• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIK

C. Kompetensi Supervisi Kepala Madrasah

2. Aspek-aspek Kompetensi Supervisi

Melihat uraian di atas maka diantara aspek-aspek kompetensi supervisi yaitu kemampuan kepala sekolah dalam merencanakan program supervisi akademik, melaksanakan supervisi dengan pendekatan dan tehnik yang tepat dan menindak lanjuti hasil supervisi akademik untuk peningkatan mutu dan tolak ukur untuk program kerja selanjutnya.

a. Perencanaan Program Supervisi

Misi utama supervisi pendidikan adalah memberi pelayanan kepada tenaga pendidik untuk mengembangkan mutu pembelajaran, memfasilitasi tenaga pendidik, agar dapar mengajar dengan efektif. Kerjasama antara tenaga pendidik dan kependidikan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran,

pengembangan kurikulum, serta meningkatkan pertumbuhan professional semua anggotanya. Supervisi dilakukan bertujuan untuk memperbaiki belajar mengajar.

Kepala sekolah haruslah mampu merencanakan program dalam mensupervisi akademik tenaga kependidikan dalam rangka peningkatan kinerja guru, dalam perencanaan ini hendaklah kepala sekolah merancang program supervisi, merumuskan dimana dalam rumusannya harus jelas tujuan dan prosedurnya kemudian menyusun programnya barulah kemudian merencanakan program tersebut.

Saat kepala sekolah merencanakan supervisi hendaklah memperhatikan bahwa supervisi terdiri dari 3 tahapan yaitu:

1. Tahap Persiapan (Supervisi Administrasi)

Tahap persiapan ini bertujuan untuk mengecek seluruh perlengkapan administrasi seorang guru sebelum mengajar, ada 10 poin yang haru ada yaitu:

1) Program Tahunan (Prota), 2) Program Semester (prosem), 3) Silabus, 4) RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), 5) Kelender Pendidikan, 6) Jadwal Pelajaran, 7) Agenda Harian, 8) Daftar NIlai, 9) KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum), 10) Absensi Siswa.57

Tahap administrasi ini biasanya dilakukan pada bulan pertama tahun ajaran baru atau semester genap hingga pelaksanaan UTS (Ujian Tengah Semester). Semua perlengkapan ini harus ada. Untuk sekolah yang menyelenggarakan K-13 maka yang perlu disiapkan hanya 6 poin, ini di karenakan untuk poin 1,2,3 dan 9 sudah ada dalam buku pegangan guru. Guru hanya memindahkan saja lain halnya dengaj RPP, walaupun telah ada dalam buku

57

Mahbub Ansori, Bendahara MGMP-KKM MTsN 2 Kec. Palas periode tahun 2017-2018, sekaligus guru mapel PAI di MTs. Amrul Huda Palas Kab.Lampung Selatan, Oktober 2017.

pegangan guru tetap guru membuat RPP dan mengembangkan RPP tersebut sesuai dengan kondisi yang ada di lingkungan sekolahnya. RPP yang ada di buku pegangan guru bersifat umum. RPP yang ada pada buku pengangan guru hanya sebagai acuan dalam pembuatan RPP.

2. Tahap Observasi (Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran)

Pada tahap observasi ini biasa juga dikenal dengan tahap proses dikarenakan penilaian dilakukan pada saat guru melakukan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Tahap ini biasanya dilakukan setelah sekolah selesai melaksanakan UTS hingga sebulan menjelang UAS (Ujian Akhir Semester). Adapun hal-hal yag harus disiapkan adalah: RPP dan Penilaian tatap muka (Tamu) dan penilaian sikap.58 Terkadang supervisor akan menilai yang terdapat

pada RPP, saat penilain berlangsung biasanya kepala sekolah sudah lebih dulu masuk sebelum guru yang akan dinilai, ini bertujuan agar pada saat penilaian

supervisor dapat melihat tenaga pendidik dari awal pembelajaran, proses hingga

akhir pembelajaran. Adapun yang menjadi penilaian secara umum yaitu:

a) Pendahuluan terdiri atas: membuka pembelajaran, menggali pengetahuan awal terhadap siswa, member motivasi (apersepsi), menyampaikan tujuan pembelajaran.

b) Kegiatan Inti terdiri atas: menjelaskan sub konsepm penggunaan media, unteraksi antar siswa, pembimbingan terhadap siswa, fasilitator dalam pembelajaran, suasana pembelajaran.

58

Untuk sekolah yang masih KTSP maka menyiapkan RPP dan Lembar Penilaian pengetahuan dan sikap, sedangkan yang menyelenggarakan K13 harus menyiapkan RPP, Lembar Penilaian untuk Ki 1, Ki 2, Ki 3 dan Ki 4.

c) Penutup terdiri atas : membimbing siswa dalam menyimpulkan pembelajaran, evaluasi (LKS ) mandiri atau kelompok untuk nilai Tamu, pemberian tugas TMT dan TMTT (bila ada), penguatan kepada siswa dan menutup pembelajaran.59

3. Tahap Penilaian (Supervisi Evaluasi)

Tahap penilaian disebut juga penilaian tahap akhir. Adapun yang menjadi penilaian secara umum yaitu: nilai tamu (tatap muka), nilai UH yang terdiri dari nilai remedial dan pengayaan, nilai UTS, Ujian Semester (UAS), nilai karakter dan nilai laporan pendidikan (nilai rapor).

Tujuan daripada supervisi adalah usaha perbaikan belajar dan mengajar ditujukan kepada pencapaian tujuan akhir dari pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak secara maksimal.60Selain itu supervisor dalam melakukan perannya

juga harus memperhatikan prinsip-prinsip supervisi, di mana prinsip-prinsip ini adalah haruslah; 1) Ilmiah (scientific), 2) Demokratis, 3) Kooperatif dan 4) Konstruktif dan kreatif.61

Supervisi haruslah ilmiah, dikatakan ilmiah apabila memenuhi 3 standar yaitu;

a) Sistematis maksudnya supervisi itu teratur, berencana dan kontinyu. Sehingga supervisi betul-betul sudah terjadwal dan langkah-langkahnya sudah di susun secara sistematis.

59

Terlampir lembar penilaian proses Kegiatan Belajar Mengajar

60

Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan (Cet. II; Jakarta: Bina Aksara, 1988), h. 40.

61

b) Objektif maksudnya observasi berdasarkan fakta di lapangan bukan rekayasa atau tafsiran supervisor sendiri.

c) Penggunaan alat, maksudnya seorang supervisor haruslah menggunakan alat yang berupa instrument yang merupakan pemberi informasi dan umpan balik dalam penilaian.

Demokratis, seorang supervisor haruslah demokratis di mana menjunjung tinggi musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan dan sanggup menerima pendapat orang lain. Ini disebabkan seorang supervisor menghadapi tupoksi yang berat, Supervisor sebagai tauladan, penasehat, penilai, teman sejawat, pimpinan bagi tenaga pendidik yang dinilai.

Kooperatif, seorang supervisor haruslah dapat menciptakan kebersamaan dalam melaksanakan supervisi di lapangan. Seorang supervisor bukanlah mencari-cari kesalahan tenaga pendidik tapi mengamati dan memantau serta memperbaiki yang yang perlu diperbaiki serta meningkatkan bila itu sudah baik demi mencapai suatu tujuan bersama-sama.

Konstruktif dan kreatif, seorang supervisor bersifat konstruktif yang bermakna bersifat membina, memperbaiki, membangun bukan malah sebaliknya. Kreatif maksudnya seorang supervisor haruslah tanggap dengan masalah yang di temukan dan dihadapi oleh tenaga pendidik di lapangan, bukan malah memojokkan dan tak ada solusi. Supervisor juga dalam membina bersifat membangun lembaga/sekolah dan berinisiatif mengembangkan lembaga/sekolah.

b. Pelaksanaan Supervisi

Setelah itu kepala sekolah melaksanakan program supervisinya secara bertahap dan berkesinambungan. Pelaksanaan supervisi ini perlu tahapan-tahapan yang wajib diketahui oleh guru dan telah disosialisasikan kepada guru, dalam pelaksanaannya kepala sekolah mengamati hingga menilai guru. Setelah menilai kepala sekolah menyimpulkan hasil penilaiannya.

Kepala supervisi pada awalnya akan mengadakan pengamatan dan pemantauan secara umum yang berlaku untuk semua guru-guru dan kelas-kelas yang ada. Tujuan dari pada kunjungan kelas menurut Arifudidn Siraj adalah :

“...untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktis atau ada kesulitan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran yang perlu diberikan pertolongan dalam pemecahan masalahnya”.62

Seorang kepala sekolah sebagai supervisor bukanlah mencari kesalahan-kesalahan guru di lapangan akan tetapi memberikan masukan atau saran-saran kepada guru yang dianggap perlu untuk diperbaiki. Demikian pula dalam kunjungan ini supervisor diharapkan memberikan masukan atau kritikan yang bersifat membangun agar ada perubahan yang positif pada kunjungan tersebut.

Supervisi dilakukan secara langsung face to face antara kepala sekolah dengan guru, adapun salah satunya adalah berkunjung ke kelas dimana guru sedang/ akan mengajar, adapun macam-macam kunjungan tersebut adalah sebagai berikut:

62

Arifuddin Siraj, Supervisi Akademik ( Cet.1; Samata Gowa, Alauddin University Press, 2014), h. 45

1). Kunjungan dengan Tanpa Memberi Tahu

Maksud kunjungan ini adalah tidak memberikan informasi sebelumnya atau kata lain tiba-tiba. Ini bertujuan agar supervisor mengetahui keadaan yang sesungguhnya, bagi guru kunjungan tiba-tiba ini adalah merupakan latihan dalam melaksanakan tugas mengajar guru selalu siap.63

Kelemahannya adalah kadang guru kelabakan dengan supervisor datang tiba-tiba, guru yang tidak siap akan merasa takut dengan segala kekuranganya dan akan dinilai sedangkan yang selalu siap akan senang akan kunjungan ini.

Supervisor akan menemukan hal-hal yang tak terduga bila mengadakan kunjungan tanpa informasi dengan kata lain supervisor akan menemukan hal-hal yang fakta tidak dibuat-buat.

2). Kunjungan dengan Memberitahukan Terlebih Dahulu

Sama halnya tamu yang akan berkunjung ke rumah bila tamu itu memberitahukan kunjungan maka penghuni rumah akan bersiap-siap dengan segala hal sesuai dengan kemampuannya, demikian juga dengan supervisor. Bila supervisor menginformasikan kunjungannya kepada guru yang dituju maka guru yang akan dikunjungi akan bersiap-siap dengan segalanya.

Kelebihan kunjungan ini adalah ada pembagian waktu yang merata bagi pelaksanaan supervisi terhadap semua guru yang memerlukan, sedangkan kelemahannya adalah ada kemungkinan guru akan secara maksimal akan mengatur aksinya di dalam kelas (sandiwara kelas).64

63

Hendiyat Soetopo & Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, h. 46 64

3). Kunjungan atas Undangan Guru

Kunjungan ini ide awalnya adalah dari guru itu sendiri dimana guru mengundang supervisor datang ke kelas untuk melihatnya mengajar, akan tetapi kunjungan ini sangat dan hampir tidak pernah guru melakukannya. Ini dikarenakan sangat jarang guru menghendaki pimpinannya melihat suasana waktu ia melaksanakan tugas mengajar.65

c. Penindaklanjutan Hasil Supervisi

Setelah menyimpulkan kepala madrasah akan menindaklanjuti apa yang ditemukan di lapangan. Saat menindaklanjuti perlu kiranya kepala madrasah mengkonfirmasi kepada guru yang telah dinilai tersebut untuk langkah-langkah perbaikan berikutnya. Ini sependapat dengan pemikiran Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa yang mengatakan:

Segala bantuan dari supervisor dan atau semua pemimpin kepala sekolah untuk memperbaiki manajemen pengelolaan sekolah dan meningkatkan kinerja guru/staf dalam menjalankan tugas, fungsi dan kewajibannya sehingga tujuan pendidikan dapat dicapai dengan optimal. Caranya dengan cara member bantuan, dorongan, pembinaan, bimbingan dan memberikan kesempatan bagi para guru melakukan inovasi ... dalam persoalan administrasi sekolah program pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat/media pembelajaran dan metode-metode pembelajaran yang lebih baik.66

Tujuan dari pada supervisi itu sendiri adalah memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik.67 Usaha belajar dan mengajar yang

menginginkan perbaikan dan perbaikan yang lebih baik agar tujuan akhir dari pendidik tercapai.

65

Hendiyat Soetopo & Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,h. 47. 66

Asmani Asf & Syaiful Mustofa, Supervisi Pendidikan; Terobosan baru dalam Kinerja

Peningkatan Kerja Pengawas Sekolah dan Guru ( Cet. 1; Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2013), h. 27.

67

Penyataan di atas sepaham dengan misi utama supervisi yang dikatakan oleh Donni Juni Priansa dan Rismi Somed yaitu memberikan pelayanan kepada guru untuk mengembangkan mutu pembelajaran, memfasilitasi guru agar dapat mengajar dengan efektif.68

Pada saat supervisor menemukan masalah di lapangan perlulah dia melakukan tindaklanjut dalam menangani masalah tersebut. Kepala madrasah harus memahami bahwa tehnik-tehnik supervisi dalam menindak lanjuti masalah ada 2 yaitu, tehnik secara individu dan tehnik secara kelompok.

Tehnik individu pada umumnya dilakukan apabila masalah yang dihadapi hanya 1 atau 2 orang, berbeda lagi bila masalah yang dihadapi itu hampir umumnya dihadapi oleh tenaga pendidik di madrasah maka kepala madrasah mengadakan tehnik kelompok.

Akan tetapi bila kepala madrasah menemukan masalah 1 atau 2 orang saja maka, kepala madrasah dapat melakukan bimbingan dengan cara:

1) Tutor Sebaya (teman Sejawat)

Dalam menangani masalah kepala madrasah harus melalui tahapan-tahapan dalam menyelesaikannya. Tenaga pendidik diberi kesempatan untuk memperbaiki apa kekurangan berdasarkan masukan dan saran dari kepala madrasah.

Kepala madrasah akan menunjuk satu guru senior atau dianggap mampu membantu di lingkungan madrasah untuk membimbing tenaga pendidik yang diberi kesempatan untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Inilah yang disebut

68

Donni Juni Priansa & Rismi Somad, Manajemen Supervisi dan kepemimpinan Kepala

dengan tutor sebaya. Tenaga pendidik akan merasa dihargai dan tidak malu bila dibimbing oleh teman sejawatnya. Kepala madrasah dalam menunjuk tutor sebaya haruslah memperhatikan hal-hal yang penting yaitu;

a) Tenaga pendidik yang ditunjuk sebagai tutor adalah benar-benar dianggap mampu membimbing dan memiliki kedekatan emosi dengan tenaga pendidik yang sedang dibimbing.

b) Tenaga pendidik yang ditunjuk sebagai tutor adalah tenaga pendidik yang memiliki dedikasi yang tinggi dan dapat dijadikan contoh di antara teman sejawat yang lainnya.

2) Kepala Madrasah

Bila tutor sebaya belum juga bisa memaksimalkan hasil yang diinginkan, kepala madrasah dapat melakukan bimbingan secara langsung yang biasa juga disebut individual conference atau percakapan pribadi. Ini dilakukan anatar kepala madrasah dengan tenaga pendidik. Adapun yang dibicarakan adalah langkah-langkah untuk memecahkan masalah-masalah pribadi yang ada hubungannya dengan jabatan mengajar.

Pendekatan ini disebut juga pendekatan direktif, yaitu cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung.69 Kepala madrasah akan berhadapan

langsung dengan tenaga pendidik yang bermasalah dimana sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Kepala madrasah akan memberikan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment).

69

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan; Dalam Rangka

D. Pengaruh Kompetensi Manajerial dan Supervisi Kepala Madrasah

Dokumen terkait