SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh: Albertina Agapa
061114016
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh: Albertina Agapa
061114016
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv 2. With God all things are possible.
3. Tuhan jadikan indah tepat pada waktu-Nya.
(1 Kor 10:13 & Pengkotbah 3:11A)
PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Bapa dan Mama tercinta di Nabire dan di Ugapuga
Adik-adik tersayang
v
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 6 Oktober 2010 Penulis
vi
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Albertina Agapa
Nomor Mahasiswa : 061114016
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
SURVEI PERMASALAHAN PENYESUAIAN DIRI SISWI ASRAMA STELLA DUCE SUPADI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK
BIMBINGAN KLASIKAL
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 6 Oktober 2010
Yang menyatakan
vii
BIMBINGAN KLASIKAL
Albertina Agapa Universitas Sanata Dharma
2010
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang permasalahan penyesuaian diri yang sangat intens dialami siswi asrama Stella Duce Supadi Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripsi dengan metode survei. Subjek penelitian adalah populasi siswi asrama Stella Duce Supadi Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010. Mereka terdiri dari SMA 42 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang disusun oleh penulis berdasarkan buku Psikologi
perkembangan (Fatimah, 2006 dan Desmita, 2009). Skala terdiri dari 80
pertanyaan yang mencakup empat aspek penyesuaian diri yaitu: (1) aspek pribadi, (2) aspek sosial, (3) aspek belajar, (4) aspek karir. Skala telah diuji validitasnya menggunakan teknik penilaian profesional dan reliabilitas menggunakan teknik
pearson product moment. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan
frekwensi dengan pendistribusiannya berdasarkan rumus Penilaian Acuan Patokan tipe I. Intensitas permasalahan penyesuain diri para siswi asrama Stella Duce Supadi Yogyakarta digolongkan menjadi 5 yaitu sangat kurang intens, kurang intens, cukup intens, Intens dan sangat intens.
viii
THE CLASSICAL ASSISTANCE Albertina Agapa
Sanata Dharma University 2010
The aim of this research is to collect any description about the adjustment problems intensely experienced by the students living in Stella Duce Supadi Yogyakarta dormitory year 2009/2010 and its implication on the topics’ proposal for the classical assistance.
This is a descriptive study with survey methodology. The subject of this study covers a population of 42 students living in Stella Duce Supadi Yogyakarta dormitory year 2009/2010. The instrument used is questionnaires arranged based on the book Psikologi Perkembangan (Fatimah, 2006 and Desmita, 2009). The scale consists of 80 questions which include four aspects of self adaptation, namely: (1) personal aspect, (2) social aspect, (3) learning aspect, (4) career aspect. The validity and the reliability of the scale have been tested by using the technique of professional evaluation for the former and the technique of Pearson product moment for the latter. The data analysis technique used is calculating the frequency with its distribution based on the formula of Reference Evaluationtype I. The self adaptation problems’ intensity of the students living in Stella Duce Supadi Yogyakarta dormitory year 2009/2010 can be categorized into 5 stages, namely: the least intense, less intense, fairly intense, intense, and the most intense. The result shows that the self adaptation problems of the students living in Stella Duce Supadi Yogyakarta dormitory year 2009/2010 are in the fairly intense and intense stage so that it is necessary for the chief of the dormitory and the parents to give a better and more effective attention. Meanwhile, the most intense self adaptation problems experienced by the students, based on the item, are in (1) learning aspects on item 47 (92.8%), item 49 (94.0%), and item 58 (90.4%); and (2) social aspect on item 38 (92.8%). As for the intense ones are in (1) personal aspects on item 13 (83.3%), item 10 (85.7%), item 4 (82.1%), item 14 (81.5%), and item 18 (85.7%); (2) social aspects on item 27 (88.6%) and item 29 (85.1%); (3) learning aspect on item 51 (83.9%); (4) career aspects on item 61 (83.9%), item 67 (87.5%), item 69 (80.3%), item 71 (82.7%), item 62 (84.5%), item 66 (80.3%), item 68 (87.5%) and item 75 (88.0%).
ix
pendampingan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Berkat penyertaan dan
bimbingan-Nya, peneliti mendapatkan kekuatan, dan semangat untuk tekun dalam
penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan
Konseling.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan,
perhatian, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
diucapkan terimakasih kepada:
1. Br. Yustinus Triyana, S.J. S.S., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing yang dengan
penuh kesabaran, keramahan, ketulusan hati, pengertian, telah memberikan
bimbingan, petunjuk, masukan, saran, pikiran, waktu, tenaga, pengalaman,
dukungan, dan dorongan kepada peneliti hingga tersusunnya skripsi ini.
2. Dr.M.M. Sri Hastuti, M.Si., selaku ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan
ijin untuk penulisan skripsi ini.
3. Dr. Gendon Barus, M.Si., dan Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si., selaku Dosen
penguji yang telah memberikan masukan, pikiran, saran, waktu dan kritikan
yang berguna sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik.
4. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
x peneliti.
6. Para karyawan sekretariat FKIP, BK, MKDU, MKDK, dan BAAK, yang
dengan sabar memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi.
7. Para karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
dengan keramahan dan kesederhanannya membantu peneliti dalam hal
peminjaman buku.
8. Para karyawan Rumah Tangga Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
selalu setia membersihkan lingkungan belajar, sehingga peneliti merasa
krasan, dan nyaman dalam belajar.
9. Sr. Trisiani Sulastri, CB., dan Sr. Anunsita, CB., selaku pembina asrama Stella
Duce I, Jl.Supadi no.5 yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan
penelitian.
10.Bapak, Mama, Adik-adik yang ada baik di Nabire dan di Ugapuga atas
dukungan doa, motivasinya.
11.Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2006,
meliputi: Lina, Ela, Candra, Sr.Anunsita, Sr.Udis, Sr. Beatrix, Dhita, Rias, Sr.
Thres, Modes, Bul-bul, Sr.Rita, dan semua yang telah memberikan dukungan,
xi
Yogyakarta, 6 Oktober 2010
Penulis
xii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I : PENDAHULUAN
2. Macam-macam Penyesuaian Diri ……….………. 10
3. Aspek-aspek Penyesuaian Diri ……..…………..………... 13
4. Peran Penyesuaian Diri bagi Peserta Didik ………. 17
5. Peran Penyesuaian Diri dalam Membantu Proses Penyesuaian Diri ……….….... 18
B. Permasalahan ………...19
1. Arti Permasalah ... ………...…... 19
2. Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja …………...20
3. Pembagian Masalah Menurut Intensitasnya ……….23
C. Bimbingan Klasikal ... 25
1. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 25
2. Ragam Bimbingan Klasikal ... 27
D. Keterkaitan antara Bimbingan Klasikal dan Penyelesaian Permasalahan Penyesuaian Diri ... 28
xiii
1. Uji Validitas Isi ... 34
2. Seleksi Item ... 35
3. Uji Reliabilitas ... 35
4. Koefisien Korelasi ... 37
E. Prosedur Pengumpulan Data ... 38
F. Tehnik Analisis Data …………... 43
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Penyesuaian Diri yang Intens dialami Siswa Penghuni Asrama Supadi... 45
B. Pembahasan ... 50
BAB V : USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL DAN CONTOH SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN DI ASRAMA SUPADI SEBAGAI IMPLIKASI HASIL PENELITIAN A. Usulan Topik Bimbingan Klasikal untuk Para Siswi penghuni Asrama Supadi ……….. 72
B. Contoh Satuan Pelayanan Bimbingan ………...…….. 73
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84
B. Saran-saran dan Keterbatasan ... 85
DAFTAR PUSTAKA ...87
xiv
Tabel 1 : Kisi-kisi Skala Permasalahan Penyesuaian Diri ... 32 Tabel 2 : Kisi-kisi Item yang Gugur Berdasarkan
Aspek Penyesuaian Diri ... 40 Tabel 3 : Kisi-kisi Item yang Valid Berdasarkan
Aspek Penyesuaian Diri ... 41 Tabel 4 : Penggolongan Permasalahan Penyesuaian yang Sangat
Intens Dialami Siswi
Asrama Stella Duce Supadi... 44 Tabel 6 : Sebaran Subjek Berdasarkan Kategori
Permasalahan dalam Setiap Aspek Penyesuaian Diri Para siswi Asrama Stella Duce Supadi
Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010... 46 Tabel 7 : Sebaran Item Berdasarkan Kategori Permasalahan
dalam Setiap Aspek Penyesuaian Diri Para siswi Asrama Stella Duce Supadi
Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010... 47 Tabel 8 : Item Berdasarkan Kategori Permasalahan
Penyesuaian Diri Siswi Asrama Stella Duce Supadi
xv
Lampiran 1 : Skala Permasalahan Penyesuaian Diri ... 90 Lampiran 2 : Data Skor Nomor item... 92 Lampiran 3 : Data Seleksi Item ... 102 Lampiran 4 : Tabel Skor untuk Menghitung Reliabilitas
Koefisien Korelasi... 106 Lampiran 5 : Data Sebaran Subjek Berdasarkan Kategori
Permasalahan dalam Setiap Aspek Penyesuaian Diri
Para siswi Asrama Stella Duce Supadi
Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010... 109 Lampiran 6 : Data Sebaran Item Berdasarkan Kategori
Permasalahan dalam Setiap Aspek Penyesuaian Diri
Para siswi Asrama Stella Duce Supadi
1
Pada bab ini akan dibahas latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Calhoun dan Acocella (dalam Sobur, 2003:526)
penyesuaian diri merupakan interaksi yang kontinu antara diri sendiri,
lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Diri sendiri berkaitan dengan
segala sesuatu yang ada pada diri individu tersebut. Lingkungan sosial
berkaitan dengan orang lain yang ada disekitarnya. Lingkungan fisik
berkaitan dengan segala sesuatu yang dapat dilihat, dirasa, disentuh,
dicium dan didengar.
Setiap individu perlu memperhatikan penyesuaian diri dalam
kehidupannya, sebab individu hidup di lingkungan dan mereka dituntut
untuk saling berinteraksi. Individu yang hidup di lingkungan baru perlu
menyesuaikan diri dengan keadaan di lingkungan tersebut. Ada berbagai
macam dinamika dalam proses penyesuaian diri yang dialami individu.
Ada individu yang cepat tetapi ada pula yang menyesuaikan diri dengan
lambat. Ada individu yang berhasil dengan baik dalam proses penyesuaian
diri, tetapi ada pula yang gagal. Menurut Hurlock (2004:239) kesulitan
satu penyebab ketidakbahagiaan remaja adalah kegagalan dalam
menyesuaikan diri. Akibat positif dari keberhasilan penyesuaian diri
adalah berkembangnya rasa percaya diri, rasa yakin terhadap kemampuan
dan optimis dalam menyelesaikan permasalahan.
Setiap individu perlu mengadakan penyesuaian dengan pribadi,
sosial, belajar dan karir. Penyesuaian pribadi berkaitan dengan
membangun dan mengembangkan kemampuan diri sendiri. Penyesuaian
sosial merupakan kemampuan untuk membangun dan mengembangkan
interaksi yang baik dan efektif dengan orang lain. Penyesuaian belajar
merupakan kemampuan memahami dan melakukan tugas atas dasar
kesadaran serta tanggung jawabnya sebagai siswi. Penyesuaian karir
berkaitan dengan kemampuan individu untuk mengambil keputusan
mengenai karir yang dipilih, sehingga mampu mengembangkan cara
belajar dan bekerja sesuai tuntutan karir yang dipilih. Semua aspek
penyesuaian tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya. Apabila,
mengalami hambatan dalam mengembangkan penyesuaian pribadi maka
individu akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan penyesuaian
sosial, belajar dan karir. Hambatan dalam penyesuaian sosial akan
mempersulit penyesuaian pribadi, karir dan belajar. Demikian juga halnya
dengan penyesuaian belajar dan karir bila mengalami hambatan maka
berdampak negatif pada aspek pribadi dan sosial.
Maka dari itu, kelancaran dalam menjalani proses studi
penyesuaian diri yang baik, maka siswi dapat mengembangkan diri secara
optimal, mengembangkan relasi yang baik dengan orang lain dan dapat
mengembangkan bakat serta meningkatkan prestasi belajar.
Para siswi asrama Stella Duce Supadi membutuhkan penyesuaian
diri dalam aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Para siswi tersebut
memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri baik melalui proses
belajar maupun pendampingan di asrama.
Asrama Putri “Stella Duce”adalah asrama pelajar SMA Stella Duce
Yogyakarta, yang dikelolah oleh Yayasan Syantikara, yang didirikan oleh
Suster-suster Cinta Kasih St.Carolus Barromeus (CB), dengan dasar
pendidikan agama katolik. Salah satu tujuan dari berdirikan asrama ini
adalah mendampingi para warga untuk mencapai kepribadian utuh,
mampu menghayati iman kristiani, cinta dan menghargai martabat pribadi
manusia, mandiri serta tanggap terhadap kebutuhan sesama dan
lingkungan masyarakat.
Para siswa penghuni asrama Supadi berumur 15-18 tahun. Mereka
berasal dari berbagai daerah dan latar belakang keluarga yang berbeda.
Salah satu tugas perkembangan masa remaja (usia 13-17 tahun) yang
tersulit adalah penyesuaian terhadap diri dan sosialnya. Hurlock
(2004:213) menyatakan sebagai berikut:
prihatin banyak pihak, terutama di lingkungan pendidikan dan luar pendidikan.
Menurut Hall (Santrock, 2003:10) remaja yang berusia 12 sampai
23 tahun sering mengalami masalah. Mereka akan melakukan berbagai
perilaku baru yang ingin diketahuinya. Pada masa remaja, individu
dituntut untuk menyesuaikan diri dengan pribadi, sosial, akademik dan
karir.
Ada kemungkinan bahwa siswa belum mampu menyesuaikan diri
dengan baik. Dugaan ini muncul ketika peneliti berinteraksi dengan
beberapa siswi di asrama. Beberapa masalah penyesuaian yang dialami,
antara lain: mengabaikan tugas doa, tidak mentaati tata tertib, tidak
menjalankan tugas di asrama, pindah ke asrama lain, memilih kembali ke
rumah, perasaan menyerah, berbohong pada pembina, kurang pergaulan
dengan teman sebaya di asrama, minder, cemas.
Dari uraian di atas kelihatan jelas bahwa penyesuaian diri sangat
penting dalam proses perkembangan individu. Tugas Bimbingan dan
Konseling adalah memperlancar perkembangan individu dalam tiap
aspeknya. Karena proses penyesuaian diri sangat menentukan proses
perkembangan individu maka Bimbingan dan Konseling harus
memperhatikan permasalahan penyesuaian diri tersebut. Sebagai
mahasiswa Bimbingan dan Konseling, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai masalah-masalah penyesuaian diri yang
memperoleh data supaya dapat menyusun topik bimbingan klasikal yang
relevan dan efektif.
B. Rumusan Masalah
1. Sejauh mana tingkat permasalahan penyesuaian diri para siswi
yang tinggal di asrama Stella Duce Supadi tahun ajaran
2009/2010?
2. Permasalahan penyesuaian diri apakah yang sangat intens dialami
siswi asrama Stella Duce Supadi tahun ajaran 2009/2010 dalam
rangka penyusunan topik-topik bimbingan klasikal?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Memperoleh data permasalahan penyesuaian diri yang dialami
siswi asrama Stella Duce Supadi tahun ajaran 2009/2010.
2. Menemukan topik bimbingan klasikal yang bisa menjawab
permasalahan penyesuaian diri yang dialami siswi asrama Stella
Duce Supadi tahun ajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritik
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian teorotik
dibidang bimbingan dan konseling, khususnya mengenai
b. Penelitian ini dapat merangsang penelitian selanjutnya yang
hendak mengkaji topik yang berkaitan dengan permasalahan
penyesuaian diri yang dialami individu.
2. Praktis
a. Para Siswi
Dapat memperoleh gambaran mengenai permasalahan
penyesuaian yang paling dominan dialaminya sehingga mereka
dapat memecahkan permasalahan penyesuaian diri tersebut
dengan pendampingan pembina asrama Stella Duce Supadi.
b. Para Tutor
Dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan
acuan untuk memberikan bimbingan yang sesuai dan efektif
bagi siswi sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan
baik di asrama Stella Duce Supadi.
c. Para Tutor
Dapat memahami dan menciptakan situasi yang
menyenangkan bagi siswi sehingga mereka dapat
menyesuaikan diri dengan baik dan efektif dalam bidang
akademik, sosial, pribadi dan karirnya.
d. Peneliti
Peneliti memperoleh pengalaman dalam mengungkap
juga dapat menemukan topik bimbingan klasikal yang sesuai
dan efektif untuk diberikan pada siswi.
e. Peneliti Lain
Peneliti lain dapat menambah pengetahuan baru serta dapat
menjadikan penelitian ini sebagai bahan acuan untuk
melakukan penelitian yang baru.
E. Definisi Operasional
1. Permasalahan merupakan sesuatu yang menghambat, merintangi,
atau mempersulit orang mencapai maksud dan tujuan tertentu.
2. Penyesuaian Diri adalah interaksi yang kontinyu antara diri sendiri,
lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang memungkinkan
individu membina diri sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi
secara efektif dalam lingkungan hidupnya.
3. Permasalahan penyesuaian diri merupakan sesuatu yang
menghambat, merintangi dan mempersulit orang untuk berinteraksi
baik dengan pribadi, lingkungan sosial maupun dengan lingkungan
fisik.
4. Siswi Asrama Stella Duce Supadi adalah para siswi remaja yang
pada tahun ajaran 2009-2010 tinggal di asrama Stella Duce Jl.
Supadi no.5 Yogyakarta.
5. Topik bimbingan klasikal merupakan pokok bahasan tertentu yang
dalam waktu tertentu untuk membantu mengatasi permasalahan
9
Pada bab ini akan dibahas mengenai penyesuaian diri,
permasalahan, bimbingan klasikal, keterkaitan antar bimbingan dan
pemecahan permasalahan penyesuaian dir, pentingnya pelayanan
bimbingan di asrama khususnya dalam pemecahan permasahan
penyesuaian diri.
A. Penyesuaian Diri
1. Arti Penyesuaian Diri.
Menurut Calhoun dan Acocella (dalam Sobur, 2003:526)
penyesuaian diri merupakan interaksi yang kontinu antara diri
sendiri, lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Selain itu,
Schneiders (Gunarsa, 1989) mengatakan bahwa penyesuaian diri
merupakan suatu proses perilaku yang mendorong seseorang untuk
menyesuaikan diri sesuai keinginannya dan dapat diterima oleh
lingkungan.
Menurut Davidoff (Fatimah, 2006:194) penyesuaian diri
merupakan titik temu antara kondisi diri dan tuntutan lingkungan.
Individu dituntut untuk menyesuaikan diri dengan pribadi,
lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Sehingga individu
penyesuaian diri merupakan suatu usaha dan kemampuan individu
dalam mengikuti tuntutan perubahan sosial di sekitarnya.
Pettijohn (Geru, 2002:6) penyesuaian diri berarti cara kita
bereaksi terhadap tuntutan stress dalam diri kita. penyesuaian diri
merupakan reaksi terhadap tuntutan yang ditujukan kepada dirinya
baik tuntutan internal maupun ekternal (Vembriarto, 1990).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka
penyesuaian diri merupakan serangkaian usaha individu untuk
mencapai keseimbangan dengan diri sendiri, lingkungan sosial dan
lingkungan fisiknya. Apabila dilihat dari permasalahan
penyesuaian diri yang dialami oleh siswa, maka dapat dikatakan
bahwa remaja yang berhasil dalam menyesuaikan diri adalah
mereka yang dapat mengintegrasikan dengan baik dalam aspek
pribadi, belajar, sosial dan karirnya dengan baik dan efektif.
2. Macam-macam Penyesuaian Diri
Sundari (2005:40) menyebutkan enam macam penyesuaian
diri, yaitu penyesuaian diri terhadap keluarga (family
adjusment), penyesuaian diri terhadap sosial (social adjusment),
penyesuaian diri terhadap sekolah (school adjusment),
penyesuaian diri terhadap perguruan tinggi (college adjusment),
penyesuaian diri terhadap jabatan (vocational adjusment),
penyesuaian diri terhadap perkawinan (marriage adjusment).
pembahasan penyesuaian diri hanya terbatas pada penyesuaian
sosial, sekolah, dan jabatan.
a. Penyesuaian Diri terhadap Lingkungan Sosial
Sosial berkaitan dengan orang lain yang ada di
sekitarnya. Apabila individu ingin menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial maka ia harus memiliki
kesadaran untuk hidup dengan orang lain. Ada enam hal
yang perlu diperhatikan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial, yakni:
1) Individu sanggup mengadakan relasi yang baik
dengan masyarakat
2) Individu sanggup bersikap secara efektif terhadap
kenyataan sosial
3) Individu sanggup menghargai dan menjalankan baik
hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis
4) Individu sanggup bergaul dengan orang lain dan
tetap menghargai hak-hak pribadinya
5) Individu mampu simpati terhadap kesejahteraan
orang lain, dengan cara: memberi pertolongan
kepada orang lain, bersikap jujur, cinta kebenaran,
b. Penyesuaian Diri terhadap Sekolah
Sekolah merupakan sarana bagi peserta didik dalam
mengembangkan potensinya, terutama perkembangan
akademik maupun non akademik. Individu diharapkan
dapat menyesuaikan diri dengan baik di sekolah. Dengan
demikian terwujud:
1) Kedisiplinan terhadap peraturan yang ada di
sekolah
2) Menyukai mata pelajaran di sekolah
3) Situasi yang kondusif sehingga tujuan sekolah
dapat tercapai
c. Penyesuaian terhadap Jabatan
Jabatan berkaitan dengan kemampuan individu
untuk mengambil keputusan mengenai karir yang dipilih,
sehingga mampu mengembangkan cara belajar dan
bekerja sesuai tuntutan karir yang dipilih. Dirinya harus
mempunyai kriteria dalam memilih karir, yaitu:
1) Matang dalam memegang jabatan
2) Senang dan mencintai pekerjaannya
3) Berusaha mencapai kemajuan secara bertahap.
3. Aspek-aspek Penyesuaian Diri.
Desmita (2009:195) mengemukakan empat aspek
kematangan intelektual, (c) kematangan sosial, (d) kematangan
tanggung jawab. Keempat aspek-aspek penyesuaian diri yang sehat
tersebut memiliki indikator, sebagai berikut:
a. Kematangan emosional
1) Kematangan dalam suasana kehidupan emosional.
2) Kemantapan dalam suasana hidup dengan orang lain
3) Kemampuan untuk santai, gembira dan menyatakan
kejengkelan.
4) Sikap dan perasaan terhadap kemampuan dan
kenyataan sendiri.
b. Kematangan intelektual
1) Kemampuan mencapai wawasan diri sendiri.
2) Kemampuan memahami kemampuan dan keragaman.
3) Kemampan mengambil keputusan.
4) Keterbukaan dalam mengenal lingkungan.
c. Kematangan sosial
1) Keterlibatan dalam partisipasi social.
2) Kesediaan kerja sama.
3) Kemampuan kepemimpinan
4) Sikap toleransi
5) Keakraban dalam pergaulan.
d. Tanggung jawab.
1) Sikap produktif dalam mengembangkan diri.
2) Melakukan perencanaan dan melaksanakannya secara
fleksibel.
3) Sikap altruism, empati. Bersahabat dalam hubungan
interpersonal.
4) Kesadaran akan etika dan hidup jujur.
5) Selalu konsekwensi dengan rencana yang dibuat.
6) Kemampuan bertindak dengan bebas.
Selain itu, Fatimah (2006:207) mengemukakan aspek-aspek
penyesuaian diri, meliputi:
a. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi merupakan kemampuan
agar tercipta hubungan yang harmonis dalam kehidupan.
Agar tercipta hubungan yang harmonis dengan
lingkungannya maka remaja harus memiliki kemampuan
untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya, bertindak
secara efektif sesuai dengan potensi dan kondisinya, tidak
adanya rasa benci, bertanggung jawab terhadap tugas dan
tanggung jawab, percaya pada kemampuan, mengenal
bakat, mempersiapkan diri untuk masuk di dunia kerja,
mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan lingkunganya
dan tidak mengeluh terhadap nasib.
b. Penyesuaian Sosial
Setiap individu perlu memperhatikan penyesuaian
diri dalam kehidupannya. Sebab individu hidup di
lingkungan dan mereka dituntut untuk saling berinteraksi.
Individu yang hidup di lingkungan baru perlu
menyesuaikan diri dengan keadaan di lingkungan tersebut.
Karena di lingkungan sosial tersebut, individu akan
menjalin hubungan yang baik, bekerja sama, berinteraksi,
bergaul, saling membantu dengan anggota keluarga, teman
di sekolah, teman bermain, dan anggota masyarakat secara
umum. Selain itu, di lingkungan masyarakat tersebut
terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam
tingkah laku yang sesuai dengan aturan, hukum adat
istiadat, nilai, dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Apabila dilihat dari penjelasan di atas, maka aspek
penyesuaian diri pada remaja dapat di kelompokkan menjadi 4
aspek, meliputi: (a) penyesuaian pribadi, (b) penyesuaian sosial,
(c) penyesuaian belajar dan (d) penyesuaian karir.
a. Penyesuaian pribadi.
Penyesuaian pribadi memiliki beberapa aspek, meliputi:
1) Mengenal kelebihan dan kekurangan.
2) Bertindak secara efektif sesuai dengan kemampuan
dan kondisi.
3) Mengelola rasa benci dan menyatakan kejengkelan.
4) Bertanggung jawab terhadap tugas .
5) Percaya pada kemampuan.
b. Penyesuaian sosial.
Penyesuaian sosial memiliki beberapa aspek, meliputi:
1) Keterlibatan dalam partisipasi sosial.
2) Kesediaan kerja sama.
3) Kemampuan kepemimpinan.
4) Sikap toleransi.
5) Keakraban dalam pergaulan.
c. Penyesuaian belajar
1)Kemampuan mencapai pengetahuan yang luas.
2)Kemampuan memahami pelajaran di sekolah.
3)Kemampuan mengambil keputusan.
4)Keterbukaan bila mengalami kesulitan.
5)Mampu mengatur waktu.
d. Penyesuaian karir.
Penyesuaian karir memiliki beberapa aspek, meliputi:
1)Kesadaran akan etika dan hidup jujur.
2)Selalu konsekwensi dengan rencana yang dibuat.
3)Mempunyai cita-cita.
4)Mengenal berbagai macam pekerjaan.
5)Mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.
Jadi, orang akan mengalami kebahagiaan bila berhasil
menyesuaikan diri dengan baik. Individu memperoleh
kebahagiaan bila dapat mengenal diri, sosial, belajar dan
kemampuannya. Sebaliknya, individu yang kurang baik dalam
penyesuaian diri akan mengalami ketidakbahagiaan dalam
hidupnya.
4. Peran Penyesuaian Diri bagi Peserta Didik
Peserta didik perlu memperhatikan penyesuaian diri dalam
kehidupannya. Sebab mereka hidup di lingkungan dan dituntut
perlu menyesuaikan diri dengan keadaan di lingkungan tersebut.
Ada berbagai macam dinamika dalam proses penyesuaian diri yang
dialami individu. Ada individu yang cepat tetapi adapula yang
menyesuaikan diri dengan lambat. Ada individu yang berhasil
dengan baik dalam proses penyesuian diri, tetapi adapula yang
gagal.
Menurut Hurlock (2004:239) kesulitan menyesuaikan diri
bisa mengakibatkan hidup yang tidak bahagia. Salah satu penyebab
ketidakbahagiaan remaja adalah kegagalan dalam menyesuaikan
diri. Hurlock (2004:239) menyebutkan bahwa tanda bahaya yang
umum dari ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan baik,
antara lain: tidak bertanggung jawab, perasaan cemas, mudah
menyerah, terlalu banyak mengkhayal. Akibat positif dari
keberhasilan penyesuaian diri adalah berkembangnya rasa percaya
diri, rasa yakin terhadap kemampuan, optimis dalam
menyelesaikan permasalahan. Selain itu, Hurlock (2005: 258)
mengatakan bahwa remaja yang menyesuaikan diri dengan baik
akan merasa puas dengan dirinya, menjalankan tugas sesuai
kemampuannya, mampu berinteraksi dengan orang lain.
Peserta didik perlu menyesuaikan diri dengan baik dalam
bidang pribadi, sosial, karir dan belajarnya. Sehingga mereka
dapat berkembang secara optimal dan mencapai kebahagiaan
5. Peran Bimbingan dan Konseling dalam Membantu Proses Penyesuaian Diri Siswa.
Penyesuaian diri sangat penting dalam proses perkembangan
individu. Tugas Bimbingan dan Konseling adalah memperlancar
perkembangan individu dalam bidang pribadi, belajar, sosial dan
karir. Karena proses penyesuaian diri sangat menentukan proses
perkembangan individu maka Bimbingan dan Konseling harus
memperhatikan permasalahan penyesuaian diri tersebut. Apabila
mengetahui masalah penyesuaian diri yang dialami siswa maka
Bimbingan dan Konseling dapat menyusun program yang relevan
dan efektif.
Fatimah (2006:209) mengatakan bahwa setiap sekolah
menengah memiliki guru Bimbingan dan Konseling yang berfungsi
untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah penyesuaian
diri yang dihadapinya. Selain itu, Mulyatiningsih, dkk (2004)
mengatakan bahwa layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah
bertujuan untuk membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri
dengan aspek pribadi, sosial, belajar dan karirnya. Winkel dan
Hastuti (2004:66) mengatakan bahwa salah satu fungsi pokok dari
pelayanan bimbingan di sekolah adalah fungsi penyesuaian. Fungsi
penyesuaian dapat membantu siswa menemukan cara
menempatkan diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi
Bimbingan dan Konseling sangat berperan penting dalam
membantu proses penyesuaian diri siswa. Bimbingan dan
Konseling membantu siswa dengan memberikan bimbingan yang
sesuai dan efektif agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan
baik. Dengan bimbingan yang relevan, siswa diharapkan dapat
berkembang secara optimal.
B. Permasalahan
Beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permasalahan yang
dialami remaja disebabkan oleh berbagai faktor. Baik faktor dari dalam
diri maupun dari lingkungannya.
1. Arti permasalahan
Kata permasalahan diambil dari kata dasar “masalah” lalu
ditambah dengan awalan per- dan akhiran –an. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1995) masalah berarti sesuatu yang harus
diselesaikan (dipecahkan). Menurut Hastuti (dalam Winkel
1992:12) masalah merupakan sesuatu yang menghambat,
merintangi, atau mempersulit seseorang mencapai maksud dan
tujuan tertentu. Selain itu, Mappiare (1982:111) mengatakan
bahwa tugas perkembangan yang tidak terselesaikan dengan baik
pada periode tertentu dan kebutuhan yang tidak terpenuhi dapat
menimbulkan masalah bagi remaja. Willis (dalam Geru, 2002)
dengan penyesuaian dengan kelompok dan lingkungan tempat dia
berkembang.
Dengan demikian, masalah merupakan sesuatu yang
menghambat individu mencapai tujuan tertentu. Selain itu, individu
mengalami masalah apabila kebutuhannya tidak terpenuhi dengan
baik.
2. Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja.
Remaja akan mengalami permasalahan dalam hidupnya
apabila mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik dan
efektif. Menurut Fatimah (2006:212) permasalahan penyesuaian
diri remaja akan timbul ketika mereka mulai memasuki Sekolah
Menengah Atas (SMA). Karena remaja akan mengalami masalah
penyesuaian diri dengan guru, teman dan mata pelajaran. Sebagai
akibatnya, mereka mengalami masalah dalam aspek belajar, karir,
sosial dan pribadi. Selain itu, Zakiah (dalam Lelanawati, 2004)
mengatakan bahwa permasalahan yang umum dialami oleh remaja
biasanya berhubungan dengan pelajaran di sekolah, teman sebaya,
masalah pribadi dan pertumbuhan jasmaninya.
Menurut Fatimah (2006:210) orang dewasa yang otoriter
dapat menghambat penyesuaian diri remaja. Sikap orang dewasa
yang cenderung otoriter dapat membuat remaja mengalami
masalah emosional seperti: suka menyendiri, marah-marah,
tuanya, menjadi tidak bebas dalam mengekpresikan keinginannya.
Secara tidak langsung sikap otoriter orang tua akan dibawa dalam
lingkungan pergaulannya. Sebagai pelampiasan, individu akan
cenderung bebas untuk otoriter terhadap teman-temannya baik di
sekolah maupun di luar.
Remaja mengalami permasalahan dalam penyesuaian diri
diakibatkan karena suasana tempat tinggal yang tidak nyaman.
Fatimah (2006:211) menuliskan bahwa hasil penelitian psikologis
membuktikan bahwa remaja yang hidup dalam rumah yang tidak
nyaman lebih banyak mengalami permasalahan dalam penyesuaian
dirinya. Hal ini tampak pada, remaja sering marah, suka
menyendiri, kurang kepekaan terhadap sosial, suka gelisah. Selain
itu, kebanyakan remaja dikeluarkan dari sekolah atau asrama
karena mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik.
Remaja mengalami permasalahan dalam menyesuaikan diri
dengan teman sebaya. Individu yang hidup di lingkungan baru
perlu menyesuaikan diri dengan teman sebaya di lingkungan
tersebut. Di lingkungan baru, individu berinteraksi dan mencari
teman baru. Banyak remaja yang mengalami kesulitan dalam
mencari teman yang baru. Karena mereka harus menyesuaikan
dengan keinginan, pendapat, minat yang baru.
Remaja mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri
mungkin akan timbul ketika remaja mulai memasuki jenjang
sekolah yang baru, baik sekolah lanjutan pertama maupun sekolah
lanjutan atas. Mereka mengalami permasalahan penyesuaian diri
dengan guru yang kurang memberikan perhatian, guru galak,
penolakan saat bertanya di kelas. Penyesuaian dengan teman baru
karena merasa minder, pernah dicuekin, sulit untuk bekerja sama.
Sedangkan penyesuaian dengan mata pelajaran yang kurang
disukai, sering mendapat nilai yang kurang baik, materi yang
banyak dan hafalan. Sebagai akibat prestasi belajar menjadi
menurun dibanding dengan prestasi disekolah sebelumnya.
Permasalahan lain yang mungkin timbul adalah
penyesuaian diri terhadap kebiasaan belajar. Siswa yang baru
masuk Sekolah Menengah Atas akan mengalami kesulitan dalam
membagi waktu belajar, malu untuk bertanya, malas belajar, sering
membolos sehingga ketinggalan pelajaran.
Dari uraian dapat disimpulkan bahwa permasalahan
penyesuaian diri yang dialami remaja berkaitan dengan: sikap
orang dewasa yang otoriter, suasana tempat tinggal yang kurang
nyaman, kesulitan bergaul dengan teman sebaya, kehidupan
sekolah yang tidak mendukung, dan kebiasaan belajar kurang
3. Pembagian Permasalahan Remaja Menurut Intensitasnya
Mappiare (1982:184) menyebutkan tiga macam pembagian
masalah remaja, yaitu: (1) masalah yang wajar, (2) masalah dengan
intensitas menengah, (3) masalah agresif atau taraf kuat. Masalah
yang wajar merupakan tingkah laku remaja yang masih dalam
perubahan fisik dan psikis dan tidak mengarah pada bahaya
penyimpangan. Masalah dengan intensitas menengah merupakan
tingkah laku remaja yang secara psikologis masih dalam
perubahan fisik dan psikis tetapi mengarah pada tanda-tanda
bahaya atau penyimpangan. Sedangkan, masalah agresif atau taraf
kuat merupakan tingkah laku yang disebabkan oleh adanya rasa
tidak enak, tertekan, tercekam sehingga membuat remaja
melakukan tindakan yang berlebihan.
Secara umum remaja mengalami masalah dengan intensitas
menengah. Masalah menengah remaja mengarah pada tanda-tanda
yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Menurut
Mappiare (1982:189) permasalahan menengah remaja yang
mengarah pada tanda-tanda penyimpangan ini disebabkan oleh:
a. Ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dengan
pertumbuhan dan perkembangan serta tidak dapat menerima apa yang dicapai.
b. Adanya tekanan-tekanan dari lingkungan misalnya
dari orang tua, teman sebaya dan masyarakat yang lebih luas.
c. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap
Berkaitan dengan tanda-tanda penyimpangan remaja, ada
masalah yang menunjukan bahaya pasif dan ada juga yang
netral. Selanjutnya, Mappiare (1982:190) mengatakan bahwa
permasalahan yang memiliki tanda bahaya pasif meliputi:
a. Merasa tidak aman sehingga remaja bersangkutan
bersikap merendahkan diri dan rela ”dijajah” oleh siapa saja baik di dalam rumah maupun di luar rumah.
b. Selalu melamun sebagai konpensasi bagi rasa
kurang puas dalam kehidupan sehari-hari.
c. Berusaha menarik perhatian dengan berbuat
kekanak-kanakan.
Sedangkan, permasalahan remaja yang memiliki tanda bahaya
netral:
a. Remaja mengabaikan tugas-tugasnya hanya untuk
bersenang-senang saja karena tidak ada tanggung jawab.
b. Remaja yang mempunyai rasa rindu yang sangat
dalam ketika ia berada jauh dari rumahnya.
Semua permasalahan menengah remaja yang mengarah
pada tanda bahaya tersebut membutuhkan perhatian yang serius
dari guru pembimbing. Pengabaian terhadap hal tersebut, akan
mengakibatkan terjadinya bahaya yang mengarah pada
penyesuaian diri yang kurang baik terhadap diri sendiri, orang
tua, teman sebaya, guru dan masyarakat secara luas (Mappiare
C. Bimbingan Klasikal 1. Pengertian
Bimbingan mengandung arti bantuan atau pelayanan,
artinya bimbingan itu terjadi karena adanya kesukarelaan dari
pembimbing dan yang dibimbing. Shertzen dan Stone (Winkel,
1997: 66) mengatakan bahwa bimbingan adalah proses membantu
orang-orang untuk memahami dirinya dan dunianya. Senada
dengan Shertzen dan Stone, Prayitno dkk (1997: 23)
mendefinisikan bimbingan di sekolah sebagai bantuan yang
diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan diri
pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
Rachman Natawidjaja (Winkel, 1997: 67) mengartikan
bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu
yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut
dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri
dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan
keluarga serta masyarakat. Ini berarti bahwa bimbingan itu
dilaksanakan dalam rentang waktu yang relatif panjang, tidak
hanya sepintas, sewaktu-waktu, tetapi dilakukan secara sistematis,
terencana dan memiliki program.
Pemberian bimbingan kelompok mempunyai manfaat bagi
a. Menjadi lebih sadar akan tantangan yang dihadapi
b. Lebih rela menerima dirinya sendiri
c. Lebih berani mengemukakan pandangannya sendiri bila
berada dalam kelompok yang berbeda.
d. Lebih bersedia menerima suatu pandangan atau
pendapat yang dikemukakan oleh teman.
e. Tertolong untuk mengatasi suatu masalah yang dirasa
sulit untuk dibicarakan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diberikan contoh usulan
topik bimbingan klasikal misalnya tentang : Penerimaan diri,
Tanggung jawab, Kejujuran, Belajar mengelola konflik,
Persahabatan, Kepercayaan diri, Kedisiplinan dan sebagainya
disesuaikan dengan kebutuhan siswi asrama. Siswi asrama akan
dapat terbantu dalam menyelesaikan permasalahan penyesuaian
diri yang dialaminya melalui topik-topik bimbingan yang diberikan
oleh para pembimbing di asrama.
2. Ragam Bimbingan
Ragam bimbingan merupakan berbagai macam bidang
bimbingan yang diberikan kepada siswa. Ragam bimbingan
menunjuk aspek perkembangan tertentu yang menjadi fokus
perhatian pelayanan bimbingan. Ragam bimbingan adalah salah
siswa. Winkel dan Hastuti (2004:114) mengatakan ada empat
macam ragam bimbingan, yaitu:
a. Bimbingan karir
Bimbingan karir adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan/jabatan tertentu serta memberikan diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang akan dimasukinya.
b. Bimbingan akademik
Bimbingan akademik adalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, mengatasi kesukaran belajar yang muncul berkaitan dengan tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan.
c. Bimbingan pribadi
Bimbingan pribadi adalah bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri, mengatur diri sendiri, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya.
d. Bimbingan sosial
Bimbingan sosial adalah bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama diberbagai lingkungan (pergaulan sosial).
Sedangkan Nurihsan dan Sudianto (2005:12) mengatakan bahwa
ada empat macam jenis bimbingan, yaitu: bimbingan belajar,
bimbingan sosial, bimbingan pribadi, bimbingan karir dan
bimbingan keluarga.
Tenaga pembimbing memberikan ragam bimbingan dengan
pengetahuan dan pemahaman yang mendalam. Pembimbing harus
memiliki kesabaran dalam memberikan layanan bimbingan
tersebut. Menurut Winkel dan Hastuti (2004:119) pemberian ragam
bimbingan ini menuntut kepekaan di pihak pembimbing yang
orang muda. Dengan demikian, peserta didik dapat menyesuaikan
diri dengan pribadi, sosial, belajar dan karirnya secara optimal.
D. Keterkaitan Antara Bimbingan Klasikal dan Penyelesaian Permasalahan Penyesuaian Diri.
Pelayanan bimbingan klasikal baik di sekolah maupun di luar
sekolah dapat terlaksana dengan mengadakan sejumlah kegiatan.
Kegiatan yang dilaksanakan tersebut bertujuan untuk membantu
memecahkan permasalahan penyesuaian diri yang dialami siswa.
Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam bentuk bimbingan klasikal
sehingga setiap siswa dapat dibimbing untuk mengembangkan
potensinya dalam menyesuaikan diri.
Menurut Winkel dan Hastuti (2004:91) bimbingan klasikal
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terencana, terorganisasi dan
diberikan kepada lebih dari satu orang selama periode waktu tertentu.
Masalah Penyesuaian diri sangat penting dalam proses perkembangan
individu. Karena, proses penyesuaian diri sangat menentukan proses
perkembangan individu selanjutnya. Maka layanan bimbingan klasikal
yang diberikan disesuaikan dengan permasalahan penyesuaian diri
yang dialami siswa. Apabila siswa mengalami masalah dalam
menyesuaikan diri pada bidang belajar, karir, pribadi dan sosialnya.
Maka siswa tersebut perlu dibantu melalui bimbingan klasikal yang
sesuai dalam waktu tertentu. Sehingga individu dapat menyesuaikan
yang diberikan tersebut dengan baik maka dirinya akan menyesuaikan
diri dengan baik pada setiap aspek kehidupan.
E. Pentingnya Pelayanan Bimbingan di Asrama Khususnya Pemecahan Permasalahan Penyesuaian Diri.
Pelayanan bimbingan di asrama sangat penting untuk
membantu setiap siswi asrama menjadi pribadi yang dewasa dan
mampu mengatur hidupnya sendiri. Pelayanan bimbingan di
asrama perlu dikembangkan mengingat bahwa yang tinggal di
asrama adalah kaum remaja yang masih membutuhkan
pendampingan dalam perkembangannya.
Seorang pembimbing di asrama dapat memanfaatkan setiap
kesempatan yang ada untuk memberikan layanan bimbingan,
misalnya untuk membantu menyelesaikan permasalahan
penyesuaian diri yang dialami siswa.
Salah satu cara yang dapat mendukung terciptanya
kerukunan, keharmonisan dalam asrama adalah sikap empati.
Empati adalah kemampuan untuk menyadari, memahami, dan
menghargai perasaan dan pikiran orang lain (Stein dan Book,
2002). Orang yang empati adalah orang yang mampu membaca
sudut pandang dan emosi orang lain. Orang yang demikian akan
pada orang lain. Sikap empati diharapkan tumbuh pada setiap
31
Pada bagian ini, peneliti memaparkan tentang jenis penelitian,
populasi penelitian, metode dan alat pengumpul data dan uji alat ukur.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini
menggunakan metode survei karena penelitian ini ingin mengumpulkan
informasi mengenai permasalahan penyesuaian diri siswi asrama Stella
Duce Supadi Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010.
B. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi asrama Stella
Duce Supadi Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 yang tinggal di
asrama Supadi yang berjumlah 42 siswa. Teknik pengambilan subjek
menggunakan metode populasi terbatas yaitu populasi yang memiliki
batas kuantitatif secara jelas karena memiliki karakteristik yang terbatas
(Zuriah, 2007:116). Adapun karakteristik pemilihan populasi, yaitu:
masa sekolah tiga tahun, usia 16-17 tahun, tingkat pendidikan yang
C. Alat Pengumpul Data
Alat yang digunakan untuk dalam pengumpulan data adalah skala
permasalahan penyesuaian diri. Item skala terbagi menjadi item positif
(favorable) dan item negatif (unfavorable). Skala permasalahan
penyesuaian diri terdiri dari 80 item yang terdiri dari 40 item positif
dan 40 item negatif.
Skala ini disusun dan dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek
penyesuaian diri, yaitu: aspek pribadi, aspek sosial, aspek belajar dan
aspek karir, Fatimah (2006:207) dan Desmita (2009:195).
Tabel 1
Tabel Kisi-Kisi Skala Permasalahan Penyesuaian Diri
No Aspek
b. Tidak dapat bertindak sesuai potensi dan situasinya.
5, 7 18, 20
c. Kurang dapat mengelola ras benci dan kejengkelannya.
15, 11 12, 16
d. Kurang bertanggung jawab terhadap tugas.
17, 3 8, 10
e. Kurang percaya pada kemampuannya.
13, 19 6, 2
Sosial a. Kurang terlibat dalam kegiatan sosial.
b. Tidak mau bekerja sama dengan orang.
35, 23 28, 30 c. Malu menjadi
pemimpin.
25, 37 22, 34 d. Kurang memiliki sikap
toleransi.
29, 39 26, 24
e. Menyendiri 27, 33 32, 36
Belajar a. Kurang memiliki pengetahuan yang luas
59, 57 52, 54
b.Belum dapat
memahami setiap mata pelajaran di sekolah.
49, 53 56,42
b. Sulit mengambil keputusan.
45,55 60, 48
c. Malu bertanya bila mengalami kesulitan.
51, 41 58, 44 d. Sulit mengatur waktu. 43, 41 46, 50
Karir a. Tidak konsekwensi
dengan rencana.
69, 75 80, 78 b. Kurang ada kesadaran
akan hidup jujur.
77, 61 74, 72 c. Tidak memiliki cita-cita. 67, 73 62, 64 d. Kurang mengenal
macam pekerjaan
71,79 68, 66
e. Kurang mempersiapkan diri masuk dunia kerja .
65, 63 70, 76
Jumlah Item Favorable dan Unfavorable 40 40
TOTAL ITEM 80
(dapat dilihat pada lampiran 1)
Skala permasalahan penyesuaian diri terdiri dari pernyataan yang
favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban, yaitu:
Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai
(STS). Pemberian skor skala permasalahan penyesuaian diri dimulai
dari angka 4 sampai 1 untuk item favorable, sedangkan untuk item
D. Uji Alat Ukur 1. Uji Validitas Isi
Pada penelitian ini, validitas yang diuji adalah validitas isi.
Validitas isi dapat diartikan sebagai ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dapat
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut
mampu memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2008).
Validitas isi dari skala ini telah mendapat penilaian professional
(professional judgement) dari dosen ahli, yaitu: Ibu A.Setyandari,
S.Pd.,Psi.,M.A. Dosen memberikan penilaian berkaitan dengan
kesesuaian antara variabel penelitian, indikator penelitian. Selain itu,
Dosen juga memberikan beberapa perbaikan berkaitan dengan
kalimat pernyataan dari 80 item skala permasalahan penyesuaian diri
yang telah disusun oleh peneliti.
2. Seleksi Item
Seleksi item pada skala ini dilakukan dengan menggunakan
program SPSS for Windows 11.0. Penelitian ini juga menerapkan
patokan koefisien validitas minimal untuk melihat valid tidaknya
nomor-nomor item skala. Cronbach (melalui Azwar, 2008:103)
menuliskan bahwa untuk patokan koefisien validitas menggunakan
dinyatakan gugur sedangkan yang koefisien validitasnya ≥ 0,30
dianggap valid.
3. Uji Reliabilitas
Setelah seleksi item, selanjutnya pengujian reliabilitas,
dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product-Moment
(r)
.Reliabilitas merupakan keterpercayaan terhadap hasil ukur,
pengukuran yang reliabel akan menghasilkan skor yang dapat
dipercaya ( Azwar, 2008:83).
dengan cara pembelahan item ganjil-genap (odd-even splits)
dalam cara ini, seluruh item yang bernomor urut gasal dijadikan satu
kelompok menjadi belahan pertama (X) dan seluruh item yang
bernomor urut genap dijadikan satu kelompok menjadi belahan
kedua (Y), dengan membelah secara gasal dan genap diharapkan
akan diperoleh dua bagian yang setara (Azwar, 2008:66).
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan system try
out terpakai karena keterbatasan jumlah populasi, populasi tidak ada
yang sama, keterbatasan waktu, maka penelitian ini hanya
melakukan satu kali penyebaran angket sehingga penelitian ini
menggunakan populasi yang sama dengan populasi yang digunakan
untuk menguji reliabilitas, koefisien korelasi. Data yang diperoleh
dari pearson product moment (Adesla :2007). Rumus korelasi
Product-Moment
(r)
, yaitu:Keterangan :
rxy = koefisien korelasi ganjil (X) dan genap (Y)
X = Skor item ganjil
Y = Skor item genap
N = jumlah subjek.
Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4.
4. Uji Koefisien Korelasi
Uji koefisien korelasi dilakukan untuk mengukur keajegan
hasil pengukuran antara item nomor genap dan ganjil. Dengan kata
lain reliabilitas diperlukan untuk melihat sejauh mana pengukuran itu
dapat memberikan hasil yang relatif sama jika dilakukan pengukuran
kembali dengan alat ukur yang sama.
Perhitungan reliabilitas skala item nomor genap dan ganjil
menggunakan rumus Spearman-Brown, yaitu:
Keterangan:
r
tt = koefisien reliabilitasrgg
= koefisien korelasi item gasal-genapReliabilitas dinyatakan oleh koefisien korelasi (
rxx
) yangangkanya berada dalam rentang 0-1,00. Koefisien korelasi berada
pada ≥ 0,91-1,00 berarti sangat tinggi reliabilitasnya, koefisien
korelasi berada pada angka 0,71-0,90 berarti reliabilitasnya tinggi,
koefisien korelasi berada pada angka 0,41-0,70 berarti reliabilitasnya
cukup sedangkan semakin rendah reliabilitasnya berada pada angka
< 0,40 ( Masidjo, 2006). Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4.
E. Prosedur Pengumpulan Data
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan berbagai kegiatan yaitu:
a. Penyusunan kuesioner
Hal-hal yang dilakukan dalam menyusun instrumen adalah:
1)Menentukan variabel
2)Menentukan aspek-aspek penyesuaian diri
3)Menentukan indikator-indikator dari penyesuaian diri
4)Merumuskan indikator-indikator tersebut dalam butir-butir
item
5)Mengkonsultasikan instrumen yang telah dibuat kepada
2. Tahap pelaksanaan pengumpulan data.
Setelah mendapat persetujuan dari dosen pembimbing untuk
melakukan penelitian, selanjutnya adalah proses pengurusan surat
ijin penelitian kepada Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Surat ijin
diberikan dengan nomor: 036/Pen/BK/JIP/V/2010
Sebelum pengumpulan data dilakukan, peneliti
menghubungi pimpinan asrama Stella Duce Supadi Yogyakarta
untuk menentukan waktu yang tepat. Setelah terjadi kesepakatan,
maka Penelitian dilaksanakan secara bertahap karena peneliti
menyesuaikan dengan kegiatan para siswi yang padat. Maka
penelitian dilaksanakan selama seminggu, pada hari Sabtu tanggal
15 Mei 2010 sampai hari Jumat tanggal 21 Mei 2010. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA Stella Duce 1
Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 yang tinggal di asrama
Supadi yang berjumlah 42 orang. Pelaksanaan penelitian diawali
dengan penjelasan dari suster pembina asrama tentang maksud
diadakan pengisian angket (penelitian). Kemudian peneliti
membagikan lembar skala serta menjelaskan petunjuk pengisian
skala dan memberikan kesempatan kepada para siswi untuk
mengisi skala. Para siswa diperkenankan bertanya kepada
pembina asrama atau pada peneliti bila mengalami kesulitan
Duce Supadi Yogyakarta selesai mengisi skala maka peneliti
mengucapkan terimakasih.
Setelah dilakukan pengujian dari 80 item terdapat 18 item
yang gugur, berikuti ini merupakan tabel butir yang tidak valid dan
tabel butir yang valid.
Tabel 2
Tabel Kisi-Kisi Item yang Gugur
No Aspek
b. Tidak dapat bertindak sesuai potensi dan situasinya.
- 20
c. Kurang dapat mengelola ras benci dan kejengkelannya.
15, 11 -
d. Kurang bertanggung jawab terhadap tugas.
-
e. Kurang percaya pada kemampuannya.
19 -
Sosial a. Kurang terlibat dalam
kegiatan sosial.
- 40 b. Tidak mau bekerja sama
dengan orang.
- - c. Malu menjadi
pemimpin.
- 34 d. Kurang memiliki sikap
toleransi.
- 26
Belajar a. Kurang memiliki pengetahuan yang luas
59, 57 -
b. Belum dapat
memahami setiap mata pelajaran di sekolah.
42
c. Sulit mengambil keputusan.
45 -
d. Malu bertanya bila mengalami kesulitan.
- - e. Sulit mengatur waktu. 43 -
Karir a. Tidak konsekwensi
dengan rencana.
- 80 b. Kurang ada kesadaran
akan hidup jujur.
- 74 c. Tidak memiliki cita-cita. - -
d. Kurang mengenal macam pekerjaan
79 - e. Kurang mempersiapkan
diri masuk dunia kerja .
- -
Jumlah Item Favorable dan Unfavorable 10 8
TOTAL ITEM 18
Tabel 3
Tabel Kisi-Kisi Item yang Valid sebagai Item Final
No Aspek Penyesuaian
Diri
Indikator Nomor Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1. Pribadi a.Kurang dapat
c. Kurang dapat mengelola ras benci dan
kejengkelannya
e. Kurang percaya pada
kemampuannya.
13 6, 2 3
Sosial a. Kurang terlibat dalam kegiatan
c. Malu menjadi pemimpin.
25, 37 22 3
d. Kurang memiliki sikap toleransi.
29, 39 24 3
e. Menyendiri 27,33 36 3
Belajar a. Kurang memiliki pengetahuan
c. Sulit mengambil keputusan.
55 60, 48 3
d. Malu bertanya bila mengalami kesulitan.
51, 47 58, 44 4
cita-cita. d. Kurang mengenal
macam pekerjaan
71 68, 66 3
e. Kurang
mempersiapkan diri masuk dunia kerja.
65, 63 70, 76 4
30 32 62
(dapat dilihat pada lampiran 3)
F. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah analisis yang ditempuh yaitu:
1. Menentukan skor dari setiap alternatif jawaban. Alternatif
jawaban favorable yaitu: SS diberi skor 4, S diberi skor 3, TS
diberi skor 2, STS diberi skor 1, sedangkan untuk alternatif
jawaban unfavorable: SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS
diberi skor 3, STS diberi skor 4.
2. Menghitung jumlah skor dari masing-masing subjek
3. Membuat tabulasi data.
4. Menghitung frekuensi berdasarkan skor untuk setiap item.
5. Menghitung persentase berdasarkan frekuensi yang telah
diperoleh untuk setiap item.
6. Menentukan penggolongan tingkat masing-masing aspek
permasalahan penyesuaian diri siswi asrama Stella Duce
Supadi Yogyakarat tahun ajaran 2009/2010 berdasarkan
Penilaian Acuan Patokan tipe I. Penilaian Acuan Patokan
adalah suatu penilaian yang memperbandingkan skor riil
1995). Penggolongan pencapaian permasalahan penyesuaian
diri para siswi asrama Stella Duce Supadi Yogyakarta
digolongkan menjadi lima, yaitu sangat intens, intens, cukup
intens, kurang intens, sangat kurang intens, dengan patokan
seperti dalam tabel 4.
Tabel 4
Penggolongan Permasalahan Penyesuaian Diri
yang Intens dialami siswi Asrama Stella Duce Supadi Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010
Kategori Patokan
Sangat Intens 90 % - 100 %
Intens 80 % - 89 %
Cukup Intens 65 % - 79 %
Kurang Intens 55 % - 64 %
44
Bab ini akan memaparkan jawaban atas rumusan masalah, yaitu:
Sejauh mana tingkat permasalahan penyesuaian diri para siswi yang
tinggal di asrama Stella Duce Supadi tahun ajaran 2009/2010? dan
permasalahan penyesuaian diri apakah yang sangat intens dialami siswi
asrama Stella Duce Supadi tahun ajaran 2009/2010 dalam rangka
penyusunan topik-topik bimbingan klasikal?
A. Hasil Penelitian
1. Sejauh Mana Tingkat Permasalahan Penyesuaian Diri para Siswi yang Tinggal di Asrama Stella Duce Supadi Tahun Ajaran 2009/2010?
Untuk menentukan permasalahan penyesuaian diri yang dialami
para siswi asrama Stella Duce Supadi tahun ajaran 2009/2010
berdasarkan tingkatan subjek maka dihitung dengan menggunakan
perhitungan Penilaian Acuan Patokan. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
tipe I digunakan dengan memperbandingkan skor riil dengan skor
yang seharusnya (Masidjo, 1995). Patokan yang dipergunakan dalam
Tabel 6
Sebaran Subjek Berdasarkan Kategori Permasalahan dalam Setiap Aspek Penyesuaian Diri Para siswi Asrama Stella Duce Supadi Yogyakarta
Tahun Ajaran 2009/2010
(dapat dilihat dilampiran 5)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar siswi
yang tinggal di asrama Stella Duce Supadi tahun ajaran 2009/2010
berada pada kawasan intens dan cukup intens. Dengan demikian,
banyak siswi yang mengalami permasalahan penyesuaian diri sehingga
mereka membutuhkan perhatian dan pendampingan yang baik dan
efektif dari suster pembina dan orang tua.
Kategori Aspek-aspek Permasalahan Penyesuaian Diri
Pribadi Sosial Belajar Karir
Sangat Intens 4 (9,52%) 1 (2,38%) 5 (11,9) 6 (14,28%) Intens 17 (40,47%) 17 (40,47 %) 16 (38,09%) 18 (42,85%) Cukup Intens 16 (38,09%) 18 (42,85%) 16 (38,09%) 12 (28,57%) Kurang Intens 2 (4, 76 %) 2 (4,76 %) 1 (2,38%) 3 (7,14 %) Sangat Kurang
Intens
3 (7,14%) 4 (9,52%) 4 (9, 52%) 3 (7,14 %)
2. Permasalahan Penyesuaian Diri Apakah yang Sangat Intens Dialami Siswi Asrama Stella Duce Supadi Tahun Ajaran 2009/2010 dalam Rangka Penyusunan Topik-topik Bimbingan Klasikal?
Untuk menentukan permasalahan penyesuaian diri yang
dialami para siswi asrama Stella Duce Supadi tahun ajaran 2009/2010
berdasarkan item pernyataan maka dihitung dengan menggunakan
perhitungan Penilaian Acuan Patokan. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
tipe I digunakan dengan memperbandingkan skor riil dengan skor
yang seharusnya (Masidjo, 1995). Patokan yang dipergunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.
Tabel 7
Sebaran Item Berdasarkan Kategori Permasalahan dalam Setiap Aspek Penyesuaian Diri Para siswi Asrama Stella Duce Supadi Yogyakarta
Tahun Ajaran 2009/2010
Tabel 8
Berdasarkan Kategori Permasalahan dalam Setiap Aspek Penyesuaian Diri Para siswi Asrama Stella Duce Supadi Yogyakarta
Tahun Ajaran 2009/2010
No Kategori Aspek No
Belajar 47 Saya tidak mau bertanya karena
takut dianggap bodoh.
92,8%
49 Saya belum dapat memahami
setiap mata pelajaran yang dilaksanakan di sekolah dengan baik.
94,0%
58 Saya kurang dapat mencari
jalan keluar dengan bertanya pada teman atau pembina asrama bila mengalami kesulitan.
90,4%
Sosial 38 Saya kurang ambil bagian
dalam kegiatan sosial yang dilaksanakan di lingkungan asrama maupun gereja.
92,8%
2 Intens Pribadi 13 Saya tidak yakin terhadap
kemampuan saya dalam melakukan aktivitas.
83,3%
10 Saya jarang menjalankan piket
di asrama.
85,7%
4 Saya kurang mengetahui
kelebihan-kelebihan yang saya miliki.
82,1%
14 Saya kurang dapat mengetahui
kekurangan saya sehingga saya dapat bertindak dengan benar.
81,5%
18 Saya jarang melaksanakan
kegiatan dengan baik karena kurang sesuai dengan
kemampuan yang saya miliki.
85,7%
Sosial 27 Saya lebih nyaman tinggal
sendiri dari pada bersama orang lain.
88,6%
29 Saya selalu mengomentari
teman saya yang tidak sependapat dengan saya
Belajar 51 Saya malu bertanya pada teman bila saya mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas.
83,9%
Karir 61 Saya menutupi kesalahan yang
saya buat agar suster pembina dan teman-teman tidak memarahi saya.
83,9%
67 Saya belum memiliki cita-cita
yang jelas.
87,5%
69 Saya kurang dapat menjalankan
rencana yang telah saya buat dengan baik.
80,3%
71 Saya belum mengenal berbagai
macam pekerjaan yang ada di luar saya.
82,7%
62 Saya belum mempunyai
cita-cita yang ingin saya capai dari belajar.
84,5%
66 Saya jarang mencari informasi
mengenai berbagai macam pekerjaan lewat internet.
80,3%
68 Saya kurang mengenal berbagai
macam pekerjaan yang ada karena saya tidak bertanya pada suster pembina atau guru BK di sekolah.
87,5%
75 Saya menjalankan kegiatan
diluar dari rencana yang telah saya buat.
88,0%
(dapat dilihat dilampiran 6)
3. Pembahasan
Berikut ini akan dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian.
Pada dasarnya pembahasan berfokus pada tiga hal yaitu: penyebab, akibat
yang terjadi, dan usaha dari beberapa pihak dalam rangka mengatasi
masalah yang bersangkutan. Beberapa pihak tersebut ialah: pendamping di
asrama, orangtua, dan siswi. Untuk menghindari pengulangan yang tidak
perlu, maka dalam pembahasan masing-masing item permasalahan
pilihan terbanyak seperti pada tabel 8 selain itu apabila ada item yang
pernyataan hampir sama maka akan dibahas menjadi satu uraian. Item-item
di tabel 8 dijadikan pembahasan karena dipandang masih belum ideal dalam
penyesuaian diri.
a. Kategori Sangat Intens
1) Aspek Belajar
a) Saya tidak mau bertanya karena takut dianggap bodoh (item
47 skor 92,8%) dan saya malu bertanya pada teman bila saya
mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas (item 51 skor
83,9%).
Permasalahan siswi tidak mau bertanya karena takut
dianggap bodoh dan malu bertanya pada teman bila
mengalami kesulitan dapat disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain: kurang percaya diri, siswi sulit
mengkomunikasikan keinginannya, malu dengan teman,
kurang menyadari pentingnya bertanya, merasa minder,
mereka juga beranggapan bahwa orang yang selalu
bertanya adalah orang yang bodoh, siswi kurang percaya
pada teman. Permasalahan tersebut dapat mengakibatkan
siswi mengalami kesulitan dalam proses belajar, terutama
saat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru,
mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, siswi