i
DESKRIPSI KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN VIII
SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013
DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL
UNTUK PENGEMBANGAN KONSEP DIRI SISWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Lenytha Puri Puspitasari NIM: 081114019
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO
“Mereka yang memuja Aku sendiri
Merenungkan Aku selalu,
Kepada mereka akan kubawakan segala apa yang mereka
tidak punya
Dan Ku-lindungi segala apa yang mereka miliki”.
v
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Sang Hyang Widhi Wasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Program Studi Bimbingan dan Konseling
SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Keluarga: Bapak Tugimin S,Ag
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 13 November 2013 Penulis
Lenytha Puri Puspitasari
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
PUBLIKASI KARYA ILAMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Lenytha Puri Puspitasari
Nomor Mahasiswa: 081114019
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
DESKRIPSI KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN VIII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN
IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK PENGEMBANGAN KONSEP DIRI
SISWA
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal 13 November 2013
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
DESKRIPSI KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN VIII
SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK PENGEMBANGAN
KONSEP DIRI SISWA
Lenytha Puri Puspitasari Universitas Sanata Dharma
2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepositifan konsep diri siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan membuat usulan program bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Subjek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 45 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap konsep diri siswa-siswi. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner langsung tertutup. Data dianalisis berdasarkan kriteria Azwar. Pengelompokan disusun berdasarkan distribusi normal dengan model pengelompokan jenjang dengan lima jenjang yaitu: sangat positif, positif, cukup positif, kurang positif, sangat kurang positif.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: Tidak ada siswa (0%) yang memiliki konsep diri yang sangat positif, tidak ada siswa (0%) yang memiliki konsep diri yang positif, ada 12 siswa (26,7%) yang memiliki konsep diri yang cukup positif, ada 29 siswa (64,4%) yang memiliki konsep diri yang kurang positif, ada 4 siswa (8,89%) yang memiliki konsep diri yang sangat kurang positif. Peneliti menyimpulkan bahwa konsep diri sebagian besar siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 kurang positif.
ix
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rakhmat yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan, perhatian, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Kaprodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dan memberikan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam membimbing, mendampingi penulis pada setiap tahap dan seluruh proses penyusunan skripsi ini.
3. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A., selaku Wakil Kaprodi dan Sekretaris Prodi Bimbingan dan Konseling yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini.
xi
5. Karyawan sekretariat Prodi Bimbingan dan Konseling: Stefanus Priyatmoko atas pelayanan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Yulianus,S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Bopkri 2 Yogyakarta yang berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Dra. Siswinarni., selaku Koordinator Bimbingan dan Konseling SMP Bopkri 2 Yogyakarta yang berkenan menerima dan memberikan saran dalam melaksanakan penelitian.
8. Para siswa-siswi Kelas VII dan VIII SMP Bopkri 2 Yogyakarta atas waktu dan kesediaannya sebagai responden dalam pengumpulan data.
9. Keluarga Tugimin S.Ag yang telah memberikan kasih sayang, cinta kasih dan harapan serta tanpa henti mendukung penulis untuk terus semangat dan berusaha keras dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Keluarga Gunadi yang senatiasa selalu memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
11.Teman terdekatku, Gregorius Yanuar Anggryawan yang penuh cinta kasih menemani, menghibur, mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 12.Sahabat tersayang dan terkasih Paskalia Sri Norvita Dewi dan Wilhelmina
Maran yang telah setia dari awal kuliah sampai akhir kuliah selalu bersama, menemani, berbagi suka dan duka, membantu dan memberikan perhatian yang tulus kepada penulis.
xii
14.Teman-teman prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2008 yang telah memberikan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
15.Karyawan perpustakaan USD dan UGM atas pelayanan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi pemerhati di bidang bimbingan baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Definisi Operasional ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6
A. Hakekat Konsep Diri ... 6
1. Pengertian konsep diri ... 6
2. Jenis-jenis konsep diri ... 8
3. Perkembangan konsep diri ... 9
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi diri ... 10
xiv
B. Konsep Diri Siswa SMP Sebagai Remaja ... 16
1. Remaja ... 16
a. Pengertian remaja ... 16
b. Ciri-ciri remaja ... 17
2. Konsep diri siswa SMP sebagai remaja ... 20
C. Bimbingan Klasikal Untuk Pengembangan Konsep Diri... 21
1. Pengertian bimbingan ... 21
2. Syarat-syarat program bimbingan ... 22
3. Bimbingan klasikal ... 23
a. Pengertian bimbingan klasikal ... 23
b. Tujuan bimbingan klasikal ... 23
c. Bimbingan klasikal untuk pengembangan konsep diri .. 24
D. Tinjauan Peneliti Lain Yang Relevan ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26
A. Jenis Penelitian ... 26
B. Populasi Penelitian ... 26
C. Instrumen Pengumpulan Data ... 27
1. Jenis instrumen ... 27
2. Kisi-kisi kuesioner dan penentuan skor ... 28
3. Uji coba kuesioner ... 30
D. Pengumpulan Data ... 33
1. Tahap persiapan pengumpulan data penelitian ... 33
2. Tahap pelaksanaan pengumpulan data ... 34
xv
BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN DAN USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN
VII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA ... 40
A. Hasil Penelitian ... 40
B. Pembahasan ... 45
C. Usulan Program Bimbingan Klasikal yang Sesuai untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta ... 48
BAB V PENUTUP ... 55
A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 55
C. Keterbatasan Penelitian ... 56
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Tabel Rincian Subyek Penelitian Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ... 27 Tabel 2: Kisi-Kisi Kuesioner ... 29 Tabel 3: Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford ... 33 Tabel 4: Pengelompokan Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VII SMP
BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ... 36 Tabel 5 : Pengelompokan Skor Item Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VII
BOPKRI Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ... 38 Tabel 6: Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2
Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ... 40 Tabel 7: Item-Item Kuesioner Yang Menunjukkan kurang positifnya
Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 42 Tabel 8: Usulan Program Bimbingan Klasikal Untuk Meningkatkan
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP
BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 (Uji Coba) .. 59 Lampiran 2 : Data Uji Coba ... 62 Lampiran 3 : Data Perhitungan Validitas Kuesioner ... 63 Lampiran 4 : Kuesioner Konsep Diri Siswa Kelas VII Dan VIII SMP
BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 (Final) ... 72 Lampiran 5 : Hasil Perhitungan Taraf Reliabilitas ... 75 Lampiran 6 : Tabulasi Data Penelitian Seluruh Kelas VII dan VIII SMP
BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ... 76 Lampiran 7 : Hasil Kategori Skor Azwar ... 77 Lampiran 8 : Surat Keterangan Ijin Uji Coba dan Ijin Melakukan
1 BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian mengenai (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan
Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, dan (5) Definisi Operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan secara unik, berbeda satu sama lainnya. Perbedaan
individual ini bersifat alami. Dalam rentang kehidupannya, manusia akan melalui
fase-fase perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa
dewasa. Yang menjadi pusat perhatian penelitian ini adalah masa remaja. Masa
remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Masa remaja seringkali dikenal sebagai fase mencari jati diri. Pada masa ini remaja
menuju ke arah kematangan seperti kematangan fisik, kematangan sosial dan
psikologisnya.
Remaja tidak lagi dipandang sebagai anak yang memiliki sifat
kekanak-kanakan. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat
diterima secara penuh sebagai orang dewasa. Pada fase ini remaja menghadapi
berbagai lingkungan, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat. Kondisi yang dihadapi tersebut membuat remaja memiliki
pemikiran tentang siapa dirinya dan apa yang membuatnya berbeda dengan orang
lain. Lingkungan turut membantu remaja menemukan identitasnya dan
mempengaruhi perkembangannya. Erikson (Gunarsa dan Gunarsa, 1981) menegaskan
2 memperlakukan remaja akan mempengaruhi pandangan remaja tentang dirinya
sendiri.
Pendapat orang lain dapat berpengaruh pada bagaimana remaja memahami
dirinya sendiri. Dalam memahami dirinya, individu mencoba memandang dan menilai
dirinya apakah positif atau negatif. Pandangan individu tentang dirinya sendiri
dinamakan konsep diri. Konsep diri terbentuk dari pengalaman individu dalam
berhubungan dengan individu lain. Dalam berinteraksi, setiap individu akan
menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan akan dijadikan cermin bagi individu
untuk menilai dan memandang dirinya sendiri.
Pada saat seseorang memasuki jenjang keremajaannya, ia mengalami
berbagai macam perubahan dalam kehidupannya termasuk perubahan dalam
berinteraksi dengan orang lain. Begitu pula halnya dengan para siswa SMP yang
mencari jati dirinya. Mereka juga mengalami perubahan yang tidak hanya
menyangkut perubahan yang dapat diamati secara langsung, misalnya
perubahan-perubahan fisik dan tingkah laku, interaksi dengan orang lain, akan tetapi juga
perubahan yang lebih halus seperti konsep diri. Konsep diri yang dibutuhkan remaja
adalah konsep diri yang positif. Apabila remaja memiliki konsep diri yang positif,
individu akan menjalani kehidupannya dengan baik. Sebaliknya, jika individu
memiliki konsep diri yang negatif, individu akan mengalami hambatan dalam
perkembangannya. Konsep diri yang positif sangat penting dalam perkembangan
hidup remaja.
Siswa-siswi remaja di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta pada umumnya
berasal dari lingkungan keluarga yang mengalami permasalahan. Misalnya
3 Ada yang kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua. Selain itu
kebanyakan dari mereka tinggal di pinggiran kali Code yang penduduknya
mayoritas pengemis dan ada anak-anak jalanan yang tidak sekolah, sehingga ikut
mempengaruhi perilaku dan pola pikir anak-anak yang tinggal di pinggiran kali
Code. Kebanyakan dari siswa-siswi tersebut mengalami kesulitan ekonomi,
korban dari perpisahan orang tuanya. Masalah-masalah yang dialami oleh siswa
terbawa dalam lingkungan sekolah dan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan siswa; pertumbungan dan perkembangan siswa menjadi tidak utuh
dan kurang maksimal khususnya dalam hal konsep diri yang merupakan inti
penting dari pribadi seseorang.
Dari hasil pengamatan di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta muncul kesan
bahwa konsep diri siswa-siswi pada umumnya negatif. Kesan ini muncul ketika
praktikan menjalani Praktek Pengalaman Lapangan di SMP BOPKRI 2
Yogyakarta. Seharusnya guru membantu siswa agar konsep dirinya positif. Tetapi
tampaknya guru di sana lebih mendidik siswa untuk taat pada peraturan yang
ditetapkan oleh sekolah. Kesan ini timbul sesudah memperhatikan cara guru
memperlakukan siswa. Ada guru yang tindakan, kata-kata, dan sikapnya terhadap
siswa yang terlambat datang ke sekolah rasanya kurang tepat; guru cenderung
memarahi dan memberi skorsing ketika siswa melakukan pelanggaran. Ada guru
yang komentar-komentarnya dapat membuat siswa kurang percaya diri. Ada
siswa yang menjadi takut tampil di muka kelas. Berdasarkan kesan tersebut,
dianggap perlu dilakukan suatu penelitian tentang konsep diri Kelas VII dan VIII
4 diri siswa negatif, dapatlah direncanakan program yang sesuai untuk
meningkatkan konsep diri siswa.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini pertanyaan yang mau dijawab adalah sebagai berikut:
1. Seberapa positif konsep diri siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2
Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?
2. Program bimbingan klasikal yang manakah yang sesuai untuk mengembangkan
konsep diri siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui tingkat kepositifan konsep diri siswa siswi Kelas VII dan VIII SMP
BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.
2. Membuat usulan program bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Memberikan gambaran mengenai kepositifan konsep diri siswa siswi kelas
VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Guru Pembimbing
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada guru
pembimbing untuk melakukan kegiatan yang tepat untuk mengembangkan
konsep diri siswa.
b. Bagi Peneliti lain
Peneliti lain dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai sumber inspirasi
untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan konsep diri.
E. Definisi Operasional
1. Konsep diri (self concept) adalah keseluruhan gambaran, pandangan atau
keyakinan dan penghargaan atau perasaan tentang dirinya, seperti yang
dimaksudkan dalam butir-butir kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini.
2. Siswa- siswi Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta adalah semua anak
didik yang terdaftar sebagai siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2
Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.
3. Usulan program bimbingan klasikal merupakan pokok-pokok bahasan yang
diusulkan untuk diberikan kepada siswa saat bimbingan di kelas dalam waktu
6 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi uraian mengenai (1) Hakekat Konsep Diri (pengertian konsep diri,
faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri, perkembangan konsep diri, jenis-jenis
konsep diri, Usaha-Usaha untuk mengembangkan konsep diri remaja); (2) Konsep Diri
Siswa SMP Sebagai Remaja (remaja, konsep diri siswa SMP sebagai remaja); (3)
Bimbingan Klasikal untuk Pengembangan Konsep Diri; (4) Tinjauan Peneliti Lain yang
Relevan.
A. Hakekat Konsep Diri
1. Pengertian konsep diri
Pengertian konsep diri telah diuraikan oleh berbagai tokoh di bidang
psikologi, antara lain:
a. Allport (Schultz, 1991) menyinggung konsep diri, namun istilah yang
digunakan adalah proprium. Allport mendefinisikan proprium sebagai hal atau
proses yang penting dan bersifat pribadi, yang menentukan keunikan individu.
Konsep diri dikatakan sebagai bagian penting karena terdapat proses
pencarian jati diri untuk mengetahui individu tersebut memiliki konsep diri
positif atau negatif. Dengan begitu individu mampu mengaktualisasikan diri
dalam kehidupannya. Dapat dipahami bahwa konsep diri juga dapat menjadi
suatu refleksi terhadap diri sendiri yang akan menunjang individu dalam
7
b. Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang berisikan bagaimana
individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi, bagaimana individu merasa
tentang dirinya sendiri dan individu menginginkan dirinya menjadi manusia
yang bagaimana. Konsep diri merupakan pandangan individu mengenai
dirinya sendiri (Centi, 1993).
c. Konsep diri menurut Burns (Sinurat, 2005: 16) adalah keseluruhan gambaran
dan penghargaan seseorang tentang dirinya sendiri. Dalam konsep diri
terdapat elemen deskriptif dan elemen evaluasi. Elemen deskriptif kerap
disebut potret diri atau gambaran diri dan elemen evaluatif sering disebut
harga diri.
d. Konsep diri (self concept) menurut peneliti adalah keseluruhan gambaran,
pandangan atau keyakinan dan penghargaan atau perasaan seseorang tentang
8 2. Jenis-jenis konsep diri
Terdapat berbagai pandangan, gambaran, keyakinan dan sikap orang
terhadap diri sendiri. Karena itu ada berbagai konsep diri. Konsep diri dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Konsep diri yang positif
Konsep diri yang positif terbentuk antara lain karena ada kasih sayang,
penerimaan dan penghargaan dari tokoh-tokoh signifikan dalam
lingkungan hidup individu (Burns, 1993: 72). Tokoh-tokoh yang
berpengaruh dalam hidup remaja antara lain orang tua, guru, teman
sebaya. Jika orang tua, guru dan teman sebaya mendukung dan
mendorong remaja maka konsep dirinya akan positif. Orang yang
memiliki konsep diri yang positif adalah orang yang memiliki gambaran,
pandangan atau keyakinan dan penghargaan atau perasaan yang positif
9
b. Konsep diri yang negatif
Remaja dengan konsep diri yang negatif biasanya berfikir
tentang diri sendiri terutama dari segi negatif, dan sulit menemukan
hal-hal yang pantas dihargai dalam dirinya sendiri. Hal ini terjadi karena
dipengaruhi tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam hidup remaja seperti,
orang tua, guru, teman sebaya dan orang lain. Jika orang tua, guru, teman
sebaya ataupun orang lain cenderung merendahkan, meremehkan,
mempermalukan, dan menolak remaja maka sikap remaja itu terhadap
dirinya akan negatif.
Orang yang konsep dirinya negatif cenderung memusatkan
perhatian pada hal yang negatif dalam dirinya. Konsep diri negatif juga
mendorong remaja untuk membuat perbandingan negatif dengan orang
lain sehingga remaja yang bersangkutan merasa rendah diri. Misalnya
remaja yang memiliki konsep diri yang negatif biasanya cenderung pasif
dan tidak percaya pada dirinya sendiri dan memiliki pemikiran yang buruk
tentang dirinya, serta selalu mengganggap orang lain lebih unggul atau
lebih baik dari pada dirinya.
3. Perkembangan konsep diri
Konsep diri tidak terbentuk secara instan. Sewaktu individu baru lahir,
individu belum memiliki pengetahuan tentang dirinya, belum memiliki
harapan-harapan yang ingin dicapai serta belum memiliki penilaian terhadap diri sendiri.
10 remaja karena lingkungan pertama tempat individu berinteraksi adalah keluarga.
Sikap dan respons orangtua akan menjadi informasi untuk menilai dirinya. Dalam
keluarga yang tulus menerima, menyayangi, mencintai dan menghargai remaja,
remaja dapat memandang dirinya secara positif. Jika seseorang ditolak atau
diabaikan, maka dia akan cenderung menolak dirinya. Konsep diri yang telah
terbentuk dalam lingkungan keluarga selanjutnya mengalami perubahan sewaktu
berinteraksi dengan orang lain, seperti teman sebaya, guru serta orang dewasa
lainnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa interaksi sosial
dengan orang-orang sekitar turut mempengaruhi perkembangan konsep diri.
Konsep diri berkembang seiring dengan pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya. Konsep diri mempunyai sifat yang dinamis dalam arti
selalu mengalami perubahan. Orang yang memasuki usia remaja mengalami masa
yang sangat potensial untuk perkembangan konsep dirinya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Konsep diri dapat terus berkembang. Remaja dituntut untuk dapat
mengembangkan konsep diri yang positif. Faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep diri remaja menurut Hurlock (1996) adalah:
a. Usia kematangan
Masa remaja merupakan masa menemukan diri untuk menjadi pribadi
11 usia 12 sampai 15 tahun, masa remaja tengah yaitu usia 15 sampai 18 tahun
dan masa remaja akhir yaitu usia 18 sampai 21 tahun.
Remaja yang berada pada usia tertentu yang matang lebih awal akan lebih
mampu menjalankan peran dewasa dengan baik dan dapat mengembangkan
konsep diri yang positif. Sedangkan remaja yang terlambat dalam kematangan
dan yang diperlakukan seperti anak-anak akan mengalami kesulitan dalam
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Ia akan cenderung menarik diri dari
lingkungannya tersebut, sehingga cenderung memiliki konsep diri yang
negatif.
b. Penampilan diri
Di masa remaja penampilan diri yang berbeda membuat remaja akan
merasa rendah diri meskipun ada perbedaan yang menambah daya tarik bagi
masing-masing remaja. Penampilan diri akan berhubungan dengan
perkembangan fisik dan perkembangan seksual.
Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja antara lain perubahan
dalam tinggi badan dan perubahan berat badan. Dalam hal perubahan dalam
tinggi badan anak laki-laki mengalami penambahan pertumbuhan selama 2
tahun lebih cepat pada masa kanak-kanak daripada anak perempuan. Karena
itu anak perempuan kelihatan lebih pendek dibanding dengan rata-rata
laki-laki. Pada masa remaja berat badan juga akan mengalami peningkatan, tetapi
peningkatan tersebut lebih mudah dipengaruhi diet dan gaya hidup.
Remaja juga mengalami perubahan seksual. Perubahan ditandai dengan
12 ditandai pada alat vital yang mengalami mimpi basah sedangkan ciri-ciri
kelamin primer pada perempuan ditandai dengan menstruasi, pembesaran
pinggul dan bahu. Untuk ciri-ciri kelamin sekunder laki-laki terlihat pada
tumbuhnya kumis, janggut, jakun, suara berat, tumbuh bulu-bulu halus pada
tubuh, sedangkan ciri-ciri kelamin sekunder pada perempuan terlihat pada
pinggul yang membesar, bahu yang melebar dan tumbuh bulu di ketiak.
Daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang menyenangkan yang akan
menambah dukungan sosial dan kepercayaan diri sehingga akan terbentuk
konsep diri yang positif. Sedangkan jika seorang individu merasa tidak
menarik secara fisik akan timbul konsep diri yang negatif sehingga cenderung
menarik diri dan sulit bergaul dengan teman sebaya ataupun lingkungannya.
c. Kepatutan seks
Kepatutan seks menunjuk pada cara pandang remaja mengenai
seksualitasnya yang berisikan informasi mengenai seks. Cara pandang remaja
mengenai kehidupan seks dapat diperoleh melalui media massa dan
pendidikan seks dari orang tua.
Media masa seperti surat kabar, televisi dan media lainnya memiliki peran
dalam memberikan informasi mengenai kehidupan seks. Peran orang tua
dalam memberikan pendidikan seks ialah memberikan pemahaman mengenai
kehidupan seks agar remaja tidak tabu terhadap kehidupan seksualitasnya dan
13 Jika seorang individu mempunyai cara pandang yang luas serta informasi
yang cukup mengenai kehidupan seks, individu akan memiliki konsep diri
yang positif.
d. Nama dan nama julukan
Remaja terlalu peka dan malu bila teman-teman sekelompok menilai
namanya buruk atau bila mereka memberikan nama julukan yang bernada
cemooh. Kuatnya perasaan remaja terhadap namanya dipengaruhi dua faktor
yaitu semakin sering nama digunakan dan kuatnya perasaan kurang senang
terhadap nama.
Semakin sering nama yang tidak disukai digunakan oleh orang lain
semakin nama itu dapat berpengaruh terhadap dirinya. Semakin kuat rasa
menyukai nama yang digunakan dalam interaksi sosialnya maka remaja
memiliki konsep diri yang positif terhadap nama yang dimiliki. Sedangkan
jika remaja memiliki perasaan kurang senang terhadap namanya sendiri, maka
remaja merasa minder atau khawatir jika di cemooh temannya sehingga
remaja mempunyai konsep diri yang negatif.
e. Hubungan keluarga
Hubungan keluarga yang baik dipengaruhi oleh sikap orang tua yang
bersikap positif terhadap anak, misalnya memberikan perhatian dan kasih
sayang yang adil. Sikap orang tua akan mempengaruhi hubungan anggota
keluarga yang lain. Hal ini mempunyai pengaruh positif terhadap
14 Ukuran keluarga juga menentukan kualitas hubungan antara anggota
keluarga. Jika satu keluarga mempunyai jumlah anggota yang banyak akan
terjadi kecenderungan perhatian yang terbagi dan kurangnya komunikasi,
sehingga remaja yang bersangkutan kurang mendapatkan perhatian yang
maksimal. Untuk itu keharmonisan keluarga harus didukung oleh pola
komunikasi di rumah. Remaja yang tinggal dalam keluarga yang selalu
mengutamakan komunikasi antar anggota keluarga akan memberi pengaruh
positif terhadap perkembangan konsep dirinya.
f. Teman-teman sebaya
Teman-teman sebaya memberikan pengaruh pada pola kepribadian
remaja, antara lain konsep diri. Konsep diri merupakan cermin dan anggapan
tentang konsep teman-teman mengenai dirinya dan digunakan untuk
mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok. Teman
sebaya mempengaruhi pola pikir dan perilaku individu dalam kehidupan
sehari-hari.
Jika remaja mempunyai teman sebaya yang mempunyai pola pikir yang
rasional, mempunyai perilaku yang positif, menimbulkan pengaruh yang baik
terhadap individu tersebut maka remja yang bersangkutan memiliki konsep
diri positif.
g. Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu.
Kreativitas seseorang dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan orang tua,
15 kreatif dapat memberikan pengaruh positif pada konsep dirinya. Semakin
remaja kreatif, semakin berprestasi, prestasinya dihargai dan diterima oleh
orang lain berarti konsep dirinya positif.
h. Cita-cita
Bila seorang remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik dan
mengalami kegagalan maka akan timbul perasaan tidak mampu dan timbul
konsep diri yang negatif. Berbeda dengan remaja yang realistik dalam
cita-citanya. Besar kemungkinannya dia berhasil, jika memang berhasil, konsep
dirinya akan positif. Kalau remaja mempunyai cita-cita yang realistik dan
sesuai dengan minat dan bakat, dia akan cenderung berhasil dan konsep
dirinya pun akan berpengaruh secara positif.
Faktor-faktor tersebutlah dijadikan sumber inspirasi dalam menyusun kisi-kisi dan
item-item kuesioner.
5. Usaha-Usaha untuk mengembangkan konsep diri remaja
Menurut Sinurat (2005) ada berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh
para pendidik khususnya konselor sekolah dalam membantu mengembangkan
konsep diri para remaja (siswa) yaitu:
a. Menjadi konselor sekoah yang memiliki konsep diri yang positif, sehingga
dapat membantu siswa mengembangkan konsep diri positif atau menjadi
orang yang memiliki konsep diri yang positif.
b. Menjadi konselor sekolah yang bersikap membesarkan hati siswa (becoming
16
c. Membantu siswa akan segi-segi positifnya.
d. Membantu siswa memenuhi kebutuhannya.
e. Melakukan kegiatan atau latihan untuk mnegembangkan konsep diri siswa.
B. Konsep Diri Siswa SMP Sebagai Remaja
1. Remaja
a. Pengertian remaja
Piaget (Hurlock, 1996) mengatakan bahwa secara psikologis, masa remaja
adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa; remaja
tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada
di tingkat yang sama. Remaja mulai menyadari dirinya tumbuh menjadi orang
dewasa secara bertahap. Masa remaja disebut juga masa transisi dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa. Dalam masa transisi tersebut terjadi perubahan-perubahan
antara lain perubahan secara fisik, emosional, sosial.
Masa remaja meliputi masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja
tengah (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun). Masa remaja awal
bisa disebut sebagai masa negatif. Masih kurangnya pengendalian terhadap ego
menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa yang
membuat remaja cenderung menarik diri dari lingkungannya atau menarik diri
dari lingkungan masyarakat. Masa remaja tengah adalah masa dimana remaja
sangat membutuhkan teman-teman. Remaja mulai mencari teman yang dapat
17 yang sama dengan dirinya. Masa remaja akhir merupakan masa penemuan
identitas diri dan perubahan pandangan yang lebih realistis. Remaja diharapkan
dapat berpikir secara obyektif terhadap sesuatu yang dihadapi.
b. Ciri-ciri masa remaja
Menurut Hurlock (1996), ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut:
1) Masa remaja sebagai periode penting.
Pada periode ini remaja mengalami berbagai perkembangan seperti
perkembangan fisik dan perkembangan emosi. Di awal masa remaja
ketegangan emosi meningkat. Oleh sebab itu remaja dalam perkembangannya
membutuhkan penyesuaian.
Jika remaja mampu menerima segala perubahan fisik yang ada pada
dirinya dan mampu mengelola emosinya dengan baik maka remaja yang
bersangkutan akan mempunyai konsep diri yang positif. Sebaliknya, jika
remaja cenderung tidak menerima perubahan fisik dan tidak mampu
mengontrol emosinya remaja dapat mempunyai konsep diri yang negatif.
2) Masa remaja sebagai masa peralihan.
Pada masa peralihan status remaja bukan sebagai anak-anak lagi namun
belum saatnya juga disebut sebagai orang dewasa. Peralihan merupakan
perpindahan dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan
18 menemukan yang paling sesuai, sekaligus menentukan perilaku, nilai dan sifat
yang paling sesuai untuknya.
Jika pada masa ini remaja mampu menentukan perilaku yang baik,
mengetahui norma dan patokan yang sesuai dengan dirinya maka remaja akan
membentuk dirinya menjadi remaja yang mempunyai konsep diri yang
positif.
3) Masa remaja sebagai usia bermasalah
Pada periode ini remaja menganggap dirinya sudah mampu dan tidak mau
meminta bantuan pada orang tua, bahkan terkadang merasa mandiri dan
menolak bantuan orang dewasa. Tidak jarang antara remaja dan orang tua
terjadi perbedaan pendapat, sehingga seringkali masalah muncul.
Pada masa ini remaja cenderung egois dan tidak mau diatur oleh orang
lain. Remaja menganggap apa yang diputuskannya adalah yang paling benar.
Jika remaja selalu terbawa dengan emosinya tanpa memikirkan
pertimbangan-pertimbangan lain dari orang lain maka remaja cenderung
mempunyai konsep diri yang negatif. Tetapi jika remaja mau meminta
pendapat orang lain, selalu berfikir ulang untuk setiap hal yang diambil,
menimbang segala konsekuensi yang di ambilnya maka remaja akan
19
4) Masa remaja sebagai periode mencari identitas
Pada periode ini remaja mulai mencari identitas diri dengan berusaha
mencari dan menemukan figur yang dapat dijadikan idolanya. Mereka mulai
mendambakan diri yang sesuai baginya, yakni identitas dirinya sendiri.
Jika remaja menyadari segala kelebihannya, minat dan bakatnya serta
mampu mengembangkannya secara maksimal, maka konsep dirinya akan
positif.
5) Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan
Dalam kehidupan di masyarakat orang dewasa seringkali mengembangkan
pandangan yang cenderung negatif terhadap remaja. Remaja sering takut
tidak mampu mengatasi masalah-masalahnya yang berpengaruh pada konsep
dirinya.
Jika remaja mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, konsep
dirinya akan positif.
6) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Pada periode ini remaja sering melihat sesuatu menurut keinginannya dan
bukan seperti apa adanya. Remaja kurang mampu bersikap rasional dan
kurang objektif terhadap dirinya dan lingkungan. Hal ini sering menyebabkan
remaja mengalami kegagalan dan kekecewaan sehingga akan timbul konsep
diri yang negatif. Tetapi jika remaja mampu bersikap rasional dan realistik
terhadap diri dan lingkungannya serta mampu menerima kegagalan dalam
20
7) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Pada periode ini remaja mulai menunjukkan perilaku yang dianggap
sebagai tanda dewasa, seperti merokok dan melibatkan diri dalam kegiatan
organisasi tertentu di masyarakat. Remaja menganggap bahwa perilaku ini
akan memberi citra yang mereka inginkan.
Jika remaja mampu membawa diri secara positif, tidak terpengaruh oleh
pergaulan yang negatif, maka konsep dirinya akan positif. Tetapi jika remaja
cenderung terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang buruk, maka konsep
dirinya negatif.
2. Konsep diri siswa SMP sebagai remaja
Siswa SMP berada pada masa remaja. Masa remaja adalah suatu masa
transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Remaja dikatakan berada pada
masa transisi karena terjadi perubahan-perubahan sangat menonjol yang dialami
oleh remaja. Perubahan-perubahan ini terjadi, baik dalam aspek jasmaniah,
rohaniah, emosional maupun sosial, sehingga terjadi perubahan pada tingkah
laku remaja yang bersangkutan. Dengan perubahan-perubahan tersebut remaja
mulai menyadari akan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Masa remaja
merupakan masa transisi yang penuh dengan berbagai macam perubahan
(Gunarso, 1996: 236). Pada masa ini remaja mengalami perubahan tidak hanya
perubahan yang dapat diamati secara langsung, misalnya perubahan fisik dan
21 Konsep diri siswa berkembang melalui interaksinya dengan orang lain.
Cara perlakuan orang lain terhadap siswa tersebut sangat mempengaruhi konsep
diri siswa, jika siswa diterima dengan baik dlingkungannya, diperlakukan secara
baik di lingkungannya maka siswa akan merasa senang dan konsep diri siswa
akan positif tetapi jika siswa sering memperoleh pengalaman-pengalaman yang
negatif dari orang lain, lingkungan sekitarnya maka akan menimbulkan konsep
diri yang negatif.
Sekolah sebagai lingkungan di luar keluarga, turut berperan penting dalam
perkembangan konsep diri siswa. Sekolah dapat mengubah konsep diri siswa
yang sudah terbentuk di keluarganya. Bila guru menerima, menghargai,
mencintai, memberi peneguhan serta membantu dalam mewujudkan dan
mengembangkan kemampuannya, maka siswa akan mengembangkan konsep
diri yang positif. Tetapi jika guru bersikap meremehkan, merendahkan, menolak,
tidak memberi perhatian, maka siswa akan mengembangkan konsep diri yang
negatif. Siswa yang memiliki konsep diri yang negatif akan sulit menerima diri
apa adanya dan memiliki pengharapan yang tidak realistis.
C. Bimbingan Klasikal Untuk Pengembangan Konsep Diri
1. Pengertian bimbingan
Bimbingan diartikan sebagai pemberian bantuan kepada individu agar
individu yang bersangkutan semakin memahami dirinya, mengaktualisasikan
22 sekolah memusatkan pelayanannya pada peserta didik sebagai individu yang
harus mengembangkan kepribadiannya. Siswa SMP sebagai remaja memang
sangat memerlukan bimbingan, terutama dalam pengembangan konsep dirinya.
Mereka merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang menjadi
semakin dewasa. Sekolah sebagai institusi pendidikan perlu membantu siswa
dalam mengembangkan konsep dirinya, antara lain melalui kegiatan bimbingan
klasikal.
2. Syarat-syarat program bimbingan
Program bimbingan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan
orang yang akan dilayani. Prayitno dkk (1997) mengemukakan bahwa dalam
menyusun suatu program bimbingan hendaknya diperhatikan syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Berdasarkan masalah binimbing, sesuai dengan kondisi pribadinya serta
tugas-tugas perkembangannya.
b. Lengkap dan menyeluruh, memuat segenap fungsi bimbingan, meliputi
semua jenis layanan, dan kegiatan pendukung, serta menjamin
dipenuhinya prinsip-prinsip dan asas-asas bimbingan.
c. Sistematis, dalam arti program disusun menurut urutan logis,
23
d. Terbuka dan luwes, sehingga mudah menerima masukan untuk
mengembangkan dan menyempurnakan program tanpa harus merombak
program itu secara menyeluruh.
e. Memungkinkan kerjasama dengan pihak yang terkait.
f. Memungkinkan diselenggarakannya penilaian lebih lanjut untuk
penyempurnaan program.
3. Bimbingan klasikal
a. Pengertian bimbingan klasikal
Program bimbingan adalah suatu rangkaian topik yang menjadi
bahan bimbingan secara terencana selama periode tertentu. Suatu program
yang disusun berdasarkan suatu kebutuhan para siswa tertentu yang
menjadi pegangan dalam pelaksanaan bimbingan.
Salah satu kegiatan bimbingan adalah bimbingan klasikal.
Bimbingan klasikal adalah salah satu usaha untuk membantu para siswa di
kelas dengan topik-topik tertentu yang sudah disusun berdasarkan survei
kebutuhan siswanya (Winkel, 1997:520). Bimbingan klasikal ini
merupakan sarana untuk menunjang para siswa berkembang secara
optimal, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman
pendidikan bagi dirinya sendiri.
b. Tujuan bimbingan klasikal
Menurut Sukardi (1998), tujuan program bimbingan klasikal adalah
24
1) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mengenai diri
siswa dalam kemajuannya di sekolah.
2) Memilih dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dari
informasi yang disampaikan pada bimbingan klasikal.
3) Mewujudkan penghargaan terhadap orang lain.
4) Membantu siswa dalam mengatasi kesulitan dalam memahami
dirinya.
5) Mengenal dan memahami lingkungan sekolah, pribadi, keluarga,
dan masyarakat.
6) Membantu siswa mengembangkan potensi yang dimilikinya.
c. Bimbingan klasikal untuk pengembangan konsep diri
Peran bimbingan klasikal dalam mengembangkan konsep diri
siswa sangatlah diperlukan. Dengan program bimbingan klasikal
mengenai konsep diri yang telah disusun, para guru dapat membantu para
siswa dan mengenali segi-segi positif yang ada dalam diri mereka dengan
cara memberikan pengarahan dan pemahaman mengenai konsep diri
positif, manfaat konsep diri dan ciri-ciri pribadi yang memiliki konsep diri
positif sehingga para siswa dapat berkembang secara utuh dan optimal
25
D. Tinjauan Peneliti Lain yang Relevan
Marcella Iqnatia (2013) mengadakan penelitian tentang konsep diri siswa
SMP (studi deskriptif pada siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Kanisius Pakem
Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap pembuatan satuan
pelayanan bimbingan). Jenis penelitiannya adalah penelitian deskriptif. Populasi
penelitiannya adalah siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Kanisius Pakem
Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Jumlah seluruh populasi adalah 97 siswa.
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner Konsep Diri pada siswa
kelas VII dan siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran
2012/2013. Teknik analisis data yang digunakan adalah mengacu pada pedoman
Aswar (2012: 108). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kelas VII dan
VII SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 tergolong baik
karena 34 siswa (36,17%) memiliki konsep diri ditingkat sangat baik, 48 siswa
(51,06%) memiliki konsep diri ditingkat tinggi, 5 siswa (5,32%) memiliki konsep
diri ditingkat sedang, 7 siswa (7,45%) memiliki konsep diri ditingkat rendah.
kelas XI SMA Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 menunjukkan bahwa
26 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi uraian mengenai (1) Jenis Penelitian, (2) Populasi Penelitian, (3)
Instrumen Pengumpulan Data, (4) Pengumpulan Data dan (5) Teknik Analisis Data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Peneliti ingin memperoleh gambaran
mengenai konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun
ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan program bimbingan klasikal yang
sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2
Yogyakarta.
B. Populasi Penelitian
Peneliti mengambil seluruh siswa/siswi Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2
Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 sebagai subyek penelitian; jumlahnya 45 siswa.
Penelitian ini termasuk penelitian populasi. Peneliti memilih SMP BOPKRI 2
Yogyakarta sebagai tempat penelitian dengan alasan: 1) SMP BOPKRI 2 Yogyakarta
memiliki jam pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan secara
klasikal dan secara individual; 2) peneliti melakukan PPL di sekolah tersebut sehingga
mempunyai kesempatan secara langsung mengamati keseharian siswa di sekolah; 3)
peneliti diharapkan dan diijinkan mengadakan penelitian di sekolah tersebut, dengan
harapan hasilnya dapat ditindaklanjuti. Rincian jumlah siswa yang menjadi subjek
27 Tabel 1
Rincian Subjek Penelitian Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun ajaran 2012/2013
Kelas Jumlah
VII A 14
VII B 8
VIII 23
Total 45
C. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dirancang oleh peneliti atas arahan dosen
pembimbing. Peneliti membuat kisi-kisi dengan menentukan aspek dan sub aspek
atribut yang akan diukur. Kemudian peneliti membuat sejumlah item (pernyataan)
berdasarkan aspek dan sub aspek yang sudah dibuat.
Berikut ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan instrumen
penelitian:
1. Jenis instrumen
Penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data.
Kuesioner terbagi atas dua bagian. Bagian pertama berisi kata pengantar dan
petunjuk pengisian. Bagian kedua berisi pernyataan-pernyataan yang mengungkap
konsep diri SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Kuesioner bersifat
tertutup, artinya kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang disertai alternatif
jawaban sehingga siswa tinggal memilih alternatif jawaban yang sesuai dengan
28 2. Kisi-kisi kuesioner dan penentuan Skor
a. Kisi-kisi kuesioner
Kuesioner ini memuat 60 butir item pernyataan; ada item yang positif dan
ada item yang negatif. Item yang positif mengungkap konsep diri yang positif
dan item negatif yang mengungkap konsep diri yang negatif. Dalam kuesioner
ini disediakan empat alternatif jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S),
Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Kisi kisi kuesioner disajikan
29 Tabel 2
Kisi-kisi Kuesioner
No
Unsur-unsur
konsep diri Indikator
Item-item
Nama dan julukan a. Semakin seringnya nama yang
digunakan
- 10, 31 2
b. Kuatnya perasaan kurang senang terhadap nama itu
56 44 2
Teman sebaya a. Membantu berintreraksi dengan
orang lain
1 11 2
b. Mampu mengontrol tingkah laku sosial.
57 2 2
c. Mengembangkan ketrampilan yang sesuai dengan usianya
55 3 2
d. Saling bertukar masalah 51 12 2
Hubungan keluarga a. Sikap orang tua 15, 43 - 2
b. Ukuran dalam keluarga terhadap siswa
16, 52 18, 37 4
c. Mampu mengembangkan hubungan keluarga
Unsur-unsur konsep diri dan indikatornya yang dikemukakan dalam Tabel 2 dijadikan
30
b. Penentuan Skor
Untuk pernyataan positif dalah sebagai berikut: untuk alternatif
jawaban sangat sesuai adalah empat, untuk alternatif jawaban sesuai adalah 3,
untuk alternatif jawaban tidak sesuai adalah 2, untuk alternatif jawaban sangat
tidak sesuai adalah 1. Untuk pernyataan negatif skor untuk masing-masing
alternatif adalah kebalikan dari skor untuk alternatif yang positif.
3. Uji coba kuesioner
Kuesioner diuji cobakan pada tanggal 17 Januari 2013 pada siswa/siswi
SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Kuesioner yang terkumpul
berjumlah 31 lembar (31 siswa). Pengambilan kelas untuk uji coba kuesioner
dilakukan sesuai dengan jam bimbingan dan konseling klasikal. Kuesioner ini
diuji coba dengan maksud agar kuesioner valid dan reliabel.
a. Validitas
Validitas instrumen menunjukkan kemampuan instrumen untuk
mengukur apa yang harus diukur. Validitas yang digunakan adalah
validitas isi. Rancangan kuesioner yang dibuat peneliti dikonsultasikan
kepada dosen pembimbing agar dikoreksi isi dan rumusannya.
Kuesioner juga dikoreksi oleh tenaga bimbingan dan konseling
sekolah yang bersangkutan yaitu guru pembimbing SMP BOPKRI 2
Yogyakarta. Beberapa kata dalam rumusan kalimat item pernyataan
dikoreksi antara lain: ”perubahan organ vital” sebaiknya memakai
31 dengan “ tidak sesuai”. Kemudian kuesioner dikonsultasikan kembali
kepada dosen pembimbing.
Setelah melaksanakan uji coba selanjutnya peneliti melaksakan
pengolahan seleksi item. Proses penghitungannya menggunakan
komputer program SPSS for windows dengan memakai rumus dari
Pearson yaitu teknik korelasi Product-Moment. Dalam alat ukur ini
setiap item diberikan skor (Azwar, 2009: 19). Rumus koefisien korelasi
Product-Moment:
rix = Koefisien korelasi item total
Berdasarkan hasil penghitungan dengan menggunakan komputer
program SPSS for windows yang dilakukan terhadap 60 item, diperoleh
47 item yang valid. Peneliti selanjutnya berkonsultasi kepada dosen
pembimbing mengenai item-item yang gugur yang berjumlah 9 item;
ada 4 item diloloskan karena menunjukkan koefesien korelasi sama
dengan atau lebih dari 0,25. Peneliti menurunkan batas kriteria menjadi
0,25 atas kesepakatan bersama dosen pembimbing sehingga jumlah item
32 batas kriteria dapat diturunkan menjadi 0,25 dengan pertimbangan agar
jumlah item yang mewakili tiap aspek dapat tercapai. Item kuesioner
yang final berjumlah 60 item.
b. Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat ukur adalah taraf kemampuan instrumen
mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten. Kalau instrumen
misalnya dipakai dua kali untuk mengukur hal yang sama dan hasil
pengukuran yang diperoleh konsisten, maka instrumen reliabel. Untuk
mengukur taraf reliabilitas instrumen dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach. Rumus koefisien
reliabilitas adalah:
α =
2[1-
S 2Keterangan rumus :
S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2
Sx2 : varians skor skala
Koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka dari 0 sampai
dengan 1,00. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati 1,00
menandakan semakin reliabelnya instrumen yang digunakan. Untuk
memperoleh hasil penghitungan koefisien reliabilitas yang akurat,
peneliti menggunakan komputer program SPSS for windows yang
menghasilkan angka ' xx
r
= 0,830. Dengan hasil yang demikian alat ukur33 Data perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 5.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas alat
penelitian ini termasuk tinggi (0,71-0,90). Kesimpulan tersebut sesuai
dengan kriteria yang dikemukakan oleh Guilford (Masidjo, 1995:209)
seperti yang disajikan pada tabel 3.
Tabel 3
Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91-1,00 Sangat Tinggi
0,71-0,90 Tinggi 0,41-0,70 Cukup 0,21-0,40 Rendah
Negatif -0,20 Sangat Rendah
D. Pengumpulan Data
1. Tahap persiapan pengumpulan data penelitian
Dalam tahap persiapan ini, peneliti melakukan berbagai usaha yaitu:
a. Meminta surat pengantar untuk melaksanakan penelitian di SMP BOPKRI 2
Yogyakarta dari prodi bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma.
b. Menghubungi tenaga bimbingan dan konseling SMP BOPKRI 2 Yogyakarta
untuk meminta izin mengadakan penelitian di sekolah yang bersangkutan.
c. Mempersiapkan kuesioner sebagai alat pengumpul data penelitian.
d. Menentukan hari dan tanggal yang telah disepakati oleh tenaga bimbingan
34
2. Tahap pelaksanaan pengumpulan data
Kuesioner yang telah diujicobakan dipergunakan untuk mengumpulkan data
penelitian. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada seluruh siswa/siswi
SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Subjek penelitian
sebanyak 45 siswa. Pengambilan data dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 1
Mei 2013. Pada tahap pelaksanaan peneliti datang ke sekolah SMP BOPKRI 2
Yogyakarta sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama. Dalam
pengambilan data, peneliti tetap mendampingi siswa di kelas, agar peneliti dapat
menjelaskan secara langsung jika ada siswa yang bertanya tentang item yang
dianggap kurang jelas. Suasana kelas ketika siswa mengisi kuisioner tersebut
sangat kondusif. Siswa sangat serius dalam memperhatikan peneliti dalam
memberikan arahan dan petunjuk dan siswa tidak mengalami kesulitan dalam
mengisi kuesioner tersebut.
E. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti untuk menganalisis data adalah
sebagai berikut:
1. Peneliti memberi skor pada masing-masing item pada setiap kuesioner yang
telah diisi oleh responden dengan mengacu pada skor dari masing-masing
alternatif jawaban.
2. Setelah memberi skor pada masing-masing item peneliti mentabulasikan seluruh
data yang telah diperoleh dan memasukan data kedalam komputer dengan
35
3. Membuat tabulasi data yang dipakai untuk penelitian dengan memberi skor
pada masing-masing item. Untuk pernyataan yang positif; skor untuk jawaban
sangat sesuai (SS) adalah 4, sesuai (S) adalah 3, tidak sesuai (TS) adalah 2 dan
sangat tidak sesuai (STS) adalah 1. Untuk penyataan negatif; skor jawaban
sangat sesuai (SS) adalah 1, sesuai (S) adalah 2, tidak sesuai (TS) adalah 3 dan
sangat tidak sesuai (STS) adalah 4.
4. Membuat pengelompokan tingkat konsep diri subjek penelitian secara umum
dengan mengacu pada pedoman Azwar (2007: 108) yang mengelompokkan
tingkat konsep diri siswa ke dalam lima kategori yaitu sangat kurang positif,
kurang positif, cukup positif, positif, dan sangat positif. Adapun norma
pengelompokan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.
5. Mencari norma atau patokan yang akan digunakan dengan mencari X maksimun
teoritik, X minimum teoritik, standar deviasi, dan mean teoritik. Untuk
menggolongkan konsep diri siswa kelas VII dan VII SMP BOPKRI 2
Yogyakarta digunakan perhitungan sebagai berikut:
X maksimum teoritik : Skor teringgi yang mungkin diperoleh
subjek penelitian dalam skala.
X minimum teoritik : Skor terendah yang mungkin diperoleh
subjek peneliti dalam skala.
σ (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6
satuan deviasi standar.
µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor maksimum dan
36
Pengelompokan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2
Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4
Pengelompokan Konsep diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2012/2013
Perhitungan Skor Kategori
37
6. Langkah selanjutnya setelah selesai mengelompokkan tingkat konsep diri
siswa, peneliti juga mengelompokkan skor item yang diperoleh dari
kuesioner yang diisi oleh subjek. Langkah ini ditempuh untuk mengetahi
item mana saja yang sudah menunjukkan konsep diri yang positif dan item
mana saja yang menunjukkan konsep diri yang kurang positif. Norma
pengelompokan skor item berpedoman pada Azwar (2007: 18) yang
mengelompokkan skor ke dalam lima kelompok yaitu sangat kurang
positif, kurang positif, cukup positif, positif, dan sangat positif. Adapun
norma item konsep diri dapat dilihat pada tabel 5.
7. Pengelompokan skor item yang sangat kurang positif, kurang positif,
cukup positif, positif, dan sangat positif dengan menggunakan N = 202.
Adapun perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut:
Xitem maksimum teoritik : Skor tertinggi yang mungkin
dicapai item dalam skala.
Xitem minimum teoritik : Skor terendah yang mungkin
diperoleh item dalam skala.
Sb (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi
dalam 6 satuan deviasi standar.
µ (item teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor item
maksimum teoritik dan minimum
teoritik.
38
Xitem minimum teoritik : 45 x 1 = 45
Range : 180 – 45 = 135
σ (standar deviasi) : 135 : 6 = 22,5
µ (item teoritik) : (180+ 45) : 2 = 112,5
Setelah melihat perhitungan di atas pengelompokan skor item dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5.
Pengelompokan Skor Item Konsep diri Siswa
Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran
2012/2013
8. Setelah mengetahui hasil perhitungan seperti tabel 5, langkah yang
dilakukan peneliti selanjutnya adalah memasukaan item-item dalam
kelompok-kelompok sesuai dengan hasil pemberian skor pada
masing-masing item. Dari pengelompokan item-item tesebut kemudian dapat
diketahui item-item mana saja menunjukkan konsep diri yang positif dan
item-item menunjukkan kurang positifnya konsep diri.
Perhitungan Skor Kategori
Xitem≤ µ - 1,5 σ
112,5+33,75 < Xitem
Xitem> 146,25 Xitem > 147
39
9. Setelah mengetahi hasil skor item konsep diri, maka item-item yang
menunjukkan kurang positifnya konsep diri (kategori cukup positif,
kurang positif, dan sangat kurang positif) akan dibahas dan dibuat usulan
40 BAB IV
HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN DAN USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN VIII
SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA
Dalam bab ini disajikan hasil penelitian yang merupakan jawaban atas masalah
penelitian yaitu “Seberapa positif konsep diri siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2
Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?” dan “Usulan program bimbingan klasikal
manakah yang sesuai untuk meningkatkan konsep diri siswa Kelas VII dan VIII SMP
BOPKRI 2 Yogyakarta?”.
A. Hasil Penelitian
1. Konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun
ajaran 2012/2013
Berdasarkan data yang diolah didapatlah gambaran dari konsep diri siswa
Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 seperti
yang disajikan dalam tabel 6.
Tabel 6
Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013
No Rentangan Skor Jumlah Siswa Presentase Kategori
1 –196 0 0% Sangat Positif
2 166 – 195 0 0% Positif
3 136 – 165 12 26,7% Cukup Positif
4 106 – 135 29 64,4% Kurang Positif
5 –105 4 8,89% Sangat Kurang
Positif
41 Dari tabel 6 tampak bahwa:
1. Tidak ada siswa (0%) yang memiliki konsep diri yang sangat positif.
2. Tidak ada siswa (0%) yang memiliki konsep diri yang positif.
3. Ada 12 siswa (26,7%) yang memiliki konsep diri yang cukup positif.
4. Ada 29 siswa (64,4%) yang memiliki konsep diri yang kurang positif.
5. Ada 4 siswa (8,89%) yang memiliki konsep diri sangat yang kurang positif.
Dapat disimpulkan bahwa konsep diri sebagian besar siswa kelas VII dan
VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 kurang positif.
2. Pengelompokan item-item konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP
BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013
Untuk meningkatkan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2
Yogyakarta, peneliti membuat usulan program bimbingan klasikal. Penentuan
usulan program bimbingan klasikal dilakukan berdasarkan item-item yang
menunjukkan kurang positifnya konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI
42 Tabel 7
Item-item Kuesioner yang Menunjukkan Kurang Positifnya Konsep Diri Siswa Kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013
Rentangan Skor
No. Item dan Pernyataan
Kategori Jumlah
Item
– 147 - Sangat
Positif 0 item
125 – 147 9. Saya malu untuk bertanya tentang seksualitas kepada
orang tua saya.
13. Saya cukup mampu memahami seksualitas karena orang tua memberikan pendidikan seks kepada saya. 48. Saya mengalami kesulitan dalam membagi waktu
belajar dan bermain.
59. Saya sadar bahwa saya pintar di antara teman-teman.
Positif 4 item
103 – 124 2. Saya mengalami kesulitan untuk menolak ajakan teman
4. Saya yakin warna kulit saya membuat penampilan saya menarik.
5. Saya sadar bahwa saya mudah marah.
6. Saya sadar bahwa saya lambat dalam menerima pelajaran.
12. Saya kurang terbuka untuk bercerita tentang masalah saya kepada orang lain.
30. Saya memiliki informasi yang tepat tentang seksualitas. 38. Saya memiliki rambut yang bagus.
39. Saya belum mengembangkan bakat saya dengan baik. 46. Berat badan saya ideal.
47. Saya kurang mengetahui informasi yang tepat mengenai kehidupan seksual.
50. Saya terganggu dengan tumbuhnya bulu-bulu halus pada tubuh saya.
Cukup Positif
11 item
80 – 102 3. Saya merasa kurang memiliki kesempatan untuk
mengembangkan keterampilan-ketrampilan yang perlu bagi saya.
7. Saya dihargai di lingkungan tempat tinggal saya. 10. Nama julukan yang diberikan oleh teman-teman
membuat saya malu.
14. Saya menyukai bentuk tubuh saya saat ini. 16. Saya merasa kurang mampu bergaul. 20. Saya senang dengan keadaan tubuh saya. 21. Saya sulit bergaul dengan teman-teman.
Kurang Positif
43 22. Saya meluangkan waktu untuk mengembangkan bakat
saya.
23. Untuk laki-laki, saya menyukai bentuk jakun yang saya miliki.
Untuk perempuan, saya menyukai bentuk bibir saya. 24. Saya khawatir bahwa saya tidak dapat mencapai
cita-cita saya.
25. Saya memiliki kesempatan yang baik untuk mengembangkan bakat yang saya miliki.
26. Hubungan antar pribadi dalam keluarga saya kurang harmonis.
28. Saya sadar bahwa saya kurang kreatif, karena fasilitas yang saya butuhkan kurang.
29. Bentuk rambut saya tidak sesuai dengan keinginan saya.
31. Nama saya sering diejek teman-teman, sehingga saya kurang suka bergaul.
32. Orang tua saya selalu mendorong saya untuk mengembangkan bakat saya.
33. Minat saya sesuai dengan bakat saya.
34. Keadaan tubuh saya yang kurang ideal membuat saya malu bergaul.
35. Saya merasa kesehatan saya baik.
36. Fasilitas yang tersedia di keluarga saya, membuat saya semakin mampu mengembangkan kreativitas saya. 37. Orang tua saya sering memaksa kehendak pada saya. 41. Saya tidak mempunyai teman sebaya untuk bergaul
dilingkungan saya.
42. Perubahan yang terjadi pada tubuh saya membuat saya kurang nyaman.
43. Orang tua saya memberikan kesempatan bagi saya untuk membuat pilihan saya sendiri.
44. Saya kurang senang dengan nama saya sendiri. 45. Rasanya saya tidak memiliki keinginan yang kuat
untuk mencapai cita-cita saya.
49. Saya merasa dihargai dalam keluarga saya.
51. Saya memiliki teman akrab dengan siapa saja dapat menceritakan masalah pribadi saya.
52. Saya dan anggota-anggota keluarga saya saling memahami.
53. Pendidikan orangtua saya rendah.
54. Saya betah berada di rumah karena situasi keluarga yang nyaman.
57. Saya tidak mudah terpengaruh oleh ajakan teman. 58. Saya mengelola emosi saya dengan baik.
44 Rentangan
Skor
No. Item dan Pernyataan
Kategori Jumlah
Item
79 – 1. Saya selalu bisa berinteraksi dengan teman-teman.
8. Saya mengetahui cara-cara yang tepat untuk menjaga kesehatan saya.
11. Saya sulit bergaul dengan teman-teman.
15. Saya bersyukur memiliki orang tua yang bersikap adil kepada saya.
17. Suasana hidup di dalam keluarga saya menyenangkan. 18. Saya berprasangka buruk kepada saudara saya yang
lebih pandai.
19. Komunikasi antar anggota keluarga saya kurang baik. 27. Saya selalu menjaga penampilan saya.
40. Saya merasa mendapatkan dukungan dari teman-teman untuk mewujudkan cita-cita saya.
55. Saya terus berusaha meningkatkan keterampilan saya yang akan menjadi bekal saya di masa depan.
56. Saya senang dengan nama saya.
Sangat Kurang Positif
11 item
Dari tabel 7, tampaklah item-item yang menunjukkan kurang positifnya konsep
diri siswa (kategori cukup positif, kurang positif dan sangat kurang positif). Berdasarkan
isi item-item tersebutlah dibuat usulan program bimbingan klasikal untuk meningkatkan
45
B. Pembahasan
Supaya tidak terjadi tumpang tindih dan untuk menghindari pengulangan yang
tidak perlu, dalam pembahasan ini peneliti menggabungkan kategori sangat positif,
positif menjadi satu dan disebut positif. Kategori cukup positif, kurang positif dan
sangat kurang positif digabung menjadi satu, dan disebut kurang positif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI
2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 termasuk kurang positif.
Pada awal penelitian, peneliti menduga bahwa konsep diri siswa kelas VII
dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 negatif. Dugaan
berdasarkan apa yang di amati peneliti di sekolah tersebut: 1) Siswa pada umumnya
berasal dari lingkungan keluarga yang mengalami permasalahan. Misalnya
anak-anak berasal dari keluarga yang broken home, tinggal hanya dengan ayah atau ibu,
sehingga kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya; 2)
Kebanyakan siswa mengalami kesulitan ekonomi, korban dari perpisahan orang
tuanya. Masalah-masalah yang dialami oleh siswa terbawa dalam lingkungan
sekolah dan dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan siswa; 3)
Pengalaman peneliti saat menjalani Praktek Pengalaman Lapangan di SMP
BOPKRI 2 Yogyakarta. Idealnya guru membantu siswa agar konsep dirinya positif.
Tetapi guru-guru umumnya lebih mendidik siswa untuk taat pada peraturan yang
ditetapkan oleh sekolah. Hasil penelitian ini sejalan dengan dugaan awal peneliti
yaitu konsep siswa kelas VII dan VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran