TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
MARIA URSULA INDRIATI 031114034
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
MARIA URSULA INDRIATI 031114034
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami.”
(YESAYA 26:12)
vii
SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN
2008/2009 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN
TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
Maria Ursula Indriati Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk: (1) mengetahui konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009; dan (2) mengetahui topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai bagi para siswa tersebut.
Populasi penelitian ini adalah para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 145 siswa. Sampel penelitian berjumlah 139 siswa yaitu kelas XI IPS1 (38 siswa), kelas XI IPS2 (38 siswa), kelas XI IPS3 (35 siswa), dan kelas XI IPA2 (28 siswa).
Instrumen penelitian yang digunakan adalah Kuesioner Konsep Diri, yang terdiri dari 60 item dan disusun sendiri oleh peneliti. Teknik analisis data dalam penelitian dilakukan dengan menghitung mean. Kategorisasi konsep diri yaitu positif dan negatif; sedangkan kategorisasi skor item yaitu tinggi, rata-rata dan rendah
viii
OF STELLA DUCE 1 SENIOR HIGH SCHOOL
YOGYAKARTA IN ACADEMIC PERIOD OF 2008/2009 AND
ITS IMPLICATION TO THE PROPOSAL ON CLASSICAL
GUIDANCE TOPICS
Maria Ursula Indriati Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
This research was descriptive research that intended to: (1) find out the self concept of XI grade students of Stella Duce I Senior High School Yogyakarta in academic period of 2008/2009, and (2) find out the classical guidance topics that are appropriate to these students.
The populations of this research were the XI grade students of Stella Duce I Senior High School in academic period of 2008/2009 consisted of 145 students. The samples of this research were 139 students, i.e. XI IPS1 class (38 students), XI IPS2 class (38 students), XI IPS3 class (35 students), and XI IPA2 class (28 students).
The instrument used in this research was Questionnaire of Self Concept comprising of 60 item compiled by the author. The technique of data analysis in this research was conducted by mean calculating. Categorizations of self concept were positive and negative, whereas categorizations of item scores were high, average and low.
xi
Hal
HALAMAN JUDUL .………..………...…... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .………... ii
HALAMAN PENGESAHAN .………... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .………... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .……….….... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .…... vi
ABSTRAK .……... vii
ABSTRACT .………... viii
KATA PENGANTAR .………... ix
DAFTAR ISI .………... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .………... xiv
BAB I PENDAHULUAN .………... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah .………... 5
C. Tujuan Penelitian .………... 5
D. Manfaat Penelitian .………... 6
E. Definisi Operasional .………... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA .………... 8
A. Konsep Diri ... 8
1. Arti Konsep Diri ... 8
2. Perkembangan Konsep Diri ... 10
3. Aspek-Aspek Konsep Diri ...…………... 11
4. Penggolongan Konsep Diri ..……...………... 13
a. Konsep Diri Positif ... 13
xii
1. Arti Bimbingan Klasikal ... 24
2. Peran Bimbingan dalam Pengembangan Konsep Diri Siswa …... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27
A. Jenis Penelitian ... 27
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
C. Instrumen Penelitian ... 28
D. Validitas dan dan Reliabilitas Instrumen ... 30
1. Validitas Instrumen ... 30
2. Reliabilitas Instrumen ... 33
E. Prosedur Pengumpulan Data... 35
1. Tahap Persiapan ... 35
2. Tahap Pelaksanaan ... 35
F. Teknik Analisis Data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Konsep Diri Para Siswi Kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 ... 38
B. Pembahasan ………... 39
1. Hasil Penelitian ... 39
2. Usulan Topik-Topik Bimbingan Klasikal ... 44
BAB V PENUTUP ... 45
A. Ringkasan ... 45
B. Kesimpulan ... 46
C. Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 49
xiii
Tabel 10 : Rincian Para Siswi Kelas XI SMA Stella Duce 1
Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 yang Mengikuti
Penelitian ... 28
Tabel 2 : Kisi-Kisi Kuesioner Konsep Diri ... 29
Tabel 3 : Koefisien Korelasi Alat Ukur ... 33
Tabel 4 : Jadwal Pengumpulan Data Penelitian ... 35
Tabel 5 : Kategorisasi Konsep Diri Para Siswi Kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 ... 37
Tabel 6 : Kategorisasi Skor Item Para Siswi Kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 ... 37
Tabel 7 : Konsep Diri Para Siswi Kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 ... 38
Tabel 8 : Item-Item Konsep Diri Rata-Rata Tiap Aspek ... 39
xiv
Lampiran 1 : Tabulasi Skor Hasil Uji Coba ... 51
Lampiran 2 : Hasil Uji Analisis Validitas dan Reliabilitas SPSS Versi 15 ... 54
Lampiran 3 : Rekapitulasi Item Valid dan Gugur ... 56
Lampiran 4 : Data Metode Belah Dua Kuesioner ... 58
Lampiran 5 : Kuesioner Konsep Diri ... 61
Lampiran 6 : Tabulasi Skor Hasil Penelitian ... 64
Lampiran 7 : Pengolahan Data Penelitian ... 70
Lampiran 8 : Surat Ijin Penelitian ... 72
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap orang dalam rentang waktu kehidupannya, yaitu proses peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Para remaja mulai dihadapkan pada perubahan-perubahan yang terjadi sesuai dengan perkembangannya. Perubahan-perubahan-perubahan para remaja ini mendapat pengaruh besar dari lingkungan di sekitarnya, seperti perubahan secara emosional, sosial, perubahan bentuk tubuh, perubahan minat dan pola perilaku (Hurlock, 1990: 206-207).
Penyesuaian diri remaja dimulai dengan mencari atau bergabung dalam kelompok teman sebayanya di luar keluarga. Hal ini sesuai yang dikatakan Hurlock (1990:208) bahwa penyesuaian diri dengan standar kelompok teman sejenis lebih penting dari teman lawan jenis. Tetapi remaja mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas jika disamakan dengan teman-temannya. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat (Erickson dalam Hurlock, 1990:208). Remaja yang tidak mampu mengenali dirinya dengan baik, menerima diri apa adanya serta tidak tahu cara bersikap atau bertingkah laku cenderung mengalami kekaburan identitas diri, artinya adanya ketidakjelasan tentang status mereka sebagai seorang remaja. Sebaliknya, apabila remaja tersebut mampu mengenali dan menerima diri apa adanya, serta mampu bertingkah laku sesuai dengan tugas perkembangannya,
cenderung memiliki dan menyadari identitas diri yang jelas. Pemahaman remaja akan dirinya setelah mengalami berbagai perubahan berpengaruh pula terhadap penilaian terhadap dirinya.
Konsep diri (self concept) adalah keseluruhan gambaran, pandangan, keyakinan dan penghargaan, perasaan seseorang tentang dirinya sendiri (Hurlock, 1990: 58). Konsep diri berasal dan berakar pada pengalaman masa kanak-kanak dan berkembang terutama sebagai akibat dari hubungan dengan orang lain. Hal tersebut berarti hubungan remaja dengan lingkungan di sekitarnya serta cara orang lain memperlakukannya turut membentuk gagasan pada diri remaja itu tentang keadaan dirinya sebagai seorang pribadi.
Konsep diri merupakan inti dari pola kepribadian seseorang. Pada masa kanak-kanak, pola kepribadian sudah terbentuk serta cenderung stabil dan seiring dengan proses perkembangan, yang terjadi adalah hanya mengalami beberapa perbaikan. Keberhasilan seseorang untuk memperbaiki kepribadiannya tergantung dari beberapa faktor. Pertama, individu harus menentukan diri ideal yang realistik. Kedua, individu harus membuat penilaian yang realistik mengenai kekuatan dan kelemahannya. Ketiga, individu harus mempunyai konsep diri yang stabil. Keempat, individu harus mampu mengembangkan sikap menerima diri sendiri (Pudjijogyanti, 1985: 2).
melalui pengalaman hidup dan perlakuan dari lingkungan di sekitarnya yang akhirnya mempengaruhi remaja dalam memberikan penilaian terhadap dirinya secara positif maupun negatif. Remaja perlu untuk terus mengembangkan konsep diri. Dengan terbentuknya konsep diri yang baik, maka remaja akan memiliki kemampuan untuk bisa mengembangkan diri dalam segala hal.
Satu hal yang penting, yaitu memiliki konsep diri yang positif sangat diperlukan oleh remaja untuk dapat berperilaku atau melakukan interaksi sosial yang baik dan bergaul dengan lingkungan di mana remaja itu berada. Dalam pergaulan sosialnya, apabila remaja merasa dirinya diterima, dihargai dan dicintai, maka remaja itu pun mampu menerima, menghargai dan mencintai dirinya sendiri (Sinurat, 1991: 2). Dengan kata lain, apabila remaja tersebut mampu mengem-bangkan penilaian yang baik tentang dirinya sehingga konsep diri yang terbentuk adalah konsep diri yang positif. Remaja yang merasa dirinya tidak diterima, ditolak, atau tidak dicintai, maka remaja itu akan sulit pula untuk menerima keadaan dirinya dan memberi penilaian yang negatif tentang dirinya (). Konsep diri yang terbentuk adalah konsep diri yang negatif. Konsep diri yang positif atau negatif membawa dampak berbeda dalam perilaku remaja. Remaja yang memiliki konsep diri positif cenderung lebih terbuka dan mampu mengembangkan diri dalam bergaul atau berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan, remaja yang memiliki konsep diri negatif cenderung lebih tertutup dan sulit mengembangkan diri dalam berinteraksi dengan orang lain.
sosial. Dalam menumbuhkan dan mengembangkan konsep diri siswa di sekolah, peran dari guru pembimbing dalam memberikan bimbingan menjadi penting. Kehidupan para siswa lebih banyak berhadapan dengan dirinya, misalnya timbul beberapa keinginan serta perasaan yang silih berganti dari yang sangat sedih ke sangat gembira, ingin membangun cita-cita tetapi tidak tahu bagaimana caranya, dan pergaulan dengan anggota keluarga maupun dengan lawan jenis yang bermasalah (Winkel dan Sri Hastuti, 2004: 118). Masalah-masalah yang timbul tersebut bersumber dari pemahaman mengenai konsep dirinya yang kurang.
Konsep diri yang positif merupakan modal penting dalam menjalin pergaulan dengan orang lain. Oleh sebab itu, para siswa perlu mendapat bimbingan untuk menemukan dan mengembangkan konsep diri positif. Bimbingan yang dapat dilakukan untuk menemukan dan mengembangkan konsep diri siswa adalah melalui bimbingan pribadi-sosial. Bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan yang dilakukan dalam menghadapi pergumulan batin seseorang, membantu mengatur diri sendiri serta bimbingan untuk membina hubungan dengan sesama atau pergaulan sosial (Winkel dan Sri Hastuti, 2004: 118). Melalui bimbingan ini, para siswa dibantu untuk dapat menemukan dirinya dan berusaha untuk dapat mengembangkan konsep tentang dirinya yang positif.
tersebut, pada umumnya remaja sudah cukup mampu membangun konsep diri mengenai dirinya sendiri, seperti konsep diri berperanan penting untuk mencapai keberhasilan dalam prestasi belajar. Selanjutnya, peneliti dapat menyusun atau menentukan topik-topik bimbingan yang relevan untuk menumbuhkembangkan konsep diri para siswa yang positif. Guru pembimbing memiliki kewajiban untuk memberi bimbingan dalam menemukan, menumbuhkan dan mengembangkan konsep diri yang positif dalam diri tiap siswa. Bimbingan yang diberikan guru pembimbing atau konselor sekolah kepada para siswa diharapkan mampu membantu siswa untuk memahami diri dan lingkungannya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009?
2. Topik-topik bimbingan klasikal apa sajakah yang sesuai bagi para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi: 1. Para Siswa
Diharapkan para siswa mempunyai pemahaman mengenai konsep dirinya, sehingga siswa dapat mengembangkan konsep dirinya secara positif. 2. Guru Pembimbing
Hasil ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru pembimbing dalam meningkatkan layanan bimbingan di sekolah, terutama bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan konsep diri para siswa. 3. Guru Bidang Studi
Hasil ini dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas dan membantu para siswa mengembangkan konsep diri secara positif.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
2. Para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 adalah siswa-siswa yang terdaftar sebagai siswa kelas XI di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.
3. Bimbingan klasikal adalah bimbingan yang diberikan kepada kelompok siswa dalam satuan kelas pada tingkatan kelas tertentu, pada jenjang pendidikan tertentu dan pada waktu yang telah ditetapkan dalam jadwal pelajaran (Winkel dan Sri Hastuti, 2004: 563-564).
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. KONSEP DIRI 1. Arti Konsep Diri
Konsep diri adalah keseluruhan gambaran, pandangan, keyakinan dan penghargaan, perasaan seseorang tentang dirinya sendiri (Hurlock 1990: 58). Pendapat ini hampir sama seperti yang dikemukakan oleh Djaali (2007: 129) yang mengartikan konsep diri sebagai pandangan seseorang tentang dirinya sendiri mengenai apa yang ia ketahui dan ia rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya, serta bagaimana perilaku itu berpengaruh terhadap orang lain. Hal ini dipertegas oleh Sinurat (1991) yang berpendapat bahwa konsep diri adalah keseluruhan pandangan dan penghargaan atau perasaan seseorang tentang dirinya sendiri.
Sedangkan Burns (1993: 66) mengatakan konsep diri dapat dipandang sebagai seperangkat sikap-sikap terhadap diri dan penghargaan diri atau evaluasi tentang diri. Suatu sikap merupakan organisasi dari keyakinan-keyakinan yang relatif abadi di satu situasi yang memberi kecenderungan kepada seseorang untuk memberi respons di dalam suatu cara yang istimewa (Rokeach dalam Burns, 1993: 66). Sikap terdiri dari komponen kognitif dan komponen afektif. Demikian pula konsep diri sebagai seperangkat sikap terhadap diri terdiri dari komponen kognitif, komponen afektif dan evaluasi diri.
Komponen kognitif merupakan pengetahuan seseorang untuk mempersep-sikan keadaan dirinya atau dapat dikatakan sebagai gambaran seseorang tentang keadaan dirinya sendiri. Keadaan diri sebagai yang gemuk, kurus, berkulit putih, berkulit hitam, dapat menimbulkan pelepasan secara emosional dan evaluasi diri. Evaluasi diri merupakan tingkatan dimana seseorang merasa positif maupun negatif mengenai karakteristik-karakteristik yang khusus mengenai dirinya (Burns, 1993: 15). Evaluasi diri tersebut memberi kecenderungan bagi seseorang untuk memberi respons ataupun bertingkah laku. Konsep diri bukan merupakan unsur bawaan. Setiap orang tidak dilahirkan dengan konsep diri. Pembentukan konsep diri dipengaruhi oleh peristiwa belajar dan pengalaman, terutama yang berhubungan dengan dirinya seperti harga diri, kegagalan atau sukses yang dicapai (Surakhmad, 1980: 40).
2. Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri dapat berkembang melalui suatu proses yang terus berlanjut di sepanjang kehidupan manusia. Diri (self) berkembang ketika individu merasakan bahwa dirinya memiliki keunikan diri sendiri (Agustiani, 2006: 143). Selama periode awal kehidupan, konsep diri individu sepenuhnya didasari oleh persepsi tentang diri sendiri. Kemudian dengan pertambahan usia, pandangan tentang diri ini menjadi lebih banyak didasari oleh nilai-nilai yang diperoleh dari interaksi dengan orang lain (Agustiani, 2006: 143).
Perkembangan konsep diri dimulai dari masa kanak-kanak. Pada masa kanak-kanak peran orang tua menjadi sangat dominan dalam proses perkembangan konsep dirinya (Hurlock, 1990:234). Konsep diri yang berkembang pertama-tama adalah konsep diri primer. Konsep diri primer adalah konsep diri yang terbentuk dalam diri anak dengan didasarkan atas pengalaman anak di rumah dan dibentuk dari berbagai konsep terpisah, yang masing-masing merupakan hasil dari pengalaman dengan anggota keluarga (Hurlock, 1989: 121).
Pada akhir masa anak atau biasa disebut masa remaja, konsep diri yang terbentuk sudah mulai stabil. Tetapi dengan dimulainya masa pubertas maka terjadi perubahan drastis pada konsep diri remaja. Agustiani mengatakan, bahwa remaja yang masih muda mempersepsikan dirinya sebagai orang dewasa dalam banyak cara, walaupun ketidaktergantungannya dari orang dewasa masih belum mungkin terjadi dalam beberapa tahun, remaja mulai terarah pada pengaturan tingkah laku sendiri (Agustiani, 2006: 144). Lebih lanjut dikatakan bahwa nilai-nilai dan sikap-sikap yang merupakan bagian dari konsep diri pada akhir masa remaja cenderung menetap dan relatif merupakan pengatur tingkah laku yang bersifat permanen.
Kehidupan remaja tidak terlepas dari peran seorang guru pembimbing di sekolah, karena pada dasarnya seseorang yang disebut remaja masih tergolong siswa atau pelajar. Peran guru pembimbing adalah memberi bimbingan dalam menemukan, menumbuhkan dan mengembangkan konsep diri yang positif dalam diri tiap siswa. Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran konselor atau guru pembimbing di sekolah sangatlah penting bagi proses perkembangan konsep diri siswa khususnya dalam membantu siswa mengembangkan konsep diri yang positif.
3. Aspek-Aspek Konsep Diri
a. Diri fisik (physical self)
Diri fisik merupakan penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimiliki oleh individu seperti bentuk tubuh (positif, pendek, gemuk, kurus), pakaian, benda yang dimiliki, kesehatan, dan penampilan diri (cantik, jelek, menarik, tidak menarik). Gambaran tentang tubuh merupakan hal penting dari diri fisik yang mendasari individu berpikir dan menilai keadaan dirinya sebagai laki-laki atau perempuan.
b. Diri sosial (social self)
Diri sosial merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya meliputi bagaimana struktur, peran dan status sosial yang dimainkan oleh individu atau remaja khususnya dan sejauh mana penilaian individu terhadap baik buruknya perilaku atau perbuatan mereka. Setiap peranan yang dimainkan individu akan dapat memunculkan adanya suatu penghargaan sosial dari orang lain tentang bagaimana menilai setiap perbuatan dan tingkah lakunya. Bagi remaja sendiri, adanya penerimaan dan pengakuan sosial dari kelompok teman sebaya misalnya, menjadi suatu dasar untuk perkembangan setiap perilakunya.
c. Diri moral (moral self)
d. Diri psikis (psychological self)
Diri psikis meliputi pikiran, perasaan, dan sikap-sikap individu terhadap dirinya sendiri. Diri psikis berkaitan pula dengan bagaimana seseorang dalam memandang dirinya berdasarkan pada sifat, karakter maupun perasaan-perasaan yang dimunculkan ketika menghadapi stimulus tertentu.
e. Diri keluarga (family self)
Diri keluarga merupakan perasaan dan harga diri individu dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh individu merasa berharga terhadap dirinya sebagai anggota keluarga dan terhadap peran atau fungsi yang dijalankannya sebagai anggota keluarga.
4. Penggolongan Konsep Diri
Penggolongan konsep diri secara umum menurut Burns (1993: 234): a. Konsep diri positif
Konsep diri positif bersinonim dengan evaluasi diri positif, penghargaan diri positif, perasaan harga diri positif dan penerimaan diri yang positif. Memiliki konsep diri positif yaitu jika seseorang mampu menerima, menghargai dan menilai keadaan diri apa adanya secara positif dan orang lain menerima, menilai dan memandang dirinya secara positif pula (Burns, 1993: 234). Senada dengan pernyataan di atas, jika kita diterima orang lain, dihormati dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita (Rakhmat, 2005: 101).
mendorong seseorang untuk berpikir positif, optimis, tidak mudah menyerah atau berputus asa. Konsep diri positif diperoleh melalui kasih sayang, penerimaan dan penghargaan yang diberikan oleh tokoh-tokoh di sekitarnya (Sinurat, 1991: 2).
Orang yang memiliki konsep diri positif menurut Brooks & Emmert (Rakhmat, 2005: 105-106) ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Individu yakin akan kemampuannya untuk mengatasi masalah artinya jika individu merasa memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah, maka masalah apapun yang dihadapi pada akhirnya individu dapat mengatasinya bahkan saat individu menghadapi kegagalan atau kemunduran. Kemampuan-kemampuan yang perlu dimiliki individu untuk mengatasi masalah (Staf Yayasan Cipta Loka Caraka, 1989: 149) misalnya yaitu:
a. Bersikap tenang dan obyektif.
Hindari mengatasi masalah dengan terburu-buru, dalam keadaan bingung atau perasaan terganggu. Seorang remaja sering membiarkan perasaan mengaburkan pertimbangan akal sehat, maka sebaiknya untuk sementara remaja melepaskan diri dari persoalan guna memikirkannya dengan lebih tenang dan obyektif.
c. Bersikap kreatif dan luwes.
Masalah-masalah yang dihadapi mungkin menuntut pemecahan baru serta kreatif. Jangan selalu menggunakan cara yang itu-itu saja dalam menghadapi tantangan hidup. Bersikap luwes berarti berani mengadakan penyesuaian-penyesuaian yang perlu dalam sepanjang kehidupan. Jika individu bersikeras dan tetap berpegang pada satu pandangan atau rencana yang tidak jalan, individu akan kehilangan kesempatan untuk berkreasi dalam mengatasi masalah-masalahnya. Maka, diharapkan individu bersikap luwes, mau menggunakan alternatif lain dalam pemecahan masalahnya.
d. Bersikap optimis.
Apabila individu yang bersikap optimis, ia tidak akan mundur karena halangan dan tidak melamunkan sesuatu yang tidak ada. Sebaliknya, apabila individu menghadapi masalahnya dimulai dengan keyakinan bahwa tidak akan sanggup menyelesaikannya maka individu tersebut sudah pesimis terhadap suatu masalah, sehingga menanggapi masalah tersebut dengan tidak wajar. Hal ini menunjukkan kemampuannya dalam mengatasi masalah sudah diperlemah. Maka diperlukan sikap yang optimis, bahwa masalah tersebut bisa diselesaikan.
agar kedua belah pihak sama-sama diuntungkan, meskipun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang budaya, atau sikap yang dimiliki orang lain.
3. Individu mampu mengungkapkan perasaan, pikiran maupun kebutuhannya secara langsung dan jujur kepada orang lain. Setiap individu mampu mengungkapkan hal-hal yang dirasakan dan dipikirkan kepada orang lain apa adanya, dengan cara berbagi perasaan dan pikiran dengan orang lain. Kemampuan individu dalam mengungkapkan perasaan dan pikiran tersebut akan membantu dalam memenuhi kebutuhannya. Ia sanggup mengutarakan ketidaksetujuan, amarah, persahabatan dan bersikap spontan.
4. Individu menyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat artinya individu dapat mengaku pada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, perasaan sedih sampai bahagia, kekecewaan yang mendalam sampai kepuasan yang mendalam pula.
Swan (Hay dkk, 1999) mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki konsep diri positif memiliki kecenderungan keadaan diri yang stabil dan biasanya hal itu terkait dengan konsep diri positif. Seseorang yang memiliki konsep diri positif akan memiliki perilaku yang bersifat positif, seperti kepercayaan diri yang positif, motivasi yang positif, optimis, kontrol diri yang baik, terbuka pada orang lain secara apa adanya, merasa dihargai atau diperhatikan oleh lingkungan. Di samping itu, seseorang yang memiliki konsep diri positif mampu merasakan adanya dukungan dari orang-orang sekitarnya, mampu mencintai dan dicintai, memiliki pendirian yang teguh, berusaha mematuhi etika lingkungan, berkeinginan untuk terus maju dan belajar serta menghargai pelajaran atau pengajar.
b. Konsep diri negatif
Memiliki konsep diri negatif membawa banyak dampak dalam kehidupan seseorang. Hardjana (1993: 26) mengemukakan beberapa dampak konsep diri negatif dalam hidup kita, antara lain:
1. Konsep diri negatif membuat seseorang cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal yang negatif dalam diri.
2. Konsep diri negatif mendorong seseorang untuk membuat perbandingan negatif dengan orang lain.
3. Konsep diri negatif menciptakan ingatan yang pilih-pilih, selektif, meneguhkan perasaan diri tak berharga.
4. Konsep diri negatif menciptakan sikap memihak dalam pandangan seseorang mengenai apa yang terjadi pada diri.
5. Konsep diri negatif cenderung membawa seseorang pada kegelapan.
Brooks & Emmert (dalam Rakhmat, 2005: 105) serta Calhoun & Acocella (1995) menguraikan ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif yaitu:
1. Individu peka terhadap kritikan. Individu ini sangat tidak tahan terhadap kritikan yang diterimanya, mudah marah atau naik pitam. Penilaian terhadap dirinya seringkali dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. 2. Responsif sekali terhadap pujian meskipun individu berpura-pura menghindari
pujian, individu tidak dapat menyembunyikan antusiasnya pada waktu menerima pujian apapun.
4. Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Individu merasa tidak diperhatikan karena individu bereaksi kepada orang lain sebagai musuh sehingga tidak dapat menciptakan kehangatan dan keakraban persahabatan. 5. Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keenganannya
untuk bersaing dengan orang lain dalam hal prestasi. Individu merasa tidak berdaya melawan persaingan yang dapat merugikan dirinya.
Swan (Hay dkk, 1999) mengemukakan bahwa orang yang secara umum memiliki konsep diri negatif cenderung memiliki perilaku-perilaku yang bersifat negatif seperti kepercayaan diri yang negatif, pesimistis, motivasi yang negatif, kurang dapat mengontrol diri, tidak teguh pendirian, dan mudah terpengaruh. Di samping itu, orang yang memiliki konsep diri negatif juga cenderung bersikap tertutup dan manipulatif, merasa kurang dihargai dan kurang diperhatikan, merasa kurang mencintai dan dicintai, cenderung menyimpang dari etika yang berlaku, tidak memiliki keinginan untuk maju (malas), serta kurang menghargai pekerjaan atau pengajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri positif antara lain yakin akan kemampuannya dalam mengatasi masalah, memiliki kepercayaan diri yang positif, motivasi yang positif, optimistis dan berusaha untuk terus maju dalam menghadapi masa depan. Sedangkan ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif antara lain memiliki kepercayaan diri yang negatif, kurang memiliki motivasi, pesimistis dan tidak memiliki keinginan untuk maju sehingga tidak mampu mengatasi permasalahan, serta cenderung mencari jalan keluar yang salah.
B. SISWA SMA 1. Arti Siswa SMA
Selanjutnya, Kartono (1990) berpendapat bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Para remaja mengalami perubahan-perubahan yang diawali dengan perubahan fisik yaitu berkembangnya tanda-tanda kelamin sekunder, perubahan peranan dari ketergantungan pada orang tua menuju kemandirian, memiliki kesadaran yang mendalam mengenai diri sendiri, seperti mulai meyakini kemampuan, potensi dan cita-citanya. Dengan kesadaran itu, remaja berusaha menemukan jalan hidupnya dan mulai mencari nilai-nilai hidup misalnya kebaikan, keluhuran, keindahan, dan lain-lain (Jersild dalam Pudjijogyanti, 1985: 24).
2. Tugas Perkembangan Siswa SMA
Siswa SMA yang masih tergolong remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang sebaiknya dipenuhi. Menurut Hurlock (1999) semua tugas perkembangan itu terpusat pada peralihan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan menghadapi masa dewasa. Adapun tugas perkembangan remaja (Hurlock, 1999) adalah:
1. Mencapai peranan sosial sebagai pria atau wanita.
2. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.
3. Menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif. 4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya.
5. Mempersiapkan karier ekonomi untuk masa yang akan datang. 6. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
7. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etika sebagai pegangan untuk berperilaku dan mengembangkan ideologi.
perkembangan selanjutnya. Namun, kegagalan pada tugas tersebut dapat mengakibatkan perasaan kurang bahagia, penolakan dari masyarakat dan kesulitan dalam melaksanakan tugas-tugas selanjutnya.
Pentingnya konsep diri bagi remaja adalah remaja akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah ke depan. Remaja dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang. Sebaliknya remaja dengan konsep diri yang negatif meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Remaja dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan orang lain (Rini, 2008).
Beberapa tokoh-tokoh penting dan berarti dalam kehidupan remaja yang dapat mempengaruhi konsep diri remaja (Hardjana, 1993:16-23) antara lain: 1. Orang tua
orang tuanya. Orang tua yang tulus menerima, mencintai dan menyayangi anak, maka anak akan dibantu untuk memandang dirinya pantas untuk dicintai dan disayangi oleh orang lain maupun dirinya sendiri. Tetapi sebaliknya, jika orang tua tidak memberi kehangatan, cinta dan menunjukkan penerimaan kepada anak, maka anak cenderung ragu-ragu apakah mereka pantas untuk diterima dan dicintai oleh orang lain.
2. Saudara kandung
Hubungan dengan saudara kandung juga sangat penting bagi pembentukan konsep diri. Anak sulung yang diperlakukan seperti seorang pemimpin oleh adiknya, cenderung merasa menjadi penasehat bagi adik-adiknya. Hal tersebut memberi dukungan dalam penbentukan konsep diri yang sehat. Sebaliknya seorang adik yang tidak menerima kasih sayang yang sebenarnya, merasa diperlakukan seperti anak kecil sehingga hal tersebut cenderung menghambat rasa percaya dirinya atau menumbuhkan konsep diri yang negatif.
3. Guru
penghargaan dan diberi hadiah atas prestasinya akan lebih mudah mengembangkan konsep diri yang positif.
4. Teman sebaya
Kehidupan seorang remaja erat kaitannya dengan lingkungan di luar rumah dan salah satunya adalah dalam kelompok teman sebaya. Remaja mulai mengidentifikasikan diri dengan teman-teman sebayanya. Artinya remaja cenderung ingin sama dalam segala bentuk kebiasaan maupun perilakunya. Dalam pergaulan dengan teman-teman, apakah remaja disenangi, dikagumi dan dihormati atau tidak, akan ikut menentukan dalam pembentukan gambaran diri seorang remaja. Perlakuan yang diberikan teman-teman sebaya dapat menjadi penguat gambaran diri remaja tetapi dapat juga membuyarkan gambaran diri tersebut.
C. BIMBINGAN KLASIKAL 1. Arti Bimbingan Klasikal
Hal ini dipertegas lagi oleh Winkel (1997) bahwa tujuan bimbingan: 1. Agar sesama manusia mengatur kehidupan sendiri.
2. Menjamin perkembangan diri sendiri secara optimal.
3. Memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri.
4. Menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik.
5. Menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam hidup secara memuaskan. Pelaksanaan bimbingan klasikal dapat menguntungkan sekaligus merugikan. Keuntungan bagi konselor adalah mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan banyak siswa secara bersamaan, menghemat waktu terlebih bila jumlah tenaga bimbingan terbatas. Keuntungan bagi siswa adalah siswa lebih rela menerima diri sendiri setelah menyadari bahwa teman-temannya juga sering menghadapi persoalan yang sama, siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan suatu masalah bersama-sama, melatih menerima suatu pendapat yang diutarakan teman lain, terbantu untuk mengatasi suatu masalah yang dirasakan sulit untuk dibicarakan langsung kepada konselor dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Kerugian pelaksanaan bimbingan klasikal adalah interaksi pribadi antara konselor sulit mengevaluasi apakah pelayanan bimbingan mencapai sasaran atau tidak. Selain itu, siswa kurang dapat diajak untuk berefleksi secara lebih dalam (Winkel dan Sri Hastuti, 2004).
Topik-Topik Bimbingan
Rangkaian topik-topik yang dimaksud dalam skripsi ini adalah topik-topik
bimbingan klasikal. Topik-topik bimbingan ini dapat diusulkan setelah peneliti
mengadakan penelitian mengenai konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella
2. Peran Bimbingan dalam Pengembangan Konsep Diri Siswa
Bimbingan merupakan bagian integral dari pendidikan yang bertujuan untuk membentuk manusia yang bertanggung jawab sehingga dapat bersikap dan berperilaku yang dapat membahagiakan diri dan dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya (Ahmadi, 1991).
Menurut Winkel (1997) bimbingan di institusi pendidikan formal akan berhadapan dengan banyak siswa yang dalam perkembangan dan beraneka tindakannya yang menampakkan sifat-sifat psikologis kepribadiannya menurut berbagai aspek. Bimbingan di sekolah dapat berperan secara maksimal, apabila guru pembimbing tidak hanya berpegang pada pengetahuan praktis tentang manusia lain yang diperoleh dalam pergaulan sehari-hari, tetapi juga sikap dan perilaku guru pembimbing menunjukkan kehangatan, pengertian, penerimaan, bersahabat terhadap perilaku siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Metode survei ini bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa atau gejala yang ter-jadi pada saat penelitian dilakukan. Metode survei dirancang untuk memperoleh informasi tentang variabel, bukan untuk menghubungkan variabel yang satu dengan variabel yang lain (Furchan, 2004: 451). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah semua anggota kelompok orang, kejadian atau objek yang telah dirumuskan secara jelas (Furchan, 2004: 193). Populasi penelitian ini adalah para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 145 siswa. Ada 6 siswa yang tidak masuk.
Sampel adalah sebagian dari populasi (Furchan, 2004: 193). Jadi, sampel penelitian berjumlah 139 siswa. Adapun rincian para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 yang mengikuti penelitian disajikan dalam tabel 1 berikut ini:
Tabel 1
Rincian Para Siswa Kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009 yang Mengikuti Penelitian
Kelas Siswa Hadir Siswa Tidak Hadir XI IPS3 (uji coba) 35 siswa -
XI IPS1 38 siswa -
XI IPS2 38 siswa -
XI IPA2 28 siswa 6 siswa
C. Instrumen Penelitian 1. Alat Pengumpul Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Konsep Diri yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner bersifat tertutup artinya dalam kuesioner ini sudah disediakan alternatif jawaban sehingga siswa tinggal memilih jawaban dari alternatif jawaban yang sudah tersedia. Kuesioner terbagi atas dua bagian. Bagian pertama berisi tentang kata pengantar dan petunjuk pengisian. Bagian kedua berisi pernyataan-pernyataan yang mengungkap konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.
2. Penentuan Skor
Dimana untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable) jawaban SS mendapat skor 4, S mendapat skor 3, TS mendapat skor 2, dan STS mendapat skor 1. Sedangkan untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) jawaban SS mendapat skor 1, S mendapat skor 2, TS mendapat skor 3, dan STS mendapat skor 4.
3. Kisi-Kisi Kuesioner
Kisi-kisi kuesioner konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Kisi-Kisi Kuesioner Konsep Diri
Aspek Indikator No Pernyataan
Favorable (+)
Unfavorable (-)
Total
1. Individu yakin akan kemampuannya untuk mengatasi masalah.
a. Bersikap tenang dan
obyektif.
b. Mempertimbangkan untung rugi mengatasi masalah. c. Bersikap kreatif dan luwes. d. Bersikap optimis.
1,3 5.6 9,11 13,14,17 2,4 7.8 10,12 15,16,18 4 4 4 6 18 2. Individu merasa setara
dengan orang lain.
a. Mampu menerima keadaan diri.
b. Mampu menjalin pertemanan dengan siapa pun.
c. Mampu menerima perbedaan yang dimiliki orang lain. 20,22 23,24 27,30 19,21 25,26 28,29 4 4 4 12 3. Individu mampu
mengungkapkan perasaan, pendapat maupun kebutuhan secara langsung dan jujur kepada orang lain.
a. Mampu mengungkapkan perasaan dan pendapat secara langsung dan jujur kepada orang lain. b. Mampu mengungkapkan
kebutuhan secara langsung dan jujur kepada orang lain.
4. Individu menyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.
a. Menyadari bahwa orang lain juga mempunyai perasaan tertentu. b. Menyadari bahwa orang
juga mempunyai keinginan dan perilaku tertentu.
44,46 48,50 43,45 47,49 4 4 8 5. Individu mampu
memperbaiki diri karena ia menyadari hal-hal yang negatif dalam diri dan berusaha
mengubahnya
a. Menyadari hal-hal yang negatif dalam diri. b. Mengubah hal-hal yang
negatif menjadi hal-hal yang positif dalam diri.
51,53,54 57,59 52,55 56,58,60 5 5 10 Total Item 60
4. Uji Coba
Uji coba dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2008 di kelas XI IPS3 yang berjumlah 35 siswa. Waktu yang diperlukan untuk menjawab kuesioner termasuk memberi petunjuk tentang cara pengisian adalah 45 menit. Adapun tabulasi skor uji coba dapat dilihat pada lampiran 1.
D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas Instrumen
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi menunjuk pada sejauh mana instrumen tersebut mencerminkan isi sebagaimana dicantumkan dalam teori. Isi tersebut telah dijabarkan dalam tabel kisi-kisi. Validitas isi merupakan validitas yang melakukan pengujian terhadap isi tes dengan menggunakan pendapat nara sumber dalam bidang yang diukur (Suryabrata, 1989). Nara sumber yang diminta pendapat yaitu dosen pembimbing, satu dosen yang menguasai konsep diri dan satu guru BK di SMA yang hendak dilaksanakan penelitian. Jasa nara sumber berupa saran-saran tertulis. Peneliti juga mendapat kesempatan untuk berkonsultasi dengan nara sumber mengenai pernyataan kuesioner yang kurang dipahami. Pendapat dan saran nara sumber mengenai pernyataan kuesioner sebelum diuji cobakan dapat disimpulkan sbb: (1) perumusan pernyataan dan bahasa cukup konsisten dengan tabel kisi-kisi, (2) secara keseluruhan pernyataan dipandang ideal untuk mengukur konsep diri siswa SMA kelas XI karena pernyataan-pernyataan itu sesuai dengan situasi dan kondisi di Yogyakarta.
Perhitungan koefisien korelasi masing-masing item menggunakan metode Product Moment dari Pearson (Masidjo, 1995:142) dengan rumus:
xy
r =
(
)( )
(
)
{
2 2}
{
2( )
2}
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
− − − Y Y N X X N Y X XY N Keterangan: xyr = koefisien korelasi antara X dan Y N = jumlah subjek
xy
r =
(
)( )
(
)
{
2 2}
{
2( )
2}
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
− − − Y Y N X X N Y X XY N =(
)(
)
(
)
{
2}
{
(
)
2}
10061 978667 104 10006 967120 104 10061 10006 972444 104 − × − × − × =
(
)
{
100580480 100120036}
{
101781368(
101223721)
}
100670366 101134176 − − − =(
)
{
460444} (
{
557647)
}
463810 = 5676521 , 2 463810 = 0561 , 506720 463810 = 0,915Kriteria pemilihan item (pernyataan kesahihan item) didasarkan pada korelasi item dengan batasan koefisien korelasi ≥ 0,30 dan koefisien korelasi ≤ 0,30 (Azwar, 1999: 65). Item yang mencapai koefisien korelasi
≥ 0,30 dinyatakan valid. Sedangkan, item yang mencapai koefisien
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas alat ukur adalah taraf sampai dimana suatu alat mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang dilihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Suatu alat yang reliabel akan menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil dalam satu/berbagai pengukuran. Umar (1997) mengatakan reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukuran di dalam mengukur gejala yang mau diukur.
Perhitungan reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Belah Dua (Split-Half Method). Metode ini merupakan metode yang lebih efisien, karena dalam penentuan taraf reliabilitas suatu alat ukur untuk satu kali pengukuran pada satu kelompok subjek uji coba. Metode belah dua yang dipakai adalah berdasarkan urutan nomor item, yang bernomor ganjil menjadi belahan pertama dan yang bernomor genap menjadi belahan kedua.
Dalam menentukan taraf reliabilitas suatu alat ukur digunakan kriteria kualifikasi koefisien reliabilitas dari Masidjo (1995: 209) sebagai berikut:
Tabel 3
Koefisien Korelasi Alat Ukur Koefisien Korelasi Klasifikasi
0,91 - 1,00 Sangat tinggi
0,71 - 0,90 Tinggi
0,41 - 0,70 Cukup
0,21 - 0,40 Rendah
Untuk menguji taraf reliabilitas suatu alat ukur diperoleh dengan menggunakan formulasi koreksi dari Spearman-Brown (Masidjo, 1995: 219) sebagai berikut:
r
tt=
xy xy r r + × 1 2
Keterangan:
r
tt = koefisien reliabilitasr
xy = koefisien ganjil-genapHasil perhitungan uji reliabilitas adalah:
r
tt=
xy xy r r + × 1 2
r
=915 , 0 1 915 , 0 2 + × = 915 , 1 83 , 1 = 0,956
Setelah diperoleh koefisien reliabilitas
r
tt = 0,956 kemudiandiklasifikasikan pada tabel koefisien korelasi alat ukur, ternyata koefisien
reliabilitas
r
tt = 0,956 masuk dalam klasifikasi sangat tinggi (0,91 - 1,00).3. Mean atau rata-rata digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata yang diperoleh setiap kelompok individu. Menurut Donal Ary dkk, mean adalah jumlah semua nilai dalam suatu sebaran dibagi dengan jumlah individu (Furchan, 2005: 158). Skor yang > meandikategorikan positif, sedangkan
skor yang ≤ mean dikategorikan negatif. Rumus untuk mencari mean:
E. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan
a. Peneliti menghubungi pihak sekolah bahwa peneliti bermaksud mengadakan penelitian di sekolah yang bersangkutan.
b. Peneliti menyusun kuesioner penelitian dengan berkonsultasi pada dosen pembimbing.
c. Peneliti mengadakan uji coba kuesioner untuk menentukan reliabilitas dan validitas kuesioner penelitian.
d. Perhitungan hasil uji coba kuesioner menggunakan metode perhitungan komputer program SPSS versi 15 dan manual.
2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data Penelitian
Pengumpulan data penelitian dilaksanakan sesuai dengan jam BK sehingga tidak mengganggu mata pelajaran di sekolah. Adapun jadwal pengumpulan data penelitian sebagai berikut:
Tabel 4
Jadwal Pengumpulan Data Penelitian
Kelas Tanggal Waktu Siswa Hadir Siswa Tidak Hadir XI IPS1 25-8-2008 06.45-07.30 38 siswa -
XI IPS2 25-8-2008 08.15-09.00 38 siswa - XI IPA2 25-8-2008 10.00-10.45 28 siswa 6 siswa
Adapun proses pengumpulan data dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:
b. Peneliti memberikan penjelasan umum tentang maksud dan tujuan diadakannya penelitian.
c. Peneliti membagikan lembar kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.
d. Peneliti memberikan penjelasan mengenai petunjuk umum cara mengerjakan dan mengisi kuesioner. Responden diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas.
e. Peneliti membagikan kuesioner setelah memastikan seluruh responden memahami petunjuk pengisian kuesioner.
f. Peneliti memberikan kesempatan kepada subjek untuk mengisi bagian identitas pada kuesioner. Selama pengisian jawaban kuesioner, subjek diperkenankan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. g. Peneliti mengecek kembali kelengkapan lembar kuesioner dan jawaban
setelah semua terkumpul.
Proses pengumpulan data ini berjalan lancar. Para siswa mengisi kuesioner dengan tenang dan penuh antusias. Setelah data terkumpul, peneliti kemudian mengolah data tersebut.
F. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan langkah-langkah:
masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap item. Tabulasi skor hasil penelitian dan pengolahan data penelitian dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 7.
2. Pengolahan data
Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi perhitungan mean. Kategorisasi konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta (dengan ∑item
total = 60) disajikan pada tabel 5 berikut ini: Tabel 5
Kategorisasi Konsep Diri Para Siswa Kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009
Perhitungan Skor Kategori
> mean 193-240 Positif
≤ mean 60-193 Negatif
Kategorisasi tinggi rendah skor item secara keseluruhan dalam penelitian ini (dengan N = 104), diperoleh dengan perhitungan:
Xitem maksimum teoretik : 104 x 4 = 416 Xitem minimum teoretik : 104 x 1 = 104
Range : 416 – 104 = 312
σ (item teoretik) : 312 : 6 = 52
µ (item teoretik) : (416 + 104) : 2 = 260
Kategorisasi skor item para siswa disajikan pada tabel 6 berikut ini: Tabel 6
Kategorisasi Skor Item Para Siswa Kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009
Perhitungan Skor Kategori
(µ+1,0σ) ≤ Xitem
312 ≤ Xitem 312 - 416 Tinggi
(µ-1,0σ) ≤ Xitem < (µ+1,0σ)
208 ≤ Xitem < 312 208 - 311 Rata-Rata Xitem < (µ-1,0σ)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009
Konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta untuk setiap subjek penelitian (N=104) diperoleh dengan mengkategorisasikan skor yang diperoleh subjek ke dalam kategori positif dan negatif. Konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 yaitu:
Tabel 7
Konsep diri Para siswa Kelas XI
SMA Stella Duce 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009
Kategori Skor Frekuensi Persentase
Positif 193 - 240 60 siswa 58 %
Negatif 60 - 193 44 siswa 42 %
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 60 siswa (58%) memiliki konsep diri positif dan 44 siswa (42%) memiliki konsep diri negatif.
Selanjutnya topik-topik yang sesuai untuk para siswa ini didasarkan pada skor item kuesioner yang berkategori rata-rata dengan jumlah skor antara 208-311. Item-item konsep diri rata-rata tiap aspek disajikan pada tabel 8 berikut ini:
Tabel 8
Item-Item Konsep Diri Rata-Rata Tiap Aspek
No Aspek Konsep Diri No
Item
Skor Kategori Usulan Topik Bimbingan
1. Mengatasi masalah (bersikap optimis). Latihan
Membuat Pilihan Saya mampu membuat keputusan dalam hidup secara
tepat.
13 309 Rata-rata
Saya yakin bisa membuat keputusan yang bertanggung jawab.
14 310 Rata-rata
2. Mengungkapkan perasaan, pendapat maupun
kebutuhan secara langsung dan jujur kepada orang lain. Pengungkapan Perasaan, Keterampilan Mengelola Emosi Saya memberikan penjelasan atas ketidaksetujuan saya
terhadap pendapat teman lain.
32 311 Rata-rata
Saya berani mengungkapkan perasaan negatif seperti kekecewaan dan kesedihan pada orang lain.
33 309 Rata-rata
Saya menyampaikan pendapat saya dengan tegas dan meyakinkan kepada orang lain.
35 310 Rata-rata
3. Menyadari hal-hal yang negatif dalam diri dan
berusaha mengubahnya.
Pemahaman Diri
Jika orang lain memberikan kritik kepada saya, saya tetap menerima dan menghargainya.
54 311 Rata-rata
B. Pembahasan 1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian seperti tampak pada tabel 7 menunjukkan bahwa ada 60 siswa (58%) memiliki konsep diri positif dan 44 siswa (42%) memiliki konsep diri negatif. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar (58%) para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta memiliki konsep diri positif. Hal ini kemungkinan disebabkan beberapa faktor di antaranya yaitu:
harmonis mendukung rasa percaya diri dan rasa aman siswa. Sejalan dengan Winkel, Soemanto (1984: 95) menyebutkan bahwa siswa yang berasal dari lingkungan rumah yang sehat dengan suasana keluarga penuh rasa kasih sayang bagi siswa, maka kemungkinan besar siswa tersebut akan memiliki kesehatan mental dan emosi yang baik.
Perilaku guru yang menerima, memberi pengetahuan atas kebaikan-kebaikan siswa serta membantu siswa menyadari dan mewujudkan kemampuannya, mempercayai siswa, menghargai, mencintai dan memberi perhatian pada para siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Kartono (1987: 35) yang mengatakan bahwa sikap adalah kecenderungan seseorang untuk bereaksi baik positif maupun negatif terhadap benda-benda atau situasi tertentu. Hal ini dipertegas oleh Purwanto (1995: 143) ada beberapa sikap dan sifat yang harus dimiliki seorang guru yaitu adil, percaya dan suka kepada peserta didiknya, sabar dan rela berkorban, memiliki wibawa di hadapan peserta didiknya, benar-benar menguasai materi pelajarannya dan berpengetahuan luas.
semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses (Syah, 1995: 134).
Pergaulan dengan teman sebaya seperti disukai dan diterima oleh teman-teman, memikirkan kepentingan kelompok, bersikap spontan, jujur dan dapat dipercaya, bertanggungjawab, mampu menyesuaikan diri dengan teman sebaya. Sebagai siswa yang masih duduk di bangku SMA sangat membutuhkan seorang sahabat untuk berbagi cerita dan bertukar pikiran tentang berbagai hal (Ineke, 2007).
Siswa berasal dari keluarga status sosial menengah ke atas cenderung mandiri, percaya diri, harga dirinya positif, serta berani mengungkapkan perasaan dan pendapatnya (Pudjijogyanti, 1985: 38-39). Status sosial yang dimiliki siswa berkaitan erat dengan penghargaan terhadap diri sendiri dan penerimaan lingkungan terhadapnya (Winkel, 1996: 214). Perbedaan status sosial yang dimiliki siswa dapat menyebabkan siswa kesulitan bekerja sama dengan siswa lain yang berasal dari latar belakang tertentu.
perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, dan latihan memperbaiki diri karena ia menyadari hal-hal yang negatif dalam dirinya dan berusaha mengubahnya.
Apabila siswa mampu mengembangkan konsep dirinya dan seluruh potensinya secara utuh dan optimal maka siswa akan merasa puas dan bahagia dan diharapkan dapat mencapai keberhasilan baik dalam bidang akademik maupun non akademik.
Ada 44 siswa (42%) memiliki konsep diri negatif yaitu siswa dengan jumlah skor antara 60-193. Siswa yang memiliki konsep diri negatif artinya para siswa cukup menyadari siapa dirinya, kekuatan dan kelemahan pada dirinya, memiliki perasaan yang stabil ketika mengalami kegagalan, siswa tidak akan menilai dirinya negatif, tidak meremehkan atau menolak dirinya dan berani untuk mencoba lagi. Ada beberapa faktor kemungkinan yang menyebabkan siswa memiliki konsep diri rata-rata di antaranya yaitu:
Perlakuan dalam keluarga, orang tua misalnya yang kurang memberikan kepercayaan, kebebasan, keyakinan, kasih sayang dan sikap kurang menerima terhadap siswa sebagai pribadi dengan segala kelebihan dan kekurangannya, hubungan orang tua yang kurang harmonis menghambat rasa percaya diri dan rasa aman siswa, dipermalukan di depan umum, terlalu dimanja, terlalu dilindungi, kurang dicintai, dan kurang dihargai.
menghargai siswa dapat berakibat siswa akan menjauhkan diri dari teman, guru dan lingkungan sekitarnya (Suparno, 2004: 50).
Sebagian siswa yang memiliki intelegensi rendah berkecenderungan memandang dirinya sebagai orang yang tidak memiliki kemampuan lebih, tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas dan tidak memiliki prestasi belajar yang cukup positif. Ini sependapat dengan Syah (1995: 134) bahwa semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.
Usaha-usaha yang perlu dilakukan konselor untuk meningkatkan konsep diri siswa diantaranya (1) membuat siswa merasa mendapat dukungan dan kekuatan untuk berani memperbaiki kekurangan diri, (2) membuat siswa merasa bertanggung jawab dan mampu mengembangkan kemampuannya, (3) menerima siswa apa adanya, (4) tidak memberikan cap yang negatif pada siswa, dan (5) tidak menghukum dan mengancam siswa (Ineke, 2007).
Orang-orang yang perlu dilibatkan untuk meningkatkan konsep diri siswa adalah siswa sendiri dan tokoh-tokoh penting dalam hidupnya yaitu orang tua, guru, teman sebaya dan orang-orang lain yang berpengaruh; serta konselor sekolah khususnya sangat berperan dalam pengembangan konsep diri para siswa.
2. Usulan Topik-Topik Bimbingan Klasikal
PENUTUP
A. Ringkasan
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk: (1) Mengetahui konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009. (2) Mengetahui topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai bagi para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009.
Populasi penelitian ini adalah para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 yang berjumlah 145 siswa. Ada 6 siswa yang tidak masuk. Jadi, sampel penelitian berjumlah 139 siswa yaitu kelas XI IPS1 (38 siswa), kelas XI IPS2 (38 siswa), kelas XI IPS3 (35 siswa), dan kelas XI IPA2 (28 siswa).
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Kuesioner Konsep diri” yang terdiri dari 60 item dan disusun sendiri oleh peneliti. Prosedur pengumpulan data meliputi dua tahap, yaitu: (1) Tahap persiapan, mencakup kegiatan menghubungi pihak sekolah bahwa peneliti bermaksud mengadakan penelitian di sekolah yang bersangkutan; menyusun kuesioner penelitian dan dikonsultasikan pada dosen pembimbing; mengadakan uji coba alat kuesioner untuk menentukan reliabilitas dan validitas kuesioner penelitian, dan (2) Tahap pelaksanaan pengumpulan data penelitian.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Perhitungan validitas menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson
Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah formulasi koreksi dari Spearman-Brown (Masidjo, 1995: 219) dan hasil koefisien reliabilitas yang
diperoleh adalah
r
tt = 0,956 masuk dalam klasifikasi sangat tinggi.Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah (1) menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah diberikan oleh subjek penelitian dan membuat tabulasi skor dari masing-masing butir item, (2) menghitung total skor masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap item, (3) mengolah data yang diperoleh dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi perhitungan mean dan kategorisasi skor tiap item, (4) menyusun usulan topik-topik bimbingan klasikal.
Hasil penelitian yang diperoleh:
1. Konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 menunjukkan bahwa 60 siswa (58%) memiliki konsep diri positif, 44 siswa (42%) memiliki konsep diri negatif.
2. Usulan topik-topik bimbingan yang sesuai bagi para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun 2008/2009 meliputi: Latihan Membuat Pilihan, Pengungkapan Perasaan, Keterampilan Mengelola Emosi, dan Pemahaman Diri.
B. Kesimpulan
2. Usulan topik-topik bimbingan yang sesuai bagi para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun 2008/2009 meliputi: Latihan Membuat Pilihan, Pengungkapan Perasaan, Keterampilan Mengelola Emosi, dan Pemahaman Diri.
C. Saran-Saran 1. Bagi Para Siswa
Konsep diri bagi para siswa merupakan hal penting dalam meningkatkan kemampuan diri untuk menghadapi berbagai permasalahan, baik masalah yang berhubungan dengan akademik, teman, orang tua, guru dan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri para siswa adalah positif. Untuk itu diharapkan agar para siswa dapat mempertahankan konsep dirinya.
2. Bagi Guru Pembimbing
3. Bagi Guru Bidang Studi
Guru bidang studi dapat bekerjasama dengan guru wali kelas dan guru pembimbing untuk membantu para siswa mengembangkan konsep diri secara positif.
4. Bagi Peneliti Lain
L
A
M
P
I
R
A
Lampiran 1 :
Lampiran 2 :
Hasil Uji Analisis Validitas dan Reliabilitas SPSS Versi
No Item
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
VAR00001 243.9143 225.022 .548 .908
VAR00002 244.0000 226.529 .435 .909
VAR00003 243.8286 225.146 .571 .908
VAR00004 243.9143 227.728 .364 .910
VAR00005 243.9429 231.997 .277 .911
VAR00006 244.1143 222.222 .272 .907
VAR00007 244.1714 227.852 .368 .910
VAR00008 244.1143 227.575 .374 .909
VAR00009 244.2286 230.770 .321 .912
VAR00010 244.0000 225.706 .490 .909
VAR00011 244.0857 225.022 .484 .909
VAR00012 243.8571 225.244 .551 .908
VAR00013 243.9714 224.676 .561 .908
VAR00014 243.9714 231.264 .109 .911
VAR00015 244.0571 226.291 .339 .910
VAR00016 244.1429 225.185 .404 .909
VAR00017 244.0571 223.467 .485 .908
VAR00018 243.8857 228.516 .316 .910
VAR00019 243.8286 227.676 .389 .909
VAR00020 243.7714 227.123 .457 .909
VAR00021 244.0571 223.350 .532 .908
VAR00022 244.3429 225.938 .354 .910
VAR00023 243.6000 230.306 .353 .910
VAR00024 243.5714 231.370 .380 .910
VAR00025 243.7143 231.622 .333 .911
VAR00026 243.7429 225.550 .602 .908
VAR00027 243.5714 230.840 .355 .910
VAR00028 243.8000 226.165 .512 .909
VAR00029 243.6571 230.114 .316 .910
VAR00030 244.0000 233.235 -.004 .912
VAR00031 243.9429 227.173 .354 .910
VAR00032 243.6286 233.946 .362 .912
VAR00033 244.1143 227.634 .301 .910
VAR00034 243.6000 233.776 .329 .912
VAR00035 244.4286 223.546 .359 .910
VAR00036 244.1143 223.222 .415 .909
VAR00037 244.2857 221.857 .413 .909
VAR00038 244.0571 223.114 .470 .908
VAR00043 243.7714 228.946 .320 .910
VAR00044 243.8571 231.361 .326 .911
VAR00045 243.9429 225.644 .446 .909
VAR00046 243.9714 223.146 .543 .908
VAR00047 243.5714 231.311 .339 .910
VAR00048 243.8857 233.104 .302 .912
VAR00049 243.7429 225.314 .621 .908
VAR00050 244.2571 222.432 .583 .908
VAR00051 243.8286 231.440 .106 .911
VAR00052 244.4286 220.134 .424 .909
VAR00053 244.0857 226.669 .384 .909
VAR00054 243.8571 226.714 .304 .910
VAR00055 244.2857 229.210 .167 .911
VAR00056 243.8857 223.281 .470 .908
VAR00057 243.9714 227.911 .308 .910
VAR00058 244.2857 227.328 .184 .912
VAR00059 244.3429 223.467 .480 .908
VAR00060 244.1429 226.597 .306 .910
VAR00061 243.9429 228.467 .376 .910
VAR00062 243.8000 230.635 .386 .911
VAR00063 244.2571 221.667 .456 .909
VAR00064 244.3143 229.987 .116 .912
VAR00065 244.4571 218.432 .552 .907
VAR00066 243.8857 224.692 .578 .908
VAR00067 244.0857 228.257 .222 .911
VAR00068 243.7429 229.726 .303 .910
VAR00069 244.0571 228.055 .336 .910
Lampiran 3 :
3. 0.571 0,30 VALID
4. 0.364 0,30 VALID
5. *0.277 0,30 GUGUR
6. *0.272 0,30 GUGUR
7. 0.368 0,30 VALID
8. 0.374 0,30 VALID
9. 0.321 0,30 VALID
10. 0.490 0,30 VALID
11. 0.484 0,30 VALID
12. 0.551 0,30 VALID
13. 0.561 0,30 VALID
14. *0.109 0,30 GUGUR
15. 0.339 0,30 VALID
16. 0.404 0,30 VALID
17. 0.485 0,30 VALID
18. 0.316 0,30 VALID
19. 0.389 0,30 VALID
20. 0.457 0,30 VALID
21. 0.532 0,30 VALID
22. 0.354 0,30 VALID
23. 0.353 0,30 VALID
24. 0.380 0,30 VALID
25. 0.333 0,30 VALID
26. 0.602 0,30 VALID
27. 0.355 0,30 VALID
28. 0.512 0,30 VALID
29. 0.316 0,30 VALID
30. *-0.004 0,30 GUGUR
31. 0.354 0,30 VALID
32. 0.362 0,30 VALID
33. 0.301 0,30 VALID
34. 0.329 0,30 VALID
35. 0.359 0,30 VALID
36. 0.415 0,30 VALID
37. 0.413 0,30 VALID
38. 0.470 0,30 VALID
39. 0.384 0,30 VALID
40. 0.300 0,30 VALID
41. 0.336 0,30 VALID
42. 0.417 0,30 VALID
46. 0.543 0,30 VALID
47. 0.339 0,30 VALID
48. 0.302 0,30 VALID
49. 0.621 0,30 VALID
50. 0.583 0,30 VALID
51. *0.106 0,30 GUGUR
52. 0.424 0,30 VALID
53. 0.384 0,30 VALID
54. 0.304 0,30 VALID
55. *0.167 0,30 GUGUR
56. 0.470 0,30 VALID
57. 0.308 0,30 VALID
58. *0.184 0,30 GUGUR
59. 0.480 0,30 VALID
60. 0.306 0,30 VALID
61. 0.376 0,30 VALID
62. 0.386 0,30 VALID
63. 0.456 0,30 VALID
64. *0.116 0,30 GUGUR
65. 0.552 0,30 VALID
66. 0.578 0,30 VALID
67. *0.222 0,30 GUGUR
68. 0.303 0,30 VALID
69. 0.336 0,30 VALID
Lampiran 4 :
NO SISWA X (GANJIL) Y (GENAP)
X2 Y2 XY
1 132 132 17424 17424 17424
2 129 133 16641 17689 17157
3 129 132 16641 17424 17028
4 128 131 16384 17161 16768
5 131 128 17161 16384 16768
6 136 125 18496 15625 17000
7 132 133 17424 17689 17556
8 127 129 16129 16641 16383
9 127 131 16129 17161 16637
10 133 132 17689 17424 17556
11 122 129 14884 16641 15738
12 126 136 15876 18496 17136
13 123 126 15129 15876 15498
14 131 128 17161 16384 16768
15 131 128 17161 16384 16768
16 130 139 16900 19321 18070
17 132 128 17424 16384 16896
18 121 128 14641 16384 15488
19 119 122 14161 14884 14518
20 114 113 12996 12769 12882
21 109 119 11881 14161 12971
22 104 109 10816 11881 11336
23 131 133 17161 17689 17423
24 121 120 14641 14400 14520
25 119 118 14161 13924 14042
26 111 114 12321 12996 12654
27 124 130 15376 16900 16120
28 117 116 13689 13456 13572
29 110 112 12100 12544 12320
30 116 120 13456 14400 13920
31 113 116 12769 13456 13108
32 117 120 13689 14400 14040
33 113 117 12769 13689 13221
34 119 123 14161 15129 14637
35 115 121 13225 14641 13915
Lampiran 5 :
Umur : ________________________
Tanggal Pengisian : ________________________
A. Kata Pengantar
Adik-adik yang terkasih, saya memohon kesediaan adik-adik untuk mengisi kuesioner ini. Tujuan pengisian kuesioner ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang konsep diri. Informasi yang adik-adik berikan dengan menjawab kuesioner ini, akan diolah dan hasilnya akan digunakan untuk mengembangkan program bimbingan dan konseling di sekolah.
Jawaban adik-adik terhadap kuesioner ini tidak akan mempengaruhi penilaian terhadap Anda. Tidak ada jawaban yang salah, semua jawaban benar asalkan sesuai dengan keadaan diri sendiri. Seluruh identitas serta jawaban dijamin kerahasiaannya. Jawablah dengan jujur dan terbuka sesuai dengan pengalaman Anda. Jangan sampai ada pernyataan yang terlewati.
B. Petunjuk
Dalam kuesioner ini terdapat berbagai pernyataan. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan ini, kemudian tuliskan jawaban Anda pada bagian lembar pilihan jawaban yang telah tersedia dengan cara memberi tanda centang (√) sesuai dengan keadaan diri Anda.
Adapun pilihan jawabannya adalah:
• SS : Sangat Setuju
• S : Setuju
• TS : Tidak Setuju
• STS : Sangat Tidak Setuju
Sebagai contoh:
No Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS
1. Saya merasa bersemangat untuk mengerjakan apa yang menjadi
tugas saya.
√
berdasarkan pertim ban gan akal.
2. Saya belum bisa m en ghadapi suatu m asalah den gan ten an g dan obyektif.
3. J ika tidak bisa m engatasi suatu m asalah, saya tidak m alu m em inta ban tuan oran g lain .
4.