• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURVEI PERMASALAHAN PENYESUAIAN DIRI SISWI ASRAMA STELLA DUCE SUPADI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20092010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SURVEI PERMASALAHAN PENYESUAIAN DIRI SISWI ASRAMA STELLA DUCE SUPADI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20092010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

 

 

 

Oleh: Albertina Agapa

061114016

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

 

 

 

Oleh: Albertina Agapa

061114016

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv 2. With God all things are possible.

3. Tuhan jadikan indah tepat pada waktu-Nya.

(1 Kor 10:13 & Pengkotbah 3:11A)

PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Bapa dan Mama tercinta di Nabire dan di Ugapuga

Adik-adik tersayang

(6)

v

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 6 Oktober 2010 Penulis

(7)

vi

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Albertina Agapa

Nomor Mahasiswa : 061114016

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

SURVEI PERMASALAHAN PENYESUAIAN DIRI SISWI ASRAMA STELLA DUCE SUPADI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN KLASIKAL

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 6 Oktober 2010

Yang menyatakan

(8)

vii

BIMBINGAN KLASIKAL

Albertina Agapa Universitas Sanata Dharma

2010

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang permasalahan penyesuaian diri yang sangat intens dialami siswi asrama Stella Duce Supadi Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripsi dengan metode survei. Subjek penelitian adalah populasi siswi asrama Stella Duce Supadi Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010. Mereka terdiri dari SMA 42 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang disusun oleh penulis berdasarkan buku Psikologi

perkembangan (Fatimah, 2006 dan Desmita, 2009). Skala terdiri dari 80

pertanyaan yang mencakup empat aspek penyesuaian diri yaitu: (1) aspek pribadi, (2) aspek sosial, (3) aspek belajar, (4) aspek karir. Skala telah diuji validitasnya menggunakan teknik penilaian profesional dan reliabilitas menggunakan teknik

pearson product moment. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan

frekwensi dengan pendistribusiannya berdasarkan rumus Penilaian Acuan Patokan tipe I. Intensitas permasalahan penyesuain diri para siswi asrama Stella Duce Supadi Yogyakarta digolongkan menjadi 5 yaitu sangat kurang intens, kurang intens, cukup intens, Intens dan sangat intens.

(9)

viii

THE CLASSICAL ASSISTANCE Albertina Agapa

Sanata Dharma University 2010

The aim of this research is to collect any description about the adjustment problems intensely experienced by the students living in Stella Duce Supadi Yogyakarta dormitory year 2009/2010 and its implication on the topics’ proposal for the classical assistance.

This is a descriptive study with survey methodology. The subject of this study covers a population of 42 students living in Stella Duce Supadi Yogyakarta dormitory year 2009/2010. The instrument used is questionnaires arranged based on the book Psikologi Perkembangan (Fatimah, 2006 and Desmita, 2009). The scale consists of 80 questions which include four aspects of self adaptation, namely: (1) personal aspect, (2) social aspect, (3) learning aspect, (4) career aspect. The validity and the reliability of the scale have been tested by using the technique of professional evaluation for the former and the technique of Pearson product moment for the latter. The data analysis technique used is calculating the frequency with its distribution based on the formula of Reference Evaluationtype I. The self adaptation problems’ intensity of the students living in Stella Duce Supadi Yogyakarta dormitory year 2009/2010 can be categorized into 5 stages, namely: the least intense, less intense, fairly intense, intense, and the most intense. The result shows that the self adaptation problems of the students living in Stella Duce Supadi Yogyakarta dormitory year 2009/2010 are in the fairly intense and intense stage so that it is necessary for the chief of the dormitory and the parents to give a better and more effective attention. Meanwhile, the most intense self adaptation problems experienced by the students, based on the item, are in (1) learning aspects on item 47 (92.8%), item 49 (94.0%), and item 58 (90.4%); and (2) social aspect on item 38 (92.8%). As for the intense ones are in (1) personal aspects on item 13 (83.3%), item 10 (85.7%), item 4 (82.1%), item 14 (81.5%), and item 18 (85.7%); (2) social aspects on item 27 (88.6%) and item 29 (85.1%); (3) learning aspect on item 51 (83.9%); (4) career aspects on item 61 (83.9%), item 67 (87.5%), item 69 (80.3%), item 71 (82.7%), item 62 (84.5%), item 66 (80.3%), item 68 (87.5%) and item 75 (88.0%).

(10)

ix

pendampingan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Berkat penyertaan dan

bimbingan-Nya, peneliti mendapatkan kekuatan, dan semangat untuk tekun dalam

penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan

Konseling.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan,

perhatian, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

diucapkan terimakasih kepada:

1. Br. Yustinus Triyana, S.J. S.S., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing yang dengan

penuh kesabaran, keramahan, ketulusan hati, pengertian, telah memberikan

bimbingan, petunjuk, masukan, saran, pikiran, waktu, tenaga, pengalaman,

dukungan, dan dorongan kepada peneliti hingga tersusunnya skripsi ini.

2. Dr.M.M. Sri Hastuti, M.Si., selaku ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan

ijin untuk penulisan skripsi ini.

3. Dr. Gendon Barus, M.Si., dan Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si., selaku Dosen

penguji yang telah memberikan masukan, pikiran, saran, waktu dan kritikan

yang berguna sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik.

4. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

(11)

x peneliti.

6. Para karyawan sekretariat FKIP, BK, MKDU, MKDK, dan BAAK, yang

dengan sabar memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi.

7. Para karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang

dengan keramahan dan kesederhanannya membantu peneliti dalam hal

peminjaman buku.

8. Para karyawan Rumah Tangga Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang

selalu setia membersihkan lingkungan belajar, sehingga peneliti merasa

krasan, dan nyaman dalam belajar.

9. Sr. Trisiani Sulastri, CB., dan Sr. Anunsita, CB., selaku pembina asrama Stella

Duce I, Jl.Supadi no.5 yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan

penelitian.

10.Bapak, Mama, Adik-adik yang ada baik di Nabire dan di Ugapuga atas

dukungan doa, motivasinya.

11.Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2006,

meliputi: Lina, Ela, Candra, Sr.Anunsita, Sr.Udis, Sr. Beatrix, Dhita, Rias, Sr.

Thres, Modes, Bul-bul, Sr.Rita, dan semua yang telah memberikan dukungan,

(12)

xi

Yogyakarta, 6 Oktober 2010

Penulis

(13)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I : PENDAHULUAN

2. Macam-macam Penyesuaian Diri ……….………. 10

3. Aspek-aspek Penyesuaian Diri ……..…………..………... 13

4. Peran Penyesuaian Diri bagi Peserta Didik ………. 17

5. Peran Penyesuaian Diri dalam Membantu Proses Penyesuaian Diri ……….….... 18

B. Permasalahan ………...19

1. Arti Permasalah ... ………...…... 19

2. Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja …………...20

3. Pembagian Masalah Menurut Intensitasnya ……….23

C. Bimbingan Klasikal ... 25

1. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 25

2. Ragam Bimbingan Klasikal ... 27

D. Keterkaitan antara Bimbingan Klasikal dan Penyelesaian Permasalahan Penyesuaian Diri ... 28

(14)

xiii

1. Uji Validitas Isi ... 34

2. Seleksi Item ... 35

3. Uji Reliabilitas ... 35

4. Koefisien Korelasi ... 37

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 38

F. Tehnik Analisis Data …………... 43

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Penyesuaian Diri yang Intens dialami Siswa Penghuni Asrama Supadi... 45

B. Pembahasan ... 50

BAB V : USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL DAN CONTOH SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN DI ASRAMA SUPADI SEBAGAI IMPLIKASI HASIL PENELITIAN A. Usulan Topik Bimbingan Klasikal untuk Para Siswi penghuni Asrama Supadi ……….. 72

B. Contoh Satuan Pelayanan Bimbingan ………...…….. 73

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84

B. Saran-saran dan Keterbatasan ... 85

DAFTAR PUSTAKA ...87

(15)

xiv

Tabel 1 : Kisi-kisi Skala Permasalahan Penyesuaian Diri ... 32 Tabel 2 : Kisi-kisi Item yang Gugur Berdasarkan

Aspek Penyesuaian Diri ... 40 Tabel 3 : Kisi-kisi Item yang Valid Berdasarkan

Aspek Penyesuaian Diri ... 41 Tabel 4 : Penggolongan Permasalahan Penyesuaian yang Sangat

Intens Dialami Siswi

Asrama Stella Duce Supadi... 44 Tabel 6 : Sebaran Subjek Berdasarkan Kategori

Permasalahan dalam Setiap Aspek Penyesuaian Diri Para siswi Asrama Stella Duce Supadi

Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010... 46 Tabel 7 : Sebaran Item Berdasarkan Kategori Permasalahan

dalam Setiap Aspek Penyesuaian Diri Para siswi Asrama Stella Duce Supadi

Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010... 47 Tabel 8 : Item Berdasarkan Kategori Permasalahan

Penyesuaian Diri Siswi Asrama Stella Duce Supadi

(16)

xv

Lampiran 1 : Skala Permasalahan Penyesuaian Diri ... 90 Lampiran 2 : Data Skor Nomor item... 92 Lampiran 3 : Data Seleksi Item ... 102 Lampiran 4 : Tabel Skor untuk Menghitung Reliabilitas

Koefisien Korelasi... 106 Lampiran 5 : Data Sebaran Subjek Berdasarkan Kategori

Permasalahan dalam Setiap Aspek Penyesuaian Diri

Para siswi Asrama Stella Duce Supadi

Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010... 109 Lampiran 6 : Data Sebaran Item Berdasarkan Kategori

Permasalahan dalam Setiap Aspek Penyesuaian Diri

Para siswi Asrama Stella Duce Supadi

(17)

1

Pada bab ini akan dibahas latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Calhoun dan Acocella (dalam Sobur, 2003:526)

penyesuaian diri merupakan interaksi yang kontinu antara diri sendiri,

lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Diri sendiri berkaitan dengan

segala sesuatu yang ada pada diri individu tersebut. Lingkungan sosial

berkaitan dengan orang lain yang ada disekitarnya. Lingkungan fisik

berkaitan dengan segala sesuatu yang dapat dilihat, dirasa, disentuh,

dicium dan didengar.

Setiap individu perlu memperhatikan penyesuaian diri dalam

kehidupannya, sebab individu hidup di lingkungan dan mereka dituntut

untuk saling berinteraksi. Individu yang hidup di lingkungan baru perlu

menyesuaikan diri dengan keadaan di lingkungan tersebut. Ada berbagai

macam dinamika dalam proses penyesuaian diri yang dialami individu.

Ada individu yang cepat tetapi ada pula yang menyesuaikan diri dengan

lambat. Ada individu yang berhasil dengan baik dalam proses penyesuaian

diri, tetapi ada pula yang gagal. Menurut Hurlock (2004:239) kesulitan

(18)

satu penyebab ketidakbahagiaan remaja adalah kegagalan dalam

menyesuaikan diri. Akibat positif dari keberhasilan penyesuaian diri

adalah berkembangnya rasa percaya diri, rasa yakin terhadap kemampuan

dan optimis dalam menyelesaikan permasalahan.

Setiap individu perlu mengadakan penyesuaian dengan pribadi,

sosial, belajar dan karir. Penyesuaian pribadi berkaitan dengan

membangun dan mengembangkan kemampuan diri sendiri. Penyesuaian

sosial merupakan kemampuan untuk membangun dan mengembangkan

interaksi yang baik dan efektif dengan orang lain. Penyesuaian belajar

merupakan kemampuan memahami dan melakukan tugas atas dasar

kesadaran serta tanggung jawabnya sebagai siswi. Penyesuaian karir

berkaitan dengan kemampuan individu untuk mengambil keputusan

mengenai karir yang dipilih, sehingga mampu mengembangkan cara

belajar dan bekerja sesuai tuntutan karir yang dipilih. Semua aspek

penyesuaian tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya. Apabila,

mengalami hambatan dalam mengembangkan penyesuaian pribadi maka

individu akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan penyesuaian

sosial, belajar dan karir. Hambatan dalam penyesuaian sosial akan

mempersulit penyesuaian pribadi, karir dan belajar. Demikian juga halnya

dengan penyesuaian belajar dan karir bila mengalami hambatan maka

berdampak negatif pada aspek pribadi dan sosial.

Maka dari itu, kelancaran dalam menjalani proses studi

(19)

penyesuaian diri yang baik, maka siswi dapat mengembangkan diri secara

optimal, mengembangkan relasi yang baik dengan orang lain dan dapat

mengembangkan bakat serta meningkatkan prestasi belajar.

Para siswi asrama Stella Duce Supadi membutuhkan penyesuaian

diri dalam aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Para siswi tersebut

memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri baik melalui proses

belajar maupun pendampingan di asrama.

Asrama Putri “Stella Duce”adalah asrama pelajar SMA Stella Duce

Yogyakarta, yang dikelolah oleh Yayasan Syantikara, yang didirikan oleh

Suster-suster Cinta Kasih St.Carolus Barromeus (CB), dengan dasar

pendidikan agama katolik. Salah satu tujuan dari berdirikan asrama ini

adalah mendampingi para warga untuk mencapai kepribadian utuh,

mampu menghayati iman kristiani, cinta dan menghargai martabat pribadi

manusia, mandiri serta tanggap terhadap kebutuhan sesama dan

lingkungan masyarakat.

Para siswa penghuni asrama Supadi berumur 15-18 tahun. Mereka

berasal dari berbagai daerah dan latar belakang keluarga yang berbeda.

Salah satu tugas perkembangan masa remaja (usia 13-17 tahun) yang

tersulit adalah penyesuaian terhadap diri dan sosialnya. Hurlock

(2004:213) menyatakan sebagai berikut:

(20)

prihatin banyak pihak, terutama di lingkungan pendidikan dan luar pendidikan.

Menurut Hall (Santrock, 2003:10) remaja yang berusia 12 sampai

23 tahun sering mengalami masalah. Mereka akan melakukan berbagai

perilaku baru yang ingin diketahuinya. Pada masa remaja, individu

dituntut untuk menyesuaikan diri dengan pribadi, sosial, akademik dan

karir.

Ada kemungkinan bahwa siswa belum mampu menyesuaikan diri

dengan baik. Dugaan ini muncul ketika peneliti berinteraksi dengan

beberapa siswi di asrama. Beberapa masalah penyesuaian yang dialami,

antara lain: mengabaikan tugas doa, tidak mentaati tata tertib, tidak

menjalankan tugas di asrama, pindah ke asrama lain, memilih kembali ke

rumah, perasaan menyerah, berbohong pada pembina, kurang pergaulan

dengan teman sebaya di asrama, minder, cemas.

Dari uraian di atas kelihatan jelas bahwa penyesuaian diri sangat

penting dalam proses perkembangan individu. Tugas Bimbingan dan

Konseling adalah memperlancar perkembangan individu dalam tiap

aspeknya. Karena proses penyesuaian diri sangat menentukan proses

perkembangan individu maka Bimbingan dan Konseling harus

memperhatikan permasalahan penyesuaian diri tersebut. Sebagai

mahasiswa Bimbingan dan Konseling, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai masalah-masalah penyesuaian diri yang

(21)

memperoleh data supaya dapat menyusun topik bimbingan klasikal yang

relevan dan efektif.

B. Rumusan Masalah

1. Sejauh mana tingkat permasalahan penyesuaian diri para siswi

yang tinggal di asrama Stella Duce Supadi tahun ajaran

2009/2010?

2. Permasalahan penyesuaian diri apakah yang sangat intens dialami

siswi asrama Stella Duce Supadi tahun ajaran 2009/2010 dalam

rangka penyusunan topik-topik bimbingan klasikal?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh data permasalahan penyesuaian diri yang dialami

siswi asrama Stella Duce Supadi tahun ajaran 2009/2010.

2. Menemukan topik bimbingan klasikal yang bisa menjawab

permasalahan penyesuaian diri yang dialami siswi asrama Stella

Duce Supadi tahun ajaran 2009/2010.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritik

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian teorotik

dibidang bimbingan dan konseling, khususnya mengenai

(22)

b. Penelitian ini dapat merangsang penelitian selanjutnya yang

hendak mengkaji topik yang berkaitan dengan permasalahan

penyesuaian diri yang dialami individu.

2. Praktis

a. Para Siswi

Dapat memperoleh gambaran mengenai permasalahan

penyesuaian yang paling dominan dialaminya sehingga mereka

dapat memecahkan permasalahan penyesuaian diri tersebut

dengan pendampingan pembina asrama Stella Duce Supadi.

b. Para Tutor

Dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan

acuan untuk memberikan bimbingan yang sesuai dan efektif

bagi siswi sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan

baik di asrama Stella Duce Supadi.

c. Para Tutor

Dapat memahami dan menciptakan situasi yang

menyenangkan bagi siswi sehingga mereka dapat

menyesuaikan diri dengan baik dan efektif dalam bidang

akademik, sosial, pribadi dan karirnya.

d. Peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman dalam mengungkap

(23)

juga dapat menemukan topik bimbingan klasikal yang sesuai

dan efektif untuk diberikan pada siswi.

e. Peneliti Lain

Peneliti lain dapat menambah pengetahuan baru serta dapat

menjadikan penelitian ini sebagai bahan acuan untuk

melakukan penelitian yang baru.

E. Definisi Operasional

1. Permasalahan merupakan sesuatu yang menghambat, merintangi,

atau mempersulit orang mencapai maksud dan tujuan tertentu.

2. Penyesuaian Diri adalah interaksi yang kontinyu antara diri sendiri,

lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang memungkinkan

individu membina diri sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi

secara efektif dalam lingkungan hidupnya.

3. Permasalahan penyesuaian diri merupakan sesuatu yang

menghambat, merintangi dan mempersulit orang untuk berinteraksi

baik dengan pribadi, lingkungan sosial maupun dengan lingkungan

fisik.

4. Siswi Asrama Stella Duce Supadi adalah para siswi remaja yang

pada tahun ajaran 2009-2010 tinggal di asrama Stella Duce Jl.

Supadi no.5 Yogyakarta.

5. Topik bimbingan klasikal merupakan pokok bahasan tertentu yang

(24)

dalam waktu tertentu untuk membantu mengatasi permasalahan

(25)

9

Pada bab ini akan dibahas mengenai penyesuaian diri,

permasalahan, bimbingan klasikal, keterkaitan antar bimbingan dan

pemecahan permasalahan penyesuaian dir, pentingnya pelayanan

bimbingan di asrama khususnya dalam pemecahan permasahan

penyesuaian diri.

A. Penyesuaian Diri

1. Arti Penyesuaian Diri.

Menurut Calhoun dan Acocella (dalam Sobur, 2003:526)

penyesuaian diri merupakan interaksi yang kontinu antara diri

sendiri, lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Selain itu,

Schneiders (Gunarsa, 1989) mengatakan bahwa penyesuaian diri

merupakan suatu proses perilaku yang mendorong seseorang untuk

menyesuaikan diri sesuai keinginannya dan dapat diterima oleh

lingkungan.

Menurut Davidoff (Fatimah, 2006:194) penyesuaian diri

merupakan titik temu antara kondisi diri dan tuntutan lingkungan.

Individu dituntut untuk menyesuaikan diri dengan pribadi,

lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Sehingga individu

(26)

penyesuaian diri merupakan suatu usaha dan kemampuan individu

dalam mengikuti tuntutan perubahan sosial di sekitarnya.

Pettijohn (Geru, 2002:6) penyesuaian diri berarti cara kita

bereaksi terhadap tuntutan stress dalam diri kita. penyesuaian diri

merupakan reaksi terhadap tuntutan yang ditujukan kepada dirinya

baik tuntutan internal maupun ekternal (Vembriarto, 1990).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka

penyesuaian diri merupakan serangkaian usaha individu untuk

mencapai keseimbangan dengan diri sendiri, lingkungan sosial dan

lingkungan fisiknya. Apabila dilihat dari permasalahan

penyesuaian diri yang dialami oleh siswa, maka dapat dikatakan

bahwa remaja yang berhasil dalam menyesuaikan diri adalah

mereka yang dapat mengintegrasikan dengan baik dalam aspek

pribadi, belajar, sosial dan karirnya dengan baik dan efektif.

2. Macam-macam Penyesuaian Diri

Sundari (2005:40) menyebutkan enam macam penyesuaian

diri, yaitu penyesuaian diri terhadap keluarga (family

adjusment), penyesuaian diri terhadap sosial (social adjusment),

penyesuaian diri terhadap sekolah (school adjusment),

penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi (college adjusment),

penyesuaian diri terhadap jabatan (vocational adjusment),

penyesuaian diri terhadap perkawinan (marriage adjusment).

(27)

pembahasan penyesuaian diri hanya terbatas pada penyesuaian

sosial, sekolah, dan jabatan.

a. Penyesuaian Diri terhadap Lingkungan Sosial

Sosial berkaitan dengan orang lain yang ada di

sekitarnya. Apabila individu ingin menyesuaikan diri

dengan lingkungan sosial maka ia harus memiliki

kesadaran untuk hidup dengan orang lain. Ada enam hal

yang perlu diperhatikan dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungan sosial, yakni:

1) Individu sanggup mengadakan relasi yang baik

dengan masyarakat

2) Individu sanggup bersikap secara efektif terhadap

kenyataan sosial

3) Individu sanggup menghargai dan menjalankan baik

hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis

4) Individu sanggup bergaul dengan orang lain dan

tetap menghargai hak-hak pribadinya

5) Individu mampu simpati terhadap kesejahteraan

orang lain, dengan cara: memberi pertolongan

kepada orang lain, bersikap jujur, cinta kebenaran,

(28)

b. Penyesuaian Diri terhadap Sekolah

Sekolah merupakan sarana bagi peserta didik dalam

mengembangkan potensinya, terutama perkembangan

akademik maupun non akademik. Individu diharapkan

dapat menyesuaikan diri dengan baik di sekolah. Dengan

demikian terwujud:

1) Kedisiplinan terhadap peraturan yang ada di

sekolah

2) Menyukai mata pelajaran di sekolah

3) Situasi yang kondusif sehingga tujuan sekolah

dapat tercapai

c. Penyesuaian terhadap Jabatan

Jabatan berkaitan dengan kemampuan individu

untuk mengambil keputusan mengenai karir yang dipilih,

sehingga mampu mengembangkan cara belajar dan

bekerja sesuai tuntutan karir yang dipilih. Dirinya harus

mempunyai kriteria dalam memilih karir, yaitu:

1) Matang dalam memegang jabatan

2) Senang dan mencintai pekerjaannya

3) Berusaha mencapai kemajuan secara bertahap.

3. Aspek-aspek Penyesuaian Diri.

Desmita (2009:195) mengemukakan empat aspek

(29)

kematangan intelektual, (c) kematangan sosial, (d) kematangan

tanggung jawab. Keempat aspek-aspek penyesuaian diri yang sehat

tersebut memiliki indikator, sebagai berikut:

a. Kematangan emosional

1) Kematangan dalam suasana kehidupan emosional.

2) Kemantapan dalam suasana hidup dengan orang lain

3) Kemampuan untuk santai, gembira dan menyatakan

kejengkelan.

4) Sikap dan perasaan terhadap kemampuan dan

kenyataan sendiri.

b. Kematangan intelektual

1) Kemampuan mencapai wawasan diri sendiri.

2) Kemampuan memahami kemampuan dan keragaman.

3) Kemampan mengambil keputusan.

4) Keterbukaan dalam mengenal lingkungan.

c. Kematangan sosial

1) Keterlibatan dalam partisipasi social.

2) Kesediaan kerja sama.

3) Kemampuan kepemimpinan

4) Sikap toleransi

5) Keakraban dalam pergaulan.

d. Tanggung jawab.

1) Sikap produktif dalam mengembangkan diri.

2) Melakukan perencanaan dan melaksanakannya secara

fleksibel.

3) Sikap altruism, empati. Bersahabat dalam hubungan

interpersonal.

4) Kesadaran akan etika dan hidup jujur.

5) Selalu konsekwensi dengan rencana yang dibuat.

6) Kemampuan bertindak dengan bebas.

Selain itu, Fatimah (2006:207) mengemukakan aspek-aspek

penyesuaian diri, meliputi:

a. Penyesuaian Pribadi

Penyesuaian pribadi merupakan kemampuan

(30)

agar tercipta hubungan yang harmonis dalam kehidupan.

Agar tercipta hubungan yang harmonis dengan

lingkungannya maka remaja harus memiliki kemampuan

untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya, bertindak

secara efektif sesuai dengan potensi dan kondisinya, tidak

adanya rasa benci, bertanggung jawab terhadap tugas dan

tanggung jawab, percaya pada kemampuan, mengenal

bakat, mempersiapkan diri untuk masuk di dunia kerja,

mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan lingkunganya

dan tidak mengeluh terhadap nasib.

b. Penyesuaian Sosial

Setiap individu perlu memperhatikan penyesuaian

diri dalam kehidupannya. Sebab individu hidup di

lingkungan dan mereka dituntut untuk saling berinteraksi.

Individu yang hidup di lingkungan baru perlu

menyesuaikan diri dengan keadaan di lingkungan tersebut.

Karena di lingkungan sosial tersebut, individu akan

menjalin hubungan yang baik, bekerja sama, berinteraksi,

bergaul, saling membantu dengan anggota keluarga, teman

di sekolah, teman bermain, dan anggota masyarakat secara

umum. Selain itu, di lingkungan masyarakat tersebut

terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam

(31)

tingkah laku yang sesuai dengan aturan, hukum adat

istiadat, nilai, dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

Apabila dilihat dari penjelasan di atas, maka aspek

penyesuaian diri pada remaja dapat di kelompokkan menjadi 4

aspek, meliputi: (a) penyesuaian pribadi, (b) penyesuaian sosial,

(c) penyesuaian belajar dan (d) penyesuaian karir.

a. Penyesuaian pribadi.

Penyesuaian pribadi memiliki beberapa aspek, meliputi:

1) Mengenal kelebihan dan kekurangan.

2) Bertindak secara efektif sesuai dengan kemampuan

dan kondisi.

3) Mengelola rasa benci dan menyatakan kejengkelan.

4) Bertanggung jawab terhadap tugas .

5) Percaya pada kemampuan.

b. Penyesuaian sosial.

Penyesuaian sosial memiliki beberapa aspek, meliputi:

1) Keterlibatan dalam partisipasi sosial.

2) Kesediaan kerja sama.

3) Kemampuan kepemimpinan.

4) Sikap toleransi.

5) Keakraban dalam pergaulan.

c. Penyesuaian belajar

(32)

1)Kemampuan mencapai pengetahuan yang luas.

2)Kemampuan memahami pelajaran di sekolah.

3)Kemampuan mengambil keputusan.

4)Keterbukaan bila mengalami kesulitan.

5)Mampu mengatur waktu.

d. Penyesuaian karir.

Penyesuaian karir memiliki beberapa aspek, meliputi:

1)Kesadaran akan etika dan hidup jujur.

2)Selalu konsekwensi dengan rencana yang dibuat.

3)Mempunyai cita-cita.

4)Mengenal berbagai macam pekerjaan.

5)Mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.

Jadi, orang akan mengalami kebahagiaan bila berhasil

menyesuaikan diri dengan baik. Individu memperoleh

kebahagiaan bila dapat mengenal diri, sosial, belajar dan

kemampuannya. Sebaliknya, individu yang kurang baik dalam

penyesuaian diri akan mengalami ketidakbahagiaan dalam

hidupnya.

4. Peran Penyesuaian Diri bagi Peserta Didik

Peserta didik perlu memperhatikan penyesuaian diri dalam

kehidupannya. Sebab mereka hidup di lingkungan dan dituntut

(33)

perlu menyesuaikan diri dengan keadaan di lingkungan tersebut.

Ada berbagai macam dinamika dalam proses penyesuaian diri yang

dialami individu. Ada individu yang cepat tetapi adapula yang

menyesuaikan diri dengan lambat. Ada individu yang berhasil

dengan baik dalam proses penyesuian diri, tetapi adapula yang

gagal.

Menurut Hurlock (2004:239) kesulitan menyesuaikan diri

bisa mengakibatkan hidup yang tidak bahagia. Salah satu penyebab

ketidakbahagiaan remaja adalah kegagalan dalam menyesuaikan

diri. Hurlock (2004:239) menyebutkan bahwa tanda bahaya yang

umum dari ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan baik,

antara lain: tidak bertanggung jawab, perasaan cemas, mudah

menyerah, terlalu banyak mengkhayal. Akibat positif dari

keberhasilan penyesuaian diri adalah berkembangnya rasa percaya

diri, rasa yakin terhadap kemampuan, optimis dalam

menyelesaikan permasalahan. Selain itu, Hurlock (2005: 258)

mengatakan bahwa remaja yang menyesuaikan diri dengan baik

akan merasa puas dengan dirinya, menjalankan tugas sesuai

kemampuannya, mampu berinteraksi dengan orang lain.

Peserta didik perlu menyesuaikan diri dengan baik dalam

bidang pribadi, sosial, karir dan belajarnya. Sehingga mereka

dapat berkembang secara optimal dan mencapai kebahagiaan

(34)

5. Peran Bimbingan dan Konseling dalam Membantu Proses Penyesuaian Diri Siswa.

Penyesuaian diri sangat penting dalam proses perkembangan

individu. Tugas Bimbingan dan Konseling adalah memperlancar

perkembangan individu dalam bidang pribadi, belajar, sosial dan

karir. Karena proses penyesuaian diri sangat menentukan proses

perkembangan individu maka Bimbingan dan Konseling harus

memperhatikan permasalahan penyesuaian diri tersebut. Apabila

mengetahui masalah penyesuaian diri yang dialami siswa maka

Bimbingan dan Konseling dapat menyusun program yang relevan

dan efektif.

Fatimah (2006:209) mengatakan bahwa setiap sekolah

menengah memiliki guru Bimbingan dan Konseling yang berfungsi

untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah penyesuaian

diri yang dihadapinya. Selain itu, Mulyatiningsih, dkk (2004)

mengatakan bahwa layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah

bertujuan untuk membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri

dengan aspek pribadi, sosial, belajar dan karirnya. Winkel dan

Hastuti (2004:66) mengatakan bahwa salah satu fungsi pokok dari

pelayanan bimbingan di sekolah adalah fungsi penyesuaian. Fungsi

penyesuaian dapat membantu siswa menemukan cara

menempatkan diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi

(35)

Bimbingan dan Konseling sangat berperan penting dalam

membantu proses penyesuaian diri siswa. Bimbingan dan

Konseling membantu siswa dengan memberikan bimbingan yang

sesuai dan efektif agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan

baik. Dengan bimbingan yang relevan, siswa diharapkan dapat

berkembang secara optimal.

B. Permasalahan

Beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permasalahan yang

dialami remaja disebabkan oleh berbagai faktor. Baik faktor dari dalam

diri maupun dari lingkungannya.

1. Arti permasalahan

Kata permasalahan diambil dari kata dasar “masalah” lalu

ditambah dengan awalan per- dan akhiran –an. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (1995) masalah berarti sesuatu yang harus

diselesaikan (dipecahkan). Menurut Hastuti (dalam Winkel

1992:12) masalah merupakan sesuatu yang menghambat,

merintangi, atau mempersulit seseorang mencapai maksud dan

tujuan tertentu. Selain itu, Mappiare (1982:111) mengatakan

bahwa tugas perkembangan yang tidak terselesaikan dengan baik

pada periode tertentu dan kebutuhan yang tidak terpenuhi dapat

menimbulkan masalah bagi remaja. Willis (dalam Geru, 2002)

(36)

dengan penyesuaian dengan kelompok dan lingkungan tempat dia

berkembang.

Dengan demikian, masalah merupakan sesuatu yang

menghambat individu mencapai tujuan tertentu. Selain itu, individu

mengalami masalah apabila kebutuhannya tidak terpenuhi dengan

baik.

2. Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja.

Remaja akan mengalami permasalahan dalam hidupnya

apabila mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik dan

efektif. Menurut Fatimah (2006:212) permasalahan penyesuaian

diri remaja akan timbul ketika mereka mulai memasuki Sekolah

Menengah Atas (SMA). Karena remaja akan mengalami masalah

penyesuaian diri dengan guru, teman dan mata pelajaran. Sebagai

akibatnya, mereka mengalami masalah dalam aspek belajar, karir,

sosial dan pribadi. Selain itu, Zakiah (dalam Lelanawati, 2004)

mengatakan bahwa permasalahan yang umum dialami oleh remaja

biasanya berhubungan dengan pelajaran di sekolah, teman sebaya,

masalah pribadi dan pertumbuhan jasmaninya.

Menurut Fatimah (2006:210) orang dewasa yang otoriter

dapat menghambat penyesuaian diri remaja. Sikap orang dewasa

yang cenderung otoriter dapat membuat remaja mengalami

masalah emosional seperti: suka menyendiri, marah-marah,

(37)

tuanya, menjadi tidak bebas dalam mengekpresikan keinginannya.

Secara tidak langsung sikap otoriter orang tua akan dibawa dalam

lingkungan pergaulannya. Sebagai pelampiasan, individu akan

cenderung bebas untuk otoriter terhadap teman-temannya baik di

sekolah maupun di luar.

Remaja mengalami permasalahan dalam penyesuaian diri

diakibatkan karena suasana tempat tinggal yang tidak nyaman.

Fatimah (2006:211) menuliskan bahwa hasil penelitian psikologis

membuktikan bahwa remaja yang hidup dalam rumah yang tidak

nyaman lebih banyak mengalami permasalahan dalam penyesuaian

dirinya. Hal ini tampak pada, remaja sering marah, suka

menyendiri, kurang kepekaan terhadap sosial, suka gelisah. Selain

itu, kebanyakan remaja dikeluarkan dari sekolah atau asrama

karena mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik.

Remaja mengalami permasalahan dalam menyesuaikan diri

dengan teman sebaya. Individu yang hidup di lingkungan baru

perlu menyesuaikan diri dengan teman sebaya di lingkungan

tersebut. Di lingkungan baru, individu berinteraksi dan mencari

teman baru. Banyak remaja yang mengalami kesulitan dalam

mencari teman yang baru. Karena mereka harus menyesuaikan

dengan keinginan, pendapat, minat yang baru.

Remaja mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri

(38)

mungkin akan timbul ketika remaja mulai memasuki jenjang

sekolah yang baru, baik sekolah lanjutan pertama maupun sekolah

lanjutan atas. Mereka mengalami permasalahan penyesuaian diri

dengan guru yang kurang memberikan perhatian, guru galak,

penolakan saat bertanya di kelas. Penyesuaian dengan teman baru

karena merasa minder, pernah dicuekin, sulit untuk bekerja sama.

Sedangkan penyesuaian dengan mata pelajaran yang kurang

disukai, sering mendapat nilai yang kurang baik, materi yang

banyak dan hafalan. Sebagai akibat prestasi belajar menjadi

menurun dibanding dengan prestasi disekolah sebelumnya.

Permasalahan lain yang mungkin timbul adalah

penyesuaian diri terhadap kebiasaan belajar. Siswa yang baru

masuk Sekolah Menengah Atas akan mengalami kesulitan dalam

membagi waktu belajar, malu untuk bertanya, malas belajar, sering

membolos sehingga ketinggalan pelajaran.

Dari uraian dapat disimpulkan bahwa permasalahan

penyesuaian diri yang dialami remaja berkaitan dengan: sikap

orang dewasa yang otoriter, suasana tempat tinggal yang kurang

nyaman, kesulitan bergaul dengan teman sebaya, kehidupan

sekolah yang tidak mendukung, dan kebiasaan belajar kurang

(39)

3. Pembagian Permasalahan Remaja Menurut Intensitasnya

Mappiare (1982:184) menyebutkan tiga macam pembagian

masalah remaja, yaitu: (1) masalah yang wajar, (2) masalah dengan

intensitas menengah, (3) masalah agresif atau taraf kuat. Masalah

yang wajar merupakan tingkah laku remaja yang masih dalam

perubahan fisik dan psikis dan tidak mengarah pada bahaya

penyimpangan. Masalah dengan intensitas menengah merupakan

tingkah laku remaja yang secara psikologis masih dalam

perubahan fisik dan psikis tetapi mengarah pada tanda-tanda

bahaya atau penyimpangan. Sedangkan, masalah agresif atau taraf

kuat merupakan tingkah laku yang disebabkan oleh adanya rasa

tidak enak, tertekan, tercekam sehingga membuat remaja

melakukan tindakan yang berlebihan.

Secara umum remaja mengalami masalah dengan intensitas

menengah. Masalah menengah remaja mengarah pada tanda-tanda

yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Menurut

Mappiare (1982:189) permasalahan menengah remaja yang

mengarah pada tanda-tanda penyimpangan ini disebabkan oleh:

a. Ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan

pertumbuhan dan perkembangan serta tidak dapat menerima apa yang dicapai.

b. Adanya tekanan-tekanan dari lingkungan misalnya

dari orang tua, teman sebaya dan masyarakat yang lebih luas.

c. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap

(40)

Berkaitan dengan tanda-tanda penyimpangan remaja, ada

masalah yang menunjukan bahaya pasif dan ada juga yang

netral. Selanjutnya, Mappiare (1982:190) mengatakan bahwa

permasalahan yang memiliki tanda bahaya pasif meliputi:

a. Merasa tidak aman sehingga remaja bersangkutan

bersikap merendahkan diri dan rela ”dijajah” oleh siapa saja baik di dalam rumah maupun di luar rumah.

b. Selalu melamun sebagai konpensasi bagi rasa

kurang puas dalam kehidupan sehari-hari.

c. Berusaha menarik perhatian dengan berbuat

kekanak-kanakan.

Sedangkan, permasalahan remaja yang memiliki tanda bahaya

netral:

a. Remaja mengabaikan tugas-tugasnya hanya untuk

bersenang-senang saja karena tidak ada tanggung jawab.

b. Remaja yang mempunyai rasa rindu yang sangat

dalam ketika ia berada jauh dari rumahnya.

Semua permasalahan menengah remaja yang mengarah

pada tanda bahaya tersebut membutuhkan perhatian yang serius

dari guru pembimbing. Pengabaian terhadap hal tersebut, akan

mengakibatkan terjadinya bahaya yang mengarah pada

penyesuaian diri yang kurang baik terhadap diri sendiri, orang

tua, teman sebaya, guru dan masyarakat secara luas (Mappiare

(41)

C. Bimbingan Klasikal 1. Pengertian

Bimbingan mengandung arti bantuan atau pelayanan,

artinya bimbingan itu terjadi karena adanya kesukarelaan dari

pembimbing dan yang dibimbing. Shertzen dan Stone (Winkel,

1997: 66) mengatakan bahwa bimbingan adalah proses membantu

orang-orang untuk memahami dirinya dan dunianya. Senada

dengan Shertzen dan Stone, Prayitno dkk (1997: 23)

mendefinisikan bimbingan di sekolah sebagai bantuan yang

diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan diri

pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.

Rachman Natawidjaja (Winkel, 1997: 67) mengartikan

bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu

yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut

dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri

dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan

keluarga serta masyarakat. Ini berarti bahwa bimbingan itu

dilaksanakan dalam rentang waktu yang relatif panjang, tidak

hanya sepintas, sewaktu-waktu, tetapi dilakukan secara sistematis,

terencana dan memiliki program.

Pemberian bimbingan kelompok mempunyai manfaat bagi

(42)

a. Menjadi lebih sadar akan tantangan yang dihadapi

b. Lebih rela menerima dirinya sendiri

c. Lebih berani mengemukakan pandangannya sendiri bila

berada dalam kelompok yang berbeda.

d. Lebih bersedia menerima suatu pandangan atau

pendapat yang dikemukakan oleh teman.

e. Tertolong untuk mengatasi suatu masalah yang dirasa

sulit untuk dibicarakan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diberikan contoh usulan

topik bimbingan klasikal misalnya tentang : Penerimaan diri,

Tanggung jawab, Kejujuran, Belajar mengelola konflik,

Persahabatan, Kepercayaan diri, Kedisiplinan dan sebagainya

disesuaikan dengan kebutuhan siswi asrama. Siswi asrama akan

dapat terbantu dalam menyelesaikan permasalahan penyesuaian

diri yang dialaminya melalui topik-topik bimbingan yang diberikan

oleh para pembimbing di asrama.

2. Ragam Bimbingan

Ragam bimbingan merupakan berbagai macam bidang

bimbingan yang diberikan kepada siswa. Ragam bimbingan

menunjuk aspek perkembangan tertentu yang menjadi fokus

perhatian pelayanan bimbingan. Ragam bimbingan adalah salah

(43)

siswa. Winkel dan Hastuti (2004:114) mengatakan ada empat

macam ragam bimbingan, yaitu:

a. Bimbingan karir

Bimbingan karir adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan/jabatan tertentu serta memberikan diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang akan dimasukinya.

b. Bimbingan akademik

Bimbingan akademik adalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, mengatasi kesukaran belajar yang muncul berkaitan dengan tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.

c. Bimbingan pribadi

Bimbingan pribadi adalah bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri, mengatur diri sendiri, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya.

d. Bimbingan sosial

Bimbingan sosial adalah bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama diberbagai lingkungan (pergaulan sosial).

Sedangkan Nurihsan dan Sudianto (2005:12) mengatakan bahwa

ada empat macam jenis bimbingan, yaitu: bimbingan belajar,

bimbingan sosial, bimbingan pribadi, bimbingan karir dan

bimbingan keluarga.

Tenaga pembimbing memberikan ragam bimbingan dengan

pengetahuan dan pemahaman yang mendalam. Pembimbing harus

memiliki kesabaran dalam memberikan layanan bimbingan

tersebut. Menurut Winkel dan Hastuti (2004:119) pemberian ragam

bimbingan ini menuntut kepekaan di pihak pembimbing yang

(44)

orang muda. Dengan demikian, peserta didik dapat menyesuaikan

diri dengan pribadi, sosial, belajar dan karirnya secara optimal.

D. Keterkaitan Antara Bimbingan Klasikal dan Penyelesaian Permasalahan Penyesuaian Diri.

Pelayanan bimbingan klasikal baik di sekolah maupun di luar

sekolah dapat terlaksana dengan mengadakan sejumlah kegiatan.

Kegiatan yang dilaksanakan tersebut bertujuan untuk membantu

memecahkan permasalahan penyesuaian diri yang dialami siswa.

Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam bentuk bimbingan klasikal

sehingga setiap siswa dapat dibimbing untuk mengembangkan

potensinya dalam menyesuaikan diri.

Menurut Winkel dan Hastuti (2004:91) bimbingan klasikal

merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terencana, terorganisasi dan

diberikan kepada lebih dari satu orang selama periode waktu tertentu.

Masalah Penyesuaian diri sangat penting dalam proses perkembangan

individu. Karena, proses penyesuaian diri sangat menentukan proses

perkembangan individu selanjutnya. Maka layanan bimbingan klasikal

yang diberikan disesuaikan dengan permasalahan penyesuaian diri

yang dialami siswa. Apabila siswa mengalami masalah dalam

menyesuaikan diri pada bidang belajar, karir, pribadi dan sosialnya.

Maka siswa tersebut perlu dibantu melalui bimbingan klasikal yang

sesuai dalam waktu tertentu. Sehingga individu dapat menyesuaikan

(45)

yang diberikan tersebut dengan baik maka dirinya akan menyesuaikan

diri dengan baik pada setiap aspek kehidupan.

E. Pentingnya Pelayanan Bimbingan di Asrama Khususnya Pemecahan Permasalahan Penyesuaian Diri.

Pelayanan bimbingan di asrama sangat penting untuk

membantu setiap siswi asrama menjadi pribadi yang dewasa dan

mampu mengatur hidupnya sendiri. Pelayanan bimbingan di

asrama perlu dikembangkan mengingat bahwa yang tinggal di

asrama adalah kaum remaja yang masih membutuhkan

pendampingan dalam perkembangannya.

Seorang pembimbing di asrama dapat memanfaatkan setiap

kesempatan yang ada untuk memberikan layanan bimbingan,

misalnya untuk membantu menyelesaikan permasalahan

penyesuaian diri yang dialami siswa.

Salah satu cara yang dapat mendukung terciptanya

kerukunan, keharmonisan dalam asrama adalah sikap empati.

Empati adalah kemampuan untuk menyadari, memahami, dan

menghargai perasaan dan pikiran orang lain (Stein dan Book,

2002). Orang yang empati adalah orang yang mampu membaca

sudut pandang dan emosi orang lain. Orang yang demikian akan

(46)

pada orang lain. Sikap empati diharapkan tumbuh pada setiap

(47)

31

Pada bagian ini, peneliti memaparkan tentang jenis penelitian,

populasi penelitian, metode dan alat pengumpul data dan uji alat ukur.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini

menggunakan metode survei karena penelitian ini ingin mengumpulkan

informasi mengenai permasalahan penyesuaian diri siswi asrama Stella

Duce Supadi Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010.

B. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi asrama Stella

Duce Supadi Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 yang tinggal di

asrama Supadi yang berjumlah 42 siswa. Teknik pengambilan subjek

menggunakan metode populasi terbatas yaitu populasi yang memiliki

batas kuantitatif secara jelas karena memiliki karakteristik yang terbatas

(Zuriah, 2007:116). Adapun karakteristik pemilihan populasi, yaitu:

masa sekolah tiga tahun, usia 16-17 tahun, tingkat pendidikan yang

(48)

C. Alat Pengumpul Data

Alat yang digunakan untuk dalam pengumpulan data adalah skala

permasalahan penyesuaian diri. Item skala terbagi menjadi item positif

(favorable) dan item negatif (unfavorable). Skala permasalahan

penyesuaian diri terdiri dari 80 item yang terdiri dari 40 item positif

dan 40 item negatif.

Skala ini disusun dan dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek

penyesuaian diri, yaitu: aspek pribadi, aspek sosial, aspek belajar dan

aspek karir, Fatimah (2006:207) dan Desmita (2009:195).

Tabel 1

Tabel Kisi-Kisi Skala Permasalahan Penyesuaian Diri

No Aspek

b. Tidak dapat bertindak sesuai potensi dan situasinya.

5, 7 18, 20

c. Kurang dapat mengelola ras benci dan kejengkelannya.

15, 11 12, 16

d. Kurang bertanggung jawab terhadap tugas.

17, 3 8, 10

e. Kurang percaya pada kemampuannya.

13, 19 6, 2

Sosial a. Kurang terlibat dalam kegiatan sosial.

(49)

b. Tidak mau bekerja sama dengan orang.

35, 23 28, 30 c. Malu menjadi

pemimpin.

25, 37 22, 34 d. Kurang memiliki sikap

toleransi.

29, 39 26, 24

e. Menyendiri 27, 33 32, 36

Belajar a. Kurang memiliki pengetahuan yang luas

59, 57 52, 54

b.Belum dapat

memahami setiap mata pelajaran di sekolah.

49, 53 56,42

b. Sulit mengambil keputusan.

45,55 60, 48

c. Malu bertanya bila mengalami kesulitan.

51, 41 58, 44 d. Sulit mengatur waktu. 43, 41 46, 50

Karir a. Tidak konsekwensi

dengan rencana.

69, 75 80, 78 b. Kurang ada kesadaran

akan hidup jujur.

77, 61 74, 72 c. Tidak memiliki cita-cita. 67, 73 62, 64 d. Kurang mengenal

macam pekerjaan

71,79 68, 66

e. Kurang mempersiapkan diri masuk dunia kerja .

65, 63 70, 76

Jumlah Item Favorable dan Unfavorable 40 40

TOTAL ITEM 80

(dapat dilihat pada lampiran 1)

Skala permasalahan penyesuaian diri terdiri dari pernyataan yang

favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban, yaitu:

Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai

(STS). Pemberian skor skala permasalahan penyesuaian diri dimulai

dari angka 4 sampai 1 untuk item favorable, sedangkan untuk item

(50)

D. Uji Alat Ukur 1. Uji Validitas Isi

Pada penelitian ini, validitas yang diuji adalah validitas isi.

Validitas isi dapat diartikan sebagai ketepatan dan kecermatan suatu

alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dapat

dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut

mampu memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud

dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2008).

Validitas isi dari skala ini telah mendapat penilaian professional

(professional judgement) dari dosen ahli, yaitu: Ibu A.Setyandari,

S.Pd.,Psi.,M.A. Dosen memberikan penilaian berkaitan dengan

kesesuaian antara variabel penelitian, indikator penelitian. Selain itu,

Dosen juga memberikan beberapa perbaikan berkaitan dengan

kalimat pernyataan dari 80 item skala permasalahan penyesuaian diri

yang telah disusun oleh peneliti.

2. Seleksi Item

Seleksi item pada skala ini dilakukan dengan menggunakan

program SPSS for Windows 11.0. Penelitian ini juga menerapkan

patokan koefisien validitas minimal untuk melihat valid tidaknya

nomor-nomor item skala. Cronbach (melalui Azwar, 2008:103)

menuliskan bahwa untuk patokan koefisien validitas menggunakan

(51)

dinyatakan gugur sedangkan yang koefisien validitasnya ≥ 0,30

dianggap valid.

3. Uji Reliabilitas

Setelah seleksi item, selanjutnya pengujian reliabilitas,

dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product-Moment

(r)

.

Reliabilitas merupakan keterpercayaan terhadap hasil ukur,

pengukuran yang reliabel akan menghasilkan skor yang dapat

dipercaya ( Azwar, 2008:83).

dengan cara pembelahan item ganjil-genap (odd-even splits)

dalam cara ini, seluruh item yang bernomor urut gasal dijadikan satu

kelompok menjadi belahan pertama (X) dan seluruh item yang

bernomor urut genap dijadikan satu kelompok menjadi belahan

kedua (Y), dengan membelah secara gasal dan genap diharapkan

akan diperoleh dua bagian yang setara (Azwar, 2008:66).

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan system try

out terpakai karena keterbatasan jumlah populasi, populasi tidak ada

yang sama, keterbatasan waktu, maka penelitian ini hanya

melakukan satu kali penyebaran angket sehingga penelitian ini

menggunakan populasi yang sama dengan populasi yang digunakan

untuk menguji reliabilitas, koefisien korelasi. Data yang diperoleh

(52)

dari pearson product moment (Adesla :2007). Rumus korelasi

Product-Moment

(r)

, yaitu:

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi ganjil (X) dan genap (Y)

X = Skor item ganjil

Y = Skor item genap

N = jumlah subjek.

Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4.

4. Uji Koefisien Korelasi

Uji koefisien korelasi dilakukan untuk mengukur keajegan

hasil pengukuran antara item nomor genap dan ganjil. Dengan kata

lain reliabilitas diperlukan untuk melihat sejauh mana pengukuran itu

dapat memberikan hasil yang relatif sama jika dilakukan pengukuran

kembali dengan alat ukur yang sama.

Perhitungan reliabilitas skala item nomor genap dan ganjil

menggunakan rumus Spearman-Brown, yaitu:

(53)

Keterangan:

r

tt = koefisien reliabilitas

rgg

= koefisien korelasi item gasal-genap

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien korelasi (

rxx

) yang

angkanya berada dalam rentang 0-1,00. Koefisien korelasi berada

pada ≥ 0,91-1,00 berarti sangat tinggi reliabilitasnya, koefisien

korelasi berada pada angka 0,71-0,90 berarti reliabilitasnya tinggi,

koefisien korelasi berada pada angka 0,41-0,70 berarti reliabilitasnya

cukup sedangkan semakin rendah reliabilitasnya berada pada angka

< 0,40 ( Masidjo, 2006). Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4.

E. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan berbagai kegiatan yaitu:

a. Penyusunan kuesioner

Hal-hal yang dilakukan dalam menyusun instrumen adalah:

1)Menentukan variabel

2)Menentukan aspek-aspek penyesuaian diri

3)Menentukan indikator-indikator dari penyesuaian diri

4)Merumuskan indikator-indikator tersebut dalam butir-butir

item

5)Mengkonsultasikan instrumen yang telah dibuat kepada

(54)

2. Tahap pelaksanaan pengumpulan data.

Setelah mendapat persetujuan dari dosen pembimbing untuk

melakukan penelitian, selanjutnya adalah proses pengurusan surat

ijin penelitian kepada Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Surat ijin

diberikan dengan nomor: 036/Pen/BK/JIP/V/2010

Sebelum pengumpulan data dilakukan, peneliti

menghubungi pimpinan asrama Stella Duce Supadi Yogyakarta

untuk menentukan waktu yang tepat. Setelah terjadi kesepakatan,

maka Penelitian dilaksanakan secara bertahap karena peneliti

menyesuaikan dengan kegiatan para siswi yang padat. Maka

penelitian dilaksanakan selama seminggu, pada hari Sabtu tanggal

15 Mei 2010 sampai hari Jumat tanggal 21 Mei 2010. Populasi

dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA Stella Duce 1

Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 yang tinggal di asrama

Supadi yang berjumlah 42 orang. Pelaksanaan penelitian diawali

dengan penjelasan dari suster pembina asrama tentang maksud

diadakan pengisian angket (penelitian). Kemudian peneliti

membagikan lembar skala serta menjelaskan petunjuk pengisian

skala dan memberikan kesempatan kepada para siswi untuk

mengisi skala. Para siswa diperkenankan bertanya kepada

pembina asrama atau pada peneliti bila mengalami kesulitan

(55)

Duce Supadi Yogyakarta selesai mengisi skala maka peneliti

mengucapkan terimakasih.

Setelah dilakukan pengujian dari 80 item terdapat 18 item

yang gugur, berikuti ini merupakan tabel butir yang tidak valid dan

tabel butir yang valid.

Tabel 2

Tabel Kisi-Kisi Item yang Gugur

No Aspek

b. Tidak dapat bertindak sesuai potensi dan situasinya.

- 20

c. Kurang dapat mengelola ras benci dan kejengkelannya.

15, 11 -

d. Kurang bertanggung jawab terhadap tugas.

-

e. Kurang percaya pada kemampuannya.

19 -

Sosial a. Kurang terlibat dalam

kegiatan sosial.

- 40 b. Tidak mau bekerja sama

dengan orang.

- - c. Malu menjadi

pemimpin.

- 34 d. Kurang memiliki sikap

toleransi.

- 26

(56)

Belajar a. Kurang memiliki pengetahuan yang luas

59, 57 -

b. Belum dapat

memahami setiap mata pelajaran di sekolah.

42

c. Sulit mengambil keputusan.

45 -

d. Malu bertanya bila mengalami kesulitan.

- - e. Sulit mengatur waktu. 43 -

Karir a. Tidak konsekwensi

dengan rencana.

- 80 b. Kurang ada kesadaran

akan hidup jujur.

- 74 c. Tidak memiliki cita-cita. - -

d. Kurang mengenal macam pekerjaan

79 - e. Kurang mempersiapkan

diri masuk dunia kerja .

- -

Jumlah Item Favorable dan Unfavorable 10 8

TOTAL ITEM 18

  Tabel 3

Tabel Kisi-Kisi Item yang Valid sebagai Item Final

No Aspek Penyesuaian

Diri

Indikator Nomor Item Jumlah

Favorable Unfavorable

1. Pribadi a.Kurang dapat

c. Kurang dapat mengelola ras benci dan

(57)

kejengkelannya

e. Kurang percaya pada

kemampuannya.

13 6, 2 3

Sosial a. Kurang terlibat dalam kegiatan

c. Malu menjadi pemimpin.

25, 37 22 3

d. Kurang memiliki sikap toleransi.

29, 39 24 3

e. Menyendiri 27,33 36 3

Belajar a. Kurang memiliki pengetahuan

c. Sulit mengambil keputusan.

55 60, 48 3

d. Malu bertanya bila mengalami kesulitan.

51, 47 58, 44 4

(58)

cita-cita. d. Kurang mengenal

macam pekerjaan

71 68, 66 3

e. Kurang

mempersiapkan diri masuk dunia kerja.

65, 63 70, 76 4

30 32 62

(dapat dilihat pada lampiran 3)

F. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah analisis yang ditempuh yaitu:

1. Menentukan skor dari setiap alternatif jawaban. Alternatif

jawaban favorable yaitu: SS diberi skor 4, S diberi skor 3, TS

diberi skor 2, STS diberi skor 1, sedangkan untuk alternatif

jawaban unfavorable: SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS

diberi skor 3, STS diberi skor 4.

2. Menghitung jumlah skor dari masing-masing subjek

3. Membuat tabulasi data.

4. Menghitung frekuensi berdasarkan skor untuk setiap item.

5. Menghitung persentase berdasarkan frekuensi yang telah

diperoleh untuk setiap item.

6. Menentukan penggolongan tingkat masing-masing aspek

permasalahan penyesuaian diri siswi asrama Stella Duce

Supadi Yogyakarat tahun ajaran 2009/2010 berdasarkan

Penilaian Acuan Patokan tipe I. Penilaian Acuan Patokan

adalah suatu penilaian yang memperbandingkan skor riil

(59)

1995). Penggolongan pencapaian permasalahan penyesuaian

diri para siswi asrama Stella Duce Supadi Yogyakarta

digolongkan menjadi lima, yaitu sangat intens, intens, cukup

intens, kurang intens, sangat kurang intens, dengan patokan

seperti dalam tabel 4.

Tabel 4

Penggolongan Permasalahan Penyesuaian Diri

yang Intens dialami siswi Asrama Stella Duce Supadi Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010

Kategori Patokan

Sangat Intens 90 % - 100 %

Intens 80 % - 89 %

Cukup Intens 65 % - 79 %

Kurang Intens 55 % - 64 %

(60)

44

Bab ini akan memaparkan jawaban atas rumusan masalah, yaitu:

Sejauh mana tingkat permasalahan penyesuaian diri para siswi yang

tinggal di asrama Stella Duce Supadi tahun ajaran 2009/2010? dan

permasalahan penyesuaian diri apakah yang sangat intens dialami siswi

asrama Stella Duce Supadi tahun ajaran 2009/2010 dalam rangka

penyusunan topik-topik bimbingan klasikal?

A. Hasil Penelitian

1. Sejauh Mana Tingkat Permasalahan Penyesuaian Diri para Siswi yang Tinggal di Asrama Stella Duce Supadi Tahun Ajaran 2009/2010?

Untuk menentukan permasalahan penyesuaian diri yang dialami

para siswi asrama Stella Duce Supadi tahun ajaran 2009/2010

berdasarkan tingkatan subjek maka dihitung dengan menggunakan

perhitungan Penilaian Acuan Patokan. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

tipe I digunakan dengan memperbandingkan skor riil dengan skor

yang seharusnya (Masidjo, 1995). Patokan yang dipergunakan dalam

(61)

Tabel 6

Sebaran Subjek Berdasarkan Kategori Permasalahan dalam Setiap Aspek Penyesuaian Diri Para siswi Asrama Stella Duce Supadi Yogyakarta

Tahun Ajaran 2009/2010

(dapat dilihat dilampiran 5)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar siswi

yang tinggal di asrama Stella Duce Supadi tahun ajaran 2009/2010

berada pada kawasan intens dan cukup intens. Dengan demikian,

banyak siswi yang mengalami permasalahan penyesuaian diri sehingga

mereka membutuhkan perhatian dan pendampingan yang baik dan

efektif dari suster pembina dan orang tua.

Kategori Aspek-aspek Permasalahan Penyesuaian Diri

Pribadi Sosial Belajar Karir

Sangat Intens 4 (9,52%) 1 (2,38%) 5 (11,9) 6 (14,28%) Intens 17 (40,47%) 17 (40,47 %) 16 (38,09%) 18 (42,85%) Cukup Intens 16 (38,09%) 18 (42,85%) 16 (38,09%) 12 (28,57%) Kurang Intens 2 (4, 76 %) 2 (4,76 %) 1 (2,38%) 3 (7,14 %) Sangat Kurang

Intens

3 (7,14%) 4 (9,52%) 4 (9, 52%) 3 (7,14 %)

(62)

2. Permasalahan Penyesuaian Diri Apakah yang Sangat Intens Dialami Siswi Asrama Stella Duce Supadi Tahun Ajaran 2009/2010 dalam Rangka Penyusunan Topik-topik Bimbingan Klasikal?

Untuk menentukan permasalahan penyesuaian diri yang

dialami para siswi asrama Stella Duce Supadi tahun ajaran 2009/2010

berdasarkan item pernyataan maka dihitung dengan menggunakan

perhitungan Penilaian Acuan Patokan. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

tipe I digunakan dengan memperbandingkan skor riil dengan skor

yang seharusnya (Masidjo, 1995). Patokan yang dipergunakan dalam

penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.

Tabel 7

Sebaran Item Berdasarkan Kategori Permasalahan dalam Setiap Aspek Penyesuaian Diri Para siswi Asrama Stella Duce Supadi Yogyakarta

Tahun Ajaran 2009/2010

(63)

Tabel 8

Berdasarkan Kategori Permasalahan dalam Setiap Aspek Penyesuaian Diri Para siswi Asrama Stella Duce Supadi Yogyakarta

Tahun Ajaran 2009/2010

No Kategori Aspek No

Belajar 47 Saya tidak mau bertanya karena

takut dianggap bodoh.

92,8%

49 Saya belum dapat memahami

setiap mata pelajaran yang dilaksanakan di sekolah dengan baik.

94,0%

58 Saya kurang dapat mencari

jalan keluar dengan bertanya pada teman atau pembina asrama bila mengalami kesulitan.

90,4%

Sosial 38 Saya kurang ambil bagian

dalam kegiatan sosial yang dilaksanakan di lingkungan asrama maupun gereja.

92,8%

2 Intens Pribadi 13 Saya tidak yakin terhadap

kemampuan saya dalam melakukan aktivitas.

83,3%

10 Saya jarang menjalankan piket

di asrama.

85,7%

4 Saya kurang mengetahui

kelebihan-kelebihan yang saya miliki.

82,1%

14 Saya kurang dapat mengetahui

kekurangan saya sehingga saya dapat bertindak dengan benar.

81,5%

18 Saya jarang melaksanakan

kegiatan dengan baik karena kurang sesuai dengan

kemampuan yang saya miliki.

85,7%

Sosial 27 Saya lebih nyaman tinggal

sendiri dari pada bersama orang lain.

88,6%

29 Saya selalu mengomentari

teman saya yang tidak sependapat dengan saya

(64)

Belajar 51 Saya malu bertanya pada teman bila saya mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas.

83,9%

Karir 61 Saya menutupi kesalahan yang

saya buat agar suster pembina dan teman-teman tidak memarahi saya.

83,9%

67 Saya belum memiliki cita-cita

yang jelas.

87,5%

69 Saya kurang dapat menjalankan

rencana yang telah saya buat dengan baik.

80,3%

71 Saya belum mengenal berbagai

macam pekerjaan yang ada di luar saya.

82,7%

62 Saya belum mempunyai

cita-cita yang ingin saya capai dari belajar.

84,5%

66 Saya jarang mencari informasi

mengenai berbagai macam pekerjaan lewat internet.

80,3%

68 Saya kurang mengenal berbagai

macam pekerjaan yang ada karena saya tidak bertanya pada suster pembina atau guru BK di sekolah.

87,5%

75 Saya menjalankan kegiatan

diluar dari rencana yang telah saya buat.

88,0%

(dapat dilihat dilampiran 6)

3. Pembahasan

Berikut ini akan dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian.

Pada dasarnya pembahasan berfokus pada tiga hal yaitu: penyebab, akibat

yang terjadi, dan usaha dari beberapa pihak dalam rangka mengatasi

masalah yang bersangkutan. Beberapa pihak tersebut ialah: pendamping di

asrama, orangtua, dan siswi. Untuk menghindari pengulangan yang tidak

perlu, maka dalam pembahasan masing-masing item permasalahan

(65)

pilihan terbanyak seperti pada tabel 8 selain itu apabila ada item yang

pernyataan hampir sama maka akan dibahas menjadi satu uraian. Item-item

di tabel 8 dijadikan pembahasan karena dipandang masih belum ideal dalam

penyesuaian diri.

a. Kategori Sangat Intens

1) Aspek Belajar

a) Saya tidak mau bertanya karena takut dianggap bodoh (item

47 skor 92,8%) dan saya malu bertanya pada teman bila saya

mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas (item 51 skor

83,9%).

Permasalahan siswi tidak mau bertanya karena takut

dianggap bodoh dan malu bertanya pada teman bila

mengalami kesulitan dapat disebabkan oleh beberapa hal,

antara lain: kurang percaya diri, siswi sulit

mengkomunikasikan keinginannya, malu dengan teman,

kurang menyadari pentingnya bertanya, merasa minder, 

mereka juga beranggapan bahwa orang yang selalu

bertanya adalah orang yang bodoh, siswi kurang percaya

pada teman. Permasalahan tersebut dapat mengakibatkan

siswi mengalami kesulitan dalam proses belajar, terutama

saat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru,

mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, siswi

Gambar

Tabel  1   :    Kisi-kisi Skala Permasalahan Penyesuaian Diri ..............
Tabel Kisi-Kisi Skala Permasalahan Penyesuaian Diri
Tabel Kisi-Kisi Item yang Gugur
Tabel Kisi-Kisi Item yang Valid sebagai Item Final
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pada pengujian menggunakan format MusicXML, program mampu mendeteksi nada A5 yang terlalu tinggi untuk dinyanyikan?. Program akan melakukan penurunan nada dasar menjadi

Untuk mempercepat adopsi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Departemen Pertanian, maka sejak tahun 2009 telah ditandatngani nota kesepahaman antara Badan

Barbora (2009) menyimpulkan bahwa meta analisis menurut Sutrisno, Hery dan Kartono (2007) merupakan teknik yang digunakan untuk merangkum berbagai hasil penelitian

Setiap mahasiswa yang menjadi mekanik di Bengkel Prototype Honda dipastikan akan mendapatkan pengalaman sedang proses melakukan perbaikan/perawatan sepeda motor dan pada

Baiquni pada tahun 2007 dalam Sahputra (2009: 11) menyatakan dalam situasi belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh serta membutuhkan dan melibatkan interaksi, sering

Sehingga, tujuan dari penelitian ini adalah mengontrol temperatur sepanjang Γ w sedemikian hingga temperatur pada batas tersebut sesuai dengan kondisi temperatur yang

Pelaksanaan pengajaran membaca memiliki beberapa prinsip yang terdiri atas: 1) belajar membaca merupakan suatu proses yang sangat rumit dan peka terhadap

Untuk meringankan atau membantu menyelesaikan pekerjaan yang ada di MIN Demangan Kota Madiun dengan dibuatnya perancangan sistem peminjaman buku, yang kedepannya