• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hakekat Konsep Diri

1. Pengertian konsep diri

Pengertian konsep diri telah diuraikan oleh berbagai tokoh di bidang psikologi, antara lain:

a. Allport (Schultz, 1991) menyinggung konsep diri, namun istilah yang

digunakan adalah proprium. Allport mendefinisikan proprium sebagai hal atau proses yang penting dan bersifat pribadi, yang menentukan keunikan individu. Konsep diri dikatakan sebagai bagian penting karena terdapat proses pencarian jati diri untuk mengetahui individu tersebut memiliki konsep diri positif atau negatif. Dengan begitu individu mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupannya. Dapat dipahami bahwa konsep diri juga dapat menjadi suatu refleksi terhadap diri sendiri yang akan menunjang individu dalam menjalani hidupnya.

7

b. Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang berisikan bagaimana

individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi, bagaimana individu merasa tentang dirinya sendiri dan individu menginginkan dirinya menjadi manusia yang bagaimana. Konsep diri merupakan pandangan individu mengenai dirinya sendiri (Centi, 1993).

c. Konsep diri menurut Burns (Sinurat, 2005: 16) adalah keseluruhan gambaran

dan penghargaan seseorang tentang dirinya sendiri. Dalam konsep diri terdapat elemen deskriptif dan elemen evaluasi. Elemen deskriptif kerap disebut potret diri atau gambaran diri dan elemen evaluatif sering disebut harga diri.

d. Konsep diri (self concept) menurut peneliti adalah keseluruhan gambaran,

pandangan atau keyakinan dan penghargaan atau perasaan seseorang tentang dirinya.

8 2. Jenis-jenis konsep diri

Terdapat berbagai pandangan, gambaran, keyakinan dan sikap orang

terhadap diri sendiri. Karena itu ada berbagai konsep diri. Konsep diri dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Konsep diri yang positif

Konsep diri yang positif terbentuk antara lain karena ada kasih sayang, penerimaan dan penghargaan dari tokoh-tokoh signifikan dalam lingkungan hidup individu (Burns, 1993: 72). Tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam hidup remaja antara lain orang tua, guru, teman sebaya. Jika orang tua, guru dan teman sebaya mendukung dan mendorong remaja maka konsep dirinya akan positif. Orang yang memiliki konsep diri yang positif adalah orang yang memiliki gambaran, pandangan atau keyakinan dan penghargaan atau perasaan yang positif tentang dirinya.

9

b. Konsep diri yang negatif

Remaja dengan konsep diri yang negatif biasanya berfikir tentang diri sendiri terutama dari segi negatif, dan sulit menemukan hal-hal yang pantas dihargai dalam dirinya sendiri. Hal ini terjadi karena dipengaruhi tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam hidup remaja seperti, orang tua, guru, teman sebaya dan orang lain. Jika orang tua, guru, teman sebaya ataupun orang lain cenderung merendahkan, meremehkan, mempermalukan, dan menolak remaja maka sikap remaja itu terhadap dirinya akan negatif.

Orang yang konsep dirinya negatif cenderung memusatkan perhatian pada hal yang negatif dalam dirinya. Konsep diri negatif juga mendorong remaja untuk membuat perbandingan negatif dengan orang lain sehingga remaja yang bersangkutan merasa rendah diri. Misalnya remaja yang memiliki konsep diri yang negatif biasanya cenderung pasif dan tidak percaya pada dirinya sendiri dan memiliki pemikiran yang buruk tentang dirinya, serta selalu mengganggap orang lain lebih unggul atau lebih baik dari pada dirinya.

3. Perkembangan konsep diri

Konsep diri tidak terbentuk secara instan. Sewaktu individu baru lahir, individu belum memiliki pengetahuan tentang dirinya, belum memiliki harapan-harapan yang ingin dicapai serta belum memiliki penilaian terhadap diri sendiri. Peran orang tua menjadi sangat dominan dalam proses perkembangan konsep diri

10 remaja karena lingkungan pertama tempat individu berinteraksi adalah keluarga. Sikap dan respons orangtua akan menjadi informasi untuk menilai dirinya. Dalam keluarga yang tulus menerima, menyayangi, mencintai dan menghargai remaja, remaja dapat memandang dirinya secara positif. Jika seseorang ditolak atau diabaikan, maka dia akan cenderung menolak dirinya. Konsep diri yang telah terbentuk dalam lingkungan keluarga selanjutnya mengalami perubahan sewaktu berinteraksi dengan orang lain, seperti teman sebaya, guru serta orang dewasa lainnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa interaksi sosial dengan orang-orang sekitar turut mempengaruhi perkembangan konsep diri. Konsep diri berkembang seiring dengan pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Konsep diri mempunyai sifat yang dinamis dalam arti selalu mengalami perubahan. Orang yang memasuki usia remaja mengalami masa yang sangat potensial untuk perkembangan konsep dirinya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri

Konsep diri dapat terus berkembang. Remaja dituntut untuk dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja menurut Hurlock (1996) adalah:

a. Usia kematangan

Masa remaja merupakan masa menemukan diri untuk menjadi pribadi yang dewasa (Masidjo, 2003). Masa remaja meliputi masa remaja awal yaitu

11 usia 12 sampai 15 tahun, masa remaja tengah yaitu usia 15 sampai 18 tahun dan masa remaja akhir yaitu usia 18 sampai 21 tahun.

Remaja yang berada pada usia tertentu yang matang lebih awal akan lebih mampu menjalankan peran dewasa dengan baik dan dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Sedangkan remaja yang terlambat dalam kematangan dan yang diperlakukan seperti anak-anak akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Ia akan cenderung menarik diri dari lingkungannya tersebut, sehingga cenderung memiliki konsep diri yang negatif.

b. Penampilan diri

Di masa remaja penampilan diri yang berbeda membuat remaja akan merasa rendah diri meskipun ada perbedaan yang menambah daya tarik bagi masing-masing remaja. Penampilan diri akan berhubungan dengan perkembangan fisik dan perkembangan seksual.

Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja antara lain perubahan dalam tinggi badan dan perubahan berat badan. Dalam hal perubahan dalam tinggi badan anak laki-laki mengalami penambahan pertumbuhan selama 2 tahun lebih cepat pada masa kanak-kanak daripada anak perempuan. Karena itu anak perempuan kelihatan lebih pendek dibanding dengan rata-rata laki-laki. Pada masa remaja berat badan juga akan mengalami peningkatan, tetapi peningkatan tersebut lebih mudah dipengaruhi diet dan gaya hidup.

Remaja juga mengalami perubahan seksual. Perubahan ditandai dengan perubahan seks primer dan sekunder. Ciri- ciri kelamin primer laki-laki yaitu

12 ditandai pada alat vital yang mengalami mimpi basah sedangkan ciri-ciri kelamin primer pada perempuan ditandai dengan menstruasi, pembesaran pinggul dan bahu. Untuk ciri-ciri kelamin sekunder laki-laki terlihat pada tumbuhnya kumis, janggut, jakun, suara berat, tumbuh bulu-bulu halus pada tubuh, sedangkan ciri-ciri kelamin sekunder pada perempuan terlihat pada pinggul yang membesar, bahu yang melebar dan tumbuh bulu di ketiak.

Daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang menyenangkan yang akan menambah dukungan sosial dan kepercayaan diri sehingga akan terbentuk konsep diri yang positif. Sedangkan jika seorang individu merasa tidak menarik secara fisik akan timbul konsep diri yang negatif sehingga cenderung menarik diri dan sulit bergaul dengan teman sebaya ataupun lingkungannya.

c. Kepatutan seks

Kepatutan seks menunjuk pada cara pandang remaja mengenai seksualitasnya yang berisikan informasi mengenai seks. Cara pandang remaja mengenai kehidupan seks dapat diperoleh melalui media massa dan pendidikan seks dari orang tua.

Media masa seperti surat kabar, televisi dan media lainnya memiliki peran dalam memberikan informasi mengenai kehidupan seks. Peran orang tua dalam memberikan pendidikan seks ialah memberikan pemahaman mengenai kehidupan seks agar remaja tidak tabu terhadap kehidupan seksualitasnya dan dapat menghindari dampak negatif dari kehidupan seksualitas.

13 Jika seorang individu mempunyai cara pandang yang luas serta informasi yang cukup mengenai kehidupan seks, individu akan memiliki konsep diri yang positif.

d. Nama dan nama julukan

Remaja terlalu peka dan malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau bila mereka memberikan nama julukan yang bernada cemooh. Kuatnya perasaan remaja terhadap namanya dipengaruhi dua faktor yaitu semakin sering nama digunakan dan kuatnya perasaan kurang senang terhadap nama.

Semakin sering nama yang tidak disukai digunakan oleh orang lain semakin nama itu dapat berpengaruh terhadap dirinya. Semakin kuat rasa menyukai nama yang digunakan dalam interaksi sosialnya maka remaja memiliki konsep diri yang positif terhadap nama yang dimiliki. Sedangkan jika remaja memiliki perasaan kurang senang terhadap namanya sendiri, maka remaja merasa minder atau khawatir jika di cemooh temannya sehingga remaja mempunyai konsep diri yang negatif.

e. Hubungan keluarga

Hubungan keluarga yang baik dipengaruhi oleh sikap orang tua yang bersikap positif terhadap anak, misalnya memberikan perhatian dan kasih sayang yang adil. Sikap orang tua akan mempengaruhi hubungan anggota keluarga yang lain. Hal ini mempunyai pengaruh positif terhadap pembentukan konsep diri yang positif pada remaja.

14 Ukuran keluarga juga menentukan kualitas hubungan antara anggota keluarga. Jika satu keluarga mempunyai jumlah anggota yang banyak akan terjadi kecenderungan perhatian yang terbagi dan kurangnya komunikasi, sehingga remaja yang bersangkutan kurang mendapatkan perhatian yang maksimal. Untuk itu keharmonisan keluarga harus didukung oleh pola komunikasi di rumah. Remaja yang tinggal dalam keluarga yang selalu mengutamakan komunikasi antar anggota keluarga akan memberi pengaruh positif terhadap perkembangan konsep dirinya.

f. Teman-teman sebaya

Teman-teman sebaya memberikan pengaruh pada pola kepribadian remaja, antara lain konsep diri. Konsep diri merupakan cermin dan anggapan tentang konsep teman-teman mengenai dirinya dan digunakan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok. Teman sebaya mempengaruhi pola pikir dan perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari.

Jika remaja mempunyai teman sebaya yang mempunyai pola pikir yang rasional, mempunyai perilaku yang positif, menimbulkan pengaruh yang baik terhadap individu tersebut maka remja yang bersangkutan memiliki konsep diri positif.

g. Kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu. Kreativitas seseorang dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan orang tua, waktu luang dan tersedianya fasilitas. Remaja yang sejak masa kanak-kanak

15 kreatif dapat memberikan pengaruh positif pada konsep dirinya. Semakin remaja kreatif, semakin berprestasi, prestasinya dihargai dan diterima oleh orang lain berarti konsep dirinya positif.

h. Cita-cita

Bila seorang remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik dan mengalami kegagalan maka akan timbul perasaan tidak mampu dan timbul konsep diri yang negatif. Berbeda dengan remaja yang realistik dalam cita-citanya. Besar kemungkinannya dia berhasil, jika memang berhasil, konsep dirinya akan positif. Kalau remaja mempunyai cita-cita yang realistik dan sesuai dengan minat dan bakat, dia akan cenderung berhasil dan konsep dirinya pun akan berpengaruh secara positif.

Faktor-faktor tersebutlah dijadikan sumber inspirasi dalam menyusun kisi-kisi dan item-item kuesioner.

5. Usaha-Usaha untuk mengembangkan konsep diri remaja

Menurut Sinurat (2005) ada berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh para pendidik khususnya konselor sekolah dalam membantu mengembangkan konsep diri para remaja (siswa) yaitu:

a. Menjadi konselor sekoah yang memiliki konsep diri yang positif, sehingga

dapat membantu siswa mengembangkan konsep diri positif atau menjadi orang yang memiliki konsep diri yang positif.

b. Menjadi konselor sekolah yang bersikap membesarkan hati siswa (becoming

16

c. Membantu siswa akan segi-segi positifnya.

d. Membantu siswa memenuhi kebutuhannya.

e. Melakukan kegiatan atau latihan untuk mnegembangkan konsep diri siswa.

Dokumen terkait