• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN VIII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20122013 DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK PENGEMBANGAN KONSEP DIRI SISWA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DESKRIPSI KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN VIII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20122013 DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK PENGEMBANGAN KONSEP DIRI SISWA SKRIPSI"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

  i

DESKRIPSI KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN VIII

SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL

UNTUK PENGEMBANGAN KONSEP DIRI SISWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Lenytha Puri Puspitasari NIM: 081114019

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

  iv

MOTTO

“Mereka yang memuja Aku sendiri

Merenungkan Aku selalu,

Kepada mereka akan kubawakan segala apa yang mereka

tidak punya

Dan Ku-lindungi segala apa yang mereka miliki”.

(5)

  v

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Sang Hyang Widhi Wasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Program Studi Bimbingan dan Konseling

SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Keluarga: Bapak Tugimin S,Ag

(6)

  vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 November 2013 Penulis

Lenytha Puri Puspitasari

(7)

  vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

PUBLIKASI KARYA ILAMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Lenytha Puri Puspitasari

Nomor Mahasiswa: 081114019

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

DESKRIPSI KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN VIII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN

IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK PENGEMBANGAN KONSEP DIRI

SISWA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal 13 November 2013

Yang menyatakan

(8)

  viii

ABSTRAK

DESKRIPSI KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN VIII

SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK PENGEMBANGAN

KONSEP DIRI SISWA

Lenytha Puri Puspitasari Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepositifan konsep diri siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan membuat usulan program bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Subjek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 45 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap konsep diri siswa-siswi. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner langsung tertutup. Data dianalisis berdasarkan kriteria Azwar. Pengelompokan disusun berdasarkan distribusi normal dengan model pengelompokan jenjang dengan lima jenjang yaitu: sangat positif, positif, cukup positif, kurang positif, sangat kurang positif.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: Tidak ada siswa (0%) yang memiliki konsep diri yang sangat positif, tidak ada siswa (0%) yang memiliki konsep diri yang positif, ada 12 siswa (26,7%) yang memiliki konsep diri yang cukup positif, ada 29 siswa (64,4%) yang memiliki konsep diri yang kurang positif, ada 4 siswa (8,89%) yang memiliki konsep diri yang sangat kurang positif. Peneliti menyimpulkan bahwa konsep diri sebagian besar siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 kurang positif. 

(9)

  ix

   

   

(10)

  x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rakhmat yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan, perhatian, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Kaprodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dan memberikan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam membimbing, mendampingi penulis pada setiap tahap dan seluruh proses penyusunan skripsi ini.

3. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A., selaku Wakil Kaprodi dan Sekretaris Prodi Bimbingan dan Konseling yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini.

(11)

  xi

5. Karyawan sekretariat Prodi Bimbingan dan Konseling: Stefanus Priyatmoko atas pelayanan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Yulianus,S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Bopkri 2 Yogyakarta yang berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Dra. Siswinarni., selaku Koordinator Bimbingan dan Konseling SMP Bopkri 2 Yogyakarta yang berkenan menerima dan memberikan saran dalam melaksanakan penelitian.

8. Para siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP Bopkri 2 Yogyakarta atas waktu dan kesediaannya sebagai responden dalam pengumpulan data.

9. Keluarga Tugimin S.Ag yang telah memberikan kasih sayang, cinta kasih dan harapan serta tanpa henti mendukung penulis untuk terus semangat dan berusaha keras dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Keluarga Gunadi yang senatiasa selalu memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

11.Teman terdekatku, Gregorius Yanuar Anggryawan yang penuh cinta kasih menemani, menghibur, mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 12.Sahabat tersayang dan terkasih Paskalia Sri Norvita Dewi dan Wilhelmina

Maran yang telah setia dari awal kuliah sampai akhir kuliah selalu bersama, menemani, berbagi suka dan duka, membantu dan memberikan perhatian yang tulus kepada penulis.

(12)

  xii

14.Teman-teman prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2008 yang telah memberikan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

15.Karyawan perpustakaan USD dan UGM atas pelayanan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi pemerhati di bidang bimbingan baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Penulis

 

(13)

  xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Hakekat Konsep Diri ... 6

1. Pengertian konsep diri ... 6

2. Jenis-jenis konsep diri ... 8

3. Perkembangan konsep diri ... 9

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi diri ... 10

(14)

  xiv

B. Konsep Diri Siswa SMP Sebagai Remaja ... 16

1. Remaja ... 16

a. Pengertian remaja ... 16

b. Ciri-ciri remaja ... 17

2. Konsep diri siswa SMP sebagai remaja ... 20

C. Bimbingan Klasikal Untuk Pengembangan Konsep Diri... 21

1. Pengertian bimbingan ... 21

2. Syarat-syarat program bimbingan ... 22

3. Bimbingan klasikal ... 23

a. Pengertian bimbingan klasikal ... 23

b. Tujuan bimbingan klasikal ... 23

c. Bimbingan klasikal untuk pengembangan konsep diri .. 24

D. Tinjauan Peneliti Lain Yang Relevan ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Populasi Penelitian ... 26

C. Instrumen Pengumpulan Data ... 27

1. Jenis instrumen ... 27

2. Kisi-kisi kuesioner dan penentuan skor ... 28

3. Uji coba kuesioner ... 30

D. Pengumpulan Data ... 33

1. Tahap persiapan pengumpulan data penelitian ... 33

2. Tahap pelaksanaan pengumpulan data ... 34

(15)

  xv

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN DAN USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN

VII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

B. Pembahasan ... 45

C. Usulan Program Bimbingan Klasikal yang Sesuai untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta ... 48

BAB V PENUTUP ... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

C. Keterbatasan Penelitian ... 56

(16)

  xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Tabel Rincian Subyek Penelitian Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ... 27 Tabel 2: Kisi-Kisi Kuesioner ... 29 Tabel 3: Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford ... 33 Tabel 4: Pengelompokan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VII SMP

BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ... 36 Tabel 5 : Pengelompokan Skor Item Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VII

BOPKRI Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ... 38 Tabel 6: Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2

Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ... 40 Tabel 7: Item-Item Kuesioner Yang Menunjukkan kurang positifnya

Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 42 Tabel 8: Usulan Program Bimbingan Klasikal Untuk Meningkatkan

(17)

  xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP

BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 (Uji Coba) .. 59 Lampiran 2 : Data Uji Coba ... 62 Lampiran 3 : Data Perhitungan Validitas Kuesioner ... 63 Lampiran 4 : Kuesioner Konsep Diri Siswa Kelas VII Dan VIII SMP

BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 (Final) ... 72 Lampiran 5 : Hasil Perhitungan Taraf Reliabilitas ... 75 Lampiran 6 : Tabulasi Data Penelitian Seluruh Kelas VII dan VIII SMP

BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ... 76 Lampiran 7 : Hasil Kategori Skor Azwar ... 77 Lampiran 8 : Surat Keterangan Ijin Uji Coba dan Ijin Melakukan

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian mengenai (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan

Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, dan (5) Definisi Operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan secara unik, berbeda satu sama lainnya. Perbedaan

individual ini bersifat alami. Dalam rentang kehidupannya, manusia akan melalui

fase-fase perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa

dewasa. Yang menjadi pusat perhatian penelitian ini adalah masa remaja. Masa

remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

Masa remaja seringkali dikenal sebagai fase mencari jati diri. Pada masa ini remaja

menuju ke arah kematangan seperti kematangan fisik, kematangan sosial dan

psikologisnya.

Remaja tidak lagi dipandang sebagai anak yang memiliki sifat

kekanak-kanakan. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat

diterima secara penuh sebagai orang dewasa. Pada fase ini remaja menghadapi

berbagai lingkungan, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan

lingkungan masyarakat. Kondisi yang dihadapi tersebut membuat remaja memiliki

pemikiran tentang siapa dirinya dan apa yang membuatnya berbeda dengan orang

lain. Lingkungan turut membantu remaja menemukan identitasnya dan

mempengaruhi perkembangannya. Erikson (Gunarsa dan Gunarsa, 1981) menegaskan

(19)

2 memperlakukan remaja akan mempengaruhi pandangan remaja tentang dirinya

sendiri.

Pendapat orang lain dapat berpengaruh pada bagaimana remaja memahami

dirinya sendiri. Dalam memahami dirinya, individu mencoba memandang dan menilai

dirinya apakah positif atau negatif. Pandangan individu tentang dirinya sendiri

dinamakan konsep diri. Konsep diri terbentuk dari pengalaman individu dalam

berhubungan dengan individu lain. Dalam berinteraksi, setiap individu akan

menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan akan dijadikan cermin bagi individu

untuk menilai dan memandang dirinya sendiri.

Pada saat seseorang memasuki jenjang keremajaannya, ia mengalami

berbagai macam perubahan dalam kehidupannya termasuk perubahan dalam

berinteraksi dengan orang lain. Begitu pula halnya dengan para siswa SMP yang

mencari jati dirinya. Mereka juga mengalami perubahan yang tidak hanya

menyangkut perubahan yang dapat diamati secara langsung, misalnya

perubahan-perubahan fisik dan tingkah laku, interaksi dengan orang lain, akan tetapi juga

perubahan yang lebih halus seperti konsep diri. Konsep diri yang dibutuhkan remaja

adalah konsep diri yang positif. Apabila remaja memiliki konsep diri yang positif,

individu akan menjalani kehidupannya dengan baik. Sebaliknya, jika individu

memiliki konsep diri yang negatif, individu akan mengalami hambatan dalam

perkembangannya. Konsep diri yang positif sangat penting dalam perkembangan

hidup remaja.

Siswa-siswi remaja di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta pada umumnya

berasal dari lingkungan keluarga yang mengalami permasalahan. Misalnya

(20)

3 Ada yang kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua. Selain itu

kebanyakan dari mereka tinggal di pinggiran kali Code yang penduduknya

mayoritas pengemis dan ada anak-anak jalanan yang tidak sekolah, sehingga ikut

mempengaruhi perilaku dan pola pikir anak-anak yang tinggal di pinggiran kali

Code. Kebanyakan dari siswa-siswi tersebut mengalami kesulitan ekonomi,

korban dari perpisahan orang tuanya. Masalah-masalah yang dialami oleh siswa

terbawa dalam lingkungan sekolah dan menghambat pertumbuhan dan

perkembangan siswa; pertumbungan dan perkembangan siswa menjadi tidak utuh

dan kurang maksimal khususnya dalam hal konsep diri yang merupakan inti

penting dari pribadi seseorang.

Dari hasil pengamatan di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta muncul kesan

bahwa konsep diri siswa-siswi pada umumnya negatif. Kesan ini muncul ketika

praktikan menjalani Praktek Pengalaman Lapangan di SMP BOPKRI 2

Yogyakarta. Seharusnya guru membantu siswa agar konsep dirinya positif. Tetapi

tampaknya guru di sana lebih mendidik siswa untuk taat pada peraturan yang

ditetapkan oleh sekolah. Kesan ini timbul sesudah memperhatikan cara guru

memperlakukan siswa. Ada guru yang tindakan, kata-kata, dan sikapnya terhadap

siswa yang terlambat datang ke sekolah rasanya kurang tepat; guru cenderung

memarahi dan memberi skorsing ketika siswa melakukan pelanggaran. Ada guru

yang komentar-komentarnya dapat membuat siswa kurang percaya diri. Ada

siswa yang menjadi takut tampil di muka kelas. Berdasarkan kesan tersebut,

dianggap perlu dilakukan suatu penelitian tentang konsep diri Kelas VII dan VIII

(21)

4 diri siswa negatif, dapatlah direncanakan program yang sesuai untuk

meningkatkan konsep diri siswa.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini pertanyaan yang mau dijawab adalah sebagai berikut:

1. Seberapa positif konsep diri siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2

Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?

2. Program bimbingan klasikal yang manakah yang sesuai untuk mengembangkan

konsep diri siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui tingkat kepositifan konsep diri siswa siswi Kelas VII dan VIII SMP

BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

2. Membuat usulan program bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan

(22)

5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Memberikan gambaran mengenai kepositifan konsep diri siswa siswi kelas

VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Guru Pembimbing

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada guru

pembimbing untuk melakukan kegiatan yang tepat untuk mengembangkan

konsep diri siswa.

b. Bagi Peneliti lain

Peneliti lain dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai sumber inspirasi

untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan konsep diri.

E. Definisi Operasional

1. Konsep diri (self concept) adalah keseluruhan gambaran, pandangan atau

keyakinan dan penghargaan atau perasaan tentang dirinya, seperti yang

dimaksudkan dalam butir-butir kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini.

2. Siswa- siswi Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta adalah semua anak

didik yang terdaftar sebagai siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2

Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

3. Usulan program bimbingan klasikal merupakan pokok-pokok bahasan yang

diusulkan untuk diberikan kepada siswa saat bimbingan di kelas dalam waktu

(23)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian mengenai (1) Hakekat Konsep Diri (pengertian konsep diri,

faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri, perkembangan konsep diri, jenis-jenis

konsep diri, Usaha-Usaha untuk mengembangkan konsep diri remaja); (2) Konsep Diri

Siswa SMP Sebagai Remaja (remaja, konsep diri siswa SMP sebagai remaja); (3)

Bimbingan Klasikal untuk Pengembangan Konsep Diri; (4) Tinjauan Peneliti Lain yang

Relevan.

A. Hakekat Konsep Diri

1. Pengertian konsep diri

Pengertian konsep diri telah diuraikan oleh berbagai tokoh di bidang

psikologi, antara lain:

a. Allport (Schultz, 1991) menyinggung konsep diri, namun istilah yang

digunakan adalah proprium. Allport mendefinisikan proprium sebagai hal atau

proses yang penting dan bersifat pribadi, yang menentukan keunikan individu.

Konsep diri dikatakan sebagai bagian penting karena terdapat proses

pencarian jati diri untuk mengetahui individu tersebut memiliki konsep diri

positif atau negatif. Dengan begitu individu mampu mengaktualisasikan diri

dalam kehidupannya. Dapat dipahami bahwa konsep diri juga dapat menjadi

suatu refleksi terhadap diri sendiri yang akan menunjang individu dalam

(24)

7

b. Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang berisikan bagaimana

individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi, bagaimana individu merasa

tentang dirinya sendiri dan individu menginginkan dirinya menjadi manusia

yang bagaimana. Konsep diri merupakan pandangan individu mengenai

dirinya sendiri (Centi, 1993).

c. Konsep diri menurut Burns (Sinurat, 2005: 16) adalah keseluruhan gambaran

dan penghargaan seseorang tentang dirinya sendiri. Dalam konsep diri

terdapat elemen deskriptif dan elemen evaluasi. Elemen deskriptif kerap

disebut potret diri atau gambaran diri dan elemen evaluatif sering disebut

harga diri.

d. Konsep diri (self concept) menurut peneliti adalah keseluruhan gambaran,

pandangan atau keyakinan dan penghargaan atau perasaan seseorang tentang

(25)

8 2. Jenis-jenis konsep diri

Terdapat berbagai pandangan, gambaran, keyakinan dan sikap orang

terhadap diri sendiri. Karena itu ada berbagai konsep diri. Konsep diri dapat

digolongkan sebagai berikut:

a. Konsep diri yang positif

Konsep diri yang positif terbentuk antara lain karena ada kasih sayang,

penerimaan dan penghargaan dari tokoh-tokoh signifikan dalam

lingkungan hidup individu (Burns, 1993: 72). Tokoh-tokoh yang

berpengaruh dalam hidup remaja antara lain orang tua, guru, teman

sebaya. Jika orang tua, guru dan teman sebaya mendukung dan

mendorong remaja maka konsep dirinya akan positif. Orang yang

memiliki konsep diri yang positif adalah orang yang memiliki gambaran,

pandangan atau keyakinan dan penghargaan atau perasaan yang positif

(26)

9

b. Konsep diri yang negatif

Remaja dengan konsep diri yang negatif biasanya berfikir

tentang diri sendiri terutama dari segi negatif, dan sulit menemukan

hal-hal yang pantas dihargai dalam dirinya sendiri. Hal ini terjadi karena

dipengaruhi tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam hidup remaja seperti,

orang tua, guru, teman sebaya dan orang lain. Jika orang tua, guru, teman

sebaya ataupun orang lain cenderung merendahkan, meremehkan,

mempermalukan, dan menolak remaja maka sikap remaja itu terhadap

dirinya akan negatif.

Orang yang konsep dirinya negatif cenderung memusatkan

perhatian pada hal yang negatif dalam dirinya. Konsep diri negatif juga

mendorong remaja untuk membuat perbandingan negatif dengan orang

lain sehingga remaja yang bersangkutan merasa rendah diri. Misalnya

remaja yang memiliki konsep diri yang negatif biasanya cenderung pasif

dan tidak percaya pada dirinya sendiri dan memiliki pemikiran yang buruk

tentang dirinya, serta selalu mengganggap orang lain lebih unggul atau

lebih baik dari pada dirinya.

3. Perkembangan konsep diri

Konsep diri tidak terbentuk secara instan. Sewaktu individu baru lahir,

individu belum memiliki pengetahuan tentang dirinya, belum memiliki

harapan-harapan yang ingin dicapai serta belum memiliki penilaian terhadap diri sendiri.

(27)

10 remaja karena lingkungan pertama tempat individu berinteraksi adalah keluarga.

Sikap dan respons orangtua akan menjadi informasi untuk menilai dirinya. Dalam

keluarga yang tulus menerima, menyayangi, mencintai dan menghargai remaja,

remaja dapat memandang dirinya secara positif. Jika seseorang ditolak atau

diabaikan, maka dia akan cenderung menolak dirinya. Konsep diri yang telah

terbentuk dalam lingkungan keluarga selanjutnya mengalami perubahan sewaktu

berinteraksi dengan orang lain, seperti teman sebaya, guru serta orang dewasa

lainnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa interaksi sosial

dengan orang-orang sekitar turut mempengaruhi perkembangan konsep diri.

Konsep diri berkembang seiring dengan pengalaman individu dalam interaksi

dengan lingkungannya. Konsep diri mempunyai sifat yang dinamis dalam arti

selalu mengalami perubahan. Orang yang memasuki usia remaja mengalami masa

yang sangat potensial untuk perkembangan konsep dirinya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri

Konsep diri dapat terus berkembang. Remaja dituntut untuk dapat

mengembangkan konsep diri yang positif. Faktor-faktor yang mempengaruhi

konsep diri remaja menurut Hurlock (1996) adalah:

a. Usia kematangan

Masa remaja merupakan masa menemukan diri untuk menjadi pribadi

(28)

11 usia 12 sampai 15 tahun, masa remaja tengah yaitu usia 15 sampai 18 tahun

dan masa remaja akhir yaitu usia 18 sampai 21 tahun.

Remaja yang berada pada usia tertentu yang matang lebih awal akan lebih

mampu menjalankan peran dewasa dengan baik dan dapat mengembangkan

konsep diri yang positif. Sedangkan remaja yang terlambat dalam kematangan

dan yang diperlakukan seperti anak-anak akan mengalami kesulitan dalam

berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Ia akan cenderung menarik diri dari

lingkungannya tersebut, sehingga cenderung memiliki konsep diri yang

negatif.

b. Penampilan diri

Di masa remaja penampilan diri yang berbeda membuat remaja akan

merasa rendah diri meskipun ada perbedaan yang menambah daya tarik bagi

masing-masing remaja. Penampilan diri akan berhubungan dengan

perkembangan fisik dan perkembangan seksual.

Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja antara lain perubahan

dalam tinggi badan dan perubahan berat badan. Dalam hal perubahan dalam

tinggi badan anak laki-laki mengalami penambahan pertumbuhan selama 2

tahun lebih cepat pada masa kanak-kanak daripada anak perempuan. Karena

itu anak perempuan kelihatan lebih pendek dibanding dengan rata-rata

laki-laki. Pada masa remaja berat badan juga akan mengalami peningkatan, tetapi

peningkatan tersebut lebih mudah dipengaruhi diet dan gaya hidup.

Remaja juga mengalami perubahan seksual. Perubahan ditandai dengan

(29)

12 ditandai pada alat vital yang mengalami mimpi basah sedangkan ciri-ciri

kelamin primer pada perempuan ditandai dengan menstruasi, pembesaran

pinggul dan bahu. Untuk ciri-ciri kelamin sekunder laki-laki terlihat pada

tumbuhnya kumis, janggut, jakun, suara berat, tumbuh bulu-bulu halus pada

tubuh, sedangkan ciri-ciri kelamin sekunder pada perempuan terlihat pada

pinggul yang membesar, bahu yang melebar dan tumbuh bulu di ketiak.

Daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang menyenangkan yang akan

menambah dukungan sosial dan kepercayaan diri sehingga akan terbentuk

konsep diri yang positif. Sedangkan jika seorang individu merasa tidak

menarik secara fisik akan timbul konsep diri yang negatif sehingga cenderung

menarik diri dan sulit bergaul dengan teman sebaya ataupun lingkungannya.

c. Kepatutan seks

Kepatutan seks menunjuk pada cara pandang remaja mengenai

seksualitasnya yang berisikan informasi mengenai seks. Cara pandang remaja

mengenai kehidupan seks dapat diperoleh melalui media massa dan

pendidikan seks dari orang tua.

Media masa seperti surat kabar, televisi dan media lainnya memiliki peran

dalam memberikan informasi mengenai kehidupan seks. Peran orang tua

dalam memberikan pendidikan seks ialah memberikan pemahaman mengenai

kehidupan seks agar remaja tidak tabu terhadap kehidupan seksualitasnya dan

(30)

13 Jika seorang individu mempunyai cara pandang yang luas serta informasi

yang cukup mengenai kehidupan seks, individu akan memiliki konsep diri

yang positif.

d. Nama dan nama julukan

Remaja terlalu peka dan malu bila teman-teman sekelompok menilai

namanya buruk atau bila mereka memberikan nama julukan yang bernada

cemooh. Kuatnya perasaan remaja terhadap namanya dipengaruhi dua faktor

yaitu semakin sering nama digunakan dan kuatnya perasaan kurang senang

terhadap nama.

Semakin sering nama yang tidak disukai digunakan oleh orang lain

semakin nama itu dapat berpengaruh terhadap dirinya. Semakin kuat rasa

menyukai nama yang digunakan dalam interaksi sosialnya maka remaja

memiliki konsep diri yang positif terhadap nama yang dimiliki. Sedangkan

jika remaja memiliki perasaan kurang senang terhadap namanya sendiri, maka

remaja merasa minder atau khawatir jika di cemooh temannya sehingga

remaja mempunyai konsep diri yang negatif.

e. Hubungan keluarga

Hubungan keluarga yang baik dipengaruhi oleh sikap orang tua yang

bersikap positif terhadap anak, misalnya memberikan perhatian dan kasih

sayang yang adil. Sikap orang tua akan mempengaruhi hubungan anggota

keluarga yang lain. Hal ini mempunyai pengaruh positif terhadap

(31)

14 Ukuran keluarga juga menentukan kualitas hubungan antara anggota

keluarga. Jika satu keluarga mempunyai jumlah anggota yang banyak akan

terjadi kecenderungan perhatian yang terbagi dan kurangnya komunikasi,

sehingga remaja yang bersangkutan kurang mendapatkan perhatian yang

maksimal. Untuk itu keharmonisan keluarga harus didukung oleh pola

komunikasi di rumah. Remaja yang tinggal dalam keluarga yang selalu

mengutamakan komunikasi antar anggota keluarga akan memberi pengaruh

positif terhadap perkembangan konsep dirinya.

f. Teman-teman sebaya

Teman-teman sebaya memberikan pengaruh pada pola kepribadian

remaja, antara lain konsep diri. Konsep diri merupakan cermin dan anggapan

tentang konsep teman-teman mengenai dirinya dan digunakan untuk

mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok. Teman

sebaya mempengaruhi pola pikir dan perilaku individu dalam kehidupan

sehari-hari.

Jika remaja mempunyai teman sebaya yang mempunyai pola pikir yang

rasional, mempunyai perilaku yang positif, menimbulkan pengaruh yang baik

terhadap individu tersebut maka remja yang bersangkutan memiliki konsep

diri positif.

g. Kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu.

Kreativitas seseorang dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan orang tua,

(32)

15 kreatif dapat memberikan pengaruh positif pada konsep dirinya. Semakin

remaja kreatif, semakin berprestasi, prestasinya dihargai dan diterima oleh

orang lain berarti konsep dirinya positif.

h. Cita-cita

Bila seorang remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik dan

mengalami kegagalan maka akan timbul perasaan tidak mampu dan timbul

konsep diri yang negatif. Berbeda dengan remaja yang realistik dalam

cita-citanya. Besar kemungkinannya dia berhasil, jika memang berhasil, konsep

dirinya akan positif. Kalau remaja mempunyai cita-cita yang realistik dan

sesuai dengan minat dan bakat, dia akan cenderung berhasil dan konsep

dirinya pun akan berpengaruh secara positif.

Faktor-faktor tersebutlah dijadikan sumber inspirasi dalam menyusun kisi-kisi dan

item-item kuesioner.

5. Usaha-Usaha untuk mengembangkan konsep diri remaja

Menurut Sinurat (2005) ada berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh

para pendidik khususnya konselor sekolah dalam membantu mengembangkan

konsep diri para remaja (siswa) yaitu:

a. Menjadi konselor sekoah yang memiliki konsep diri yang positif, sehingga

dapat membantu siswa mengembangkan konsep diri positif atau menjadi

orang yang memiliki konsep diri yang positif.

b. Menjadi konselor sekolah yang bersikap membesarkan hati siswa (becoming

(33)

16

c. Membantu siswa akan segi-segi positifnya.

d. Membantu siswa memenuhi kebutuhannya.

e. Melakukan kegiatan atau latihan untuk mnegembangkan konsep diri siswa.

B. Konsep Diri Siswa SMP Sebagai Remaja

1. Remaja

a. Pengertian remaja

Piaget (Hurlock, 1996) mengatakan bahwa secara psikologis, masa remaja

adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa; remaja

tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada

di tingkat yang sama. Remaja mulai menyadari dirinya tumbuh menjadi orang

dewasa secara bertahap. Masa remaja disebut juga masa transisi dari masa

kanak-kanak ke masa dewasa. Dalam masa transisi tersebut terjadi perubahan-perubahan

antara lain perubahan secara fisik, emosional, sosial.

Masa remaja meliputi masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja

tengah (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun). Masa remaja awal

bisa disebut sebagai masa negatif. Masih kurangnya pengendalian terhadap ego

menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa yang

membuat remaja cenderung menarik diri dari lingkungannya atau menarik diri

dari lingkungan masyarakat. Masa remaja tengah adalah masa dimana remaja

sangat membutuhkan teman-teman. Remaja mulai mencari teman yang dapat

(34)

17 yang sama dengan dirinya. Masa remaja akhir merupakan masa penemuan

identitas diri dan perubahan pandangan yang lebih realistis. Remaja diharapkan

dapat berpikir secara obyektif terhadap sesuatu yang dihadapi.

b. Ciri-ciri masa remaja

Menurut Hurlock (1996), ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut:

1) Masa remaja sebagai periode penting.

Pada periode ini remaja mengalami berbagai perkembangan seperti

perkembangan fisik dan perkembangan emosi. Di awal masa remaja

ketegangan emosi meningkat. Oleh sebab itu remaja dalam perkembangannya

membutuhkan penyesuaian.

Jika remaja mampu menerima segala perubahan fisik yang ada pada

dirinya dan mampu mengelola emosinya dengan baik maka remaja yang

bersangkutan akan mempunyai konsep diri yang positif. Sebaliknya, jika

remaja cenderung tidak menerima perubahan fisik dan tidak mampu

mengontrol emosinya remaja dapat mempunyai konsep diri yang negatif.

2) Masa remaja sebagai masa peralihan.

Pada masa peralihan status remaja bukan sebagai anak-anak lagi namun

belum saatnya juga disebut sebagai orang dewasa. Peralihan merupakan

perpindahan dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan

(35)

18 menemukan yang paling sesuai, sekaligus menentukan perilaku, nilai dan sifat

yang paling sesuai untuknya.

Jika pada masa ini remaja mampu menentukan perilaku yang baik,

mengetahui norma dan patokan yang sesuai dengan dirinya maka remaja akan

membentuk dirinya menjadi remaja yang mempunyai konsep diri yang

positif.

3) Masa remaja sebagai usia bermasalah

Pada periode ini remaja menganggap dirinya sudah mampu dan tidak mau

meminta bantuan pada orang tua, bahkan terkadang merasa mandiri dan

menolak bantuan orang dewasa. Tidak jarang antara remaja dan orang tua

terjadi perbedaan pendapat, sehingga seringkali masalah muncul.

Pada masa ini remaja cenderung egois dan tidak mau diatur oleh orang

lain. Remaja menganggap apa yang diputuskannya adalah yang paling benar.

Jika remaja selalu terbawa dengan emosinya tanpa memikirkan

pertimbangan-pertimbangan lain dari orang lain maka remaja cenderung

mempunyai konsep diri yang negatif. Tetapi jika remaja mau meminta

pendapat orang lain, selalu berfikir ulang untuk setiap hal yang diambil,

menimbang segala konsekuensi yang di ambilnya maka remaja akan

(36)

19

4) Masa remaja sebagai periode mencari identitas

Pada periode ini remaja mulai mencari identitas diri dengan berusaha

mencari dan menemukan figur yang dapat dijadikan idolanya. Mereka mulai

mendambakan diri yang sesuai baginya, yakni identitas dirinya sendiri.

Jika remaja menyadari segala kelebihannya, minat dan bakatnya serta

mampu mengembangkannya secara maksimal, maka konsep dirinya akan

positif.

5) Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan

Dalam kehidupan di masyarakat orang dewasa seringkali mengembangkan

pandangan yang cenderung negatif terhadap remaja. Remaja sering takut

tidak mampu mengatasi masalah-masalahnya yang berpengaruh pada konsep

dirinya.

Jika remaja mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, konsep

dirinya akan positif.

6) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Pada periode ini remaja sering melihat sesuatu menurut keinginannya dan

bukan seperti apa adanya. Remaja kurang mampu bersikap rasional dan

kurang objektif terhadap dirinya dan lingkungan. Hal ini sering menyebabkan

remaja mengalami kegagalan dan kekecewaan sehingga akan timbul konsep

diri yang negatif. Tetapi jika remaja mampu bersikap rasional dan realistik

terhadap diri dan lingkungannya serta mampu menerima kegagalan dalam

(37)

20

7) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Pada periode ini remaja mulai menunjukkan perilaku yang dianggap

sebagai tanda dewasa, seperti merokok dan melibatkan diri dalam kegiatan

organisasi tertentu di masyarakat. Remaja menganggap bahwa perilaku ini

akan memberi citra yang mereka inginkan.

Jika remaja mampu membawa diri secara positif, tidak terpengaruh oleh

pergaulan yang negatif, maka konsep dirinya akan positif. Tetapi jika remaja

cenderung terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang buruk, maka konsep

dirinya negatif.

2. Konsep diri siswa SMP sebagai remaja

Siswa SMP berada pada masa remaja. Masa remaja adalah suatu masa

transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Remaja dikatakan berada pada

masa transisi karena terjadi perubahan-perubahan sangat menonjol yang dialami

oleh remaja. Perubahan-perubahan ini terjadi, baik dalam aspek jasmaniah,

rohaniah, emosional maupun sosial, sehingga terjadi perubahan pada tingkah

laku remaja yang bersangkutan. Dengan perubahan-perubahan tersebut remaja

mulai menyadari akan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Masa remaja

merupakan masa transisi yang penuh dengan berbagai macam perubahan

(Gunarso, 1996: 236). Pada masa ini remaja mengalami perubahan tidak hanya

perubahan yang dapat diamati secara langsung, misalnya perubahan fisik dan

(38)

21 Konsep diri siswa berkembang melalui interaksinya dengan orang lain.

Cara perlakuan orang lain terhadap siswa tersebut sangat mempengaruhi konsep

diri siswa, jika siswa diterima dengan baik dlingkungannya, diperlakukan secara

baik di lingkungannya maka siswa akan merasa senang dan konsep diri siswa

akan positif tetapi jika siswa sering memperoleh pengalaman-pengalaman yang

negatif dari orang lain, lingkungan sekitarnya maka akan menimbulkan konsep

diri yang negatif.

Sekolah sebagai lingkungan di luar keluarga, turut berperan penting dalam

perkembangan konsep diri siswa. Sekolah dapat mengubah konsep diri siswa

yang sudah terbentuk di keluarganya. Bila guru menerima, menghargai,

mencintai, memberi peneguhan serta membantu dalam mewujudkan dan

mengembangkan kemampuannya, maka siswa akan mengembangkan konsep

diri yang positif. Tetapi jika guru bersikap meremehkan, merendahkan, menolak,

tidak memberi perhatian, maka siswa akan mengembangkan konsep diri yang

negatif. Siswa yang memiliki konsep diri yang negatif akan sulit menerima diri

apa adanya dan memiliki pengharapan yang tidak realistis.

C. Bimbingan Klasikal Untuk Pengembangan Konsep Diri

1. Pengertian bimbingan

Bimbingan diartikan sebagai pemberian bantuan kepada individu agar

individu yang bersangkutan semakin memahami dirinya, mengaktualisasikan

(39)

22 sekolah memusatkan pelayanannya pada peserta didik sebagai individu yang

harus mengembangkan kepribadiannya. Siswa SMP sebagai remaja memang

sangat memerlukan bimbingan, terutama dalam pengembangan konsep dirinya.

Mereka merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang menjadi

semakin dewasa. Sekolah sebagai institusi pendidikan perlu membantu siswa

dalam mengembangkan konsep dirinya, antara lain melalui kegiatan bimbingan

klasikal.

2. Syarat-syarat program bimbingan

Program bimbingan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan

orang yang akan dilayani. Prayitno dkk (1997) mengemukakan bahwa dalam

menyusun suatu program bimbingan hendaknya diperhatikan syarat-syarat

sebagai berikut:

a. Berdasarkan masalah binimbing, sesuai dengan kondisi pribadinya serta

tugas-tugas perkembangannya.

b. Lengkap dan menyeluruh, memuat segenap fungsi bimbingan, meliputi

semua jenis layanan, dan kegiatan pendukung, serta menjamin

dipenuhinya prinsip-prinsip dan asas-asas bimbingan.

c. Sistematis, dalam arti program disusun menurut urutan logis,

(40)

23

d. Terbuka dan luwes, sehingga mudah menerima masukan untuk

mengembangkan dan menyempurnakan program tanpa harus merombak

program itu secara menyeluruh.

e. Memungkinkan kerjasama dengan pihak yang terkait.

f. Memungkinkan diselenggarakannya penilaian lebih lanjut untuk

penyempurnaan program.

3. Bimbingan klasikal

a. Pengertian bimbingan klasikal

Program bimbingan adalah suatu rangkaian topik yang menjadi

bahan bimbingan secara terencana selama periode tertentu. Suatu program

yang disusun berdasarkan suatu kebutuhan para siswa tertentu yang

menjadi pegangan dalam pelaksanaan bimbingan.

Salah satu kegiatan bimbingan adalah bimbingan klasikal.

Bimbingan klasikal adalah salah satu usaha untuk membantu para siswa di

kelas dengan topik-topik tertentu yang sudah disusun berdasarkan survei

kebutuhan siswanya (Winkel, 1997:520). Bimbingan klasikal ini

merupakan sarana untuk menunjang para siswa berkembang secara

optimal, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman

pendidikan bagi dirinya sendiri.

b. Tujuan bimbingan klasikal

Menurut Sukardi (1998), tujuan program bimbingan klasikal adalah

(41)

24

1) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mengenai diri

siswa dalam kemajuannya di sekolah.

2) Memilih dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dari

informasi yang disampaikan pada bimbingan klasikal.

3) Mewujudkan penghargaan terhadap orang lain.

4) Membantu siswa dalam mengatasi kesulitan dalam memahami

dirinya.

5) Mengenal dan memahami lingkungan sekolah, pribadi, keluarga,

dan masyarakat.

6) Membantu siswa mengembangkan potensi yang dimilikinya.

c. Bimbingan klasikal untuk pengembangan konsep diri

Peran bimbingan klasikal dalam mengembangkan konsep diri

siswa sangatlah diperlukan. Dengan program bimbingan klasikal

mengenai konsep diri yang telah disusun, para guru dapat membantu para

siswa dan mengenali segi-segi positif yang ada dalam diri mereka dengan

cara memberikan pengarahan dan pemahaman mengenai konsep diri

positif, manfaat konsep diri dan ciri-ciri pribadi yang memiliki konsep diri

positif sehingga para siswa dapat berkembang secara utuh dan optimal

(42)

25

D. Tinjauan Peneliti Lain yang Relevan

Marcella Iqnatia (2013) mengadakan penelitian tentang konsep diri siswa

SMP (studi deskriptif pada siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Kanisius Pakem

Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap pembuatan satuan

pelayanan bimbingan). Jenis penelitiannya adalah penelitian deskriptif. Populasi

penelitiannya adalah siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Kanisius Pakem

Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Jumlah seluruh populasi adalah 97 siswa.

Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner Konsep Diri pada siswa

kelas VII dan siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran

2012/2013. Teknik analisis data yang digunakan adalah mengacu pada pedoman

Aswar (2012: 108). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kelas VII dan

VII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 tergolong baik

karena 34 siswa (36,17%) memiliki konsep diri ditingkat sangat baik, 48 siswa

(51,06%) memiliki konsep diri ditingkat tinggi, 5 siswa (5,32%) memiliki konsep

diri ditingkat sedang, 7 siswa (7,45%) memiliki konsep diri ditingkat rendah.

kelas XI SMA Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 menunjukkan bahwa

(43)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi uraian mengenai (1) Jenis Penelitian, (2) Populasi Penelitian, (3)

Instrumen Pengumpulan Data, (4) Pengumpulan Data dan (5) Teknik Analisis Data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Peneliti ingin memperoleh gambaran

mengenai konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun

ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan program bimbingan klasikal yang

sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2

Yogyakarta.

B. Populasi Penelitian

Peneliti mengambil seluruh siswa/siswi Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2

Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 sebagai subyek penelitian; jumlahnya 45 siswa.

Penelitian ini termasuk penelitian populasi. Peneliti memilih SMP BOPKRI 2

Yogyakarta sebagai tempat penelitian dengan alasan: 1) SMP BOPKRI 2 Yogyakarta

memiliki jam pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan secara

klasikal dan secara individual; 2) peneliti melakukan PPL di sekolah tersebut sehingga

mempunyai kesempatan secara langsung mengamati keseharian siswa di sekolah; 3)

peneliti diharapkan dan diijinkan mengadakan penelitian di sekolah tersebut, dengan

harapan hasilnya dapat ditindaklanjuti. Rincian jumlah siswa yang menjadi subjek

(44)

27 Tabel 1

Rincian Subjek Penelitian Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun ajaran 2012/2013

Kelas Jumlah

VII A 14

VII B 8

VIII 23

Total 45

C. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dirancang oleh peneliti atas arahan dosen

pembimbing. Peneliti membuat kisi-kisi dengan menentukan aspek dan sub aspek

atribut yang akan diukur. Kemudian peneliti membuat sejumlah item (pernyataan)

berdasarkan aspek dan sub aspek yang sudah dibuat.

Berikut ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan instrumen

penelitian:

1. Jenis instrumen

Penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data.

Kuesioner terbagi atas dua bagian. Bagian pertama berisi kata pengantar dan

petunjuk pengisian. Bagian kedua berisi pernyataan-pernyataan yang mengungkap

konsep diri SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Kuesioner bersifat

tertutup, artinya kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang disertai alternatif

jawaban sehingga siswa tinggal memilih alternatif jawaban yang sesuai dengan

(45)

28 2. Kisi-kisi kuesioner dan penentuan Skor

a. Kisi-kisi kuesioner

Kuesioner ini memuat 60 butir item pernyataan; ada item yang positif dan

ada item yang negatif. Item yang positif mengungkap konsep diri yang positif

dan item negatif yang mengungkap konsep diri yang negatif. Dalam kuesioner

ini disediakan empat alternatif jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S),

Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Kisi kisi kuesioner disajikan

(46)

29 Tabel 2

Kisi-kisi Kuesioner

No

Unsur-unsur

konsep diri Indikator

Item-item

Nama dan julukan a. Semakin seringnya nama yang

digunakan

- 10, 31 2

b. Kuatnya perasaan kurang senang terhadap nama itu

56 44 2

Teman sebaya a. Membantu berintreraksi dengan

orang lain

1 11 2

b. Mampu mengontrol tingkah laku sosial.

57 2 2

c. Mengembangkan ketrampilan yang sesuai dengan usianya

55 3 2

d. Saling bertukar masalah 51 12 2

Hubungan keluarga a. Sikap orang tua 15, 43 - 2

b. Ukuran dalam keluarga terhadap siswa

16, 52 18, 37 4

c. Mampu mengembangkan hubungan keluarga

Unsur-unsur konsep diri dan indikatornya yang dikemukakan dalam Tabel 2 dijadikan

(47)

30

b. Penentuan Skor

Untuk pernyataan positif dalah sebagai berikut: untuk alternatif

jawaban sangat sesuai adalah empat, untuk alternatif jawaban sesuai adalah 3,

untuk alternatif jawaban tidak sesuai adalah 2, untuk alternatif jawaban sangat

tidak sesuai adalah 1. Untuk pernyataan negatif skor untuk masing-masing

alternatif adalah kebalikan dari skor untuk alternatif yang positif.

3. Uji coba kuesioner

Kuesioner diuji cobakan pada tanggal 17 Januari 2013 pada siswa/siswi

SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Kuesioner yang terkumpul

berjumlah 31 lembar (31 siswa). Pengambilan kelas untuk uji coba kuesioner

dilakukan sesuai dengan jam bimbingan dan konseling klasikal. Kuesioner ini

diuji coba dengan maksud agar kuesioner valid dan reliabel.

a. Validitas

Validitas instrumen menunjukkan kemampuan instrumen untuk

mengukur apa yang harus diukur. Validitas yang digunakan adalah

validitas isi. Rancangan kuesioner yang dibuat peneliti dikonsultasikan

kepada dosen pembimbing agar dikoreksi isi dan rumusannya.

Kuesioner juga dikoreksi oleh tenaga bimbingan dan konseling

sekolah yang bersangkutan yaitu guru pembimbing SMP BOPKRI 2

Yogyakarta. Beberapa kata dalam rumusan kalimat item pernyataan

dikoreksi antara lain: ”perubahan organ vital” sebaiknya memakai

(48)

31 dengan “ tidak sesuai”. Kemudian kuesioner dikonsultasikan kembali

kepada dosen pembimbing.

Setelah melaksanakan uji coba selanjutnya peneliti melaksakan

pengolahan seleksi item. Proses penghitungannya menggunakan

komputer program SPSS for windows dengan memakai rumus dari

Pearson yaitu teknik korelasi Product-Moment. Dalam alat ukur ini

setiap item diberikan skor (Azwar, 2009: 19). Rumus koefisien korelasi

Product-Moment:

rix = Koefisien korelasi item total

Berdasarkan hasil penghitungan dengan menggunakan komputer

program SPSS for windows yang dilakukan terhadap 60 item, diperoleh

47 item yang valid. Peneliti selanjutnya berkonsultasi kepada dosen

pembimbing mengenai item-item yang gugur yang berjumlah 9 item;

ada 4 item diloloskan karena menunjukkan koefesien korelasi sama

dengan atau lebih dari 0,25. Peneliti menurunkan batas kriteria menjadi

0,25 atas kesepakatan bersama dosen pembimbing sehingga jumlah item

(49)

32 batas kriteria dapat diturunkan menjadi 0,25 dengan pertimbangan agar

jumlah item yang mewakili tiap aspek dapat tercapai. Item kuesioner

yang final berjumlah 60 item.

b. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur adalah taraf kemampuan instrumen

mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten. Kalau instrumen

misalnya dipakai dua kali untuk mengukur hal yang sama dan hasil

pengukuran yang diperoleh konsisten, maka instrumen reliabel. Untuk

mengukur taraf reliabilitas instrumen dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach. Rumus koefisien

reliabilitas adalah:

α =

2[1-

S 2

Keterangan rumus :

S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

Sx2 : varians skor skala

Koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka dari 0 sampai

dengan 1,00. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati 1,00

menandakan semakin reliabelnya instrumen yang digunakan. Untuk

memperoleh hasil penghitungan koefisien reliabilitas yang akurat,

peneliti menggunakan komputer program SPSS for windows yang

menghasilkan angka ' xx

r

= 0,830. Dengan hasil yang demikian alat ukur

(50)

33 Data perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 5.

Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas alat

penelitian ini termasuk tinggi (0,71-0,90). Kesimpulan tersebut sesuai

dengan kriteria yang dikemukakan oleh Guilford (Masidjo, 1995:209)

seperti yang disajikan pada tabel 3.

Tabel 3

Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat Tinggi

0,71-0,90 Tinggi 0,41-0,70 Cukup 0,21-0,40 Rendah

Negatif -0,20 Sangat Rendah

D. Pengumpulan Data

1. Tahap persiapan pengumpulan data penelitian

Dalam tahap persiapan ini, peneliti melakukan berbagai usaha yaitu:

a. Meminta surat pengantar untuk melaksanakan penelitian di SMP BOPKRI 2

Yogyakarta dari prodi bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma.

b. Menghubungi tenaga bimbingan dan konseling SMP BOPKRI 2 Yogyakarta

untuk meminta izin mengadakan penelitian di sekolah yang bersangkutan.

c. Mempersiapkan kuesioner sebagai alat pengumpul data penelitian.

d. Menentukan hari dan tanggal yang telah disepakati oleh tenaga bimbingan

(51)

34

2. Tahap pelaksanaan pengumpulan data

Kuesioner yang telah diujicobakan dipergunakan untuk mengumpulkan data

penelitian. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada seluruh siswa/siswi

SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Subjek penelitian

sebanyak 45 siswa. Pengambilan data dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 1

Mei 2013. Pada tahap pelaksanaan peneliti datang ke sekolah SMP BOPKRI 2

Yogyakarta sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama. Dalam

pengambilan data, peneliti tetap mendampingi siswa di kelas, agar peneliti dapat

menjelaskan secara langsung jika ada siswa yang bertanya tentang item yang

dianggap kurang jelas. Suasana kelas ketika siswa mengisi kuisioner tersebut

sangat kondusif. Siswa sangat serius dalam memperhatikan peneliti dalam

memberikan arahan dan petunjuk dan siswa tidak mengalami kesulitan dalam

mengisi kuesioner tersebut.

E. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti untuk menganalisis data adalah

sebagai berikut:

1. Peneliti memberi skor pada masing-masing item pada setiap kuesioner yang

telah diisi oleh responden dengan mengacu pada skor dari masing-masing

alternatif jawaban.

2. Setelah memberi skor pada masing-masing item peneliti mentabulasikan seluruh

data yang telah diperoleh dan memasukan data kedalam komputer dengan

(52)

35

3. Membuat tabulasi data yang dipakai untuk penelitian dengan memberi skor

pada masing-masing item. Untuk pernyataan yang positif; skor untuk jawaban

sangat sesuai (SS) adalah 4, sesuai (S) adalah 3, tidak sesuai (TS) adalah 2 dan

sangat tidak sesuai (STS) adalah 1. Untuk penyataan negatif; skor jawaban

sangat sesuai (SS) adalah 1, sesuai (S) adalah 2, tidak sesuai (TS) adalah 3 dan

sangat tidak sesuai (STS) adalah 4.

4. Membuat pengelompokan tingkat konsep diri subjek penelitian secara umum

dengan mengacu pada pedoman Azwar (2007: 108) yang mengelompokkan

tingkat konsep diri siswa ke dalam lima kategori yaitu sangat kurang positif,

kurang positif, cukup positif, positif, dan sangat positif. Adapun norma

pengelompokan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.

5. Mencari norma atau patokan yang akan digunakan dengan mencari X maksimun

teoritik, X minimum teoritik, standar deviasi, dan mean teoritik. Untuk

menggolongkan konsep diri siswa kelas VII dan VII SMP BOPKRI 2

Yogyakarta digunakan perhitungan sebagai berikut:

X maksimum teoritik : Skor teringgi yang mungkin diperoleh

subjek penelitian dalam skala.

X minimum teoritik : Skor terendah yang mungkin diperoleh

subjek peneliti dalam skala.

σ (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6

satuan deviasi standar.

µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor maksimum dan

(53)

36

Pengelompokan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2

Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4

Pengelompokan Konsep diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012/2013

Perhitungan Skor Kategori

(54)

37

6. Langkah selanjutnya setelah selesai mengelompokkan tingkat konsep diri

siswa, peneliti juga mengelompokkan skor item yang diperoleh dari

kuesioner yang diisi oleh subjek. Langkah ini ditempuh untuk mengetahi

item mana saja yang sudah menunjukkan konsep diri yang positif dan item

mana saja yang menunjukkan konsep diri yang kurang positif. Norma

pengelompokan skor item berpedoman pada Azwar (2007: 18) yang

mengelompokkan skor ke dalam lima kelompok yaitu sangat kurang

positif, kurang positif, cukup positif, positif, dan sangat positif. Adapun

norma item konsep diri dapat dilihat pada tabel 5.

7. Pengelompokan skor item yang sangat kurang positif, kurang positif,

cukup positif, positif, dan sangat positif dengan menggunakan N = 202.

Adapun perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut:

Xitem maksimum teoritik : Skor tertinggi yang mungkin

dicapai item dalam skala.

Xitem minimum teoritik : Skor terendah yang mungkin

diperoleh item dalam skala.

Sb (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi

dalam 6 satuan deviasi standar.

µ (item teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor item

maksimum teoritik dan minimum

teoritik.

(55)

38

Xitem minimum teoritik : 45 x 1 = 45

Range : 180 – 45 = 135

σ (standar deviasi) : 135 : 6 = 22,5

µ (item teoritik) : (180+ 45) : 2 = 112,5

Setelah melihat perhitungan di atas pengelompokan skor item dapat

dilihat pada tabel 5.

Tabel 5.

Pengelompokan Skor Item Konsep diri Siswa

Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran

2012/2013

8. Setelah mengetahui hasil perhitungan seperti tabel 5, langkah yang

dilakukan peneliti selanjutnya adalah memasukaan item-item dalam

kelompok-kelompok sesuai dengan hasil pemberian skor pada

masing-masing item. Dari pengelompokan item-item tesebut kemudian dapat

diketahui item-item mana saja menunjukkan konsep diri yang positif dan

item-item menunjukkan kurang positifnya konsep diri.

Perhitungan Skor Kategori

Xitem≤ µ - 1,5 σ

112,5+33,75 < Xitem

Xitem> 146,25 Xitem > 147

(56)

39

9. Setelah mengetahi hasil skor item konsep diri, maka item-item yang

menunjukkan kurang positifnya konsep diri (kategori cukup positif,

kurang positif, dan sangat kurang positif) akan dibahas dan dibuat usulan

(57)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN DAN USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN VIII

SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA

Dalam bab ini disajikan hasil penelitian yang merupakan jawaban atas masalah

penelitian yaitu “Seberapa positif konsep diri siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2

Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?” dan “Usulan program bimbingan klasikal

manakah yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa Kelas VII dan VIII SMP

BOPKRI 2 Yogyakarta?”.

A. Hasil Penelitian

1. Konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun

ajaran 2012/2013

Berdasarkan data yang diolah didapatlah gambaran dari konsep diri siswa

Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 seperti

yang disajikan dalam tabel 6.

Tabel 6

Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

No Rentangan Skor Jumlah Siswa Presentase Kategori

1 –196 0 0% Sangat Positif

2 166 – 195 0 0% Positif

3 136 – 165 12 26,7% Cukup Positif

4 106 – 135 29 64,4% Kurang Positif

5 –105 4 8,89% Sangat Kurang

Positif

(58)

41 Dari tabel 6 tampak bahwa:

1. Tidak ada siswa (0%) yang memiliki konsep diri yang sangat positif.

2. Tidak ada siswa (0%) yang memiliki konsep diri yang positif.

3. Ada 12 siswa (26,7%) yang memiliki konsep diri yang cukup positif.

4. Ada 29 siswa (64,4%) yang memiliki konsep diri yang kurang positif.

5. Ada 4 siswa (8,89%) yang memiliki konsep diri sangat yang kurang positif.

Dapat disimpulkan bahwa konsep diri sebagian besar siswa kelas VII dan

VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 kurang positif.

2. Pengelompokan item-item konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP

BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013

Untuk meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2

Yogyakarta, peneliti membuat usulan program bimbingan klasikal. Penentuan

usulan program bimbingan klasikal dilakukan berdasarkan item-item yang

menunjukkan kurang positifnya konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI

(59)

42 Tabel 7

Item-item Kuesioner yang Menunjukkan Kurang Positifnya Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

Rentangan Skor

No. Item dan Pernyataan

Kategori Jumlah

Item

– 147 - Sangat

Positif 0 item

125 – 147 9. Saya malu untuk bertanya tentang seksualitas kepada

orang tua saya.

13. Saya cukup mampu memahami seksualitas karena orang tua memberikan pendidikan seks kepada saya. 48. Saya mengalami kesulitan dalam membagi waktu

belajar dan bermain.

59. Saya sadar bahwa saya pintar di antara teman-teman.

Positif 4 item

103 – 124 2. Saya mengalami kesulitan untuk menolak ajakan teman

4. Saya yakin warna kulit saya membuat penampilan saya menarik.

5. Saya sadar bahwa saya mudah marah.

6. Saya sadar bahwa saya lambat dalam menerima pelajaran.

12. Saya kurang terbuka untuk bercerita tentang masalah saya kepada orang lain.

30. Saya memiliki informasi yang tepat tentang seksualitas. 38. Saya memiliki rambut yang bagus.

39. Saya belum mengembangkan bakat saya dengan baik. 46. Berat badan saya ideal.

47. Saya kurang mengetahui informasi yang tepat mengenai kehidupan seksual.

50. Saya terganggu dengan tumbuhnya bulu-bulu halus pada tubuh saya.

Cukup Positif

11 item

80 – 102 3. Saya merasa kurang memiliki kesempatan untuk

mengembangkan keterampilan-ketrampilan yang perlu bagi saya.

7. Saya dihargai di lingkungan tempat tinggal saya. 10. Nama julukan yang diberikan oleh teman-teman

membuat saya malu.

14. Saya menyukai bentuk tubuh saya saat ini. 16. Saya merasa kurang mampu bergaul. 20. Saya senang dengan keadaan tubuh saya. 21. Saya sulit bergaul dengan teman-teman.

Kurang Positif

(60)

43 22. Saya meluangkan waktu untuk mengembangkan bakat

saya.

23. Untuk laki-laki, saya menyukai bentuk jakun yang saya miliki.

Untuk perempuan, saya menyukai bentuk bibir saya. 24. Saya khawatir bahwa saya tidak dapat mencapai

cita-cita saya.

25. Saya memiliki kesempatan yang baik untuk mengembangkan bakat yang saya miliki.

26. Hubungan antar pribadi dalam keluarga saya kurang harmonis.

28. Saya sadar bahwa saya kurang kreatif, karena fasilitas yang saya butuhkan kurang.

29. Bentuk rambut saya tidak sesuai dengan keinginan saya.

31. Nama saya sering diejek teman-teman, sehingga saya kurang suka bergaul.

32. Orang tua saya selalu mendorong saya untuk mengembangkan bakat saya.

33. Minat saya sesuai dengan bakat saya.

34. Keadaan tubuh saya yang kurang ideal membuat saya malu bergaul.

35. Saya merasa kesehatan saya baik.

36. Fasilitas yang tersedia di keluarga saya, membuat saya semakin mampu mengembangkan kreativitas saya. 37. Orang tua saya sering memaksa kehendak pada saya. 41. Saya tidak mempunyai teman sebaya untuk bergaul

dilingkungan saya.

42. Perubahan yang terjadi pada tubuh saya membuat saya kurang nyaman.

43. Orang tua saya memberikan kesempatan bagi saya untuk membuat pilihan saya sendiri.

44. Saya kurang senang dengan nama saya sendiri. 45. Rasanya saya tidak memiliki keinginan yang kuat

untuk mencapai cita-cita saya.

49. Saya merasa dihargai dalam keluarga saya.

51. Saya memiliki teman akrab dengan siapa saja dapat menceritakan masalah pribadi saya.

52. Saya dan anggota-anggota keluarga saya saling memahami.

53. Pendidikan orangtua saya rendah.

54. Saya betah berada di rumah karena situasi keluarga yang nyaman.

57. Saya tidak mudah terpengaruh oleh ajakan teman. 58. Saya mengelola emosi saya dengan baik.

(61)

44 Rentangan

Skor

No. Item dan Pernyataan

Kategori Jumlah

Item

79 – 1. Saya selalu bisa berinteraksi dengan teman-teman.

8. Saya mengetahui cara-cara yang tepat untuk menjaga kesehatan saya.

11. Saya sulit bergaul dengan teman-teman.

15. Saya bersyukur memiliki orang tua yang bersikap adil kepada saya.

17. Suasana hidup di dalam keluarga saya menyenangkan. 18. Saya berprasangka buruk kepada saudara saya yang

lebih pandai.

19. Komunikasi antar anggota keluarga saya kurang baik. 27. Saya selalu menjaga penampilan saya.

40. Saya merasa mendapatkan dukungan dari teman-teman untuk mewujudkan cita-cita saya.

55. Saya terus berusaha meningkatkan keterampilan saya yang akan menjadi bekal saya di masa depan.

56. Saya senang dengan nama saya.

Sangat Kurang Positif

11 item

Dari tabel 7, tampaklah item-item yang menunjukkan kurang positifnya konsep

diri siswa (kategori cukup positif, kurang positif dan sangat kurang positif). Berdasarkan

isi item-item tersebutlah dibuat usulan program bimbingan klasikal untuk meningkatkan

(62)

45

B. Pembahasan

Supaya tidak terjadi tumpang tindih dan untuk menghindari pengulangan yang

tidak perlu, dalam pembahasan ini peneliti menggabungkan kategori sangat positif,

positif menjadi satu dan disebut positif. Kategori cukup positif, kurang positif dan

sangat kurang positif digabung menjadi satu, dan disebut kurang positif. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI

2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 termasuk kurang positif.

Pada awal penelitian, peneliti menduga bahwa konsep diri siswa kelas VII

dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 negatif. Dugaan

berdasarkan apa yang di amati peneliti di sekolah tersebut: 1) Siswa pada umumnya

berasal dari lingkungan keluarga yang mengalami permasalahan. Misalnya

anak-anak berasal dari keluarga yang broken home, tinggal hanya dengan ayah atau ibu,

sehingga kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya; 2)

Kebanyakan siswa mengalami kesulitan ekonomi, korban dari perpisahan orang

tuanya. Masalah-masalah yang dialami oleh siswa terbawa dalam lingkungan

sekolah dan dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan siswa; 3)

Pengalaman peneliti saat menjalani Praktek Pengalaman Lapangan di SMP

BOPKRI 2 Yogyakarta. Idealnya guru membantu siswa agar konsep dirinya positif.

Tetapi guru-guru umumnya lebih mendidik siswa untuk taat pada peraturan yang

ditetapkan oleh sekolah. Hasil penelitian ini sejalan dengan dugaan awal peneliti

yaitu konsep siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran

Gambar

Tabel 1:  Tabel Rincian Subyek Penelitian Siswa Kelas VII dan VIII SMP
Tabel 1 Rincian Subjek Penelitian Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner
Tabel 3 Indeks Korelasi Reliabilitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

reDhdtu dibnh]* jcrdd

Strategi diferensiasi saluran distribusi dan keunggulan bersaing...33... Faktor yang mempengaruhi

Namun dalam penelitian ini belum diteliti faktor risiko yang berhubungan dengan gaya hidup seperti merokok, obesitas, aktifitas fisik dan pola dietb. Berdasarkan

Karena fitur keamanan yang ada pada standar 802.11 tidak menyediakan integritas pesan yang kuat, bentuk lain dari serangan aktif yang membobol integritas sistem sangat

( I ) Total laju tangkap ikan demersal dengan pukat ikan di perairan Pulau Berhala tahun 2003 sebesar 127,7 kg/jam, dengan estimasi kepadatan stok ikan demersal sebesar

membuat aplikasi dalam Android adalah Adobe Flash dengan. bahasa pemrograman Actionscript

aom ya asrk rajam dibandnB jahe gajah, dan nsnya p.das Jahe remh ncnrpunyai rimpang lebih kecil dibrddinlkai jahc lajan n.upun jahc k.cil.. Rcspimsi akan

Manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan interaktif company profile perusahaan jasa konstruksi CV.. Menjadi referensi bagi kalangan desainer 3D maupun animator