namely strongly agree, agree, disagree, and strongly disagree. The technique of data analysis used was t-test. The value of the t-test is later used as a benchmark in accepting or rejecting the hypothesis.
The t-test result obtained in this study shows 3.09, while the t table with 5% significance level shows 1.66. The value of t-test which is bigger than t-table shows that the hypothesis is accepted. It means that there are differences between students’ learning motivation majoring in science and social studies of the eleventh grade students in SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in 2010/2011 academic year. Students majoring in science have a higher learning motivation than those majoring in social studies. It is indicated from the differences between students’ mean value in science (144.0250) which is higher than the mean value in social studies (135.0000).
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yesus Kristus atas karunia berkat, bimbingan dan penyertaanNya yang berlimpah pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dengan Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. M.J.Retno Priyani, M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan ketulusan hati memberikan motivasi, meluangkan waktu untuk mendampingi penulis selama proses penulisan skripsi.
2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Seluruh pihak SMA STELLA DUCE 3 Bantul Yogyakarta yang berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan uji coba penelitian.
4. Seluruh pihak SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian. 5. Keluargaku tersayang: Bapak, Ibu dan Mbak Dora yang telah memberikan
x
6. Antonius Yudha Budi Purnomo, yang selalu mendampingi dan memberikan motivasi selama menempuh kuliah hingga penulisan skripsi ini.
7. Anna Miranti, Priska Wulan, Sisilia Fimbriani, Xaveria Rini, Beni Sitanggang, Noviyanti, Sr. Miryam, Hendrayani, Andreas Agam Broto, Helnike dan semua teman BK angkatan 2005 atas dukungan dan kerjasamanya selama menyelesaikan skripsi.
8. Semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan, khususnya dalam bidang Bimbingan dan Konseling. Kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini diterima dengan senang hati.
Yogyakarta, 6 Juni 2012
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
xii BAB II : KAJIAN TEORITIS
A. Motivasi Belajar ... 7
1. Pengertian motivasi belajar ... 7
2. Bentuk-bentuk motivasi belajar ... 9
a. Motivasi intrinsik ... 9
b. Motivasi ekstrinsik ... 11
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar ... 12
a. Faktor-faktor intern ... 13
b. Faktor-faktor ekstern ... 16
B. Motivasi Belajar Siswa program IPA dengan Siswa program IPS ... 17
C. Peran Bimbingan dalam meningkatkan Motivasi Belajar ... 20
D. Hipotesis ... 22
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 23
B. Subjek Penelitian ... 23
C. Alat Pengumpulan Data ... 23
D. Pengumpulan Data ... 27
E. Teknik Analisis Data ... 30
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31
B. Pembahasan ... 34
xiii BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Ringkasan ... 56
B. Kesimpulan ... 57
C. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 59
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rincian Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 25
Tabel 2. Kriteria Guilford ... 27
Tabel 3. Rincian Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar setelah diujicoba ... 29
Tabel 4. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 30
Tabel 5. Norma Kategorisasi ... 31
Tabel 6. Kategorisasi Motivasi Belajar Para Siswa Jurusan IPA dan IPS ... 32
Tabel 7. Norma Kategorisasi Siswa Program IPA dan Program IPS ... 33
Tabel 8. Kategorisasi Perbandingan Item Siswa Program IPA dan IPS ... 34
Tabel 9. Usulan Topik-Topik Bimbingan sebagai Hasil Penelitian ... 40
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Motivasi Belajar Uji Coba ... 62
Lampiran 2. Tabulasi Data Uji Coba Kuesioner Motivasi Belajar ... 66
Lampiran 3. Rekapitulasi Uji Diskriminasi/Daya Beda ... 68
Lampiran 4. Kuesioner Motivasi Belajar Penelitian ... 70
Lampiran 5. Tabulasi Data Penelitian ... 75
Lampiran 6. Hasil Perhitungan Uji-t ... 81
Lampiran 7. Perbandingan Hasil Skor Item siswa IPA dan IPS ... 82
Lampiran 8. Surat Ijin Uji Coba ... 84
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada
orang yang belum dewasa agar ia mencapai kedewasaan (Winkel,1996).
Pendidikan berupa pendampingan yang menjaga agar anak dididik belajar
hal-hal yang positif sehingga menunjang perkembangannya mengarahkan
ke tujuan. Menurut Winkel (1996:25) sekolah merupakan lingkungan
pendidikan formal karena di sekolah terlaksana serangkaian kegiatan yang
terorganisir, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar di
dalam kelas.
Di sekolah siswa mengikuti pelajaran dengan tujuan untuk mengusai
bidang ilmu yang dipelajarinya, sehingga dalam mempelajari setiap bahan
pelajaran siswa terdorong untuk menguasai bahan pembelajaran tersebut
dengan baik. Menurut Thomas F. Staton, seseorang akan berhasil dalam
belajar jika di dalam dirinya ada keinginan untuk belajar, keinginan dan
dorongan inilah yang disebut motivasi (Sardiman, 2005). Menurutnya,
motivasi merupakan salah satu faktor psikologis dalam belajar. Peran
motivasi belajar memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam
belajar sehingga siswa mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan
kegiatan belajar. Imron (1996) mengatakan bahwa siswa yang memiliki
belajar sehingga sangat jarang pula tertinggal dalam pelajaran. Siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi akan memperoleh hasil belajar yang baik.
Sebaliknya, siswa kurang memiliki motivasi akan mengalami kesulitan atau
kegagalan dalam belajar dan kurang memiliki semangat belajar.
Menurut Sukmadinata (2007) gejala-gejala yang terlihat jika siswa
kurang memiliki motivasi belajar antara lain: seperti sering murung, tidak
aktif, sering tidak masuk sekolah, sering pulang sebelumnya, sering tidak
mengikuti pelajaran, jarang mengerjakan pekerjaan rumah, jarang mencatat
pelajaran, jarang memperhatikan pelajaran, suka menganggu teman, suka
mencontek saat ulangan, sering datang terlambat, sering mengantuk di kelas,
kurang konsentrasi di kelas, penguasaan pelajaran kurang baik. Siswa
dengan motivasi belajar tinggi akan memperlihatkan sikap ingin melakukan
yang terbaik, siswa datang tepat pada waktunya, tertarik untuk mengerjakan
PR, tidak pernah menyerah untuk menyelesaikan persoalan, dan siswa yang
termotivasi ia akan bekerja dengan baik, percaya diri, fokus pada tugasnya,
dan melakukan yang terbaik. Mereka memperlihatkan sikap yang senang
terhadap kegiatan dan tugas pembelajaran mereka memiliki kegairahan
untuk menerima berusaha mengelola, menguasai, apalagi memperhatikan
pelajaran yang diberikan guru-guru.
Berdasarkan kurikulum 1994, terdapat pengelompokan program
studi. Dimana siswa dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki
sesuai dengan minat dan kemampuannya. Pengelompokan program studi
di SMA. Pengelompokan studi dilakukan saat berada kelas XI dimana
program studi dibagi menjadi 3 yaitu Bahasa, IPA dan IPS. Di SMA
BOPKRI 2, siswa kelas X diberikan tes Intelegensi untuk memberikan
gambaran tentang kemampuannya. Guru pembimbing dan guru mata
pelajaran saling bekerja sama untuk membantu mengarahkan supaya siswa
dapat memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Pengelompokan program studi ini berpengaruh terhadap hasil
belajarnya. Semakin siswa berminat terhadap jurusan yang dipilihnya, maka
siswa akan termotivasi untuk memperoleh nilai yang baik dan memiliki
sikap yang ingin melakukan yang terbaik disetiap tugasnya. Berlaku juga
untuk sebaliknya, jika siswa kurang berminat terhadap jurusan yang
dipilihnya maka ia kurang termotivasi untuk melakukan yang terbaik dan
cenderung memiliki hasil belajar rendah. Berdasarkan pengalaman ketika
program pengalaman lapangan, peneliti melihat bahwa kecenderungan
siswa IPS memiliki sikap belajar yang kurang semangat seperti sering
terlambat ke sekolah, sering tidak masuk sekolah dan sering tidak
mendengarkan penjelasan guru dibandingkan dengan IPA, terlebih timbul
pandangan umum pada masyarakat bahwa prestasi belajar siswa program
IPA lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa program IPS.
Jika dilihat dari struktur kurikulum tidak terdapat perbedaan di antara
kedua program tersebut. Kedua program ini memiliki struktur kurikulum
yang sama, hanya saja mata pelajaran yang dipelajari kedua program
studi tersebut memiliki mata pelajaran umum yang sama, kecuali mata
pelajaran khusus, yang berbeda tiap programnya. Kedua program tersebut
memiliki kesamaan dalam jumlah jam mata pelajaran, muatan lokal, dan
pengembangan diri.
Pada kenyataaannya yang terjadi ternyata pencapaian hasil belajar
dari tiap program tersebut berbeda. Hal ini sesuai dengan penelitian sejenis
yang dilakukan oleh Widiyantari (2008), “Perbedaan Prestasi Belajar
Bahasa Indonesia antara Program IPA dan IPS kelas XI SMAN 1 Turi
Sleman, Yogyakarta”. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa ada
perbedaan yang signifikan dalam hal prestasi belajar Bahasa Indonesia
antara siswa kelas XI program IPA dan IPS. Hasil penelitian di atas berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Lemiyana (2006) “Tingkat
Kebiasaan Belajar dalam mempelajari Bahasa Indonesia para siswa jurusan
IPA dan IPS kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran
2005/2006”. Hasil penelitian Yulinda menunjukan bahwa tingkat kebiasaan
belajar dalam mempelajari mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas XI
jurusan IPA dan jurusan IPS SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta
tahun ajaran 2005/2006 adalah sama.
Berdasarkan berapa uraian di atas peneliti ingin meneliti lebih lanjut
mengenai perbedaan motivasi belajar antara program studi IPA dan IPS
kelas XI di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Peneliti
melihat bahwa motivasi belajar penting di sekolah. Guru pembimbing dapat
layanan bimbingan belajar. Bimbingan belajar atau bimbingan akademik
menurut Winkel dan Hastuti (2005:115) ialah layanan bimbingan yang
diberikan dalam rangka menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih
program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul
berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di institusi pendidikan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan motivasi belajar para siswa kelas XI
program IPA dan IPS di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun ajaran
2010/2011?
2. Usulan topik-topik bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan
motivasi belajar?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui perbedaan motivasi belajar para siswa kelas XI
program IPA dan IPS di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun
Ajaran 2010/2011.
2. Menyusun topik-topik bimbingan yang sesuai untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI program IPA
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa
program IPA dan program IPS sehingga bermanfaat untuk perencanaan
program bimbingan dalam meningkatkan mutu pelayanan bimbingan, salah
satunya di bidang Akademik atau belajar kepada para siswa program IPA
dan program IPS kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.
E. Batasan Istilah
1. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi
mencapai suatu tujuan.
2. Siswa dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMA BOPKRI 2
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata Inggris motivation yang berarti dorongan,
(peng)alasan, dan merangsang. Kata kerjanya adalah to motivate yang
berarti mendorong, menyebabkan dan merangsang. Motive sendiri berarti
alasan, sebab dan daya penggerak. Motif adalah keadaan dalam diri
seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Imron, 1996).
Menurut Mc. Donald (Sardiman,2005:73) motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai munculnya “feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Menurut kamus Psikologi pengertian motif adalah suatu rangsangan,
dorongan atau pembangkit tenaga terjadinya suatu tingkah laku, sedangkan
pengertian motivasi menunjukan kepada seluruh proses gerak situasi
dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut
dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Tingkah laku yang
termotivasi ialah tingkah laku tercapai apabila kebutuhan sudah terpenuhi.
Motivasi menurut Sardiman (2005) dapat juga diartikan serangkaian
usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu
berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.
Motivasi (motivation) adalah kekuatan yang menggerakan seseorang untuk
berperilaku, berpikir dan merasa seperti yang mereka lakukan (King,
2010:64). Pengertian motivasi dalam hubungan dengan kegiatan belajar
ialah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki
oleh siswa dapat tercapai. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang menggerakan seseorang
karena adanya kebutuhan, ekspektasi, keinginan untuk mencapai tujuan
dengan menunjukan tingkah laku tertentu.
Pengertian belajar menurut Winkel (2004:59) adalah aktivitas mental
atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Wittig (Syah, 2003)
mendefinisikan belajar merupakan perubahan relatif menetap yang terjadi
dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku organisme sebagai
pengalaman. Menurut Uno (2007:22) belajar adalah suatu proses yang
dilakukan secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Demikian belajar dapat diartikan suatu proses yang dialami oleh
seseorang yang awalnya tidak tahu menjadi mengetahui karena adanya
tersebut bersifat dinamis dan menjadi pengalaman bagi seseorang.
Pengertian motivasi belajar menurut Winkel (1996) adalah
keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar ini demi mencapai suatu tujuan.
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual
(Sardiman, 2005). Peranannya yang khas adalah dalam menumbuhkan
gairah, merasa senang dan semangat belajar. Motivasi belajar dapat
diartikan suatu dorongan yang menggerakan diri siswa untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan yang dibimbing oleh orang yang dewasa
dengan tujuan memperoleh hasil belajar yang baik.
2. Bentuk - bentuk Motivasi Belajar
Menurut Winkel (1996:194) motivasi belajar di sekolah dibedakan
menjadi dua bentuk yaitu :
a. Motivasi Intrinsik
Pengertian motivasi intrinsik menurut Winkel (1996:195) adalah
kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan suatu
kebutuhan dan dorongan yang mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar
itu. Menurut Sardiman (2005:88) motivasi intrinsik adalah motif-motif
yang menjadi aktif atau berfungsi karena dalam diri setiap individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesesuatu. Motivasi intrinsik
sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Motivasi instrinsik
didasarkan pada faktor-faktor internal, seperti kebutuhan organismik
(otonomi, kompensasi dan keterhubungan), seperti rasa ingin tahu,
tantangan, dan usaha (King, 2010: 90).
Orang-orang yang motivasinya bersifat intrinsik menunjukkan
minat, ketertarikan, dan kepercayaan diri yang lebih tinggi akan apa
yang mereka lakukan. Sebagai contoh, siswa belajar menghadapi ujian
karena dia senang dengan mata pelajaran yang diujikan. Siswa belajar
karena ingin mengetahui seluk-beluk suatu masalah yang lebih lengkap
atau ingin menjadi orang yang ahli dalam bidang-bidang tertentu yang
diminatinya (interest value); kebiasaan membaca buku dan tanpa perlu
ada yang menyuruh dan mendorong untuk membaca buku. Siswa yang
termotivasi biasanya dapat mengatur waktu dengan baik, ia bisa
membagi waktu untuk belajar, membagi waktu untuk bermain,
membagi waktu untuk istirahat. Motivasi yang timbul dalam diri siswa
sendiri sebenarnya keinginan siswa sendiri, bertujuan untuk
mendapatkan keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan
pengetahuan, mengembangkan sikap untuk berhasil, dan menyenangi
kehidupan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa faktor mempengaruhi timbul motivasi intrinsik yaitu karena
adanya kebutuhan, pengetahuan tentang kemajuan diri sendiri dan
intrinsik merupakan suatu motif yang timbul karena adanya suatu
kebutuhan, dorongan dan tujuan-tujuan yang ada di dalam diri individu
untuk melakukan suatu aktivitas tersebut.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah aktivitas belajar dimulai dan diteruskan,
berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri (Winkel, 1996:194).
Misalnya, siswa rajin untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan
kepadanya, kalau berhasil dengan baik; siswa yang tekun dalam belajar
untuk menghindari hukuman yang diancamkan. Bentuk motivasi
ekstrinsik antara lain; belajar demi memenuhi kewajiban, belajar demi
menghindari hukuman yang diancamkan, belajar demi memperoleh
hadiah material yang dijanjikan, belajar demi gengsi sosial, belajar
demi memperoleh pujian dari orang yang penting (guru, orang tua).
Menurut Sardiman (2005:90) pengertian motivasi ekstrinsik adalah
motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari
luar. Motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk rangsangan dari
luar, bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan aktivitas yang
membawa manfaat kepada individu itu sendiri. Pengertian senada juga
diberikan oleh Santrock (2007) yang mendefinisikan motivasi ekstrinsik
adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara
untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik menurut King (2010:90)
kita termotivasi ekstrinsik maka kita terlibat dalam perilaku tertentu
karena ganjaran eksternal. Misalnya, pujian yang diberikan guru kepada
seorang anak didik karena pekerjaannya yang baik akan menyebabkan
daya usaha atau motivasi anak didiknya tersebut meningkat. Pemberian
pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil
besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Adanya suatu
penghargaan atas prestasi yang diraihnya merupakan harapan seseorang
yang memiliki kemauan yang keras atau kuat dalam belajar.
Beberapa cara dan bentuk untuk bisa menumbuhkan motivasi
dalam kegiatan belajar di sekolah sudah dijelaskan di atas. Hal lainnya,
bisa dengan pemberian angka, pada umumnya setiap siswa ingin
mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka (nilai) yang
diberikan oleh guru. Murid yang mendapatkan nilai baik, akan
mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya murid
yang mendapat nilai yang jelek, mungkin akan menimbulkan frustasi
atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri dari berbagai
macam, tetapi pada hal ini peneliti menggolongkan faktor-faktor tersebut
ke dalam dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar,
a. Faktor-faktor intern
Dalam faktor-faktor intern ini terdapat tiga faktor, yaitu: faktor
jasmaniah, faktor psikologis.
1) Faktor jasmaniah
Faktor jasmaniah dalam hal ini berkaitan dengan kondisi badan atau
tubuh. Faktor ini meliputi kesehatan badan serta kelengkapan badan.
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit (Slameto, 2003). Kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap proses belajarnya. Proses belajar
akan terganggu jika kesehatan terganggu, selain itu orang yang
terganggu kesehatannya akan menjadi cepat lelah, kurang
bersemangat, mudah pusing, rasa kantuk jika badan menjadi lemah.
Agar dapat belajar dengan baik maka orang harus mengusahakan
kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara mengindahkan
ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan,
olahraga, rekreasi dan ibadah.
Kelengkapan badan berarti keadaan badan utuh dan lengkap, tidak
mengalami cacat. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli,
setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan beberapa
kondisi lain yang menyebabkan tubuh menjadi kurang sempurna
menjalankan fungsinya. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi
belajar. Usaha yang perlu dilakukan jika hal ini terjadi adalah
dapat belaar pada lembaga pendidikan khusus.
2) Faktor psikologis
Faktor –faktor psikologis berarti segala hal yang menjadi penyebab
yang bersumber dari mental. Hal-hal tersebut adalah intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Uraian di
bawah ini akan membahas faktor-faktor berikut.
a) Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi
yang baru dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep
yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat.
b) Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun
semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau
sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik,
maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi bahan perhatian
siswa, maka timbullah kebosanan sehingga siswa tidak lagi suka
belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlu
diupayakan bahan pelajaran tersebut selalu menarik perhatian
dengan usaha mengkaitkan pelajaran tersebut sesuai dengan hobi
c) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa
akan diperhatikan terus menerus disertai dengan rasa senang.
Berbeda dengan perhatian karena sifatnya sementara (tidak dalam
waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan
senang. Minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ
diperoleh kepuasan.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena daya tarik yang
menjamin perasaan senang siswa terhadap belajar. Jika siswa
kurang berminat terhadap belajar maka perlu diusahakan agar
siswa mempunyai minat yang lebih besar dengan cara
menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan
serta berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan
pelajaran yang dipelajari itu.
d) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru
akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar
atau terlatih. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai
dengan bakatnya maka hasil belajarnya lebih baik karena siswa
senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam
b. Faktor-faktor ekstern
1) Faktor keluarga
Faktor keluarga yang mempengaruhi motivasi belajar anak seperti
cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang budaya. Orang tua
kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya tidak
memperhatikan akan kepentingan serta kebutuhan anaknya dalam
belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan alat
belajarnya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar.
Sedangkan orang tua yang mendidik anak dengan cara memanjakan
adalah cara mendidik yang tidak baik. Pola asuh orang tua
berpengaruh terhadap belajar anaknya.
2) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi dalam belajar mencangkup
metode mengajar, relasi guru dan siswa, relasi siswa dan siswa.
Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui di dalam
mengajar. Metode mengajar yang kurang baik akan mempengaruhi
belajar siswa yang kurang baik pula. Guru yang kurang persiapan
dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut
menyajikannya tidak jelas, akibatnya siswa malas untuk belajar. Hal
ini pula yang mempengaruhi relasi guru dengan siswa, jika guru
yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab menyebabkan
dimana jika siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang
kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri, atau
sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari
kelompok. Hal ini membawa dampak terhadap belajar di sekolah
sehingga ia menjadi malas untuk masuk sekolah. Sebaliknya, jika
relasi antar siswa terjalin dengan baik maka akan menciptakan
suasana belajar yang nyaman di kelas.
B. Motivasi Belajar Siswa program IPA dengan Siswa program IPS
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan menghasilkan
prestasi belajar baik. Siswa yang kurang memiliki motivasi belajar terlihat
dari gejala-gejala seperti kurangnya perhatian siswa pada waktu pelajaran,
kelalaian dalam mengerjakan tugas pekerjaan rumah, penundaan persiapan
ulangan atau ujian, pandangan ”asal lulus, asal cukup”. Siswa yang terlihat
dengan gejala tersebut dapat dipastikan akan membawa dampak terhadap
hasil prestasi belajar yang kurang memuaskan. Bila seorang siswa memiliki
prestasi baik dapat memberikan kepuasan pribadi dan ketenaran.
Menurut Hurlock (2004:220) bila prestasi yang baik diharapkan
memberikan kepuasan bagi remaja, maka prestasi itu mencangkup
bidang-bidang penting bagi kelompok sebaya dan dapat menimbulkan harga diri
dalam pandangan kelompok sebaya. Perbandingan sosial yang positif
menurut Hurlock (2004:533) biasanya akan menimbulkan penghargaan diri
penghargaan diri. Siswa sering membandingkan diri mereka dengan teman
sebaya mereka dalam hal usia, kemampuan dan minat.
Berdasarkan penelitian Lemiyana (2006) terdapat persyaratan untuk
pemilihan jurusan yaitu siswa menyesuaikan dengan minat, bakat dan hasil
akademik. Minat siswa (Winkel,1997) ialah kecenderungan siswa yang
menetap untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam kegiatan yang berkaitan dengan bidang itu. Siswa yang
memiliki minat pada suatu bidang akademik, akan berusaha untuk berhasil
dalam kegiatan akademik yang telah dipilihnya.
Bakat adalah kemampuan yang menonjol di suatu bidang tertentu dan
yang terakhir yaitu dilihat berdasarkan nilai akademik siswa dalam mata
pelajaran utama pada jurusan itu. Ketiga hal diatas merupakan persyaratan
ideal yang dijadikan dasar untuk memilih jurusan, namun dalam kenyataan
tidak selalu demikian. Sebagai contoh, siswa yang memiliki nilai akademik
yang baik di program IPA, lebih memilih untuk mengambil jurusan IPS,
sedangkan ada pula siswa masuk jurusan IPA karena dorongan orang tua
yang memiliki harapan supaya anaknya kelak mudah mendapatkan pekerjaan
ataupun mudah untuk memilih jurusan tertentu di perguruan tinggi. Lemiyana
(2006) tidak menemukan adanya perbedaan kebiasaan belajar dalam
mempelajari bahasa Indonesia karena siswa kurang berminat dengan mata
pelajaran bahasa Indonesia dan setiap program mempunyai struktur
kurikulum yang berbeda tetapi memiliki bobot yang sama.
Kompetensi Bahasa Indonesia, diketahui bahwa ada perbedaan prestasi
belajar program IPA dan Program IPS. Menurut analisis peneliti, perbedaan
disebabkan skor rata-rata siswa program IPA mempunyai tingkat intelegensi
yang lebih tinggi daripada siswa program IPS sehingga dapat menguasai dan
memahami materi pelajaran bahasa Indonesia. Yang kedua, mengenai jumlah
kelas dimana kelas IPA tidak ada paralel sedangkan program IPS terdapat 2
paralel, hal ini yang mempengaruhi guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar di kelas sehingga mempengaruhi prestasi belajar.
Beberapa siswa program IPA dan IPS memiliki motivasi belajar yang
cukup. Hal ini terlihat dari kedua penelitian diatas yang memperlihatkan
tentang kedua program IPA dan IPS. Beberapa dari mereka berusaha
berprestasi di masing-masing bidang dikuasainya. Kedua program ini berbeda
dalam hal motivasi belajar, keinginan untuk meraih prestasi membutuhkan
usaha dengan tujuan yang hendak dicapainya.
Sekolah memiliki kultur dimana terdapat suatu pola asumsi dasar hasil
invensi, penemuan, pengembangan oleh suatu kelompok tertentu saat siswa
belajar mengatasi masalah-masalah yang telah berhasil baik serta dianggap
valid, dan akhirnya diajarkan ke warga yang baru sebagai cara-cara yang
benar dalam memandang, memikir, dan merasakan masalah-masalah tersebut.
Kultur sekolah terdiri dari lapisan, dimana lapisan yang paling dalam adalah
asumsi yang digunakan dalam memecahkan berbagai masalah dan terbukti
benar sehingga menjadi pedoman, misalnya siswa jurusan IPA lebih mudah
yang berada di jurusan IPA dianggap lebih bergengsi oleh banyak orang, oleh
karena itu akan lebih termotivasi untuk memperoleh hasil belajar yang baik.
Pemberian cap (stigma) pada program studi IPA sebagai jurusan
bergengsi karena kumpulan dari siswa yang pandai sedangkan untuk program
studi IPS sebagai jurusan yang kurang bergensi” (Winkel dan Hastuti
2004:148). Pilihan karier setelah menempuh pendidikan di sekolah menengah
atas yaitu melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Pilihan karier yang
dipilih sesuai dengan minat, kemampuan dan jurusan yang siswa pilih saat
SMA, bagi siswa yang memilih program IPA bisa melanjutkan jurusan
berkaitan dengan program IPA, cangkupan pilihan jurusan yang akan dipilih
lebih luas jika dibandingkan dengan program IPS ruang lingkupnya terbatas
hal-hal yang berkaitan khusus dengan sosial.
Berdasarkan penelitian diatas, peneliti ingin mengetahui apakah
memang terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa pogram IPA
dengan siswa dapat disimpulkan bahwa setiap siswa dapat memperoleh
prestasi belajar yang baik. Siswa yang mempunyai prestasi yang baik di
dalam diri motivasi belajar. Dengan demikian motivasi belajar tentunya
sangat penting dalam pembelajaran.
C. Peran Bimbingan dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Bimbingan menurut Winkel dan Hastuti (2004:44) diartikan sebagai
proses membantu orang-perorangan dalam memahami dirinya sendiri dan
mengatur kehidupannya sendiri, menjamin perkembangan dirinya sendiri
seoptimal mungkin, memikul tanggungjawab sepenuhnya atas arah hidupnya
sendiri, menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan
pedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik padanya,
dan menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan ini secara
memuaskan.
Bimbingan belajar Winkel dan Hastuti (2004) adalah bimbingan dalam
hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang
sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul terkait dengan tuntutan
belajar di suatu institusi pendidikan. Bimbingan belajar sebagai upaya
pemberian bantuan dari guru pembimbing kepada siswa dengan cara
mengembangkan suasana belajar mengajar yang kondusif agar terhindar dari
kesulitan belajar, dapat mengatasi kesulitan belajar dan dapat
mengembangkan cara belajar yang efektif sehingga mencapai hasil belajar
yang optimal atau membantu peserta didik sukses dalam belajar mampu
menyesuaikan diri terhadap tuntutan SMA. Guru pembimbing berupaya
memfasilitasi peserta didik untuk mencapai tujuan yang diharapkan melalui
bimbingan belajar.
Menanggapi tantangan kehidupan masa depan dan relevansi pendidikan
formal dengan tuntutan dunia kerja, maka siswa perlu dibantu untuk
mengenal bakat, minat dan kemampuannya, serta merencanakan karier yang
sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Proses dan pelayanan bimbingan sangat
pelayan bimbingan yang diberikan oleh guru pembimbing adalah membekali
siswa agar lebih siap menghadapi tantangan-tantangan dimasa yang akan
datang dan untuk mencegah timbulnya masalah-masalah yang serius dimasa
yang akan datang.
Salah satu kebutuhan siswa pada masa remaja adalah memperoleh
prestasi diberbagai bidang (Winkel & Hastuti, 2004:142). Pencapaian prestasi
dapat tercapai jika didukung adanya motivasi belajar dalam diri seseorang.
Guru pembembing memberikan layanan bimbingan belajar atau akademik,
baik secara kelompok maupun pribadi. Diharapkan melalui pelayanan
bimbingan siswa jurusan IPA maupun IPS dapat memperoleh dukungan serta
mampu meningkatkan motivasi belajarnya.
D. Hipotesis
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan motivasi belajar antara siswa
program IPA dan IPS di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, maka penelitian ini
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Ho : Tidak ada perbedaan motivasi belajar antara siswa program IPS dengan
siswa program IPA
Hi : Ada perbedaan motivasi belajar antara siswa program IPS dengan siswa
23 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif komparatif dengan menggunakan metode survei. Penelitian deskriptif komparatif merupakan jenis penelitian yang berbentuk perbandingan dari dua sampel dan lebih. Penelitian ini ingin membandingkan variabel yang sama dari dua sampel yang berbeda yaitu siswa program IPA dan siswa program IPS.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI program IPA dan IPS di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Penelitian ini memakai sampel yaitu siswa kelas XI IPA sebanyak 2 kelas dan XI IPS sebanyak 2 kelas. Menurut Arikunto (2006:131) mengartikan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel tersebut dapat mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.
C. Alat Pengumpulan Data
1. Jenis Alat Ukur
” (Masidjo,1995). Penelitian ini menggunakan skala likert yang merupakan sejumlah pernyataan positif dan negatif mengenai suatu objek sikap (Furchan, 2007: 279).
2. Penentuan Skoring
Penentuan skor untuk setiap jawaban dari item-item pernyataan adalah sebagai berikut :
a Untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable) terhadap aspek motivasi belajar, jawaban “sangat setuju” diberi skor 4, “setuju” diberi skor 3, “tidak setuju” diberi skor 2, “sangat tidak setuju” diberi skor 1.
b Untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) terhadap aspek motivasi belajar, jawaban “sangat setuju” diberi skor 1, “setuju” diberi skor 2, “tidak setuju” diberi skor 3, “sangat tidak setuju” diberi skor 4.
3. Kisi Kuesioner
Kuesioner ini tentang motivasi belajar karena bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar yang ditunjukkan oleh skor yang diperoleh siswa. Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari 60 item. Kuesinoer untuk uji coba dapat dilihat pada Lampiran 1. Kisi-kisi dari item-item motivasi belajar ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1.
Rincian Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar
Indikator Favorable Unfavorable Jumlah
Hasrat dan keinginan belajar.
1,13,25,37,49 7,19,31,43,55 10
Dorongan dan kebutuhan belajar.
2,14,26,38,50 8,20,32,44,56 10
Harapan dan
cita-cita. 3,15,17,39,51 9,21,33,45,57 10 Kemampuan
pembelajar. 4,16,28,40,52 10,22,34,46,58 10 Penghargaan
dalam belajar. 5,17,29,41,53 11,23,35,47,59 10 Lingkungan
belajar yang kondusif.
6,18,30,42,54 12,24,36,48,60 10
60
4. Validitas dan Reliabilitas
(Furchan, 2007: 295).
Reliabilitas suatu alat ukur adalah derajat keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang seharusnya diukur (Furchan, 2007:310). Menurut Hasan reliabilitas (2002:28) mengandung tiga makna yaitu tidak berubah-ubah, konsistensi dan dapat diandalkan. Penelitian ini menggunakan metode belah dua (Split-half method) . Menurut Hasan (2002:78) metode belah dua yaitu teknik pengukuran reliabilitas instrumen dengan cara membelah seluruh instrumen menjadi dua sama besar, salah satu pembelahan yang digunakan yaitu pembelahan atas dasar nomer ganjil (belahan pertama item-item bernomer ganjil) dan nomer genap (belahan kedua item-item yang bernomer genap). Dalam menganalisis taraf reliabilitas, menggunakan dua rumus. Rumus pertama adalah rumus dari Pearson yaitu teknik korelasi Product-Moment, kemudian hasil dari rumus tersebut dimasukkan ke rumus formula koreksi dari Spearman-Brown.
Rumus yang digunakan sebagai berikut: Rumus Product-Moment
Keterangan :
Untuk memperoleh taraf reliabilitas suatu alat tes digunakan formula koreksi dari Spearman-Brown. Metode korelasi ini bertujuan untuk meneliti sejauhmana variabel pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain.
Rumus Spearman-Brown sebagai berikut :
Keterangan :
rtt = Koefisien reliabilitas
rxy= Koefisien korelasi belah ganjil dan genap
Hasil perhitungan disesuaikan dengan kriteria Guilford sebagai berikut:
Peneliti mengadakan uji oba kuesioner untuk menentukan validitas dan reliabilitas. Pada tanggal 12 Juni 2010, uji coba kuesioner dilakukan
pada siswa kelas XI SMA STELLA DUCE 3 Bantul Yogyakarta. Pengisian kuesioner dilakukan dirumah masing-masing, dikarenakan pada hari tersebut sedang diadakan ujian akhir. Kuesioner yang dibagikan berjumlah 36, kembali 35 dengan 1 siswa tidak hadir. Jumlah siswa kelas XI IPA berjumlah 11, sedangkan jumlah siswa kelas XI program IPS berjumlah 25 yang terbagi menjadi dua kelas. Hasil uji coba tersebut, maka peneliti melakukan perbaikan item-item gugur atau valid.
Tabel 3.
Rincian Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar setelah diujicoba Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Hasrat dan
keinginan belajar.
1,13,25,37*,49 7*,19,31*,43,55 7
Dorongan dan kebutuhan belajar.
2,14,26*,38,50 8,20*,32,44,56 8
Harapan dan cita-cita.
3,15,17*,39,51 9,21,33,45,57 9
Kemampuan pembelajar.
4,16*,28*,40,52 10,22*,34,46,58 7
Penghargaan dalam belajar.
5,17,29,41,53 11,23*,35,47,59 9
Lingkungan belajar yang kondusif.
6,18,30,42,54* 12,24,36,48*,60 8
48 (*) item yang telah gugur
2. Pelaksanaan Penelitian
Tabel 4.
Waktu Pelaksanaan Penelitian
No Kelas Tanggal Waktu Jumlah
Responden 1. XI IPS2 23 November 11.00 - 11.20 20 Orang 2. XI IPS3 22 november 11.00 - 11.20 22 Orang 3 XI IPA1 22 November 9.00 - 9.20 22 Orang 4 XI IPA2 23 November 9.00 - 9.20 18 Orang
Total 82 Orang
E. Teknik Analisis Data
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Motivasi belajar para siswa kelas XI jurusan IPA dan IPS diperoleh
dengan mengkategorisasikan skor yang diperoleh subyek penelitian ke dalam
norma dan membaginya dalam kategori tinggi, sedang, rendah. Penggunaan
kategorisasi jenjang bertujuan menempatkan individu ke dalam
kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut kontinum berdasarkan
atribut yang diukur. Kontinum jenjang yang digunakan terdiri dari tiga
kategorisasi : Tinggi, Sedang, Rendah (Azwar,2003:107).
Untuk skor skala motivasi belajar, item berjumlah 48 dengan skor 1,2,3,
dan 4 sehingga rentan mininum adalah 1x48=48 dan rentang maksimum
4x48=192, dengan diketahui rentang maksimum dan rentang mininum maka
dapat dihitung rangenya yaitu 192-48=144 dan satuan deviasi standar
pupulasi (∂)=144:6=24, sedangkan untuk meannya adalah
μ=((48+192):2)=120. Norma kategorisasi sebagai berikut :
Tabel 5
μ (mean) : Nilai rata-rata dari skor maksimum dan minimum. ∂ (standar deviasi) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi
sebaran.
Penghitungan motivasi belajar para siswa XI jurusan IPA dan jurusan
IPS berdasarkan norma diatas, sebagai berikut :
Tabel 6
Kategorisasi Motivasi Belajar Para Siswa Program IPA dan IPS
Tinggi Jumlah Sedang Jumlah Rendah Jumlah IPA X≥144 18 (22%) 96≤ X< 144 22 (27%) X< 96 -
IPS 10 (12%) 32 (39%) -
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa siswa di jurusan IPA dan IPS
yang termasuk dalam kategori rendah tidak ada (0%). Kategori sedang ada 22
siswa (27%) jurusan IPA dan 32 siswa (39%) jurusan IPS, sedangkan untuk
kategori tinggi untuk jurusan IPA ada 18 siswa (22%) dan untuk jurusan IPS
ada 10 siswa (12%). Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya siswa dalam
penelitian ini memiliki motivasi belajar.
Pada penelitian ini peneliti menganalisis data menggunakan teknik uji
Independent Sample T-test (uji t). Uji-t (Independent-Sample T-test)
digunakan untuk menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok. Nilai dari
uji t digunakan sebagai patokan dalam menolak atau menerima hipotesis.
Hipotesis untuk penelitian ini adalah :
Ho : Tidak ada perbedaan motivasi belajar antara siswa program IPS
dengan siswa program IPA
Hi : Ada perbedaan motivasi belajar antara siswa program IPS dengan
siswa program IPA.
Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5 %, sehingga dasar
pengambilan keputusan ialah jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima,
SPSS for windows version 17.0 t hitung yang didapat adalah 3.061 dengan
taraf signifikansi 5 % dengan t tabel 1,66 maka hipotesi Ho ditolak. Dengan
demikian Hi diterima, yaitu ada perbedaan motivasi belajar antara siswa kelas
XI jurusan IPA dengan siswa kelas XI jurusan IPS.
Untuk skor skala motivasi belajar para siswa jurusan IPA dan jurusan IPS
item berjumlah 48 dengan skor 1,2,3, dan 4 dengan jumlah siswa 82,
sehingga rentan mininum adalah 1x82=82 dan rentang maksimum 4x82=328,
dengan diketahui rentang maksimum dan rentang mininum maka dapat
dihitung rangenya yaitu 328-82=246 dan satuan deviasi standar pupulasi
(∂)=246:6=41, sedangkan untuk meannya adalah μ=((82+328):2)=200.
Norma kategorisasi sebagai berikut :
Tabel 7
Norma Kategorisasi Item program IPA dan program IPS
Kategori Skor Jumlah item
Rendah X< 159 -
Sedang 241≤ X<159 27
Tinggi 241≤ X 21
Untuk skala motivasi belajar para siswa jurusan IPA item berjumlah 48
dan jumlah siswa 40 dengan skor 1,2,3, dan 4, rentang mininum yang didapat
1x40=40 dan rentang maksimum diperoleh 4x40=160. Range dari kedua
rentang tersebut adalah 160-40=120 dan satuan deviasi standar pupulasi
(∂)=120:6=20, sedangkan untuk meannya adalah μ=((40+160):2)=100. Untuk
skor skala motivasi belajar para siswa jurusan IPS jumlah item 48 dan jumlah
siswa berjumlah 42 dengan skor 1,2,3, dan 4 sehingga rentan mininum adalah
maksimum dan rentang mininum maka dapat dihitung rangenya yaitu
168-42=126 dan satuan deviasi standar pupulasi (∂)=126:6=21, sedangkan untuk
meannya adalah μ=((42+126):2)=84. Perbedaan skor item-item siswa
terdapat dalam lampiran Norma kategorisasi.
Tabel 8
Kategorisasi Perbandingan Item Siswa Program IPA dan IPS
Tinggi Jumlah Sedang Jumlah Rendah Jumlah IPA 120≤ X 21 80≤ X< 120 27 X< 80 -
IPS 126≤ X 14 84≤ X<126 34 X< 84 -
B. Pembahasan
Pembahasan motivasi belajar siswa kelas XI BOPKRI 2 tahun ajaran
2010/2011 akan dibahas secara keseluruhan. Hasil di atas dapat disimpulkan
bahwa motivasi belajar siswa kelas XI program IPA dan IPS BOPKRI 2
termasuk dalam kategori sedang. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa
terdapat perbedaan motivasi belajar siswa kelas XI antara jurusan IPA dan
jurusan IPS. Siswa jurusan IPA motivasi belajarnya lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa jurusan IPS. Hal itu ditunjukkan dari perbedaan rerata atau
mean yang diperoleh dari masing-masing yaitu mean siswa kelas XI jurusan
IPA (144.0250) lebih besar daripada mean siswa kelas XI jurusan IPS
(135.0000).
Terdapat 18 siswa program IPA (22%) dan 10 siswa program IPS (12%)
motivasi belajar termasuk kategori tinggi, ada 22 siswa program IPA (27%)
dan tidak ada siswa yang motivasi belajar termasuk kategori rendah.
Disimpulkan bahwa siswa program IPA dan IPS kelas XI SMA BOPKRI 2
Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 sudah cukup memiliki motivasi belajar
yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
Berdasarkan hasil data penelitian menunjukkan perbedaan motivasi
belajar diantara siswa jurusan IPA dan IPS. Namun, perbedaan tersebut
belum signifikan karena memerlukan pengujian data yang lebih mendalam
lagi. Hal ini akan dijelaskan mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar siswa, dibagi menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern diantaranya: faktor jamaniah, faktor psikologis
(intelegensi, perhatian, minat, bakat), sedangkan faktor ekstern seperti
keluarga dan sekolah.
Pertama faktor intern, dimana terbagi menjadi faktor jasmaniah, dan
faktor psikologis. Faktor jasmaniah dalam hal ini berkaitan dengan kondisi
badan atau tubuh. Kondisi fisik sangat berpengaruh terhadap kemampuan
belajar siswa. Siswa yang merasa kelelahan akan menbawa dampak
berkurangnya tingkat konsentrasi siswa di dalam kelas, siswa akan
malas-malasan mendengar penjelasan guru. Faktor psikologisnya berupa intelegensi,
perhatian, minat dan bakat. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena
daya tarik yang menjamin perasaan senang siswa terhadap belajar. Menurut
santrock (2003:220) minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi
oleh pekerjaan. Remaja lebih menaruh minat pada pelajaran-pelajaran yang
kurang berminat terhadap belajar maka perlu diusahakan agar siswa
mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang
menarik dan berguna bagi kehidupan serta berhubungan dengan cita-cita serta
kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu. Minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang
disertai dengan rasa senang (Slameto, 2003: 57).
Faktor ekstern, yaitu keluarga dan sekolah. Faktor keluarga meliputi cara
orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, perekonomian keluarga.
Orang tua mendidik berpengaruh terhadap anak dalam belajar. Orang tua
yang kurang memperhatikan kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anak
dalam belajar, kesulitan-kesulitan yang dialami anak saat belajar
menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya (Slameto, 2003:61).
Cara didik orang tua juga dipengaruhi harapan orang tua terhadap terhadap
pencapaian hasil belajar anaknya. Menurut Santrock (2003:367) harapan
orang tua yang besar akan prestasi anaknya dapat mempengaruhi penilaian
anak terhadap sebuah prestasi. Relasi antara anggota keluarga, baik orang tua
dengan anak maupun dengan anggota keluarga turut mempengaruhi belajar
anak (Slameto,2003). Keberhasilan anak dan kelancaran belajar perlu
diciptakan relasi yang baik dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang
baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai
dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan
yaitu perekonomian keluarga. Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya
dengan belajar anak. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan
pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan dan anak memiliki
perasaan minder terhadap teman lain. Sebaliknya, keluarga yang memiliki
kemampuan finansial berlebih, orang tua mempunyai kecenderungan untuk
memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan membawa akibat
kurang memusatkan perhatiannya pada belajar.
Di sekolah meliputi metode guru mengajar, relasi guru dan siswa, relasi
siswa antara siswa. Metode mengajar mempengaruhi siswa dalam belajar.
Guru yang kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga
penyampaiannya kurang jelas. Hal ini membawa dampak siswa menjadi
kurang senang dan malas mempelajari bahan pelajaran yang diajarkan. Relasi
guru dengan siswa terjalin dengan baik, maka siswa akan merasa senang
dengan guru dan mata pelajaran. Di kelas tercipta suasana yang lebih aktif
dalam proses belajar mengajar. Berbeda hasilnya jika guru kurang
berinteraksi dengan baik akan membawa akibat proses belajar kurang lancar
seperti siswa kurang memperhatikan saat guru mengajar, malas-malasan di
kelas. Faktor di sekolah yang terakhir yaitu relasi siswa dengan siswa.
Adanya persaingan yang tidak sehat di kelas, maka akan membawa dampak
yang kurang baik. Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang
kurang menyenangkan teman lain, memiliki rasa rendah diri atau sedang
mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Prinsip
(learning without threat) merupakan belajar memperoleh dan menguasai
suatu dari lingkungan yang bebas ancaman. Proses belajar dipertinggi ketika
siswa dapat menguji kemampuan mereka, mencoba pengalaman baru bahkan
membuat kesalahan tanpa mengalami sakit hati karena kritik dan celaan.
Peneliti lebih menekankan pada adanya perhatian dan minat siswa
karena intelegensi dan bakat perlu penelitian yang lebih mendalam lagi.
Besarnya minat siswa IPA lebih besar dibandingkan dengan siswa IPS
tehadap materi pelajaran yang dipelajari.
C. Implikasi hasil penelitian bagi penyusunan Topik-topik Bimbingan
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan motivasi belajar siswa
IPA dan IPS di kelas XI SMA Bopkri 2 Yogyakarta, maka hal ini
mengindikasikan bahwa pelayanan bimbingan di kelas IPA dan IPS
seharusnya berbeda. Data hasil penelitian digunakan sebagai penyusunan
implikasi berupa topik-topik bimbingan belajar, diperoleh dengan cara
mengelompokkan skor tiap item ke dalam norma kategorisasi yang telah
ditentukan peneliti.
Topik bimbingan ditentukan dengan cara menjumlahkan skor/nilai tiap
item jawaban yang diberikan kepada subyek. Langkah selanjutnya, hasil
penjumlahan skor tersebut akan disajikan dalam penilaian dan
pengkategorisasian motivasi belajar secara umum berdasarkan norma, serta
memeriksa setiap aspek, komponen dan item skala yang selanjutnya
dengan kebutuhan para siswa kelas XI. Kontinum jenjang yang digunakan
Tabel 9
Usulan Topik-Topik Bimbingan sebagai Implikasi Hasil Penelitian Kelas IPA
Unik,Cerdas, Solider dan Beriman. Yogyakarta: Kanisius.
Pham, C ,N. 2007. Strategi Meraih Impian Terbesar Anda. Jakarta: Gramedia.
Richardson,Pam. (2004). The Life Coach (Pelatihan Hidup). Jakarta: Erlangga.
Rohani, Wining. 2004. Tips Hidup Enjoy di Masa Remaja. Yogyakarta: Gloria Graffa
Lashley, Concrad. 1995. Improving Study Skills a Competence Appoarch :The Bath Press : Great Britain. Hapsari, Sri. 2005. Bimbingan &
mengatur kesulitan belajar (Bagi Pelajar & Mahasiswa. Jakarta: Elex Media Komputindo.
MacGregor, Sandy.2007. Student Steps to Succes. Jakarta: Hikmah-Zaman Baru.
Percaya diri a. Pengertian percaya diri.
MacGregor, Sandy.2007. Student Steps to Succes. Jakarta: Hikmah-Zaman Baru.
Richardson,Pam. (2004). The Life Coach (Pelatihan Hidup). Jakarta: Erlangga.
2. Siswa mampu 2 JP Ceremah, Tanya-jawab dan sharing
Richardson,Pam. (2004). The Life Coach (Pelatihan Hidup). Jakarta: Erlangga.
3. Siswa mampu mempraktekan belajar efektif dan efisien.
Cara belajar yang
efektif 1. Pengertian belajar efektif dan efesien. 2. Cara belajar
yang efektif dan efisien.
2 JP Ceremah, Tanya-jawab dan sharing
Gie, The Liang. 2003. Efisiensi untuk meraih sukses. Panduan: Yogyakarta.
SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN
A. Pokok Bahasan :Pengelolaan waktu untuk belajar B. Bidang Bimbingan :Belajar
C. Standar Kompetensi :Setelah mengikuti kegiatan ini siswa diharapkan dapat mengelola waktu belajar dengan baik.
D. Kompetensi Dasar :Siswa dapat memahami kuadran waktu dengan baik
E. Indikator :
1. Siswa dapat memperoleh informasi tentang kuadran waktu. 2. Siswa dapat menyebutkan manfaat dari kuadran waktu. 3. Siswa dapat menerapkan pemanfaat waktu dengan baik. F. Metode :Ceramah, sharing, lembar kerja siswa
G. Waktu :40 menit
H. Alat :Handout, lembar kerja siswa
I. Sumber :
Lashley, Concrad. 1995. Improving Study Skills a Competence Appoarch :The Bath.
Hapsari, Sri. 2005. Bimbingan &Konseling SMA kelas XI. Jakarta: Grasindo.
J. Sasaran Layanan :Siswa SMA kelas XI IPA K. Kegiatan-kegiatan :
Kegiatan Keterangan
Pengantar Guru BK menjelaskan maksud dan tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan
Mengerjakan tugas Guru BK meminta siswa menuliskan kegiatan tiap-tiap kudran waktu tersebut. Sharing dan refleksi Guru BK meminta siswa membacakan
kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan di tiap kuadran waktu.
Mengerjakan tugas Pembimbing membagikan lembar kerja siswa
Handout
Mungkin tidak asing bagi kita jika mendengar ungkapan: “waktu adalah uang”. Ungkapan tersebut kemungkinan besar adalah benar jika kita memaknai harga sebuah waktu. Waktu sangat berharga, untuk itu gunakanlah waktu sebaik mungkin. Untuk menggunakan waktu dengan baik, banyak orang mempunyai caranya tersendiri. Ada yang menunda-nunda tugas sampai menjelang deadline dan ada yang mengaturnya dengan terencana. Bagaimanapun pengaturan waktu yang kita buat, kita perlu mengetahui bahwa kita memiliki kebutuhan. Kebutuhan itu dapat kita kelompokkan menjadi empat bagian, penting atau tidak penting; mendesak ataukah tidak mendesak. Di bawah ini kita akan mengkaji lebih lanjut mengenai waktu dan perencanaannya, atau dengan kata lain bagaimana sih manajemen waktu itu?
Tujuan : Setelah mengikuti kegiatan ini diharapkan : 1. Siswa dapat memperoleh informasi kuadran waktu
Kuadran waktu
Prioritas Genting/mendesak Tidak genting/tidak mendesak Penting Kuadran I
sekolah karena bangun kesiangan. diselesaikan dalam minggu ini.
3. Menyelesaikan tugas terlebih dahulu kemudian menonton televisi.
4. Belajar sedikit demi sedikit untuk persiapan ujian.
Tidak
penting Kuadran III Orang yang ‘Yes-Man’
Kuadran I
Menunjukan kepribadian orang yang suka menunda-nunda pekerjaan. Orang seperti ini akan selalu dihadapkan pada pilihan kegiatan yang mendesak dan penting. Hal ini disebabkan oleh semboyan “ahh masih banyak waktu, aku kerjakan nanti saja”. Pada saatnya harus dikerjakan, dia tidak punya banyak waktu sehingga pekerjaan tersebut dikerjakannya secara tidak maksimal.
Kuadran II
Menunjukan kepribadian orang yang suka menentukan prioritas. Orang ini biasanya terlatih untuk menentukan mana yang hendak dikerjakan terlebih dahulu sehingga dia mempunyai keteraturan hidup.
Kuadran III
Menunjukan kerpribadian seorang “Yes-Man”. Orang seperti ini melakukan suatu hal karena ingin menyenangkan orang lain atau karena ingin dianggap populer. Dia akan mengikuti semua kegiatan yang ditawarkan kepadanya sehingga hidupnya diatur oleh keinginan orang lain.
Kuadran IV
Mari kita cermati kembali kuadran waktu di atas dan kegiatan-kegiatan yang ada didalamnya. Apabila kita berfokus pada kuadran tertentu, hal tersebut dapat mengakibatkan kondisi berikut.
Kuadran I
Tugas-tugas dapat selesai tepat waktu.
Menganggap tujuan tidak berharga.
Kuadran IV
Tidak ada tanggungjawab Nilai-nilai yang tidak tuntas Tidak peduli dengan berapapun
hasil nilai yang didapat.